Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN


HIPOGLIKEMIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Septiana Fathonah, S.Kep., Ns., M.Kep
HALAMAN JUDUL

JUDUL

Disusun oleh:
Kelompok 5

1. Intan Amartya 2920183300

2. Ismy Afifah 2920183301

3. Jerlina Setya Minanti 2920183302

4. Kintan Elsa Helvy Tiana 2920183303

5. Lusi Ismayanti 2920183304

6. Malikhatul Karomah 2920183305


3B

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt. atas segala rahmat-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Kelompok
Asuhan Keperawatan gawat darurat Pada Pasien Hipoglikemia” dan dengan
harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita
sehingga lebih mengenal tentang Asuhan Keperawatan gawat darurat pada pasien
hipoglikemi. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan gawat darurat. Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Septiana
Fathonah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengampu yang telah memberikan
dukungan dan bimbingannya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan benar. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman dan semua pihak yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Kami masih memiliki keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
sehingga masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca makalah dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Kami juga
memohon maaf apabila terdapat kesalahan tulisan maupun apa yang telah kami
cantumkan pada makalah ini.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 02 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT..............................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Klasifikasi.....................................................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................4
E. Pathway.........................................................................................................6
F. Manifestasi....................................................................................................7
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................7
H. Komplikasi....................................................................................................8
I. Penatalaksanaan............................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................10
A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................11
C. Rencana Keperawatan.................................................................................12
BAB IV ANALISA KASUS................................................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hipoglikemia adalah keadaan dimana konsentrasi gula darah ˂60


mg/dl atau ˂80 mg/dl disertai gejala klinis. Hipoglikeia dapat terjadi pada
pasien diabetes milletus (DM) maupun non DM (Tanto, dkk. 2018).
Hipoglikemia merupakan komplikasi akut dari DM yang
memberikan manifestasi klinis adanya penurunan fungsi fisik sementara
yang dirasakan oleh penyandang DM. Penurunan fungsi fisik tersebut
dirasakan sementara jika penyandang DM mendapatkan pertolongan
sesegera mungkin dari dirinya sendiri (serangan ringan dan sedang) atau
membutuhkan bantuan dari orang lain (serangan berat). Hal sebaliknya
dapat terjadi jika penyandang DM mendapat serangan berat tetapi tidak
diketahui oleh orang lain sehingga berdampak terhadap kematian. Hasil
studi pasien DM di Hongkong yang mendapatkan terapi insulin dan
pernah mengalami hipoglikemia menemukan hasil kontradiktif
terhadap strategi pencegahan hipoglikemia tersebut. Penelitian yang
dilakukan pada 120 pasien DM di Hongkong yang mendapatkan terapi
insulin, menemukan bahwa 18 responden (15%) mengalami peningkatan
ketakutan dan kekhawatiran terhadap pengalaman hipoglikemia. Pada
penelitian tersebut, 42,5% dari total sampel dilaporkan melakukan kontrol
gula darah secara ru- tin. Menariknya, dari 18 responden yang mengalami
ketakutan dan kekhawatiran terhadap pengalaman hipoglikemia,
ditemukan 8 responden melakukan kontrol gula darah secara rutin.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 12
orang penyandang DM di kota Depok dan seorang pasien DM yang sedang
mengalami perawatan di salah satu RS di Jakarta diperoleh bahwa
hipoglikemia pada pasien sering terjadi pada saat pasien lupa makan tetapi
tetap mengkonsumsi obat jenis sulfonylurea. Hipoglikemia di luar rumah
sakit cukup tinggi yakni mencapai lebih dari setengah dari keseluruhan

1
pasien yang menjalani rawat jalan. Sur- vey ini melibatkan 2530 orang
diabetesi dengan DM tipe 2 selama dua bulan dan menemukan 55% pasien
mengalami hipoglikemia di luar rumah sakit. Dari kejadian tersebut
mayoritas pasien yang mengalami hipoglikemia adalah saat sedang aktif
beraktivitas, yakni saat bekerja (42%), berolahraga (26%), dan mengemudi
(19%). Dengan begitu banyak masalah yang dihadapi penyandang DM
maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap serangan hipoglikemia dengan mengenali tanda dan
gejala awal serangan tersebut (Sutawardana, 2016).
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui ilmu teori tentang diare dan
melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada penderita
hipoglikemia
2. Tujuan Khusus:
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien hipoglikemia , meliputi :
1. Mengetahui definisi hipoglikemia.
2. Mengetahui etiologi hipoglikemia.
3. Mengetahui klasifikasi hipoglikemia.
4. Mengetahui patofisiologi dan patway hipoglikemia.
5. Mengetahui manifestasi hipoglikemia.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang, komplikasi dan
penatalaksanaan hipoglikemia.

