Anda di halaman 1dari 7

Hipertensi Disebabkan Oleh Kebiasaan Merokok

Oleh : Elok Wijayati

Abstrak
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada masyarakat di dunia.
Penyakit ini disebut juga the silent killer. Prevalensi hipertensi telah mencapai angka 31,7% dari
semua penduduk. Peningkatan ini diakibatkan perubahan gaya hidup yang salah satunya
merokok. Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih
banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia
diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000
penduduk. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi hipertensi di
Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2000 sekitar 15-20%
masyarakat Indonesia menderita hipertensi akibat merokok.

Latar belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada masyarakat di dunia.
Penyakit ini disebut juga the silent killer. Prevalensi hipertensi telah mencapai angka 31,7% dari
semua penduduk. Tingginya angka kejadian hipertensi di dunia, dipengaruhi oleh dua jenis
faktor, yaitu yang tidak bisa diubah seperti umur, jenis kelamin, ras. Faktor yang bisa diubah
diantaranya obesitas, konsumsi alkohol, kurang olahraga, konsumsi garam yang berlebihan, dan
kebiasaan merokok
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah di seluruh dunia baik negara
maju maupun negara berkembang. Pada tahun 2015 lebih dari 1,1 triliun orang merokok
tembakau. Angka ini jauh lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Walaupun terjadi
penurunan secara luas di seluruh dunia dan dibeberapa negara, prevalensi dari merokok
tembakau sejatinya mengalami kenaikan menurut data yang diperoleh dari WHO ( World Health
Organization) di negara bagian Mediterania Timur dan Afrika (WHO, 2016) . Persentase
perokok di negara ASEAN untuk negara Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam
(14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,9%), Kamboja (2,07%), Laos
(1,23%), Singapura (0,39%) dan Brunei (0,04%) (Depkes RI, 2016). Angka kerugian akibat
rokok tiap tahunnya mencapai US$ 200 juta, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang
disebabkan oleh rokok terus mengalami peningkatan.
Di seluruh dunia jumlah perokok mencapai angka 1,2 milyar orang dan 800 juta orang di
antaranya berada di negara berkembang. Berdasarkan data yang didapatkan dari WHO,
Indonesia menempati peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah negara
Cina dan India. Pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 10 juta jiwa untuk angka kematian
perokok di dunia, dan 70% di antaranya berasal dari negara berkembang, saat ini 50% angka
kematian yang diakibatkan oleh rokok berasal dari negara berkembang (Depkes RI, 2016). Jika
ini terus berlanjut, maka sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok yang setengahnya
merupakan usia produktif dan akan kehilangan umur hidup (lost life) sebesar 20-25 tahun
(BANK, 2016).

Kebiasaan Merokok
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri
sendiri maupun orang di sekelilingnya. Dilihat dari sisi individu yang bersangkutan, ada
beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Dikatakan oleh Kendal & Hammen bahwa
dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin,
CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf
simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat
(Komasari & Helmi, 2000), menstimulasi penyakit kanker dan berbagai penyakit lain seperti
penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis
(Kaplan et al., 2013).
Perilaku merokok didefinisikan sebagai suatu aktivitas membakar tembakau, kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap
oleh orang-orang disekitarnya serta dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu
sendiri maupun orang-orang disekitarnya (Putra, 2013). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, perokok merupakan orang yang suka merokok dan dibagi menjadi dua macam
perokok yaitu:
a. Perokok aktif, yaitu orang yang merokok secara aktif.
b. Perokok pasif, yaitu orang yang menerima asap rokok saja, bukan perokoknya sendiri.
Menurut Sitepoe (2000), tipe perokok terbagi atas empat bagian, yaitu:
a. Perokok ringan yaitu seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari.
b. Perokok sedang yaitu seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari.
c. Perokok berat yaitu seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari.
Berdasarkan Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 menyatakan bahwa Indonesia
merupakan negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Dian dan Avin (2000), dipaparkan bahwa terdapat 3 faktor penyebab perilaku
merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku
merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya. Menurut Leventhal & Clearly, terdapat 4 tahap
dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu (Dian & Avin, 2000):
a. Tahap Preparatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan
minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap Becoming A Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari
cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis
yang menyenangkan.

Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC, 2014) dikatakan bahwa asap
rokok mengandung lebih dari 7.000 senyawa yang dapat menyerang sistem imun. Suatu penyakit
akan dengan mudah mengalami perkembangan jika sistem imun tidak dapat bekerja dengan baik.
Beberapa penyakit yang dapat memburuk karena perilaku merokok adalah:
a. Infeksi bakteri dan virus, terutama pada patu-paru. Misalnya pneumonia, influenza, dan
tuberkulosis.
b. Periodontal atau penyakit gusi.
c. Bacterial meningitis, yaitu penyakit yang menyerang lapisan membran yang melindungi otak
dan sumsum tulang belakang.
d. Infeksi yang terjadi pasca pembedahan.
e. Rheumatoid arthritis.
f. Crohn’s disease, yaitu penyakit serius pada sistem pencernaan.
g. Kanker.

Menurut Suryo (2007) dan Yumaria (2002) juga dikatakan bahwa bahaya yang dapat
ditimbulkan dari merokok diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kebutaan.
b. Katarak.
c. Kanker.
d. Periodontitis.
e. Asma.
f. Hipertensi
g. Tulang rapuh.
h. Leukemia.
i. gangguan tidur.

Menurut WHO dikatakan pula bahwa kematian dan kesakitan terbesar di dunia
disebabkan karena merokok. Dampak rokok tak hanya mengenai para perokok aktif saja namun
para perokok pasif pun juga dapat terkena dampak dari asap rokok seperti yang dipaparkan
United States Department of Health and Human Services (USDHHS, 2006) bahwa perokok pasif
ikut merasakan dampak asap rokok yang ada di sekitarnya. Diantaranya yaitu dapat
mengakibatkan kematian dini dan menimbulkan berbagai macam penyakit. Dikatakan bahwa
setengah dari anak-anak di dunia merupakan perokok pasif. Anak- anak dan orang dewasa
mempunyai resiko yang berbeda-beda. Resiko sudden infant death syndrome meningkat pada
anak. Anak-anak juga akan lebih mudah terkena infeksi pernafasan akut, infeksi THT dan
memperburuk asma. Pada orang dewasa yang merupakan perokok pasif, asap rokok akan
meningkatkan resiko gangguan kardiovaskuler serta meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner dan kanker paru.

Hipertensi
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan
hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat.
Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik
dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara
denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan
atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi
bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar
90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab
medis yang jelas. Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin
menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung),
gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab
penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan
hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol
tekanan darah dan mengurangi risiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat
seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif
atau tidak cukup dan biasanya obat harus diminum seumur hidup sampai dokter memutuskan
tidak perlu lagi minum obat. Seseorang yang pernah mengalami tekanan darah tinggi, pada
kondisi normal dapat saja mengalami tekanan darah kembali dan ini yang harus diwaspadai,
banyak kasus stroke terjadi pada saat seseorang lepas obat. Dan banyak orang tidak menyangka
bahwa seseorang yang biasanya mengalami tekanan darah rendah suatu kali dapat juga
mengalami tekanan darah tinggi. Oleh karena itu pengontrolan tekanan darah secara rutin mutlak
dilakukan.

Pembahasan
. Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan
darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami
penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat
mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah
lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Rokok yang dihisap dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah
detak jantung 5–20 kali per menit (Mangku Sitepoe, 1997:29). Dengan menghisap sebatang
rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh
zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200
diantaranya beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan
dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh
darah dapat robek (Suparto, 2000:74). Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin,
menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO
menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat
aterosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang
peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi
trombosit (pengumpalan) ke dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam
asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah),
mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer.

Kesimpulan
Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat
dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia. Salah satu faktor
risiko hipertensi adalah merokok. Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia,
200 jenis diantaranya bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga
memicu terjadinya Aterosklerosis atau pangerasan pembuluh darah bisa menyebabkan penyakit
jantung, hipertensi, risiko stroke, menopause dini, osteoporosis, kemandulan, dan impotensi.
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak
dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
Asap rokok mengandung sejumlah zat yang berbahaya seperti benzen, nikotin, nitrosamin,
senyawa amin, aromatik, naftalen, ammonia, oksidan sianida, karbon monoksida benzapirin, dan
lain-lain.
Daftar Pustaka

Attoriq, S., & Sodik, M. A. (2018). PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN DI LAHAN PRAKTIK.

Hidajaturrokhmah, N. Y., Nurikasari, M., Retnaningtyas, E., Siwi, R. P. Y., Sari, N., & Sodik,
M. A. (2018). Effectiveness of health education using audio visual with lectures and
poster with lectures of changes in behavior selection of snacks. Indian Journal of
Physiotherapy and Occupational Therapy-An International Journal, 12(4), 220-224.

Kemala. (2007). Perilaku merokok remaja. Program studi psikologi fakultas kedokteran
universitas sumatera utara.

Mu’tadin, Z. (2007). Remaja dan Rokok. Hansteru.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20


Desember 2018.

Ningsih Sulistia Marlina. 2010. Hubungan Antara Perilaku Meroko Dengan Kejadian Hipertensi.

Riskesdas. 2015. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta : INFODATIN

Sari, N., Yudhana, A., Wahyuni, C., Rusmawati, A., & Sodik, M. A. (2018). Family support as a
determinant safety riding student behavior in SMKN 2 Kediri. Indian Journal of
Physiotherapy and Occupational Therapy-An International Journal, 12(4), 230-234.

Setyani, A. T., & Sodik, M. A. (2018). Pengaruh Merokok Bagi Remaja Terhadap Perilaku dan
Pergaulan Sehari-hari.

Sodik, M. A. (2015, April). The “Kimcil” Phenomenon: Sexual Knowledge and Safe Sex
Behaviour among Adolescents in Kediri. In The 1st Joint International Conference.

Yashinta Octavian Gita Setyanda, Delmi Sulastri, Yuniar Lestari. 2015. Hubungan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi pada LakiLaki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang

Anda mungkin juga menyukai