Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

“Budidaya Ikan Cupang”

Disusun oleh :

Keisha Albina (18/ XI MIPA 9)

SMA NEGERI 1 PANDEGLANG

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya maka saya dapat dengan lancar menyelesaikan salah satu tugas saya dalam mata
pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yakni budidaya ikan cupang dengan tepat waktu.

Terselip rasa terima kasih yang setulus-tulusnya bagi segenap teman-teman yang telah banyak
membantu praktek budidaya ikan cupang. Tak terlupa, rasa hormat saya kepada ibu Silvi , guru Prakarya
dan Kewirausahaan kelas XI MIPA 9, yang telah setia memandu saya selama pengerjaan budidaya ikan
cupang ini dari awal hingga pembuatan laporan.

Di dalam menyusun dan merancang laporan ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
memiliki banyak kekurangan. Oleh karenanya, berbagai bentuk kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi para pembaca.

Pandeglang, 20 September 2020


2. PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai potensi sumber daya alam yang
melimpah dan belum terkelola dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan untuk
memanfaatkan sumberdaya alam tersebut adalah dengan usaha budidaya (aquakultur). Usaha
budidaya akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang banyak diminati oleh masyarakat, karena memiliki
potensi yang cukup besar. Untuk mewujudkan adanya usaha budidaya dengan produksi yang
tinggi tentunya tergantung pada beberapa faktor, salah satunya adalah faktor jenis pakan yang
diberikan.

Ikan Betta atau dengan sebutan populer ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu
ikan hias yang mempunyai nilai komersial, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar ekspor.
Sebagai ikan hias yang gemar berantem, mempunyai penampilan yang menarik yaitu
mempunyai sirip yang relatif panjang dengan spektrum warna yang bagus sedangkan pada ikan
betta betina penampilannya kurang menarik, karena siripnya tidak panjang dan warnanya pun
tidak cerah sehingga pada ikan betta, jenis kelamin jantan lebih tinggi dibanding jenis kelamin
betina. Dengan dasarnya itulah diperlukan upaya memperbanyak produksi ikan Betta jantan,
yang dapat dilakukan secara masal

Popularitas cupang sebagai ikan hias tidak perlu di ragukan lagi. Penggemar ikan cupang
bukan hanya untuk anak-anak, namun juga bapak-bapak dan para remaja. Sedikit berbeda
dengan ikan hias lain, cupang di sukai bukan hanya karena kecantikannya, namun juga karena
naluri berkelahinya. Debut cupang sebagai ikan aduan memang bukan berita baru. Di Negara
asalnya, ikan ini terkenal sejak ratusan tahun yang lalu sebagai ikan laga. Di sana orang mengadu
cupang sambil bertaruh uang. Berbeda dengan Sumatera (Barbus tetrazone) yang sekalipun
agresif, namun bisa hidup berdampingan secara damai dengan sesamanya. Ikan cupang justru
akan menunjukkan sifat agresifnya bila bertemu sesama jantan, sebaliknya cupang jantan akan
diam atau bergerak lambat dan dekat-dekat apabila di campurkan dengan jenis ikan lain
(Susanto, 1992).

2.2 TUJUAN 

Tujuan laporan budidaya ikan cupang ini yaitu untuk memenuhi salah satu kewajiban saya
pada pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1.
3. PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI

3.1 PERAWATAN IKAN CUPANG

Beberapa cara yang saya lakukan selama proses budidaya ikan cupang. Untuk wadah sendiri
saya menggunakan wadah transparan ukuran 750 ml untuk betina dan 1000 ml untuk jantan. Karena
ukuran ikan cupang saya tidak terlalu besar sehingga tidak membutuhkan wadah yang spacenya
terlalu besar juga. Tidak disarankan memelihara lebih dari satu ikan cupang jantan yang telah
dewasa dalam satu wadah. Terlebih bila ukuran wadahnya kecil dan tidak ada tempat berlindung.
Ikan-ikan tersebut bisa saling menyerang satu sama lain. Akibatnya, sirip-siripnya tidak mulus dan
warnanya kurang keluar.

(Tempat harus terpisah-pisah walaupun jantan-jantan atau betina-betina)

Selain dari tempat hal yang harus diperhatikan, saya juga rutin membersihkan wadah ikan
cupang. Karena wadah yang kotor dapat meningkatkan risiko kematian bagi ikan cupang. Biasanya
saya membersihkan wadah cupang tiga hari sekali maksimalnya satu minggu sekali. Hal ini untuk
mencegah ikan cupang mudah mati. Selain itu yang saya lakukan untuk merawat ikan cupang yang
sehat ialah menjemur ikan cupang. Menjemur ikan cupang juga merupakan salah satu aktivitas yang
wajib dilakukan. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan tujuan agar ikan lebih segar sekaligus
membunuh bakteri dan jamur yang biasa terjadi di dalam wadah.
(Menjemur ikan cupang sekaligus pemberian pakan ketika pagi hari)

3.2 PAKAN IKAN CUPANG

Untuk pakannya saya memberi pelet ikan biasa. Ketika memberi makan, cukup menaburkannya
ke dalam wadah. Karena ikan cupang sendiri lebih tertarik mengonsumsi makanan yang
mengambang di atas permukaan air. Pada saat memberi makan biasanya saya melakukannya secara
bertahap. Namun, apabila makanan yang diberikan telah habis, maka berikan kembali dengan
jumlah yang lebih sedikit dari yang pertama. Pakan sebaiknya diberikan sesering mungkin,
misalnya 3-4 kali sehari. Tetapi lihat juga reaksi si ikan cupang apabila ia diam saja dan tidak
memakannya cukup satu kali sehari saja tunggu sampai ia lapar sehingga keesokan harinya ia lebih
banyak makannya. Namun semakin sering frekuensinya semakin baik. Lebih baik sedikit-sedikit tapi
sering dari pada sekaligus banyak. Hal ini untuk mengurangi resiko penumpukan sisa pakan yang
bisa mengakibatkan berkembangnya penyakit.

3.1 PEMIJAHAN

Tahapan selanjutnya dalam proses budidaya ikan cupang hias ialah pemijahan. Adapun hal-hal
yang dilakukan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:

a. Seleksi Induk
Untuk memulai budidaya ikan cupang, langkah pertama yang harus disiapkan adalah
mendapatkan indukan atau bibit berkualitas. Indukan yang baik sebisa mungkin berasal dari
keturunan unggul, kondisinya bugar, bebas penyakit dan cacat bawaan. Simpan indukan jantan
dan betina di tempat terpisah. Cara membedakan cupang jantan dan betina yaitu :
Jantan: gerakannya lincah, sirip dan ekor lebar mengembang, warna cerah, tubuhnya lebih
besar. 
Betina: gerakannya lebih lamban, sirip dan ekor lebih pendek, warna kusam, tubuh lebih kecil.

Sebelum pemijahan dilakukan, pastikan indukan jantan dan betina sudah masuk dalam fase
matang (gonad) atau siap untuk dikawinkan. Adapun ciri-ciri indukan yang telah menunjukkan
siap kawin adalah sebagai berikut.

Untuk cupang jantan:

 Berumur setidaknya 4-8 bulan

 Bentuk badan panjang

 Siripnya panjang dan warnanya terang atraktif

 Gerakannya agresif dan lincah

Untuk cupang betina:
 Berumur setidaknya 3-4 bulan

 Bentuk badan membulat, bagian perut sedikit buncit

 Siripnya pendek dan warnanya kusam tidak menarik

 Gerakannya lambat

Jika sudah menemukan dua ciri indukan baik betina maupun jantan langkah selanjutnya
adalah menyiapkan tempat pemijahan atau pengembangbiakan antara si jantan dengan si
betina. Pemijahan adalah proses pembuahan telur oleh sperma sang ikan jantan. Untuk
menyiapkan pemijahan sang jantan dan betina. Setidaknya hanya butuh tiga medium, yakni satu
tempat untuk jantan, satu tempat untuk betina, dan satu tempat untuk kawin mereka. Si jantan
dan betina tidak bisa serta merta bertemu lalu memadu kasih. Mereka harus melakukan proses
pendekatan. Itu sebabnya dibutuhkan tiga wadah.

Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan :

1. Sepasang ikan cupang


2. Wadah pemijahan
3. Gelas plastik bening (bekas gelas aqua)
4. Plastik bening
5. Tutup wadah pemijahan
6. Kolam

Tahap atau proses beternak ikan cupang :

1. Penjodohan atau perkenalan


2. Pemijahan
3. Bertelur
4. Penetasan telur menjadi burayak
5. Pembesaran burayak

b. Pemijahan

Setelah persiapan sarana dan prasarana pemijahan selesai dilakukan, langkah


selanjutnya ialah menyatukan induk jantan dan betina pemijahan dilakukan dengan
perbandingan 1 ekor jantan : 1 ekor betina. Sarang yang digunakan adalah plastik bening yang
sudah dipotong menjadi 2 bagian. Plastik bening tersebut dimasukkan ke dalam media
pemijahan setelah induk jantan dimasukkan.

Cupang jantan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah pemijahan, sementara cupang
betina dimasukkan ke dalam gelas plastik bening yang berukuran lebih kecil dari wadah
pemijahan. Selanjutnya, gelas plastik tersebut dimasukkan ke dalam wadah pemijahan. Hal ini
bertujuan untuk memberikan rangsangan alami pada induk jantan sehingga induk cupang jantan
akan membuat sarang. Kelebihan dari cara ini adalah induk cupang jantan tidak perlu
menghabiskan energi untuk mengejar-ngejar induk betina, dan bisa lebih fokus untuk membuat
sarang busa. Selain itu cara ini juga dapat memudahkan untuk melihat apakah ikan jantan cocok
terhadap induk cupang betina yang dipasangkan. Apabila induk jantan tidak membuat buih atau
busa pada media tersebut, maka induk jantan dapat diganti dengan induk jantan lainnya.

Hal ini akan berlangsung selama ± 12 jam. Setelah memenuhi kriteria tersebut induk
betina dimasukkan dalam wadah pemijahan yang telah berisi induk jantan. Pemijahan terjadi
sekitar pukul 06.00 – 18.00 hal ini berkaitan dengan sifat biologis ikan cupang hias yaitu diurnal
atau aktif pada siang hari. Pada saat pemijahan tubuh jantan menyelubungi induk betina
membentuk huruf "U" dengan ventral saling berdekatan selama ± 1 menit sampai mengeluarkan
telur yang segera dibuahi sperma. Telur yang terbuahi akan jatuh ke dasar dan dengan segera
akan diambil oleh induk jantan menggunakan mulutnya yang kemudian disimpan dalam buih
atau busa dalam sarang. Setelah telur ditempelkan semua di sarang oleh induk jantan, maka
induk cupang jantan akan kembali mendekati induk betina. Proses pemijahan dan pengeluaran
telur berlangsung selama 3-4 jam dengan 20-25 tahap proses pemijahan yang sama. Dalam satu
kali pemijahan, induk betina dapat menghasilkan 1000-2000 butir.

Pemijahan selesai ditandai dengan induk betina yang menjauh dari induk jantan dan
sering berada di sisi wadah pemijahan serta sarang yang telah dipenuhi oleh telur yang
berwarna putih mutiara atau putih. Setelah proses pemijahan selesai maka induk cupang betina
dipindahkan dari wadah pemijahan untuk dipelihara kembali dan induk jantan tetap dalam
wadah untuk mengerami telur. Hal ini bertujuan agar induk jantan dapat merawat telur secara
fokus. Selain itu juga bertujuan untuk memulihkan kondisi induk betina agar dapat dipijahkan
kembali. Induk betina dipelihara kembali dalam wadah pemeliharaan dan dapat dipijahkan
kembali setelah 2-3 minggu.
3.2 PENETASAN TELUR DAN PEMELIHARAAN LARVA

Telur yang terbuahi akan berwarna transparan dan menempel pada sarang busa. Telur
yang ditetaskan akan dijaga atau dipelihara oleh induk jantan. Induk jantan akan menjaga telur
agar tetap berada dalam sarang busa. Apabila telur jatuh ke dasar akuarium, maka induk jantan
cupang akan mengambil telur dan menyimpannya kembali dalam sarang busa yang berada di
permukaan. Suhu yang optimal dalam penetasan telur adalah 28 – 29◦C, dan pada saat
penetasan telur induk cupang tidak diberi pakan. Hal ini dimaksudkan agar tidak menurunkan
kualitas air pada media pemeliharaan serta tidak mengganggu aktifitas induk jantan dalam
merawat telurnya. Selain itu monitoring juga harus dilakukan secara rutin.

