Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Suhu Terhadap Hewan

Suhu merupakan kondisi yang paling penting dan berpengaruh terhadap suatu organisme.
Secara garis suhu mempengaruhi proses metabolisme, penyebaran, dan kelimpahan
organisme. Perbedaan suhu lingkungan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya sifat
siklusnya, garis lintang, ketinggian tempat dan kedalaman. Hubungan antara organisme
dengan suhu lingkungan, organisme menjadi dua golongan yaitu hewan yang berdarah panas
dan hewan yang berdarah dingin, tatapi penggunaan ini adalah tidak tepat dan subjektif
sehingga tidak akan digunakan (Sutarno, 2001).
Dalam suatu ekosistem, suhu dapat mengatur pertumbuhan dan penyebaran hewan yang
hidup didalamnya. Proses ini terjadi karena suhu mempengaruhi unsur fisik dan fisologis
tubuh hewan. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak enzim, sel, jaringan, organ,
permiabilitas membran, hormon serta menguapkan cairan tubuh. Sedangkan suhu yang terlalu
rendah dapat menghambat kerja enzim, hormon metabolisme dan pembekuan protoplasma.
Suhu dalam hali ini merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling penting
jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting
dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus
menentukan kegiatan metabolis, misalnya dalam hal respirasi. Sebagaiman halnya dengan
faktor lingkungan lainnya. Suhu mempunyai rentang yang dapat di tolerir oleh setiap jenis
organisme. Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu,” hukum toleransi Sheford”,
dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas
respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer
sederhana ( Tim Penyusun, 2013).
Berdasarkan daya toleransi terhadap suhu, hewan dapat dikelompokan menjadi hewan
eurythermal dan hewan stenothermal. Hewan eurytermal adalah hewan yang mampu hidup
pada suhu lingkungan dalam kisaran yang luas. Ini artinya selisih antara suhu maksimum dan
minimum sangat luas. Hewan stenothermal adalah hewan yang mampu hidup pada suhu
lingkungan dalam kisaran yang sempit. Ini artinya selisih suhu maksimum dan minimum
sempit.
Setiap hewan (organisme) memiliki titik kardinal suhu yang berbeda dengan hewan
lainnya. Titik kardinal adalah titik-titik yang menunjukkan batas suhu maksimum, suhu
optimum dan suhu minimum yang masih bisa diterima oleh hewan.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih memungkinkan hanya 50% anggota
populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu minimum adalah titik suhu terendah yang
memungkinkan hanya 50% anggota populasi suatu hewan bertahan hidup. Suhu optimum
adalah nilai suhu yang memungkinkan populasi suatu hewan menjalani hidup paling baik dan
menghasilkan keturunan paling banyak
Bila hewan yang didapatkan pada habitat yang berbeda, mereka hidip di suatu tempat
maka harus menyesuaikan diri bersama lingkungannya. Respirasi sendiri merupakan proses
pertukaran gas oleh mahluk hidup terhadap lingkunga yang terjadi dengan dua cara yaitu
ekspirasi (mengeluarkan CO2 ) dan inspirasi (O2 masuk kedalam tubuh ). Variasi lingkungan
menimbulkan masalah yang berbeda bagi hewan dan tumbuhan. Respirasi dibagi menjadi dua
yaiturespirasi aerob dan respirasi anaerob, dimana respirasi aerob membutuhkan oksigen dan
anaerob tidak membutuhkan oksigen. Oksigen di dalam tubuh disimpan di dalam darah
dalam bentuk oxymioglobin. Respirasi juga biasa didefinisikan sebagai proses pembebasan
energi yang tersisa sumber zat energi dalam tubuh sebagai proses pembebasan energi yang
tersisa sumber zat energi dalam tubuh organisme melalui proses kimia dengan menggunakan
oksigen. Zat sumber tersebut terdiri atas zat organik seperti protein, lemak, karbohidrat, dan
asam amino (Oseana, 2013)
Perubahan suhu memiliki pengaruh besar terhadap berbagai proses fisiologi. Dalam batas-
batas tertentu, peningkatan suhu akan mempercepat banyak proses fisiologi. Misalnya,
pengaruh suhu terhadap konsumsi oksigen. Dalam batas-batas toleransi hewan, kecepatan
konsumsi oksigen akan meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Suatu metode
untuk menghitung pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi adalah perkiraan Q 10, yaitu
peningkatan kecepatan proses yang disebabkan oleh peningkatan suhu 10 C. Secara umum
peningkatan suhu tubuh hewan 10 C, menyebabkan kecepatan konsumsi oksigen antara
harga 1 dan 2, dan sebaliknya bila suhu tubuh diturunkan 10 C, maka konsumsi oksigen
akan turun menjadi setengahnya. Bila kecepatannya 2 kali, maka Q10 = 2, bila kecepatannya 3
kali, maka Q10 = 3, dan seterusnya. Istilah ini bukan hanya untuk konsumsi oksigen saja,
tetapi untuk semua proses yang dipengaruhi oleh suhu (Soewolo, 2000: 327).
Dibandingkan dengan kisaran dari ribuan derajat yang diketahui di bumi ini, kehidupan
hanya dapat berkisar pada suhu 300oC, mulai dari -200oC sampai -100oC, sebenarnya
banyak organisme yang terbatas pada daerah temperatur yang bahkan lebih sempit lagi.
Beberapa organisme terutama pada tahap istirahat, dapat dijumpai pada temperatur yang
sangat rendah, paling tidak untuk periode singkat. Sedangkan untuk jenis organisme terutama
bakteri dan ganggang dapat hidup dan berkembang biak pada suhu yang mensekati titik didih.
Umumnya, batas atau temperatur bersifat membahayakan dibanding atas bawah. Varibilitas
temperatur sanagt penting secara ekologi. Embusan temperatur antara 10oC dan 80oC. Telah
ditemukan bahwa organisme yang biasanya menjadi sasaran variabel temperatur di alam,
seperti pada kebanyakan daerah beriklim sedang, cendernung tertekan, terlambat pada
temperatur konstan (Waskito, 1992).
Pada seekor hewan yang memiliki rentangan suhu toleransi luas, kecepatan konsumsi
oksigennya akan meningkat dengan cepat begitu suhu lingkungan naik. Bila pengaruh suhu
terhadap kecepatan konsumsi oksigen ini digambarkan grafiknya, maka akan diperoleh kurva
eksponensial, sebab secara matematik kurva tersebut dapat dijelaskan dengan fungsi
eksponen. Rentangan toleransi suhu pada berbagai hewan berbeda-beda, ada yang luas ada
yang sempit. Selanjutnya toleransi suhu dapat berubah karena waktu dan derajat adaptasi.
Beberapa organisme lebih sensitif terhadap suhu ekstrem selama periode tertentu dalam
siklus hidupnya, terutama selama stadium permulaan dari pertumbuhannya (Soewolo, 2000:
329).
Dari hasil suatu pengkajian perintis (Shelford, 1929) menemukan bahwa telur-telur dan
larva atau tingkat punah dari “Codling Moth” berkembang 7% atau 8% lebih cepat dibawah
temperatur yang konstan. Dalam percobaan yang lain (Parker, 1930) telur belalang yang
disimpan pada temperatur yang berbeda-beda menunjukkan percepatan rata-rata 36,6% dan
percepatan rata-rata 12% diatas perkembangan pada temperatur konstan yang dapat
dibandingkan. Karena organisme-organisme peka terhadap perubahan temperatur, dam
karena temperatur itu dinilai terlalu tinggi sebagai faktor pembatas (Asmawati, 2004).
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan
untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi
dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan
panas. Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen
pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan
saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang
konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya (Soewolo, 2000).
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ
tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis
sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari
kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan
kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas
untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik,
dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran
darah
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat
exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia
menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu 50oC
hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namununtuk hidup secara
normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal
dan disukai agar proses fisiologis optimal.
Usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak terjadi
perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam tubuh hewan
yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan
panas,karena tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme dimanfaatkan. Panas yang
terbentuk dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan disebut
sebagai suhu tubuh normal

