Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KURIKULUM DAN TEORI-TEORI PENDIDIKAN

Dosen Pengampun:

Dr.Musa,M.Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

1. Fina Oktavia (204190146)


2. Halimah Tusaddiah (204190134)
3. Endang Patmiatun (204190155)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH N IBTIDAIYAH


FAKULTAS TABIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAN ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDIN
JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami limpahkan segenap puja dan puji atas kehadiran–Nya, Rahmat-
Nya, Hidayah, dan Inayah–Nya karena Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
Makalah “Kurikulum dan Teori-Teori Pendidikan”.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu
syarat dan kewajiban penulis dalam satu mata kuliah. Makalah ini diperuntukkan
untuk bahan kajian ilmu pengetahuan dan bahan pengajar. Makalah ini kami
konsep dengan memperhatikan berbagai aspek-aspek yang telah kami kumpulkan
dan disepakati bersama dari berbagai sumber referensi terpercaya.

Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami konsep ini masih
memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimat, materi dan tata bahasa, untuk
itu kami meminta maaf sebesarnya jika makalah ini tidak menunjang dari kata
sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca menjadi lebih komprehensif.
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa/i.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jambi, 2020

Team penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. 1

B. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. 2

B. Fungsi teori kurikulum3

C. 6

D. 8

E. 12

BAB II PENUTUP

A. 14

DAFTAR PUSTAKA15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi tentang kurikulum dewasa ini semakin mendapat perhatian dari
kalangan ilmuwan yang menekuni bidang pengembangan kurikulum, teknologi
pendidikan dan administrasi pendidikan. Studi ini dianggap menepati bagian
terpenting dalam studi pengembangan kurikulum dan administrasi pendidikan.
Hal ini wajar, sebab kurikulum adalah komponen penting dan merupakan alat
pendidikan yang sangat vital dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Itu
sebabnya, setiap institusi pendidikan, baik formal dan non formal, harus memiliki
kurikulum yang sesuai dan serasi, tepat guna dengan kedudukan, fungsi dan
peranan serta tujuan lembaga tersebut. Jadi artinya, bermutu atau tidaknya sebuah
institusi pendidikan sangat bergantung pada sistem kurikulumnya.
Menilik dari hal-hal di atas telah melatarbelakangi kelompok kami dalam
menyusun makalah ini. Sebelum membahas pengembangan kurikulum lebih
mendalam, alangkah lebih baiknya kita mengetahui teori-teori pendidikan dan
kurikulum, karena ini merupakan fondasi untuk memahami pengembangan
kurikulum.
A. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
a. Apa yang dimaksud dengan teori kurikulum?
b. Apa fungsi dari teori kurikulum?
c. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan?
d. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan?
e. Bagaimana hubungan antara teori pendidikan dengan kurikulum?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Kurikulum
Menurut para ahli, keberadaan teori kurikulum belum mantap atau dengan
kata lain belum bisa dibentuk. Meskipun demikian, banyak ahli yang
menyumbangkan buah pikirannya agar terbentuk teori kurikulum yang akurat.
Karenanya, upaya-upaya ke arah terjadinya suatu teori kurikulum sebagai
science of curriculum terus dikembangkan. Kesulitan-kesulitan dalam
menjadikan teori kurikulum disebabkan berbagai faktor, antara lain karena para
ahli, yaitu:
James B. MacDonald, mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum
merupakan an historical accident yang berlangsung secara kebetulan, acak dan
tidak sistematis. Pemikiran mengenai kurikulum tidak dilakukan secara
sistematis berdisarkan apa yang dicapai sebelumnya. Karenanya,
pengembangan kurikulum mesti didahului dengan pembentukan sistem dan
model konseptual yang seterusnya diuji melalw penelitian empiric yang
sistematis (Nasution, 1993:175).
Colin Marsh dan Ken Stafford (1984:22-23) menyatakan bahwa: Granted
that theory building in the field of curriculum is very difficult, it is worth
considering wheather succesful theories have been produced in other fields of
endeavor Scientific theories, such as in the physical and biological sciences,
have been developed over many decades. Such theories usually contain
wriable which systematize or unify research findings from seemingly
unrelated phenomena, to generate research hypotheses, to make prediction and
to provide explanation. Papat dipastikan bahwa membangun teori kurikulum
itu merupakan pekerjaan. sulit. Mempertimbangkan yang berarti mengingat
teori-teori yang sudah berhasil dibentuk ternyata memerlukan usaha yang
keras. Teori-teori ilmu pengetahuan seperti dalam bidang fisika dan biologi
telah dikembangkan selama berabad-abad.
Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas adalah terdapat bermacam-
macam alasan mengapa sulit membuat teori kurikulum. Pertama, belum

