Gabungan Kti Dimas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 186

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IMUNISASI TIDAK


LENGKAP PADA BAYI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DIMAS SYARIEZA MOESAC BETIMY


NIM : 153110203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IMUNISASI TIDAK


LENGKAP PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO
PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes


Padang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

DIMAS SYARIEZA MOESAC BETIMY


NIM : 153110203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Penulisan
KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar ahli
madya keperawatan. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terimakasih kepada: Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep,
M.Kep selaku pembimbing I dan Bapak Idrus Salim, S.KM, M,Kes selaku dosen
pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam membuat KTI ini.
Kemudian ucapan terimakasih ditujukan kepada Yth:
1. Partisipan I dan partisipan II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
peneliti di Kelurahan Gurun Laweh.
2. Ibu Dra. Hj. Novita Latina, Apt selaku Kabid SDK Dinas Kesehatan Kota
Padang.
3. Bapak Drg. Darius selaku Kepala Puskesmas Nanggalo Padang.
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang dan selaku Ketua Penguji Sidang KTI
yang telah memberikan saran dan masukan dalam karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak Tasman, S.Kp, M.Kep, Sp. Kom selaku Penguji 2 Sidang KTI yang telah
memberikan saran dan masukan dalam karya tulis ilmiah ini.
6. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep M.Kep selaku Ka Prodi D III Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.
7. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam
pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang.
8. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tak terhingga
untuk kesuksesan peneliti selama menginjak bangku pendidikan yang selalu
menyediakan seluruh kebutuhan penelitian dan perkuliahan peneliti. Terimakasih
juga untuk adik peneliti yang sudah mau memberikan pendapat berharganya
untuk menunjang kesuksesan KTI ini. Terimakasih untuk keluarga dan kerabat
yang selalu memberikan dukungan untuk kesuksesan penelitian ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes
Padang angkatan 2015, terkhusus kepada teman-teman kelas III.B yang selama
tiga tahun terakhir berjuang bersama dan selalu memberikan dukungan, tempat
bertukar pikiran dan pendapat, serta selalu ada ketika peneliti membutuhkan.

Akhir kata peneliti berharap KTI ini bermanfaat khususnya bagi


peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Aamiin.

Padang, Mei 2018

Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2018


DIMAS SYARIEZA MOESAC BETIMY

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IMUNISASI TIDAK


LENGKAP PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO
PADANG

xii + 91 halaman, 6 tabel, 13 lampiran

ABSTRAK

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara


aktif terhadap suatu penyakit. Persentase imunisasi dasar tidak lengkap di Provinsi
Sumatera Barat tahun 2016 yaitu 22.5%, di Kota Padang tahun 2017 sebesar 22.6%,
di Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017 sebesar 22.2%. Data Puskesmas
Nanggalo Padang dari tiga kelurahan yang ada angka tertinggi cakupan imunisasi
tidak lengkap yaitu di Kelurahan Gurun Laweh sebanyak 13 orang bayi (25,5 %).
Tujuan dari penelitian ini menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan
imunisasi tidak lengkap pada bayi. Desain penlitian deskriptif dengan pendekatan
studi kasus, populasi 13 bayi yang imunisasinya tidak lengkap di wilayah kerja
puskesmas Nanggalo Padang, dengan sampel 2 orang. Pengambilan sampel sesuai
kriteria inklusi, sisanya dengan cara simple random sampling yaitu undian. Data yang
didapatkan data subjektif dan objektif yang diperoleh dengan cara wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik. Hasil pengkajian didapatkan riwayat imunisasi pada
kedua partisipan sama-sama mendapat imunisasi HB0 dan BCG, bedanya partisipan
II sudah sampai Polio I. Kakek dan nenek partisipan I berpengaruh dalam mengambil
keputusan untuk pemberian imunisasi dibanding patisipan II yang lebih otonom pada
suami. Diagnosis keperawatan utama pada kedua partisipan ketidakefektifan perilaku
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pemberian
imunisasi. Intervensi dan implementasi yang diberikan pada partisipan I lebih
melibatkan pemegang keputusan yang berepengaruh dalam keluarga. Evaluasi
setelah asuhan keperawatan diberikan, keluarga tetap tidak termotivasi untuk
membawa anaknya imunisasi. Disarankan perawat puskesmas Nanggalo Padang
mengajak keluarga dengan cara memberdayakan dan melibatkan anggota keluarga
lainnya selaku pengambil keputusan untuk memberikan imunisasi pada anaknya.

Kata Kunci : Imunisasi pada bayi, keluarga, asuhan keperawatan

Daftar pustaka : 39 (2006-2017)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
LEMBAR ORISINALITAS v
LEMBAR PERSETUJUAN vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP xii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penulisan 8
D. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10


A. Konsep Keluarga 10
1. Pengertian 10
2. Tujuan Dasar Keluarga 11
3. Struktur Keluarga 12
4. Fungsi Keluarga 14
5. Tipe-tipe Keluarga 17
6. Peran Perawat Keluarga 18
B. Konsep Imunisasi 20
1. Pengertian 20
2. Tujuan Imunisasi 22
3. Jadwal dan Jenis Imunisasi Dasar 23
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi 27
5. Efek Samping Imunisasi 29
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 30
1. Pengkajian Keperawatan Keluarga 30
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul 40
3. Perencanaan Keperawatan 43
4. Implementasi Keperawatan 52
5. Evaluasi Keperawatan 53

BAB III METODE PENELITIAN 54


A. Desain Penelitian 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian 54
C. Populasi dan Sampel 54
D. Jenis-Jenis Dan Cara Pengumpulan Data 55
E. Analisis 58

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS 59


A. Deskripsi Kasus 59
B. Pembahasan Kasus 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 91


A. Kesimpulan 91
B. Saran 92

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Dasar 23


Tabel 2.2 Reaksi Imunisasi dan Tanggung jawab Keperawatan 29
Tabel 2.3 Komposisi Keluarga 31
Tabel 2.4 Skala Prioritas 43
Tabel 2.5 Perencanaan Keperawatan 46
Tabel 4.1 Deskripsi Kasus Partisipan I dan II Dengan Imunisasi Tidak Lengkap
Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2018 61
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ganchart
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Awal ke Puskesmas Nanggalo dari Dinas
Kesehatan Kota Padang
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Padang ke Puskesmas
Nanggalo
Lampiran 8 Surat Telah Selesai Penelitian
Lampiran 9 Format Skrining Imunisasi
Lampiran 10 Daftar Nama Survey Awal
Lampiran 11 Inform Consent
Lampiran 12 Format Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 13 Dokumentasi Kunjungan Rumah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dimas Syarieza Moesac Betimy

Tempat, Tanggal Lahir : Pesisir Selatan, 7 Februari 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum kawin

Alamat : Jalan Rajawali No. 13 Kelurahan Andalas


Kecamatan Padang Timur, Kota Padang
Nama orang tua

Ayah : Masrizal Saleh


Ibu : Armiza

Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun
1 SD SDN 06 Padang Pasir 2003-2009
2 SMP SMPN 20 Padang 2009-2012
3 SMA SMA PGRI 1 Padang 2012-2015
4 DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2015-2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil setelah masyarakat dan kelompok yang menjadi
penerima dalam asuhan keperawatan. Keluarga sebagai kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memberikan masalah kesehatan
keluarga dalam kelompoknya sendiri. Masalah kesehatan keluarga dapat
mempengaruhi komunitas/ kelompok setempat (Sudiharto, 2012).

WHO dalam Friedman (2010), menyatakan bahwa kesehatan keluarga


mengandung arti fungsi keluarga sebagai lembaga sosial primer dalam promosi
kesehatan dan kesejahteraan. Namun, masih banyak keluarga yang jauh dari
ketersediaan promosi kesehatan dan kesejahteraan keluarga dimasa kini. Salah
satunya bahwa betapa pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap untuk
mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada
bayi dan anak.

Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat, asuhan kesehatan anak
berpusat pada keluarga. Sebagai bagian dari keluarga salah satu aspek penting
adalah keterlibatan anggota keluarga agar bersama-sama dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari masa bayi (0-1 tahun). Kebutuhan fisik
biomedis terpenting yang dibutuhkan bayi meliputi perawatan kesehatan dasar
yang salah satunya yaitu pemberian ASI dan imunisasi (Ngastiyah, 2012).

Imunisasi merupakan suatu cara mencegah penyakit menular, karena dapat


mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat dan kematian akibat PD3I yang
diperkirakan 2 hingga 3 juta angka kematian per tahunnya (Depkes RI, 2017).
Sehingga untuk pencegahan dan pengurangan angka kejadian sakit, cacat dan
kematian tersebut maka setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar untuk
mencegah terjadinya PD3I, dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap
kepada setiap bayi dan anak (Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009).

Meski pelaksanaan programnya selalu dilakukan tepat waktu, pada kenyataannya


masih ditemukan bayi dan anak dengan masalah imunisasi sekarang ini, seperti
drop out imunisasi atau imunisasi tidak lengkap. Beberapa penyebab bayi tidak
diimunisasi lengkap, yaitu tingkat pendidikan ibu yang rendah. Penelitian
Makamban et al dalam Harmasdiyani (2015) yaitu pendidikan rendah
meningkatkan ketidakpatuhan pemberian imunisasi dasar lengkap sedangkan
pendidikan tinggi meningkatkan kepatuhan pemberian imunisasi dasar lengkap.
Karena informasi yang diperoleh ibu lebih baik sehingga dapat mengambil
keputusan untuk kesehatan bayinya terutama untuk memberikan imunisasi (Hijani
et al dalam Harmasdiyani, 2015). Sementara itu ibu yang bekerja harus terbagi
perhatiannya pada pekerjaan dan mengurus anak yang mengakibatkan pemberian
imunisasi dasar lengkap tidak menjadi prioritas, sedangkan ibu yang tidak bekerja
atau ibu rumah tangga lebih patuh dalam pemberian imunisasi dasar lengkap
(Makamban et al dalam Harmasdiyani, 2015).

Selain itu kurangnya pengetahuan ibu merupakan faktor risiko paling besar untuk
terjadinya ketidakpatuhan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Sebagian
besar ibu menyadari bahwa imunisasi bermanfaat untuk kesehatan anak, di antara
kelima imunisasi dasar lengkap pengetahuan ibu tentang imunisasi campak lebih
baik dibandingkan dengan pengetahuan tentang imunisasi dasar lainnya seperti
imunisasi HB-0, BCG, DPT-HB dan polio. Pengetahuan yang rendah atau
persepsi yang keliru mengenai pentingnya imunisasi dan keseriusan dalam
mencegah penyakit akibat imunisasi dapat menjadi hambatan dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap. Persepsi yang rendah terhadap ancaman beberapa
penyakit potensial dapat dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat,
contohnya pemahaman seperti orang dahulu tidak diimunisasi sampai sekarang
baik-baik saja dan tidak penyakitan (Harmasdiyani, 2015).
Dampaknya dari beberapa penyebab di atas yaitu daya tahan tubuh bayi rendah
karena pada dasarnya imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, selain itu bayi mudah terserang virus penyakit dan tertular penyakit,
dan penyakit tersering dan terbanyak diderita salah satunya ISPA. Pemberian
imunisasi tidak lengkap juga memberikan dampak negatif lainnya karena vaksin
imunisasi biasaya saling terkait satu dengan lainnya. Tidak jarang dalam satu
vaksin imunisasi terdapat penguat dari vaksin imunisasi lainnya. Sehingga ketika
imunisasi tidak diberikan secara lengkap, maka satu vaksin imunisasi bisa saja
menimbulkan efek samping negatif yang berbahaya bagi tubuh bayi (Muslihatun,
2010).

Diperkirakan 19,5 juta bayi di seluruh dunia pada tahun 2016 tidak terjangkau
layanan imunisasi rutin seperti vaksin DTP3, 60% anak-anak ini tinggal di 10
negara; Angola, Brasil, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia,
Irak, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan. Cakupan imunisasi dasar lengkap di
dunia tahun 2016 untuk DPT 86%, Hepatitis B 84%, Polio 85%, Campak 85%
(WHO, 2016). Di antara sebelas negara ASEAN, Indonesia memiliki kategori
cakupan imunisasi campak sedang sebesar 84% sedangkan Timor Leste dan India
masih termasuk dalam kategori cakupan imunisasi campak rendah menurut World
Health Statistics 2015 dalam Info dan Pusat Data Imunisasi Indonesia (2016).

Hasil survey Riskesdas (2013), menjelaskan data cakupan imunisasi dasar


lengkap pada bayi di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%),
2010 (53,8%), 2013 (59,2%). Sedangkan untuk cakupan imunisasi dasar tidak
lengkap pada bayi di Indonesia cenderung menurun dari tahun 2007 (49,2%),
2010 (33,5%), 2013 (32,1%). Provinsi yang tertinggi persentase imunisasi dasar
tidak lengkap yaitu Maluku (48,6%) dan Provinsi Sumatera Barat (46,9%).
Di Provinsi Sumatera Barat cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2015
(74,11%) belum mencapai target Renstra 2015 sebesar 91%. Bahkan cakupan
imunisasi dasar lengkap di Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 (77,57%) masih
belum masuk kategori capaian target Renstra 2016 sebesar 91,5%. Untuk
imunisasi dasar tidak lengkap di Sumatera Barat tahun 2016 sebesar 22.5%
(Depkes RI, 2017). Tiga kota di Sumatera Barat dengan cakupan imunisasi dasar
tidak lengkap tertinggi yaitu, Pariaman (81,5%), Kepulauan Mentawai (61,5%),
dan Lima Puluh Kota (60,0%). Sedangkan cakupan imunisasi dasar tidak lengkap
di Kota Padang tahun 2013 sebesar 39,7% (Riskesdas Sumbar, 2013). Untuk
cakupan imunisasi dasar tidak lengkap di Kota Padang sampai bulan November
tahun 2017 sebesar 22.6% (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2017).

Berbeda dengan cakupan imunisasi dasar tidak lengkap, angka drop out rate
imunisasi DPT/HB/Hib(1)-Campak di Indonesia tahun 2016 sebesar 2,4%, lebih
rendah dibanding tahun 2015 (2,9%). Angka drop out rate imunisasi
DPT/HB/Hib(1)-Campak diharapkan tidak melebihi 5%. Terdapat dua provinsi di
Indonesia dengan angka drop out rate imunisasi DPT/HB/Hib(1)-Campak
tertinggi yaitu Sulawesi Utara (8,6%) dan Kalimantan Utara (7,2%). Sedangkan
angka drop out rate imunisasi DPT/HB/Hib(1)-DPT/HB/Hib(3) di Indonesia
tahun 2016 sebesar 2,1% dan provinsi tertinggi angka drop out rate imunisasi
DPT/HB/Hib(1)-DPT/HB/Hib(3) yaitu Papua sebesar 16,3% (Depkes RI, 2017).

Angka tersebut di atas juga mempengaruhi angka kejadian sakit, cacat dan
kematian akibat imunisasi. Sehingga bukan tidak mungkin akan ditemukan bayi
maupun anak yang menderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) setiap tahunnya seperti TBC, hepatitis B, difteri, pertusis dan tetanus,
polio, dan campak.
Kontribusi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) paling banyak
terhadap terjadinya angka kesakitan dan kematian di Indonesia adalah difteri dan
campak. Angka kematian karena difteri tahun 2016 sebanyak 24 kasus dari 415
kasus yang ada. Sedangkan kasus meninggal akibat campak di Indonesia tahun
2016 sebanyak 1 kasus dari 12.681 kasus (Depkes RI, 2017). Selain itu
penyumbang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) lainnya
adalah tuberculosis (TBC), polio dan hepatitis B. Kematian akibat TBC di
Indonesia diperkirakan sebanyak 1,4 juta kematian pada tahun 2016 dengan
persentase 9,04% untuk usia 0-14 tahun (Depkes RI, 2017).

Perolehan data mengenai angka kejadian sakit akibat tidak diimunisasi di atas
menunjukkan bahwa cakupan pemberian imunisasi di Indonesia masih belum
menyeluruh. Kurangnya cakupan imunisasi di Indonesia mengakibatkan angka
kesakitan, kematian, dan cacat menjadi meningkat jika program sosialisasi dan
promosi imunisasi tidak sesuai target.

Angka tersebut dapat ditekan melalui beberapa faktor yang mempengaruhi


keberhasilan imunisasi. Pertama, status imun pejamu. Kedua, faktor genetik
pejamu. Ketiga, kualitas dan kuantitas vaksin. Pemberian dosis vaksinasi yang
tidak tepat, frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi respon imun
(Muslihatun, 2010). Bersamaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan imunisasi perlu diketahui pula bahwa pemberian imunisasi juga
harus diperhatikan kontraindikasinya. Setiap kali anak terpapar demam akut,
imunisasi harus ditunda. Anak dengan leukemia, limfoma, keganasan, atau
penyakit imunodefisiensi, anak yang menjalani terapi imunosupresi, harus
mendapat pesetujuan dokter sebelum pemberian imunisasi (Betz, 2009).

Berbeda dengan kontraindikasi, beberapa hal yang menghambat pemberian


imunisasi yaitu adanya alasan-alasan yang mengakibatkan keluarga tidak
membawa anaknya imunisasi seperti, takut anak demam, anak sering sakit, tempat
imunisasi jauh, tidak tahu dimana tempat imunisasi, orangtua sibuk/repot, dan
keluarga tidak mengijinkan. Alasan keluarga tidak mengijinkan menjadi tolak
ukur dalam pelaksanaan fungsi afektif keluarga dimana keluarga kurang
menempatkan perhatian dan kasih sayang terhadap kesehatan anaknya. Dimana
pemberian imunisasi bertujuan untuk menjadikan anak kebal terhadap penyakit
tertentu dan mengurangi defisit finansial keluarga akibat biaya pengobatan anak
sakit. Struktur kekuasaan (power) keluarga juga berpengaruh terhadap keluarga
yang tidak mengijinkan pemberian imunisasi, seperti hak pengambil keputusan
berada di tangan kepala keluarga atau anggota keluarga lainnya seperti mertua.
Dimana kepala keluarga atau mertua tidak mengijinkan anak untuk diimunisasi
dengan alasan tertentu.

Terdapat beberapa alasan orangtua tidak membawa anaknya imunisasi. Alasan


utama yaitu takut anaknya demam karena efek samping imunisasi (28,8%).
Alasan lain yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula
persentase keluarga yang tidak mengizinkan anaknya diimunisasi (56,4%).
Persentase anak di perkotaan yang tidak diizinkan keluarga untuk diimunisasi
(35,5%) lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (21,3%). Persentase yang
menyatakan bahwa keluarga tidak mengizinkan anak diimunisasi tertinggi pada
kelompok kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pegawai sebesar 42,7%.
Selain itu persentase anak di perkotaan yang tidak diimunisasi karena alasan
tempat jauh (7,4%) lebih rendah dibandingkan di perdesaan (29,2%). Alasan lain
anak tidak diimunisasi karena sibuk/repot lebih tinggi pada kelompok yang tidak
pernah sekolah (25,7%) dan tinggal di pedesaan (16,9%) (Riskesdas, 2013).

Berbagai faktor juga mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.


Tingkat pendidikan orangtua yang tidak tamat SD (Sekolah Dasar) lebih tinggi
persentase tidak lengkap memberikan imunisasi dasar (37,2%) dibanding orang
tua dengan tingkat pendidikan yang tamat D3/PT (22,9%). Selain itu, kelompok
nelayan/petani/buruh merupakan penyumbang persentase tertinggi tidak
lengkapnya memberikan imunisasi dasar pada bayi yaitu sebesar 35,6% lebih
tinggi dibanding kelompok kerja pegawai sebesar 26,3%. Sedangkan persentase
pemberian imunisasi dasar tidak lengkap lebih tinggi di pedesaan (34,7%)
dibanding perkotaan yang hanya 29,6% (Riskesdas, 2013).

Data di Puskesmas Nanggalo Padang didapatkan jumlah bayi yang tidak


diimunisasi lengkap sebanyak 147 bayi (22,2%) dari 662 bayi sampai bulan
November 2017. Distribusi di tiga kelurahan yaitu, Surau Gadang sebanyak 77
bayi (21,7%), Kurao Pagang 57 bayi (22,3%), dan Gurun Laweh 13 bayi (25,5%)
(Puskesmas Nanggalo, 2017). Dari tiga kelurahan tersebut angka tertinggi
cakupan imunisasi tidak lengkap yaitu di Kelurahan Gurun Laweh.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada 19 Desember 2017, wawancara dengan 6


orang ibu bayi di Kelurahan Gurun Laweh didapatkan 2 dari 6 ibu mengatakan
bahwa ibu dilarang suami dan keluarga untuk mengimunisasi anaknya, 3 dari ibu
mengatakan anaknya demam pada pemberian imunisasi sebelumnya, dan sisanya
mengatakan imunisasi tidak penting. Sedangkan wawancara dengan petugas
puskesmas, petugas mengatakan sudah memberikan penyuluhan imunisasi dan
menjemput keluarga ke rumahnya lalu mengajak keluarga ke posyandu untuk
mengimunisasi anaknya, tetapi masih banyak keluarga yang beranggapan bahwa
imunisasi tidak penting.

Opini keluarga mengenai tidak pentingnya pemberian imunisasi tersebut bisa


meningkatkan angka kejadian sakit di kelurahan tersebut, salah satunya penyakit
ISPA pada bayi karena daya tahan tubuh yang rendah. Jika terus menerus bayi
mengalami penyakit tersebut maka pengeluaran finansial keluarga juga semakin
banyak. Meski kebanyakan biaya pengobatan sudah ditanggung oleh jaminan
kesehatan, namun biaya transportasi juga perlu dipertimbangkan untuk
keefektifan pengluaran. Maka dari itu penting pemberian imunisasi untuk
mencegah kejadian sakit tersebut untuk memangkas pengeluaran yang banyak.
Sehingga perlu adanya asuhan keperawatan keluarga agar adanya motivasi
keluarga untuk melengkapi imunisasi bayinya melalui intervensi keperawatan
yang direncanakan dan didiskusikan bersama dalam mencapai tujuannya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan fenomena di atas, peneliti tertarik


melakukan penelitian mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang”.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan Imunisasi Tidak
Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada keluarga dengan
Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada keluarga
dengan Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada keluarga dengan
Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada keluarga dengan
Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan
Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang.
f. Mampu mendeskripsikan hasil dokumentasi asuhan keperawatan pada
keluarga dengan Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo Padang.

D. Manfaat Penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan
keluarga dengan Imunisasi tidak lengkap pada bayi.
b. Bagi Fasilitas Kesehatan
Dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan
keluarga pada keluarga yang memiliki bayi dengan imunisasi tidak
lengkap
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai sumber bacaan
dalam kegiatan belajar mengajar dalam menggali dan meningkatkan
pemahaman dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan
Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi di Prodi Keperawatan Padang.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan Imunisasi Tidak Lengkap
pada Bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Friedman (1998), mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial.
Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang memiliki hubungan erat satu
sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam Susanto (2012), beberapa
ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian keluarga; a). Spradley
dan Allender (2001), mengemukakan keluarga merupakan satu atau lebih
individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan
mengembangkan dalam ikatan emosional dan mengembangkan dalam ikatan
sosial, peran dan tugas; b). Stanhope dan Lancester (1996), menjelaskan
bahwa keluarga adalah dua tau lebih individu yang berasal dari kelompok
keluarga yang sama atau berbeda dan saling mengikutsertakan dalm
kehidupan.

Beberapa pengertian lain juga banyak dikemukakan oleh para ahli. Dalam
Padila (2012), beberapa ahli yang menjelaskan pengertian keluarga; a). Wall
(1986), mengemukakan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi mereka
sebagai bagian dari keluarga; b). Sayekti (1994), mendefinisikan keluarga
adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan anatara orang dewasa yang berbeda
kelamin yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam
sebuah rumah tangga; c). Johnson’s (1992), mendefinisikan keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama
atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus menerus yang tinggal dalam
satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu
orang dengan lainnya.
Selain itu Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2012), mendefinisikan
keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga,
melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Berdasarkan definisi keluarga menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan


bahwa keluarga adalah sekumpulan individu yang tinggal bersama yang
terikat perkawinan maupun hubungan darah dan memiliki peran, tugas, dan
fungsinya masing-masing. Ikatan sebuah keluarga tidak hanya karena
hubungan darah, namun bisa karena adopsi, kebersamaan, dan emosional.

2. Tujuan Dasar Keluarga


Keluarga merupakan sub unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini memiliki
pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan individu-individu yang
dapat menentukan keberhasilan kehidupan individu tersebut. Keluarga
berfungsi sebagai perantara antara masyarakat dan individu, yakni
mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat. Keluarga juga
merupakan sistem terbuka sehingga dipengaruhi oleh lingkungannya, yang
mana lingkungan yang dimaksud adalah masyarakat. Keluarga memiliki
pengaruh penting terhadap pembentukan identitas dan konsep diri individu-
individu yang menjadi anggotanya. Keluarga telah lama dipandang sebagai
konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga membentuk
manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual
(Padila, 2012).

Hal itu tak terlepas bahwa setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar
baik yang menyangkut kebutuhan fisik, psikologis maupun sosial. Sebuah
keluarga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
anggotanya yang beraneka ragam, pada saat yang bersamaan masyarakat
mengharapkan setiap anggota memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai
anggota masyarakat. Prioritas tertinggi yang menjadi perhatian keluarga
adalah kesejahteraan anggotanya. Kelompok lain seperti teman kerja, teman
sekolah, majelis dan LSM tidak menaruh perhatian secara keseluruhan
terhadap hidup individu, mereka hanya sebatas kerjasama, persahabatan,
keterlibatan dalam urusan sekolah atau pengajian atau produktivitas dan
prestasi sekolah (Padila, 2012).

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Beberapa struktur keluarga yang ada dalam Padila
(2012), diantaranya: a). Patrilineal, merupakan keluarga sedarah yang disusun
melalui jalur ayah; b). Matrilineal, merupakan keluarga sedarah yang disusun
melalui jalur ibu; c). Matrilokal, merupakan sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah ibu; d). Patrilokal, merupakan sepasang suami istri
yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah; e). Keluarga Kawin, merupakan
hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi sebuah keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

Salah satu pendekatan dalam asuhan keparawatan keluarga adalah pendekatan


struktural fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga
disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terhubung satu sama lain.
Friedman, Bowden, dan Jones dalam Susanto (2012), membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu pola komunikasi, peran keluarga, nilai
dan norma keluarga, serta kekuatan keluarga. Struktur keluarga terdiri atas:
a. Struktur Peran (role)
Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Menurut
Wright dalam Susanto (2012), peran di dalam keluarga menunjukkan pola
tingkah laku dari semua anggota di dalam keluarga. Peran lahir dari hasil
interaksi sosial, peran biasanya menyangkut posisi dan posisi
mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial
tertentu.
1) Peran-peran formal keluarga
Peran formal yang standar dalam keluarga seperti pecari nafkah, ibu
rumah tangga, pengasuh anak, tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam
keluarga hanya terdapat sedikit anggota untuk memenuhi peran
tersebut, maka memungkinkan anggota keluarga memerankan
beberapa peran pada kurun waktu yang berbeda (Padila, 2012;
Sudiharto, 2012; Susanto, 2012).
2) Peran-peran informal keluarga
Peran-peran informal mempunyai tuntutan berbeda, tidak terlalu
didasarkan pada usia, jenis kelamin, tapi lebih didasarkan pada
personalitas anggota keluarga. Peran-peran tersebut tidak mutlak
membuat stabil keluarga, ada yang bersifat adaptif dan ada yang
merusak kesejahteraan keluarga, diantaranya: panutan, pendorong,
pengharmonisan, pelindung, pendamai, pengikut, sahabat, pionir
keluarga, penghubung keluarga, dan saksi (Padila, 2012; Sudiharto,
2012; Susanto, 2012).
b. Struktur Nilai (value)
DeLaune dalam Susanto (2010), menjelaskan bahwa nilai merefleksikan
identitas seseorang sebagai bentuk dasar evaluasi diri dan nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri. Sistem nilai
keluarga dianggap sangat mempengaruhi nilai-nilai masyrakat. Suatu nilai
keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai-nilai ini akan menentukan
bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stressor-stresor lain
(Padila, 2012).
c. Struktur Kekuasaan (power)
Kekuasaan keluarga adalah kemampuan (potensial atau aktual) individu
untuk mengontrol, mempengaruhi dan merubah tingkah laku anggota
keluarga. Komponen utama dari kekuasaan keluarga adalah pengaruh dan
pengambilan keputusan. Dalam perkembangannya kekuasaan dipengaruhi
oleh: hirarki keluarga, tipe keluarga, koalisi, jaringan komunikasi, kelas
sosial, tahap perkembangan keluarga, latar belakang budaya dan agama,
variabel individu dan ketergantungan emosi (Friedman; Bowden; dan
Jones, (2003) dalam Susanto, 2012).
d. Struktur Komunikasi
Dalam keluarga ada komunikasi yang berfungsi dan ada pula yang tidak.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti, sender, channel media, massage, environment, dan
receiver.) Komunikasi dalam keluarga bisa berupa komunikasi verbal dan
non verbal, komunikasi secara emosional, dan komunikasi sirkular (Wright
dan Leahey dalam Susanto, 2012).