2
3
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi

Hipoglikemia adalah gejala klinis yang disebabkan konsentrasi


glukosa darah yang rendah. Hipoglikemia berarti konsentrasi glukosa
darah dibawah harga normal. Batas konsentrasi glukosa darah untuk
mendiagnosis hipoglikemia tidak sama untuk setiap orang. Sehingga untuk
mendiagnosis hipoglikemia kita mengggunakan Triad Whippele, yang
terdiri dari gejala-gejala hipoglikemia, konsentrasi glukosa plasma yang
rendah, dan hilangnya gejalan hipoglikemia setelah konsentrasi glukosa
plasma meningkat (Setyohadi, dkk. 2016).
Hipoglikemia adalah keadaan dimana konsentrasi gula darah ˂60
mg/dl atau ˂80 mg/dl disertai gejala klinis. Hipoglikeia dapat terjadi pada
pasien diabetes milletus (DM) maupun non DM (Tanto, dkk. 2018).
Menurut Setiati 2014, hipoglikemi merupakan suatu terminologi
klinis yang digunakan untuk keadaan yang disebabkan oleh menurunnya
kadar glukosa dalam darah sampai pada tingkat tertentu sehingga
memberikan keluhan dan gejala. Hipoglikemia yang disebabkan oleh
faktor luar (eksogen), obat-obatan merupakan penyebab tersering.
C. Etiologi

Menurut Setyohadi (2016), Hipoglikemia umum terjadi pada pasien


DM yang seadng mengkonsumsi obat anti diabetes (OAD) atau insulin.
Selain itu, hipoglikemia juga disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
insulinoma, penyakit kritis disertai dengan gagal organ, sepsis, defisiensi
hormone, penyakit metabolic turunan dan operasi prior gastric.
Menurut Hernawati dan Kamila (2017) Penyebab terjadinya
hipoglikemi adalah hiperinsulinisme, yang terdiri dari :
1. Ibu dengan diabetic menurunkan pada bayinya
2. Syndrome Beckwith-Wiedemann

4
3. Hiperinsulinisme hipoglikemik persisten pada bayi (PHH/nesi
dioblastosis)
4. Latrogenik- penghentian nutrisi parenteral total secara mendadak
atau konsentrasi infus glukosa yang tinggi.

D. Klasifikasi

Menurut Setyohadi (2016), Hipoglikemi dibedakan menjadi :


1. Ringan

Ditandai dengan simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada


gangguan aktivitas sehari-hari.
2. Sedang
Ditandai dengan simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.
3. Berat
Ditandai dengan sering (tidak selalu) simptomatik, karena gangguan
kognitif pasien tidak dapat mengatasi sendiri. Membutuhkan pihak
ketiga tetapi tidak memerlukan terapi parenteral. Membutuhkan terapi
parenteral (glukagen, intramuscular atau glucagon intravena), yang
disertai dengan koma atau kejang

E. Patofisiologi

Menurut Tanto (2014), Tubuh manusia memiliki mekanisme


mempertahankan konsentrasi glukosa darah yanga dekuat untuk digunakan
organ-organ tubuh terutama otak. Menurunnya konsentrasi glukosa darah
secara fisiologis akan diikuti oleh penurunan sekresi insulin endogen yang
diikuti dengan pelepasan hormon-hormon counterregulatory , seperti
glukagon dan epinefrin. Pada pasien non-DM, respon fisiologis dan gejala
klinis pada hipoglikemia terjadi pada rentan konsentrasi glukosa darah
yang relatif konstan.
Pada pasien DM, respon fisiologi ini berbeda-beda, tidak semua
pasien meunjukkan gejala yang konsisten dengan hipoglikemia. Hal ini

5
disebabkan oleh adanya gangguan respon syaraf simpatis. Pada psien DM
yang mengalami hipoglikemia terjadi gangguan pada mekanisme
pertahanan terhadap hipoglikemia, antara lain :
1. Konsentrasi insulin tidak menurun
2. Konsentrasi glukagon tidak meningkat
3. Terjadi penurunan ambang batas konsentrasi gula darah untuk
memulai sekresi efinefrin.

6
F. Pathway

Konsentrasi glukosa darah menurun

Penurunan sekresi insulin

Pelepasan hormon counterequatory


(glukosa dan efineprin)

Hipoglikemi

Berikutnya respon simpatoadrenal terhadap


Tidur
hipoglikemi
Olahraga

Berkurangnya respon Berkurangnya respon


simpasis epinefrin

Tidak ada efeknya


Hipoglikemia unawarenes
mekanisme kontraregulator

Hipoglikemia berulang

Sumber : Tanto (2014)

7
G. Manifestasi

Menurut Setyohadi, (2016), manistasi klinis hipoglikemi terdiri dari :


1. Gejala Adrenergic
a. Pucat
b. Keringat dingin
c. Takikardia
d. Gemetaran
e. Lapar
f. Cemas
g. Gelisah
h. Sakit kepala
i. Mengantuk
2. Tanda neuroglikopenik
a. Bingung
b. Bicara tidak jelas
c. Perubahan sikap perilaku
d. Lemah yang berat
e. Disorientasi
f. Penurunan kesadaran
g. Kejang
h. Mata sembab
i. Penurunan respon terhadap stimulus bahaya.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Setyohadi (2016), pemeriksaan penunjang pada klien dengan


hipoglikemia antara lain :

1. Pemeriksaan Darah
a. Konsentrasi Glukosa darah-pemeriksaan yang benar ( laboratorium harus
dilakukan
b. Konsentrasi insulin darah
Jika tidak terdapat hiperinsulinisme, periksa :

8
1) Hormon hipofisis
2) Kelainan bawaan
3) Asilkarnitin
2. Ultrasonografi otak ( MRI) untuk anomali struktural
3. Ultrasonografi Adrenal – untuk perdarahan adrenal
4. Pemeriksaan Oftalmologik- untuk displasia septo-optik
I.Komplikasi

Menurut (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011), Komplikasi dari


hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah
bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan
dengansystem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara
yang abnormal, hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma
sampai kematian.
J. Penatalaksanaan

Menurut Tanto (2014), penatalaksanaan pada pasien hipoglikemi sebagai


berikut.
1. Mencari Penyebab

Penyebab hipoglikemi pada umumnya reversibel, sesuai dengan


etiologinya. Oleh karena itu, penting untuk menemukan etiologi
hipoglikemia. Etiologi hipoglikemia pada pasien DM biasanya diakibatkan
ketidaksesuaian antara asupan dan dosis obat, sedangkan pada pasien non
DM dapat diakibatkan karena gagal ginjal, gagal hati, sepsis, defisiensi
hormon. Hal yang paling penting untuk diperhatiakn dalam penatalaksanaan
hipoglikemia adalah menentukan derajad hipoglikemia.
2. Koreksi Hipoglikemia