2
terdapat definisi kurikulum yang diterima secara umum. Defmisi tersebut
mencakup dari hal yang sempit (berupa matapelajaran) sampai yang luas,
yakni meliputi sernua kehidupan manusia. Kedua, belum bisa ditentukan
dengan jelas mengenai batas-batas materi yang menjadi wilayah penelitiannya.
Kembali kepada teori kurikulum, pada dasarnya bukanlah hal yang stabil atau
mantap keberadaannya, sebagaimana diungkapkan di muka, namun is selalu
berkembang mengikun perkembangan rains dan teknologi. Seperti halnya
dalam mengambil keputusan praktis lainnya, teori dapat dimanfaatkan dalam
pengambilan (keputusan praktik (pelaksanaan) sistem kurikulum dan sistem
pendidikan yang memang memerlukan sifat elektif.
Berbagai asumsi utama yang diungkapkan para pembuat teori kurikulum
(curriculum theories) adalah berbagai pertanyaan epistemologi mengenai
pengetahuan yang diseleksi untuk isi kurikulum dan mengapa bisa seperti itu.
Terdapat pertanyaan-pertanyaan serupa yang telah dilontarkan para. pendidik
selama beberapa abad. Mungkin tidak penting mengkhususkan isi secara khusus,
namun yang penting adalah petunjuk-petunjuk dapat dibangun dan dibenarkan
mengenai prinsip-prinsip umum penyeleksian.
B. Fungsi Teori Kurikulum
Teori merupakan suatu alat disiplin ilmu dengan menentukan orientasi
ilmu tersebut;memberikan kerangka konseptual tentantg cara
mensistemasi,mengategorisasi dan mengadakan interrelasi data;fakta-fakta
menjadi generalisasi empiris dan sistem generalisasi;meramalkan fakta-
fakta;dan memperlihatkan kekurangan-kekurangan dalam pengetahuan
manusia mengenai disiplin ilmu.
Menurut Nasution (1993:172),terdapat dua pendirian dalam kaitannya
dengan fungsi teori kurikulum tersebut.Pertama,memandang fungsi teori
kurikulum sebagai kegiatan intelektual,misalnya dalam hal memahami hakikat
pengalaman dalam pendidikan dan pengajaran secara internal dan
eksistensial.Dalam kegiatan intelektual tersebut,mereka menggunakan intuisi
untuk membantu menganalisisnya. Namun,penelitian empiris belum

3
dilakukan,karena bagi mereka teori kurikulum yang dimaksud bukanlah untuk
memberi pegangan dalam pelaksanaan kurikulum dalam aktivitas pengajaran.
Persoalan keunikan dan kebebasan individu serta temporalitas dalam
eksistensi dipersoalkan oleh mereka,dan kurikulum dilihat sebagai usaha moril
dan bukan sebagai persoalan tekhnis.Bagi mereka,tujuan teori kurikulum
adalah mengembangkan dan mengkritik konsep-konsep mengenai kurikulum
dengan harapan bisa ditemukan konsep-konsep mengenai kurikulum.Tidak
banyak penganut pendirian yang berfilosofis tersebut.
Kedua,pendirian yang diambil oleh mayoritas para ahli teori
kurikulum,yakni dengan cara mencari berbagai pendekatan (approach) rasional
mengenai cara-cara atau metode-metode pencapaian serta tujuan pendidikan
dengan mengandalkan data empiris agar dapat memvalidasi keunggulan alat-
alat tersebut dalam mencapai sasaran yang ada,sehingga keterkaitan yang
kokoh antara teori dan praktik bisa menjadi pegangan dari pendirian ini.Teori
kurikulum juga memiliki fungsi yang sangat krusial (penting) yang
berhubungan dengan penyusunan, pengembangan,pembinaan,dan evaluasi
kurikulum pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Dalam kaitan
ini,Subandijah (1993:11) mengungkapkan bahwa ada empat fungsi
kurikulum ,yakni 1)Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan
memberikan alternatif yang mendetail dalam perencanaan kurikulum,
2)Sebagai landasan sistematis dalam pengambilan
keputusan,memilih,menyusun dan membuat urutan isi kurikulum,
3)Merupakan pedoman dalam evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang
berjalan, dan 4)Membantu mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan
seseorang (pengembangan kurikulum)
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa fungsi teori kurikulum paling
tidak memberi kerangka pegangan dalam pengembangan dan penelitian serta
penilaian terhadap perkembangan kurikulum tersebut.Kemudian,fungsi
kurikulum bisa juga untuk menjelaskan variabel-variabel yang berkaitan
dengan aspek-aspek kurikulum yang dapat divalidasi secara empiris serta
memberikan seperangkat prinsip dan hubungan yang dapat di tes secara

