JUDUL
Disusun oleh:
Kelompok 5
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR IS
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT..............................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Klasifikasi.....................................................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................4
E. Pathway.........................................................................................................6
F. Manifestasi....................................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................7
H. Komplikasi....................................................................................................8
I. Penatalaksanaan............................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................10
A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................11
C. Rencana Keperawatan.................................................................................12
BAB IV ANALISA KASUS................................................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pasien yang menjalani rawat jalan. Sur- vey ini melibatkan 2530 orang
diabetesi dengan DM tipe 2 selama dua bulan dan menemukan 55% pasien
mengalami hipoglikemia di luar rumah sakit. Dari kejadian tersebut
mayoritas pasien yang mengalami hipoglikemia adalah saat sedang aktif
beraktivitas, yakni saat bekerja (42%), berolahraga (26%), dan mengemudi
(19%). Dengan begitu banyak masalah yang dihadapi penyandang DM
maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap serangan hipoglikemia dengan mengenali tanda dan
gejala awal serangan tersebut (Sutawardana, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui ilmu teori tentang diare dan
melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada penderita
hipoglikemia
2. Tujuan Khusus:
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien hipoglikemia , meliputi :
1. Mengetahui definisi hipoglikemia.
2. Mengetahui etiologi hipoglikemia.
3. Mengetahui klasifikasi hipoglikemia.
4. Mengetahui patofisiologi dan patway hipoglikemia.
5. Mengetahui manifestasi hipoglikemia.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang, komplikasi dan
penatalaksanaan hipoglikemia.
2
3
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
4
3. Hiperinsulinisme hipoglikemik persisten pada bayi (PHH/nesi
dioblastosis)
4. Latrogenik- penghentian nutrisi parenteral total secara mendadak
atau konsentrasi infus glukosa yang tinggi.
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi
5
disebabkan oleh adanya gangguan respon syaraf simpatis. Pada psien DM
yang mengalami hipoglikemia terjadi gangguan pada mekanisme
pertahanan terhadap hipoglikemia, antara lain :
1. Konsentrasi insulin tidak menurun
2. Konsentrasi glukagon tidak meningkat
3. Terjadi penurunan ambang batas konsentrasi gula darah untuk
memulai sekresi efinefrin.
6
F. Pathway
Hipoglikemi
Hipoglikemia berulang
7
G. Manifestasi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
a. Konsentrasi Glukosa darah-pemeriksaan yang benar ( laboratorium harus
dilakukan
b. Konsentrasi insulin darah
Jika tidak terdapat hiperinsulinisme, periksa :
8
1) Hormon hipofisis
2) Kelainan bawaan
3) Asilkarnitin
2. Ultrasonografi otak ( MRI) untuk anomali struktural
3. Ultrasonografi Adrenal – untuk perdarahan adrenal
4. Pemeriksaan Oftalmologik- untuk displasia septo-optik
I.Komplikasi
9
a. Pada pasien sadar
1) Berikan larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan), permen,
sirup, atau bahan makanan lain yang mengandung gula murni (bukan
pemanis buatan, rendah kalori, atau gula diabetes) dan makanan
mengandung karbohidrat
2) Hentikan obat antidiabetik oral (ADO) yang dicurigai sebagai
penyebab
3) Interval peantauan glukosa darah sewaktu tiap lamanya disesuaikan
dengan kemungkinan penyebab
4) Montor glukosa darah dalam rentan waktu yang disesuaikan dengan
pemantauan bisa lebih lama 1-3 kali/24 jam
5) Apabila pasien menjadi tidak sadar segera rujuk ke RS terdekat
b. Pada pasien tidak sadar
1) Injeksi Dekstrosa 40 % secara bolus intravena
2) Infeksi Dekstrosa 10%, 6 jam per kolf untuk rumatan
3) Periksa glukosa darah sewaktu (GDS) dengan glukometer secara
berkala tiap jam bila memungkinkan. Bolus D40% diberikan bila GD
masih di bawah 100 mg/dL sesuai rendahnya GD. Contoh:
a) GDS< 60 mg/dl + bolus D40% 3 flacon IV
b) GDS 60-80 mg/dl + bolus D40% 2 flacon IV
c) GDS 80-100 mg/dl + bolus D40% 1 flacon IV
d) Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, lakukan
pemantauan setiap 2-4 jam. Bila GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan
mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%
4) OAD/ insulin dapat dimulai lagi bila penyebab hipoglikemia sudah
diketahui
5) Bila hipoglikemia belum teratasi, dapat dipertimbangkan pemberian
steroid (hidrokortison/ dexamethason/kortison)
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
11
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, penglihatan
menjadi kabur atau ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem Integumen : turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman, bekas luka, kelembapan dan suhu kulit di daerah ulkus,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernapasan : adanya sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.