A.      Pengaruh Suhu Pada Lingkungan Hewan Dibagi Menjadi Tiga Golongan, yaitu
1.       Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang tidak mampu
mempertahankan suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi sesuai dengan suhu
lingkungannya. Sebetulnya suhu tubuh tidak betul-betul sama dengan suhu lingkungan, 
sebab kalau diukur teliti, suhu selnya sedikit diatas suhu lingkungannya. Menghadapi
fluktuasi suhu lingkungan, hewan poikilotermik melakukan konformitas suhu. Laju
kehilangan panas pada hewan poikilotermik lebih tinggi dari pada laju produksi panas,
sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya dari pada suhu
metabolisme internalnya.

2.      Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu menjaga panas suhu
tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor
dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan
yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-
suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui
evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas
adalah bangsa burung dan mamalia.  Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu
tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada
neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang
hilang.

3.      Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat poikilotermik dan pada
saat lain bersifat homeotermik, dan kelompok hewan yang mengatur suhu tubuh secara
parsial, yaitu regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu.Disebut juga endotermik
fakultatif , mampu melakukan regulasi fisiologik tetapi tidak mengatur secara tepat sepanjang
waktu. Heterotermik dapat di buktikan pada insekta tertentu, yang ektotermik pada saat
istirahat dan tetapi bersifat endotermik pada saat aktif.

Katak merupakan binatang ectotherms, ini berarti mereka mendapatkan panas dari
sumber-sumber eksternal. Mereka kadang-kadang disebut 'berdarah dingin', namun pada
kenyataannya mereka tidak memiliki darah dingin, itu hanya diatur oleh lingkungan mereka.
Sebagai perbandingan, manusia adalah endotermik dan dapat mempertahankan suhu tubuh
mereka di sekitar 37 ° C (Frog).
Katak dapat mengontrol suhu mereka dengan tubuh mereka, misalnya dengan mengubah
warna mereka untuk mempengaruhi berapa banyak radiasi matahari (panas dari matahari)
mereka menerima, atau menyerap atau menguapkan air melalui kulit mereka.Karena
perubahan suhu pada waktu yang berbeda dari siang dan malam, mereka bergerak di sekitar
lingkungan mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka. Pergi ke bawah naungan atau air
dingin dan berjemur di bawah sinar matahari untuk pemanasan. Suhu mempengaruhi laju
pertumbuhan, pencernaan dan sebagian besar proses tubuh, panas meningkatkan laju
pertumbuhan dan dingin memperlambat. Berudu katak dan berkembang lebih susceptable
suhu daripada orang dewasa (Frog).
Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu
lingkungan, dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya kondisi suhu lingkungan. Pada
hewan poikilotermik air, misalnya kerang, udang dan ikan, suhu tubuhnya sangan ditentukan
oleh keseimbangan konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip
dengan suhu air. Hewan memprodukdi panas internak secara metabolik, dan ini mungkin
meningkatkan suhu tubuh di atas suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan
hewan poikilotermik tidak memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan dengan air
sangat kecil (Soewolo, 2000:331).
Suhu merupakan salah satu pembatas penyerapan hewan dan menentukan aktivitas hewan.
Banyak hewan yang suhu tubuhnya disesuaikan dengna suhu linhkungan yang disebut dalam
kelompok hewan poikilitermik. Poikilotermik berarti suhu berubah (labil) sesuai dengan
perubahan suhu lingkungan. Jadi suhu tubuh hewan poikilotermik mengikuti atau bergantung
pada suhu lingkungan(Fitra,2009).
Suhu mempengaruhi proses fisiologis hewan ektoterm termasuk aktivitas yang dilakukan.
Penaikan maupun penurunan tersebut mencapai dua kali aktivitas normal. Aktifitas akan naik
seiring dengan naiknya suhu sampai pada titik dimana terjadi kerusakan jaringan, kemudian
diikuti aktifitas yang menurun dan akhirnya terjadi kematian.Pada suhu sekitar 10oC dibawah
atau diatas suhu normal suatu jasad hidup dan khususnya pada hewan ektoterm dapat
mengakibatkan penurunan atau kenaikan aktifitas jasad hidup tersebut menjadi kurang lebih
dua kali pada suhu normalnya. Sedangkan perubahan suhu yang tiba-tiba akan
mengakibatkan terjadinya kejutan atau shock (Yuliani dan Raharjo, 2009:58).
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung pada lengkapnya keadaan,
ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan maupun
kelebihan baik secar kualitatif maupun secara kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor
yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut. Faktor-faktor yang
mendekati batas biotik tersebut meliputi komponen biotik dan komponen abiotik yang
berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Komponen biotik yang dimaksud tidak
terbatas pada tersedianya unsur-unsur yang dibutuhkan, tetapi mencakup pula temperatur,
sinar matahari, air dan sebagainya. Tiap organisme mempunyai batas maksimum dan
minimum terhadap faktor-faktor tersebut, dengan kisaran diantaranya batas-batas toleransi
(Udom, 1989:257).\

