Septoplasti
Oleh
dr. Ari Utama
Pembimbing
Dr. Yoan Levia Magdi, Sp.T.H.T.K.L.(K)., FICS
Abstrak
Septoplasti merupakan prosedur bedah untuk mengubah bentuk atau posisi dari
septum yang bengkok dengan memperbaiki tulang rawan dan tulang di hidung. Prosedur
ini juga dikenal dengan istilah operasi septum. Indikasi septoplasti secara klinis ialah
pada deviasi septum yang mengakibatkan sumbatan hidung bilateral maupun unilateral,
epistaksis yang persisten maupun rekuren, sakit kepala akibat contact point
dengan deviasi septum, memperluas akses ke daerah kompleks osteomeatal pada operasi
sinus, akses pada operasi dengan pendekatan transeptal transfenoid ke foss hipofise.
Komplikasi septoplasti endoskopik adalah meliputi nyeri alih gigi, perforasi septum
asimtomatis, sinekia, epistaksis dan hematoma septum. Prognosis pada pasien deviasi
septum setelah menjalani septoplasti cukup baik, hanya saja pasien harus memperhatikan
perawatan setelah operasi dilakukan.
Abstract
Septoplasty is a surgical procedure to manipulate the shape or position of septum
deviation by repairing cartilages and bones of the nose. This procedure was also known
as septum surgery. Clinical indications of septoplasty are septum deviation with
persistent or recurrent epistaxis, headache caused by the contact point with the septum
deviations, widening the access to osteo-meatal complex while the sinus surgery, surgical
access of transeptal trans sphenoidal approach to foss hipofise. The complications of
endoscopic septoplasty are the referred pain to the teeth area, asymptomatic septum
perforations, synechia, epistaxis, and septal hematoma. The prognosis is good for the
septum deviations patients who undergo septoplasty, but the patients should be more
concerned about the post-treatment after the surgery.
2
BAB I
Pendahuluan
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan
yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :
Sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago alar mayor,
Beberapa pasang kartilago alar minor, dan
Tepi anterior kartilago septum.6
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang
disebut vibrise. Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding
medial, lateral, inferior dan superior.5,6
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang
dan tulang rawan. Bagian tulang rawan adalah kartilago septum (lamina
kuadrangularis) dan kolumela. Sedangkan bagian tulang adalah :
lamina perpendikularis os etmoid,
os vomer,
krista nasalis os maksila, dan
krista nasalis os palatina.6
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
yang lebih kecil lagi ialah konka superior, dan yang terkecil disebut konka
suprema. Konka suprema ini bersifat rudimenter. Konka inferior merupakan
tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan
konka media, superior, dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.6
Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga
hidung. Pada meatus medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus
semilunaris, dan infundibulum etmoid. Hiatus semilunaris merupakan suatu celah
sempit melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila, dan sinus
etmoid anterior. Meatus superior merupakan ruang di antara konka superior dan
kona media. Pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus
sfenoid.5,6
Gambar 4. Dinding Lateral Cavum Nasi
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
n. etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal
dari n. oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat
persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatina.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan
sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh pseudostratified columnar
non-ciliated epithellium. Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel
penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu
berwarna coklat kekuningan.
Resonansi Suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan
hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga
terdengar suara sengau.
Proses Bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m, n, ng)
dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle
turun untuk aliran udara.
Refleks Nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Contohnya, iritasi mukosa
hidung menyebabkan refleks bersin dan napas terhenti. Rangsang bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.5,6
2) Deviasi
Lesi ini lebih karakteristik dengan penonjolan berbentuk ‘C’ atau ‘S’ yang
dapat terjadi pada bidang horisontal atau vertikal dan biasanya mengenai
kartilago maupun tulang.
3) Dislokasi
Batas bawah kartilago septum bergeser dari posisi medialnya dan menonjol
ke salah satu lubang hidung. Septum deviasi sering disertai dengan kelainan
pada struktur sekitarnya.
4) Sinekia
Bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka di
hadapannya. Bentuk ini akan menambah beratnya obstruksi.2,3
2) Maksila
Daya kompresi yang menyebabkan deviasi septum biasanya asimetri dan
juga dapat mempengaruhi maksila sehingga pipi menjadi datar,
pengangkatan lantai kavum nasi, distorsi palatum dan abnormalitas
ortodonti. Sinus maksilaris sedikit lebih kecil pada sisi yang sakit.
3) Piramid Hidung
Deviasi septum nasi bagian anterior sering berhubungan dengan deviasi
pada piramid hidung.
4) Perubahan Mukosa
Udara inspirasi menjadi terkonsentrasi pada daerah yang sempit
menyebabkan efek kering sehingga terjadi pembentukan krusta.
