Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada
wanita post partum (Maritalia, 2015).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan
masa yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60%
kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam
selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo, 2016).
Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks
yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai
keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti
pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari
laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu
tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sementara menurut Depkes tahun 2015, mengalami penurunan
menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan
penurunan angka kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab kematian
ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan
pervaginam. Semua itu dapat terjadi, jika ibu post partum tidak mengetahui
tanda bahaya selama masa nifas. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang masalah informasi yang diperoleh ibu nifas kurang.
Berdasarkan latar belakang maka pada kesempatan ini penulis ingin
mencoba menerapkan asuhan kebidanan pada masa nifas dan
mendokumentasian dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny “A”
PIA0 Umur 20 Tahun.

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis serta
dapat menerapkan manajemen asuhan kebidanan secara nyata sesuai
standar dan wewenang bidan di Praktik Mandiri Puji Handayani
Samarinda.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengumpulan data dan analisis data dasar pada ibu
nifas fisiologis
b. Melaksanakan perumusan diagnosa/masalah pada ibu nifas fisiologis
c. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
d. Melaksanakan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
fisiologis
e. Melaksanakan pendokumentasikan semua temuan dan tindakan
dalam asuhan kebidanan yang telah di laksanakan pada kasus ibu
nifas fisiologis

C. Manfaat
1. Bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan serta meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan dalam persiapan persalinan.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi bagi mahasiswa kebidanan dalam meningkatkan
pengetahuannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin fisiologis khususnya di ITKES Wiyata Husada Samarinda.
3. Bagi Penulis
Sebagai bahan pembelajaran agar dapat meningkatkan pengetahuan
dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan khususnya dalam
menangani persalinan fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas


1. Menurut Ahmaf Muslihin (2019)
Nifas disebut sebagai puerperium. Nifas adalah periode waktu
atau suatu masa yang terjadi setelah proses persalinan selesai yang
diperlukan bagi organ reproduksi untuk kembali seperti pada keadaan
sebelum hamil. Jadi nifas terjadi segera setelah persalinan selesai, dan
berakhir setelah organ reproduksi mendekati keadan semula seperti
sebelum hamil.
2. Menurut Sarah Ulfa (2019)
Masa nifas adalah masa yang dihitung sejak seorang perempuan
melahirkan, hingga 6 minggu sesudahnya. Pada masa-masa tersebut,
Mama akan mengalami perubahan-perubahan pada tubuh sehingga
organ-ogan yang berperan dalam masa kehamilan (seperti rahim, serviks,
vagina) akan kembali seperti semula saat sebelum hamil. Pada masa
nifas, vagina akan mengeluarkan darah atau yang biasa disebut dengan
lochia atau lokia.

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan maupun
dibidang-bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan-kegiatan itu
terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian.

Adapun tujuan dan perawatan nifas menurut Arimina Hartati (2014) ini
adalah:

1. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan


a. Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan
b. Menghilangkan terjadinya anemia
c. Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan keberhasilan
dan strelisasi

4
5

d. Selain hal-hal diatas untuk mengembalikan kesehatan umum ini


diperlukan pergerakan otot yang cukup, agar tunas otot menjadi lebih
baik, peredaran darah lebih lancar dengan demikian otot akan
mengadakan metabolisme lebih cepat.
2. Untuk mendapatkan kesehatan emosi
3. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
4. Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu
5. Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas
selesai, dan dapat memlihara bayi-bayi dengan baik, agar pertumbuhan
dan perkembangan bayi normal.

C. Tahapan Masa Nifas


Beberapa fase yang akan dilalui oleh ibu nifas menurut Rini S. (2016), di
antaranya:
1. Fase Taking In
Merupakan periode ketergantungan. Beberapa rasa yang tidak
nyaman seperti lelah, nyeri jahitan, membuat ibu nifas sangat bergantung
dan membutuhkan perlindungan dan perawatan dari orang lain. Seorang
Ibu nifas pada fase ini akan terfokus pada dirinya sendiri, lebih tertarik
untuk menceritakan pengalaman yang telah dilalui yaitu hamil dan
melahirkan sehingga cenderung pasif terhadap lingkungan sekitar. Pada
fase ini pula, seorang ibu nifas biasanya akan mengalami kekecewaan
atau fase denial, entah itu dari dalam dirinya, bayi yang dilahirkan, suami
atau keluarga. Perasaan bersalah juga sering muncul pada fase ini.
Biasanya berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
2. Fase Taking Hold
Fase selanjutnya adalah fase di mana psikologis ibu sudah mulai
bisa menerima keadaan. Seorang ibu nifas pada fase ini akan mulai
belajar untuk melakukan perawatan bayinya. Tugas pendamping dan
keluarga adalah memberikan dukungan dan komunikasi yang baik agar
ibu merasa mampu melewati fase ini. Periode ini biasanya berlangsung
selama 3-10 hari.
3. Fase Letting Go
6

