Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang memberikan tindakan yang cepat dan
tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Keberhasilan penanggulangan penderita
gawat darurat antara lain ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan
standar dan terlaksananya sistem penanggulangan gawat darurat, karena keadaan tersebut
memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.

Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat menimpa seseorang
atau kelompok orang secara tiba – tiba yang dapat membahayakan jiwa sehingga
memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
disusunlah Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Puskesmas Rahayu Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat. Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat
meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra puskesmas maupun di dalam puskesmas
sesuai dengan standar yang ditentukan.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari tersusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Puskesmas
Rahayu Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat ini adalah menata Instalasi Gawat Darurat
Puskesmas Rahayu Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat agar dapat meningkatkan
kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan,
dan harapan masyarakat.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan Puskesmas Rahayu baik dokter,
perawat atau bidan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

E. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat adalah Instalasi pelayanan di puskesmas yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Triage adalah pengelompokan korban berdasarkan atas berat ringannya trauma atau
penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahannya.
3. Prioritas
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survei Primer
Survei Primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
5. Survei Sekunder
Survei Sekunder adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan –
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera
diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien yang datang tiba – tiba dalam kondisi darurat tetapi tidak mengancam nyawa dan
tidak menimbulkan kecacatan anggota badannya.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.
10. DOA (Death On Arrival)
DOA (Death On Arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai di IGD.
11. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi dari berbagai faktor yang datangnya mendadak
dan tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Mekanisme kejadian seperti tertumbuk, terjatuh, terpotong, tercekik oleh benda
asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
Waktu kejadian meliputi sedang dalam perjalanan, istirahat, bekerja dan lain
sebagainya
12. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
13. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan
atau kegagalan dari salah satu sistem / organ di bawah ini, yaitu :
1. Sistem Susunan Saraf Pusat
2. Sistem Respirasi
3. Sistem Kardiovaskuler
4. Sistem Gastrointestinal
5. Sistem Reproduksi
6. Sistem Dermatomuskuloskeletal
7. Sistem Endokrin
8. Sistem Hematoimunologi
Kegagalan atau kerusakan sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma
2. Infeksi
3. Keracunan
4. Asfiksi
5. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
6. Dan lain-lain
14. Rujukan
Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik dan
atau terapi.
15. Visum Et Repertum
Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau permintaan
tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat atau diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
16. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem di mana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman.
17. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana puskesmas membuat kerja atau
aktifitas karyawan lebih aman.

F. Landasan Hukum
1. Undang – Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
2. Undang – Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Undang – Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas.
10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor
63/KEP/M.PAN/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
Formal
1 Kepala Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS
2 Kepala Perawat Instalasi Gawat D III Keperawatan Bersertifikat
Darurat BLS/BTCLS/PPGD
3 Perawat Pelaksana Instalasi D III Keperawatan Bersertifikat
Gawat Darurat BLS/BTCLS/PPGD
4 Pekarya (Pembantu Perawat) SMA

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu yang bertugas minimal sejumlah 2
( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :
1 orang Dokter Umum
1 orang Perawat
1 orang Pekarya

C. Tugas dan Wewenang


Kepala Instalasi Gawat Darurat bertanggung jawab dan mengkoordinir semua kegiatan yang
berhubungan dengan Instalasi Gawat Darurat.

D. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Hari : Senin – Sabtu
Pukul : 07.30 - 14.00

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas
IGD Puskesmas Rahayu berlokasi di gedung utama yang terdiri dari ruangan Triase, ruang
tindakan bedah yang sekaligus dapat digunakan sebagai ruangan tindakan non bedah.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
 Alat – alat untuk ruang tindakan bedah
1. Verban segala ukuran : 4 x 5 Cm ( 5 buah ) dan 4 x10 Cm ( 5 buah )
2. Hecting set ( 5 set )
3. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
Jarum ( 1 set )
4. Kassa ( 1 tromel )
5. Ganti verban set ( 3 set )
6. Spuit sesuai kebutuhan
2.5 cc ( 5 buah )
7. Infus set ( 1 buah )
8. Stetoskop ( 1 buah )
9. Tensimeter ( 1 buah )
10. Thermometer ( 1 buah )
11. Elastis verban sesuai kebutuhan
4 inchi ( 2 buah )
 Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
1. Otoscope ( 1 buah )
2. Nebulizer ( 1 buah )
3. Tensimeter ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah )
5. Thermometer ( 1 buah )
 Alat – alat dalam trolly emergency
1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat Puskesmas Rahayu)
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat Puskesmas Rahayu)
3. Alat – alat kesehatan
Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )
Oropharingeal airway
Face mask ( 1 buah )

6
 Alat & Obat
1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Piala ginjal ( 2 buah )

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat IGD
 Petugas Administrasi
2. Perangkat Kerja
 Status Medis
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien atau keluarga
dibagian administrasi (sesuai SOP). Pasien diutamakan untuk mendapatkan
pertolongan terlebih dahulu kemdudian baru menyelsaikan administrasinya.

B. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD


1. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Operator atau Administrasi
 Dokter atau perawat IGD
2. Perangkat Kerja
 Telepon
 Handphone
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
1. Komunikasi internal dilakukan dengan menghubungi langsung unit – unit lain yang
terkait dengan penanganan pasien.
2. Komunikasi external dilakukan dengan menggunakan layanan telepon atau
handphone.

C. Tata Laksana Pelayanan Triase


1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter Umum
2. Perangkat Kerja
 Stetoscope
 Tensimeter

7
 Rekam Medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
1. Pasien atau keluarga pasien mendaftar ke bagian administrasi (sesuai SOP)
2. Dokter IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu pasien yang mengancam jiwa
atau mengancam fungsi vital akan ditempatkan di ruang tindakan untuk stabilisasi
atau dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa atau fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan atau dirujuk
ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa,
tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien
ditempatkan di ruang tindakan atau dirujuk ke balai pengobatan di puskesmas.

D. Tata Laksana Pengisian Informed Consent


1. Petugas Penangung Jawab
 Dokter Umum
2. Perangkat Kerja
 Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tata Laksana Informed Consent
1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien atau keluarga pasien (sesuai SOP) disaksikan oleh
perawat .
2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. Tata Laksana Rujukan Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter
 Perawat IGD
 Supir
2. Perangkat Kerja
 Mobil Puseksmas Keliling
 Alat Tulis
 brankar
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
1. Dokter atau perawat menghubungi rumah sakit yang akan dituju.

8
2. Dokter atau perawat memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein.
3. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat menuliskan data – data
atau penggunaan mobil puskesmas keliling (nama pasien, waktu penggunaan &
tujuan penggunaan)
4. Perawat IGD menghubungi supir untuk menyiapkan kendaraan
5. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien. Transportasi
Pasien IGD ke faskes lain

G. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


1. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Administrasi
 Dokter IGD / Perawat jaga
2. Perangkat Kerja
 Stetoscope
 Tensi meter
 Alat Tulis
 Status rawat jalan
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien atau keluarga pasien mendaftar dibagian administrasi (sesuai SOP)
2. Dilakukan triase
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh Dokter IGD atau perawat
4. Dokter IGD atau perawat menjelaskan kondisi pasien pada keluarga atau
penanggung jawab
5. Bila perlu dilakukan tindakan, dilakukan pengisian formulir persetujuan tindakan.
Jika pasien bersedia dilakukan tindakan maka dilakukan tindakan sesuai dengan
SOP. Jika pasien menolak tindakan, maka pasien harus mengisi keterangan
penolakan tindakan.
6. Pasien diberi resep dan bias langsung pulang.
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran Dokter IGD atau
perawat.

H. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum


1. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Rekam Medis
 Dokter IGD
2. Perangkat Kerja
 Formulir Visum Et Repertum IGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian
(sesuai SOP)

9
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter yang
menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian

I. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival (DOA)


1. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter IGD
 Perawat
 Petugas ambulan
 Petugas administrasi
2. Perangkat Kerja
 Senter
 Stetoscope
 EKG
 Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD (sesuai SOP)
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka Dokter membuat surat keterangan
meninggal
3. Jenazah dipindahkan atau diserahkan kembali kepada pihak keluarga.

BAB V
LOGISTIK

A. Standar Obat IGD


1. OBAT LIVE SAVING
 InjeksI
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Aminophilin Ampul 14 Anti asmatic dan COPD


preparations
2 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer

10
3 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general
4 furosemide Ampul 16 Diuretics
5 Lidocain Ampul 94 Anastetic lokal
6 Novalgin Ampul 5 Analgetik
7 dexamethason Ampul 4 Anti inflamasi
8 Ranitidine Ampul 5 Antacida
9 Transamin Ampul 7 Haemostatics

 Tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/ Betabloker


2 Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal
3 Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida

 Cairan Infus

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Asering Kolf 4
2 Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
3 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
4 Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2
5 Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
6 Ringer Lactat Kolf 13

 Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Proris Sup Supp 2 Anti piretik , Analgetik


2 Stesolid 5 mg rect Tube 2 Sedatif
3 Dulcolax sup Supp 2 Sedatif

2. OBAT PENUNJANG
 Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Ranitidine Ampul 5 Antasida


2 Ondansentron Ampul 8 Anti emetik
3 gentamycin 1 gr Ampul 10 Antibiotik
4 Ampiicillin Ampul 2 Antibiotik

 Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Amoxilin Tablet 7 Antibiotik


2. Simvastatin Tablet 5 Statin
3. Antasida Tablet 5 Antasida
4. Captopril Tablet 2 Anti hipertensi
5. glibenclamid Tablet 2 Anti diabet
6. Tetrasylin Tablet 3 Antibiotik
7. ciproflokxaxin Tablet 5 Antibiotik

11
8. Pamol Tablet 15 Antipiretic
9. ibuprofen Tablet 2 Analgetic&
Antipiretic

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Kebutuhan
obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap dua minggu berdasarkan analisis
kebutuhan obat dan bahan habis pakai dua minggu yang lalu dengan cadangan 10 %,
diajukan kepada Panitia pengadaan obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dan
alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari direktur.

12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
anlisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas .
 Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat.
 Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas .
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”

13
14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana puskesmas membuat kerja/aktifitas
keryawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun puskesmas HIV / AIDS telah menjadi
ancaman global.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Tatalaksana Keselamatan Kerja


1. Setiap petugas medis maupun non media menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu :
 Mengganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
 Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker, dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
 Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, misalnya memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang
infus, dan lain-lain.
 Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
pasien.
 Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
2. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas, yaitu :
 Dekontaminasi dengan larutan klorin.
 Pencucian dengan sabun
 Pengeringan.
 Menggunakan baju kerja bersih.
3. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
 HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
 Flu burung
Kewaspadaan standar keryawan/petugas UGD dalam menghadapi penderita
dengan flu burung, adalah cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan

15
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh telapak
tangan maupun punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah
memeriksa pasien. Memakai masker N95 atau minimal masker badan.
Menggunakan pelindung wajah/ kacamata goggle (bila diperlukan menggunakan
apron atau gaun pelindung. Menggunakan sarung tangan. Menggunakan
pelindung kaki (sepatu boot).
 Hepatitis B/C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

16
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Rahayu dalam memberikan pelayanan adalah
pelayanan dari pengkajian sampai dengan tindakan kurang lebih 5 menit. Dalam
pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada bagian mutu.

17

Anda mungkin juga menyukai