Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGARUH SUHU TERHADAP REAKSI ENZIMATIK

Kelompok 8

Angggota :

1. Nandini Azzahroh Aulia A. 051911133074


2. Yusril Hidayat 051911133075
3. Firdha Fauzia 051911133077
4. Zahra Sania Avanti 051911133078
5. Ismailia Wienda Yasmin P.P. 051911133082

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
I. JUDUL PRAKTIKUM
Pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap suatu reaksi enzimatik.
III. PRINSIP PRAKTIKUM
Aktivitas suatu enzim dapat dinyatakan sebagai jumlah produk yang terbentuk,
atau jumlah substrat yang dicerna, per satuan waktu. Enzim "E" mencerna substrat
"S" secara bertahap. Substrat "S" adalah suatu polisakarida yang akan berwarna
biru bila bereaksi dengan yodium (Iodium). Hasil akhir dari pencernaan substrat
"S" oleh enzim "E" antara lain (terutama) suatu disakarida yang tidak berwarna
bila direaksikan dengan yodium. Oleh karena substrat adalah suatu senyawa yang
berwarna bila bereaksi dengan yodium, maka jumlah substrat yang tersisa pada
reaksi enzimatik di atas pada setiap saat dapat diketahui dengan mengukur
intensitas warna yang timbul secara kolorimetrik atau dengan mengukur
kepekatan optiknya (optical density) menggunakan alat spektrofotometer . Untuk
mengetahui pengaruh suhu pada reaksi enzimatik, dilakukan percobaan pada
beberapa suhu yang berbeda. Faktor-faktor lain yang berpengaruh pada reaksi
enzimatik tersebut dibuat sama.
IV. ALAT DAN BAHAN

1. Larutan enzim "E" 0,1 % (w/v) ⚫ Aqua ad 1 L.


2. Larutan NaCl 0,9 % (w/v). 7. Larutan HCL 0,05 M
3. Larutan substrat "S" 1 % (w/v) 8. Bak air
4. Larutan penyangga dengan pH 9. Es batu
6,5
10. Penangas air
5. Larutan KI-KIO 3 (akan
melepaskan I2 dalam suasana 11. Termometer
asam) 12. Erlenmeyer
6. Komposisi larutan KI-KIO3 : 13. Tabung reaksi
⚫ KI 5,0 gr 14. Pipet
⚫ KIO3 0,357 15. Timer (stopwatch)
gr.
16. Spektofotometer
⚫ NaOH 1 M 2,0 ml
V. SKEMA KERJA
VI. PENGOLAHAN DATA
Tabel 1. Data Pengaruh Berbagai Suhu Terhadap Kinerja Enzim

Waktu (menit)
Suhu
0 5 10 15 20
0°C 0,00% 13,14% 13,73% 44,86% 53,95%
27°C 0,00% 72,87% 80,36% 81,29% 85,97%
40°C 0,00% 96,63% 98,57% 98,47% 98,27%
70°C 0,00% 2,90% 4,38% 3,68% 3,76%