Pemeliharaan larva dilakukan ketika telur menetas hingga sarang busa yang berada di
permukaan menghilang. Penetasan telur berlangsung selama 1-2 hari pada usia 3 hari telur yang
terbuahi akan menetas secara keseluruhan. Setelah telur menetas, larva akan berenang secara
vertikal dan berada di sarang karena belum kuat untuk berenang di dasar. Larva yang baru
menetas belum memiliki keseimbangan dan energi yang cukup untuk berenang karena masih
dalam masa pertumbuhan. Apabila larva berada di dasar akuarium maka larva akan sulit untuk
berenang kembali ke permukaan. Oleh karena itu induk jantan akan mengambil anaknya
menggunakan mulut dan meletakkan anaknya kembali ke permukaan pada sarang busa. Hal ini
akan dilakukan oleh induk jantan hingga larva cupang terlihat kuat dan sarang busa yang berada
di permukaan air telah menghilang.

Setelah 4-5 hari larva akan mulai berenang secara normal (horizontal) dan menyebar di
seluruh bagian media pemeliharaan. Setelah 7 hari larva dapat dipindahkan atau didederkan ke
wadah pemeliharaan yang lebih besar seperti akuarium atau bak fiber. Setelah larva
dipindahkan, maka induk jantan dapat dipindahkan ke wadah pemeliharaan dan diberikan
pakan berupa jentik nyamuk (culex Sp) atau kutu air agar kondisinya pulih untuk dipelihara
kembali dan setelah 2-3 minggu dapat kembali dipijahkan. Larva sudah dapat mencari makan
sendiri dapat diberi pakan berupa kutu air yang disaring terlebih dahulu.

3.3 PEMBESARAN

Proses pembesaran pada ikan cupang dapat dilakukan secara massal dalam bak semen
atau sejenisnya. Bak semen yang digunakan dapat berukuran 1x1 m2 dengan ketinggian air 20-
25 cm. pada bak pemeliharaan sebaiknya diberikan tanaman air berupa enceng gondok atau
sejenisnya sebagai tempat berlindung (shelter) bagi benih cupang. Pada usia 1 bulan ukuran ikan
cupang sudah mencapai 1-2 cm pakan yang diberikan dapat berupa kutu air atau jentik nyamuk.
Pada usia 2 bulan, dapat dilakukan grading pada ikan cupang untuk memisahkan ikan cupang
betina dan cupang jantan serta untuk memisahkan ikan cupang yang memiliki warna berkualitas
dengan ikan cupang yang memiliki warna yang kurang berkualitas. Ikan cupang yang memiliki
warna yang kurang berkualitas dapat dipelihara dalam akuarium kecil berukuran 15x15x25cm3.
Sedangkan ikan yang berkualitas dapat dipelihara dalam botol-botol plastik.

Pemeliharaan sesudah dewasa, terutama jantan sebaiknya dilakukan satu persatu dalam
botol agar fisiknya tetap bagus. Ini disebabkan ikan ini senang berkelahi sehingga siripnya akan
rusak. Ikan yang siripnya rusak, tidak akan laku dijual.

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN

Ikan cupang merupakan jenis ikan hias yang keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat
mengembang. Walaupun termasuk ikan yang sangat agresif dan cenderung mempertahankan daerah
teroterialnya, tetapi keindahannya dapat membuat daya tarik kepada orang untuk memeliharanya.
Dalam hal ini ikan cupang juga sangat mudah dalam pemeliharaannya dan juga menghasilkan.

4.2 SARAN

Dalam membudidaya ikan cupang sebaiknya selalu mengecek kualitas airnya karena kualitas air
sangat penting bagi kesehatan ikan cupang tersebut dan jangan lupa memberi pakan secara rutin dan
sesering mungkin tapi jangan terlalu banyak. Lalu tempatkan satu ikan cupang ke dalam satu wadah
jangan digabung walaupun betina-betina dan jantan-jantan. Dan yang paling penting adalah jangan
malas untuk merawat ikan cupang.

5. Daftar pustaka

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200720154433-277-526750/cara-ternak-dan-budidaya-
ikan-cupang-untuk-pemula

https://alamtani.com/budidaya-ikan-cupang/

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3917472/5-cara-merawat-ikan-cupang-yang-baik-ikan-enggak-
mudah-mati

http://kotakhitampenyuluhan.blogspot.com/2016/09/budidaya-ikan-cupang-2.html

Anda mungkin juga menyukai