4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat
dari struktur keluarganya (Friedman, 2010). Berkaitan dengan peran keluarga
yang besifat ganda, yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi
anggotanya, disisi lain keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan
masyarakat. Sedangkan menurut Bowden dan Jones dalam Susanto (2012),
fungsi dalam keluarga merupakan apa yang dikerjakan dalam keluarga.
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010), dibagi menjadi lima fungsi dasar
keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga dan berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif terwujud melalui
keluarga yang bahagia, seperti mengembangkan potensi diri yang positif,
rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti, memberikan kenyamanan
emosional, membantu anggota dalam membentuk identitas, serta
merupakan sumber kasih sayang. Sering perceraian, kenakalan anak atau
masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak
terpenuhi (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi.
Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi
atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui
interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di
masyarakat. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari
fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti mewariskan
tradisi, nilai, dan hak keluarga (Friedman, 2010).
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
mengingatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi ini sedikit dapat dikontrol. Namun disisi laini,
banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan
sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orangtua atau single parent
(Friedman, 2010).
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
seperti sandang, pangan, dan papan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh
keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat berkontribusi untuk mencari
sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga
meningkatkan status kesehatan mereka. Perawat keluarga harus menerima
tanggung jawab untuk membantu keluarga memperoleh sumber-sumber
komunitas yang sesuai, yang dapat memberikan mereka informasi,
pekerjaan, konseling kejuruan, dan bantuan keuangan yang dibutuhkan
(Friedman, 2010).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
berfungsi melakukan asuhan kesehatan bagi anggotanya baik untuk
mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit
(Friedman, 2010). Tugas kesehatan keluarga tersebut menurut Friedman
(2010) adalah:
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang di masyarakat

Sedikit berbeda dengan Friedman fungsi keluarga menurut Allender dan


Spradley dalam Susanto (2012), terdiri dari; a). Affection, terdiri dari
menciptakan dan menjaga perasaan, mengembangkan kehidupan dan
kebutuhan seksual, serta menambah anggota baru; b). Security and
acceptance, yang teridiri dari mempertahankan kebutuhan fisik dan menerima
individu sebagai anggota; c). Identity and satisfaction, yang terdiri dari
mempertahankan motivasi, mengembangkan peran dan mengidentifikasi
tingkat sosial; d). Affiliation and companionship, yang terdiri dari
mengembangkan pola komunikasi dan mempertahankan hubungan yang
harmonis; e). Sosialization, yang terdiri dari mengenal kultur, dan melepas
anggota; f). Controls, yang terdiri dari mempertahankan kontrol sosial, adanya
pembagian kerja, dan menggunakan sumber daya yang ada.
Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui sejauh mana keluarga
dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, lalu memberikan
bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan
keluarga tersebut.

5. Tipe-tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga. Sussman dan Macklin dalam Padila (2012), menguraikan tipe-tipe
keluarga sebagai berikut:
a. Keluarga Tradisional
Terdiri dari; 1). Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak; 2).
Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak; 3). Keluarga
dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari perceraian;
4). Bujangan dewasa sendiri; 5) Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan
orang-orang yang berhubungan; 6). Pasangan usia lanjut, keluarga inti
dimana suami istri sudah tua, anak-anaknya sudah berpisah.
b. Keluarga Non Tradisional
Terdiri dari; 1). Keluarga dengan orangtua beranak tanpa menikah,
biasanya ibu dan anak; 2). Pasangan yang memiliki anak tapi tidak
menikah, didasarkan pada hukum tertentu; 3). Pasangan kumpul kebo,
kumpul bersama tanpa menikah; 4). Keluarga gay atau lesbian, orang-
orang berjenis kelamin yang sama hidup sebagai pasangan yang menikah;
5). Keluarga komuni, keluarga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber yang sama.
Beberapa bentuk keluarga dalam Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut; 1).
Keluarga inti; 2). Keluarga besar; 3). Keluarga asal, yaitu tempat asal keluarga
dilahirkan; 4). Keluarga berantai, yaitu keluarga inti yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali; 5). Keluarga duda atau janda; 6).
Keluarga komposit, yaitu keluarga dari perkawinan poligami; 7). Keluarga
kohabitasi, yaitu menjadi satu keluarga tanpa pernikahan; 8). Keluarga inses,
yaitu keluarga yang menikah dengan sesama anggotanya seperti anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya atau ibu menikah dengan anak
kandung laki-lakinya.

Berdasarkan gambaran tentang bentuk dan tipe keluarga tersebut, implikasi


bagi keperawatan yaitu tidak ada bentuk keluarga yang benar atau salah, layak
atau tidak layak, meliankan keluarga harus dipahami dalam konteksnya, tipe
tersebut hanya sebuah referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan
berbagai kerangka kelompok kerja primer dengan memperhatikan setiap
upaya keperawatan dilanda pemahaman akan keunikan dari setiap keluarga.

6. Peran Perawat Keluarga


Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut (Sudiharto, 2012; Susanto, 2012):
a. Pendidik
Perawat memberikan pengetahuan kepada keluarga dalam rangka
meningkatkan kesehatan, tentang tindakan keperawatan, dan tindakan
medis yang diterima, sehingga keluarga dapat bertanggung jawab terhadap
hal-hal yang diketahuinya. Perawat memberikan konseling/bimbingan
kepada keluarga tentang kenapa pentingnya pemberian imunisasi agar
keluarga terpapar dengan informasi seputar imunisasi.
b. Koordinator
Perawat mengkoordinir seluruh pelayanan keperawatan, mengatur tenaga
keperawatan yang akan bertugas seperti di posyandu, mengembangkan
sistem pelayanan keperawatan saat memberikan imunisasi bagi
pengunjung, dan memberikan informasi tentang ha-hal yang terkait
dengan pelayanan pemberian imunisasi di sarana kesehatan.
c. Pelaksana
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional, yang meliputi
treatment keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan dan menjalankan
treatment medikal. Melakukan pengkajian mengenai imunisasi,
merencanakan intervensi yang diberikan bila timbul reaksi setelah
imunisasi, memberdayakan keluarga untuk melakukan intervensi secara
mandiri, dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
d. Pembaharu/Perubahan
Perawat mengadakan inovasi agar keluarga mempunyai cara berfikir yang
benar dalam mengatasi masalah. Sehingga sikap dan tingkah laku menjadi
efektif, serta meningkatkan keterampilan yang diperlukan untuk hidup
lebih sehat.
e. Advokat
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat membantu keluarga
untuk mengambil keputusan berdasarkan pemahaman informasi yang
diberikan oleh perawat. Perawat melindungi dan memfasilitasi keluarga
dalam pelayanan keperawatan seperti pemberian imunisasi.
f. Konsultan
Perawat sebagai mediator antara keluarga dengan profesi kesehatan
lainnya. Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan keluarga terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
imunisasi yang diberikan.
g. Kolaborasi
Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain dan keluarga
dalam menentukan rencana pemberian imunisasi secara lengkap.
h. Pengelola
Perawat mengatur kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang
diharapkan, sehingga keluarga dan perawat mendapatkan kepuasan karena
asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat mengelola pelayanan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dan menggunakan
peran aktif masyarakat dalam kegiatan pemberian imunisasi.
i. Peneliti
Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah pemberian
imunisasi tidak lengkap, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan cakupan imunisasi
secara menyeluruh.

B. Konsep Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Hidayat, 2005).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak


dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk menstimulasi pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, 2005). Sedangkan
menurut Depkes RI (2015), vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,
yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi
tertentu.

Imunisasi merupakan suatu cara mencegah penyakit menular khususnya


penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan tidak
hanya kepada anak sejak bayi hingga remaja, tetapi juga pada orang dewasa.
Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling murah,
karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit, cacat dan kematian
akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta angka kematian per tahunnya
(Depkes RI, 2016).

Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus
tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk
setelah imunisasi berguna untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap pencegahan atau penurunan PD3I tersebut (Depkes RI,
2016). Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel
yang tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Antigen dapat
berupa virus atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinaktifkan.
Jenis kekebalan terbagi menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Sistem
kekebalan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu (Depkes RI, 2015) :
a. Kekebalan Aktif
Merupakan perlindungan yang dihasilkan oleh sistem kekebalan seseorang
sendiri dan menetap seumur hidup. Kekebalan aktif juga terbagi menjadi
dua, yakni (1) aktif alamiah, didapatkan ketika seseorang menderita
penyakit, lalu (2) aktif buatan, didapatkan dari pemberian vaksinasi.
b. Kekebalan Pasif
Merupakan kekebalan atau perlindungan yang diperoleh dari luar tubuh
bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan pasif juga terbagi dua,
yakni:
1) Pasif Alamiah
Kekebalan yang didapat dari ibu melalui plasenta saat masih dalam
kandungan, dan kekebalan yang diperoleh dengan pemberian air susu
pertama (colostrum).
2) Pasif Buatan
Diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari satu
individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Contoh: pemberian serum
anti bisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.

2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi menurut Depkes RI (2015), terdiri dari:
a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
b. Tujuan Khusus
1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/ kelurahan pada tahun 2014.
2) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
3) Eradikasi polio pada tahun 2015.
4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal
management).
Tujuan lain pemberian imunisasi pada bayi menurut Betz (2010), terdiri dari
tiga tujuan utama, yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat,
serta menghilangkan penyakit tertentu dari dunia. Untuk tujuan mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara
memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk
menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit
karena tubuh cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen yang masuk
tersebut.

3. Jadwal dan Jenis Imunisasi Dasar


Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Dasar
Jenis Penyakit yang Jumlah Interval
Usia Pemberian
Imunisasi Dicegah Pemberian Minimal
Hepatitis Hepatitis B 0-7 hari 1 -
B
BCG TBC 1 bulan 1 -
(Tuberculosis)
Polio/IPV Polio 1,2,3,4 bulan 4 4 minggu
DPT-Hb- Difteri, pertusis, 2,3,4 bulan 3 4 minggu
Hib tetanus, hepatitis
B, infeksi HIB
Campak Campak 9 bulan 1 -
Sumber: Kemenkes RI (2015)

a. Imunisasi BCG
Merupakan imunisasi yang berguna untuk mencegah penyakit TBC yang
berat. Sebab terjadinya TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Pencegahan imunisasi BCG
untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada
seluruh lapang paru) atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin
beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Hidayat, 2005).
Dosis pemberian vaksin ini yaitu 0,005 ml sekali injeksi. Disuntikkan
secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml. indikasi pemberian vaksin
BCG yaitu untuk memberikan kekebalan aktif terhadap tuberculosis. 2-6
minggu setelah imunisasi BCG bekas suntikan timbul bisul kecil (papula)
yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan,
kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2-10 mm. penanganan efek samping yang bisa dilakukan,
apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan
antiseptik. Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin besar
anjurkan orangtua membawa bayi ke tenaga kesehatan (Depkes RI, 2015).
b. Imunisasi DPT-HB-HiB
Merupakan kombinasi imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, influenza tipe b. Imunisasi
DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan
organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti
yang cukup (Hidayat, 2005).

Vaksin DPT-HB-HIB digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,


tetanus, pertussis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
influenza tipe b secara simultan. Vaksin DPT-HB-HIB harus disuntikkan
secara intramuscular pada anterolateral paha atas dengan pemberian dosis
sebanyak 0,5 ml sekali injeksi. Vaksin ini tidak boleh diberikan bila anak
menderita kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius. Efek samping pemberian vaksin ini berupa reaksi
lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.
Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel),
dan menangis dengan nada tinggi dalam 24 jam setelah pemberian. Untuk
mengatasi efek samping, orang tua dianjurkan untuk memberikan banyak
minum (ASI). Jika demam, kenakan pakaian yang tipis dan berikan
paracetamol 15mg/kg BB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
Bekas suntikan bisa dikompres dengan air dingin. Jika reaksi memberat
dean menetap bawa bayi ke dokter (Depkes RI, 2015).
c. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Vaksin ini
mengandung virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-
infecious, berasal dari HBsAg. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari,
dosis berikutnya interval minimum 4 minggu sebanyak 3 dosis. Dosis
pemberian sebanyak 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID secara intramuskuler,
sebaiknya pada anterolateral paha (Hidayat, 2005).

Vaksin ini dikontraindikasikan pada penderita infeksi berat yang disertai


kejang. Efek sampinya berupa reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan
dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. Untuk mengatasi efek
samping, orang tua dianjurkan untuk memberikan banyak minum (ASI).
Jika demam, kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15mg/kg
BB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat (Depkes RI, 2015).
d. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus
poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan
(Muslihatun, 2010). Indikasinya untuk pembeian kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis. Kontraindikasi pemberian pada individu yang menderita
immune deficiency tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian
polio pada anak yang sedang sakit. Diberikan secara oral (melalui mulut), 1
dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap
dosis minimal 4 minggu. Efek samping sangat jarang terjadi reaksi sesudah
imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan
minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segere diberi dosis
ulang (Depkes RI, 2015).

Vaksin polio juga ada dalam bentuk suspense injeksi. Diberikan untuk
mencegah poliomyelitis bayi dan anak immunocompromised, dan pada
indvidu dimana vaksin polio oral menjadi kontraindikasi. Cara
pemberiannya disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam
dengan dosis pemberian 0,5 ml. Diberikan dari usia 2 bulan, 3 suntikkan
berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua bulan.
Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-
turut dengan interval satu atau dua bulan (Muslihatun, 2012).

Kontraindikasinya yaitu sedang menderita demam, penyakit akut atau


penyakit kronis progresif, hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini
sebelumnya, penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh,
alergi terhadap Streptomycin. Efek samping dapat berupa reaksi lokal pada
tempat penyuntikkan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa terjadi
dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan. Untuk mengatasi efek samping,
orang tua dianjurkan untuk memberikan banyak minum (ASI). Jika
demam, kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15mg/kg BB
setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat (Depkes RI, 2015).
e. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya campak
pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus hidup yang dilemahkan. Indikasinya yaitu untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kontraindikasi pemberian yaitu
pada individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma
(Muslihatun, 2015).

Dosis diberikan sebanyak 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan


kiri atas atau anterolateral paha, pada usia 9-11 bulan. Hingga 15% pasien
dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Untuk mengatasi efek samping, orang
tua dianjurkan untuk memberikan banyak minum (ASI). Jika demam,
kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15mg/kg BB setiap 3-
4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau cukup diseka
dengan air hangat (Depkes RI, 2015).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi


a. Status Imun Pejamu
Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pembentukan
antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang, sehingga
imunisasi yang diberikan sebelum bayi berumur 2 tahun jangan lupa
memberikan imunisasi ulangan. Terjadinya antibodi spesifik pejamu
terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan
imunisasi. Pada bayi semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik
terhadap virus campak. Apabila vaksin campak diberikan pada suatu kadar
antibodi spesifik campak masih tinggi, maka akan memberikan efek yang
kurang memuaskan (Muslihatun, 2010).

Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun


kongenital atau penyakit yang menimbulkan defisiensi imun sekunder
seperti keganasan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Vaksinasi
yang diberikan pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik,
seperti campak dan tuberculosis milier akan mempengaruhi keberhasilan
vaksinasi juga. Keadaan gizi buruk menurunkan fungsi sel sistem imun
seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas
humoral spesifitasnya rendah. Kadar immunoglobulin yang terbentuk tidak
dapat mengikat antigen dengan baik karena kekurangan asam amino untuk
mensintesis antibodi. Kadar komplemen juga berkurang dan mobilisasi
makrofag berkurang, sehingga respon terhadap vaksin atau toksoid
berkurang (Muslihatun, 2010).
b. Faktor Genetik Pejamu
Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respon baik, cukup dan
rendah terhadap antigen tertentu. Seorang individu dapat dapat
memberikan respon rendah terhadap antigen tertentu, tapi terhadap antigen
lain dapat sangat tinggi respon imunnya. Oleh karena itu sering ditemukan
keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100% (Muslihatun, 2010).
c. Kualitas dan Kuantitas Vaksin
Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun. Dosis
terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis
terlalu rendah tidak dapat merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang
tepat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai
dengan dosis yang direkomendasikan (Muslihatun, 2010).

Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi respon imun. Bila


pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik
masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan, sehingga
tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi reaksi
arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan akibat pemberntukan
antgen antibodi lokal. Jenis vaksin juga akan mempengaruhi respon imun.
Vaksin hidup akan menimbulkan respon imun lebih baik disbanding vaksin
mati atau yang diinaktivasi (killed atau inactivated), atau bagian
(komponen) dari mikroorganisme (Muslihatun, 2010).

5. Efek Samping Imunisasi


Kemungkinan efek samping dari imunisasi anak yang direkomendasikan dan
tanggung jawab keperawatan (Wong, 2010) :
Tabel 2.2 Reaksi Imunisasi dan Tanggung jawab Keperawatan
Imunisasi Reaksi Tanggung jawab
Keperawatan
Virus HEPATITIS Ditoleransi dengan baik, efek Jelaskan pada orangtua alas an
B samping sedikit. untuk imunisasi ini
Pertimbangkan bahwa iaya
untuk 3 injeksi mungkin dapat
berpengaruh
DIFTERIA Biasanya demam dalam 24 Tanggung jawab keperawatan
jam sampai 48 jam, untuk pemberian DTP sama
kemerahan, dan bengkak dengan pada imunisasi difteria,
lama. tetanus dan pertusis.
Perubahan perilaku: Instruksikan untuk DTP, beri
mengantuk, rewel, anoreksia, tahu orang tua tentang
menangis lama atau tidak kemungkinan efek samping.
biasa.
TETANUS Sama dengan difteria, tetapi Penggunaan profilaktik
dapat mencakup urtikaria dan asetaminofen yang
malaise. direkomendasikan pada waktu
Semua mempunyai awitan imunisasi DTP dan setiap 4
lambat dan berakhir beberapa sampai 6 jam untuk total dosis
hari. 3.
Benjolan pada sisi injeksi Anjurkan orangtua untuk
dapat hilang selama memberi tahu praktisi dengan
berminggu-minggu, bahkan segera tentang efek samping
berbulan-bulan, tetapi hilang yang tidak biasanya, seperti
secara bertahap. yang disebutkan pada difteria,
tetanus, pertussis atau pertussis
aselular (DTP/DTaP)
PERTUSIS Sama dengan tetanus tetapi Sebelum pemberian dosis DTP
dapat mencakup kehilangan selanjutnya ketahui tentang
kesadaran, kejang, episode reaksi-reaksi, khususnya yang
menangis yang sulit diam dan terdapat pada difteria, tetanus,
persisten, demam (suhu di pertussis atau pertussis aselular.
atas 40,4⸰C) reaksi alergi
sistemik.
HAEMOPHILUS Reaksi lokal ringan (eritema, Beri tahu orangtua tentang
INFLUENZAE nyeri) pada sisi injeksi. tentang kemungkinan efek
TIPE B samping ringan.
VIRUS POLIO Secara esensial tidak ada efek Kaji adanya anggota keluarga
(OPV) samping yang segera berisiko akibat OPV trivalent
Paralisis karena vaksin jarang karena status defisiensi imun.
terjadi dalam 2 bulan
imunisasi (risiko diperkirakan
17,8 juta dosis), lebih
cenderung terjadi pada kontak
erat daripada resipien OPV.
MEASLES Anoreksia, malaise, ruam, Beri tahu orangtua tentang efek
(CAMPAK) dan demam dapat terjadi 7 samping umum dan
sampai 10 hari setelah penggunaan antiseptik untuk
imunisasi demam.
Jarang (risiko diperkirakan Bila demam menetap dengan
1:1 juta dosis), ensefalitis tanda samar lainnya, anjurkan
sering terjadi. mereka untuk memberitahu
dokter dengan sengaja.
Sumber: Wong, 2010.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis


1. Pengkajian
a) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga

Tabel 2.3 Komposisi Keluarga


Riwayat Imuisasi
Hub TTL/
Pendidi BCG DPT HB POLI CA
No Nama dengan Umu
kan O MPA
KK r
K
6) Genogram
Digambarkan dalam 3 generasi.
7) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga tersebut.
8) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
9) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
10) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga.
11) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengar radio juga merupakan
aktifitas rekreasi.

b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti. Contoh : keluarga bapak X memiliki dua orang anak,
anak pertama berusia tujuh tahun dan anak kedua berusia empat tahun,
maka keluarga bapak X berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan usia anak sekolah.
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa kendala-
kendala tersebut belum terpenuhi. Kendala-kendala ini bisa saja
mengarah ke arah belum terpenuhinya lima tugas perawatan keluarga.
3) Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan, perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi. Riwayat
imunisasi perlu ditanyakan karena kebanyakan masalah imunisasi bayi
muncul karena tidak lengkap (drop out imunisasi) karena banyak
keluarga yang belum paham mengenai pentingnya imunisasi sehingga
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) mungkin terjadi.
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri yang bisa menjadi predisposisi atau presipitasi dari
terjadinya masalah imunisasi bayi dalam keluarga.

c) Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan
denah rumah yang sesuai kriteria rumah sehat agar terhindar dari
penyakit infeksi menular khususnya kejadian PD3I.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenal karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan dan kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan khususnya pemberian imunisasi pada bayi.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.

d) Struktur Keluarga
1) Sistem Pendukung Keluarga
Yang termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik seperti ketersediaan
posyandu atau puskesmas terdekat, fasilitas psikologis atau dukungan
dari masyarakat setempat.
2) Pola Komunitas Keluarga
Menjelaskan mengenal cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
3) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku khususnya perilaku kesehatan
mengenai pentingnya pemberian imunisasi.
4) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
5) Nilai dan Norma Keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
berhubungan dengan kesehatan khususnya tentang pentingnya
pemberian imunisasi.
e) Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan memiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana terciptanya kehangatan pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling mengahargai.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya serta perilaku dalam bersosialisasi di masyarakat.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
pelindung serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga di dalam dilihat dari kemapuan keluarga dalam melaksanakan
lima tugas keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan
setempat.
Hal yang perlu dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan kesehatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, maka perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara
lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada
di masyarakat.
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat.
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
4) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
a. Berapa jumlah anak?
b. Apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga?
c. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
5) Fungsi Ekonomi
Hal perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan?
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga?
f) Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor Jangka Pendek dan Panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan
bulan.
2) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
3) Strategi Koping yang Digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan bila menghadapi permasalahan/
stress.
4) Strategi Adaptasi Disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila mengahadapi permasalahan/stress
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik di klinik.
Pada saat akan melakukan pemeriksaan fisik ada beberapa persiapan untuk
pemeriksaan fisik, yaitu :
a. Tunjukkan pendekatan dengan pasien
b. Atur pencahayaan dan lingkungan
c. Tetapkan ruang lingkup pemeriksaan
d. Pilih urutan pemeriksaan
e. Buat pasien merasa nyaman
Pemeriksaan secara umum terhadap bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat
badan dimulai ketika pertama kali berhadapan dengan pasien.
Berikut adalah pengkajian secara umum : warna kulit, ekspresi wajah,
mobilitas, pakaian dan postur, pola bicara, gangguan, bahasa asing,
kesulitan mendengar, alat bantu, tinggi badan dan perawakannya,
deformitas dan muskuloskletal, masalah penglihatan dan alat bantu yang
dipakai, kontak mata dengan kewaspadaan mental, status nutrisi, masalah
pernafasan.
Berikut pengkajian fisik secara spesifik pada sistem tubuh manusia
1) Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Keadaan umum pasien dilihat: baik, sedang, buruk
b) TTV: meliputi tekanan darah, frekuensi nadi dan napas, serta suhu
tubuh. Bisanya bayi dengan masalah imunisasi memiliki tanda dan
gejala yang bermasalah di TTV terutama suhu tubuh
2) Pemeriksaan kulit, rambut, dan kuku
a) Kulit
Periksa seluruh permukaan kulit di bawah cahaya yang baik.
Inspeksi dan palpasi setiap area. Perhatikan
a. Warna kulit : sianosis, ikterus, kerotenemia, perubahan
melanin
b. Kelembapan : lembap, kering, berminyak
c. Temperatur : dingin, hangat
d. Tekstur : licin, kasar
e. Mobilitas : menurun pada saat dehidrasi
f. Turgor : menurun pada saat dehidrasi
g. Apabila ada lesi, bintik kemerahan, bengkak pada kulit,
perhatikan lokasi, susunan, bentuk, tipe, dan warnanya.
b) Rambut
Lakukan inspeksi dan palpasi rambut, perhatikan :
a. Kuantitas : tipis, tebal
b. Distribusi : alopesia sebagian atau total
c. Tektur : halus atau kasar
c) Kuku
Lakukan inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki, perhatikan:
a. Warna : sianosis, pucat
b. Bentuk : jari tangan dan kaki (clubbing)
c. Adanya lesi
3) Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala
a. Tanyakan mengenai gejala yang terkait
b. Tanyakan batuk, bersin atau perubahan posisi kepala
c. Tanyakan mengenai riwayat keluarga
b) Mata
a. Tanyakan bagaimana penglihatan
b. Bagaimana jarak penglihatan jauh atau dekat
c. Bagaimana pandangan kabur atau tidak
d. Tanyakan mengenai nyeri, kemerahan, dan air mata yang
berlebihan
c) Telinga
a. Tanyakan bagaimana pendengaran pasien
b. Apakah pasien mengalami kesulitan khusus untuk pendengaran
c. Keluhan sakit telinga atau nyeri di dalam telinga
d. Tanyakan mengenai vertigo
e. Inspeksi kesejajaran
f. Kaji pendengaran dengan tes bisikan
d) Hidung
a. Perhatikan struktur hidung, posisi septum
b. Tentukan kepatenan masing-masing lubang hidung
c. Inspeksi mukosa, septum, dengan spekulum nasal
d. Kaji fungsi olfaktorius, periksa penciuman
e) Mulut dan faring
a. Inspeksi bibir, mukosa, gusi
b. Inspeksi orofaring, uvula, tonsil, faring dan bau mulut
c. Inspeksi gigi untuk melihat warna, jumlah karakteristik
permukaannya
d. Inspeksi lidah untuk melihat warna, karakteristik, kesimetrisan
dan gerakannya
e. Tes refleks muntah dan refleks ah
f) Leher
a. Inspeksi untuk melihat: kesimetrisan, lunaknya leher, tiroid,
distensi vena jugularis, rentang pergerakan sendi
b. Palpasi nadi karotis, posisi trakea, tiroid
c. Auskultasi arteri karotis dan karotis untuk mendengarkan suara
yang tidak normal
4) Pemeriksaan toraks dan paru
a) Lakukan inspeksi pada: perkembangan muskuloskletal,
kesimetrisan, otot pernafasan, postur klien, upaya nafas.
b) Lakukan palpasi pada :
1. Dinding dada untuk melihat kestabilan, krepitasi, nyeri tekan
2. Pericardium untuk mengkaji adanya getaran, helaan nafas, dan
pulsasi
3. Dada kiri untuk menentukan lokasi impuls di apeks
4. Untuk mengkaji taktil premitus
5. Nodus infrakalvikular, aksila
c) Lakukan auskultasi jantung
5) Pemeriksaan abdomen
a) Lakukan inspeksi pada: permukan kulit, kontur, pulsasi, gerakan
b) Lakukan auskultasi pada: semua kuadran untuk mengkaji bising
usus, aorta, arteri renalis
c) Lakukan perkusi pada: semua kuadran untuk mengkaji tonus, batas-
batas hati dan perkiraan rentangnya, dan garis mid-aksila kiri untuk
mengkaji apakah dihasilkan suara redup di limpa
d) Lakukan palpasi ringan pada: pada semua kuadran, ginjal kiri dan
kanan, dan mengetahui pulsasi aorta
6) Pemeriksan muskuloskletal
Observasi saat klien bergerak dan posisi berbaring ke posisi duduk
perhatikan koordinasi, penggunaan otot, kemudahan dalam bergerak.
h) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisis data secara cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil
pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping
keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera dimana perawat
memiliki kewenangan dan tanggungjawab untuk melakukan tindakan
keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan, dan
sumber daya keluarga (IPKKI, 2017).
Diagnosis keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi,
simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari
NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima
tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012).
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan). Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan segera ditangi dengan cepat. Pada diagnosis
keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau
faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adanya:
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan
persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
3) Ketidakmauan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial, fasilitas,
sistem pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis).
b. Diagnosis resiko/resiko tinggi (ancaman kesehatan). Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan dan keperawatan. Faktor-faktor resiko untuk
diagnosa resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini membahan
klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang
sama yang mempunyai resiko.
c. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness). Suatu keadaan jika
keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang
berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi
keluarga ke arah yang lebih baik.

Diagnosis keperawatan keluarga yang mungkin muncul terkait fungsi


perawatan keluarga seperti ketidakefektifan manajemen kesehatan diri,
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan regimen
terapeutik, perilaku kesehatan cenderung beresiko, dll (NANDA, 2015).
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan masalah
imunisasi bayi adalah:
a. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak W khusunya
Bayi M berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Pentingnya Pemberian Imunisasi
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga bapak X
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga untuk membawa bayi
imunisasi atau sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan.
c. Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Pada Keluarga Bapak X
berhubungan dengan Vaksinasi Tidak Lengkap Atau Drop Out
Imunisasi.
d. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Pada Keluarga Bapak X
berhubungan dengan Tidak Tercapainya Tugas Perkembangan Dan
Tidak Cukupnya Sumber Daya (Finansial, Sosial, Pengetahuan).
e. Ansietas Pada Keluarga Bapak X berhubungan dengan Kekhawatiran
Keluarga Akan Efek Samping Pemberian Imunisasi.

Setelah data dianalisis, kemungkinan perawat menentukan lebih dari satu


masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki
perawat, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus.
Maka dari itu, perawat kesehatan keluarga dapat menyusun prioritas masalah
kesehatan keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut:
Tabel 2.4 Skala Prioritas
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala: Wellness 3
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala: Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi
Cukup 3 1
Rendah 2
1
4 Menonjolnya masalah
Skala: Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0
Sumber: IPKKI, 2017.
Cara skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor
Angka tertinggi Bobot

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosa keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan
pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan (IPKKI, 2017).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan keperawatan
keluarga, yaitu (IPKKI, 2017):
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan
untuk mencapai suatu hasil
2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar
bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga
3) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
dapat dipilih oleh keluarga
4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan
5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggungjawab
keluarga dalam pemecahan masalah.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi
yang ditujukan pada individu meliputi (IPKKI, 2017):
b. Tindakan keperawatan langsung
c. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
d. Tindakan observasi
e. Tindakan pendidikan kesehatan

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi (IPKKI,


2017):
a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah.
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk
individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawt anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memnafaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga,
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kungjungan keluarga, untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
klien/keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan
keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggungjawab
untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan keluarga terhadap
pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu
dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga
dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan (IPKKI, 2017).

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. S,


merupakan hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara langsung
(subjektif) setelah dilakukan intervensi keperawatan. O, merupakan hal-hal
yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. A, merupakan analisa dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. P, merupakan
perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi (Setyowati & Murniwani, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini memiliki desain deskriptif yang memaparkan penerapan asuhan
keperawatan pada suatu kasus kelolaan dengan rancangan penelitian studi
kasus. Dimana penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan keluarga Bpk. W
dan Bpk. B dengan masalah imunisasi tidak lengkap pada bayi di wilayah
kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada dua keluarga yang memiliki bayi dengan imunisai
tidak lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang khususnya
Kelurahan Gurun Laweh. Waktu penelitian dimulai dari Oktober 2017 – Juni
2018 sedangkan pelaksanaan asuhan keperawatan dimulai dari 26 Maret – 10
April 2018.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua keluarga dengan bayi yang
imunisasi dasar tidak lengkap sesuai usianya di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Padang khususnya kelurahan Gurun Laweh sebanyak 13 bayi.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah dua keluarga dengan bayi yang imunisasi
dasar tidak lengkap sesuai usianya di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
khususnya kelurahan Gurun Laweh.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
1) Keluarga yang imunisasi dasar bayinya tidak lengkap sesuai usia
2) Keluarga yang bersedia bayinya diberikan asuhan keperawatan
keluarga dengan imunisasi tidak lengkap
3) Usia bayi dalam rentang yang sama
4) Tingkat kemandirian keluarga mandiri II
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu keluarga tidak berada
ditempat ketika dikunjungi atau keluarga sudah pindah rumah.

Berdasarkan hasil kategori kriteria inklusi dan ekslusi ditemukan 13 orang


bayi yang imunisasinya tidak lengkap sesuai usia, lalu didapatkan 7 bayi
dengan tingkat kemandirian keluarga II dan rentang usia bayi sama (3 bayi
berusia 7 bulan, 3 bayi berusia 5 bulan), namun dari 7 bayi tersebut yang
bersedia keluarganya menjadi responden hanya 4 keluarga yang mana rentang
usia dari 4 keluarga tersebut yaitu 2 bayi berusia 5 bulan, 2 bayi berusia 7
bulan. Untuk mendapatkan 2 sampel digunakan teknik simple random
sampling menggunakan cara undian. Maka 2 keluarga yang terpilih melalui
undian langsung dijadikan sampel penelitian.

D. Jenis-jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan
langsung dari keluarga, meliputi:
1) Data Subjektif
a) Data umum : identitas dan komposisi keluarga, tipe keluarga,
suku, agama, status sosek keluarga, aktivitas rekreasi keluarga.
Dikumpulkan menggunakan format pengkajian dengan cara
wawancara.
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : tahap
perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga
sebelumnya. Dikumpulkan menggunakan format pengkajian
dengan cara wawancara.
c) Pengkajian lingkungan : karakteristik rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas RW, mobilisasi geografis keluarga,
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem
pendukung keluarga. Dikumpulkan menggunakan format
pengkajian dengan cara wawancara.
d) Struktur keluarga : pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur peran, nilai dan norma budaya. Dikumpulkan
menggunakan format pengkajian dengan cara wawancara.
e) Fungsi keluarga : fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi,
reproduksi, perawatan keluarga. Dikumpulkan menggunakan
format pengkajian dengan cara wawancara.
f) Stress dan koping keluarga: stressor jangka pendek, stressor
jangka panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap
masalah, startegi koping yang digunakan, strategi adaptasi
disfungsional. Dikumpulkan menggunakan format pengkajian
dengan cara wawancara.
g) Harapan keluarga : dikumpulkan menggunakan format
pengkajian dengan cara wawancara.
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan fisik : antopometri dan tanda-tanda vital (TTV)
dikumpulkan dengan cara pengukuran menggunakan alat-alat
seperti timbangan BB, meteran, tensimeter, stetoskop,
termometer, arloji. Sedangkan pemeriksaan fisik bagian kepala,
mata, hidung, telinga, mulut, leher, paru-paru, jantung,
abdomen, ekstremitas, genital dikumpulkan dengan cara
observasi menggunakan alat-alat seperti buku catatan dan pena.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah berupa data yang diperoleh dari dokumen atau
Medical Record di Puskesmas. Data sekunder dari penelitian ini yaitu
data jumlah cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Padang.

2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara:
a. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman format pengkajian keluarga meliputi data umum, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stress dan koping keluarga, dan harapan keluarga.
b. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien, selain itu juga mengobservasi
riwayat bekas pemberian imunisasi BCG pada lengan kanan atas bayi
dan observasi pemeriksaan fisik bagian kepala, mata, hidung, telinga,
mulut, leher, paru-paru, jantung, abdomen, ekstremitas, genital serta
observasi lingkungan rumah keluarga.
c. Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan
fisik meliputi pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop, pengukuran suhu dengan termometer, menimbang berat
badan dengan timbangan, mengukur tinggi dengan meteran,
menghitung frekuensi napas dan nadi dengan arloji.
E. Analisis
Data hasil pengkajian dikelompokkan berdasarkan data subjektif dan objektif
yang kemudian dianalisis. Setelah itu dirumuskan diagnosis keperawatan yang
kemudian diprioritaskan untuk menentukan diagnosis utama. Lalu disusun
rencana tindakan keperawatan untuk diimplementasikan pada keluarga.
Implementasi yang sudah dilakukan dievaluasi serta peneliti juga melakukan
dokumentas untuk setiap kegiatan yang dilakukan pada keluarga. Analisis
selanjutnya peneliti membandingkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada partisipan I dan partisipan II apakah sesusai atau tidak dengan
terori dan literatur.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Asuhan keperawatan keluarga pada Bapak W dan Bapak B dengan Imunisasi
Tidak Lengkap pada Bayi. Asuhan keperawatan dimulai pada tanggal 26 Maret –
10 April 2018 dengan kunjungan dilakukan 1 kali dalam sehari selama 14 hari.
Hasil penelitian akan dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 4.1
Deskripsi Kasus Partisipan I dan II Dengan Imunisasi Tidak Lengkap pada
Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Tahun 2018
Asuhan
Partisipan I (Keluarga Bpk. W) Partisipan II (Keluarga Bpk. B)
Keperawatan
Pengkajian Bpk. W (30 th) dengan tipe Bpk. B (28 th) dengan tipe
keluarga adalah keluarga besar keluarga adalah keluarga besar
yang terdiri dari Bpk. W sebagai yang terdiri dari Bpk. B sebagai
ayah dan kepala keluarga, Ibu E ayah dan kepala keluarga, Ibu A
(32 th) sebagai istri dan ibu bagi (27 th) sebagai istri ibu bagi anak-
anak-anaknya, yaitu anak anaknya, yaitu anak pertama An.
pertama An. An (29 bulan) dan Ad (26 bln) dan anak kedua An. F
anak kedua An. M (5 bln), lalu (5 bln), lalu adik E (21 th) sebagai
Kakek S (66 th) dan Nenek Y (62 adik dari Ibu A. Bpk B bekerja
th) sebagai orang tua bagi Bpk. sebagai buruh harian lepas
W dan Ibu E. Bpk. W bekerja (konstruksi atap rumah) dengan
sebagai karyawan swasta penghasilan yang didapatkan
(satpam) dengan penghasilan sebesar Rp. 2.000.000 sebulan
yang didapatkan sebesar Rp. yang digunakan untuk mencukupi
1.500.000 sebulan yang kebutuhan sehari-hari
digunakan untuk mencukupi keluarganya. Bpk. B cukup
kebutuhan sehari-hari keluargaya. otonom dalam pengambil
Pengambil keputusan dalam keputusan.
keluarga Bpk. W sebagai kepala
keluarga juga melibatkan anggota
keluarga lainnya seperti Kakek S
dan Nenek Y sebagai anngota
keluarga yang disegani.

Hasil pengkajian didapatkan Hasil pengkajian didapatkan


riwayat imunisasi yang didapat riwayat imunisasi yang
An. M hanya imunisasi HB0 didapatkan An. F hanya imunisasi
setelah lahir dan BCG diusia 1 HB0 setelah lahir, imunisasi BCG
bulan. Setelah itu An. M tidak dan Polio 1 diusia 1 bulan.
mendapat imunisasi (DPT-HB Setelah itu An. F tidak mendapat
dan Polio) lagi karena takut imunisasi (DPT-HB dan Polio)
anaknya akan sakit (demam) serta lagi. Saat ada jadwal imunisasi
rewel dimalam hari, sehingga An. F demam dan flu hingga
pemberian imunisasi yang pemberian imunisasi tidak
tertinggal tidak dilanjutkan diberikan. Saat pengkajian
karena reaksi yang timbul setelah dilakukan An. F berusia 5 bulan
diimunisasi dan tidak berencana dan Ibu A mengatakan tidak
melanjutkan imunisasi An. M melanjutkan imunisasi anaknya
secara lengkap. yang tertinggal karena takut
anaknya akan sakit (demam) dan
rewel dimalam hari, dan akan
lanjut saja ke imunisasi campak
saat An. F berusia 9 bulan.

Hasil pengkajian data anggota Hasil pengkajian data anggota


keluarga lainnya, yaitu Bpk. W keluarga lainnya didapatkan tidak
memiliki riwayat batu ginjal ada anggota keluarga yang
sejak 2 tahun yang lalu dan asam memiliki riwayat penyakit
urat sejak 4 tahun yang lalu. keturunan, penyakit kronis,
Selain itu, Nenek Y memiliki maupun penyakit menular
riwayat hipertensi sejak tahun lainnya. Saat pemeriksaan fisik
2000, TD: 140/90 mmHg. Selain TD seluruh anggota keluarga
Nenek Y TD anggota keluarga dalam rentang normal.
dalam rentang normal.

Rumah Ibu E tampak kurang rapi, Rumah Ibu A tampak kurang rapi
ada tumpukan kain bersih baru karena banyak berserakan mainan
selesai dicuci di sudut ruang anak dan remahan nasi di ruang
tengah, terdapat rumput dan tengah, di halaman rumah
dedaunan pohon yang jatuh serta berserakan sampah dedaunan
kotoran ayam berserakan di kering dan kotoran ayam, pintu
halaman rumah, ada remahan nasi kamar mandi selalu terbuka
berserakan di ruang tengah, sedangkan ada sumur cincin tanpa
penerangan dapur tidak bagus penutup di dalamnya. Lalu
karena tidak ada jendela dan penerangan rumah bagus, banyak
hanya ada satu ventilasi di dapur, jendela dan banyak ventilasi di
sedangkan untuk jendela dan rumah Ibu A.
ventilasi di ruang tamu dan
tengah cukup memadai, pintu
kamar mandi selalu terbuka
sementara terdapat sumur
bercincin tanpa penutup di kamar
mandi, dan ada kandang puyuh
dibelakang rumah.

Ibu E mengatakan keluarganya Ibu A mengatakan keluarganya


kurang mengenal masalah kurang mengenal masalah
kesehatan seperti pengertian, kesehatan seperti pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, penyebab, tanda dan gejala,
dampak/akibat, terhadap masalah dampak/akibat, terhadap masalah
kesehatan. Keluarga mengatakan kesehatan. Keluarga mengatakan
tidak tahu masalah apa yang akan tidak tahu masalah apa yang akan
timbul bila tidak memberikan timbul bila tidak memberikan
imunisasi pada anaknya karena imunisasi pada anaknya. Keluarga
keluarga kurang terpapar juga kurang terpapar informasi
informasi tentang imunisasi mengenai imunisasi. Keluarga
sebelumnya. Keluarga takut akan reaksi yang timbul
berpendapat bahwa orang zaman setelah pemberian imunisasi DPT
dulu tidak diimunisasi sampai seperti demam. Meskipun sudah
sekarang tidak memiliki masalah diberikan kompres dan obat
kesehatan. Selain itu keluarga penurun panas pada anaknya
takut akan reaksi yang timbul namun tetap saja proses
setelah pemberian imunisasi DPT penyembuhannya lama (>
seperti demam. Meskipun sudah seminggu). Namun, keluarga Bpk.
diberikan kompres dan obat B sudah memanfaatkan fasilitas
penurun panas namun tetap saja kesehatan dengan benar.
proses penyembuhannya lama (>
seminggu). Keluarga juga belum
memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan benar karena masih
berobat ke dukun kampung.

Hasil pemeriksaan fisik pada An. Hasil pemeriksaan fisik pada An.
M didapatkan BB: 6.8 kg dan PB: F didapatkan BB: 7.6 kg dan PB:
68 cm, tidak sedang sakit, tidak 69 cm, tidak sedang sakit, tidak
ada kelainan otot atau sendi, An. ada kelainan otot atau sendi, An.
M bergerak aktif, dan tampak ada M bergerak aktif, dan tampak ada
bekas suntikan BCG dengan bekas suntikan BCG dengan
diameter 1 cm di lengan diameter 0.75 cm di lengan
kanannya. kanannya.
Analisa Data Dari hasil pengkajian didapatkan Dari hasil pengkajian didapatkan
data yang akan dianalisis data yang akan dianalisis
1. Data subjektif: 1. Data subjektif:
a. Ibu E mengatakan a. Ibu A mengatakan
imunisasi yang didapat imunisasi yang didapat
anak M yaitu HB0 anak F yaitu HB0 setelah
setelah lahir dan BCG lahir, BCG dan Polio 1
saat usia 1 bulan saat usia 1 bulan
b. Ibu E mengatakan takut b. Ibu A mengatakan dalam
anaknya akan demam 3 bulan terakhir anak F
serta rewel dimalam hari, tidak ada menderita sakit
sehingga pemberian apapun kecuali demam
imunisasi DPT-HB dan dan rewel saat berusia 2
Polio tidak dilanjutkan bulan, keluarga masih
karena reaksi yang timbul ragu memutuskan untuk
setelah diimunisasi melanjutkan imunisasi
c. Keluarga mengatakan DPT-HB dan Polio anak
tidak tahu masalah apa F yang tertinggal atau
yang timbul bila tidak lanjut saja ke imunisasi
memberikan imunisasi campak.
pada anaknya, karena
keluarga berpandangan
bahwa orang zaman dulu
tidak diimunisasi sampai
sekarang tidak ada
masalah kesehatan.
Data objektif: Data objektif:
a. An. M berusia 5 bulan, a. An. F berusia 5 bulan,
riwayat imunisasi An. M riwayat imunisasi anak F
yaitu HB0 dan BCG yaitu HB0, BCG, dan
Polio 1
Masalah : Ketidakefektifan Masalah : Ketidakefektifan
Perilaku Kesehatan pada Perilaku Kesehatan pada
Keluarga Bapak W Keluarga Bapak B
Khususnya pada Bayi M Khususnya pada Bayi F
Penyebab : Kurangnya Penyebab : Kurangnya
Pengetahuan Keluarga Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Tentang Pentingnya
Pemberian Imunisasi Pemberian Imunisasi
2. Data subjektif: 2. Data subjektif:
a. Ibu E mengatakan bahwa a. Ibu A mengatakan anak
suaminya akhir-akhir ini pertamanya pernah
mengeluh nyeri di perut demam setelah
bagian bawahnya diimunisasi DPT-HB 2
(kuadran 3 dan 4) dan lama sembuhnya (>
b. Ibu E mengatakan Bpk seminggu)
W memiliki riwayat b. Ibu A mengatakan masih
kencing batu sejak 2 ragu dan takut akan
tahun yang lalu dan melanjutkan imunisasi
riwayat asam urat sejak 4 DPT-HB dan Polio pada
tahun yang lalu. anak F karena takut akan
reaksi yang timbul setelah
imunisasi
c. Ibu A mengatakan jika
anaknya sakit ia tidak
tahu akan mengadu pada
siapa karena kedua
orangtuanya sudah
meninggal, sedangkan
mertua dan saudara-
saudaranya yang lain
tidak tinggal satu wilayah
dengannya
d. Ibu A mengatakan juga
butuh orang terdekat
lainnya dalam mencari
solusi dan mengatasi
masalah yang mungkin
akan timbul nantinya.
Data objektif: Data objektif:
a. Terdapat nyeri tekan Keluarga dan kerabat lain
pada kuadran 3 dan 4 Bpk B tinggal diwilayah
bawah yang berbeda dengannya,
b. Tidak teraba adanya keluarga Bpk B kurang
massa maupun terpapar informasi tentang
pembesaran organ upaya mengatasi masalah
kesehatan
Masalah : Nyeri Akut pada Masalah : Risiko Penurunan
Bapak W Koping Keluarga Bapak B
Penyebab : Kurangnya Penyebab : Tidak Cukupnya
pengetahuan keluarga tentang Dukungan Yang Diberikan
riwayat nefrolitiasis Pada Keluarga Dalam
Mengatasi Masalah

3. Data subjektif: - 3. Data subjektif: -


Data objektif: Data ojbektif:
a. Pencahayaan di dapur a. Pintu kamar mandi selalu
kurang terang terbuka sementara ada
b. Pintu kamar mandi selalu sumur cincin tanpa
terbuka sementara ada penutup di dalamnya
sumur cincin tanpa b. Tampak mainan anak dan
penutup di dalamnya remahan nasi yang
c. Ada tumpukan kain berserakan di ruang
bersih di sudut ruang tengah
tengah c. Benda-benda kecil dan
d. Terdapat rumput dan tajam berserakan di atas
dedaunan pohon yang meja rias di kamar Adik E
jatuh serta kotoran ayam sementara pintu kamarnya
berserakan di halaman terbuka
rumah d. Terdapat benda beracun
e. Ada remahan nasi (obat nyamuk) di bawah
berserakan di ruang tempat tidur hingga
tengah beresiko mudah dijangkau
f. Terdapat benda beracun anak
(obat nyamuk bakar) di e. Banyak bertebaran
bawah tempat tidur sampah daun dan kotoran
hingga beresiko mudah hewan (ayam dan kucing)
dijangkau anak di samping
g. Sampah dibakar di f. Sampah dibakar di
samping dan di belakang samping dan di belakang
rumah rumah
h. An. An tampak keluar g. An. Ad tampak keluar
rumah tanpa memakai rumah tanpa memakai
alas kaki dan hanya alas kaki
memakai singlet dan h. Ada anggota keluarga
celana dalam yang merokok di dalam
i. Ada anggota keluarga dan di luar rumah
yang merokok di dalam
dan di luar rumah
Masalah : Hambatan Masalah : Hambatan
Managemen Pemeliharaan Managemen Pemeliharaan
Rumah pada Keluarga Bapak Rumah pada Keluarga Bapak
W W
Penyebab : Kurangnya Penyebab : Kurangnya
Pengetahuan Keluarga Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Tentang Pentingnya
Pemeliharaan Rumah Pemeliharaan Rumah

4. Data subjektif: 4. Data subjektif:


a. Ibu E mengatakan anak a. Ibu A mengatakan anak F
pertamanya pilek sejak 3 sejak kemarin demam,
hari yang lalu dan belum malam sulit tertidur, dan
dibawa berobat karena rewel. Keluarga tidak
anak A takut dibawa membawa anak F berobat
berobat tapi Ibu A sudah
b. Nenek Y mengatakan memberikan kompres dan
sejak 5 hari yang lalu banyak ASI pada anak F
sering batuk-batuk di b. Ibu A mengatakan anak
sore dan malam hari, A pilek sejak kemarin
batuk tidak berdahak dan dan keluarga belum
tidak disertai keluhan membawa anak A
lainnya. Nenek Y berobat
mengatakan tidak berobat
karena puskesmas jauh
dan tidak ada transportasi
umum untuk ke
puskesmas. Nenek Y
hanya banyak minum air
putih dan banyak istirahat
c. Nenek Y mengatakan
memiliki riwayat
hipertensi sejak tahun
2000 dan tidak rutin
kontrol tekanan darah ke
pelayanan kesehatan
d. Keluarga mengatakan
pernah berobat alternatif
tradisional (ke dukun
kampung) bila berobat
dengan bidan atau dokter
tidak sembuh
Data objektif: Data objektif:
a. Tampak bagian hidung a. Anak Ftampak tidak
anak A kotor karena bersemangat dan badan
adanya sekret teraba panas, suhu: 37.80
b. Tampak tampak batuk b. Anak A tampak keluar
sambil menutup rumah tanpa memakai
mulutnya alas kaki dan hanya
c. Keluarga belum efektif memakai singlet dan
memanfaatkan fasilitas celana dalam
kesehatan dalam c. Tampak pipi dan hidung
menangani masalah anak A kotor karena
kesehatan sekret hidung yang
mongering
d. Ada anggota keluarga
yang merokok di rumah
yaitu Bapak B
Masalah : Perilaku Masalah : Perilaku kesehatan
Kesehatan Cenderung cenderung beresiko pada
Beresiko pada Keluarga keluarga Bapak B
Bapak W Penyebab : Pemilihan gaya
Penyebab : Pemilihan gaya hidup tidak sehat
hidup tidak sehat

5. Data subjektif:
a. Keluarga Bapak W
kurang memiliki sistem
pendukung keluarga yang
adekuat untuk
memfasilitasi kebutuhan
keluarga dalam
mengunjungi pelayanan
kesehatan bila sakit
b. Nenek Y mengatakan bila
ia sakit malas pergi ke
puskesmas karena jauh
dan transportasi umum ke
puskesmas mahal
c. Keluarga mengatakan
orang zaman dulu tidak
diimunisasi sampai
sekarang tidak memiliki
masalah kesehatan
Data objektif:
a. Pola pemeliharaan
kesehatan keluarga tidak
adekuat, seperti pemberian
imunisasi tidak lengkap
pada anak A dan anak M,
nenek Y tidak rutin
kontrol hipertensinya ke
pelayanan kesehatan
b. Persepsi keluarga tentang
pemberian imunisasi tidak
begitu penting
Masalah : Ketidakefektifan
manajemen kesehatan dalam
keluarga Bapak W
Penyebab : Kurang efektifnya
pengambilan keputusan dalam
keluarga
Diagnosis Berdasarkan analisis data Berdasarkan analisis data
Keperawatan didapatkan beberapa diagnosis didapatkan beberapa diagnosis
keperawatan : keperawatan :
1. Ketidakefektifan Perilaku 1. Ketidakefektifan Perilaku
Kesehatan pada Keluarga Kesehatan pada Keluarga
Bapak W Khususnya pada Bapak B Khususnya pada
Bayi M berhubungan dengan Bayi F berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Keluarga Tentang
Pentingnya Pemberian Pentingnya Pemberian
Imunisasi Imunisasi
2. Nyeri Akut pada Bapak W 2. Risiko Penurunan Koping
berhubungan dengan Keluarga Bapak B
Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan Tidak
Keluarga Tentang Riwayat Cukupnya Dukungan Yang
Nefrolitiasis Diberikan Pada Keluarga
3. Hambatan Managemen Dalam Mengatasi Masalah
Pemeliharaan Rumah pada 3. Hambatan Managemen
Keluarga Bapak W Pemeliharaan Rumah pada
berhubungan dengan Keluarga Bapak W
Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan
Keluarga Tentang Kurangnya Pengetahuan
Pentingnya Pemeliharaan Keluarga Tentang
Rumah Pentingnya Pemeliharaan
4. Perilaku Kesehatan Rumah
Cenderung Beresiko pada 4. Perilaku kesehatan
Keluarga Bapak W cenderung beresiko pada
berhubungan dengan keluarga Bapak B
Pemilihan Gaya Hidup Tidak berhubungan dengan
Sehat Pemilihan Gaya Hidup Tidak
5. Ketidakefektifan manajemen Sehat
kesehatan dalam keluarga
Bapak W berhubungan
dengan Kurang Efektifnya
Pengambilan Keputusan
Dalam Keluarga

Dari diagnosis 5 keperawatan di Dari diagnosis 4 keperawatan di


atas diprioritaskan menjadi 3 atas diprioritaskan menjadi 3
diagnosis keperawatan pada diagnosis keperawatan pada
keluarga Bpk. W yaitu: keluarga Bpk. B yaitu:
a. Ketidakefektifan Perilaku a. Ketidakefektifan Perilaku
Kesehatan pada Keluarga Kesehatan pada Keluarga
Bapak W Khususnya pada Bapak B Khususnya pada
Bayi M berhubungan dengan Bayi F berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Pentingnya Keluarga Tentang
Pemberian Imunisasi Pentingnya Pemberian
b. Nyeri Akut pada Bapak W Imunisasi
berhubungan dengan b. Risiko Penurunan Koping
Kurangnya Pengetahuan Keluarga Bapak B
Keluarga Tentang Riwayat berhubungan dengan Tidak
Nefrolitiasis Cukupnya Dukungan Yang
c. Hambatan Managemen Diberikan Pada Keluarga
Pemeliharaan Rumah pada Dalam Mengatasi Masalah
Keluarga Bapak W c. Hambatan Managemen
berhubungan dengan Pemeliharaan Rumah pada
Kurangnya Pengetahuan Keluarga Bapak B
Keluarga Tentang Pentingnya berhubungan dengan
Pemeliharaan Rumah Kurangnya Pengetahuan
. Keluarga Tentang
Pentingnya Pemeliharaan
Rumah
Intervensi a. Ketidakefektifan Perilaku a. Ketidakefektifan Perilaku
Keperawatan Kesehatan pada Keluarga Kesehatan pada Keluarga
Bapak W Khusunya pada Bapak B Khusunya pada
Bayi M berhubungan Bayi F berhubungan
dengan Kurangnya dengan Kurangnya
Pengetahuan Keluarga Pengetahuan Keluarga
Tentang Pemberian Tentang Pemberian
Imunisasi Imunisasi
Tujuan umum: Setelah Tujuan umum: Setelah
dilakukan tindakan dilakukan tindakan intervensi
intervensi keperawatan keperawatan selama 30 menit
selama 30 menit selama 14 selama 14 kali kunjungan,
kali kunjungan, keluarga keluarga Bpk. B mampu
Bpk. W mampu mengenal mengenal pentingnya
pentingnya pemberian pemberian imunisasi pada
imunisasi pada bayi bayi

Tujuan khusus 1: sesuai Tujuan khusus 1: sesuai


dengan tugas perawatan dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu keluarga yang pertama yaitu
mengenal masalah dengan mengenal masalah dengan
cara pendkes tentang cara pendkes tentang
pentingnya pemberian pentingnya pemberian
imunisasi imunisasi

Tujuan khusus 2: Tujuan khusus 2:


memberdayakan dan memberdayakan keluarga
melibatkan angggota mengambil keputusan untuk
keluarga lainnya mengambil membawa An. F agar
keputusan untuk membawa diimunisasi dengan
An. M agar diimunisasi mendiskusikan tindakan apa
dengan mendiskusikan yang harus dilakukan jika
tindakan apa yang harus terjadi masalah dalam
dilakukan jika terjadi keluarga
masalah dalam keluarga

Tujuan khusus 3: merawat Tujuan khusus 3: merawat


anggota keluarga dengan anggota keluarga dengan cara
cara mendemonstrasikan mendemonstrasikan cara
cara perawatan reaksi yang perawatan reaksi yang timbul
timbul setelah diimunisasi setelah diimunisasi melalui
melalui kompres hangat, kompres hangat, menciptakan
menciptakan lingkungan lingkungan yang sejuk dan
yang sejuk dan banyak banyak memberikan ASI
memberikan ASI pada An. pada An. F
M

Tujuan khusus 4: melakukan Tujuan khusus 4: melakukan


konseling dan memotivasi konseling dan memotivasi
keluarga Bpk. W untuk dapat keluarga Bpk. B untuk dapat
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan
yang aman dan nyaman yang aman dan nyaman
untuk menghindari risiko untuk menghindari risiko
terjadinya penyakit pada An. terjadinya pada An. F
M

Tujuan khusus 5: Tujuan khusus 5: melibatkan


memberdayakan dan seluruh anggota keluarga
melibatkan anggota keluarga agar memanfaatkan
lain sebagai pengambil pelayanan kesehatan yang
keputusan agar bisa digunakan untuk
memanfaatkan pelayanan membawa An. F imunisasi,
kesehatan yang bisa serta memfasilitasi keluarga
digunakan untuk membawa untuk datang ke posyandu
An. M imunisasi, serta
memfasilitasi keluarga untuk
datang ke posyandu

b. Nyeri Akut pada Bapak W b. Risiko Penurunan Koping


berhubungan dengan Keluarga Bapak B
Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan
Keluarga Tentang Riwayat Tidak Cukupnya
Nefrolitiasis Dukungan Yang Diberikan
Tujuan umum: Setelah Pada Keluarga Dalam
dilakukan tindakan Mengatasi Masalah
intervensi keperawatan Tujuan umum: Setelah
selama 30 menit selama 14 dilakukan tindakan
kali kunjungan, keluarga intervensi keperawatan
mampu mengenal nyeri selama 30 menit selama 14
kali kunjungan, keluarga
mampu mengenal koping
keluarga

Tujuan khusus 1: sesuai Tujuan khusus 1: sesuai


dengan tugas perawatan dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu keluarga yang pertama yaitu
mengenal masalah, dengan mengenal masalah, dengan
cara melakukan pendkes cara melakukan pendkes
kesehatan bersama anggota kesehatan bersama anggota
keluarga agar mengenal keluarga agar mengenal
masalah nyeri yang dirasa masalah penurunan koping
Bpk. W keluarga

Tujuan khusus 2: mengambil Tujuan khusus 2: mengambil


keputusan untuk mengatasi keputusan untuk mengatasi
nyeri dengan cara keluarga risiko penurunan koping
menyatakan keputusannya keluarga dengan cara diskusi
untuk mencegah terjadinya bersama keluarga untuk
nyeri agar tidak semakin mengidentifikasi masalah
parah yang dihadapi keluarga

Tujuan khusus 3: merawat Tujuan khusus 3: melakukan


anggota keluarga dengan diskusi bersama keluarga
cara mendemonstrasikan untuk mencari solusi
cara pemberian kompres bersama dalam penyelesaian
hangat kering pada bagian masalah yang dihadapi
tubuh Bpk. W yang dirasa keluarga
nyeri

Tujuan khusus 4: melakukan Tujuan khusus 4: melakukan


konseling dan memotivasi diskusi bersama keluarga
keluarga Bpk. W untuk dapat untuk memodifikasi
memodifikasi lingkungan lingkungan yang nyaman
yang aman dan nyaman dan tenang bagi seluruh
untuk meminimalisir nyeri anggota keluarga
Bpk. W

Tujuan khusus 5: Tujuan khusus 5:


memanfaatkan pelayanan memanfaatkan fasilitas
kesehatan terdekat untuk kesehatan terdekat yang bisa
mengatasi komplikasi nyeri digunakan
Bpk. W

c. Hambatan Managemen c. Hambatan Managemen


Pemeliharaan Rumah pada Pemeliharaan Rumah pada
Keluarga Bapak W Keluarga Bapak B
berhubungan dengan berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Keluarga Tentang
Pentingnya Pemeliharaan Pentingnya Pemeliharaan
Rumah Rumah
Tujuan umum: Setelah Tujuan umum: Setelah
dilakukan tindakan dilakukan tindakan intervensi
intervensi keperawatan keperawatan selama 30 menit
selama 30 menit selama 14 selama 14 kali kunjungan,
kali kunjungan, keluarga keluarga mampu mengenal
mampu mengenal masalah masalah hambatan
hambatan pemeliharaan pemeliharaan rumah
rumah

Tujuan khusus 1: sesuai Tujuan khusus 1: sesuai


dengan tugas perawatan dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu keluarga yang pertama yaitu
mengenal masalah, dengan mengenal masalah, dengan
cara melakukan pendkes cara melakukan pendkes
untuk mengidentifikasi untuk mengidentifikasi
masalah hambatan masalah hambatan
pemeliharaan rumah pemeliharaan rumah

Tujuan khusus 2: mengambil Tujuan khusus 2: mengambil


keputusan untuk keputusan untuk menciptakan
menciptakan lingkungan lingkungan rumah yang
rumah yang adekuat dengan adekuat dengan cara
cara mendiskusikan bersama mendiskusikan bersama
keluarga dampak dari situasi keluarga dampak dari situasi
lingkungan rumah yang tidak lingkungan rumah yang tidak
adekuat adekuat

Tujuan khusus 3: melakukan Tujuan khusus 3: melakukan


tugas perawatan rumah tugas perawatan rumah
dengan cara dengan cara
mendemonstrasikan cara mendemonstrasikan cara
melakukan tugas perawatan melakukan tugas perawatan
rumah untuk menghindari rumah untuk menghindari
risiko jatuh dan cidera pada risiko jatuh dan cidera pada
An. M An. F

Tujuan khusus 4: Tujuan khusus 4:


mendiskusikan bersama mendiskusikan bersama
keluarga untuk menerapkan keluarga untuk menerapkan
cara memodifikasi cara memodifikasi
lingkungan yang aman dan lingkungan yang aman dan
nyaman bagi seluruh anggota nyaman bagi seluruh anggota
keluarga khususnya An. M keluarga khususnya An. M
agar terhindar dari risiko agar terhindar dari risiko
jatuh dan cidera jatuh dan cidera

Tujuan khusus 5: Tujuan khusus 5:


memanfaatkan pelayanan memanfaatkan pelayanan
kesehatan dengan melakukan kesehatan dengan melakukan
diskusi agar keluarga mampu diskusi agar keluarga mampu
untuk memanfaatkan fasilitas untuk memanfaatkan
kesehatan terdekat fasilitas kesehatan terdekat
Implementasi Implementasi dari diagnosis yang Implementasi dari diagnosis yang
pertama yaitu Ketidakefektifan pertama yaitu Ketidakefektifan
Perilaku Kesehatan pada Perilaku Kesehatan pada
Keluarga Bapak W Khususnya Keluarga Bapak W Khususnya
pada Bayi M berhubungan pada Bayi M berhubungan
dengan Kurangnya dengan Kurangnya
Pengetahuan Keluarga Tentang Pengetahuan Keluarga Tentang
Pemberian Imunisasi dilakukan Pemberian Imunisasi dilakukan
pendkes tentang pentingnya pendkes tentang pentingnya
pemberian imunisasi pada bayi, pemberian imunisasi pada bayi,
lalu melakukan demonstrasi cara lalu melakukan demonstrasi cara
mengatasi reaksi yang timbul mengatasi reaksi yang timbul
setelah diimunisasi dengan cara setelah diimunisasi dengan cara
memberikan kompres hangat, dan memberikan kompres hangat, dan
mendiskusikan bersama keluarga mendiskusikan bersama keluarga
untuk memodifikasi lingkungan untuk memodifikasi lingkungan
yang aman dan nyaman untuk yang aman dan nyaman untuk
menghindari risiko terjadinya menghindari risiko terjadinya
penyakit pada An. M, penyakit pada An. F,
memfasilitasi keluarga untuk memfasilitasi keluarga untuk
datang ke posyandu, melibatkan datang ke posyandu, melibatkan
anggota keluarga lain sebagai keluarga untuk membawa An. M
pengambil keputusan dan ke posyandu untuk imunisasi
memberdayakan keluarga untuk
membawa An. M ke posyandu
untuk imunisasi

Implementasi dari diagnosis yang Implementasi dari diagnosis yang


kedua yaitu Nyeri Akut pada kedua yaitu Risiko Penurunan
Bapak W berhubungan dengan Koping Keluarga Bapak B
Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan Tidak
Keluarga Tentang Riwayat Cukupnya Dukungan Yang
Nefrolitiasis dilakukan pendkes Diberikan Pada Keluarga
tentang nyeri, lalu demonstrasi Dalam Mengatasi Masalah
cara mengatasi nyeri dengan dilakukakan pendkes tentang
teknik non farmakologis yaitu risiko penurunan koping keluarga,
dengan cara memberikan dan melakukan konseling untuk
kompres hangat kering dan teknik mengidentifikasi masalah yang
napas dalam. Selain itu juga dihadapi keluarga, lalu diskusi
mendiskusikan bersama keluarga bersama keluarga untuk mencari
cara memodifikasi lingkungan solusi dalam menyelesaikan
yang nyaman dan aman untuk masalah yang dihadapi keluarga
meminimalisir nyeri Bpk. W

Implementasi dari diagnosis yang Implementasi dari diagnosis yang


ketiga yaitu Hambatan ketiga yaitu Hambatan
Managemen Pemeliharaan Managemen Pemeliharaan
Rumah pada Keluarga Bapak Rumah pada Keluarga Bapak
W berhubungan dengan W berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Pentingnya Keluarga Tentang Pentingnya
Pemeliharaan Rumah dilakukan Pemeliharaan Rumah dilakukan
pendkes tentang hambatan pendkes tentang hambatan
pemeliharaan rumah dengan pemeliharaan rumah dengan
mengidentifikasi masalah mengidentifikasi masalah
hambatan pemeliharaan rumah hambatan pemeliharaan rumah
dan apa dampaknya, lalu dan apa dampaknya, lalu
mendiskusikan bersama keluarga mendiskusikan bersama keluarga
demonstrasi memodifikasi dan demonstrasi memodifikasi dan
menciptakan lingkungan yang menciptakan lingkungan yang
aman dan nyaman bagi seluruh aman dan nyaman bagi seluruh
anggota keluarga anggota keluarga

Evaluasi Evaluasi diagnosis pertama Evaluasi diagnosis pertama


Ketidakefektifan Perilaku Ketidakefektifan Perilaku
Kesehatan pada Keluarga Kesehatan pada Keluarga
Bapak W Khususnya pada Bayi Bapak B Khususnya pada Bayi
M berhubungan dengan F berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Pemberian Keluarga Tentang Pemberian
Imunisasi yaitu mengenal Imunisasi yaitu mengenal
masalah dengan melakukan masalah dengan melakukan
pendkes mengenai pentingnya pendkes mengenai pentingnya
pemberian imunisasi didapatkan pemberian imunisasi didapatkan
hasil subjektif keluarga hasil subjektif Ibu A dan keluarga
mengatakan imunisasi merupakan mengatakan imunisasi merupakan
usaha memberikan kekebalan usaha memberikan kekebalan
pada tubuh anak, dengan tujuan pada tubuh anak, dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya untuk mencegah terjadinya
penyakit yang dapat dicegah penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, jenis imunisasi dengan imunisasi, jenis imunisasi
yaitu imunisasi BCG, Hepatitis yaitu imunisasi BCG, Hepatitis B,
B, DPT, Polio, dan Campak. DPT, Polio, dan Campak.
Sedangkan data objektifnya Sedangkan data objektifnya
keluarga mampu mengulang keluarga mampu mengulang
kembali menyebutkan pengertian, kemali menyebutkan pengertian,
tujuan, jenis imunisasi meski tujuan, jenis imunisasi meski
belum sempurna. Hasil analisa belum sempurna. Hasil analisa
didapatkan bahwa masalah didapatkan bahwa masalah
teratasi sebagian dan untuk tindak teratasi sebagian dan untuk tindak
lanjut masalah tersebut telah lanjut masalah tersebut telah
diambil keputusan untuk diambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi. melanjutkan intervensi.

Selanjutnya pengambilan Selanjutnya pengambilan


keputusan sesuai dengan tugas keputusan sesuai dengan tugas
keluarga yang kedua, didapatkan keluarga yang kedua, didapatkan
hasil objektif bahwa buku KMS hasil objektif bahwa buku KMS
An. M pada bagian jadwal An. F pada bagian jadwal
pemberian imunisasi masih pemberian imunisasi masih
kosong karena An. M tidak kosong karena An. F dibawa ke
dibawa imunisasi ke posyandu. posyandu bukan untuk
Hasil analisa bahwa masalah melanjutkan imunisasi DPT-HB
belum teratasi dan untuk dan Polio yang tertinggal tapi
menindaklanjuti hal tersebut hanya untuk menimbang BB.
disarakan untuk peneliti Hasil analisa bahwa masalah
selanjutnya agar bisa memotivasi belum teratasi dan untuk
dan mengajak keluarga untuk menindaklanjuti hal tersebut
membawa anaknya imunisasi ke disarakan untuk peneliti
pelayanan kesehatan terdekat. selanjutnya agar bisa memotivasi
dan mengajak keluarga untuk
membawa anaknya imunisasi ke
pelayanan kesehatan terdekat.

Evaluasi pada diagnosis kedua Evaluasi pada diagnosis kedua


Nyeri Akut pada Bapak W Risiko Penurunan Koping
berhubungan dengan Keluarga Bapak B
Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan Tidak
Keluarga Tentang Riwayat Cukupnya Dukungan Yang
Nefrolitiasis yaitu mengenal Diberikan Pada Keluarga
masalah dengan melakukan Dalam Mengatasi Masalah
pendkes mengenai nyeri, didapatkan hasil subjektif bahwa
didapatkan hasil subjektif Bpk. W keluarga mengatakan penurunan
mengatakan nyeri merupakan koping keluarga yaitu tidak
perasaan tidak enak yang efektifnya dukungan dan motivasi
disebabkan oleh adanya dai orang terdekat yang
peradangan atau penyakit, disebabkan karena kurang
sedangkan data objektif Bpk. W terpaparnya informasi, meski
mampu menyebutkan pengertian, belum sempurna keluarga sudah
penyebab nyeri meski belum bisa mengulang kembali. Hasil
sempurna, Bpk. W sudah bisa analisa didapatkan bahwa masalah
mengulang kembali. Hasil analisa teratasi sebagian untuk tindak
didapatkan bahwa masalah lanjut masalah tersebut telah
teratasi sebagian dan untuk tindak diambil keputusan untuk
lanjut masalah tersebut telah melanjutkan intervensi.
diambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi.
Selanjutya pengambilan Selanjutya pengambilan
keputusan sesuai dengan tugas keputusan sesuai dengan tugas
keluarga yang kedua didapatkan keluarga yang kedua didapatkan
hasil objektif keluarga hasil objektif keluarga mengambil
mengambil keputusan untuk keputusan untuk mengatasi
mengatasi nyeri yang timbul masalah yang dihadapi dengan
dengan cara memberikan cara penyelesaian masalah yang
kompres hangat pada bagian yang telah didiskusikan bersama. Hasil
nyeri. Hasil analisa bahwa analisa bahwa masalah teratasi
masalah teratasi sebagian dan sebagian dan untuk
untuk menindaklanjuti hal menindaklanjuti hal tersebut telah
tersebut telah diambil keputusan diambil keputusan untuk
untuk melanjutkan intervensi. melanjutkan intervensi.

Evaluasi diagnosis ketiga Evaluasi diagnosis ketiga


Hambatan Managemen Hambatan Managemen
Pemeliharaan Rumah pada Pemeliharaan Rumah pada
Keluarga Bapak W Keluarga Bapak B
berhubungan dengan berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Pentingnya Keluarga Tentang Pentingnya
Pemeliharaan Rumah yaitu Pemeliharaan Rumah yaitu
dengan mengenal masalah dengan mengenal masalah dengan
dengan melakukan pendkes melakukan pendkes mengenai
mengenai hambatan hambatan pemeliharaan rumah,
pemeliharaan rumah, didapatkan didapatkan hasil subjektif Ibu A
hasil subjektif Ibu E mengatakan mengatakan bisa mengidentifikasi
bisa mengidentifikasi masalah masalah hambatan pemeliharaan
hambatan pemeliharaan rumah rumah seperti membakar sampah
seperti membakar sampah di di samping rumah, pintu kamar
samping rumah, pintu kamar mandi selalu terbuka, sedangkan
mandi selalu terbuka, penerangan hasil objektifnya keluarga mampu
dapur tidak memadai, sedangkan mengidentifkasi masalah
hasil objektifnya keluarga mampu hambatan pemeliharaan rumah
mengidentifkasi masalah dengan lancar. Hasil analisa
hambatan pemeliharaan rumah didapatkan bahwa masalah
dengan lancar. Hasil analisa teratasi sebagian dan untuk
didapatkan bahwa masalah menindaklanjuti masalah tersebut
teratasi sebagian dan untuk telah diambil keputusan untuk
menindaklanjuti masalah tersebut melanjutkan intervensi.
telah diambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi.

Selanjutnya pengambilan Selanjutnya pengambilan


keputusan sesuai dengan tugas keputusan sesuai dengan tugas
keluarga yang kedua, didapatkan keluarga yang kedua, didapatkan
hasil objektif keluarga hasil objektif keluarga mengambil
mengambil keputusan untuk keputusan untuk menciptakan
menciptakan lingkungan rumah lingkungan rumah yang adekuat.
yang adekuat. Hasil analisa Hasil analisa bahwa masalah
bahwa masalah teratasi sebagian teratasi sebagian dan untuk
dan untuk menindaklanjuti hal menindaklanjuti hal tersebut telah
tersebut telah diambil keputusan diambil keputusan untuk
untuk melanjutkan intervensi. melanjutkan intervensi.

B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan Imunisasi Tidak
Lengkap pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kecamatan Nanggalo
Kota Padang yang telah dilakukan sejak tanggal 26 Maret sampai tanggal 10
April 2018 selama 1 kali kunjungan perhari, maka pada bab pembahasan peneliti
akan menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada
pasien antara teori dengan kasus. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan
asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosis,
merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Peneliti melakukan pengkajian pada keluarga Bapak W dan Bapak B dengan
menggunakan format pengkajian keluarga, dengan metode wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang diperlukan.

Hasil pengkajian didapatkan bahwa kedua keluarga merupakan tipe keluarga


besar yang mana keluarga partisipan I terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, dan
nenek. Sedangkan keluarga partisipan II terdiri dari ayah, ibu, anak, dan adik.
Kedua tipe keluarga tersebut sama-sama tipe keluarga besar. Namun, terlihat
pada keluarga I bahwa pengambil keputusan tidak hanya bergantung pada
ayah selaku suami dan kepala keluarga, tapi juga terlibat kakek dan nenek
selaku anggota keluarga yang paling disegani. Berbeda dengan keluarga II
yang mana ayah merupakan seorang kepala keluarga dan anggota tunggal
dalam pengambil keputusan sehingga hak otonom pengambil keputusan
dikendalikan oleh kepala keluarga. Dalam hal ini, pengambil keputusan
memiliki kaitan yang sangat erat dalam pemberian imunisasi bayi. Terutama
bagi anggota keluarga yang terikat pengetahuan dan budaya lama yang tidak
mengenal imunisasi seperti pada keluarga I.

Saat dilakukan pengkajian, Ibu E mengatakan An. M (partisipan 1) hanya


mendapat imunisasi HB0 setelah lahir dan imunisasi BCG saat berusia 1
bulan, padahal saat ini An. M sudah berusia 5 bulan dan seharusnya
imunisasi yang didapatkan sudah sampai imunisasi DPT-HB 3 Polio 4. Ibu E
mengatakan takut membawa anaknya imunisasi karena pengalaman pada
anak pertamanya yang sakit (demam) setelah diimunisasi DPT. Selain itu, Ibu
E dan keluarga beranggapan bahwa orang zaman dahulu tidak diimunisasi
sampai sekarang tidak memiliki masalah kesehatan. Ibu E dan keluarga
mengatakan tidak berencana untuk melanjutkan imunisasi DPT-HB dan Polio
An. M.

Sedangkan Ibu A mengatakan An. F (partisipan 2) juga hanya mendapatkan


imunisasi HB0 setelah lahir dan BCG saat berusia 1 bulan, padahal saat ini
An. F juga sudah berusia 5 bulan dan seharusnya sudah mendapatkan
imunisasi sampai DPT-HB 3 Polio 4. Ibu A mengatakan saat akan
mengimunisasi anaknya ke posyandu, An. F demam dan tidak boleh
diimunisasi. Saat ada jadwal imunisasi dan An. F akan imunisasi, An. F
selalu demam sehingga akhirnya pemberian imunisasi An. F ditunda. Ibu A
mengatakan tidak akan melanjutkan imunisasi DPT-HB dan Polio An. F yang
tertinggal dan mengatakan akan lanjut saja ke imunisasi campak.. Alasan Ibu
A tidak melanjutkan imunisasi An. F juga karena takut anaknya akan sakit
(demam) seperti yang pernah dialami anak pertamanya. Ibu A mengatakan
tidak tahu akan mengadu pada siapa bila anaknya sampai sakit setelah
diimunisasi DPT karena kedua orang tuanya telah meninggal, sedangkan
mertua dan saudara Ibu A tidak tinggal berdekatan.
Alasan yang diutarakan Ibu E dan Ibu A ada yang memiliki kesamaan dan
ada yang memiliki perbedaan. Persamaannya yaitu tidak memberikan
imunisasi pada anaknya karena takut anak akan sakit (demam) setelah
diimunisasi DPT. Alasan lainnya karena Ibu E mengatakan imunisasi tidak
diberikan pada orang zaman dahulu tapi sampai sekarang tidak memiliki
masalah kesehatan, sedangkan Ibu A mengatakan jika anaknya sakit setelah
diimunisasi, Ibu A tidak tahu akan mengadu pada siapa. Menurut asumsi
peneliti, alasan terbanyak yang dikemukakan orang tua terkait ketidakpatuhan
dalam pemberian imunisasi yaitu takut akan reaksi yang timbul setelah
diimunisasi.

Menurut Riskesdas (2013), alasan utama orang tua tidak membawa anaknya
imunisasi yaitu takut anaknya demam karena efek samping imunisasi. Sejalan
dengan hasil penelitian Hikmah (2016), bahwa tidak semua orang tua yang
memberikan imunisasi pada anaknya karena berbagai alasan yang salah
satunya adalah takut anaknya sakit apabila diberikan imunisasi.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem
(P) dapatdigunakan dengan tipologi dari NANDA 2015-2017 dan etiologi (E)
berhubungan dengan 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan
(Friedman, 2010). Permusan diagnosis didapatkan dari hasil analisa data
berdasarkan paparan data subjektif dan objektif.

Diagnosis yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus
mengenai Imunisasi Tidak Lengkap pada Bayi terdapat sedikit perbedaan.
Dalam teori terdapat 5 diagnosis keperawatan, tetapi dalam kasus terdapat 3
diagnosis keperawatan yang berbeda antara partisipan 1 dengan partisipan 2
yang sudah diprioritaskan. Diagnosis keperawatan pada partisipan 1,
diantaranya:
a. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak W khusunya
Bayi M berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Pentingnya Pemberian Imunisasi
b. Nyeri Akut pada Bapak W berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan
Keluarga Tentang Riwayat Nefrolitiasis
c. Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Bapak W
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Pentingnya Pemeliharaan Rumah

Diagnosis keperawatan pada partisipan 2, diantaranya:


a. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak B khusunya
Bayi F berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Pentingnya Pemberian Imunisasi
b. Risiko Penurunan Koping Keluarga Bapak B berhubungan dengan Tidak
Cukupnya Dukungan Yang Diberikan Pada Keluarga Dalam Mengatasi
Masalah
c. Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Bapak B
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Pentingnya Pemeliharaan Rumah

Perbedaan diagnosis yang ditemukan pada partisipan dengan teori


menunjukkan bahwa setiap orang memiliki respon dan masalah yang
berbeda. Setiap masalah yang timbul pada satu keluarga dengan keluarga
lainnya akan menimbulkan respon yang berbeda dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, sehingga kebutuhan akan intervensi dari diagnosis yang
muncul akan berbeda pula. Meskipun secara teori kemungkinan diagnosis
yang akan muncul dari keluarga dengan imunisasi tidak lengkap sudah ada,
namun tidak menutup kemungkinan akan muncul diagnosis lain berdasarkan
setiap masalah yang ada pada keluarga.
Diagnosis pertama yaitu Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada
Keluarga berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi data ini didukung oleh data
subjektif: Ibu E mengatakan imunisasi yang baru didapat An. M yaitu HB0
setelah lahir dan BCG saat usia 1 bulan karena takut dan tidak tega anaknya
akan demam serta rewel dimalam hari, sehingga pemberian imunisasi tidak
dilanjutkan karena reaksi yang timbul setelah diimunisasi. Selain itu keluarga
mengatakan tidak tahu masalah apa yang timbul bila tidak memberikan
imunisasi pada anaknya, karena keluarga berpandangan bahwa orang zaman
dulu tidak diimunisasi sampai sekarang tidak ada masalah kesehatan.
Sedangkan data objektif: riwayat imunisasi An. M yaitu HB0 dan BCG. Lain
halnya dengan keluarga Bpk. B, Ibu A mengatakan imunisasi yang sudah
didapat An. F yaitu HB0, BCG, dan Polio 1 karena Ibu A juga takut dan tidak
tega anaknya akan demam serta rewel dimalam hari, sehingga pemberian
imunisasi tidak dilanjutkan karena reaksi yang timbul setelah diimunisasi.
Selain itu Ibu A mengatakan jika An. F sakit karena reaksi imunisasi lagi
seperti An. Ad, ia tidak tahu akan mengadu pada siapa karena kedua
orangtuanya sudah meninggal, sedangkan mertua dan saudaranya yang lain
tidak tinggal berdekatan.

Asumsi peneliti reaksi demam yang timbul setelah anak diimunisasi


merupakan hal yang paling ditakuti oleh orang tua untuk mengimunisasi
anaknya. Hal ini disebabkan rendahnya pengetahuan orang tua tentang cara
kerja dan reaksi yang timbul setelah imunisasi. Riskesdas (2013) menjelaskan
bahwa alasan utama orangtua tidak membawa anaknya imunisasi yaitu takut
anaknya demam karena efek samping imunisasi.

Diagnosis pertama ini sesuai dengan teori Friedman (2010) menjelaskan


bahwa salah satu fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan. Fungsi
fisik anak di dalam keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan
perlindungan terhadap bahaya. Kurangnya kemauan keluarga agar
memfasilitasi kebutuhan bayi untuk imunisasi dapat menyebabkan anak
nantinya tidak kebal terhadap penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi.

Diagnosis kedua pada keluarga Bpk. W yaitu Nyeri Akut berhubungan


dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Riwayat
Nefrolitiasis data ini didukung oleh data subjektif: Ibu E mengatakan bahwa
suaminya akhir-akhir ini mengeluh nyeri di perut bagian bawahnya. Nyeri
muncul tidak dipengaruhi aktivitas, makanan maupun cuaca. Bpk W hanya
istirahat bila nyerinya muncul, dan Bpk. W memiliki riwayat nefrolitiasis
sejak 2 tahun yang lalu. Sedangkan data objektif: terdapat nyeri tekan pada
kuadran 3 dan 4 bawah, tidak teraba adanya massa maupun pembesaran
organ.

Asumsi peneliti nyeri yang dirasakan Bpk. W karena riwayat nefrolitiasis


merupakan respon tubuh akan penyakit yang diderita Bpk. W. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan Kozier (2009), bahwa ketika suatu jaringan
mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan
yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion
kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi yang akan mengakibatkan
respon nyeri.

Sedangkan diagnosis kedua pada keluarga Bpk. B yaitu Risiko Penurunan


Koping Keluarga berhubungan dengan Tidak Cukupnya Dukungan
Yang Diberikan Pada Keluarga Dalam Mengatasi Masalah data ini
didukung oleh data subjektif: Ibu A mengatakan anak pertamanya pernah
demam setelah diimunisasi DPT-HB 2 dan lama sembuhnya, Ibu A
mengatakan masih ragu dan takut akan melanjutkan imunisasi pada anak
keduanya karena takut akan reaksi yang timbul setelah imunisasi, Ibu A
mengatakan jika anaknya sakit ia tidak tahu akan mengadu pada siapa karena
kedua orangtuanya sudah meninggal, sedangkan mertua dan saudara-
saudaranya yang lain tinggal berjauhan darinya, Ibu A mengatakan juga
butuh orang terdekat lainnya dalam mencari solusi dan mengatasi masalah
yang mungkin akan timbul nantinya. Sedangkan data objektifnya: keluarga
dan kerabat lain Bpk. B tinggal di wilayah yang berbeda dengannya, keluarga
Bpk. B kurang terpapar informasi tentang upaya mengatasi masalah
kesehatan.

Allgood dan Tomey dalam Dharma (2018), menyebutkan mekanisme koping


merupakan cara manusia berespon terhadap stimulus dan cara tersebut
berbeda-beda setiap individu. Asumsi peneliti koping individu berbeda
dengan individu lainnya dalam menangani suatu masalah. Setiap orang butuh
pendapat orang lain untuk mendukung setiap keputusan yang akan
diambilnya dalam menyelesaikan masalah. Beberapa individu butuh kerabat
lain selain keluarga intinya untuk mengambil keputusan. Sedangkan menurut
penelitian Yuanita (2015), mengatakan bahwa pembentukan mekanisme
koping dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah
keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, dan
dukungan sosial.

Diagnosis ketiga yaitu Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah


pada Keluarga berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah pada keluarga Bpk. W data ini
didukung oleh data objektif pencahayaan di dapur kurang terang, pintu kamar
mandi selalu terbuka sementara ada sumur cincin tanpa penutup di dalamnya,
ada remahan nasi yang berserakan di ruang tengah, benda beracun (obat
nyamuk) terletak di bawah tempat tidur hingga beresiko mudah dijangkau
anak, banyak bertebaran sampah daun dan plastik serta kotoran hewan (ayam
dan anjing) di samping dan di depan rumah, sampah dibakar di samping dan
di belakang rumah, An. An tampak keluar rumah tanpa memakai alas kaki
dan hanya memakai singlet dan celana dalam, ada anggota keluarga yang
merokok di dalam atau di luar rumah.

Sedikit berbeda dengan keluarga Bpk. B didapatkan data objektif pintu kamar
mandi terkadang terbuka sementara di kamar mandi ada sumur cincin tanpa
penutup, benda-benda yang kecil dan tajam seperti jarum pentul berserakan
di atas meja rias di kamar Adik E sementara pintu kamarnya terkadang
terbuka, benda beracun seperti obat nyamuk terletak di bawah dipan tempat
tidur yang beresiko dijangkau anak, An. Ad keluar masuk rumah dan bermain
di halaman rumah tanpa alas kaki sehingga lantai rumah kotor dan berpasir,
banyak bertebaran sampah daun dan plastic serta kotoran hewan (ayam dan
kucing) di samping rumah, sampah dibakar di samping rumah.

Analisa peneliti, lingkungan rumah yang tidak sehat dan tidak adekuat sangat
berisiko bagi anak-anak untuk terjangkitnya penyakit. Bila lingkungan rumah
tidak sehat, anak akan rentan terjangkit penyakit sementara sistem imun anak
belum matang dan imunisasi anak tidak lengkap. Sedangkan bila lingkungan
rumah tidak adekuat, bisa menyebabkan risiko jatuh dan cidera pada anak.
Penelitian Yuwono (2008), menyebutkan bahwa jenis lantai, kondisi dinding
rumah, luas ventilasi rumah, tingkat kepadatan hunian, tingkat kelembapan,
penggunaan jenis bahan bakar kayu, kebiasaan anggota keluarga yang
merokok mempunyai hubungan dengan kejadian penyakit pneumonia.
Sejalan dengan Kartono, dkk (2008), menjelaskan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara lingkungan rumah (pencahayaan, ventilasi, kelembapan,
jenis lantai dan kepadatan hunian), status imunisasi, dan pengetahuan ibu
terhadap kejadian difteri.
Diagnosis ketiga ini sesuai dengan teori Friedman (2010) menjelaskan bahwa
salah satu tugas perawatan kesehatan keluarga yaitu memodifikasi
lingkungan. Dengan terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi
seluruh anggota keluarga, dapat meminimalisir risiko terjangkitnya penyakit,
terutama penyakit berbasis lingkungan yang mengakibatkan anak sakit
sementara sistem kekebalan tubuh anak belum sempurna dan ditambah lagi
imunisasi anak tidak lengkap.

3. Intervensi Keperawatan
Perawat keluarga berperan dalam melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah
kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus
atau budaya yang dipraktikkan keluarga (Friedman, 2010).

Intervensi dari diagnosis pertama Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan


pada Keluarga berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi sesuai dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara melakukan
pendkes bersama anggota keluarga agar keluarga paham mengenai masalah
yang dialami oleh An. M dan An. F. Selanjutnya memberdayakan dan
melibatkan anggota keluarga yang lain sebagai pelaku pengambil keputusan
untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah imunisasi tidak
lengkap dengan mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan dan apa
dampak dari tidak diberikannya imunisasi. Selanjutnya merawat anggota
keluarga dengan melakukan demonstrasi cara mengatasi reaksi yang timbul
setelah diimunisasi agar masalah yang timbul dapat teratasi dan memotivasi
keluarga agar mampu merawat An. M dan An. F. Lalu memodifikasi
lingkungan rumah yang aman dan nyaman untuk mencegah risiko terjadinya
penyakit pada An. M dan An. F. Selanjutnya memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk memberikan imunisasi pada An. M dan An. F dan
memfasilitasi keluarga untuk datang ke posyandu.

Intervensi diagnosis kedua pada keluarga Bpk. W Nyeri Akut berhubungan


dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Riwayat
Nefrolitiasis sesuai dengan tugas perawatan keluarga pertama yaitu
mengenal masalah dengan cara melakukan pendkes bersama anggota
keluarga agar keluarga paham mengenai masalah nyeri yang dialami oleh
Bpk. W. Lalu mengambil keputusan untuk mencegah masalah nyeri agar
tidak semakin parah, setelah itu merawat anggota keluarga yang mengalami
nyeri dengan melakukan demonstrasi kompres hangat kering dan teknik
napas dalam untuk meminimalisir nyeri. Selanjutnya keluarga mampu
memodifikasi lingkungan dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman serta mendiskusikan bersama keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan terdekat.

Intervensi diagnosis kedua pada keluarga Bpk. B Risiko Penurunan Koping


Keluarga berhubungan dengan Tidak Cukupnya Dukungan Yang
Diberikan Pada Keluarga Dalam Mengatasi Masalah sesuai dengan tugas
perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara
melakukan pendkes bersama anggota keluarga agar keluarga paham
mengenai masalah penurunan koping keluarga dengan cara mengidentifikasi
masalah yang dihadapi lalu mengambil keputusan untuk mencari solusi
dalam penyelesaian masalah dan menerapkan solusi tersebut.