4
empiris dalam pengembangan kurikulum.Akhirnya,fungsi teori tersebut
merupakan aktivitas intelektual kreatif dengan
mengembangkan,menganalis,dan mengoreksi sistem-sistem konseptual yang
ada agar munculnya ide-ide dan cara-cara baru dalam pembicaraan kurikulum
menjadi lebih bermanfaat atau berdaya guna dari sebelumnya,terutama
bermanfaat untuk anak didik.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
dinamis.Kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan sehingga
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta masyarakat yang sedang
membangun.Pengembangan kurikulum harus berdasarkan pada prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang berlaku.Maksudnya agar hasil pengembangan
kurikulum itu sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan,
kebutuhan daerah, sehingga dapat memperlancar pelaksanaan pendidikan di
suatu negara dalam rangka mewujudkan ciri-ciri pembangunan dan pendidikan
nasional bangsa yang bersangkutan.
Pengembangan kurikulum tersebut selalu menggunakan berbagai prinsip
dan pendekatannya. Hal ini mempunyai arti bahwa kurikulum itu diharapkan
dapat menghasilkan output yang berkualitas,mempunyai nilai relevansi
terhadap pengembangan atau apa-apa yang akan terjadi di masa
mendatang.Dengan kata lain,program-program yang ditawarkan oleh dunia
pendidikan diharapkan memiliki arti yang mendalam bagi anak
didik,keluarga,dan bangsa menurut perkembangan zaman.
Pengertian relevansi pada konteks ini tidak selalu sama artinya dengan
kurikulum pendidikan di negara lain,karena banyak faktor lain yang turut andil
mempengaruhi.Di Indonesia,misalnya kurikulumnya berdasarkan
pancasila,UUD 1945,dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN),dan itu
sama halnya di negara tertentu yang akan mempunyai landasan tertentu pula
dalam pengembangan kurikulum.Agar kurikulum mempunyai arti bagi anak
didik,efektif dan efisien serta sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-
citakan,pemahaman mengenai prinsip dan pendekatannya menjadi tidak kalah
penting.

5
C. Teori Pendidikan
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan.
Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori
kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan
tertentu.Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori
pendidikan, yaitu :
1. Pendidikan klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari
khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli
tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan,
sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik
menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati
posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong,
fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan
memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan
dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan

6
reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual
(kurikulum subjek akademis).
3. Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda.
Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan
penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan
pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-
bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan
yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam
bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan
menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar
secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-
pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai
direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada
penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak
dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi
dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu
bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam
pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada
peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara
peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara
pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui

7
berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih
sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta
tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta
memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
D. Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan
Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai
praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni
seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan
tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh
perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat
pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk
menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala
dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman
pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam
untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Diantara
keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan
seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori
pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang
terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan.
Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada
praktik pendidikan.
Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya:
1. Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan
dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan
disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam
pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja
ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga

8
ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail
dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau
ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi
pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi
dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2)
psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari
psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam
belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang
upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan
dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu
cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk
mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5)
evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari
psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan
sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan
terutama psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan
lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai
kajian ilmiah.
2. Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode
filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak
hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas
pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang
lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh
pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat
dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan
pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai

9
pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun
pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan
oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode
berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang
dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2)
model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat spekulatif
adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara
rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di
jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang
sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam
keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif
berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-
nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji
apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai
suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan
gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif
memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah,
dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan
untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan
secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam
sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994). Terdapat beberapa
aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan
pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam
pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras
dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha
memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-
konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan
kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya
dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2)

10
esensialisme; (3) progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme. (Ella
Yulaelawati, 2003).Perenialisme lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat
pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di
dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat
dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai
dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun
filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau
ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan).
Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu
yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya
“ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu
pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan
sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua.
Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak
boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis),
yang memang telah terjamin kebenarannya.
Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran
filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum
pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1)
memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki
kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat

11
dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan
mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3)
memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati
memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk
menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak
bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas
yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi
antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut
pendekatan multidisipliner.
E. Hubungan antara Teori Pendidikan dan Kurikulum
Pendidikan merupakan ilmu terapan (applied science), yaitu terapan dari
ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, psikologi, sosiologi dan humanitas.
Sebagai ilmu terapan, perkembangan teori pendidikan berasal dari pemikiran–
pemikiran filosofis-teoritis, penelitian empiris dalam praktik
pendidikan.dengan latar belakang seperti itu, beberapa ahli menyatakan bahwa
ilmu pendidikan merupakan ilmu yang “belum jelas”. Hal itu diperkuat oleh
kenyataan bahwa cukup sulit untuk merumuskan teori pendidikan. Teori-teori
pendidikan yang ada lebih menggambarkan pandangan filosofis, seperti teori
pendidikan Langeveld, Kohnstam, dan sebagainya, atau lebih menekankan
pada pengajaran seperti teori Gagne, Skinner, dan sebagainya.
Menurut Beauchamp (1975, hal. 34), teori pendidikan akan atau dapat
berkembang tetapi perkembangannya pertama-tama dimulai pada sub-sub
teorinya. Yang menjadi subteori dalam dari teori pendidikan adalah teori-teori
dalam kurikulum. Pengajaran, evaluasi, bimbingan-konseling, dan administrasi
pendidikan.
Ada dua kecendrungan perkembangan ilmu pendidikan, yaitu :

12
1. Perkembangan yang bersifat teoritis yang merupakan pengkajian masalah-
masalah pendidikan dari sudut pandang lain, seperti filsafat, psikologi dan
lain-lain.
2. Perkembangan ilmu pendidikan dari praktik pendidikan. Keduanya dapat
saling membantu, melengkapi, dan memperkaya. Dalam kenyataan, tidak
selalu terjadi hal yang demikian. Hanya sedikit hasil-hasil pengkajian
teoritis yang diterapkan para pelaksana pendidikan. Sebagai contoh: teori
J.J Rousseau yang menekankan pendidikan alam dengan peranan anak
sebagai subjek yang penuh potensi, hampir tidak ada yang
melaksanakannya secara penuh., kecuali beberapa prinsip utamanya,
itupun dengan modifikasi. Sebaliknya para pendidik dilapangan
melaksanakan praktik pendidikan yang lebih didasarkan kebutuhan-
kebutuhan praktis, sekalipun tidak banyak dilandasi oleh teori-teori yang
kuat.
Selain itu, menurut Hugh C. Black dalam bukunya A Four-fold
Classification of Edicational theories (1966), mengemukakan empat teori
pendidikan yaitu, teori tradisional, teori progresif, teori hasil belajar, dan teori
proses belajar. Teori tradisional menekankan fungsi pendidikan sebagai
pemelihara dan penerus warisan budaya, teori progresif memandang
pendidikan sebagai penggali potensi anak-anak, dalam teori ini anak
menempati kedudukan yang sentral dalam pendidikan. Teori hasil belajar
sesuai dengan namanya mengutamakan hasil, sedangkan teori proses belajar
mengutamakan proses belajar.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang
dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca:
peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan
sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara
sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan
dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber
dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-
perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks
yang lebih luas.
Keberadaan teori kurikulum belum mantap atau dengan kata lain belum
bisa dibentuk. Teori kurikulum, pada dasarnya bukanlah hal yang stabil atau
mantap keberadaannya, sebagaimana diungkapkan di muka, namun is selalu
berkembang mengikun perkembangan rains dan teknologi. Seperti halnya
dalam mengambil keputusan praktis lainnya, teori dapat dimanfaatkan dalam

14
pengambilan (keputusan praktik (pelaksanaan) sistem kurikulum dan sistem
pendidikan yang memang memerlukan sifat elektif.

DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, Wawan. (2009). Teori Kurikulum. [online]. Tersedia: http://wawan-


junaidi.blogspot.com/2009/11/teori-kurikulum.html/ [18 November 2010].
Sudrajat, Akhmad. (2008). Hubungan Teori Pendidikan dengan Kurikulum.
[online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-
pendidikan-dan-kurikulum/ [18 November 2010].
Narain, Raja. (2012). Teori-Teori Pendidikan. [online]. Tersedia:
http://rajanarain.blogspot.com/2012/II/teori-teori-pendidikan.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai