Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENELITIAN

PENINGKATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI


PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS 1.1 MIM
UNGGULAN KOTA GORONTALO

Oleh :

Sri Yunita Labari, S.Pd, M.Pd


NIP: 198303272005012004

MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH


UNGGULAN KOTA GORONTALO
KEMENTERIAN AGAMA KOTA
GORONTALO 2017
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul

“Peningkatan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Tematik Siswa

Kelas 1.1 MIM Unggulan Kota Gorontalo” .

Tujuan penulisan laporan ini yaitu untuk melihat apakah pembejaran tematik

dapat meningkatkan pendidikan karakter peserta didik di MIM Unggulan Kota

Gorontalo. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya laporan penelitian ini, terutama pertolongan Allah

SWT yang memberikan kami kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun, agar kami dapat penyusunan laporan ini dengan

lebih baik lagi. Semoga laporn penlitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

pada khususnya dan masyarakat umum.

Gorontalo, Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan....................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................iii
Daftar Lampiran..........................................................................................iv
Daftar Tabel.................................................................................................v
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................4
D. Manfaat...................................................................................................4
BAB II Kajian Pustaka...............................................................................5
A. Definisi Pendidikan..................................................................................5
B. Definisi Karakter.......................................................................................7
C. Penguatan Pendidikan Karakter................................................................8
D. Pembelajaran Tematik..............................................................................12
BAB III Metode Penelitian.........................................................................17
A. Setting Penelitain dan Karakteristik Penelitian.........................................17
B. Variabel Penelitian....................................................................................17
C. Tahap-Tahap Penelitian............................................................................18
BAB IV Pembahasan...................................................................................21
A. Deskripsi Hasil Penelitian.........................................................................21
B. Pembahasan...............................................................................................28
BAB V Penutup............................................................................................31
A. Kesimpulan...............................................................................................31
B. Saran..........................................................................................................31

Daftar Pustaka.............................................................................................32
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian.........................................................................33

Lampiran 2. Contoh Lembar Aktivitas Guru....................................................34

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Kegiatan Sisqwa.........................................35

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Observasi Awal..............................................36

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Siklus I............................................................37

Lampiran 6. Hasil Pengamatan Siklus II..........................................................38

Lampiran 7. Dokumentasi Hasil Penelitian......................................................39


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data Awal (Observasi).................23

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data Siklus I.................................25

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data Siklus II................................28


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia tercantum


dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional pada pasal III, yang
menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta tanggung jawab.”
Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
perlu untuk merealisasikan definisi pendidikan dalam proses pembelajaran.
Definisi-definisi yang tidak hanya sekedar dalam tataran konsep belaka tidaklah
mengherankan jika hampir tiap tahun kurikulum dari kebijakan yang berlaku
sering berubah, sampai munculnya kurikulum berbasis kompetensi yang
dilaksanakan pada tahun ajaran 2004-2005 dan dilanjutkan dengan KTSP 2006.
Namun meskipun kurikulumnya sudah diperbaiki, masih saja sering kita
jumpai dalam proses pembelajaran disekolah, guru dalam mengajar masih
menggunakan model pembelajaran konvensional dengan pendekatan “Teacher
Centered” yaitu pendekatan yang berpusat pada guru, dan merupakan kegiatan
belajar mengajar yang lebih banyak didominasi oleh guru. Dalam pembelajaran
seperti ini hanya membentuk kecerdasan kognitif, sedangkan aspek afektif dan
psikomotorik dilupakan.
Jika ditinjau lebih jauh pada pendekatan tersebut siswa lebih banyak
mendengar, mencatat dan menghafal. Terkadang guru juga memberikan soal-soal
dan jawaban-jawaban yang biasanya muncul didalam ujian kenaikan kelas atau
lulusan. Metode pengajaran semacam ini sangat banyak kita temui disebagian
besar sekolah di Indonesia.
Secara tidak langsung pengajaran tersebut membawa dampak yang
negative bagi peserta didik, dan menjadikan sebagian besar siswa tidak tertarik

1
dan kurang minat untuk belajar, jenuh dan bosan, tidak kreatif, bersikap pasif
dalam menerima pelajaran. Akibatnya belajar disekolah memberikan kesan yang
membosankan dan tidak menyenangkan serta kurang membangkitkan minat
belajar, yang ada akhirnya akan mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa. Dan
yang lebih penting lagi, apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia dalam fungsi
dan tujuan pendidikan yang tertera dalam UU No. 20 tentang sistem pendidikan
nasional pasal III tidak dapat tercapai secara optimal.
Pendekatan yang berpusat pada guru ini akan sangat berpengaruh pada
setiap karakter peserta didik yang salah-satunya pada sikapnya. Seperti yang
dijelakan di atas sikap peserta didik akan mudah bosan serta proses pembelajaran
tidak menyenangkan bagi peserta didik. Maka perlunya adanya pembangunan
karakter peserta didik dengan cara guru mempu dan harus memberikan
pendekatan pembelajaran yang digabungkan guna menjaga kebosanan serta
ketidak senangan peserta didiknya sehingga berdampak pada karakter nilai sikap.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatar belakangi oleh realita permasalahan
kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa
(Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025,
dalam Puskurbuk, Januari 2011).
Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta
mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan
pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan
nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan karakter
ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional,
yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila” (Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter Bangsa: Puskurbuk, Januari 2011).
Kita semua menyadari bahwa pendidikan sesungguhnya bukan sekedar
transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) melainkan sekaligus juga
transfer nilai (transfer of value). Untuk itu, penanaman nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa dalam pendidikan merupakan pilar penyangga demi tegaknya
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, persoalan budaya dan karakter bangsa
tersebut kini menjadi sorotan tajam masyarakat di berbagai aspek kehidupan, baik
di keluarga, sekolah dan masyarakat. Media massa, para pemuka masyarakat, para
ahli, dan para pengamat pendidikan, serta sosial berbicara tentang persoalan
budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar dan lokakarya, baik di
tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Keberhasilan dalam membangun karakter siswa, secara otomatis akan
membantu keberhasilan membangun karakter bangsa. Oleh karena itu kemajuan
suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya,
kemampuan intelegensinya, keunggulan berpikir warganya, sinergi para
pemimpinnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah penting dalam membangun moral dan kepribadian
bangsa.
Berdasarkan permasalahan di atas dan untuk mendukung program
pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program
prioritas pembangunan nasional serta menciptakan manusisa yang berahlak baik
maka penulis tertarik melaksanakan suatu penelitian dengan judul “ Peningkatan
Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 1.1 MIM
Unggulan Kota Gorontalo “.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas maka dapat dirumuskan bahwa “ Apakah
pendidikan karakter dapat ditingkatkan melalui pembelajaran tematik“.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat apakah pembejaran tematik dapat
meningkatkan pendidikan karakter peserta didik di MIM Unggulan Kota
Gorontalo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Hasil penelitian ini akan sebagai acuan tentang peningkatan pendidikan
karakter peserta didik.
2. Bagi guru dapat menerapkan pembelajaran tematik guna peningkatan karakter
peserta didik.
3. Penelitian ini dapat membantu mewujudkan pembangunan karakter sesuai
dengan tujuan pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pendidikan
Pengetian pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) :
Pendidikan yakni satu sistem evaluasi untuk tiap-tiap individu untuk meraih
pengetahuan serta pemahaman yang lebih tinggi tentang object spesifik serta
khusus. Pengetahuan yang didapat secara resmi itu menyebabkan pada tiap-tiap
individu yakni mempunyai pola fikir, tingkah laku serta akhlak yang sesuai
dengan pendidikan yang diperolehnya.
Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Pendidikan
dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup
atau untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah
proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan
membuat manusia lebih kritis dalam berpikir.
Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris
disebut dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan
educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti
sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan
Duco berarti erkembangan atau sedang berkembang. Jadi, Secara Etimologi
pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri
dan kekuatan individu.
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu
rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga
yang bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem
dan organisasi pendidikan. Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut
mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan
yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya
pada waktu dewasa (Ahmadi Abu, 2003).
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi
budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari
generasi satu ke generasi yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi,
pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik
terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al.,
2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri
(zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang
baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan
corak kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu
pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-
latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya,
khususnya dengan lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et al., 2005).
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal
dalammembantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang
diharapkan.Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan
dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan
tanpamengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam
proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang,
cermat,dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena
itu perludirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai
dasar yangsangat penting dalam setiap peradaban bangsa.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan suatu usaha/cara dalam meningkatkan karakter manusia menjadi lebih
baik lagi shingganya dapat berguna baik pada keluarga, masyarakat dan bangsa.
B. Definisi Karakter
Karakter, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “karasso”, berarti
‘cetak biru’, ‘format dasar’, ‘sidik’ seperti misalnya dalam sidik jari. Dalam
tradisi Yahudi, misalnya, para tetua melihat alam, seperti, laut, sebagai sebuah
karakter, yaitu sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia, lolos
seperti menangkap asap.
Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi
manusiawi, seperti, ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang
menyertainya. Mereka memahami karakter seperti lautan, tidak terselami, tak
dapat diintervensi. Karena itu, berhadapan dengan apa yang memiliki karakter,
manusia tidak dapat ikut campur tangan atasnya. Manusia tidak dapat memberikan
bentuk atasnya. Sama seperti bumi, manusia tidak dapat membentuknya sebab
bumi memiliki karakter berupa sesuatu yang ‘ lolos’ tadi. Namun sekaligus, bumi
itu sendirilah yang memberikan karakter pada realitas lain
Pengertian karakter menurut Suyanto (2010 : 2) adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Karakter
merupakan nila - nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma - norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Andrias Harefa (2008: 3) menyatakan bahwa dirinya melihat karakter
sebagai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan
begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri
kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari
sananya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan
melalui mana seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang
demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses yang dikehendaki.
Karakter sebagai suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan
karakter yang diterima sebagai kemampuan seseorang untuk secara bebas
mengatasi keterbatasan kondisinya ini membuat kita tidak serta merta jatuh dalam
fatalism akibat determinasi alam, ataupun terlalu tinggi optimisme seolah kodrat
alamiah kita tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang kita miliki. Melalui
dua hal ini kita diajak untuk mengenali keterbatasan diri, potensi - potensi, serta
kemungkinan - kemungkinan bagi perkembangan kita. Untuk itulah, model
tipologi yang lebih menekankan penerimaan kondisi natural yang dari sananya
tidak cocok. Cara – cara ini hanya salah satu cara dalam memandang dan menilai
karakter.
Karakter merupakan struktur antropologis manusia, tempat di mana
manusia menghayati kebebasannya dan mengatasi keterbatasan dirinya. Struktur
antropologis ini melihat bahwa karakter bukan sekedar hasil dari se buah
tindakan, melainkan secara simultan merupakan hasil dan proses. Dinamika ini
menjadi semacam dialektika terus menerus dalam diri manusia untuk menghayati
kebebasannya dan mengatasi keterbatasannya. Karakter merupakan kondisi
dinamis struktur antropolo gis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas
determinasi kodratinya melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi
semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses
penyempurnaan dirinya terus menerus.
C. Penguatan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sebaiknya dapat dilaksanakan pada semua jenjang
pendidikan di sekolah namun di jenjang sekolah dasar pendidikan karakter harus
lebih diutamakan Muhammad Nuh (dalam www.Antaranews.com 2011)
mengatakan bahwa "Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika
karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter
seseorang”. Pendidikan karakter anak sebenarnya bukan hanya tanggung jawab
sekolah melainkan orang tua di rumah yang juga memiliki peranan penting.
Menurut Thomas Lickona (1994: 3), pendidikan karakter adalah
pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan
(cognitive), perasaan(feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis. Lebih spesifiknya, pendidikan yang mengembangkan
karakter adalah upaya yang dilakukan pendidikan untuk membantu anak didik
supaya mengerti, mempedulikan,dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Anak
didik bisa menilai mana yangbenar, sangat mempedulikan tentang yang benar, dan
melakukan apa yang mereka yakini sebagai yang benar, walaupun ada tekanan
dari luar dan godaan dari dalam.
Sejalan dengan pengertian di atas, kemendiknas (2010 : 8) menyatakan
bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai - nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, da n tindakan untuk melaksanakan nilai - nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (stakeholders ) haru s dilibatkan, termasuk komponen -
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kurikuler,p emberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai - nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol - simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Pendidikan karakter
akan menumbuhkan kecerdasan emosi siswa yang meliputi kemampuan
mengembangkan potensi diri dan melakukan hubungan sosial dengan manusia
lain. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak di bangku sekolah
karenanya, sebuah sistem pendidikan yang berhasil adalah yang dapat membentuk
manusia - manusia berkarakter yang sangat diperlukan dalam mewujudkan
sebuah negara kebangsaan yang terhormat.
Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak namun kenyataanya orang
tua di rumah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan mereka masing-masing
sehingga perkembangan pendidikan karakter anaknya kurang diperhatikan dan
sebagian besar orang tua di rumah melimpahkan pendidikan karakter anaknya
kepada pihak sekolah. Hal tersebut merupakan alasan mendasar sekolah sebagai
sarana pendidikan formal dijadikan wadah pembentukan karakter anak sehingga
di sekolah guru harus lebih intensif dalam membentuk karakter peserta didiknya
agar anak-anak tersebut mampu membentuk Indonesia sebagai bangsa yang
berkarakter di masa yang akan datang.
Dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan
nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan bertanggung jawab, perlu penguatan pendidikan karakter. Penguatan
pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama keluarga, satuan
pendidikan, dan masyarakat.
PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) adalah Program pendidikan di
sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama
antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Pelaksanan pendidikan karakter di sekolah membutuhkan pemahaman dari
semua pihak yang berada di lingkungan dunia pendidikan sehingga pengajarannya
dapat menumbuhkan budi pekerti luhur kepada peserta didik sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Prasetyo dan Rivasintha (dalam www.kompasiana.com 2010)
menuliskan bahwa“dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen harus dilibatkan termasuk komponen-komponen pen-didikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos
kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah”.
Pendidikan karakter sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan
di Indonesia sebab sudah ada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang telah lama diajarkan di sekolah-sekolah dasar
hanya saja kedua mata pelajaran tersebut belum mampu mengintensitaskan
pembentukan karakter positif peserta didik karena masih kurang substansi
waktunya dalam pembelajaran di sekolah sehingga dibutuhkan program
pendidikan untuk membina karakter peserta didik yang lebih kompleks dan dapat
diintegritaskan ke dalam pembelajaran di sekolah.
Pendidikan karakter merupakan suatu program pengembangan dunia
pendidikan di Indonesia yang harus direalisasikan sehingga peran serta kita semua
sangat dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.Pendidikan karakter tidak
hanya dilaksanakan di sekolah melainkan di rumah juga sebagai salah satu sarana
untuk pendidikan karakter namun terkadang orang tua di rumah kurang
memperhatikan pertumbuhan karakter anaknya sehingga tanggung jawab
pembentukan karakter sebagian besar diserahkan ke sekolah yang merupakan
rumah kedua bagi anak.
Upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai karakter kepada anak didik adalah pendidikan karakter harus
diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran pada semua mata pelajaran yang ada
di sekolah. Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran
adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun
di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) juga
dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/
peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter menjadi sebuah perilaku-perilaku
yang baik dalam kehidupannya.
Sehingganya sangatlah penting untuk memberikan penguatan khususnya
pendidikan karakter bagi peserta didik sejak dini, hingganya akan tercipta
regenerasi yang memiliki karakter yang kuat demi kejuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berguna bagi nusa dan bangsa.
D. Pembelajaran Tematik
1. Definisi
Penetapan pembelajaran tematik dalam pembelajaran di kelas rendah SD
tidak terlepas dari perkembangan akan konsep pendekatan terpadu itu sendiri.
Karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan terapan dari pembelajaran
terpadu. Pendekatan terpadu berawal dari konsep interdisipliner dalam kurikulum
terpadu yang dikemukakan oleh Jacob (1989). Kurikulum terpadu cenderung lebih
memandang bahwa suatu pokok bahasan harus terpadu (integrated) secara
menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu
masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau
mata pelajaran yang diperlukan. Sehingga batas-batas antara mata pelajaran dapat
ditiadakan. Kurikulum terpadu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara kelompok maupun individu dengan lebih memberdayakan
masyarakat sebagai sumber belajar, memungkinkan pembelajaran bersifat
individu terpenuhi.
Tematik adalah pokok isi atau wilayah dari suatu bahasan materi yang
terkait dengan masalah dan kebutuhan lokal yang dijadikan tema atau judul dan
akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelompok belajar. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
Pembelajaran tematik merupakan bentuk yang akan menciptakan sebuah
pembelajaran terpadu, yang akan mendorong keterlibatan siswa dalam belajar,
membuat siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan menciptakan situasi
pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan siswa, dalam belajar secara tematik
siswa akan dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi.
Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pola pembelajaran
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kemahiran, nilai dan sikap
pembelajaran dengan menggunakan tema.
Sukmadinata (2004;197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai
suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun
secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema
yang dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti
pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di
antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema
tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; (3)
Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) Peserta didik mampu
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas; (6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; (7) Guru
dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
Adapun menurut Sukandi dkk (2001:3), pembelajaran tematik pada
dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi
dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema. Dengan demikian, pelaksanaan
dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa
materi pelajaran yang disajikan dalam satu pertemuan. Pembelajaran tematik
sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa
akan dapat memahami konsep yang dipelajari melalui pengamatan langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran
tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan menggabungkan materi
beberapa pelajaran dalam satu tema, yang menekankan keterlibatan peserta didik
dalam belajar dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah, sehingga hal ini
dapat menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan kecenderungan mereka
yang berbeda satu dengan yang lainnya.
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model proses, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal- hal yang
lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
3. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi.
3. Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai- nilai luhur
yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatlkan gairah dalam belajar.
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
4. Manfaat Pembelajaran Tematik
Dengan menerapkan pembelajaran tematik, peserta didik dan guru
mendapatkan banyak manfaat. Diantara manfaat tersebut adalah:
1. Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual peserta didik
terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualitasnya.
2. Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik mampu mengeksporasi
pengetahuan melalui serangkaian proses kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antarpeserta
didik.
4. Pembelajaran tematik membantu guru meningkatkan profesionalismenya.
5. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
6. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan bermakna.
7. Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
8. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian


1. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIM Unggulan Kota
Gorontalo dengan subjek penelitian adalah siswa kelas 1.1.
2. Karekteristik Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan pada siswa Kelas 1.1 yang
terdapat pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah keseluruhan
27 orang. Yang terdiri dari 13 laki-laki dan 14 perempuan serta memiliki latar
belakang yang berbeda-beda.
B. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini melibatkan (Input) masukkan, Proses
dan hasil (Output)
1. Input (Masukan)
Dalam hal ini yang merupakan input (masukan) adalah siswa kelas 1.1
MIM Unggulan Kota Gorontalo. Guru mempersiapkan semua bahan ajar melaluii
pembelajaran sampai pada akhir pembelajaran. Ini merupakan salah-satu cara
penbelajaran untuk meninggkatkan karakkter nilai sikap peserta didik.
2. Proses
Tindakan yang didalamnya terdapat interaksi antara guru dan siswa
sehingga karakter nilai sikap siswa dapat meningkat melalui penerapan
pembelajaran tematik.
3. Output (Hasil)
Hasil pencapaian akhir setelah adanya tindakan melalui penerapan
pembelajaran tematik hingganya tujuan dari PTK ini berhasil atau dengan kata
lain pendidikan karakter nilai sikap mengalami peningkatan.
C. Tahap-Tahap penelitian
1. Tahap Persiapan
Adapun hal-hal yang dilakukan pada persiapan ini adalah
a. Menghubungi kepada sekolah guna memperoleh ijin dan restu untuk
melaksanakan kegiatan penelitian ini sekaligus berkonsultasi tentang Guru
yang akan menjadi mitra kerja.
b. Mendiskusikan rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama kepala
sekolah dan mitra.
c. Melakukan observasi awal terhadap objek penelitian.
d. Merencanakan lembar pemantauan pelaksanaan tindakan dan evaluasi.
Mempersiapkan adaministrasi kegiatan belajar mengajar) antara lain
rencana pembelajaran (RPP) dan pada observasi awal awal kegiatan ini yang
dilakukan adalah mengetahui tingkat karakter nilai sikap siswa kelas 1.1 MIM
Unggulan Kota Gorontalo, adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan KBM
b. Menentukan pelaksanaan KBM dengan menggunakan lembaran observasi
kegiatan siswa dan kegiatan Guru.
c. Mengadakan evaluasi
d. Mengadakan refleksi terhadap hasil observasi awal.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini bersama-sama dengan guru mitra melaksanakan kegiatan
sesuai dengan skenario kegiatan yang telah dirancang dengan menggunakan
persiapan pembelajaran yang didalamnya tercangkup langkah-langkah
pembelajaran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran tematik. Untuk
pemantauan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disediakan untuk mengetahui dan mengumpulkan data mengenai segala
sesuatu yang terjadi pada saat proses pelaksanaan kegiatan berlangsung.
3. Tahap Pemantuan dan Evaluasi
Pada tahap ini penelitian dibantu oleh anggota tim penelitian untuk
mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembaran pengamatan
yang telah dibuat, pengamatan melakukan pemantau terhadap peningkatan
karakter nilai sikap.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian. Analisis
Penelitian menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Penghitungan
data kuantitatif adalah dengan menghitung skor akhir berdasarkan skor yang
diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun sebelumnya.
a. Data Hasil Observasi Karakter
Lembar observasi siswa terdiri dari 4 indikator dan masing - masing
indikator terdapat 3 deskriptor. Lembar observasi siswa menggunakan penilaian
dengan ketentuan (1) mendapat skor 1 jika deskriptor terlaksana. (2) Mendapat
skor 0 jika deskriptor tidak terlaksana.
Pemberian skor dilakukan pada setiap individu. Dengan langkah -
langkah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada masing - masing indikator.
2. Menjumlahkan dan menghitung jumlah seluruh skor indikator yang didapatkan
siswa dengan rumus sebagai berikut:

Skor yang dicapai


Skor = X4 (Amirono dan Daryanto, 2016:110)
Skor Maksimum

3. Selanjutnya skor akhir yang telah didapat pada setiap individu di setiap
pertemuan, dibuat predikat yang telah ditetukan sebagai berikut: (1)
mendapatkan predikat SB (Sangat Baik) jika mendapatkan skor akhir 3.25 –
4.00. (2) mendapatkan predikat B (Baik) jika mendapatkan skor akhir 2.50 –
3.24. (3) mendapatkan predikat C (Cukup) jika mendapatkan skor akhir 1.75
–2.49. (4) mendapatkan predikat K (Kurang) jika mendapatkan skor akhir
1.00 –1.74 (Amirono dan Daryanto, 2016:110).
4. Setelah itu mencari rata - rata untuk mendapatkan penilaian untuk masing -
masing siklus.
5. Selanjutnya menghitung presentase jumlah siswa yang mendapatkan predikat
minimal baik di dalam kelas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan pada siswa kelas 1.1 MIM Unggulan Kota Gorontalo. Dengan
jumlah siswa 27 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 14
orang siswa perempuan. Penelitian ini betujuan untuk meningkatkan karakter nilai
sikap melalui penerapan pembelajaran tematik.
Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) siklus yang didahului dengan
pengambilan data awal melalui observasi awal. Setiap siklus dirancang menjadi
empat kali pertemuan atau empat kali pemberian tindakan.
Observasi Data Awal
Hasil Pengamatan Kegiatan
Pengamatan dilakukan pada kegiatan guru dan kegiatan siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.
a. Observasi Aktivitas Guru
Obsevasi aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi guru yaitu terdiri
dari :
Kegiatan Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengkondisikan Kelas
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
4. Menjelaskan materi yang relevan sesuai dengan pembelajaran
5. Menjelaskan dengan memperhatikan kondisi siswa
6. Member kesempatan kepada siswa untuk merespon penjelasan dan
memberi pendapat.
Kegiatan Penutup
7. Memberi umpan balik pada siswa
8. Menyimpulkan kegiatan pembelajaran
9. Menutup pembelajaran dengan doa
Dari aspek yang diamati tersebut, kriteria penilaiannya diberi kode pada
kolom “YA” dan “TIDAK” sesuai dengan petunjuk yang dilakukan oleh siswa,
apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak. Dari hasil pengamatan yang
diketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.
b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Peningkatan kemampuan awal karakter nilai sikap yang dimiliki oleh
siswa, diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa yang dapat dilihat
dengan jelas pada lampiran 4. Terdapat 4 aspek penilaian yaitu :
1. Religius
- Peserta didik berdoa dalam pembelajaran
- Memberi salam saat menyapa guru
- Selalu mengucapkan terima kasih dan maaf
- Selalu mengucapkan kata Permisi dan tolong
2. Jujur
- Peserta didik tidak mencontek saat mengerjakan tugas
- Mengembalikan barang temuan
- Tidak mengambil barang teman
- Segera mengembalikan barang teman yang dipinjam
3. Disiplin
- Datang dan pulang tepat waktu
- Kerapian diri
- Kerapian pakaian
- Istirahat
4. Peduli lingkungan
- Membuang sampah pada tempatnya
- Mengumpul sampah disekitar kelas
- Melaksanakan piket kelas
- Selalu menjaga kebersihan
Dari hasil pengamatan observasi awal, dapat diketahui bahwa terdapat 14
orang siswa pada kategori cukup dengan persentase 51,85% dan 13 orang siswa
masuk pada kategori kurang dengan persentase sebesar 48,15%. Jadi jika
dijumlahkan dari ke empat aspek maka persentasi karakter nilai sikap siswa
sebesar 47, 75%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data Awal (Observasi)

No Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Persentase

1 3,25 - 4 Sangat Baik - -

2 2,50 – 3,24 Baik - -

3 1,75 – 2,49 Cukup 14 51,85

4 1,00 – 1,74 Kurang 13 48,15

Jumlah 27 100

Siklus I
Hasil Pengamatan Kegiatan
Pengamatan dilakukan pada kegiatan guru dan kegiatan siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.
a. Observasi Aktivitas Guru
Obsevasi aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi guru yaitu terdiri
dari :
Kegiatan Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengkondisikan Kelas
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
4. Menjelaskan materi yang relevan sesuai dengan pembelajaran
5. Menjelaskan dengan memperhatikan kondisi siswa
6. Member kesempatan kepada siswa untuk merespon penjelasan dan
memberi pendapat.
Kegiatan Penutup
7. Memberi umpan balik pada siswa
8. Menyimpulkan kegiatan pembelajaran
9. Menutup pembelajaran dengan doa
Dari aspek yang diamati tersebut, kriteria penilaiannya diberi kode pada
kolom “YA” dan “TIDAK” sesuai dengan petunjuk yang dilakukan oleh siswa,
apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak. Dari hasil pengamatan yang
diketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.
b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Peningkatan kemampuan awal karakter nilai sikap yang dimiliki oleh
siswa, diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa yang dapat dilihat
dengan jelas pada lampiran 4. Terdapat 4 aspek penilaian yaitu :
1. Religius
- Peserta didik berdoa dalam pembelajaran
- Memberi salam saat menyapa guru
- Selalu mengucapkan terima kasih dan maaf
- Selalu mengucapkan Permisi dan tolong
2. Jujur
- Peserta didik tidak mencontek saat mengerjakan tugas
- Mengembalikan barang temuan
- Tidak mengambil barang teman
- Segera mengembalikan barang teman yang dipinjam
3. Disiplin
- Datang dan pulang tepat waktu
- Kerapian diri
- Kerapian pakaian
- Istirahat
4. Peduli lingkungan
- Membuang sampah pada tempatnya
- Mengumpul sampah disekitar kelas
- Melaksanakan piket kelas
- Selalu menjaga kebersihan
Dari hasil pengamatan siklus I, dapat diketahui bahwa terdapat 11 orang
siswa pada kategori baik dengan persentase 40,74% dan 16 orang siswa masuk
pada kategori kurang dengan persentase sebesar 59,26%. Jadi jika dijumlahkan
dari ke empat aspek maka persentasi karakter nilai sikap siswa sebesar 66,25%.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data Siklus I

No Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Persentase

1 3,25 – 4 Sangat Baik - -

2 2,50 – 3,24 Baik 11 40,74

3 1,75 – 2,49 Cukup 16 59,26

4 1,00 – 1,74 Kurang - -

Jumlah 27 100

Refleksi Hasil Tindakan


Refleksi atau pengevaluasian kembali hasil penilaian karakter siswa yang
dilakukan peneliti bersama guru pengamat. Setelah dilakukan kegiatan
pembelajaran dengan melalui pembelajaran tematik, maka selanjutnya peneliti dan
guru pengamat mencermati lembar pengamatan siswa dengan hasil observasi
keaktifan guru. Dari hasil diskusi dengan guru pengamat dapat disimpulkan
bahwa ketika guru memberikan tugas pada siswa, guru masih kurang teliti melihat
aspek yang membuat siswa belum dapat menerapkan karakter dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tindakan yang
dilakukan pada siklus I belum mencapai apa yang diharapkan, untuk itu penelitian
ini dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II
Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran
Siklus II ini dilaksanakan sebagai penyempurnaan tindakan yang
dilaksanakan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada silklus I maka
tindakan yang dilaksanakan pada silklus II mencakup penyempurnaan pada aspek
pengamatan kegiatan guru.
a. Observasi Aktivitas Guru
Obsevasi aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi guru yaitu terdiri
dari :
Kegiatan Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengkondisikan Kelas
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
4. Menjelaskan materi yang relevan sesuai dengan pembelajaran
5. Menjelaskan dengan memperhatikan kondisi siswa
6. Member kesempatan kepada siswa untuk merespon penjelasan dan
memberi pendapat.
Kegiatan Penutup
7. Memberi umpan balik pada siswa
8. Menyimpulkan kegiatan pembelajaran
9. Menutup pembelajaran dengan doa
Dari aspek yang diamati tersebut, kriteria penilaiannya diberi kode pada
kolom “YA” dan “TIDAK” sesuai dengan petunjuk yang dilakukan oleh siswa,
apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak. Dari hasil pengamatan yang
diketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.
b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Peningkatan kemampuan awal karakter nilai sikap yang dimiliki oleh
siswa, diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa yang dapat dilihat
dengan jelas pada lampiran 4. Terdapat 4 aspek penilaian yaitu :
1. Religius
- Peserta didik berdoa dalam pembelajaran
- Memberi salam saat menyapa guru
- Selalu mengucapkan terima kasih dan maaf
- Permisi dan tolong
2. Jujur
- Peserta didik tidak mencontek saat mengerjakan tugas
- Mengembalikan barang temuan
- Tidak mengambil barang teman
- Segera mengembalikan barang teman yang dipinjam
3. Disiplin
- Datang dan pulang tepat waktu
- Kerapian diri
- Kerapian pakaian
- Istirahat
4. Peduli lingkungan
- Membuang sampah pada tempatnya
- Mengumpul sampah disekitar kelas
- Melaksanakan piket kelas
- Selalu menjaga kebersihan
Dari hasil pengamatan siklus II, dapat diketahui bahwa terdapat 20 orang
siswa pada kategori sangat baik dengan persentase 74,07% dan 7 orang siswa
masuk pada kategori baik dengan persentase sebesar 25,93%. Jadi jika
dijumlahkan dari ke empat aspek maka persentasi karakter nilai sikap siswa
sebesar 93,25%.
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data Siklus II