Grafik 1. Grafik Pengaruh Suhu terhadap Kerja Enzim

Initial velocity (kecepatan awal atau ) dapat dihitung dengan rumus

Maka

pada suhu 0°C = subtrat tercerna tiap menit

pada suhu 27°C = subtrat tercerna tiap menit

pada suhu 40°C = subtrat tercerna tiap menit

pada suhu 70°C = subtrat tercerna tiap menit


VII. PEMBAHASAN
Enzim adalah polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia yang
memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Aktivitas enzim
yang lengkap dan seimbang merupakan hal mendasar untuk mempertahankan
homeostatis tubuh manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas kerja enzim,
antara lain adalah kadar enzim, kadar substrat, pH, suhu, dan efektor (inhibitor dan
activator). Aktivitas dari suatu enzim dapat dinyatakan dengan menghitung jumlah
produk yang terbentuk, atau jumlah substrat yang dicerna, per satuan waktu. Dalam
praktikum kali ini, aktivitas suatu enzim dapat diketahui dari jumlah substrat yang
tersisa dengan mengukur kepekatan optiknya (optical density) menggunakan alat
spektrofotometer.
Pada praktikum kali ini enzim yang digunakan adalah enzim α-amilase
karena enzim ini dapat menghidrolisis suatu polisakarida, amilum, yang akan
berwarna biru apabila berinteraksi dengan yodium (iodium) menjadi suatu
disakarida, maltosa, yang tidak akan berwarna apabila direaksikan dengan yodium
(iodium). Enzim α-amilase merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis dari α-1,
4-glikosidik polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida, maltosa, dan
D-glukosa. Mekanisme kerja enzim α-amilase terdiri dari dua tahap, yaitu: tahap
pertama degadrasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak,
cepat, dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua terjadi
pembentukan glukosa dan maltose sebagai hasil akhir dan tidak acak.
Sedangkan, reagen-reagen lain yang digunakan dalam reaksi ini, antara lain
a. Larutan buffer 6,5. Larutan ini berfungsi untuk memberikan pH pada percobaan
serta mempertahankan pH selama percobaan.
b. Larutan NaCl 0,9% (w/v). Larutan NaCl (Cl-) ini berfungsi sebagai activator
enzim amilase. Activator merupakan senyawa atau ion yang dapat menaikkan
kecepatan reaksi enzimatis.
c. Larutan KI-KIO3. Larutan ini dalam suasana asam akan melepaskan yodium
(Iodium) yang berfungsi sebagai indicator warna dari substrat (amilum). Iodium
akan memberikan warna biru kehitaman apabila berikatan dengan amilum,
sedangkan tidak akan berwarna apabila berikatan dengan maltosa.
d. Larutan HCl 0,05 M. Larutan ini berfungsi sebagai pemberi suasana asam
sehingga KI-KIO3 dapat melepaskan I2 (Iodium) sehingga bisa memberikan
perubahan warna apabila berikatan dengan amilum.
5KI + KIO3 + 6HCl → 3I2 + 6KCl + 3H2O
Selain itu, larutan HCl juga digunakan untuk menghentikan reaksi enzimatis,
karena pada suasana asam akan mempengaruhi muatan dari enzim sehingga
kerja enzim amilase akan terganggu.
Praktikum pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik kali ini dilakukan
dengan cara mengamati tahapan-tahapan praktikum melalui video yang telah
ditampilkan. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik
digunakan 4 variabel suhu yaitu, suhu 0°C, 27°C, 40°C, dan 70°C. Praktikum
ini dilakukan dengan cara mencampurkan larutan buffer pH 6.5, larutan
substrat, larutan NaCl 0,9%, kemudian dimasukkan kedalam incubator suhu
(0°C, 27°C, 40°C, dan 70°C) selama 30 menit. Setelah itu, memipet 1 ml larutan
tersebut ke dalam tabung reaksi bertanda 0’(yang sebelumnya sudah terdapat
larutan HCl 0,05 M di dalam tabung reaksi), kemudian baru memasukkan
larutan enzim ke dalam Erlenmeyer sambil menyalakan stopwatch. Setiap
interval 5 menit, memipet 1 ml larutan dari Erlenmeyer ke dalam tabung reaksi
bertanda 5’, 10’, 15’, 20’(yang sebelumnya sudah terdapat larutan HCl 0,05 M
di dalam tabung reaksi). Kemudian, menambahkan larutan KI-KIO3 sebagai
indikator warna. Kemudian, kepekatan larutan tersebut akan diukur
menggunakan spektrofotometer dan didapatkan hasil berupa absorbance. Hasil
dari absorbance ini kemudian diolah menjadi progress curve untuk mengetahui
laju reaksi enzimatik pada suhu 0°C, 27°C, 40°C, dan 70°C.

