Anda di halaman 1dari 6

MASALAH PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD S A W .

.‫ﷲ �اﻟﺮ ْﲪ ِﻦ �اﻟﺮ ِﺣ ِﲓ‬ِ ‫� ِْﺴ ِﻢ‬


ِ ‫ا �ﻟﺴ َﻼ ُم �َﻠَ ْﻴ ُ ْﲂ َو َر ْ َﲪ ُﺔ‬
،‫ﷲ َو�َ َﺮ َﰷﺗُﻪ‬
Saudara-saudara kaum muslimiin dan muslimaat yang dimuliakan Allah s w t.!
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa: ada sekelompok dari
sebagian kecil Ummat Islam yang berpendapat bahwa: memperingati hari lahir
(maulid) Nabi Muhammad s a w. adalah bid’ah sesat dan pelakunya pasti
masuk neraka. Mereka ber argumentasi bahwa: pada zaman Khulafaur
Rasyidin dan pada zaman Imam Empat Madzhab tidak pernah ada peringatan
maulid Nabi s a w., kemudian mereka bertanya kenapa?
Kalau pertanyaan tersebut ditujukan pada diri saya, maka saya akan jawab,
bahwa: saya tidak berhak menjawab, karena saya bukan salah satu dari
Khulafaur Rasyidin dan bukan pula salah satu dari Empat Imam Madzhab
tersebut. Karena itu, yang berhak menjawab pertanyaan tersebut adalah mereka
(Khulafaur Rasyidin dan Zmpat Imam Madzhab) serta orang-orang yang hidup
sezaman dengan mereka (Khulafaur Rasyidin dan Empat Imam Madzhab)
tersebut.
Kalau ditanyakan kepada saya, kenapa pada zaman sekarang maulud Nabi
Muhammad s a w. diperingati? Karena saya dari kalangan kaum Ahli Sunnah
wal Jama’ah yang meyakini bahwa: tidak semua bid’ah sesat, tetapi ada bid’ah
hasanah (‫) ِﺑﺪْ �َ ٌﺔ َﺣ َﺴ�ﻨَ ًﺔ‬, maka jawaban saya adalah, sebagai berikut:
1. Mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad s a w. bukanlah bid’ah
sesat (�ٌ َ ‫) ِﺑﺪْ �َ ٌﺔ ﺿَ َﻼ‬, karena tidak termasuk dalam kategori ibadah mahdlah
(‫) ِﻋ َﺒﺎ َد ٍة َﻣ ْﺤﻀَ ٍﺔ‬, yaitu: ibadah yang disyari’atkan, tetapi termasuk kategori
ibadah ghairu mahdlah (‫) ِﻋ َﺒﺎ َد ٍة �َ ْ ُﲑ َﻣ ْﺤﻀَ ٍﺔ‬, yaitu: ibadah yang tidak
disyari’atkan, boleh dikerjakan dan boleh tidak dikerjakan. Karena itu,

1
pelaksanaannya tidak terikat adanya contoh dari Nabi Muhammad s a w.
atau dari para sahabat beliau.
2. Mengadakan peringatan maulid Nabi s a w., bagi kalangan kaum Ahli
Sunnah wal Jama’ah, adalah salah satu dari sekian banyak bentuk amal
kebajikan, yang dianjurkan oleh Allah s w t. melalui firman-Nya dalam Al-
Qur’aan Surat Al-Haj Ayat 77, berikut ini:
‫َ� ��ﳞ� َﺎ � ِا� َ�ﻦ � ٓ َﻣ�ُﻮا ْار َﻛ ُﻌﻮا َو ْاﲭُﺪُ وا َوا ْﻋ ُﺒﺪُ وا َر�� ُ ْﲂ َواﻓْ َﻌﻠُﻮا اﻟْ� ْ ََﲑ ﻟَ َﻌﻠ � ُ ْﲂ‬
(٧٧) .‫ﻮن‬ َ ‫ﺗُ ْﻔ ِﻠ ُﺤ‬
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
(QS. Al-Haj Ayat 77)
Pembahsan bagian Ayat
‫َواﻓْ َﻌﻠُﻮا اﻟْ� ْ ََﲑ‬
Yang dimaksud dengan “dan perbuatlah kebajikan” menurut pemahaman
kami dari kalangan kaum Ahli Sunnah wai-Jama’ah, adalah: perintah atau
anjuran menjambung silaturahim, melakukan perbuatan-perbuatan yang
dapat melembutkan hati dan menjadikan diri sebagai pribadi yang
berakhlak mulia, dan perbuatan-perbutan yang bermanfa’at tidak hanya
buat kebaikan dan keselamatan diri sendiri, tetapi juga dapat memberi
mafa’at buat kebaikan dan keselamatan orang banyak.
Saudara-saudara kaum muslimiin dan muslimaat yang dimuliakan Allah s w t.!
Dalam setiap acara peringatan maulid Nabi s a w. yang diselenggarakan di
berbagai wilayah di Indonesia ini, selalu ada pembacaan ayat-ayat suci Al-
Qur`aan, pembacaan sejarah/riwayat hidup Nabi s a w., pembacaan shalawat
Nabi s a w. dan ceramah agama, yang kesemuanya itu sangat berman’at untuk:
1. Menjalin silaturrahim dan komunikasi antara sesama Ummat Islam.
2
2. Memberikan pengetehuan tentang sejarah/riwayat kehidupan Nabi
Muhammad s a w. kepada orang-orang islam yang malas membaca dan
kepada orang-orang islam yang tidak bisa baca tulis, supaya mereka bisa
lebih mengenal keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad s a w.
3. Mendorong Ummat Islam untuk banyak membaca shalawat Nabi s a w.,
karena membaca shalawat kepada Nabi s a w. tersebut telah diperintahkan
oleh Allah s w t. melalui firman-Nya dalam Al-Qur`aan Surat Al-Ahzab
Ayat 56, sebagai beriku:
‫ﻮن �َ َﲆ اﻟﻨ� ِ ِ ّﱯ ۚ◌ َ� ��ﳞ� َﺎ � ِا� َ�ﻦ � ٓ َﻣ�ُﻮا �َﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ ِﻠ ّ ُﻤﻮا‬
َ � ‫ا� َو َﻣ َﻼ�ِ َﻜ�َ ُﻪ ﻳُ َﺼﻠ‬
َ � ‫ا �ن‬
ِ
‫ﻠ‬ ‫ﺴ‬ َ � �
(٥٦) .‫ْ ﳰًﺎ‬
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab Ayat 56)
4. Mememperkuat rasa cinta Ummat Islam kepada Nabi s a w., karena cinta
kepada Nabi Muhammad s a w. merupakan bukti keimananan seseorang,
sebagaiman sabda beliau dalam hadits yang bersumber dari Anas bin Malik
r a., berikut ini:
‫ ﻗَﺎ َل اﻟﻨ� ِ ِ ّﱯ َﺻ �ﲆ‬:‫ ﻗَﺎ َل‬، ‫ َﻋ ْﻦ ��� َ ٍﺲ‬، ‫َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟْ َﻌ ِﺰ� ِﺰ ْ� ِﻦ ُﺻﻬَ ْﻴ ٍﺐ َو َﻋ ْﻦ ﻗَ�َﺎ َد َة‬
َ ‫ َﻻ ﻳُ ْﺆ ِﻣ ُﻦ �� َ�ﺪُ ُ ْﰼ َﺣ �ﱴ �� ُﻛ‬:‫ا� �َﻠَ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ � َﲅ‬
‫ﻮن �� َﺣ �ﺐ اﻟَ ْﻴ ِﻪ ِﻣ ْﻦ َو ِ ِا� ِﻩ َو َو َ ِ� ِﻩ‬ ُ�
� َِ
(١٥ :‫ )�ﺪﻳﺚ ﲱ ٌﻴﺢ رواﻩ اﻟﺒ�ﺎري‬.‫َواﻟﻨ� ِﺎس �� ْ َﲨ ِﻌ َﲔ‬
Dari Abdul Aziz bin Shuhaib dan dari Qatadah, dari Anas r a., ia bekata:
Nabi s a w. bersabdah: Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu,
sampai dia menjadikan saya lebih dia cintai dari pada ayahnya, anaknya,
dan manusia semuanya”. (Hadits Shaih Riwayat Bukhari no.:15)
5. Menumbuhkan semangat meneladani akhlak Nabi s a w., dan semangat
menjalankan sunnah-sunnah syar’iyah beliau.