No Klasifikasi Nilai Kriteria Aspek Jumlah Persentase

1 3,25 – 4 Sangat Baik 20 74,07

2 2,50 – 3,24 Baik 7 25,93

3 1,75 – 2,49 Cukup - -

4 1,00 – 1,74 Kurang - -

Jumlah 27 100

Refleksi Hasil Tindakan


Refleksi yang dilaksanakan pada akhir siklus dengan tujuan untuk
mengetahui hasil yang telah diperoleh untuk mendapatkan gambaran apakah
tindakan yang dilakukan telah mempengaruhi peningkatan karakter siswa.
Berdasarkan refleksi tersebut maka hasil yang diperoleh telah mencapai target
yang diharapkan dengan pengertian bahwa tidak perlu lagi melanjutkan pada
siklus berikutnya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tematik ini diawali
dengan penjelasan guru mengenai pembelajaran tematik baik dari pengertian,
tujuan pembelajaran, manfaat pembelajaran serta sasaran yang ingin dicapai
selanjutnya guru menjelaskan serta memberikan contoh-contoh tentang
pembelajaran tematik dengan harapan karakter siswa peserta didik akan
mengalamio peningkatan. Karakter yang dimaksud yaitu religius, jujur, disipli
serta peduli lingkungan.
Pada saat guru memberikan menjelaskan, siswa diminta untuk
memperhatikan secara teliti. Karena setelah guru memberikan penjelasan tentang
pembelajaran tematik, kemudian siswa diberikan tugas untuk mengisi pertanyaan-
pertanyaan seputar pembelajaran tematik sesuai dengan penjelasan guru.
Berdasarkan hasil penelitian, tindakan yang diberikan pada siklus I hanya
dapat meningkat menjadi 66,25% peningkatan karakter siswa dari kemampuan
awal siswa sebesar 47,75%. Hal ini tentu belum mencapai apa yang telah
ditargetkan, yaitu jika persentase rata-rata karakter siswa dapat ditingkatkan
minimal menjadi 80%, maka tindakan dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II
peningkatan karaktes siswa meningkat menjadi 93,25%. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hasil pada siklus II telah sesuai dengan target capaian yang
diharapkan, maka hipotesis yang telah diajukan dapat diterima, berdasarkan
pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan, peningkatan karakter siswa
dalam hal religius, jujur, disiplin serta peduli lingkungan mengalami peningkatan
yang signifikan serta sedah memnuhi target capaian penelitian yaitu 80%.
Metode pembelajaran yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui penerapan pembelajaran tematik. Meskipun karakter siswa mengalami
peningkatan akan tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut, hal ini
disebabkan oleh pembelajaran masih perlu pembenahan lebih baik lagi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran tematik
adalah tindakan yang dilakukan oleh guru harus disertai dengan penjelasan dan
peragaan, sesuai dengan yang direncanakan pada tahap sebelumnya dan
pengamatan guru harus dipertajam terhadap tugas yang sedang dilakukan oleh
siswa.
Pada pelaksanaan atau pemberian tindakan siklus I hasilnya menunjukan
bahwa dari jumlah siswa 27 orang siswa, 11 orang (40,74%) termasuk kategori
baik dan cukup sebesar 16 siswa (59,26%). Jumlah ini masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan kriteria keberhasilan tingkatan yang telah ditetapkan. Belum
nampaknya peningkatan karakter siswa ini disebabkan belum maksimalnya proses
pembelajaran yang diterapkan oleh guru serta ketidak seriusan siswa dalam
menerima maupun merespon penjelasan guru. Sehingga masih terdapat berbagai
kekurangan pada siklus I yang kemudian disempurnakan pada siklus II.
Pada siklus II mengalami peningkatan dimana karakter siswa meningkat
dengan melihat jumlah siswa sebesar 20 orang termasuk kategori sangat baik
dengan persentase sebesar 74,07% sedangkan sisanya sebanyak 7 orang termasuk
pada kategori baik yaitu sebesar 25,93%. mengalami peningkatan dan bila
dibandingkan dengan capaian silkus I maka dapat dikatakan pada siklus II sudah
mencapai hasil yang diharapkan dan telah mencapai target.
Maka, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajarantematik dapat meningkatkan pendidikan karakter siswa MIM
Unggulan Kota Gorontalo serta berdampak positif dan dapat meningkatkan
karakter siswa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka


peneliti dapat menyimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran tematik
dapat meningkatkan pendidikan karakter siswa MIM Unggulan Kota Gorontalo.
B. Saran
1) Dari hasil penelitian ternyata pembelajaran tematik mempunyai pengaruh
yang sangat positif terhadap peningkatan karakter siswa. Oleh karena itu
kiranya para guru dapat mengintensifkan pembelajaran tematik.
2) Pembelajaran tematik bukan hanya sebagai salah - satu mata pelajaran, akan
tetapi melalui pembelajaran tematik dapat merubah karakter peserta didik baik
dari sikap religius, jujur, disiplin dan peduli terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Aan Hasanah. (2009). Pendidikan Berbasis Karakter. Diambil dari:


http://www.mediaindonesia.com

Arikuto, suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Amirono dan Daryanto. 2016. Evaluasi & Penilaian Pembelajaran Kurikulum


2013. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas.(2005). Permendiknas. No. 22 Tahun 2005, tentang Standar Isi.

http://silabus.org/pengertian-pendidikan/

https://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2010/09/bab-i-pendidikan1.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37158/Chapter II.pdf;

https://www.academia.edu/4563266/Makalah_Tujuan_Pendidikan

http://www.informasiguru.com/2017/09/perpres87pendidikankarakter.html

Kemendiknas.(2008). Model bahan ajar. Jakarta: Puskurbuk.

Kemendiknas.(2010). Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.


Jakarta: Puskurbuk.

Kemdikbud.(2011). Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa Jakarta: Puskurbuk.

Trianto. 2009 . Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tigkat Satuan
Pedidikan . Jakarta: Kecana.
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENINGKATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK
SISWA KELAS 1.1 MIM UNGGULAN KOTA GORONTALO
TAHUN 2017

NO HARI / TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN

1. Selasa, 16 Mei 2017 Observasi Awal -


2. Selasa, 23 Mei 2017 Tindakan I Siklus I
3. Kamis 25 Mei 2017 Tindakan II
4. Sabtu 27 Mei 2017 Tindakan III
5. Selasa 06 Juni 2017 Evaluasi

6. Selasa 13 Juni 2017 Tindakan I -


7. Kamis 15 Juni 2017 Tindakan II Siklus II
8. Sabtu 17 Juni 2017 Tindakan III
9. Senin 19 Juni 2017 Evaluasi
Lampiran 2

CONTOH LEMBAR AKTIVITAS GURU

No. Aspek Yang Diobservasi Klasifikasi


Ket
Ya Tidak
1. Pendahuluan
1. Berdoa
2. Mengkondisikan Kelas
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan Inti

1. Menjelaskan materi yang relevan sesuai


dengan pembelajaran
2. Menjelaskan dengan memperhatikan kondisi
siswa
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
merespon penjelasan dan memberi pendapat.