9
a. Pada pasien sadar
1) Berikan larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan), permen,
sirup, atau bahan makanan lain yang mengandung gula murni (bukan
pemanis buatan, rendah kalori, atau gula diabetes) dan makanan
mengandung karbohidrat
2) Hentikan obat antidiabetik oral (ADO) yang dicurigai sebagai
penyebab
3) Interval peantauan glukosa darah sewaktu tiap lamanya disesuaikan
dengan kemungkinan penyebab
4) Montor glukosa darah dalam rentan waktu yang disesuaikan dengan
pemantauan bisa lebih lama 1-3 kali/24 jam
5) Apabila pasien menjadi tidak sadar segera rujuk ke RS terdekat
b. Pada pasien tidak sadar
1) Injeksi Dekstrosa 40 % secara bolus intravena
2) Infeksi Dekstrosa 10%, 6 jam per kolf untuk rumatan
3) Periksa glukosa darah sewaktu (GDS) dengan glukometer secara
berkala tiap jam bila memungkinkan. Bolus D40% diberikan bila GD
masih di bawah 100 mg/dL sesuai rendahnya GD. Contoh:
a) GDS< 60 mg/dl + bolus D40% 3 flacon IV
b) GDS 60-80 mg/dl + bolus D40% 2 flacon IV
c) GDS 80-100 mg/dl + bolus D40% 1 flacon IV
d) Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, lakukan
pemantauan setiap 2-4 jam. Bila GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan
mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%
4) OAD/ insulin dapat dimulai lagi bila penyebab hipoglikemia sudah
diketahui
5) Bila hipoglikemia belum teratasi, dapat dipertimbangkan pemberian
steroid (hidrokortison/ dexamethason/kortison)

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Menurut Emergency Nursing Association (2007) dalam Setyohadi


(2016), pengkajian keperawatan pada klien dengan hipoglikemia antara lain :
1. Primary survey meliputi Aiway, Breathing, Circulation, Disability,
Exsposure (ABCD)
a. Airway : Kaji kepatenan jalan napas pasien, ada tidaknya sputum atau
benda asing yang menghalangi jalan napas.
b. Breathing : Kaji frekuensi napas, bunyi napas, ada tidaknya penggunaan
otot bantu pernapasan.
c. Circulation : Kaji nadi, nadi menurun atau tidak ada.
d. Disability : Lemah, letih, sulit bergerak.
2. Secondary survey meliputi Alergi, Medikasi, Past ilness, Last mea,
Environment (AMPLE).
a. Alergi : adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan.
b. Medikasi : obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan, pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, penyalah
gunaan dosis atau obat.
c. Pertinent History : riwayat medis seperti penyakit yang pernah di
derita, obatnya apa, dosisnya berapa, penggunaan obat-obatan herbal.
d. Last Meal : obat atau makanan yang baru saja di konsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian.
e. Events : hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian
yang menyebabkan adanya keluhan utama).
3. Pengkajian head to toe
a. Kepala dan leher : Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdering, adakah
gangguan pendengaran, lidah terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,

11
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, penglihatan
menjadi kabur atau ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem Integumen : turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman, bekas luka, kelembapan dan suhu kulit di daerah ulkus,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernapasan : adanya sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.
d. Sistem kardiovaskuler : perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah,
takikardi, hipertensi, aritmia.
e. Sistem Gastrointestinal : terdapat polifagi, polidpsi, mual, munah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan BB, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f. Sistem Urinari : poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
g. Sistem Muskuloskeletal : Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan TB, cepat lelah, lemah dan nyeri.
h. Sistem Neurologi : terjadi penurunan sensoris, parastesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
4. Pemeriksaan penunjang atau tersier seperti pemeriksaan gula darah dan
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan EKG.
K. Diagnosa Keperawatan

Menurut Setyohadi (2016), diagnosa keperawatan pada klien dengan


hipoglikemia antara lain :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas, peningkatan secret.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi
system saraf pusat
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontraksi pembuluh
darah.

12
L. Rencana Keperawatan

Menurut Setyohadi (2016), rencana keperawatan pada klien dengan hipoglikemia sebagai berikut.

N
DIAGNOSE NOC NIC RASIONAL
O
1. Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management :
penumpukan secret
bersihan jalan napas keperawatan diharapkan jalan nafas 1. Auskultasi bunyi napas
2. Posisi memaksimalkan ekspansi paru.
berhubungan normal dengan kriteria hasil : tambahan: ronchi, wheezing.
3. Mencegah obstruksi atau aspirasi.
dengan obstruksi 2. Berikan posisi yang nyaman
Respiratory status: airway
Penghisapan dilakukan bila klien tidak
jalan nafas, 3. Bersihkan secret dari mulut
pateney
mampu mengeluarkan secret sendiri
peningkatan secret. dan trakea, lakukan
1. Frekuensi pernapasan dalam
4. Mengoptimalkan keseimbangan cairan
penghisapan sesuai keperluan
batas normal (16-20x/menit)
5. Fisioterapi dada dapat membersihkan secret
4. Anjurkan asupan cairan
2. Irama pernapasan normal
yang ada dijalan napas.
adekuat
3. Kedalaman pernapasan normal
6. Meringankan kerja paru untuk memenuhi
5. Ajarkan batuk efektif
4. Klien mampu mengeluarkan
kebutuhan oksigen. Broncodilator
6. Kolaborasi pemberian
spuntum secara efektif
mrningkatkan ukuran lumen percabangan
oksigen dan broncolilator
5. Tidak ada akumulasi spuntum
trakeobronkial.
sesuai indikasi

13
Intracranial Pressure (ICP) 1. Agar pasien lebih kooperatif
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan
Monitoring ( Monitor
2. Perubahan tekanan CSS merupakan potensi
perfusi jaringan keperawatan diharapkan gangguan tekanan intrakranial )
1. Jelaskan kepada pasien resiko herniasi batang otak
cerebral perfusi jaringan cerebral normal
tentang tindakan yang akan
3. aktivitas seperti ini akan meningkatkan
berhubungan dengan dengan kriteria hasil : dilakukan
2. Pertahankan posisi tirah intra thorak dan abdomen yang dapat
disfungsi system
Tissue Prefusion Cerebral baring dengan posisi kepala
meningkatkan TIK
saraf pusat head up
1. Tingkat kesadaran
3. Bantu pasien untuk berkemih, 4. Pengkajian kecenderungan adanya
komposmentis membatasi batuk, muntah,
perubahan tingkat kesadaran dan potensial
mengejan, anjurkan pasien
2. Disorientasi tempat, waktu,
napas dalam selama peningkatan TIK sangat berguna dalam
orang secara tepat pergerakan
menentukan lokalisasi
4. Pantau status neurologis
3. TTV dalam batas normal
dengan teratur 5. Perubahan pada frekuensi jantung
5. Pantau TTV
mencerminkan trauma/tekanan batang otak

3. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid Management 1. Menghindari kelebihan ambang ginjal dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan defisit 1. Batasi intake cairan yang menurunkan tekanan osmosis.
diuresis osmotic volume cairan teratasi dengan mengandung gula dan lemak 2. Mempertahankan komposisi cairan tubuh,

14
kriteria hasil : misalnya cairan dari buah volume sirkulasi dan
Fluid Balance yang manis. menghindari overload jantung.
1. TTV stabil (N:60-100 x/menit, 2. Kolaborasi dalam pemberian 3. Dehidrasi yang disertai demam akan teraba
TD: 100-140/80-90 mmHg, S:
terapi cairan 1500-2500 ml panas, kemerahan dan kering di kulit
36,5-370C, RR: 12-20 x/menit),
2. nadi perifer teraba kuat dalam batas yang dapat sebagai indikasi penurunan volume pada
3. turgor kulit baik
ditoleransi jantung. sel.
4.  CRT < 2 detik
5. Saluaran urine >1500-1700 3. Observasi suhu, warna, 4. Memberikan perkiraan kebutuhan cairan
cc/hari
turgor kulit dan kelembaban, tubuh (60-70% BB adalah air). 
6. kadar elektrolit urin dalam batas
normal. pengisian kapiler dan 5. Penurunan volume cairan darah akibat
membran mukosa. diuresis osmotik dapat dimanifestasikan
4. Pantau masukan dan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah,
pengeluaran, catat balance CRT yang lambat, turgor kulit yang tidak
cairan elastis.
5. Observasi TTV, catat adanya
perubahan TD, Turgor kulit,
CRT.

Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitor 1. Agar pasien lebih kooperatif
4.

15
jantung keperawatan diharapkan penurunan 1. Jelaskan kepada pasien 2. Menurunkan stress dan ketegangan yang
berhubungan dengan curah jantung normal dengan tentang tindakan yang akan mempengaruhi tekanan darah dan
vasokontraksi kriteria hasil : dilakukan perjalanan penyakit hipertensi
pembuluh darah. ·  Circulation Status 2. Berikan waktu istirahat yang 3. Pembatasan ini dapat menangani retensi
·   Vital Sign Status cukup/adekuat. cairan dengan respon hypertensive, dengan
1. TTV (TD 120/80 mmHg, Nadi 3. Berikan pembatasan cairan demikian menurunkan beban kerja jantung
60-100 x/menit ) dalam batas dan diit natrium sesuai 4. Diuretik meningkatkan aliran urine dan
normal. indikasi menghalangi reabsorsi dari sodium/klorida
2. Kesadaran Composmentis 4. Kolaborasi dengan dokter didalam tubulus ginjal.
3. CRT < 2 detik. dalam pemberian terapi 5. Tachycardia merupakan tanda kompensasi
4. Sp O2 95-100% diuretik. jantung terhadap penurunan kontraktilitas
5. Observasi : Nadi (irama, jantung. Mengetahui fungsi pompa jantung
frekuensi), Tekanan Darah. yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
pengisisan jantung.
BAB IV
ANALISA KASUS

A. Gambaran kasus
Klien bernama Ny. S, umur 59 tahun dengan pendidikan terakhir SLTP, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, agama Islam,
alamat Jl. Delima RT.01 RW.33, Wonosari, Yogyakarta. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal September 2020 pukul 08.00
WIB. Dilakukan pengkajian pada tanggal 15 September 2020 pukul 08.05 WIB, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga

16
klien, serta rekam medis. Nomor RM: 954857 diagnosa medis Diabetes Melitus tipe 2 dengan Hipoglikemi. Penanggung jawab
Tn. R umur 62 tahun, hubungan dengan klien adalah suami.
B. Pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan :
1. Keluhan utama :
Klien dalam keadaan pingsan
2. Alasan masuk IGD :
Keluarga mengatakan kemarin klien bersama suami betamasya, sehingga klien kecapekan dan keluarga juga mengatakan
bahwa sejak kemarin sore sebelum Magrib sekitar jam 17.45 WIB klien terlihat lemas dan tampak pucat. Keluarga
mengatakan sekitar 15 menit sebelum masuk IGD klien pingsan. Klien tebaring lemas, klien tampak pucat, akral dingin,
klien tampak berkeringat, ketika bernafas terlihat retraksi dinding dada dan pola nafas klien tampak reguler dengan RR 28
x/menit. Keluarga mengatakan klien terakhir makan tadi malam hari ini belum sarapan. Klien mengatakan kepala terasa
pusing, senut-senut dengan skala 6. Klien mengatakan pusing sering mucul ketika klien beraktivitas. Ekspresi wajah klien
tegang, klien tampak memegangi kepala.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Keluarga mengatakan mempunyai riwayat DM sejak 6 tahun yang lalu, keluarga juga mengatakan klien pernah dirawat di
RS, kali ini merupakan yang ketiga kalinya klien dirawat di RS, terakhir klien dirawat di RS awal bulan Agustus karena
glukosa darah tinggi.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga mengatakan di dalam keluarga ada yang mempunyai riwayat Diabetes Mellitus yaitu dari ayah klien.
a. Pengkajian primer :
A=-
B = RR: 28 x/menit, klien terlihat bernapas menggunakan otot aksesoris
C = akral teraba dingin, suhu 35,8℃, CRT 3 detik, nadi teraba lemah, klien terlihat pucat dan berkeringat
D=-
b. Pengkajian sekunder
A=-
M=-

17
P=-
L = keluarga mengatakan klien terakhir makan tadi malam dan hari ini belum sarapan
E=-
5. Hasil pemeriksaan fisik :
Pada Ny. S keadaan umum lemah, kesadaran apatis, GCS : E3V5M5, TD :120/80 mmHg, RR : 28 x/menit, Nadi : 96
x/menit, suhu 35,8℃.
6. Pemeriksaan head to toe :
Mengalami masalah antara lain, pada membran mukosa, bibir kering, pemeriksaan dada inspeksi, RR : 28 x/menit dan
terlihat pergerakan otot aksesoris, dan akral teraba dingin. Pada pemeriksaan GDS yang dilakukan pada klien tanggal 15
September 2020 hasilnya 37 mg/dl.
C. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya depresan pusat pernafasan
Intervensi : auskultasi bunyi nafas, catat frekuensi dan kedalaman nafas, observasi adanya tanda sianosis, tinggikan
kepala/ tempat tidur sesuai kebutuhan, terapi oksigen 3 liter/menit
Evaluasi : klien mengatakan merasa lebih nyaman, klien tampak lebih nyaman dengan posisi semi fowler, klien
terpasang nasal kanul, mukosa bibir lembab, klien terpasang infus Dextros 20 tpm,

2. Diagnosa : Penurunan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
Intervensi : kaji keadaan umum klien, lakukan pemeriksaan TTV, libatkan keluarga paien pada perencanaan makan
sesuai indikasi, lakukan pemberian cairan IV Dextrose 10%, Dextrose 40% (50ml) masuk per IV, GDS 105 mg/dl.
Evaluasi : mukosa bibir tampak lembab, klien terpasang infus Dextrose 10%, Dextrose 40% (50ml) masuk per IV, GDS
105 mg/dl.

3. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak


Intervensi : observasi karakteristik, lokasi, waktu dan perjalanan rasa nyeri, ajarkan tekhnik relaksasi, berikan Cetorolac
30 mg/IV.
Evaluasi : klien tampak rileks, skala nyeri 4, cetorolac masuk 30 ml per IV.

18
4. Diagnosa : Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kadar glukosa darah
Intervensi : kaji sirkulasi perifer secara komperhensif, diskusikan dan identifikasi penyebab dari sensasi tidak normal dan
perubahan sensasi, lakukan pemeriksaan GDS.
Evaluasi : Akral hangat, nadi teraba kuat, GDS 105 mg/dl.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoglikemia adalah keadaan dimana konsentrasi gula darah ˂60 mg/dl atau ˂80 mg/dl disertai gejala klinis. Hipoglikemia
umum terjadi pada pasien DM yang seadng mengkonsumsi obat anti diabetes (OAD) atau insulin. Hipoglikemia diklasifikasikan
menjadi ringan, sedang, berat. Pemeriksaan hipoglikemia dapat dilakukan menggunakan pemeriksaan darah, MRI dan lain
sebagainya.
Diagnosa yang muncul pada hipoglikemia antara lain :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekret
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan disfungsi sitem saraf pusat akibat hipoglikemia
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontraksi pembuluh darah.

B. Saran
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang dilakukan maka dapat diberi saran sebagai berikut :
1. Bagi perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien hipoglikemia hendaknya melakukan pendidikan

19
kesehatan secara utuh, terencana dan sistematis.
2. Dalam membuat rencana keperawatan terhadap klien hipoglikemia diharapkan tenaga kesehatan dapat mengembangkan teori
yang ada dan menyesuaikan dengan keadaan yang nyata.
3. Akhir dari keperawatan maka dinilai semua tindakan keperawatan yang dilakukan serta melihat apakah berhasil tindakan yang
dilakukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hadiatma, M. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia Pada


Pasien Diabetes Mellitus di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
Mowewardi. [Naskah Publikasi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakata.
Hermand dan Kamitsuru. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Hernawani, E & Kamila, L (2017). Buku Ajar Bidan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : CV Trans Info Media.
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon:
an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
Setiati, S. dkk. 2014. “Ilmu penyakit dalam- jilid 2”. Jakarta : Interna Publishing
Setyohadi, B. dkk. 2016. “EIMED PAPDI : Kegawatdarutatan Penyakit Dalam
(emergency in internal medicine)”. Jakarta : Interna Publishing.
Sutawardana, J. Dkk. 2016. “Studi Fenomenologi Pengalaman Penyandang
Diabetes Melitus Yang Pernah Mengalami Episode Hipoglikemia”
Universitas Jember. Jurnal Nurseline.Vol. 1 , No. 1, 2016.
https://media.neliti.com/media/publications/197145-ID
phenomenology-study-the-experience-of-pe.pdf
[ diakses tanggal 17 september jam 17.01].
Tanto, C. dkk. 2018. “kapita selekta kedokteran” Jakarta : Media Aescupalitus.

21

Anda mungkin juga menyukai