3
Karena maksud dan tujuannya untuk mendapatkan manfa’at-manfa’at tersebut
di atas, maka “Mengadakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad s a w.”
adalah sesuai dengan anjuran Allah s w t. dalam Al-Qur`aan Ayat 77.
Oleh karrena itu, hukum “Mengadakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad
s a w.” adalah Sunnah.
Namun demikian, “Mengadakan Peringatan Maulid Nabi s a w.” tersebut bisa
menjadi haram hukumnya, apabila dalam pelaksanaannya banyak tercampur
dengan perbuatan-perbuatan maksiat, seperti misalnya: menjadi ajang caci maki
terhadap kelompok lain, jadi ajang kampanye partai politik, ada hora-hora dan
ada berjoget ria.
Saudara-saudara kaum muslimiin dan muslimaat yang dimuliakan Allah s w t.!
Para Ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah, para Ulama keturunan Sayidinaa Hasan
r a. dan Sayyidinaa Husin r a. (para Habaib, Syarif dan Sayyid yang terpelajar
dalam bidang ilmu Al-Qur`aan, Al-Hadits dan Ibadah Syari’ah) bukanlah
orang-orang yang jahil (bodoh), tidak paham akan Al-Qur`aan dan hadits
hadits Nabi s a w., mereka sangat paham akan makna yang tersurat dan
makna yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur`aan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan
Surat Az-Zumar Ayat 3, dan dalam hadist tentang bid’ah yang dijadikan senjata
utama oleh sekomlopok kecil Ummat Islam untuk membid’ah-bid’ah sesatkan,
memusyrik-musyrikkan bahkan mengkafir-kafirkan mayoritas Ummat Islam
yang biasa melakukan dzikir dan do’a berjama’ah serta amalan-amalan atau
aktivitas-aktivitas keagamaan lainnya (seperti: ziara ke makam para nabi dan
para wali Allah, mengadakan peringatan maulid Nabi s a w., penringatan nuzul
qur’aan dan peringatan isra’ mi’raj).
Padahal perbuatan-perbutan yang dilakukan/dikerjakan oleh mayoritas Ummat
Islam tersebut di atas, tidak menyalahi Al-Qu`aan dan Hadits Nabi s a w.,
karena tidak termasuk kategori ibadah mahdlah (‫) ٍة ِﻋ َﺒﺎ َد َﻣ ْﺤﻀَ ٍﺔ‬, yaitu: ibadah yang
disyari’atkan, tetapi termasuk kategori ibadah ghairu mahdlah (‫) ِﻋ َﺒﺎ َد ٍة �َ ْ ُﲑ َﻣ ْﺤﻀَ ٍﺔ‬,
4
yaitu: ibadah yang tidak disyari’atkan, boleh dikerjakan dan boleh tidak
dikerjakan.
Kalau semua perkara yang tidak dikerjakan oleh Nabi s a w. dan para sahabat
beliau dianggap bid’ah sesat maka;
1. Menulis Sirah Nabawiyah adalah juga bid’ah sesat tempatnya di Neraka,
karena Nabi s a w. tidak pernah menyuruh untuk menulis Sirah Nabawiyah
tersebut dan para sahabatpun tidak ada yang melakukannya.
2. Membaca Sirah Nabawiyah tersebut juga bid’ah sesat tempatnya di Neraka.
3. Semua Jama’ah Haji yang melakukan thawaf di lantai 2, lantai 3 dst. di
dalam Masjidil Haram yang berada pada ketinggian di atas Ka’bah adalah
seasat tempatnya di Neraka, karena mereka tidak bisa dikatakan thawaf 7
(tujuh) putaran mengitari Ka’bah. Tetapi lebih tepat kalau dikatakan
mereka melakukan thawaf 7 (tujuh) putaran mengitari udara di atas Ka’bah.
4. Semua Jama’ah Haji yang melakukan thawaf di lantai 2, lantai 3 dst. di
dalam Masjidil Haram yang berada pada ketinggian di atas Ka’bah dengan
menggunakan kendaraan motor listrik adalah sesat tempatnya di Neraka,
5. Semua Jama’ah Haji yang melakukan sa’i di lantai 2, lantai 3 dst. di dalam
Masjidil Haram, yang berada di atas bukit Shofa dan bukit Marwa dalah
sesat tempatnya di Neraka, karena tidak bisa di katakan melakukan sa’i
sebagai napak tilas Siti Hajar ibunda Nabi Isma’il a s., tetapi lebih tepat
kalau dikatakan mereka melakukan sa’i dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah
sebanyak 7 (tujuh) putaran seperti layaknya orang menyeberang antara
kedua bukit tersebut lewat jembatan penyeberangan.
6. Semua Jama’ah Haji yang melakukan sa’i di lantai 2, lantai 3 dst. di dalam
Masjidil Haram, yang berada di atas bukit Shofa dan bukit Marwa dengan
menggunakan kendaraan motor listrik adalah sesat tempatnya di Neraka.
7. Semua orang yang shalat berjama’ah di masjid yang bertingkat, di mana
mereka tidak berada ditingkat yang sama dengan imam shalatnya, mereka
melihat imam shalatnya melalui layar TV tempatnya di Neraka, karena