Grafik progress curve tersebut merupakan grafik yang menunjukkan


hubungan antara % substrat tercerna dengan waktu. Dari progress curve
tersebut didapatkan informasi mengenai kecepatan awal ( ). Kecepatan awal
atau initial velocity adalah kecepatan sesaat di to atau kadar substrat masih
100%. Kecepatan awal diukur dengan cara mengukur tangens suduh yang
dibentuk grafik dengan sumbu x di titik 0. Kecepatan awal merupakan tangens
bagian awal progress curve yang masih lurus.
Dari pengolahan data praktikum didapatkan bahwa urutan kecepatan awal
dari yang tertinggi ke yang terendah adalah suhu 40°C, 27°C, 0°C, dan 70°C.
Pada suhu 40°C merupakan suhu optimal enzim α-amilase karena pada suhu ini
enzim α-amilase bekerja secara maksimal. Pada suhu 27°C , enzim α-amilase
dapat bekerja dengan baik, namun tidak secepat pada suhu 40°C . Sedangkan,
pada suhu 0°C dan 70°C kerja enzim α-amilase sangat terganggu karena pada
suhu yang tinggi enzim cenderung mengalami denaturasi sehingga
mengakibatkan kerusakan semua struktur kecuali struktur primer karena struktur
primer protein dibentuk oleh ikatan peptide yang merupakan ikatan kovalen
sehingga sulit untuk dilepas. Selain itu, suhu yang tinggi dapat membuat
kerusakan semua ikatan pada protein kecuali ikatan disulfide dan peptide yang
merupakan ikatan kovalen.
Peningkatan suhu akan meningkatkan laju baik reaksi yang tidak
dikatalisis maupun dikatalisis enzim dengan meningkatkan energi kinetik dan
frekuensi tumbukan molekul-molekul yang bereaksi. Namun, energi panas juga
dapat meningkatkan energi kinetik enzim hingga ke suatu titik yang melebihi
hambatan energi untuk merusak interaksi nonkovalen yang mempertahankan
struktur tiga dimensi enzim. Rantai polipeptida enzim kemudian mulai terurai,
atau mengalami denaturasi, disertai hilangnya kemampuan katalitik enzim.
Rentang suatu enzim mempertahankan konformasi yang stabil dan secara
katalisis kompeten bergantung pada –dan biasanya melebihi– suhu normal sel
tempat enzim tersebut berada. Enzim dari manusia umumnya memperlihatkan
stabilitas pada suhu 45–55°C (Murray, R.K. et al, 2014).
Dari grafik tersebut, diketahui bahwa pada menit ke-0, semua substrat
belum tercampur dengan enzim sehingga reaksi tersebut belum berjalan
sehingga konsentrasi substrat yang tercerna pada semua suhu menunjukkan 0%.
Pada menit ke-5, suhu 40°C dan 27°C menunjukkan kenaikan yang sangat tajam
(garis linier) yang menunjukkan bahwan enzim α-amilase bekerja dengan cepat
mengubah substrat menjadi produk. Sedangkan, pada suhu 0°C dan 70°C
kenaikan tidak terlalu tajam dan cenderung datar, hal ini berarti kemampuan
katalitik enzim α-amilase tidak sebaik pada suhu 40°C dan 27°C. Hal ini
dikarenakan pada suhu tersebut yang termasuk ke dalam suhu ekstrim dapat
mempengaruhi struktur dari enzim (denaturasi) sehingga enzim tidak bisa
berikatan dengan substrat sebaik pada suhu 40°C dan 27°C.
Pada menit ke-10 sampai ke-20, suhu 40°C dan 27°C grafik berbelok dan
cenderung mendatar hal ini disebabkan karena jumlah substrat yang makin lama
semakin sedikit serta terdapat mekanisme hambatan oleh produk (product
inhibition). Sedangkan, pada suhu 70°C pada menit ke-10 sampai ke-20
mengalami kenaikan yang sangat sedikit sekali dan cenderung datar, hal ini
dikarenakan perubahan struktur enzim α-amilase yang menandakan terjadinya
perubahan bentuk active site enzim sehingga enzim tidak lagi memiliki
kemampuan untuk mengikat substrat. Akhirnya, kompleks enzim-substrat akan
sukar terbentuk dan produk akan semakin sedikit.
Sehingga berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa enzim α-
amilase bekerja pada suhu optimum 40°C. Bedasarkan pustaka juga didapat
bahwa suhu optimum dari enzim amilase adalah 40°C. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sesuai dengan pustaka yang ada.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana pengaruh peningkatan suhu pada reaksi enzimatik ? apa yang
terjadi pada struktur suatu enzim apabila terjadi peningkatan suhu ?
Jawab : Kenaikan suhu pada umumnya akan menyebabkan kecepatan
suatu reaksi kimia menjadi bertambah besar, disebabkan karena energi
kinetik dari molekul-molekul yang bereaksi menjadi semakin besar. Suhu
yang tinggi menyebabkan perubahan struktur molekul protein.
2. Apakah yang anda ketahui tentang struktur sekunder protein ?
Jawab : Struktur sekunder protein adalah rantai polipeptida yang berlipat-
lipat dan merupakan bentuk tiga dimensi dengan cabang-cabang rantai
polipeptidanya tersusun saling berdekatan
3. Ikatan apa yang mempertahankan struktur tersier dari suatu protein ?
Jawab : Ikatan hidrogen dan gaya van der waals
4. Apa yang dimaksud dengan energi aktivasi ? beri contoh ?
Jawab : Energi aktivasi adalah energi yang harus dilampaui agar reaksi
kimia dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi
minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Salah
satu contohnya yaitu exotermal.
5. Apa yang dimaksud dengan keadaan transisi pada reaksi enzimatik ? beri
contoh ?
Jawab : Puncak dari energi aktivasi dimana molekul-molekul yang
bereaksi ikatannnya mudah untuk diputus. Salah satu contohnya yaitu
mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika
terikat dengan enzim.

VIII. KESIMPULAN
Suhu sangat berpengaruh terhadap kerja enzim, dimana pada suhu yang
terlalu tinggi maupun terlalu rendah (suhu ekstrim) enzim yang merupakan
susunan protein akan mengalami denaturasi dan rusak kecuali pada ikatan
primernya dan tidak dapat mengikat substratnya dengan baik.

IX. PUSTAKA
Murray, R.K., Bender, D.A., et al. 2014. Biokimia Harper Edisi 29. Jakarta:
EGC
Yati Sudaryati Soeka. 2016. Karakterisasi Bakteri Penghasil α-Amilase dan
Identifikasi Isolat C2 yang Diisolasi dari Terasi Curah Samarinda,
Kalimantan Timur. Berita Biologi, 15(2), 185-193
Sriwahyuni, L., Rosahdi, T.D., Supriadin, A. 2015. Isolasi dan Karakterisasi
Amilase dari Biji Durian (Durio sp.). Al Kimiya, 2(1), 18-23

Anda mungkin juga menyukai