Intervensi diagnosis ketiga Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah


pada Keluarga berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah sesuai dengan tugas perawatan
keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara melakukan
pendkes bersama anggota keluarga agar keluarga paham mengenai masalah
hambatan pemeliharaan rumah dengan cara mengidentifikasi apa saja
masalah yang ada lalu mengambil keputusan untuk menciptakan lingkungan
rumah yang adekuat dengan cara mendiskusikan bersama keluarga apa
dampak dari situasi lingkungan rumah yang tidak adekuat. Selanjutnya cara
tersebut agar diterapkan oleh keluarga untuk mencegah risiko penyakit yang
bisa timbul karena hambatan pemeliharaan rumah. Lalu memanfaatkan
fasilitas kesehatan terdekat untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul
karena hambatan pemeliharaan rumah.

Asumsi peneliti, rencana keperawatan dibuat untuk pedoman dalam


melakukan implementasi kepada keluarga. Mengenalkan masalah kepada
keluarga, sehingga keluarga mampu mengambil keputusan serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi masalah yang
ada di dalam keluarga.

Lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010), meliputi: pertama,


keluarga diharapkan mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang
dialami oleh seluruh anggota keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan
tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah
kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Ketiga, keluarga
mampu melakukan perawatan yang tepat sehari-hari di rumah. Keempat,
keluarga dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat
mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga. Kelima,
keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengontrol kesehatan dan mengobati masalah kesehatan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk
dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk: mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan
yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi
kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat
(Sudiharto, 2010).

Implementasi dari diagnosis yang pertama yaitu Ketidakefektifan Perilaku


Kesehatan pada Keluarga berhubungan dengan Kurangnya
Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi
dilakukan pada keluarga Bpk. W dan Bpk. B diantaranya dilakukan pendkes
tentang pentingnya pemberian imunisasi pada bayi, memberdayakan dan
melibatkan anggota keluarga yang lain sebagai pelaku pengambil keputusan
untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah imunisasi tidak
lengkap dengan cara berdiskusi tentang dampak dari tidak diberikannya
imunisasi, lalu melakukan demonstrasi cara mengatasi reaksi yang timbul
setelah diimunisasi dengan cara memberikan kompres hangat, dan
mendiskusikan bersama keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang aman
dan nyaman untuk menghindari risiko terjadinya penyakit pada An. M dan
An. F, memfasilitasi keluarga untuk datang ke posyandu.

Asumsi peneliti dengan diberikannya pendkes tentang pentingnya pemberian


imunisasi pengetahuan keluarga akan meningkat. Sesuai dengan penelitian
Septiarini, dkk (2015), menjelaskan bahwa sesudah diberikan pendkes
tentang imunisasi, responden cenderung memiliki pengetahuan yang baik dan
memiliki sikap cenderung positif.

Implementasi dari diagnosis yang kedua pada keluarga Bpk. W yaitu Nyeri
Akut berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Riwayat Nefrolitiasis dilakukan pendkes tentang nyeri, lalu demonstrasi cara
mengatasi nyeri dengan teknik non farmakologis yaitu dengan cara
memberikan kompres hangat kering dan teknik napas dalam. Selain itu juga
mendiskusikan bersama keluarga cara memodifikasi lingkungan yang
nyaman dan aman untuk meminimalisir nyeri yang dirasa Bpk. W.

Asumsi peneliti dengan diberikannya pendkes cara mengatasi nyeri melalui


pemberian kompres hangat dan teknik napas dalam dapat membatu
mengatasi nyeri yang dirasakan. Sesuai dengan teori Tamsuri (2007), bahwa
teknik napas dalam adalah metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien yang mengalami nyeri. Rileks yang sempurna dapat mengurangi
ketegangan otot, rasa jenuh dan perasaan cemas sehingga mencegah
menghebatnya stimulasi nyeri. Sedangkan menurut penelitian Rampengan
(2014), bahwa terjadi perubahan intensitas nyeri setelah dilakukan teknik
relaksasi karena dapat menimbulkan rasa nyaman yang bisa menyebabkan
timbulnya toleransi terhadap nyeri yang dirasakan.

Potter dan Perry (2006), mengemukakan bahwa kompres hangat dapat


meringankan rasa nyeri dan radang. Sedangkan Riyadi (2012) menyebutkan
bahwa kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan untuk melancarkan
sirkulasi darah untuk menghilangkan rasa sakit. Hasil penelitian Wurangian
(2014), mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian
kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri.
Sedangkan implementasi dari diagnosis yang kedua pada keluarga Bpk. B
yaitu Risiko Penurunan Koping Keluarga Bapak B berhubungan dengan
Tidak Cukupnya Dukungan Yang Diberikan Pada Keluarga Dalam
Mengatasi Masalah dilakukakan pendkes tentang risiko penurunan koping
keluarga, dan melakukan konseling untuk mengidentifikasi masalah yang
dihadapi keluarga, lalu diskusi bersama keluarga untuk mencari solusi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi keluarga.

Asumsi peneliti berdiskusi bersama keluarga tentang bagaimana menghadapi


dan menyelesaikan masalah akan membantu keluarga dalam meningkatkan
kopingnya bila akan menghadapi masalah nantinya. Selain itu perlu motivasi
dan keinginan yang besar dari seluruh anggota keluaga dalam meningkatkan
koping keluarga dalam menyelesaikan masalahnya.

Implementasi dari diagnosis yang ketiga yaitu Hambatan Managemen


Pemeliharaan Rumah pada Keluarga berhubungan dengan Kurangnya
Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah
dilakukan pada keluarga Bpk. W dan Bpk. B diantaranya dilakukan pendkes
tentang hambatan pemeliharaan rumah dengan mengidentifikasi masalah
hambatan pemeliharaan rumah dan apa dampaknya, lalu mendiskusikan
bersama keluarga demonstrasi memodifikasi dan menciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga.

Asumsi peneliti dengan mengikutsertakan keluarga dalam mengidentifikasi


masalah pemeliharaan rumahnya akan membantu keluarga meningkatkan
kesadarannya dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat dan adekuat
bagi seluruh anggota keluarganya.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki
produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga
(Sudiharto, 2010).

Evaluasi diagnosis pertama Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada


Keluarga berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi yaitu didapatkan hasil pada
keluarga Bpk. W, data subjektifnya Ibu E dan keluarga mengatakan imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada tubuh anak, dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
jenis imunisasi yaitu imunisasi BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.
Sedangkan data objektifnya keluarga mampu mengulang kembali
menyebutkan pengertian, tujuan, jenis imunisasi meski belum sempurna.
Hasil analisis didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian dan untuk tindak
lanjut keluarga akan tetap mengetahui tentang pentingnya pemberian
imunisasi dan mampu menjawab jika ditanya tentang imunisasi.

Sedangkan pada keluarga Bpk. B, Ibu A mengatakan imunisasi merupakan


usaha memberikan kekebalan pada tubuh anak, dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, jenis
imunisasi yaitu imunisasi BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.
Sedangkan data objektifnya keluarga mampu mengulang kembali
menyebutkan pengertian, tujuan, jenis imunisasi meski belum sempurna.
Hasil analisis didapatkan bahwa masalah teratasi sebagian dan untuk tindak
lanjut keluarga akan tetap mengetahui tentang pentingnya pemberian
imunisasi dan mampu menjawab jika ditanya tentang imunisasi.
Evaluasi selanjutnya pengambilan keputusan sesuai dengan tugas keluarga
yang kedua, didapatkan hasil subjektif bahwa keluarga Bpk. W mengatakan
memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sehingga tidak
sempat untuk pergi ke posyandu. Sedangkan hasil objektif bahwa buku KMS
An. M pada bagian jadwal pemberian imunisasi masih kosong karena Ibu E
mengatakan An. M tidak dibawa imunisasi ke posyandu. Hasil analisis bahwa
masalah tidak teratasi dan untuk menindaklanjuti hal tersebut disarankan
pada peneliti selanjutnya agar bisa memberdayakan dan melibatkan anggota
keluarga lainnya selaku pengamil keputusan untuk membawa anaknya
imunisasi ke pelayanan kesehatan terdekat. Sedangkan pada keluarga Bpk. B
pengambilan keputusan sesuai dengan tugas keluarga yang kedua, didapatkan
hasil objektif bahwa buku KMS An. F pada bagian jadwal pemberian
imunisasi masih kosong karena Ibu A mengatakan An. F dibawa ke posyandu
bukan untuk melanjutkan imunisasi yang tertinggal tapi hanya untuk
menimbang BB. Hasil analisis bahwa masalah teratasi sebagian dan untuk
menindaklanjuti hal tersebut disarankan pada peneliti selanjutnya agar bisa
memotivasi, mengingatkan dan mengajak keluarga untuk membawa anaknya
imunisasi ke pelayanan kesehatan terdekat.

Pada keluarga Bpk.W dan Bpk.B untuk TUK 2 dan TUK 5 masalah belum
teratasi karena An. M dan An. F tidak diimunisasi meski telah diberikan
intervensi pendkes tentang pentingnya pemberian imunisasi.

Evaluasi diagnosis kedua pada keluarga Bpk. W Nyeri Akut berhubungan


dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Riwayat
Nefrolitiasis yaitu didapatkan hasil data subjektif Bpk. W mengatakan nyeri
merupakan perasaan tidak enak yang disebabkan oleh adanya peradangan
atau penyakit, sedangkan data objektif Bpk. W mampu menyebutkan
pengertian, penyebab nyeri meski belum sempurna, Bpk. W sudah bisa
mengulangi kembali. Hasil analisis didapatkan bahwa masalah teratasi
sebagian dan untuk tindak lanjut masalah tersebut keluarga akan tetap
mengingat dan mengetahui tentang nyeri serta mampu menjawab bila ditanya
tentang nyeri. Evaluasi selanjutnya pengambilan keputusan sesuai dengan
tugas keluarga yang kedua didapatkan hasil objektif keluarga mengambil
keputusan untuk mengatasi nyeri yang timbul dengan cara memberikan
kompres hangat pada bagian yang nyeri. Hasil analisis masalah teratasi
sebagian dan untuk menindaklanjuti hal tersebut telah diambil keputusan
untuk melanjutkan intervensi bila nyeri timbul kembali.

Evaluasi diagnosis kedua pada keluarga Bpk. B Risiko Penurunan Koping


Keluarga Bapak B berhubungan dengan Tidak Cukupnya Dukungan
Yang Diberikan Pada Keluarga Dalam Mengatasi Masalah yaitu
didapatkan data subjektif bahwa keluarga mengatakan penurunan koping
keluarga yaitu tidak efektifnya dukungan dan motivasi dari orang terdekat
yang disebabkan kurang terpaparnya informasi, meski belum sempurna
keluarga sudah bisa mengulangi kembali. Hasil analisis didapatkan bahwa
masalah teratasi sebagian untuk tindak lanjut masalah tersebut telah diambil
keputusan bahwa keluarga akan mengingat dan mengetahui tentang
penurunan koping keluarga serta mampu menjawab bila ditanya seputar
penurunan koping. Evaluasi selanjutya didapatkan data objektif keluarga
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara
penyelesaian masalah yang telah didiskusikan bersama. Hasil analisis bahwa
masalah teratasi sebagian dan untuk menindaklanjuti hal tersebut telah
diambil keputusan untuk menerapkan cara penyelesaian masalah bila suatu
hari keluarga mendapat suatu masalah.

Pada keluarga Bpk. W dan Bpk. B untuk TUK 1 dan TUK 2 keluarga sudah
mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan yang tepat, dan
masalah sudah teratasi.
Evaluasi diagnosis ketiga Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah
pada Keluarga berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah yaitu didapatkan hasil pada
keluarga Bpk. W, data subjektifnya Ibu E mengatakan bisa mengidentifikasi
masalah hambatan pemeliharaan rumah seperti membakar sampah di
samping rumah, pintu kamar mandi selalu terbuka, penerangan dapur tidak
memadai, sedangkan hasil objektifnya keluarga mampu mengidentifkasi
masalah hambatan pemeliharaan rumah dengan lancar. Hasil analisis
didapatkan masalah teratasi sebagian dan untuk menindaklanjuti masalah
tersebut keluarga akan tetap mengidentifikasi masalah pemeliharaan rumah
yang ada. Sedangkan pada keluarga Bpk. B didapatkan data subjektif bahwa
keluarga mengatakan penurunan koping keluarga yaitu tidak efektifnya
dukungan dan motivasi dari orang terdekat yang disebabkan kurang
terpaparnya informasi, meski belum sempurna keluarga sudah bisa
mengulangi kembali. Hasil analisis didapatkan bahwa masalah teratasi
sebagian untuk tindak lanjut masalah tersebut keluarga akan tetap
mengidentifikasi masalah pemeliharaan rumah yang ada.

Evaluasi selanjutnya pada keluarga Bpk. W dan Bpk. B, pengambilan


keputusan sesuai dengan tugas keluarga yang kedua, didapatkan hasil objektif
keluarga mengambil keputusan untuk menciptakan lingkungan rumah yang
adekuat. Hasil analisis bahwa masalah teratasi sebagian dan untuk
menindaklanjuti hal tersebut keluarga tetap mempertahankan lingkungan
rumah yang adekuat.
Pada keluarga Bpk. W dan Bpk. B untuk TUK 1 dan TUK 2 keluarga sudah
mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan yang tepat, dan
masalah sudah teratasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan keluarga pada An. M dan
An. F dengan imunisasi tidak lengkap/drop out imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2018, peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan An. M hanya mendapat imunisasi dasar HB0
dan BCG sementara saat dikaji umur An. M 5 bulan dan sudah seharusnya
mendapat imunisasi dasar hingga DPT-HB 3 Polio 4. Sedangkan pada An.
F hanya mendapat imunisasi dasar HB0, BCG, dan Polio 1. Sementara
saat dikaji An. F juga sudah berusia 5 bulan.
2. Diagnosis utama yang muncul berdasarkan prioritas yaitu
Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak W Khususnya
pada Bayi M berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga
Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi.
3. Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosis yang
didapatkan dan berdasarkan 5 tugas khusus keluarga yaitu mengenal
masalah, memutuskan mengambil tindakan, merawat anggota keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
4. Implementasi dilakukan pada tanggal 3 April sampai 10 April 2018
berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi
dilakukan dengan metode konseling, diskusi, demonstrasi dan pendidikan
kesehatan melalui penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberapa
implementasi yang digabung pemberian tujuan khusus keluarga yang
pertama, kedua, dan ketiga yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan, dan merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi pasien dan keluarga pada tanggal
10 April 2018, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP. Pada keluarga
Bpk. W dari 6 implementasi yang dilakukan, 4 diantaranya masalah sudah
teratasi. Sedangkan pada keluarga Bpk. B dari 6 implementasi yang
dilakukan, 4 diantaranya masalah sudah teratasi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Melalui pimpinan puskesmas Nanggalo Padang, pada keluarga Bpk. W
dan Bpk. B agar perawat dapat lebih memotivasi keluarga untuk tidak
takut akan reaksi yang timbul setelah anak diimunisasi dan melibatkan
anggota keluarga yang sangat erat kaitannya sebagai pelaku pengambil
keputusan agar mau memberikan imunisasi pada An. M dan An. F melalui
pendekatan - pendekatan yang persuasif tanpa mengesampingkan budaya
dan kepercayaan yang dianut keluarga. Lalu melalui pimpinan Puskesmas
Nanggalo Padang diharapkan agar perawat puskesmas untuk selalu
melakukan kunjungan rumah secara berkala dan berkelanjutan pada
keluarga dengan imunisasi tidak lengkap pada bayinya untuk memotivasi
dan melibatkan keluarga dalam pemberian imunisasi melalui pembaharuan
kebijakan puskesmas terkait suksesnya program imunisasi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penerapan asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan ada
beberapa yang harus ditindak lanjuti, diantaranya dilakukan pengkajian
lebih lanjut pada An. M dan An. F agar masalah benar-benar teratasi, dan
pemberian implementasi perlu dilakukan dengan cara yang berbeda selain
dengan pemberian pendidikan kesehatan dengan cara peyuluhan seperti
pelibatan anggota keluarga lainnya yang memiliki struktur kekuatan dalam
pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi. (2017). Angka Cakupan


Imunisasi Bulan November Tahun 2017. Dinas Kesehatan Kota Padang

Betz, Cecily Lynn dan Linda A. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5.
Jakarta: EGC

Dharma, Kelana Kusuma. (2018). Pemberdayaan Keluarga Untuk Mengoptimalkan


Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke. Yogyakarta: Deepublish Publisher. Mei
2, 2018.
https://books.google.co.id/books?id=j1tHDwAAQBAJ&pg=PA13&dq=meka
nisme+koping+keluarga&hl=id

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2015). Laporan Tahunan Tahun 2014. Oktober 2,
2017 https://drive.google.com/file/d/0BzuXRORWw1-
FMlpCQ2dyTFdnZ3c/view

. (2017). Profil Kesehatan Kota Padang Tahun


2016. November 11, 2017
http://dinkes.padang.go.id/index.php/baca/artikel/191

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. (2015). Profil Kesehatan 2014. Desember
31, 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2014/03_Sumatera%20Barat_2014.pdf

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik.
Jakarta: EGC

Harmasdiyani, Riska. (2015). Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Ketidakpatuhan


Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Bawah Dua Tahun. Jurnal
Berkala Epidemiologi Volume 3, 304-314. Oktober 2, 2017 http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/view/1670

Hidayat, Aziz Alimul A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

Hikmah, dkk. (2016). Hubungan Kelengkapan Imunisasi Dasar Dengan Tumbuh


Kembang Todler di Posyandu Bunga Padi Kota Tangerang. JKFT, Edisi 2.
Mei 10, 2018
Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. (2017). Panduan Asuhan
Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok dan Komunitas dengan
Modifikasi NANDA, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta:
UI-Press

Kartika, Ira. (2017). Buku Ajar Dasar-dasar Riset Keperawatan dan Pengelohan
Data Statistik. Jakarta: Trans Info Media

Kartono, Basuki, dkk (2008). Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Difteri di Kabupaten Tasikmalaya (20005-2006) dan Garut
Janurari 2007, Jawa Barat. Jurnal Kesehatan Volume 12, Nomor 1.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.
ui.ac.id/contents/koleksi/2/24ae382daa148d77f4ce3f3711cba1038cdf5b34.pdf
&ved=2ahUKEwjqsfaB0qTbAhUQU30KHV1eBaoQFjAAegQIBxAB&usg=
AOvVaw1HhXjVCDXjI5spFSmWL6jM. Mei 10, 2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar Indonesia (RISKESDAS). Jakarta. Agustus 31, 2017
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf

. (2014). Situasi Imunisasi di Indonesia.


Jakarta. Oktober 2, 2017
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/data-dan-informasi-2014.pdf

. (2015). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta


Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Oktober 20, 2017
http://akademik.poltekkes-
pdg.ac.id/download/cont/20160125002_Layout_Buku_Ajar_Imunisasi_06_10
_2015.pdf

. (2016). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2015. Jakarta. Oktober 2, 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf

. (2016). Situasi Imunisasi di Indonesia.


Jakarta. Oktober 2, 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-
Imunisasi-2016.pdf diakses pada tanggal 2 Oktober 2017
. (2017). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Jakarta. Oktober 2, 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf

Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2009). Buku Ajar Fondamental Keperawatan:


Konsep, Proses & Praktik,Volume : 1, Edisi : 7. EGC : Jakarta

Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya

Ngastiyah. (2012). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Notoadmojo, Soekidjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Jakarta : Nuha Medika

Poli Imunisasi. (2017). Angka Cakupan Imunisasi Bulan September, Oktober,


November Tahun 2017. Puskesmas Nanggalo Padang.

Potter, P. G & Perry, A . G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4, Trans. Komalasari, R et al., EGC:
Jakarta

Riyadi. (2012). Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik Keperawatan


Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Septriani, Reizza Dwitara Pramodya, dkk. (2015). Pengaruh Penyuluhan Mengenai


Imunisasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu di Desa Sukarapih Kecamatan
Sukasari. JKS, Volume 1 Nomor 2. Mei 10, 2018

Setyowati, Sri dan Murniwarni, Arita. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga


Konsep dan Aplikasi Kasus. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC
Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada
Praktik AsuhanKeperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta.


Agutus 31, 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor%2036%
20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf

World Health Organization. (2016). Global Immunization Covarage, The Global


Vaccine Action Plan, World Immunization Week. Oktober 2, 2017
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs378/en/

Wurangian, Mellynda, dkk. (). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan


Skala Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu
Manado. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Unviversitas Sam Ratulangi Manado. Mei 2, 2018.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neli
ti.com/media/publications/112565

Yuanita, dkk, (2015). Mekanisme Koping Keluarga Menurunkan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien Stroke. Jurnal Care Volume 3, Nomor 2.
https://www.scribd.com/document/366550995/Referensi-Hubunga-
Mekanisme-Koping-Keluarga-Dengan-Tingkat-Cemas-Stroke. Mei 10, 2018.

Yuwono, Tulus Aji. (2008). “Faktor-faktor Lingkungan Fisik Rumah yang


Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kawungan Kabupaten Cilacap” Tesis Jurusan Kesehatan
Lingkungan Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/18058/ Mei 10,
2018
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Waldi Sondri
2. Alamat dan Telepon : Jl Gurun Laweh Nanggalo No. 1 RT02/ RW 03
3. Komposisi Keluarga
Riwayat Imuisasi
Hub BCG DPT HB POLI CA
N Pendi
Nama dengan Umur O MPA
o dikan
KK 1/2/3 0/1/ 1/2/3 K
2/3 /4
1 Efniwati Istri 32 SLTA
tahun
2 Andini Anak 2 tahun √ √ √ √
5 bulan √ √
3 Mikayla Anak 5 bulan √ √
4 Syamsuar Ayah 66
tahun
5 Yusnimar Ibu 62
tahun

Genogram :

Keluarga Bapak W Keluarga Ibu E


Keterangan :

:Perempuan : Menikah : Tinggal Serumah

: Laki-laki : Klien

4. Tipe Keluarga
Keluarga Bapak W merupakan tipe extended family yang terdiri dari Bapak W sebagai
kepala keluarga, Ibu E sebagai istri Bapak W, Anak A dan Anak M anak dari Bapak W
dan Ibu E, Nenek Y merupakan ibu dari Ny. E, dan Kakek S merupakan ayah dari Ny. E.
Ibu E mengatakan tidak ada masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga besar
tersebut.
5. Suku
Latar belakang budaya yang dianut keluarga Bapak W yaitu budaya Minangkabau
dengan suku Koto. Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa minang. Keluarga
Bapak W berasal dari Padang begitupun Ibu E. Keluarga tidak memiliki kebiasaan yang
bertentangan dengan perilaku kesehatan seperti keyakinan tidak percaya dengan tenaga
kesehatan. Ibu E mengatakan keluarganya pernah menggunakan praktisi/jasa perawatan
kesehatan tradisional seperti yang pernah dilakukan orangtuanya dulu yaitu berobat
kampug (tradisonal) dan Ibu E mengatakan pengobatan tradisional tersebut termasuk
ampuh.
6. Agama
Keluarga Bapak W menganut agama Islam. Tidak ada anggota keluarganya yang berbeda
keyakinan. Keluarga Bapak W yang ikut terlibat dalam kegiatan peribadatan di Masjid
seperti anggota pengajian hanya Nenek Y, anggota keluarga yang lain hanya
menjalankan ibadah wajib di rumah. Keluarga Bapak W yakin bahwa sumber kekuatan
dan kesehatan berasal dari Sang Pencipta (Tuhannya).
7. Status Sosek Keluarga
Keluarga Bapak W merupakan keluarga sejahtera tahap III (KS-III) yang sudah mampu
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial, psikologis, tetapi belum dapat berkontribusi
maksimal terhadap masyarakat, serta berperan aktif dalam lembaga kemasyarakatan.
Bapak W bekerja sebagai karyawan swasta disebuah kantor di Kota Padang (Satpam),
penghasilan yang didapatkan Bapak W dalam sebulan Rp. 1.500.000 dan keluarga
beranggapan bahwa pendapatan tersebut tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya.
Selain Bapak W, Ibu E juga ikut mencari nafkah dengan cara membuka warung/kedai di
samping rumahnya untuk menambah-nambah pendapatan Bapak W. Namun, Ibu E
mengatakan dengan penghasilan yang didapatkan tersebut setidaknya ada sedikit yang
bisa disimpan. Sedangkan, Kakek S sehari-hari beternak puyuh di belakang rumah dan
Nenek Y sehari-hari tidak bekerja dan hanya di rumah membantu Ibu E mengurus rumah.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Bapak W sehari-hari selalu ada di rumah berkumpul dengan seluruh anggota
keluarganya. Namun tidak setiap saat karena pekerjaan Bapak W sistimnya memakai
shift kerja. Kadang Bapak W mendapat shift pagi kadang mendapat shift malam.
Sehingga aktivitas kumpul bersama dengan anak, istri dan mertuanya di malam dan siang
hari untuk makan dan nonton bersama tidak terlaksana secara rutin. Namun, sekali
setahun keluarga Bapak W pergi berlibur atau rekreasi ke Bukittinggi.

II. RIWAYAT & TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Bapak W saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
balita.
2. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga Bapak W pada tahap anak usia balita yang sudah
terpenuhi yaitu membimbing dan mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, memfasilitasi anggota keluarganya sdalam pemenuhan nutrisi, perhatian, kasih
sayang, kesehatan, pengenalan dan pengajaran yang baik pada anaknya, serta
mempersiapkan anaknya untuk bersosialisasi dengan baik pada lingkungan.
Sedangkan tugas perkembangan keluarga Bapak W yang belum terpenuhi yaitu belum
bisanya kedua anaknya bersosialisasi dengan lingkungan, mengikutsertakan anak dalam
penyesuaian diri di komunitas seperti mengikuti PAUD serta mempertahankan kesehatan
anak-anaknya.
3. Riwayat Keluarga Inti
a. Bapak W: ibu E mengatakan bahwa suaminya akhir-akhir ini mengeluh nyeri di perut
bagian bawah kuadran 3 dan kuadran 4. Nyeri muncul tidak dipengaruhi aktivitas,
makanan maupun cuaca. Bapak W hanya istirahat bila nyerinya muncul.
b. Ibu E: ibu E mengatakan tidak memiliki keluhan apapun mengenai kondisi
kesehatannya saat ini.
c. Anak A: ibu E mengatakan anak pertamanya saat ini sedang pilek, namun tidak
disertai demam maupun batuk. Pilek anak A sudah sejak 3 hari yang lalu dan belum
dibawa ibu E pergi berobat karena anak A takut dibawa berobat.
d. Anak M: ibu E mengatakan anak keduanya tidak ada keluhan mengenai kondisi
kesehatannya.
e. Nenek Y: nenek Y mengatakan sejak 5 hari yang lalu sering batuk-batuk di malam
hari, batuk tidak berdahak dan tidak disertai keluhan lainnya. Nenek Y mengatakan
tidak berobat karena puskesmas jauh dan tidak ada transportasi umum untuk ke
puskesmas. Nenek Y hanya banyak minum air putih dan banyak istirahat.
f. Kakek S: kakek S tidak memiliki keluhan apapun terkait kondisi kesehatannya.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
a. Bapak W: ibu E mengatakan bahwa Bapak W memiliki riwayat sakit batu ginjal
(kencing batu) sejak 2 tahun yang lalu, dan pernah dirawat di Rumah Sakit Siti
Rahmah untuk dilakukan tindakan laser. Bapak W sudah 3 kali dirawat dengan sakit
yang sama terakhir kali dirawat bulan November 2017. Selain itu Bapak W memiliki
riwayat sakit asam urat sejak 4 tahun yang lalu, jarang kontrol ke pelayanan
kesehatan dan tidak sedang mengonsumsi obat untuk asam uratnya.
b. Ibu E: ibu E mengatakan tidak memiliki riwayat sakit menular, sakit keturunan,
maupun sakit yang kronis.
c. Anak An: ibu E mengatakan bahwa anak pertamanya memiliki riwayat amandel, ibu
E mengatakan sudah membawa anaknya ke bidan dan klinik dokter untuk diobati
namun tidak ada perkembangan, lalu ibu E dan keluarga membawa anaknya berobat
kampung. Ibu E mengatakan bahwa amandel anak An sembuh sejak berobat ke
dukun kampung. Ibu E mengatakan imunisasi yang didapat anak An hanya HB0
setelah lahir, BCG saat usia 1 bulan, dan DPT-HB1 saat usia 2 bulan. Ibu E
mengatakan setelah diimunisasi DPT-HB1 anaknya demam selama seminggu meski
sudah diberi obat penurun demam dan rewel setiap malam.
d. Anak M: ibu E mengatakan dalam 3 bulan terakhir anaknya tidak ada menderita sakit
apapun kecuali demam dan rewel setelah diimunisasi BCG. Ibu E mengatakan sudah
berusaha menurunkan panas badan anak M dengan kompres dan obat serta banyak
ASI pada anaknya namun sembuhnya lebih dari seminggu. Imunisasi yang baru
didapat anak M yaitu HB0 setelah lahir dan BCG saat usia 1 bulan.
e. Nenek Y: nenek Y mengatakan bahwa dirinya memiliki riwayat hipertensi sejak
tahun 2000. Saat pertama kali menderita hipertensi Nenek Y mengalami sakit kepala
yang hebat, tengkuk terasa berat dan sampai sesak napas. Nenek Y pernah rutin
berobat dan cek tekanan darah ke dokter namun setelah Nenek Y tidak merasakan
gejala hipertensi lagi, Nenek Y memutuskan untuk tidak rutin lagi minum obat dan
cek tekanan darah. Nenek Y minum obat bila sakit kepala muncul.
f. Kakek S: kakek S tidak memiliki riwayat sakit apapun.