5
Rasulullah s a w. tidak pernah memberi contoh dan menyuruh shalat
berjama’ah seperti ini.
Saudara-saudara kaum muslimiin dan muslimaat yang dimuliakan Allah s w t.!
Perbedaan paham/pendapat di antara para Ulama, adalah suatu kenyataan yang
tidak bisa diingkari. Kalau kebetulan dalam masalah hukum “Mengadakan
Peringatan Maulid Nabi Muhammad s a w” ini, saudara-saudara tidak
sepaham/sependapat dengan semua yang saya jelaskan diatas, itu adalah 100%
hak saudara-saudara yang harus saya hormati dan hargai.
Kalau saudara-saudara katakan “Mengadakan Peringatan Maulid Nabi
Muhammad s a w” hukumnya haram, maka sebenarnya hukum haram itu
hanya berlaku bagi saudara dan kelompok saudara.
Karena saya yakin bahwa: kebenaran adalah mutlak milik Allah s w t.,
maka biarlah kelak Allah s w t., yang memutuskan paham/pendapat siapa yang
benar. Dan yang paling penting bagi diri saya pribadi, adalah: bisa melepaskan
diri dari merasa paling benar dan paling berilmu, paling menjaga sunnah-
sunnah Nabi Muhammad s a w., sehingga saya juga bisa terbebas dari gemar
menuduh dan menvonis orang lain telah berbuat sesat dan menyimpang dari
syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah s w t. dan Rasul-Nya. Karena yang
berhak menentukan sesat atau tidaknya dan ditolak atau diterimanya amal
ibadah manusia adalah Allah s w t., bukan manusia.
Demikianlah sedikit penjelasan masalah “Mengadakan Peringatan Maulid Nabi
Muhammad s a w.” yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfa’at
bagi kita semua.
‫اﻟﺴ َﻼ ُم �َﻠَ ْﻴ ُ ْﲂ َو َر ْ َﲪ ُﺔ ﷲ َو�َ َﺮ َﰷﺗُﻪ‬
� ‫و‬
Pamulang, 02 September 2017

Abubakar bin Hasan Alaydrus


6

Anda mungkin juga menyukai