Fase Letting Go adalah fase di mana seorang ibu nifas sudah


menerima tanggung jawab dan peran barunya sebagai seorang ibu.
Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu melakukan perawatan diri
sendiri dan bayinya secara mandiri dan sudah mampu menyesuaikan diri.
Secara umum, adaptasi ibu nifas akan berjalan seperti teori
tersebut. Namun, ada beberapa hal yang tidak selalu sama karena
respons setiap individu pun berbeda sesuai dengan tingkat kematangan
dan lingkungan. Namun alangkah baiknya, keluarga mengenali fase
tersebut. Agar seorang ibu baru terhindar dari SyndromeBaby Blues
maupun Postpartum Depression.

D. Perubahan Normal Masa Nifas


Masa nifas normal harus memberikan ciri perubahan yang dianggap
normal. Perubahan yang normal dan harus terjadi menurut Kumala F. (2016)
tersebut antara lain :
1. Involusi
Involusi adalah perubahan berupa proses kembalinya organ
reproduksi termasuk rahim dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Rahim akan mengecil
secara alamiah, rahim yang tadinya mengembang dan melebar akibat
adanya bayi di dalam rahim, akan kembali ke bentuk semula yaitu
sebesar buah anggur. Pada saat ivolusi ini akan terjadi kontraksi pada
rahim yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Jika hal ini tidak terjadi, maka
bisa menunjukkan adanya tanda bahaya masa nifas.

2. Lochea
a. Warna merah segar yang keluar hingga hari ketiga, terbentuk dari
darah segar, jaringan sisa plasenta, sel dinding rahim, sel lemak janin,
rambut janin (lanugo), dan kotoran janin.
b. Warna merah dan berlendir, biasanya berlangsung sekitar 1-2
minggu.
7

c. Warna kuning kecoklatan lalu merah muda, yang berisi serpihan


jaringan, sel darah merah dan sel darah putih, serta sisa lendir mulut
rahim. Biasanya berlangsung pada 2 minggu hingga 1 bulan setelah
melahirkan.
d. Warna kekuningan lalu bening, yang berisi sedikit sel darah merah
dan banyak sel darah putih, serpihan jaringan pelapis dinding rahim,
kolesterol, lemak dan lendir. Biasanya berlangsung mulai dari minggu
ke 4 sampai minggu ke 6. Bila cairan lokia sudah berwarna bening,
tandanya masa nifas Anda berlangsung normal.
3. Laktasi
Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI yang
merupakan makanan pokok bagi bayi, makanan yang terbaik, makanan
alamiah. Bagi ibu yang menyusui akan merasa dekat dengan anaknya,
dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, nyaman,
tentram, aman, hangat, akan kasih sayang, ibunya. Pada masa laktasi
terjadi perubahan pada kelenjar payudara yang lebih bertambah besar,
keluar cairan colostrum (ASI perdana) yang berwarna kuning / putih susu.
Terjadi juga hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam susu
ibu, dimana pembuluh darah vena melebar (berdilatasi) sehingga terlihat
jelas.
Apabila ibu memiliki darah nifas yang masih keluar meski telah
berlansung selama 40 hari, sebaiknya ibu segera memeriksakan diri ke
dokter untuk memastikan bahwa tidak ada masalah. Karena keluarnya
darah nifas lebih dari 40 hari dapat menandakan adanya masalah pada
rahim dan organ reproduksi lainnya.

E. Tanda Bahaya Masa Nifas


Beberapa kondisi pada masa nifas yang perlu diperhatikan karena
memiliki kemungkinan sebagai tanda bahaya menurut Dewi Maritalia
(2016) , termasuk:
1. Perdarahan pascamelahirkan
Perdarahan pascamelahirkan dapat menjadi tanda bahaya. Hal
ini perlu dicurigai jika harus mengganti pembalut lebih dari satu kali per
8

jam. Keadaan ini juga bisa disertai dengan pusing dan detak jantung
yang tidak teratur.
Bila mengalaminya, dianjurkan untuk segera mencari
pertolongan medis. Kondisi ini mungkin menandakan masih ada
plasenta (ari-ari) yang tertinggal dalam rahim, sehingga perlu dilakukan
tindakan kuretase sebagai penanganannya.
2. Demam tinggi (lebih dari 38°C)
Demam tinggi dan tubuh mengigil, bisa menjadi tanda infeksi.
Keluhan ini juga bisa diiringi dengan nyeri pada bagian perut,
selangkangan, payudara, ataupun bekas jahitan (bila melahirkan dengan
operasi). Selain demam, darah nifas yang berbau menyengat juga dapat
menjadi gejala infeksi.
3. Sakit kepala hebat
Sakit kepala yang terjadi satu minggu pertama masa nifas
mungkin merupakan efek sisa pemberian obat anestesi saat melahirkan.
Namun, jika sakit kepala terasa sangat mengganggu, disertai dengan
penglihatan kabur, muntah, nyeri ulu hati, ataupun bengkaknya
pergelangan kaki, perlu waspada. Kondisi tersebut bisa menjadi tanda
komplikasi seperti preeklampsia pascamelahirkan.
4. Nyeri pada betis
Nyeri tak tertahankan pada betis, yang disertai dengan rasa
panas, pembengkakan, dan kemerahan bisa menjadi tanda adanya
penggumpalan darah. Kondisi ini dikenal sebagai deep vein thrombosis
(DVT) dan bisa berakibat fatal bila gumpalan darah tersebut berpindah ke
bagian tubuh lain, misalnya paru-paru.
5. Kesulitan bernapas dan nyeri dada
Nyeri dada yang disertai dengan sesak napas bisa menjadi tanda
emboli paru. Emboli paru adalah kondisi tersumbatnya aliran darah di
paru-paru, biasanya karena ada gumpalan darah. Kondisi ini bisa
mengancam nyawa, apalagi bila muntah darah atau penurunan
kesadaran turut terjadi.
6. Gangguan buang air kecil
Tidak bisa buang air kecil (BAK), tidak bisa mengontrol keinginan
BAK, ingin BAK terus-menerus, nyeri saat BAK, hingga gelapnya warna
air kencing bisa menjadi tanda kondisi medis tertentu. Tergantung gejala
9

yang dialami, masalah tersebut bisa menjadi tanda dehidrasi, gangguan


pada otot usus atau panggul, hingga infeksi pada kandung kemih ataupun
ginjal.
7. Merasa sedih terus-menerus
Perubahan kadar hormon dan munculnya tanggung jawab setelah
melahirkan, bisa membuat ibu mengalami baby blues. Gejala yang
muncul bisa berupa perasaan gelisah, marah, panik, lelah atau sedih.
Umumnya kondisi ini hilang dalam beberapa hari atau minggu. Bila
perasaan tersebut tak juga hilang, bahkan disertai rasa benci, keinginan
bunuh diri, juga halusinasi, kemungkinan mengalami depresi
pascamelahirkan. Kondisi ini tergolong berbahaya dan perlu segera
mendapat penanganan

F. Kebutuhan Kunjungan pada Masa Nifas


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan
ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk
mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan masa nifas dibagi menjadi 3 kali kunjungan yaitu : (Saleha, 2015).
1. Kunjungan pertama 6-3 hari setelah persalinan.
a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. Kunjungan kedua pada 4-28 hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca
persalinan.
c. Memastikan ibu mendapat cukupan makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi
10

3. Kunjungan ketiga pada 29-42 hari setelah persalinan


a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di alami nya
atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
18

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Hasil
1. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Kunjungan I (6 Jam)
DATA SUBJEKTIF
Tanggal : 13 November 2020
Waktu Kajian : 12. 30 Wita
Tempat : BPM Puji Handayani, M. Tr. Keb
Oleh : Rosi Etika Sari
a. Identitas
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. A : Tn. B
Umur : 20 Tahun : 25 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia :
Buton/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta : Swasta
Alamat : Jl. Ulin Gg. 10 : Jl. Ulin Gg. 10
No. Telp/Hp : 0822-5566-xxxx :-
b. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa bingung karna bayi kurang bisa menyusu
c. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 19 tahun. Dengan suami sekarang 1
Tahun.
d. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 tahun. Siklus 30 hari. Teratur/tidak.
Lama 7 hari. Sifat darah : encer/beku. Bau Khas Flour Albus ya/tidak.
Disminorrea ya/tidak. Banyaknya ± 80 cc
HPM 15 - 02 - 2020 HPL 5 –11 - 2020
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
PI Ab0 Ah0
f. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
19

g. Riwayat Kesehatan
1) Penyakit Sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang mengalami penyakit
menurun, menahun dan menular.
2) Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah atau sedang menderita
penyakit menurun, menahun dan menular
h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terakhir
Masa Kehamilan : 38 Minggu
Tempat Persalinan : BPM Puji Handayani Penolong : Bidan
Jenis Persalinan : Spontan/tindakan : Spontan
Atas Indikasi : Tidak Ada
Komplikasi :
1) Partus Lama : Tidak ada
2) KPD : Tidak ada
Plasenta : Lengkap/tidak
1) Lahir : Spontan/manual
2) Ukuran/berat : 450 gram
3) Tali Pusat : Panjang 48 cm, Insersio : Sentralis
4) Kelainan : Tidak Ada
Pirenium : Utuh
Ruptur (Derajat 1/2/3/totalis)
Episiotomi (Medialis/Lateralis/Totalis)
Jahitan dalam 2 benang
Jahitan luar 4 benang
Jahitan Jelujur : Tidak ada
Pendarahan : Kala I 35 cc
Kala II 100. cc
Kala III 45 cc
Kala IV 80 cc
Selama Operasi, tidak ada
Tindakan Lain : Infus, tidak ada
Transfusi Darah, tidak ada
Lama Persalinan : Kala I 14 Jam
Kala II 30 Menit
20

Kala III 5 Menit


Kala IV 2 Jam
Operasi …. Jam .. Menit
Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal : 13 November 2020 Jam 12.30 WITA
Masa Gestasi : 38 Minggu
BB/PB : 2700 gram/ 48 cm
Rawat Gabung : ya/tidak
i. Riwayat Post Partum
Ambulasi : Ibu mengatakan sudah bisa duduk, berdiri dan
berjalan sendiri
Pola Makan : Ibu mengatakan makan 2 kali sehari 1 porsi piring
(nasi, lauk, pauk,buah-buahan)
Pola tidur : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan malam 4-6
jam
Pola Eliminasi
1) BAB : Ibu mengatakan belum ada BAB
2) BAK : Ibu mengatakan sudah ada BAB
Pengalaman menyusui : ibu mengatakan belum pernah
menyusui
Pengalaman waktu melahirkan : Ibu mengatakan baru pertama kali
Pendapat ibu tentang bayinya : Ibu merasa bahagia
Lokasi ketidaknyamanan : Payudara/Perut/Perineum
j. Keadaan Psiko Sosial Spiritual
1) Kelahiran ini :  Diinginkan tidak diinginkan
2) Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayinya : Ibu merasa bahagia
3) Tinggal serumah dengan : Suami
4) Orang terdekat Ibu : Suami dan Orang Tua
5) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
Keluarga merasa bahagia dengan kelahiran bayi
6) Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan kelahiran bayi
Ibu mengatakan mengetahui tentang masa nifas yaitu 40 hari
setelah persalinan dan ibu dapat merawat bayi
7) Rencana perawatan bayi
21

Ibu mengatakan akan merawat bayi dengan bantuan orang tua


dan suami
k. Keluhan Sekarang
Ibu mengatakan perut terasa mules dan terasa perih pada jalan lahir
l. Pertanyaan yang diajukan
Bagaimana cara merawat bekas luka jahitan pirenium ?

DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Baik Kesadaran Composmentis
2) Status Emosional : Merasa bahagia
3) Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 16 kali/menit
Suhu : 36,9 °C
4) BB/TB : 66 kg / 151 cm
5) Kepala dan Leher
Edema wajah : Tidak ada edema pada wajah
Mata : Simetris, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda, refleks pupil
mengecil saat terkena cahaya
Mulut : Simetris, Bibir lembab, Stomatitis (-),
Karies gigi (-)
Leher : Simetris, Tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis
6) Payudara
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Sedikit
Keluhan : Tidak ada
7) Abdomen
Dinding perut : Simetris
Bekas luka : Tidak ada
TFU : 2 jari dibawah pusat
22

Kontraksi uterus : Baik


Kandung kemih : Kosong
8) Ekstremitas
Edema : Tidak ada edema
Varices : Tidak ada
Reflek Patela : Positif kanan dan kiri
Kuku : Bersih tidak panjang
9) Genetalia luar
Edema : Tidak ada edema
Varices : Tidak ada
Pirenium : Ruptur derajat 2
Jahitan : Ada
Pengeluaran Lokhea : Rubra
Anus : Normal
b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

ASSESMENT
a. Diagnosis Kebidanan
PIA0 6 jam post partum fisiologis
b. Masalah
ASI belum keluar dan bayi susah menyusu
c. Kebutuhan
KIE perawatan payudara, nutrisi, teknik menyusui dan pijat oksitosin
serta personal hygiene
d. Diagnosis Potensial
Tidak ada
e. Masalah Potensial
Tidak ada
f. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
1) Mandiri
Tidak ada
2) Kolaborasi
Tidak ada
3) Marujuk
Tidak ada
23

PLANNING (Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi)


Tanggal 13 November 2020 Jam : 13.00 WITA
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal dengan tanda
tanda vital Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali/menit,
Pernapasan : 16 kali/menit, Suhu : 36,9 °C. Dari hasil pemeriksaan fisik
puerperium. TFU : 2 jari dibawah pusat, pengeluaran lokhea rubra,
konsistensi cair.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan dirinya dalam batas normal, TD :
130/80 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 16 kali/menit, Suhu :
36,9 °C.
2. Mengajarkan kepada ibu cara mencegah perdarahan seperti memassase
fundus uterus dengan memutar searah jarum jam bila uterus terasa
lembek dan bila ada terasa darah yang keluar dari jalan lahir yang
mengalir sangat deras
Evaluasi : Ibu mengerti kapan harus memassase uterus dan mengerti
cara memassase uterus dan hasil yang diperoleh yaitu uterus
berkontraksi dengan baik.
3. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI kepada bayinya saat bayi
terjaga, setiap 2 jam sekali atau setiap bayi ingin menyusu
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI kepada ibu
pada saat bayi terjaga, 2 jam sekali dan saat bayi ingin menyusu
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara serta
menjelaskan kepada ibu pentingnya menjaga kebersihan diri dan area
genetalia agar terhindar dari infeksi dan menganjurkan kepada ibu untuk
membersihkan alat genetalia apabila telah BAK dan BAB sesering
mungkin mengganti pembalut apabila terasa tidak nyaman
Evaluasi : Ibu mengerti untuk melakukan perawatan payudara dan
bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan area genetalia
5. Menjelaskan dan mengajarkan kepada ibu mengenai teknik
menyusui yang baik dan benar serta mengajarkan kepada ibu untuk
melakukan pijat oksitosin
24

E/. Ibu mengerti dan bersedia menyusui dengan teknik yang benar dan
suami dan keluarga ibu siap membantu ibu untuk melakukan pijat
oksitosin
6. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda dan bahaya masa nifas yaitu :
demam tinggi > 38°C, tidak dapat BAB selama 3 hari, pembengkakan
didaerah payudara ibu dan pengeluaran lokhea yang berbau
Evaluasi : Ibu mengerti tentang perubahan yang dialaminya dan dapat
menyebutkan tanda-tanda bahaya nifas
7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan makanan yang bergizi,
memperbanyak minum air putih,dan tetap mengkonsumsi tablet vitamin
dan obat yang diberikan. Ibu harus mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang dan dengan porsi yang lebih banyak dibanding ibu yang tidak
menyusui, karena ibu menyusui membutuhkan tambahan kalori untuk
memenuhi kebutuhannya dan bayi. Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein karena protein dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan luka, hal tersebut dikarenakan
protein merupakan zat pembangun dan makanan yang dapat
memperbanyak air susu ibu yaitu seperti daun katu, sari kedelai dsb.
Evaluasi : Ibu paham kebutuhan nutrisinya dan bersedia mengatur pola
makanannya dan bersedia untuk makan makanan yang dapat
memperbanyak air susu ibu
8. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan kembali pada hari
ketiga setalah persalinan
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui kapan akan dilakukan lagi
selanjutnya dan ibu bersedia diperiksa
9. Bidan melakukan pendokumentasian seluruh hasil pemeriksaan
Evaluasi : Dokumentasi telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran Plasenta dan berakhir


ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’ yang artinya bayi
dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. sekitar 50% kematian ibu
terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan
yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi (Vivian, 2011).
Sebagai bidan dalam praktiknya harus mengetahui keadaan ibu yang
memang membutuhkan pemeriksaan yang baik agar ibu terhindar dari kesakitan
akibat masa nifas berdasarkan prinsip sayang ibu, dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada masa nifas normal tidak ada perbedaan yang menyolok antara
teori dan praktek semua dikerjakan sesuai apa yang ada dalam teori.
Berdasarkan asuhan kebidanan pada “Ny. ‘’D’’ umur 28 tahun dengan
Post Partum 6 jam di PMB Nurhaidah SST Samarinda didapatkan bahwa semua
hasil pemeriksaan fisik pada ibu dikatakan normal dan sesuai dengan teori yang
ada, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
b. Pernapasan : 16x/menit
c. Nadi : 80x/menit
d. Suhu : 36,9°C
2. Payudara
Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan, puting susu menonjol,
pengeluaran ASI belum ada, dan ibu mengatakan merasa perih pada jalan
lahir
3. Abdomen
Terdapat Striae Lividae, tidak ada bekas luka, Tinggi Fundus Uteri 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, dan kandung kemih kosong
19

4. Ekstremitas
Tidak terdapat edema pada bagian ekstremitas, tidak ada varices, positif
kanan dan kiri untuk reflek patela, dan bagian kuku ibu bersih dan tidak
pucat
5. Genetalia Luar
Tidak terdapat edema, tidak ada varises, ada mengeluarkan lochea rubra
dan terdapat luka bekas jahitan.

Dalam menerapkan asuhan kebidanan penulis pada kasus ini mulai dari
pengkajian sampai evaluasi, tidak didapatkan masalah yang spesifik, karena ibu
nifas masih dalam batas normal, yang didukung dengan data penunjang,
sehingga penulis dapat menganalisa/menegakkan diagnosa serta melaksanakan
asuhan kebidanan dan didapatkan hasil bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik sehingga dikatakan bahwa seluruh pemeriksaan dalam batas
normal.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
uterus kembali seperti keadaan sebelum hamil selama kurang lebih 6
minggu. Selama masa nifas ini seorang ibu perlu mendapatkan asuhan
yang sesuai dengan kebutuhan dirinya. Oleh karena itu, wewenang dan
tanggung jawab bidan yang kompeten dan trampil sangat penting dalam
hal ini.
Di dalam melaksanankan tugasnya, seorang bidan perlu untuk
melakukan pendokumentasian. Terdapat dua metode
pendokumentasian, yaitu menurut Helen Varney dan menurut SOAP.
Namun, dalam pedokumentasian kali ini menggunakan metode SOAP.
Langkah awal yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan masa
nifas adalah melalui pengkajian data yang terdiri atas data subjektif dan
data objektif. Data subjektif digali langsung dari klien atau keluarganya,
sedangkan data objektif diambil melalui pemeriksaan baik pemeriksaan
umum, pemeriksaan khusus maupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Rumusan-rumusan yang terdapat dalam penatalaksanaan meliputi
penyusunan rencana, pelaksanaan asuhan, dan evaluasi hasil. Rumusan
tersebut harus sesuai dengan tindakan dan kesimpulan yang telah dibuat.

Asuhan Kebidanan Post partum pada Ny. ‘’A’’ umur 20 tahun


dengan Post Partum hari ke-2 Normal di PMB Nurhaidah SST Samarinda
tahun 2020 dengan menggunakan metode SOAP maka dari hasil praktik
pemeriksaan post partum dapat disimpulkan Ny.”A” dalam keadaan baik
dan tidak didapati masalah atau komplikasi yang menyetai masa nifas ibu
tersebut.

B.   Saran
1. Bagi Ibu Nifas
Saran bagi ibu agar lebih sering melakukan perawatan masa
nifas agar mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan bayi.
21

2. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa D III Kebidanan agar selalu melakukan
cucitangansebelum dan sesudah melakukan tindakan terhadap
paisen, dengan lebih berhati-hati saat melakukan tindakan serta
selalu menerapkan ilmu yang telah di berikan.
3. Bagi Institusi
Bagi institusi agar lebih memperhatikan anak didik dan dapat
memberikan ilmu sebaik-baiknya.
22

DAFTAR PUSTAKA

Siwi E, Th Endang Purwoastuti. 2015. Asuhan Masa Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Rini, S & Kumala, F (2016). Panduan asuhan nifas & evidence based practice.
Jakarta: Deepublish

Hartati, A. 2014 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

https://www.alodokter.com/tanda-bahaya-masa-nifas-yang-patut-diwaspadai

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/pemantauan-setelah-kelahiran/

https://lusa.afkar.id/konsep-dasar-masa-nifas

Anda mungkin juga menyukai