d. Sistem kardiovaskuler : perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah,
takikardi, hipertensi, aritmia.
e. Sistem Gastrointestinal : terdapat polifagi, polidpsi, mual, munah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan BB, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f. Sistem Urinari : poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
g. Sistem Muskuloskeletal : Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan TB, cepat lelah, lemah dan nyeri.
h. Sistem Neurologi : terjadi penurunan sensoris, parastesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
4. Pemeriksaan penunjang atau tersier seperti pemeriksaan gula darah dan
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan EKG.
K. Diagnosa Keperawatan
12
L. Rencana Keperawatan
Menurut Setyohadi (2016), rencana keperawatan pada klien dengan hipoglikemia sebagai berikut.
N
DIAGNOSE NOC NIC RASIONAL
O
1. Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management :
penumpukan secret
bersihan jalan napas keperawatan diharapkan jalan nafas 1. Auskultasi bunyi napas
2. Posisi memaksimalkan ekspansi paru.
berhubungan normal dengan kriteria hasil : tambahan: ronchi, wheezing.
3. Mencegah obstruksi atau aspirasi.
dengan obstruksi 2. Berikan posisi yang nyaman
Respiratory status: airway
Penghisapan dilakukan bila klien tidak
jalan nafas, 3. Bersihkan secret dari mulut
pateney
mampu mengeluarkan secret sendiri
peningkatan secret. dan trakea, lakukan
1. Frekuensi pernapasan dalam
4. Mengoptimalkan keseimbangan cairan
penghisapan sesuai keperluan
batas normal (16-20x/menit)
5. Fisioterapi dada dapat membersihkan secret
4. Anjurkan asupan cairan
2. Irama pernapasan normal
yang ada dijalan napas.
adekuat
3. Kedalaman pernapasan normal
6. Meringankan kerja paru untuk memenuhi
5. Ajarkan batuk efektif
4. Klien mampu mengeluarkan
kebutuhan oksigen. Broncodilator
6. Kolaborasi pemberian
spuntum secara efektif
mrningkatkan ukuran lumen percabangan
oksigen dan broncolilator
5. Tidak ada akumulasi spuntum
trakeobronkial.
sesuai indikasi
13
Intracranial Pressure (ICP) 1. Agar pasien lebih kooperatif
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan
Monitoring ( Monitor
2. Perubahan tekanan CSS merupakan potensi
perfusi jaringan keperawatan diharapkan gangguan tekanan intrakranial )
1. Jelaskan kepada pasien resiko herniasi batang otak
cerebral perfusi jaringan cerebral normal
tentang tindakan yang akan
3. aktivitas seperti ini akan meningkatkan
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : dilakukan
2. Pertahankan posisi tirah intra thorak dan abdomen yang dapat
disfungsi system
Tissue Prefusion Cerebral baring dengan posisi kepala
meningkatkan TIK
saraf pusat head up
1. Tingkat kesadaran
3. Bantu pasien untuk berkemih, 4. Pengkajian kecenderungan adanya
komposmentis membatasi batuk, muntah,
perubahan tingkat kesadaran dan potensial
mengejan, anjurkan pasien
2. Disorientasi tempat, waktu,
napas dalam selama peningkatan TIK sangat berguna dalam
orang secara tepat pergerakan
menentukan lokalisasi
4. Pantau status neurologis
3. TTV dalam batas normal
dengan teratur 5. Perubahan pada frekuensi jantung
5. Pantau TTV
mencerminkan trauma/tekanan batang otak
3. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid Management 1. Menghindari kelebihan ambang ginjal dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan defisit 1. Batasi intake cairan yang menurunkan tekanan osmosis.
diuresis osmotic volume cairan teratasi dengan mengandung gula dan lemak 2. Mempertahankan komposisi cairan tubuh,
14
kriteria hasil : misalnya cairan dari buah volume sirkulasi dan
Fluid Balance yang manis. menghindari overload jantung.
1. TTV stabil (N:60-100 x/menit, 2. Kolaborasi dalam pemberian 3. Dehidrasi yang disertai demam akan teraba
TD: 100-140/80-90 mmHg, S:
terapi cairan 1500-2500 ml panas, kemerahan dan kering di kulit
36,5-370C, RR: 12-20 x/menit),
2. nadi perifer teraba kuat dalam batas yang dapat sebagai indikasi penurunan volume pada
3. turgor kulit baik
ditoleransi jantung. sel.
4. CRT < 2 detik
5. Saluaran urine >1500-1700 3. Observasi suhu, warna, 4. Memberikan perkiraan kebutuhan cairan
cc/hari
turgor kulit dan kelembaban, tubuh (60-70% BB adalah air).
6. kadar elektrolit urin dalam batas
normal. pengisian kapiler dan 5. Penurunan volume cairan darah akibat
membran mukosa. diuresis osmotik dapat dimanifestasikan
4. Pantau masukan dan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah,
pengeluaran, catat balance CRT yang lambat, turgor kulit yang tidak
cairan elastis.
5. Observasi TTV, catat adanya
perubahan TD, Turgor kulit,
CRT.
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitor 1. Agar pasien lebih kooperatif
4.
15
jantung keperawatan diharapkan penurunan 1. Jelaskan kepada pasien 2. Menurunkan stress dan ketegangan yang
berhubungan dengan curah jantung normal dengan tentang tindakan yang akan mempengaruhi tekanan darah dan
vasokontraksi kriteria hasil : dilakukan perjalanan penyakit hipertensi
pembuluh darah. · Circulation Status 2. Berikan waktu istirahat yang 3. Pembatasan ini dapat menangani retensi
· Vital Sign Status cukup/adekuat. cairan dengan respon hypertensive, dengan
1. TTV (TD 120/80 mmHg, Nadi 3. Berikan pembatasan cairan demikian menurunkan beban kerja jantung
60-100 x/menit ) dalam batas dan diit natrium sesuai 4. Diuretik meningkatkan aliran urine dan
normal. indikasi menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida
2. Kesadaran Composmentis 4. Kolaborasi dengan dokter didalam tubulus ginjal.
3. CRT < 2 detik. dalam pemberian terapi 5. Tachycardia merupakan tanda kompensasi
4. Sp O2 95-100% diuretik. jantung terhadap penurunan kontraktilitas
5. Observasi : Nadi (irama, jantung. Mengetahui fungsi pompa jantung
frekuensi), Tekanan Darah. yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
pengisisan jantung.
BAB IV
ANALISA KASUS
A. Gambaran kasus
Klien bernama Ny. S, umur 59 tahun dengan pendidikan terakhir SLTP, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, agama Islam,
alamat Jl. Delima RT.01 RW.33, Wonosari, Yogyakarta. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal September 2020 pukul 08.00
WIB. Dilakukan pengkajian pada tanggal 15 September 2020 pukul 08.05 WIB, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga
16
klien, serta rekam medis. Nomor RM: 954857 diagnosa medis Diabetes Melitus tipe 2 dengan Hipoglikemi. Penanggung jawab
Tn. R umur 62 tahun, hubungan dengan klien adalah suami.
B. Pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan :
1. Keluhan utama :
Klien dalam keadaan pingsan
2. Alasan masuk IGD :
Keluarga mengatakan kemarin klien bersama suami betamasya, sehingga klien kecapekan dan keluarga juga mengatakan
bahwa sejak kemarin sore sebelum Magrib sekitar jam 17.45 WIB klien terlihat lemas dan tampak pucat. Keluarga
mengatakan sekitar 15 menit sebelum masuk IGD klien pingsan. Klien tebaring lemas, klien tampak pucat, akral dingin,
klien tampak berkeringat, ketika bernafas terlihat retraksi dinding dada dan pola nafas klien tampak reguler dengan RR 28
x/menit. Keluarga mengatakan klien terakhir makan tadi malam hari ini belum sarapan. Klien mengatakan kepala terasa
pusing, senut-senut dengan skala 6. Klien mengatakan pusing sering mucul ketika klien beraktivitas. Ekspresi wajah klien
tegang, klien tampak memegangi kepala.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Keluarga mengatakan mempunyai riwayat DM sejak 6 tahun yang lalu, keluarga juga mengatakan klien pernah dirawat di
RS, kali ini merupakan yang ketiga kalinya klien dirawat di RS, terakhir klien dirawat di RS awal bulan Agustus karena
glukosa darah tinggi.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga mengatakan di dalam keluarga ada yang mempunyai riwayat Diabetes Mellitus yaitu dari ayah klien.
a. Pengkajian primer :
A=-
B = RR: 28 x/menit, klien terlihat bernapas menggunakan otot aksesoris
C = akral teraba dingin, suhu 35,8℃, CRT 3 detik, nadi teraba lemah, klien terlihat pucat dan berkeringat
D=-
b. Pengkajian sekunder
A=-
M=-
17
P=-
L = keluarga mengatakan klien terakhir makan tadi malam dan hari ini belum sarapan
E=-
5. Hasil pemeriksaan fisik :
Pada Ny. S keadaan umum lemah, kesadaran apatis, GCS : E3V5M5, TD :120/80 mmHg, RR : 28 x/menit, Nadi : 96
x/menit, suhu 35,8℃.
6. Pemeriksaan head to toe :
Mengalami masalah antara lain, pada membran mukosa, bibir kering, pemeriksaan dada inspeksi, RR : 28 x/menit dan
terlihat pergerakan otot aksesoris, dan akral teraba dingin. Pada pemeriksaan GDS yang dilakukan pada klien tanggal 15
September 2020 hasilnya 37 mg/dl.
C. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya depresan pusat pernafasan
Intervensi : auskultasi bunyi nafas, catat frekuensi dan kedalaman nafas, observasi adanya tanda sianosis, tinggikan
kepala/ tempat tidur sesuai kebutuhan, terapi oksigen 3 liter/menit
Evaluasi : klien mengatakan merasa lebih nyaman, klien tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler, klien
terpasang nasal kanul, mukosa bibir lembab, klien terpasang infus Dextros 20 tpm,
2. Diagnosa : Penurunan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
Intervensi : kaji keadaan umum klien, lakukan pemeriksaan TTV, libatkan keluarga paien pada perencanaan makan
sesuai indikasi, lakukan pemberian cairan IV Dextrose 10%, Dextrose 40% (50ml) masuk per IV, GDS 105 mg/dl.
Evaluasi : mukosa bibir tampak lembab, klien terpasang infus Dextrose 10%, Dextrose 40% (50ml) masuk per IV, GDS
105 mg/dl.
18
4. Diagnosa : Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kadar glukosa darah
Intervensi : kaji sirkulasi perifer secara komperhensif, diskusikan dan identifikasi penyebab dari sensasi tidak normal dan
perubahan sensasi, lakukan pemeriksaan GDS.
Evaluasi : Akral hangat, nadi teraba kuat, GDS 105 mg/dl.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia adalah keadaan dimana konsentrasi gula darah ˂60 mg/dl atau ˂80 mg/dl disertai gejala klinis. Hipoglikemia
umum terjadi pada pasien DM yang seadng mengkonsumsi obat anti diabetes (OAD) atau insulin. Hipoglikemia diklasifikasikan
menjadi ringan, sedang, berat. Pemeriksaan hipoglikemia dapat dilakukan menggunakan pemeriksaan darah, MRI dan lain
sebagainya.
Diagnosa yang muncul pada hipoglikemia antara lain :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekret
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan disfungsi sitem saraf pusat akibat hipoglikemia
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontraksi pembuluh darah.
B. Saran
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang dilakukan maka dapat diberi saran sebagai berikut :
1. Bagi perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien hipoglikemia hendaknya melakukan pendidikan
19
kesehatan secara utuh, terencana dan sistematis.
2. Dalam membuat rencana keperawatan terhadap klien hipoglikemia diharapkan tenaga kesehatan dapat mengembangkan teori
yang ada dan menyesuaikan dengan keadaan yang nyata.
3. Akhir dari keperawatan maka dinilai semua tindakan keperawatan yang dilakukan serta melihat apakah berhasil tindakan yang
dilakukan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21