Pengangkatan krusta dapat menyebabkan ulserasi dan perdarahan. Lapisan
proteksi mukosa akan hilang dan berkurangnya resistensi terhadap infeksi.
Mukosa sekitar deviasi akan menjadi edema sebagai akibat fenomena
Bernouili yang kemudian menambah derajat obstruksi.2
Jin RH dkk membagi deviasi septum berdasarkan berat atau ringannya keluhan :
1) Ringan
Deviasi kurang dari setengah rongga hidung dan belum ada bagian septum
yang menyentuh dinding lateral hidung.
2) Sedang
Deviasi kurang dari setangah rongga hidung tetapi ada sedikit bagian
septum yang menyentuh dinding lateral hidung.
3) Berat
Deviasi septum sebagian besar sudah menyentuh dinding lateral hidung.4
b. Etiologi
Jadi deviasi septum dapat menyebabkan satu atau lebih dari gejala
berikut ini :
Sumbatan pada salah satu atau kedua nostril
Kongesti nasalis biasanya pada salah satu sisi
Perdarahan hidung (epistaksis)
Infeksi sinus (sinusitis)
Kadang-kadang juga nyeri pada wajah, sakit kepala, dan postnasal drip.
Mengorok saat tidur (noisy breathing during sleep), terutama pada bayi
dan anak.10,11
3.1 Definisi
Septoplasti adalah prosedur bedah untuk mengubah bentuk atau posisi
dari septum yang bengkok dengan memperbaiki tulang rawan dan tulang di
hidung. Prosedur ini juga dikenal dengan istilah operasi septum. 1
Septoplasti merupakan konsep modern bedah koreksi terhadap septum.
Perkembangan endoskopi telah ikut berperan dalam kemajuan teknik septoplasti
yang konservatif dan fungsional. Septoplasti endoskopik merupakan prosedur
koreksi septum dengan pendekatan langsung ke target septum yang akan
dikoreksi dengan menggunakan endoskop.Visualisasi yang kurang baik seperti
dengan lampu kepala akan menjadi faktor predisposisi terjadinya trauma mukosa
dan perdarahan yang seharusnya tidak perlu terjadi.13
Septum merupakan bagian hidung yang memisahkan kedua lubang
hidung. Septum terdiri dari tulang dan tulang rawan. Karena beberapa alasan,
septum dapat menjadi bengkok atau menyimpang, sehingga salah satu lubang
hidung menjadi lebih besar. Walaupun tidak selalu memerlukan pembedahan,
kondisi ini biasanya akan menghambat peredaran udara di saluran hidung.
Septum yang bengkok juga dapat mengakibatkan masalah lain, seperti nyeri
dan pendarahan hidung. Kondisi ini hanya dapat disembuhkan dengan
septoplasty.
Septoplasty tidak boleh disalahartikan dengan rhinoplasty atau operasi
hidung. Walaupun sama-sama dilakukan pada hidung, namun septoplasty
tidak akan mengubah bentuk hidung. Rhinoplasty merupakan prosedur
kecantikan, sedangkan septoplasty merupakan prosedur rekonstruktif, yang
berarti prosedur ini dapat ditanggung asuransi. 1
3.2 Indikasi
2.3.2 Prosedur
terdapat krista pada septum nasi sebelah kanan. Skop 00 dipegang dengan tangan
kiri dan dilakukan infiltrasi pada kedua sisi septum dengan adrenalin 1:200.000
dengan tangan kanan. Dilakukan insisi vertikal pada mukosa septum sebelah
kanan anterior dari krista. Dilanjutkan insisi horizontal sepanjang krista mulai
anterior sampai posterior. Septum dibebaskan dengan melakukan elevasi mukosa
sebelah kanan dengan menggunakan elevator Cottle. Deviasi direseksi dengan
menggunakan gunting dan forseps. Mukosa yang dielevasi dikembalikan ke
tempat semula.
Kavum nasi dievaluasi, tampak septum sudah lurus. Dipasang tampon
anterior pada kavum nasi kanan dan kiri.
Pasca operasi pasien dirawat dan diberi terapi seftriakson 2x1gr dan
deksametason 3x1 ampul intravena dan tramadol drip 1 ampul dalam 1 kolf ringer
laktat pada hari pertama, dilanjutkan dengan asam mefenamat 3 x 500mg.13
Gambar 10. Teknik operasi septoplasty
2.3.3 Langkah-Langkah Septoplasti14
1) Dekongest kedua sisi hidung dengan menggunakan pledget yang
direndam dalam epinefrin dengan perbandingan 1: 1000, atau sebagai
alternatif dapat menggunakan pseudoefedrin. Setelah beberapa menit,
suntikkan lidocaine dengan epinefrin di submucoperichondrial planes
pada kedua sisi.