III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah Bapak W + 9m x 10 m terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 2 kamar
tidur, 1 ruang dapur, 1 kamar mandi dan satu warung/kedai. Rumah permanen, lantai dari
semen, ventilasi lebih dari 2, 4 jendela kaca dan 5 jendela kayu. Di dalam rumah
pencahayaan dari luar cukup karena ada 4 jendela kaca dekat ruang tamu dan ruang
tengah tempat masuknya cahaya. Untuk sirkulasi udara rumah bagus karena ada ventilasi
dan jendela terbuka tetapi ada anggota keluarga yang merokok di dalam dan di luar
rumah yaitu Bapak W dan Kakek S. Air yang digunakan untuk masak, mencuci dan
mandi sehari-hari adalah air sumur dan air minum dari air galon. Anak A kadang tidak
memakai alas kaki jika keluar rumah.
a. Halaman depan: teras rumah tampak bersih, tidak ada sampah maupun kotoran yang
berserakan. Sedangkan halaman rumah berserakan dedaunan pohon yang jatuh dan
sudah mengering serta kotoran ayam berserakan di halaman dan di samping rumah.
b. Ruang tamu dan ruang tengah: tampak ada tumpukan kain bersih baru selesai dicuci
di sudut ruang tengah, lalu ada ayunan tidur Anak M di antara ruang tamu dan ruang
tengah, dan tampak ada remahan nasi di ruang tengah.
c. Ruang kamar: tampak kasur tempat tidur setiap kamar berbahan kapuk dan dipan
tempat tidur terbuat dari kayu.
d. Dapur: tampak dapur agak gelap karena terletak dibagian belakang rumah dan tidak
banyak cahaya yang masuk karena tidak ada jendela, lalu dapur tampak bersih bila
tidak digunakan dan sedikit berserakan bila keluarga sedang memasak.
e. Kamar mandi: terdapat 1 buah bak mandi dan beberapa ember untuk mencuci, sumur
cincin tanpa penutup dengan mesin pemancing di tepi sumur, lalu ada WC namun
tidak memiliki septic tank dan kotoran yang dibuang langsung ke got di belakang
rumah yang jaraknya + 3 meter dari WC. Air yang digunakan untuk mandi, mencuci,
dan membersihkan makanan yang akan dimasak yaitu air sumur.
f. Warung: terletak tepat di sebelah kamar mandi dan dapur yang tidak dibatasi dengan
tembok maupun triplek.
g. Kandang puyuh: terletak di belakang rumah, terdapat ternak puyuh di dalam kandang,
makanan puyuh berserakan di lantai kandang, dan terlihat kumpulan telur puyuh di
sudut kiri kandang.
G

E
F
D
C

B C

C
Keterangan:
: Pintu
: Jendela Kaca
: Jendela Kayu
: Sumur cincin
: Jalan

2. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW


Keluarga Bapak W tinggal di lingkungan komunitas yang penduduknya rata-rata bekerja
sebagai pedagang dan karyawan kantor. Banyak ditemukan warung/kedai di sepanjang
jalan menuju rumah Bapak W, dan terkadang banyak bapak/ibu yang berkumpul di
warung/kedai tersebut. Keluarga Bapak W kurang aktif dalam kegiatan komunitasnya
karena pembagian jam kerjanya. Terkadang Bapak W dan keluarga hanya ikut kegiatan
gotong royong bersama yang diadakan sekali sebulan di lingkungan RT.
3. Mobilisasi Geografis Keluarga
Keluarga Bapak W tidak pernah pindah rumah. Ibu E dari dulu sudah tinggal di rumah
yang sekarang ditempatinya, begitupun Nenek Y dan Kakek S. Sedangkan Bapak W
tinggal di rumah yang sekarang semenjak menikah dengan Ibu E.
4. Perkumpulan Keluarga & Interaksi Dengan Masyarakat
Bapak W jarang ikut kegiatan masyarakat karena Bapak W sibuk dengan pekerjaannya,
sedangkan Ibu E sibuk mengurus anak dan menjaga warung. Kakek S dan Nenek Y
hanya sering di rumah, terkadang Nenek Y mengikuti pengajian di Masjid. Keluarga
Bapak W cukup jarang berinteraksi secara terus menerus dengan masyarakat. Namun,
Bapak W cukup sering berkumpul dan berinteraksi dengan seluruh anggota keluarganya
setiap hari di rumah.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Bapak W memiliki sistem pendukung kesehatan (jaminan kesehatan) berupa
BPJS kelas II bagi Bapak W, Ibu E, dan Anak A. lalu KIS bagi Kakek S dan Nenek Y.
Keluarga Bapak W kurang memiliki sistem pendukung keluarga yang adekuat untuk
memfasilitasi kebutuhan keluarga dalam mengunjungi pelayanan kesehatan bila sakit.
Karena dari penuturan Nenek Y, bila beliau sakit malas pergi ke puskesmas karena jauh
dan transportasi umum ke puskesmas mahal. Bila Bapak W sedang tidak bekerja, ia yang
mengantarkan pergi berobat dengan sepeda motor, atau bila Kakek S sedang tidak
beternak puyuh, Kakek S yang mengantarkan pergi berobat.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi Bapak W merupakan komunikasi dua arah dan terbuka. Setiap
komunikasi yang terjalin dapat tersampaikan maknanya dengan baik. Selalu ada umpan
balik dalam komunikasi dikeluarga Bapak W. Seluruh anggota keluarga berkomunikasi
dengan baik dalam menyampaikan setiap hal yang perlu dibicarakan sehingga tidak ada
hambatan dan masalah dalam komunikasi antar keluarga.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Sistem kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan di keluarga Bapak W
diambil dan didiskusikan secara bersama dan setiap anggota keluarga selalu terlibat
dalam pengambilan keputusan.
3. Struktur Peran
a. Bapak W: berperan sebagai kepala keluarga, suami bagi istrinya, ayah bagi anak-
anaknya, pencari nafkah, menantu yang menerima nasihat dari mertuanya.
b. Ibu E: berperan sebagai istri yang melayani suami dan mengurus rumah tangga,
sebagai ibu bagi anak-anaknya, dan sebagai anak bagi kedua orangtunya.
c. Anak A: berperan sebagai anak pertama yang masih dalam tahap tumbuh kembang,
penerima kasih sayang dari orangtua dan keluarganya, dan penerima kebutuhan
dasar, serta pemberi kasih sayang dan perhatian pada adiknya.
d. Anak M: berperan sebagai anak kedua yang menerima kebutuhan dasar seperti ASI,
kasih sayang, perhatian dan dilindungi oleh orangtua dan keluarganya.
e. Nenek Y: berperan sebagai nenek bagi cucunya yang menyayangi dan mengajarkan
hal baik, pemberi nasehat dan pengingat hal-hal yang baik pada anak dan mertuanya.
f. Kakek S: berperan sebagai kakek bagi cucunya yang menyayangi dan mengajarkan
hal baik, pemberi nasehat dan pengingat hal-hal yang baik pada anak dan mertuanya,
pencari nafkah untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan istrinya.
Ibu E mengatakan peran-peran tersebut sudah berjalan dengan sendirinya dan dapat
diterima serta tidak ada penyimpangan dari peran-peran keluarga tersebut.
4. Nilai Dan Norma Budaya
Keluarga Bapak W menganut nilai dan norma budaya Minangkabau yang sama yang
berlaku di masyarakat. Tidak ada perbedaan nilai dan norma budaya antar keluarga yang
akan mengakibatkan konflik sosial.

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak W merasa saling menyayangi dan menghargai, serta saling mendukung
sesama anggota keluarga, saling menciptakan kehangatan antar anggota. Ini tergambar
dari perkumpulan dan interaksi dalam keluarga baik. Selain itu Ibu E mengatakan rasa
perhatian dan kasih sayang tersebut tergambar dari pemberian tidak diberikannya
imunisasi karena takut anaknya akan sakit (demam) serta rewel dimalam hari seperti
pengalaman pada anak pertamanya, sehingga pemberian imunisasi DPT-HB dan Polio
tidak dilanjutkan karena reaksi yang timbul setelah diimunisasi.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bapak W memiliki interaksi yang baik dalam keluarganya dan pada orang lain.
Keluarga Bapak W bersosialisasi dengan baik di masyarakat dengan menjalankan norma,
budaya dan perilaku yang berlaku. Hal ini tergambar dari setiap anggota keluarga dan
masyarakat yang saling kenal. Seperti kader posyandu yang tahu dikeluarga Bapak W
ada bayi dan balita yang perlu dibawa ke posyandu.
3. Fungsi Ekonomi
Dalam keluarga Bapak W yang memenuhi fungsi ekonomi keluarga tidak hanya Bapak
W yang bekerja sebagai satpam melainkan Ibu E juga membantu menunjang pendapatan
dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan membuka warung di samping rumahnya.
Selain itu, Kakek S juga beternak puyuh di belakang rumah untuk memenuhi
keutuhannya dan kebutuhan lain di keluarganya.
4. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bapak W memiliki dua orang keturunan, yaitu dua orang anak perempuan yang
masih bayi dan balita. Ibu E mengatakan saat ini memakai KB suntik 3 bulan di klinik
bidan terdekat.
5. Fungsi Perawatan Keluarga
a. Mengenal masalah
Ibu E mengatakan keluarganya kurang mengenal masalah kesehatan seperti
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dampak/akibat, serta faktor persepsi keluarga
terhadap masalah kesehatan. Keluarga Bapak W hanya tahu bahwa keluhan yang
dirasa anggota keluarganya yang sakit merupakan hal yang perlu ditangani segera.
Selain itu keluarga mengatakan tidak tahu masalah apa yang akan timbul bila tidak
memberikan imunisasi pada anaknya, karena keluarga berpendapat bahwa orang
zaman dulu tidak diimunisasi sampai sekarang tidak memiliki masalah kesehatan.
b. Mengambil keputusan yang tepat
Keluarga Bapak W hanya tahu bahwa sifat dan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya yang sakit perlu ditangani segera agar masalah tersebut tidak
semakin parah. Ibu E mengatakan bahwa awalnya keluarga memutuskan untuk
mengimunisasi anaknya karena keluarga tahu imunisasi dapat mencegah penyakit
menular bagi anaknya, namun karena reaksi yang pernah dirasakan anaknya setelah
pemberian imunisasi DPT pada anak pertama, keluarga memutuskan untuk tidak lagi
melanjutkan imunisasi pada anak kedua.
c. Memberikan perawatan pada anggota yang sakit
Keluarga Bapak W belum sepenuhnya tahu bagaimana cara perawatan mandiri yang
dapat dilakukan di rumah pada anggota keluarga yang sakit terkait penyakit yang
dialami. Keluarga hanya tahu cara perawatan dari reaksi imunisasi seperti
memberikan kompres, memberikan banyak ASI dan air putih, serta memberikan obat
penurun panas. Namun, bila tidak sembuh juga keluarga membawa anaknya berobat
alternatif tradisional (ke dukun kampung).
d. Memodifikasi lingkungan
Keluarga belum sepenuhnya mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memelihara suasana rumah yang aman dan nyaman bagi anak-anaknya, seperti pintu
kamar mandi yang selalu terbuka sehingga memudahkan anaknya untuk leluasa
keluar masuk kamar mandi sendiri, sementara di kamar mandi ada sumur cincin tanpa
penutup. Lalu benda-benda beracun seperti obat nyamuk terletak di bawah tempat
tidur beresiko dijangkau dan dimainkan anank-anaknya. Lantai rumah di ruang
tengah terdapat sedikit remahan nasi yang mudah masuk ke mulut anak. Lantai dapur
tampak sedikit basah karena tumpahan air yang beresiko anak maupun orang dewasa
terjatuh karena pencahayaan dapur juga kurang terang. Kebersihan rumah kurang
terjaga karena di lantai rumah terdapat pasir yang terbawa oleh kaki anak An karena
keluar masuk rumah tanpa alas kaki.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga Bapak W belum memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan benar
karena tidak semua anggota keluarganya yang sakit yang dibawa ke fasilitas
kesehatan. Karena saat ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke klinik bidan dan
tidak sembuh, keluarga malah membawa anggota keluarganya yang sakit tersebut
untuk berobat alternatif tradisional (ke dukun kampung).

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek
Ibu E mengkhawatirkan kesehatan anak-anak, suami dan orangtuanya, terlebih suaminya
pernah dirawat di rumah sakit karena kencing batu dan masih sering nyeri di perut
kuadran 3 dan 4 dan menjalar ke pinggang. Sedangkan anak An pernah demam setelah
imunisasi DPT dan lama sembuhnya. Apalagi keluarganya tidak tega melihat anaknya
lebih sering menangis dan rewel setiap malam setelah diimunisasi. Ibu E dan keluarga
ragu akan melanjutkan imunisasi anaknya lagi.
2. Stressor Jangka Panjang
Keluarga Bapak W mengkhawatirkan kelangsungan hidup anggota keluarganya, terutama
anak-anaknya terkait pendidikan dan kesehatan. Bapak W khawatir kalau-kalau
pendapatannya kurang untuk pendidikan anak-anaknya nanti, dan khawatir jika nanti
tidak bisa membawa anaknya berobat bila sakit.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Keluarga Bapak W menyadari bahwa masalah kesehatan keluarganya sangat menjadi
prioritas. Biasanya saat ada yang sakit akan dibawa berobat setelah usaha yang dilakukan
sebelum berobat tidak efektif.
4. Strategi Koping Yang Digunakan
Kemampuan Bapak W dan keluarga dalam mengatasi masalah ialah dengan cara
mencari solusi bersama dari masalah yang dihadapi, dimana solusi tersebut merupakan
solusi terbaik bagi semua anggota keluarganya.
5. Startegi Adaptasi Disfungsional
Tidak ditemukan adanya tanda-tanda strategi adaptasi disfungsional dalam keluarga.

VII. HARAPAN KELUARGA


Keluarga Bapak W berharap agar selalu diberikan kesehatan, mampu beraktivitas sehari-hari
dengan baik dan kedepannya selalu lebih baik untuk seluruh anggota keluarganya.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

Pem. Fis Bp. W Ny. E An. An An. M Ny. Y Tn. S


KU Baik Baik Baik Baik Baik Baik
TD 120/80 mmHg 120/70 mmHg - - 140/90 mmHg 120/80
mmHg
Nadi 78 x/i 73 x/i 102 x/i 110 x/i 86 x/i 80 x/i
RR 20 x/i 20 x/i 30 x/i 36 x/i 22 x/i 22 x/i
Suhu 360C 36.20C 37.40C 370C 36.50C 36.50C
BB/ TB 57kg / 160cm 53kg / 158cm 7 kg/ 96 cm 6.8 kg/ 68 cm 54kg / 157cm 51kg /
159cm
Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
bersih, warna bersih, warna bersih, warna bersih, warna bersih, warna bersih,
hitam, tidak hitam, tidak hitam, tidak hitam, tidak hitam dan warna
rontok, rontok, rontok, rontok, beruban, tidak hitam dan
kekuatan kekuatan kekuatan kekuatan rontok, beruban,
rambut bagus, rambut bagus, rambut bagus, rambut bagus, kekuatan tidak
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada rambut kurang rontok,
benjolan benjolan benjolan benjolan bagus, tidak kekuatan
ada benjolan rambut
bagus,
tidak ada
benjolan
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, ikterik,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada terdapat anemis,
kotoran mata kotoran mata kotoran mata kotoran mata pterigium di tidak ada
sclera mata kotoran
kanan, tidak mata
ada kotoran
mata
Hidung Simetris, Simetris, Simetris, tidak Simetris, Simetris, Simetris,
bersih, tidak bersih, tidak bersih ada bersih, tidak bersih, tidak bersih,
ada sekret, ada sekret, sekret, tidak ada sekret, ada sekret, tidak ada
tidak ada tidak ada ada luka/lesi, tidak ada tidak ada sekret,
luka/lesi, tidak luka/lesi, tidak tidak ada luka/lesi, tidak luka/lesi, tidak tidak ada
ada napas ada napas napas cuping ada napas ada napas luka/lesi,
cuping hidung cuping hidung hidung cuping hidung cuping hidung tidak ada
napas
cuping
hidung
Telinga Ki-ka Ki-ka simetris, Ki-ka simetris, Ki-ka simetris, Ki-ka simetris, Ki-ka
simetris, bersih tidak tampak ada tampak ada bersih tidak simetris,
bersih tidak ada serumen sedikit sedikit ada serumen bersih tidak
ada serumen telinga, serumen serumen telinga, ada
telinga, pendengaran telinga, telinga, pendengaran serumen
pendengaran bagus pendengaran pendengaran bagus telinga,
bagus bagus bagus pendengara
n bagus
Mulut Mulut dan Mulut dan Mulut dan Mulut dan Mulut dan Mulut dan
lidah bersih, lidah bersih, lidah bersih, lidah bersih, lidah bersih, lidah
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir bersih,
lembab, warna lembab, warna lembab,warna lembab, warna lembab, warna mukosa
bibir merah bibr merah bibir merah bibir merah bibir merah bibir
muda muda, tidak muda, tidak muda, tidak muda, tidak lembab,
dibagian ada stomatitis, ada stomatitis, ada stomatitis, ada stomatitis, warna bibir
tengah dan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada merah
kecoklatan caries caries caries caries muda
bagian tepi dibagian
bibir, tidak tengah dan
ada stomatitis, kecoklatan
tidak ada bagian tepi
caries bibir, tidak
ada
stomatitis,
tidak ada
caries
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesulitan keseulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan, menelan, menelan, menelan, menelan, menelan,
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkaka pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengka
n KGB KGB KGB KGB KGB kan KGB
Dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paru- tarikan tarikan dinding tarikan dinding tarikan dinding tarikan dinding tarikan
paru dinding dada, dada, dada, dada, dada, dinding
Pernapasan Pernapasan Pernapasan Pernapasan Pernapasan dada,
vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler, Pernapasan
fremitus ki-ka fremitus ki-ka fremitus ki-ka fremitus ki-ka fremitus ki-ka vesikuler,
sama sama sama sama sama fremitus ki-
ka sama
Jantung Iktus cordis Iktus cordis Iktus cordis Iktus cordis Iktus cordis Iktus cordis
tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak
dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak terlihat dan
teraba teraba teraba teraba teraba tidak teraba
Abdome Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
n distensi distensi distensi distensi distensi distensi
abdomen, abdomen, abdomen, abdomen, abdomen, abdomen,
Bising usus Bising usus bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
normal, nyeri normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal,
tekan pada teraba adanya teraba adanya teraba adanya teraba adanya tidak teraba
kuadran 3 dan massa maupun massa maupun massa maupun massa maupun adanya
4 bawah, tidak pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran massa
teraba adanya organ organ organ organ maupun
massa pembesaran
maupun organ
pembesaran
organ
Eksterm Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
itas kelainan otot kelainan otot kelainan otot kelainan otot kelainan otot kelainan
atau sendi, atau sendi, atau sendi, atau sendi, atau sendi, otot atau
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada sendi,
edema, CRT edema, CRT edema, CRT edema, CRT edema, CRT Tidak ada
<2 detik <2 detik <2 detik, ada <2 detik, ada <2 detik edema,
bekas suntikan bekas suntikan CRT <2
BCG di lengan BCG di lengan detik
kanan kanan
Genitali Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak
a dilakukan dilakukan pembengkakan pembengkakan dilakukan dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan , labia mayora , labia mayora pemeriksaan pemeriksaa
sudah sudah n
menutupi labia menutupi labia
minora minora
ANALISA DATA

No DATA MASALAH PENYEBAB


1 DS
1) Ibu E mengatakan imunisasi yang didapat anak Ketidakefektifan Kurangnya
pertamanya hanya HB0 setelah lahir, BCG saat usia 1 Perilaku Kesehatan pengetahuan
bulan, dan DPT-HB1 saat usia 2 bulan. Keluarga Bapak W keluarga tentang
2) Ibu E mengatakan imunisasi yang baru didapat anak khusunya Bayi M pentingnya
kedua yaitu HB0 setelah lahir dan BCG saat usia 1 pemberian
bulan. imunisasi
3) Ibu E mengatakan takut anaknya akan demam dan
rewel dimalam hari, sehingga tidak memberikan
imunisasi DPT-HB dan Polio karena reaksi yang
timbul setelah diimunisasi.
4) Keluarga mengatakan tidak tahu masalah apa yang
timbul bila tidak memberikan imunisasi pada anaknya,
karena keluarga berpandangan bahwa orang zaman
dulu tidak diimunisasi sampai sekarang tidak ada
masalah kesehatan
5) Ibu E mengatakan anak M demam setelah diimunisasi
BCG dan lama sembuhnya (> seminggu), lalu anak
sering rewel setiap malam
DO
1) Anak pertama Bapak W berusia 2 tahun 5 bulan
2) Anak kedua Bapak W berusia 5 bulan
3) Riwayat imunisasi anak pertama Bapak W hanya HB0,
BCG, dan DPT-HB 1
4) Riwayat imunisasi anak kedua Bapak W baru HB0 dan
BCG
2 DS
1) Ibu E mengatakan anak pertamanya pilek sejak 3 hari Perilaku Kesehatan Pemilihan gaya
yang lalu dan belum dibawa berobat karena anak A Cenderung hidup tidak sehat
takut dibawa berobat Beresiko pada
2) Nenek Y mengatakan sejak 5 hari yang lalu sering Keluarga Bapak W
batuk-batuk di sore dan malam hari, batuk tidak
berdahak dan tidak disertai keluhan lainnya. Nenek Y
mengatakan tidak berobat karena puskesmas jauh dan
tidak ada transportasi umum untuk ke puskesmas.
Nenek Y hanya banyak minum air putih dan banyak
istirahat
3) Nenek Y mengatakan memiliki riwayat hipertensi
sejak tahun 2000 dan tidak rutin kontrol tekanan darah
ke pelayanan kesehatan
4) Keluarga mengatakan pernah berobat alternatif
tradisional (ke dukun kampung) bila berobat dengan
bidan atau dokter tidak sembuh
DO
1) Tampak bagian hidung anak A kotor karena adanya
sekret
2) Nenek Y tampak batuk sambil menutup mulutnya
3) Keluarga belum efektif memanfaatkan fasilitas
kesehatan dalam menangani masalah kesehatan
3 DS
1) Keluarga Bapak W kurang memiliki sistem pendukung Ketidakefektifan Kurang efektifnya
keluarga yang adekuat untuk memfasilitasi kebutuhan manajemen pengambilan
keluarga dalam mengunjungi pelayanan kesehatan bila kesehatan dalam keputusan dalam
sakit keluarga Bapak W keluarga
2) Nenek Y mengatakan bila ia sakit malas pergi ke
puskesmas karena jauh dan transportasi umum ke
puskesmas mahal
3) Keluarga mengatakan orang zaman dulu tidak
diimunisasi sampai sekarang tidak memiliki masalah
kesehatan
DO
1) Pola pemeliharaan kesehatan keluarga tidak adekuat,
seperti pemberian imunisasi tidak lengkap pada anak
A dan anak M, nenek Y tidak rutin kontrol
hipertensinya ke pelayanan kesehatan
2) Persepsi keluarga tentang pemberian imunisasi tidak
begitu penting
4 DS
DO
1) Pencahayaan di dapur kurang terang Hambatan Kurangnya
2) Pintu kamar mandi selalu terbuka sementara ada Managemen Pengetahuan
sumur cincin tanpa penutup di dalamnya Pemeliharaan Keluarga Tentang
3) Ada remahan nasi yang berserakan di ruang tengah Rumah pada Pentingnya
4) Benda beracun (obat nyamuk) terletak di bawah Keluarga Bapak W Pemeliharaan
tempat tidur hingga beresiko mudah dijangkau anak Rumah
5) Banyak sampah daun dan plastik di samping dan di
depan rumah berserakan, serta banyak kotoran hewan
(ayam dan anjing) yang berserakan
6) Sampah dibakar di samping dan di belakang rumah
7) Anak A tampak keluar rumah tanpa memakai alas kaki
dan hanya memakai singlet dan celana dalam
8) Ada anggota keluarga yang merokok di dalam atau di
luar rumah yaitu Bapak W dan Kakek S
5 DS Nyeri Akut pada Kurangnya
1) Ibu E mengatakan bahwa suaminya akhir-akhir ini Bapak W pengetahuan
mengeluh nyeri di perut bagian bawahnya (kuadran 3 keluarga tentang
dan 4). Nyeri muncul tidak dipengaruhi aktivitas, riwayat nefrolitiasis
makanan maupun cuaca. Bapak W hanya istirahat bila
nyerinya muncul.
2) Ibu E mengatakan Bapak W memiliki riwayat kencing
batu sejak 2 tahun yang lalu dan sudah 3 kali dirawat
dengan penyakit yang sama
DO
1) Terdapat nyeri tekan pada kuadran 3 dan 4 bawah,
tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ

PRIORITAS MASALAH

Dx: Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak W khusunya Bayi M berhubungan
dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 3x1 Ibu E mengatakan usia anak M saat ini yaitu 5
- Aktual =3 3 bulan dan imunisasi yang sudah didapat baru
- Risiko =2 =1 HB0 dan BCG. Ibu E mengatakan tidak akan
- Potensial = 1 melanjutkan imunisasi pada anaknya karena
takut akan efek samping imunisasi, keluarga
beranggapan bahwa orang zaman dulu tidak
diimunisasi saat ini tidak memiliki masalah
kesehatan
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Keluarga mau menerima pelaku rawat untuk
diubah 2 mengatasi masalah kesehatan yang dialami
- Tinggi = 2 =1 keluarga sehingga kemungkinan masalah dapat
- Sedang = 1 diaubah sedang
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Keluarga Bapak W perlu dukungan dan
- Mudah =3 3 motivasi yang cukup dalam mengatasi
- Cukup =2 = 0.67 kekhawatiran dari efek samping pemberian
- Tidak dapat = 1 imunisasi agar mau mengimunisasi anaknya
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga setuju masalah dapat dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 3.17

Dx: Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada Keluarga Bapak W berhubungan dengan
Pemilihan Gaya Hidup Tidak Sehat
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 1 1x1 Keluarga Bapak W memiliki beberapa perilaku
- Aktual = 3 3 kesehatan yang berpotensi menimbulkan
- Risiko = 2 = 0.34 masalah kesehatan yang lebih serius
- Potensial = 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang,
diubah 2 karena keluarga tidak setiap saat lengkap bila
- Tinggi = 2 =1 ada kunjungan rumah. Sehingga pemberian
- Sedang = 1 informasi ntang masalah kesehatan kurang
- Rendah = 0 efektif
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Keluarga mau dan cukup menerima masukan
- Mudah =3 3 dan informasi masalah kesehatan yang diberikan
- Cukup =2 = 0.67 agar dapat dicegah
- Tidak dapat = 1
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga setuju masalah dapat dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 2.51
Dx: Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga Bapak W berhubungan dengan Kurang
Efektifnya Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 1x1 Manajemen kesehatan pada keluarga Bapak W
- Aktual = 3 3 tidak efektif karena beberapa masalah kesehatan
- Risiko = 2 = 0.34 tidak dimanajemen dengan baik sehingga
- Potensial = 1 bepotensi mendapat masalah yang lebih banyak
lagi
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang,
diubah 2 karena keluarga butuh informasi tentang
- Tinggi = 2 =1 kesehatan agar bisa memanajemen masalah
- Sedang = 1 dengan baik
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Keluarga Bapak W mau dan bersedia mencegah
- Mudah =3 3 akibat dari manajemen kesehatan yang tidak
- Cukup =2 = 0.67 efektif dikeluarganya sehingga cukup pemberian
- Tidak dapat = 1 informasi kesehatan
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga setuju masalah dapat dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 2.51

Dx: Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Bapak W berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 2x1 Keluarga Bapak W tidak sepenuhnya menyadari
- Aktual = 3 3 masalah yang akan timbul dari kurangnya
- Risiko = 2 = 0.5 perhatian keluarga tentang pemeliharaan rumah
- Potensial = 1 yang adekuat sehingga beresiko muncul
masalah baru akibat hambatan pemeliharaan
rumah
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang
diubah 2 karena keluarga perlu diingatkan dan dilatih
- Tinggi = 2 =1 untuk terbiasa memelihara rumah agar aman dan
- Sedang = 1 nyaman
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Potensi masalah untuk dicegah pada keluarga
- Mudah =3 3 Bapak B cukup bisa dicegah dengan pemberian
- Cukup =2 = 0.67 penyuluhan tentang pentingnya pemeliharaan
- Tidak dapat = 1 rumah
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga Bapak W setuju masalah dapat
- Masalah dirasakan, dan perlu 2 dirasakan
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 2.67

Dx: Nyeri Akut pada Bapak W berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Riwayat Nefrolitiasis

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 3x1 Bapak B mengeluh nyeri di perut bagian
- Aktual = 3 3 bawahnya dan masih dirasakan akhir-akhir ini.
- Risiko = 2 =1 Nyeri tersebut muncul tidak dipengaruhi
- Potensial = 1 aktivitas, cuaca dan makanan
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang,
diubah 2 karena keluarga butuh informasi tentang
- Tinggi = 2 =1 kesehatan agar bisa memanajemen masalah
- Sedang = 1 dengan baik
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Potensial masalah untuk dicegah cukup dengan
- Mudah =3 3 pendidikan kesehatan untuk pola hidup yang
- Cukup =2 = 0.67 sehat
- Tidak dapat = 1
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga setuju masalah dapat dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 3.17
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak W khususnya Bayi M


berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemberian
Imunisasi
2. Nyeri Akut pada Bapak W berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang
Riwayat Nefrolitiasis
3. Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Bapak W berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah
4. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko pada Keluarga Bapak W berhubungan dengan
Pemilihan Gaya Hidup Tidak Sehat
5. Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga Bapak W berhubungan dengan
Kurang Efektifnya Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

Ketidakefektif Setelah dilakukan Setelah dilakukan


an Perilaku tindakan intervensi keperawatan
Kesehatan intervensi selama 1 x 30 menit pada
pada Keluarga keperawatan kunjungan pertama
Bapak W selama 2 x 30 keluarga mampu:
khususnya menit selama 2
Bayi M kali kunjungan, 1. Mengenal Masalah Keluarga mampu Imunisasi adalah :
Dengan mengggunakan lembar
a. Menjelaskan menyebutkan pengertian
berhubungan keluarga mampu balik dan leaflet :
pengertian imunisasi secara ringkas: Usaha memberikan
dengan mengenal imunisasi
Kurangnya pentingnya kekebalan pada bayi dan 1. Gali pengetahuan keluarga
Imunisasi adalah usaha anak dengan memasukkan tentang pengertian imunisasi
Pengetahuan pemberian memberikan kekebalan vaksin ke dalam tubuh agar 2. Jelaskan pada keluarga tentang
Keluarga imunisasi pada bayi dan anak untuk tubuh membuat zat anti pengertian imunisasi
Tentang 3. Beri kesempatan pada keluarga
mencegah terhadap untuk mencegah terhadap
Pentingnya penyakit tertentu. untuk bertanya
Pemberian penyakit tertentu. 4. Bantu keluarga untuk
Imunisasi mengulangi apa yang telah
didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

Keluarga mampu Tujuan imunisasi : 1) Gali pengetahuan keluarga


b. Menjelaskan
tentang tujuan imunisasi
tujuan imunisasi menyebutkan 2 dari 3
1. Menurunkan angka 2) Jelaskan pada keluarga tentang
tujuan imunisasi : tujuan imunisasi
kesakitan, kematian
akibat Penyakit yang 3) Beri kesempatan pada keluarga
1. Mencegah penyakit
Dapat Dicegah dengan untuk bertanya
tertentu dari
Imunisasi (PD3I) 4) Bantu keluarga untuk
seseorang
2. Mencegah penyakit mengulangi apa yang telah
2. Menurunkan angka
tertentu dari seseorang didiskusikan atau dijelaskan
kesakitan dan 3. Menghilangkan 5) Beri reinforcement positif atas
kematian penyakit tertentu pada perilaku yang benar
sekelompok masyarakat
Keluarga mampu
c. Menjelaskan menyebutkan 4 dari 5 Jenis–Jenis Imunisasi Dasar 1. Gali pengetahuan keluarga
jenis-jenis jenis imunisasi : yaitu sbb : tentang jenis-jenis imunisasi
imunisasi 2. Jelaskan pada keluarga tentang
Imunisasi Dasar yaitu sbb a. Imunisasi BCG jenis-jenis imunsasi
: b. Imunisasi DPT-HB-Hib 3. Beri kesempatan pada keluarga
c. Imunisasi Hepatitis B untuk bertanya
a. Imunisasi BCG d. Imunisasi Polio 4. Bantu keluarga mengulangi apa
b. Imunisasi DPT e. Imunisasi Campak yang telah didiskusikan atau
c. Imunisasi Polio dijelaskan
d. Imunisasi Campak 5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
Keluarga mampu
d. Menjelaskan 1. Gali pengetahuan keluarga
menyebutkan 3 dari 5 Reaksi Setelah Imunisasi :
reaksi setelah tentang reaksi setelah
diimunisasi reaksi setelah diimunisasi
a. BCG: 2-6 minggu diimunisasi
: 2. Jelaskan pada keluarga tentang
setelah imunisasi BCG
a. BCG: timbul bisul reaksi setelah diimunsasi
timbul bisul kecil lalu
kecil lalu menyembuh 3. Beri kesempatan pada keluarga
menyembuh secara
secara perlahan. untuk bertanya
perlahan.
b. Hepatitis B: 4. Bantu keluarga mengulangi apa
b. DPT-HB-HIB: Reaksi
kemerahan dan yang telah didiskusikan atau
lokal sementara, seperti
pembengkakan di dijelaskan
bengkak, nyeri,
sekitar tempat 5. Beri reinforcement positif atas
kemerahan pada lokasi
penyuntikan. perilaku yang benar
suntikan, disertai
c. Campak: demam
demam
ringan dan kemerahan
c. Hepatitis B: Reaksi
di sekitar lokasi
lokal nyeri, kemerahan
penyuntikan.
dan pembengkakan di
sekitar tempat
penyuntikan.
d. Polio: tidak ada efek
samping.
e. Campak: Efeknya
demam ringan dan
kemerahan selama 3
hari di sekitar lokasi
penyuntikan

Keluarga mampu
e. Menjelaskan menyebutkan 1 dari 3 Faktor yang mempengaruhi 1. Gali pengetahuan keluarga
faktor yang tentang faktor yang
faktor yang imunisasi :
mempengaruhi mempengaruhi imunisasi
imunisasi mempengaruhi imunisasi : 2. Jelaskan pada keluarga tentang
a. Sistem imun pejamu
b. Faktor genetik pejamu faktor yang mempengaruhi
1. Sistem imun imunisasi
c. Kualitas dan kuantitas
vaksin 3. Beri kesempatan pada keluarga
untuk bertanya
4. Bantu keluarga mengulangi apa
yang telah didiskusikan atau
dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
2. Mengambil
Keputusan yang Tepat
a. Menjelaskan Keluarga mampu Akibat bayi tidak 2. Gali pengetahuan keluarga
akibat tidak menyebutkan 5 dari 7 diimunisasi : anak beresiko tentang faktor yang
diimunisasi akibat bayi tidak terserang mempengaruhi imunisasi
3. Jelaskan pada keluarga tentang
diimunisasi : anak
a. Sakit TBC faktor yang mempengaruhi
beresiko terserang imunisasi
b. Sakit Hepatitis
c. Sakit Polio 4. Beri kesempatan pada keluarga
a. Sakit TBC
d. Sakit Difetri untuk bertanya
b. Sakit Hepatitis
e. Sakit Tetanus 5. Bantu keluarga mengulangi apa
c. Sakit Polio
f. Sakit Pertusis yang telah didiskusikan atau
d. Sakit Tetanus
g. Sakit Campak dijelaskan
e. Sakit Campak
6. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

b. Mengungkapkan Keluarga mampu Alternatif pemecahan 1. Motivasi keluarga untuk


mengambil memutuskan alternatif masalah : memutuskan membawa Bayi
keputusan untuk yang harus diambil : untuk imunisasi
mengimunisasi 1. Membawa Bayi 2. Memberikan motivasi atau
bayi 1. Membawa Bayi imunisasi dukungan pada keluarga dalam
imunisasi memilih alternatif
3. Beri reinforcement positif atas
pilihan yang tepat
3. Melakukan Perawatan
di Rumah
a. Menjelaskan Keluarga mampu Cara perawatan bayi Dengan mengggunakan lembar
kembali cara menyebutkan 3 dari 5 dengan reaksi yang timbul balik dan leaflet :
perawatan reaksi cara perawatan bayi setelah diimunisasi :
yang timbul dengan reaksi yang timbul 1. Gali pengetahuan keluarga
setelah 1. Memberikan banyak tentang efek samping imunisasi
setelah diimunisasi :
diimunisasi cairan (ASI) 2. Memberi tahu orang tua tentang
2. Tidak menggunakan kemungkinan reaksi yang
1. Memberikan banyak
bedong atau selimut timbul setelah diimunisasi
cairan (ASI)
tebal (gunakan pakaian 3. Beri kesempatan pada keluarga
2. Tidak menggunakan
yang tipis namun untuk bertanya
bedong atau selimut
menyerap keringat) 4. Bantu keluarga untuk
tebal (gunakan
3. Kompres menggunakan mengulangi apa yang telah
pakaian yang tipis
air hangat didiskusikan atau dijelaskan
namun menyerap
4. Berikan kompres hangat 5. Beri reinforcement positif atas
keringat)
untuk mengurangi perilaku yang benar
3. Kompres
menggunakan air pembengkakan pasca
hangat suntikan
5. Jika panas tidak turun
juga konsultasi dengan
dokter untuk diberi
penanganan

b. Mendemonstrasik 1. Diskusikan dengan keluarga


Keluarga mampu Keluarga
an cara perawatan untuk melakukan kompres
reaksi yang mendemontrasikan cara mendemontrasikan cara
2. Demontrasikan pada keluarga
timbul setelah perawatan reaksi yang perawatan perawatan reaksi :
diimunisasi timbul setelah yang timbul setelah a. Menyiapkan air hangat
diimunisasi: diimunisasi : untuk kompres penurun
suhu tubuh dan
a. Menyiapkan air a. Menyiapkan air hangat mengkompres bagian
hangat untuk kompres untuk kompres bengkak pasca imunisasi.
penurun suhu tubuh penurun suhu tubuh b. Menggunakan pakaian
dan mengkompres dan mengkompres yang tipis namun
bagian bengkak pasca bagian bengkak pasca menyerap keringat
imunisas imunisasi 3. Beri kesempatan pada
b. Menggunakan pakaian b. Menggunakan pakaian keluarga untuk bertanya
yang tipis namun yang tipis namun 4. Bantu keluarga untuk
menyerap keringat menyerap keringat mengulangi apa yang telah
didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1 x 30 menit pada
kunjungan kedua keluarga
mampu:

4. Modifikasi
Lingkungan
a. Menjelaskan Keluarga mampu Cara memelihara 1. Diskusikan dengan keluarga
lingkungan yang cara memelihara lingkungan
menerapkan 3 dari 4 cara lingkungan yang aman:
aman dan tenang yang nyaman dan tenang bagi
bagi bayi memelihara lingkungan
a. Tempat tidur bayi
yang aman:
dipindahkan ke dekat 2. Motivasi keluarga untuk
a. Penerangan rumah jendela memodifikasi lingkungan
cukup b. Penerangan cukup 3. Melakukan kunjungan yang
b. Ventilasi cukup dan c. Ventilasi cukup dan tidak direncanakan untuk
memadai memadai mengevaluasi kemampuan
c. Kebersihan d. Kebersihan lingkungan keluarga dalam memelihara
lingkungan rumah rumah terjaga dari lingkungan yang aman bagi
terjaga dari kotoran kotoran bayi
4. Beri reinforcement positif atas
hal yang benar yang dilakukan
keluaraga
5. Memanfaatkan
Fasilitas Kesehatan
a. Menjelaskan
fasilitas kesehatan
yang bisa Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1. Gali penegtahuan keluarga
digunakan memanfaatkan 2 dari 4 digunakan : tentang fasilitas kesehatan dan
contoh fasilitas yang manfaat pelayanan kesehatan
a. Posyandu 2. Diskusikan dengan keluarga
dapat digunakan:
b. Puskesmas tentang fasilitas kesehatan dan
a. Posyandu c. Klinik bidan/dokter manfaat pelayanan kesehatan
b. Puskesmas d. Rumah sakit 3. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memilih pelayanan
Manfaat: memberikan kesehatan
b. Menjelaskan Keluarga mengunjungi informasi tentang 4. Motivasi keluarga untuk
manfaat memanfaatkan pelayanan
fasilitas kesehatan secara imunisasi, cara perawatan
menggunakan kesehatan secara rutin
rutin reaksi setelah diimunisasi
fasilitas kesehatan 5. Beri reinforcemet positif atas
prilaku yang benar

Nyeri Akut Setelah dilakukan Setelah dilakukan


pada Bapak W tindakan intervensi keperawatan
berhubungan intervensi selama 1 x 30 menit pada
dengan keperawatan kunjungan ketiga,
Kurangnya selama 2 x 30 keluarga mampu:
Pengetahuan menit selama 2
Keluarga kali kunjungan, 1. Mengenal Masalah Keluarga mampu Nyeri adalah keadaan tidak Dengan mengggunakan lembar
a. Menjelaskan
Tentang keluarga mampu menyebutkan pengertian menyenangkan yang balik dan leaflet
pengertian nyeri
Riwayat mengenal nyeri nyeri secara ringkas: nyeri merupakan suatu
Nefrolitiasis adalah suatu perasaan mekanisme bagi tubuh yang 1. Gali pengetahuan keluarga
tentang pengertian nyeri
menderita secara fisik dan timbul oleh reaksi fisik,
2. Jelaskan pada keluarga
mental. fisiologis maupun tentang pengertian nyeri
emosional. 3. Beri kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
4. Bantu keluarga untuk
mengulangi apa yang telah
didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

Keluarga mampu Faktor penyebab nyeri 1. Gali pengetahuan keluarga


menyebutkan 3 dari 6 tentang faktor penyebab nyeri
b. Menjelaskan penyebab nyeri: 1. Usia 2. Jelaskan pada keluarga
faktor penyebab 2. Trauma jaringan tentang faktor penyebab nyeri
nyeri 1. Usia 3. Penyakit 3. Beri kesempatan pada
2. Penyakit 4. Stress dan cemas keluarga untuk bertanya
3. Peradangan 5. Penyembitan atau 4. Bantu keluarga untuk
penyumbatan vaskuler mengulangi apa yang telah
6. Inflamasi didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

c. Menjelaskan Keluarga mampu


klasifikasi nyeri Klasifikasi nyeri 1. Gali pengetahuan keluarga
menyebutkan 2 dari 4
tentang klasifikasi nyeri
klasifikasi nyeri: 1. Nyeri akut 2. Jelaskan pada keluarga
2. Nyeri kronis tentang klasifikasi nyeri
1. Nyeri akut 3. Nyeri nosiseptif
2. Nyeri kronis 3. Beri kesempatan pada
4. Nyeri neuropatik keluarga untuk bertanya
4. Bantu keluarga untuk
mengulangi apa yang telah
didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
2. Mengambil
Keputusan yang Tepat
a. Keluarga Keluarga mampu Cara mencegah nyeri dan 1. Gali pengetahuan keluarga
mengungkapkan menyebutkan 5 dari 8 cara faktor risiko: tentang cara mencegah nyeri
akan mengambil mencegah timbulnya dan faktor risiko
keputusan yang 1. Batasi konsumsi 2. Jelaskan pada keluarga
nyeri dan faktor risiko
tepat untuk vitamin C dan D tentang cara mencegah nyeri
mencegah nyeri: 2. Kembangkan pola dan faktor risiko
timbulnya nyeri hidup aktif 3. Beri kesempatan pada
dan faktor risiko 1. Kembangkan pola 3. Tidak terlalu banyak keluarga untuk bertanya
nyeri hidup aktif beraktivitas berat 4. Bantu keluarga untuk
2. Tidak terlalu banyak 4. Kurangi konsumsi mengulangi apa yang telah
beraktivitas berat garam didiskusikan atau dijelaskan
3. Kurangi konsumsi 5. Konsumsi banyak 5. Beri reinforcement positif atas
garam cairan minimal 2 liter perilaku yang benar
4. Konsumsi banyak sehari
cairan minimal 2 6. Mengurangi makanan
liter sehari yang tinggi kadar
5. Mengurangi asam uratnya
makanan yang tinggi 7. Perbanyak konsumsi
kadar asam uratnya makanan yang
mengandung
magnesium dan
vitamin B6
8. Batasi konsumsi
makanan yang
mengandung tinggi
kalsium
3. Melakukan Perawatan
a. Menjelaskan cara Keluarga mampu Cara mengatasi nyeri:
mengatasi nyeri menyebutkan 1 dari 2 cara 1. Gali pengetahuan keluarga
1. Non Farmakologis tentang cara mengatasi nyeri
mengatasi nyeri:
(teknik relaksasi napas 2. Jelaskan pada keluarga
dalam, imajinasi tentang cara mengatasi nyeri
1. Dengan obat-obatan
terbimbing, teknik 3. Beri kesempatan pada
distraksi, hypnosis, keluarga untuk bertanya
kompres hangat) 4. Bantu keluarga untuk
2. Farmakologis (obat- mengulangi apa yang telah
obatan) didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
b. Mendemonstrasik Keluarga mampu Cara mengatasi nyeri 1. Diskusikan dengan keluarga
an pada keluarga mendemonstrasikan cara dengan teknik non untuk melakukan kompres
cara mengatasi mengatasi nyeri dengan farmakologis hangat dan teknik napas dalam
nyeri dengan cara 2. Demontrasikan pada keluarga
cara memberikan kompres
memberikan 1. Kompres hangat: :
kompres hangat hangat dan relaksasi a. Menyiapakan air hangat
siapkan air panas yang
dan teknik napas dalam: dalam satu botol yang
dicampur air biasa
relaksasi napas agar menjadi air dibalut dengan kain/handuk
dalam 1. Menyiapkan air untuk dikompres pada
hangat dalam satu
hangat dalam satu bagian yang dirasa nyeri,
botol, lalu lapisi botol
botol lalu lapisi botol lakukan selama 15 menit
tersebut dengan
tersebut dengan kain, dan ulangi beberapa kali
kain/handuk, dan
setelah itu kompres b. Melakukan teknik napas
kompres bagian nyeri
bagian yang nyeri dalam dengan cara menarik
dengan botol dibalut
2. Lakukan teknik napas yang dalam melalui
kain tersebut selama
napas dalam dengan hidung, tahan beberapa
15 menit dan diulangi
cara menarik napas detik kemudian hembuskan
hingga beberapa kali
yang dalam melalui keluar melalui mulut.
2. Teknik napas dalam:
hidung, lalu tahan Lakukan beberapa kali
tarik napas yang
beberapa detik hingga nyeri dirasa
dalam melalui hidung,
kemudian berkurang
tahan beberapa detik
hembuskan keluar 3. Beri kesempatan pada
lalu hembuskan keluar
dari mulut keluarga untuk bertanya
melalui mulut.
Lakukan beberapa kali 4. Bantu keluarga untuk
hingga nyeri dirasa mengulangi apa yang telah
berkurang didiskusikan atau dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1 x 30 menit pada
kunjungan kedua keluarga
mampu:

4. Memodifikasi
Lingkungan
a. Menjelaskan
lingkungan yang Keluarga mampu Cara memelihara
aman dan menerapkan 3 dari 4 cara lingkungan rumah yang
nyaman bagi memelihara lingkungan nyaman dan aman 1. Diskusikan dengan keluarga
anggota keluarga cara memelihara lingkungan
yang nyaman dan aman
1. Tempatkan barang- yang nyaman dan aman
barang dalam tempat 2. Motivasi keluarga untuk
1. Tempatkan barang-
yang mudah dijangkau memodifikasi lingkungan
barang dalam tempat
2. Atur pencahayaan 3. Melakukan kunjungan yang
yang mudah
rumah terang tidak direncanakan untuk
dijangkau
3. Lantai tidak licin mengevaluasi kemampuan
2. Pencahayaan rumah
4. Pelihara kebersihan keluarga dalam memelihara
terang
rumah dari debu dan lingkungan yang nyaman dan
3. Lantai tidak licin
kotoran aman
4. Beri reinforcement positif atas
hal yang benar yang dilakukan
keluaraga
5. Memanfaatkan
Fasilitas Kesehatan
a. Menjelaskan
fasilitas
kesehatan yang Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1. Gali penegtahuan keluarga
bisa digunakan memanfaatkan 2 dari 3 digunakan : tentang fasilitas kesehatan dan
contoh fasilitas yang manfaat pelayanan kesehatan
a. Puskesmas 2. Diskusikan dengan keluarga
dapat digunakan:
b. Klinik tentang fasilitas kesehatan dan
a. Puskesmas c. Rumah sakit manfaat pelayanan kesehatan
b. Rumah sakit 3. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memilih pelayanan
kesehatan
b. Menjelaskan Keluarga mengunjungi Manfaat: memberikan 4. Motivasi keluarga untuk
manfaat memanfaatkan pelayanan
fasilitas kesehatan secara informasi tentang cara
menggunakan kesehatan secara rutin
rutin mencegah dan mengatasi
fasilitas 5. Beri reinforcement positif atas
nyeri prilaku yang benar
kesehatan
Hambatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
Managemen tindakan intervensi keperawatan
Pemeliharaan intervensi selama 1 x 30 menit pada
Rumah pada keperawatan kunjungan kelima,
Keluarga selama 1 x 30 keluarga mampu:
Bapak W menit selama 2
berhubungan kali kunjungan, 1. Mengenal Masalah
Keluarga mampu Masalah pemeliharaan 1. Identifikasi bersama keluarga
a. Mengidentifikasi tentang masalah pemeliharaan
dengan keluarga mampu mengidentifikasi masalah rumah:
masalah rumah
Kurangnya mengenal pemeliharaan pemeliharaan rumah:
Pengetahuan masalah 1. Pencahayaan di dapur 2. Diskusikan bersama keluarga
rumah
1. Pencahayaan rumah kurang terang tentang masalah pemeliharaan
Keluarga hambatan
kurang 2. Pintu kamar mandi rumah
Tentang pemeliharaan selalu terbuka 3. Beri kesempatan pada keluarga
2. Pintu kamar mandi
Pentingnya rumah selalu terbuka 3. Ada remahan nasi untuk bertanya
Pemeliharaan 3. Pembakaran sampah yang berserakan di 4. Bantu keluarga mencari solusi
Rumah di samping rumah ruang tengah tentang apa yang telah
4. Remahan nasi 4. Benda beracun (obat didiskusikan atau dijelaskan
berserakan di lantai nyamuk) terletak di 5. Beri reinforcement positif atas
rumah bawah tempat tidur perilaku yang benar
5. Benda beracun (obat 5. Banyak sampah daun
nyamuk) terletak di dan plastik di samping
bawah tempat tidur dan di depan rumah
berserakan, serta
banyak kotoran hewan
(ayam dan anjing)
yang berserakan
6. Sampah dibakar di
samping dan di
belakang rumah
7. Anak A keluar rumah
tanpa memakai alas
kaki
8. Ada anggota keluarga
yang merokok di
dalam atau di luar
rumah
2. Mengambil
Keputusan yang Tepat
a. Menyatakan Keluarga mampu Dampak dari situasi 1. Gali pengetahuan keluarga
kesadaran menyebutkan lingkungan rumah yang tentang dampak dari lingkungan
terhadap situasi kesadarannya akan tidak adekuat: anak-anak rumah yang tidak adekuat
rumah yang tidak 2. Jelaskan pada keluarga tentang
dampak yang timbul dari mudah terserang penyakit
adekuat dampak dari lingkungan rumah
situasi lingkungan rumah seperti; yang tidak adekuat
yang tidak adekuat. 3. Beri kesempatan pada keluarga
1. Diare karena kebiasaan
untuk bertanya
anak A keluar rumah
4. Bantu keluarga mencari solusi
tanpa alas kaki dan
tentang apa yang telah
2. Masalah kesehatan
didiskusikan atau dijelaskan
lainnya seperti tertelan
5. Beri reinforcement positif atas
benda kecil dan tajam,
perilaku yang benar
termakan benda beracun
(obat nyamuk) dan
remahan nasi
3. Terpapar asap rokok
dan asap pembakaran
sampah yang berisiko
memicu terjadinya
ISPA
4. Risiko terjatuh dan
cedera akibat lantai licin
dan pintu kamar mandri
selalu terbuka
b. Mengungkapkan
akan menciptakan Keluarga mampu
lingkungan rumah menyebutkan 5 dari 7 cara Ciptakan lingkungan rumah 1. Gali pengetahuan keluarga
yang adekuat menciptakan lingkungan yang adekuat dengan cara tentang cara menciptakan
lingkungan rumah yang adekuat
rumah yang adekuat
1. Menutup pintu kamar 2. Jelaskan pada keluarga tentang
dengan cara: cara menciptakan lingkungan
mandi
2. Tidak membakar rumah yang adekuat
1. Menutup pintu kamar
sampah di samping 3. Beri kesempatan pada keluarga
mandi
rumah untuk bertanya
2. Tidak membakar
4. Motivasi keluarga tentang apa
sampah di samping 3. Tidak merokok di
rumah dalam rumah yang telah didiskusikan atau
3. Tidak merokok di 4. Meletakkan benda- dijelaskan
dalam rumah benda kecil, tajam dan 5. Beri reinforcement positif atas
4. Meletakkan benda- beracun jauh dari perilaku yang benar
benda kecil, tajam dan jangkauan anak
beracun jauh dari 5. Membersihkan rumah
jangkauan anak dari debu, kotoran, dan
5. Membersihkan rumah remahan nasi
dari debu, kotoran, 6. Selalu mengingatkan
dan remahan nasi anak An untuk
menggunakan alas kaki
jika bermain di luar
rumah
7. Menyediakan
pencahayaan yang
bagus di setiap ruangan
rumah
3. Melakukan Perawatan
a. Mendemonstrasik
an cara Keluarga mampu Demonstrasi cara 1. Diskusikan dengan keluarga
melakukan tugas mendemonstrasikan 5 dari melakukan tugas perawatan untuk melakukan tugas
perawatan rumah 7 cara melakukan tugas rumah perawatan rumah
2. Demontrasikan bersama
perawatan rumah
1. Menjaga kebersihan keluarga cara melakukan tugas
1. Menjaga kebersihan rumah dari debu, perawatan rumah
rumah dari debu, kotoran, dan remahan 3. Beri kesempatan pada keluarga
kotoran, dan nasi dengan cara untuk bertanya
remahan nasi dengan menyapu rumah 4. Bantu keluarga untuk
cara menyapu rumah 2. Membuang sampah di mengulangi apa yang telah
2. Membuang sampah TPU dan tidak didiskusikan atau dijelaskan
di TPU dan tidak membakar sampah di 5. Beri reinforcement positif atas
membakar sampah samping rumah perilaku yang benar
di samping rumah 3. Menyediakan
3. Menyediakan pencahayaan rumah
pencahayaan rumah yang terang dengan
yang terang dengan cara memindahkan
cara memindahkan benda yang
benda yang menghalang cahaya
menghalang cahaya masuk rumah atau
masuk rumah atau menghidupkan lampu
menghidupkan 4. Tidak merokok di
lampu dalam rumah
4. Mengingatkan anak 5. Meletakkan benda-
An untuk selalu benda kecil, tajam,
memakai alas kaki dan beracum di tempat
jika keluar rumah yang aman dan jauh
5. Tidak merokok di dari jangkauan anak
dalam rumah. 6. Menutup pintu kamar
mandi
7. Mengingatkan dan
memakaikan anak An
alas kaki jika bermain
di luar rumah
4. Memodifikasi Keluarga mampu Menerapkan cara 1. Diskusikan dengan keluarga
Lingkungan menerapkan 5 dari 7 cara memodifikasi lingkungan cara memelihara lingkungan
memodifikasi lingkungan rumah yang nyaman dan yang nyaman dan aman
2. Motivasi keluarga untuk
rumah yang nyaman dan aman:
memodifikasi lingkungan
aman:
1. Tutup pintu kamar 3. Melakukan kunjungan yang
mandi tidak direncanakan untuk
1. Tutup pintu kamar
2. Tidak membakar mengevaluasi kemampuan
mandi
sampah di samping keluarga dalam memelihara
2. Tidak membakar
rumah lingkungan yang nyaman dan
sampah di samping
3. Tidak merokok di aman
rumah
dalam rumah 4. Beri reinforcement positif atas
3. Tidak merokok di
4. Meletakkan benda- hal yang benar yang dilakukan
dalam rumah
benda kecil, tajam dan keluaraga
4. Meletakkan benda-
benda kecil, tajam dan beracun jauh dari
beracun jauh dari jangkauan anak
jangkauan anak 5. Membersihkan rumah
5. Membersihkan rumah dari debu, kotoran, dan
dari debu, kotoran, remahan nasi
dan remahan nasi 6. Memakaikan alas kaki
pada anak A jika
bermain di luar rumah
7. Menyediakan
pencahayaan yang
bagus di setiap ruangan
rumah
5. Memanfaatkan
Fasilitas Kesehatan
a. Menjelaskan
fasilitas
kesehatan yang Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1. Gali penegtahuan keluarga
dapat digunakan memanfaatkan 2 dari 3 digunakan : tentang fasilitas kesehatan dan
contoh fasilitas yang manfaat pelayanan kesehatan
a. Puskesmas 2. Diskusikan dengan keluarga
dapat digunakan:
b. Klinik tentang fasilitas kesehatan dan
a. Puskesmas c. Rumah sakit manfaat pelayanan kesehatan
b. Rumah sakit 3. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memilih pelayanan
kesehatan
b. Menjelaskan Keluarga mengunjungi Manfaat: memberikan 4. Motivasi keluarga untuk
manfaat informasi tentang cara memanfaatkan pelayanan
fasilitas kesehatan secara
menggunakan kesehatan secara rutin
rutin mencegah dan mengatasi
fasilitas 5. Beri reinforcement positif atas
masalah kesehatan prilaku yang benar
kesehatan
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Implementasi Evaluasi TT/Tgl/Waktu
Keperawatan
TUK 1 S: Kunjungan 1
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang Ibu E dan keluarga mengatakan sudah mulai tau tentang 3 April 2018
pengertian imunisasi yaitu usaha memberikan pengertian, tujuan, jenis-jenis, reaksi yang timbul dan faktor Pukul 14.00
kekebalan pada bayi dan anak untuk mencegah yang mempengaruhi imunisasi WIB
terhadap penyakit tertentu O:
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan pengertian
tujuan imunisasi yaitu mencegah penyakit imunisasi
tertentu pada seseorang, menurunkan angka - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 1 dari 2 tujuan
kesakitan dan kematian imunisasi
Ketidakefektifan 3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang jenis- - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 jenis
Perilaku Kesehatan jenis imunisasi dasar yaitu imunisasi BCG, imunisasi
pada Keluarga Bapak Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 2 dari 5 reaksi
W khusunya Bayi M 4. Mendiskusikan dengan keluarga tentang reaksi yang timbul setelah anak diimunisasi
berhubungan dengan yang timbul setelah diimunisasi yaitu BCG; - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 faktor
Kurangnya timbul bisul atau bengkak dibekas injeksi yang mempengaruhi imunisasi
Pengetahuan Keluarga vaksin, DPT-HB; demam, Polio; tidak ada, A:
Tentang Pentingnya Campak; demam Masalah teratasi sebagian
Pemberian Imunisasi 5. Mendiskusikan dengan keluarga tentang faktor P:
yang mempengaruhi imunisasi yaitu sistem Intervensi dilanjutkan
imun, faktor genetik pejamu, kualitas dan
kuantitas vaksin
6. Mengevaluasi kembali pengetahuan keluarga
tentang imunisasi
7. Memberikan kesempatan bertanya pada
keluarga
8. Memberikan reinforcement positif pada
keluarga
TUK 2 S: Kunjungan 1
1. Menjelaskan pada keluarga tentang akibat Ibu E dan keluarga mengatakan mengerti dengan apa yang 3 April 2018
tidak diimunisasi yaitu anak beresiko terserang telah disampaikan Pukul 14.00
sakit TBC, sakit Hepatitis B, sakit Difteri, O: WIB
sakit Pertusis (batuk rejan), sakit Tetatus, Ibu E dan keluarga tampak mengerti dan mampu mengulang
sakit, Polio, sakit Campak kembali apa akibat bila anak tidak diimunisasi
2. Memotivasi keluarga untuk mengambil A:
keputusan yang tepat dalam mengimunisasi Masalah teratasi sebagian
anaknya P:
3. Memberikan reinforcement positif atas Intervensi dilanjutkan
keputusan yang tepat dari keluarga
TUK 3 S: Kunjungan 1
1. Menjelaskan kembali cara perawatan reaksi Ibu E dan keluarga mengatakan mengerti bagaimana cara 3 April 2018
yang timbul setelah diimunisasi dengan cara: perawatan raksi yang timbul setelah diimunisasi Pukul 14.00
a. Bila demam: berikan banyak cairan (ASI), O: WIB
berikan pakaian tipis dan menyerap - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan cara perawatan
keringat pada anak, ciptakan lingkungan reaski yang timbul setelah imunisasi bila anak demam
yang sejuk (tidak panas), berikan kompres - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan cara perawatan
hangat reaski yang timbul setelah imunisasi bila bengkak dibekas
b. Bila bengkak dibekas suntikan: kompres suntikan imunisasi
bekan suntikan dengan kompres hangat - Ibu E tampak bisa mendemonstrasikan cara pemberian
2. Mendemonstrasikan cara perawatan reaksi kompres hangat
yang timbul setelah diimunisasi A:
3. Memberikan reinforcement positif atas Masalah teratasi sebagian
tindakan yang benar P:
Intervensi dilanjutkan
TUK 4 S: Kunjungan 2
1. Menjelaskan lingkungan yang aman dan Ibu E dan keluarga mengatakan mengerti cara menciptakan 4 April 2018
tenang bagi bayi seperti penerangan rumah lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anaknya Pukul 15.00
cukup, ventilasi cukup dan memadai, O: WIB
kebersihan lingkungan rumah terjaga dari Ibu E dan keluarga tampak mengerti bagaimana cara
kotoran menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-
2. Menjelaskan pada keluarga cara memodifikasi anaknya
lingkungan agar aman untuk anak-anak A:
3. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan Masalah teratasi sebagian
kembali cara memodifikasi lingkungan yang P:
aman bagi anak-anak Intervensi dilanjutkan
4. Memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh
TUK 5 S: Kunjungan 2
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang Ibu E dan keluarga mengatakan tahu fasilitas kesehatan yang 4 April 2018
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan bisa digunakan untuk mengimunisasi anaknya Pukul 15.00
untuk pemberian imunisasi yaitu; posyandu, O: WIB
puskesmas, klinik bidan/dokter, rumah sakit Ibu E dan keluarga tampak mengerti dan tahu fasilitas
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kesehatan yang bisa digunakan untuk mengimunisasi anaknya
kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang A:
dapat digunakan Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan reinforcement positif pada P:
keluarga yang mau membawa anaknya Intervensi dilanjutkan
imunisasi ke fasilitas kesehatan
TUK 1 S: Kunjungan 3
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang Bapak W dan keluarga mengatakan sudah mulai tahu tentang 5 April 2018
pengertian nyeri adalah keadaan tidak pengertian, faktor penyebab, dan klasifikasi nyeri Pukul 15.00
menyenangkan yang merupakan suatu O: WIB
Nyeri Akut pada mekanisme bagi tubuh yang timbul oleh reaksi - Bapak W dan keluarga mampu menyebutkan pengertian
Bapak W berhubungan fisik, fisiologis maupun emosional nyeri
dengan Kurangnya 2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang faktor - Bapak W dan keluarga mampu menyebutkan faktor
Pengetahuan Keluarga penyebab nyeri yaitu usia, penyakit, inflamasi, penyebab nyeri
Tentang Riwayat stress/cemas, trauma jaringan, dan - Bapak W dan keluarga mampu menyebutkan klasifikasi
Nefrolitiasis penyembitan atau penyumbatan pembuluh nyeri
darah A:
3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang Masalah teratasi sebagian
klasisifikasi nyeri yaitu, nyeri akut, nyeri P:
kronis, nyeri nosiseptif, nyeri neuropatik Intervensi dilanjutkan
TUK 2 S: Kunjungan 3
1. Menjelaskan pada keluarga cara mencegah Bapak W dan keluarga mengatakan mengerti cara mencegah 5 April 2018
timbulnya nyeri dan faktor risiko nyeri dengan timbulnya nyeri dan faktor risiko nyeri Pukul 15.00
cara kembangkan pola hidup aktif, tidak O: WIB
terlalu banyak beraktivitas berat, kurangi Bapak W dan keluarga mampu menyebutkan kembali cara
konsumsi garam, konsumsi banyak cairan mencegah timbulnya nyeri dan faktor risiko nyeri
minimal 2 liter sehari, mengurangi makanan A:
yang tinggi kadar asam uratnya Masalah teratasi sebagian
2. Memotivasi keluarga untuk mengambil P:
keputusan yang tepat Intervensi dilanjutkan
3. Memberikan reinforcement positif atas
tindakan yang tepat
TUK 3 S: Kunjungan 3
1. Menjelaskan kembali cara mencegah nyeri Bapak W dan keluarga mengatakan mengerti cara mencegah 5 April 2018
dengan cara non farmakologis (teknik nyeri dengan cara non farmakologis dan dengan cara Pukul 15.00
relaksasi napas dalam, imajinasi terbimbing, farmakologis WIB
teknik distraksi, hypnosis, kompres hangat), O:
dan dengan farmakologis (obat-obatan) - Bapak W dan keluarga mampu menyebutkan cara
2. Mendemosntrasikan cara non farmakologis mencegah nyeri dengan cara non farmakologis
yaitu, - Bapak W dan keluarga mampu menyebutkan cara
a) Kompres hangat: siapkan air panas yang mencegah nyeri dengan cara farmakologis
dicampur air biasa agar menjadi air - Bapak W dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara
hangat dalam satu botol, lalu lapisi botol mencegah nyeri dengan kompres hangat dan teknik napas
tersebut dengan kain/handuk, dan dalam
kompres bagian nyeri dengan botol A:
dibalut kain tersebut selama 15 menit dan Masalah teratasi sebagian
diulangi hingga beberapa kali P:
b) Teknik napas dalam: tarik napas yang Intervensi dilanjutkan
dalam melalui hidung, tahan beberapa
detik lalu hembuskan keluar melalui
mulut. Lakukan beberapa kali hingga
nyeri dirasa berkurang
3. Memberikan reinforcement positif terhadap
tindakan yang tepat
TUK 4 S: Kunjungan 4
1. Menjelaskan pada keluarga tentang cara Bapak W dan keluarga mengatakan mengerti cara memelihara 6 April 2018
memelihara lingkungan yang aman dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga Pukul 13.30
nyaman seperti tempatkan barang-barang O: WIB
dalam tempat yang mudah dijangkau, Bapak W dan keluarga tampak mengerti cara memlihara
pencahayaan rumah terang, lantai tidak licin lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga
2. Memotivasi keluarga untuk menerapkan A:
lingkungan yang aman dan nyaman Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan reinforcement positif atas P:
tindakan yang tepat Intervensi dilanjutkan
TUK 5 S: Kunjungan 4
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang Bapak W dan keluarga mengatakan tahu fasilitas kesehatan 6 April 2018
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yang bisa digunakan Pukul 13.30
yaitu; posyandu, puskesmas, klinik O: WIB
bidan/dokter, rumah sakit Bapak W dan keluarga tampak mengerti dan tahu fasilitas
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kesehatan yang bisa digunakan
kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang A:
dapat digunakan Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan reinforcement positif pada P:
keluarga yang mau membawa anggota Intervensi dilanjutkan
keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan
TUK 1 S: Kunjungan 5
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang Ibu E dan keluarga mengatakan sudah mulai bisa 7 April 2018
identifikasi masalah hambatan pemeliharaan mengidentifikasi masalah hambatan pemeliharaan rumah Pukul 14.00
rumah yaitu pencahayaan rumah kurang, pintu O: WIB
kamar mandi selalu terbuka, pembakaran Ibu E dan keluarga mampu mengidentifikasi masalah
sampah di samping rumah, remahan nasi hambatan pemeliharaan rumah
berserakan di lantai rumah, benda beracun A:
(obat nyamuk) terletak di bawah tempat tidur Masalah teratasi sebagian
2. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi P:
Hambatan Managemen kembali masalah hambatan pemeliharaan Intervensi dilanjutkan
Pemeliharaan Rumah rumah
pada Keluarga Bapak TUK 2 S: Kunjungan 5
W berhubungan 1. Mendiskusikan bersama keluarga dampak dari Ibu E dan keluarga mengatakan sudah mulai tahu dampak dari 7 April 2018
dengan Kurangnya hambatan pemeliharaan rumah seperti diare, hambatan pemeliharaan rumah Pukul 14.00
Pengetahuan Keluarga ISPA, risiko jatuh, risiko cedera, dan tertelah O: WIB
Tentang Pentingnya benda-benda kecil dan beracun Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan dampak dari
Pemeliharaan Rumah 2. Memotivasi keluarga untuk mengambil hambatan pemeliharaan rumah dan mulai menciptakan
keputusan yang tepat agar menciptakan lingkungan rumah yang adekuat
lingkungan rumah yang adekuat dengan cara: A:
menutup pintu kamar mandi, tidak membakar Masalah teratasi sebagian
sampah di samping rumah, tidak merokok di P:
dalam rumah, meletakkan benda-benda kecil, Intervensi dilanjutkan
tajam dan beracun jauh dari jangkauan anak,
membersihkan rumah dari debu, kotoran, dan
remahan nasi.
3. Memberikan reinforcement positif atas
tindakan yang benar
TUK 3 S: Kunjungan 5
1. Mendiskusikan bersama keluarga demonstrasi Ibu E dan keluarga mengatakan tahu bagaimana cara 7 April 2018
cara perawatan rumah seperti menjaga perawatan rumah Pukul 14.00
kebersihan rumah dari debu, kotoran, dan O: WIB
remahan nasi dengan cara menyapu rumah, Ibu E dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan
membuang sampah di TPU dan tidak rumah
membakar sampah di samping rumah, A:
menyediakan pencahayaan rumah yang terang Masalah teratasi sebagian
dengan cara memindahkan benda yang P:
menghalang cahaya masuk rumah atau Intervensi dilanjutkan
menghidupkan lampu, mengingatkan anak A
untuk selalu memakai alas kaki jika keluar
rumah, tidak merokok di dalam rumah
2. Memberikan reinforcement positif terhadap
tindakan yang tepat
TUK 4 S: Kunjungan 6
1. Mendiskusikan bersama keluarga menerapkan Ibu E dan keluarga mengatakan mengerti cara menciptakan 9 April 2018
cara memodifikasi lingkungan yang nyaman lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga Pukul 12.30
dan aman seperti, tutup pintu kamar mandi, O: WIB
tidak membakar sampah di samping rumah, Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan cara menciptakan
tidak merokok di dalam rumah, meletakkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga
benda-benda kecil, tajam dan beracun jauh A:
dari jangkauan anak, membersihkan rumah Masalah teratasi sebagian
dari debu, kotoran, dan remahan nasi P:
2. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan Intervensi dilanjutkan
kembali cara memodifikasi lingkungan yang
nyaman dan aman
3. Memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai
TUK 5 S: Kunjungan 6
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang Ibu E dan keluarga mengatakan tahu fasilitas kesehatan yang 9 April 2018
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan bisa digunakan Pukul 12.30
yaitu; posyandu, puskesmas, klinik O: WIB
bidan/dokter, rumah sakit Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan yang bisa digunakan
kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang A:
dapat digunakan Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan reinforcement positif pada P:
keluarga yang mau membawa anggota Intervensi dilanjutkan
keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan
TUK 1 – 5 S: Kunjungan 7
1. Menanyakan jadwal posyandu di lingkungan - Keluarga mengatakan mengerti dengan apa yang telah 10 April 2018
rumah Ibu E untuk pemberian imunisasi disampaikan sebelumnya Pukul 12.30
2. Mengevaluasi kembali isi buku KMS An. M - Ibu E mengatakan ada jadwal posyandu di lingkungan WIB
bagian jadwal imunisasi rumahnya namun Ibu E tidak membawa An. M ke
3. Mengevaluasi kembali pengertian, tujuan, posyandu untuk diimunisasi dengan alasan tempat
jenis-jenis, reaksi yang timbul, faktor yang posyandu jauh dan Ibu E sibuk bekerja
mempengaruhi imunisasi, akibat tidak - Ibu E dan keluarga mengatakan tetap tidak akan
diimunisasi, cara perawatan reaksi yang timbul melanjutkan imunisasi An. M karena tidak tega melihat
setelah diimunisasi anaknya sakit setelah diimunisasi
4. Mengevaluasi kembali demonstrasi cara O:
perawatan reaksi yang timbul setelah - Buku KMS An. M masih kosong dan belum ada
diimunisasi tambahan pemberian imunisasi
5. Mengevaluasi kembali pengertian, faktor - Keluarga mampu menyebutkan pengertian, tujuan, jenis-
penyebab, klasifikasi nyeri, cara mencegah jenis, reaksi yang timbul, faktor yang mempengaruhi
nyeri dan faktor risiko, cara mengatasi nyeri imunisasi, akibat tidak diimunisasi, cara perawatan reaksi
dengan teknik non farmakologis dan yang timbul setelah diimunisasi
farmakologis - Keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan
Evaluasi Dx I, II, III
6. Mengevaluasi kembali demonstrasi cara reaksi yang timbul setelah diimunisasi
mencegah nyeri dengan teknik non - Keluarga mampu menyebutkan pengertian, faktor
farmakologis yaitu kompres hangat dan napas penyebab, klasifikasi nyeri, cara mencegah nyeri dan
dalam faktor risiko, cara mengatasi nyeri dengan teknik non
7. Mengevaluasi kembali kemampuan keluarga farmakologis dan farmakologis
dalam mengidentifikasi masalah pemeliharaan - Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mencegah
rumah nyeri dengan teknik non farmakologis yaitu kompres
8. Mengevaluasi kembali akibat dan cara hangat dan napas dalam
memelihara lingkungan rumah yang aman dan - Keluarga mampu mengidentifikasi masalah pemeliharaan
nyaman bagi seluruh anggota keluarga rumah
9. Mengevaluasi kembali pengetahuan keluarga - Keluarga mampu menyebutkan akibat dan cara
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang memelihara lingkungan rumah yang aman dan nyaman
ada - Keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang
bisa dimanfaatkan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan keluarga
LAMPIRAN 12