3. Penutup

1. Memberi umpan balik pada siswa


2. Menyimpulkan kegiatan pembelajaran
3. Menutup pembelajaran dengan doa
Lampiran 3

LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN SISWA

Nama Siswa :

Kelas :

KLASIFIKASI
NO ASPEK KET
BS B C K
1 Religius - Peserta didik berdoa dalam
pembelajaran
- Memberi salam saat menyapa
guru
- Selalu mengucapkan terima
kasih dan maaf
- Permisi dan tolong
2 Jujur - Peserta didik tidak mencontek
saat mengerjakan tugas
- Mengembalikan barang
temuan
- Tidak mengambil barang
teman
- Segera mengembalikan barang
teman yang dipinjam
3 Disiplin - Datang dan pulang tepat
waktu
- Kerapian diri
- Kerapian pakaian
- Istirahat
4 Peduli - Membuang sampah pada
Lingkungan tempatnya
- Mengumpul sampah disekitar
kelas
- Melaksanakan piket kelas
- Selalu menjaga kebersihan
Lampiran 4

HASIL PEGAMATAN OBSERVASI AWAL


No Religius Jujur Disiplin Peduli L Jumlah Nilai Ket
1 3 3 1 2 9 2,25 C
2 2 2 2 1 7 1,75 K
3 3 2 2 2 9 2,25 K
4 3 2 1 1 7 1,75 K
5 3 2 2 2 9 2,25 C
6 3 2 1 1 7 1,75 K
7 3 2 2 2 9 2,25 C
8 2 2 1 2 7 1,75 C
9 2 1 2 2 7 1,75 C
10 2 2 1 2 7 1,75 C
11 2 2 1 1 6 1,5 K
12 2 3 2 1 8 2 C
13 2 1 2 1 6 1,5 K
14 2 3 1 2 8 2 C
15 2 1 2 2 7 1,75 C
16 3 1 1 1 6 1,5 K
17 2 1 2 2 7 1,75 C
18 2 2 1 2 7 1,75 C
19 2 1 2 1 6 1,5 K
20 2 2 2 1 7 1,75 C
21 2 2 2 2 8 2 K
22 3 1 1 1 6 1,5 K
23 2 1 2 2 7 1,75 C
24 2 1 1 1 5 1,25 K
25 2 1 2 2 7 1,75 C
26 2 1 1 2 6 1,5 K
27 2 1 2 1 6 1,5 K
Jumlah 62 45 42 42 191 47,75
Lampiran 5

HASIL PEGAMATAN SIKLUS I


Peduli
No Religius Jujur Disiplin Jumlah Nilai Ket
L
1 3 2 2 2 9 2,25 C
2 2 3 2 2 9 2,25 C
3 3 2 3 2 10 2,5 B
4 3 2 2 2 9 2,25 C
5 3 3 3 2 11 2,75 B
6 3 2 2 2 9 2,25 C
7 3 2 3 3 11 2,75 B
8 2 2 2 3 9 2,25 C
9 2 2 3 2 9 2,25 C
10 2 2 3 2 9 2,25 C
11 2 3 3 3 11 2,75 B
12 2 3 3 3 11 2,75 B
13 2 2 2 3 9 2,25 C
14 2 3 3 3 11 2,75 B
15 3 2 2 2 9 2,25 C
16 3 2 2 2 9 2,25 C
17 2 2 2 3 9 2,25 C
18 2 3 3 3 11 2,75 B
19 2 2 2 3 9 2,25 C
20 2 3 3 3 11 2,75 B
21 2 3 2 2 9 2,25 C
22 3 3 3 3 12 3 B
23 2 3 3 3 11 2,75 B
24 2 3 2 2 9 2,25 C
25 2 3 3 3 11 2,75 B
26 2 2 3 2 9 2,25 C
27 2 2 2 3 9 2,25 C
JUMLAH 63 66 68 68 265 66,25
Lampiran 6

HASIL PEGAMATAN SIKLUS II


Peduli
No Religius Jujur Disiplin Jumlah Nilai Ket
L
1 3 4 4 4 15 3,75 BS
2 4 4 3 3 14 3,5 BS
3 3 3 3 3 12 3 B
4 4 3 3 4 14 3,5 BS
5 4 4 4 3 15 3,75 BS
6 3 3 3 3 12 3 B
7 3 4 3 4 14 3,5 BS
8 3 3 3 3 12 3 B
9 4 4 4 4 16 4 BS
10 3 3 3 3 12 3 B
11 3 3 4 4 14 3,5 BS
12 3 4 4 3 14 3,5 BS
13 4 3 4 3 14 3,5 BS
14 4 4 4 4 16 4 BS
15 4 4 4 4 16 4 BS
16 3 3 3 3 12 3 B
17 3 3 3 3 12 3 B
18 4 3 3 3 13 3,25 BS
19 4 4 4 4 16 4 BS
20 3 4 3 3 13 3,25 BS
21 3 3 3 3 12 3 B
22 3 4 4 4 15 3,75 BS
23 4 3 4 3 14 3,5 BS
24 4 4 3 4 15 3,75 BS
25 4 3 3 3 13 3,25 BS
26 4 4 3 3 14 3,5 BS
27 3 4 4 3 14 3,5 BS
JUMLAH 94 95 93 91 373 93,25
Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

OBSERVASI AWAL

OBSERVASI AWAL
DOKUMENTASI PENELITIAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN/ TINDAKAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN/ TINDAKAN


DOKUMENTASI PENELITIAN

PERSIAPAN SIKLUS I
DOKUMENTASI PENELITIAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN/ TINDAKAN


DOKUMENTASI PENELITIAN

SIKLUS II

SIKLUS II

Anda mungkin juga menyukai