B. Alat Mengukur Suhu Lingkungan


1. Pengertian Thermometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun
perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas
dan meter yang berarti untuk mengukur.Satuan pengukurannya yang paling sering kita
lihat adalah derajat Celcius (C)
2. Pengertian Higrometer
Hygrometer berasal dari bahasa Yunani yaitu hugros yang berarti lembab dan metreoo
berarti mengukur. Hygrometer merupakan alat untuk mengukur kelembaban udara. Ada
beberapa jenis hygrometer, misalnya hygrometer titik jenuh. Cara kerjanya berdasarkan
suhu titik jenuh udara pada saat kondensasi contohya hygrometer listrik, bekerja
berdasarkan pertambahan panjang rambut jika udara makin lembab. Bertambah
panjangnya rambut ini digunakan untuk menggeserkan jarum penunjuk skala, sehingga
kelembaban udara dapat diketahui. Satuan pengukuran untuk Hygrometer adalah
Persentase (%)
3. Pengertian Thermo Hygrometer
Thermo hygro adalah sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi termometer dengan
hygrometer yaitu alat untuk mengukur suhu udara dan kelembaban, baik di ruang tertutup
ataupun di luar ruangan.. Ukurannya beragam, ada yang sedikit lebih besar dari korek
gas, ada pula yang seukuran telepon genggam. Pada umumnya kita lebih mengenal
termometer daripada hygrometer, karena fungsinya sebagai pengukur suhu sering dipakai
dalam dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan hygrometer relatif jarang terdengar bagi
orang awam karena ia hanya berguna untuk mengukur kelembaban udara baik di dalam
maupun di luar ruangan. Alat thermohygrometer ini dapat dipakai untuk mengukur suhu
udara dan kelembaban baik di ruang tertutup maupun diluar ruangan.
Type Thermo Hygro (Alat Pengukur Suhu Udara dan Kelembaban)
1. Analog
2. Digital
Secara fungsi dan kegunaan sama yaitu sama-sama mengukur suhu dan kelembaban.
Contoh Thermometer Analog
Contoh Thermometer Digital

Cara Menggunakan Thermohygrometer


Thermohygrometer memiliki 2 macam , yaitu Thermohygrometer Analog dan
Thermohygrometer Digital:
Berikut adalah cara untuk menggunakan thermohygrometer analog yaitu dengan cara :
a. Meletakkan di tempat atau menggantung thermohygrometer di tempat yang akan di
ukur suhu dan temperaturnya.
b. Tunggulah tiga sampai lima menit
c. Mengamati skala yang ada pada thermohygrometer analog,skala bagian atas
menunjukkan kelembaban,sedangkan skala bagian bawah menunjukkan suhu udara.
Cara menggunakan thermohygrometer digital yaitu:
a. Meletakkan thermohygrometer pada tempat yang ingin di ukur kelembaban dan suhu
udaranya.
b. Tunggulah tiga sampai lima menit
c. Mengamati skala yang ada pada thermohygrometer analog

Anda mungkin juga menyukai