2) Periksa kedua sisi septum (Gambar 11)
Gambar 12. Insisi Bagian Atas menuju ke Dasar Nasal, Bagian Belakang
Dipotong untuk Memperluas Penglihatan14
8) Gunakan elevator Cottle untuk mengembangkan submucoperichondrial
flap melalui sayatan,
9) Tinggikan flap sambil melepaskan kulit secara setengah lingkaran mulai
dari arah posterosuperior, kemudian turun ke dasar nasal dan akhirnya
menyapu dari posterior ke anteroinferior (Gambar 13)
Gambar 13. Mucoperichondrial dan Mucoperiosteal Flaps yang
Dielevasikan ke Bawah sampai Terlihat Maxillary Crest14
Gambar 14: Flap diangkat dari septum konveksitas, dengan pledget yang
direndam epinefrin, digunakan untuk hemostasis14
15) Pada flap ipsilateral angkat melebihi deviasi septum, buat insisi
transkartilago 1-2mm dari posterior menuju ke insisi pada mukosa asli
dengan pisau bersudut membentuk tulang rawan dan kemudian
menggunakan Cottle angkat untuk menglengkapi insisi kartilago
(Gambar 15)
16) Pertahankan cartilage struts bagian dorsal dan caudal > 1 cm untuk
penyangga bagian ujung dan hidung (Gambar 16)
17) Tinggikan flap kontralateral (Gambar 15); berhentilah mengangkat flap
ketika persimpangan antara flap dan tulang rawan tidak dapat terlihat
Gambar 15 : Cottle Elevator digunakan untuk melengkapi insisi Kartilago dan
membuat Submucoperichondrial flap yang kontralateral14
Gambar 16 : Kartilago Dorsal dan Caudal diangkat > 1cm dilakukan untuk
mensupport tindakan pembedahan14
18) Setelah kedua flap sepenuhnya terangkat, gunakan swivel knife atau
gunting untuk menghilangkan bagian kartilago segi empat (Gambar 17);
simpan kartilago untuk kemudian digunakan sebagai penggantinya
(Gambar 18)
Gambar 17 : Swivel Knife digunakan untuk Mendeviasi Kartilago 14
22) Setelah defleksi dipisahkan dari dasar tengkorak, refleksikan sisa mukosa
yang tersisa di sekitar defleksi dan fraktur dengan hati-hati dan hilangkan
defleksi bertulang yang tersisa dengan penjepit tang
23) Jika defleksi melibatkan krista maksila, tinggikan mukosa di sepanjang
dasar hidung dari arah posterior ke anterior (Gambar 1,20)
24) Lepaskan puncak yang memproyeksikan jalan nafas dengan pahat 4mm
(Gambar 21), jangan lanjutkan jika memungkinkan dapat melukai saraf
nasopalatine dan memicu masalah pendarahan dari arteri palatina yang
lebih besar. Setelah seluruh defleksi telah dihentikan direkomendasikan
bahwa tulang rawan yang telah diangkat untuk diganti, terutama jika
sebagian besar tulang rawan segi empat dikeluarkan; daerah lengkung
tulang rawan pertama diratakan dengan menggunakan palu.
25) Tutup mucoperichondrial flap; gunakan jahitan catgut polos 4-0 pada
jarum Keith untuk menutup kedua sayatan dan untuk menjepit flap
mucoperichondrial dengan jahitan quilting
26) Lewati jarum posterior dan kemudian ke sayatan anterior; ikat 2 knot
untuk menempelkan mukosa (Gambar 22) Berhati-hatilah dengan jahitan
awal untuk mendekati tepi mukosa.
27) Gunakan jahitan yang sama untuk menutup sayatan menggunakan teknik
back and forth. Dapat dilakukan secara posterior untuk mengumpulkan
flap mucoperichondrial menggunakan 3 sampai 4 lintasan (Gambar 23).
Akhiiri dengan tusukan yang dapat dilakukan dari anterior dan diikat ke
ujung benang dari tusukan awal
28) Belat bersifat opsional setelah quilting meskipun dapat meningkatkan
penyembuhan dan mengurangi risiko hematoma septum; penulis senior
menggunakan belat Doyle yang dijahit melalui septum membran dan
dibiarkan di tempatnya selama sekitar 1 minggu. 14
2.3.3 Komplikasi
2.3.4. Prognosis
Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari
septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh. Prognosis pada
pasien deviasi septum setelah menjalani operasi cukup baik dan pasien dalam 10-
20 hari dapat melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Hanya saja pasien harus
memperhatikan perawatan setelah operasi dilakukan. Termasuk juga pasien harus
juga menghindari trauma pada daerah hidung.2
BAB IV
Kesimpulan