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

IX. DATA UMUM


1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bobi Handoko
2. Alamat dan Telepon : Jalan Gurun Laweh Nanggalo No. 34 RT02/ RW
02
3. Komposisi Keluarga
Riwayat Imuisasi
Hub
Pendi
No Nama dengan Umur BCG DPT HB POLIO CAMP
dikan AK
KK 1/2/3 0/1/2/3 1/2/3/4
1 Ardila Istri 27 SMA
tahun
2 Aditia Anak 2 tahun √ √ √ √ √
Radita 2 bulan √ √ √
√ √

3 Fahri Anak 5 bulan √ √ √


Oktarian
4 Erdiana Adik 21 Maha
Safrita tahun siswa

Genogram :

Keluarga Bapak B Keluarga Ibu A


Keterangan :

: Perempuan : Meninggal

: Laki-laki : Klien

: Menikah : Tinggal Serumah

4. Tipe Keluarga
Keluarga Bapak B merupakan tipe extended family yang terdiri dari Bapak B sebagai
kepala keluarga, Ibu A sebagai istri Bapak B, Anak A dan Anak F anak dari Bapak B
dan Ibu A, lalu Nn. E merupakan adik dari Ibu A. Ibu A mengatakan tidak ada masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga besar tersebut.
5. Suku
Latar belakang budaya yang dianut keluarga Bapak B yaitu budaya Minangkabau
dengan suku Guci. Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa minang. Keluarga
Bapak B dan Ibu A sama-sama berasal dari Padang. Keluarga tidak memiliki kebiasaan
yang bertentangan dengan perilaku kesehatan seperti keyakinan tidak percaya dengan
tenaga kesehatan. Ibu A mengatakan keluarganya tidak pernah menggunakan
praktisi/jasa perawatan kesehatan tradisional seperti berobat alternatif (tradisonal). Ibu
A hanya tahu pengajaran dari orang tuanya dulu bila demam anak tidak turun lebih dari
2 hari maka dimandikan dengan daun jarak.
6. Agama
Keluarga Bapak B menganut agama Islam. Tidak ada anggota keluarganya yang
berbeda keyakinan. Keluarga Bapak B tidak ada yang ikut terlibat dalam kegiatan
peribadatan di Masjid seperti anggota pengajian, karena memang tidak ada kegiatan
tersebut di Mushalla terdekat. Anggota keluarga hanya menjalankan ibadah wajib di
rumah. Keluarga Bapak B yakin Tuhannya yang selalu memberikan kesembuhan dan
nikmat sehat.
7. Status Sosek Keluarga
Keluarga Bapak B merupakan keluarga sejahtera tahap III (KS-III) yang sudah mampu
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial, psikologis, tetapi belum dapat berkontribusi
maksimal terhadap masyarakat, serta berperan aktif dalam lembaga kemasyarakatan.
Bapak B bekerja sebagai buruh harian lepas disebuah CV di Kota Padang. Penghasilan
yang didapatkan Bapak B dalam sebulan Rp. 2.000.000 dan keluarga beranggapan
bahwa pendapatan tersebut mencukupi untuk kebutuhan keluarganya dan bisa disimpan
beberapa untuk keperluan dimasa mendatang. Selain Bapak B, tidak ada anggota
keluarga yang mencari nafkah.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Bapak B sehari-hari selalu ada di rumah berkumpul dengan seluruh anggota
keluarganya setiap malam saat makan malam dan nonton tv bersama. Terkadang bila
seharian hujan, Bapak B bisa berkumpul dengan istri dan anak-anaknya disiang hari
karena tidak memungkinkan untuk bekerja. Namun, sekali setahun keluarga Bapak B
pergi berlibur atau rekreasi ke luar kota tempat saudara Ibu A tinggal.

9. RIWAYAT & TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


5. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Bapak B saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
balita.
6. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga Bapak B pada tahap anak usia balita yang sudah
terpenuhi yaitu memberikan kasih sayang, membimbing dan mempersiapkan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, memfasilitasi anggota keluarganya dalam
pemenuhan nutrisi, perhatian, kasih sayang, kesehatan, pengenalan dan pengajaran yang
baik pada anaknya, serta mempersiapkan anaknya untuk bersosialisasi dengan baik
pada lingkungan.
Sedangkan tugas perkembangan keluarga Bapak B yang belum terpenuhi yaitu belum
bisa kedua anaknya bersosialisasi dengan lingkungan, mengikutsertakan anak dalam
penyesuaian diri di komunitas seperti mengikuti PAUD serta mempertahankan
kesehatan anak-anaknya.
7. Riwayat Keluarga Inti
a. Bapak B: ibu A mengatakan bahwa suaminya akhir-akhir ini tidak memiliki
keluhan mengenai kondisi kesehatannya.
b. Ibu A: ibu A mengatakan juga tidak memiliki keluhan apapun mengenai kondisi
kesehatannya saat ini.
c. Anak Ad: ibu A mengatakan anak pertamanya saat ini sedang pilek sejak dua hari
yang lalu, pilek tidak diikuti adanya keluhan lain.
d. Anak F: ibu A mengatakan anak keduanya sejak kemarin demam, malam sulit
tertidur, dan rewel. Ibu A mengatakan sudah coba memberi kompres pada anaknya
dan memberikan banyak air putih dan ASI. Lalu tidak ada keluhan lain selain
demam.
e. Adik E: adik E mengatakan tidak ada keluhan seputar kondisi kesehatannya saat
ini.
8. Riwayat Keluarga Sebelumnya
a. Bapak B: ibu A mengatakan bahwa Bapak B tidak memiliki riwayat sakit yang
kronis, sakit menular, maupun sakit keturunan.
b. Ibu A: ibu A mengatakan tidak memiliki riwayat sakit menular, sakit keturunan,
maupun sakit yang kronis.
c. Anak Ad: ibu A mengatakan bahwa anak pertamanya saat usia 4 bulan memiliki
riwayat demam yang lama (lebih dari seminggu), sempat sembuh sebentar lalu
demam lagi. Ibu A mengatakan dulu sudah dibawa ke dokter tapi tetap saja
sembuhnya lama. Ibu A mengatakan demam anaknya bermula setelah anak A
diimunisasi DPT-HB 2. Ibu E mengatakan imunisasi anak pertamanya lengkap
kecuali DPT-HB 3 dan Polio 4 karena saat itu anaknya sedang demam.
d. Anak F: ibu A mengatakan dalam 3 bulan terakhir anaknya tidak ada menderita
sakit apapun kecuali demam dan rewel di usia 2 bulan. Ibu A mengatakan sudah
berusaha memberikan kompres dan obat serta banyak cairan pada anaknya. Ibu A
mengatakan imunisasi yang sudah didapat anak keduanya yaitu HB0, BCG, dan
Polio 1.
e. Adik E: adik E mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki riwayat sakit apapun.

10. LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah

Luas rumah Bapak B + 11m x 8m terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 3 kamar
tidur, 1 ruang dapur, 1 ruang makan, 1 kamar mandi dan gudang. Rumah permanen,
lantai dari semen, ventilasi lebih dari 2, 10 jendela kaca dan 4 jendela kayu. Di dalam
rumah pencahayaan dari luar cukup karena ada 8 jendela kaca dekat ruang tamu dan
ruang tengah tempat masuknya cahaya. Untuk sirkulasi udara rumah bagus karena ada
ventilasi dan jendela terbuka, tetapi ada anggota keluarga yang merokok di halaman
rumah yaitu Bapak W. Air yang digunakan untuk masak, mencuci dan mandi sehari-
hari adalah air sumur dan air minum dari air galon. Anak A kadang tidak memakai alas
kaki jika keluar rumah.
1) Halaman depan: teras rumah tampak bersih, tidak ada sampah maupun kotoran
yang berserakan. Sedangkan halaman rumah dipenuhi rumput dan banyak
berserakan dedaunan pohon yang jatuh serta kotoran ayam dan anjing berserakan
di halaman dan di samping rumah.
2) Ruang tamu dan ruang tengah: tampak ada tumpukan mainan anak A dan anak F
di ruang tamu dan ruang tengah, dan tampak ada sedikit remahan nasi di dekat
tempat menonton tv (ruang tengah).
3) Ruang kamar: tampak dipan tempat tidur terbuat dari kayu.
4) Dapur: tampak dapur tidak gelap karena ada jendela di dekat dapur, lalu dapur
tampak bersih bila tidak digunakan dan sedikit berserakan bila keluarga sedang
memasak.
5) Kamar mandi: terdapat 1 buah bak mandi dan beberapa ember untuk mencuci,
sumur cinicn mata air tanpa penutup dengan mesin pemancing di tepi sumur, lalu
ada WC namun tidak memiliki septic tank dan kotoran yang dibuang langsung ke
bandar kali di belakang rumah. Air yang digunakan untuk mandi, mencuci, dan
membersihkan makanan yang akan dimasak yaitu air sumur.
6) Gudang: terdapat beberapa barang yang tidak terpakai terletak di sudut ruangan.
Barang-barang tersebut ada yang dilapisi plastic dan ada juga yang tidak. Beberapa
barang ada yang sudah berdebu.

Keterangan
E Pintu
F Jendela Kaca
D Jendela Kayu
Sumur
C

B C

B C

A
JalanRaya

c. Karakteristik Tetangga & Komunitas RW


Keluarga Bapak B tinggal di tepi jalan dengan lingkungan komunitas yang penduduknya
rata-rata bekerja sebagai ibu rumah tangga, pedagang dan karyawan kantor. Itu tergambar
dari banyaknya rumah kosong disiang hari karena penghuninya bekerja dan banyak
ditemukan warung/kedai di sepanjang jalan menuju rumah Bapak B. Keluarga Bapak B
tidak aktif dalam kegiatan komunitasnya karena memang tidak ada kegiatan
kemasyarakatan di lingkungan rumahnya.
d. Mobilisasi Geografis Keluarga
Keluarga Bapak B tidak pernah pindah rumah, rumah yang saat ini ditinggali Bapak B
adalah rumah orangtua Ibu A. Bapak B tinggal di rumah yang sekarang ditempatinya
semenjak menikah dengan Ibu E, sedangkan Ibu E sudah sejak kecil tinggal di rumahnya
saat ini.
e. Perkumpulan Keluarga & Interaksi Dengan Masyarakat
Bapak B jarang ikut kegiatan masyarakat karena Bapak B sibuk dengan pekerjaannya,
sedangkan Adik E sibuk mengurus kuliahnya, dan Ibu A sibuk mengurus rumah dan anak-
anaknya disiang hari. Keluarga Bapak B cukup jarang berinteraksi secara terus menerus
dengan masyarakat di lingkungan rumahnya. Namun, Bapak B sering berkumpul dan
berinteraksi dengan seluruh anggota keluarganya setiap hari di rumah.
f. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Bapak B memiliki sistem pendukung kesehatan (jaminan kesehatan) berupa BPJS
kelas III bagi Bapak B dan Ibu A. Sementara anak A dan anak F belum memiliki kartu
jaminan sehat untuk berobat secara gratis. Namun sistem pendukung keluarga Bapak B
yang lain cukup adekuat dimana jika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ke
tempat berobat terdekat dengan transportasi umum seperti ojek atau diantar sendiri oleh
Bapak B bila sedang tidak bekerja.

11. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi Bapak B merupakan komunikasi terbuka dan dua arah. Setiap komunikasi
yang terjalin dapat tersampaikan maknanya dengan baik. Selalu ada umpan balik dalam
komunikasi dikeluarga Bapak B. Seluruh anggota keluarga berkomunikasi dengan baik
dalam menyampaikan setiap hal yang perlu dibicarakan sehingga tidak ada hambatan dan
masalah dalam komunikasi antar keluarga.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Sistem kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan di keluarga Bapak B
diputuskan oleh Bapak B sendiri selaku kepala keluarga. Namun sebelum keputusan
diambil, didiskusikan bersama dan diputuskan untuk kepentingan bersama.
3. Struktur Peran
a. Bapak B: berperan sebagai kepala keluarga, suami bagi istrinya, pencari nafkah bagi
keluarganya, pemberi kasih sayang dan pelindung bagi keluarganya, serta pemberi
nasihat dan pengingat bagi adiknya.
b. Ibu A: berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga bagi suami dan anak-anaknya,
pemberi nasihat dan pengingat bagi adiknya.
c. Anak A: berperan sebagai anak pertama yang menerima kebutuhan dasar hidupnya,
penerima kasih sayang dan lindungan dari keluarganya, dan pemberi perhatian pada
adiknya.
d. Anak F: berperan sebagai anak kedua yang menerima kebutuhan dasar berupa ASI,
kasih sayang, dan lindungan dari keluarganya.
e. Adik E: berperan sebagai adik yang saat ini merupakan mahasiswa, penerima nasihat
dari kakak dan abangnya, dan pemberi perhatian pada anak kakaknya.
Ibu E mengatakan peran-peran tersebut sudah berjalan dengan sendirinya dan dapat
diterima serta tidak ada penyimpangan dari peran-peran keluarga tersebut.
4. Nilai Dan Norma Budaya
Keluarga Bapak B menganut nilai dan norma budaya minangkabau yang sama yang
berlaku di masyarakat. Tidak ada perbedaan nilai dan norma budaya antar keluarga
yang akan mengakibatkan konflik sosial.

12. FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak B merasa saling menyayangi dan menghargai, saling mendukung sesama
anggota keluarga, serta saling menciptakan kehangatan antar anggota. Ini tergambar dari
pekumpulan dan interaksi dalam keluarga yang baik. Selain itu Ibu A mengatakan rasa
perhatian dan kasih sayang tersebut digambarkan dari pemberian imunisasi yang tidak
lengkap, karena takut anaknya akan demam serta rewel dimalam hari, karena reaksi yang
timbul setelah diimunisasi. Ibu A tidak tega melihat anaknya sakit setelah diimunisasi
sehingga memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Saat ditanya alasan lainnya, ibu A
mengatakan bahwa jika anaknya sakit setelah imunisasi, ia tidak tahu akan mengadu pada
siapa, karena kedua orangtuanya sudah meninggal dan saudara serta mertuanya tidak
tinggal satu wilayah darinya.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bapak B memiliki interaksi yang baik dalam keluarganya dan pada orang lain.
Keluarga Bapak B bersosialisasi dengan baik di masyarakat dengan menjalankan norma,
budaya dan perilaku yang berlaku. Hal ini tergambar dari setiap anggota keluarga dan
masyarakat yang saling kenal. Seperti kader posyandu yang tahu dikeluarga Bapak B ada
bayi dan balita yang perlu dibawa ke posyandu.
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga Bapak B berpusat pada Bapak B selaku pencari nafkah.
Selain itu, tidak ada anggota keluarga lain yang bekerja atau memiliki usaha sampingan
dalam memenuhi atau menunjang penghasilan dari Bapak B.
d. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bapak B memiliki dua orang keturunan, yaitu dua orang anak laki-laki yang
masih bayi dan balita. Ibu E mengatakan saat ini memakai suntik KB 3 bulan.
e. Fungsi Perawatan Keluarga
1) Mengenal masalah
Ibu A mengatakan keluarganya kurang mengenal masalah kesehatan seperti pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dampak/akibat, serta faktor persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan. Keluarga Bapak B hanya tahu bahwa keluhan yang dirasa anggota
keluarganya yang sakit merupakan hal yang perlu ditangani segera. Keluarga
mengatakan tidak tahu masalah apa yang timbul bila tidak memberikan imunisasi pada
anaknya nanti.
2) Mengambil keputusan yang tepat
Keluarga Bapak B hanya tahu bahwa sifat dan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya yang sakit perlu ditangani segera agar masalah tersebut tidak
semakin berlanjut. Bapak B mengingatkan Ibu A untuk mengimunisasi anaknya karena
keluarga tahu imunisasi dapat mencegah penyakit menular bagi anaknya, namun
karena reaksi setelah pemberian imunisasi, keluarga masih ragu memutuskan untuk
melanjutkan imunisasi DPT-HB dan Polio anak F yang tertinggal dan lanjut saja ke
imunisasi campak.
3) Memberikan perawatan pada anggota yang sakit
Keluarga Bapak B belum sepenuhnya tahu bagaimana cara perawatan mandiri yang
dapat dilakukan di rumah pada anggota keluarga yang sakit terkait penyakit yang
dialami. Keluarga hanya tahu cara perawatan dari reaksi imunisasi seperti memberikan
kompres, memberikan banyak ASI dan air putih, serta memberikan obat penurun
panas.
4) Memodifikasi lingkungan
Keluarga belum sepenuhnya mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memelihara suasana rumah yang aman dan nyaman bagi anak-anaknya, seperti pintu
kamar mandi yang terkadang terbuka sehingga memudahkan anaknya untuk leluasa
keluar masuk kamar mandi sendiri, sementara di kamar mandi ada sumur cincin tanpa
penutup. Lalu benda-benda yang kecil dan tajam seperti jarum pentul yang berserakan
di atas meja rias dalam kamar Adik E sementara pintu kamarnya terkadang terbuka.
Selain itu, benda beracun seperti obat nyamuk terletak di sudut kamar tepatnya di
bawah dipan tempat tidur yang beresiko dijangkau anak. Lantai rumah juga terdapat
remahan nasi yang bisa mudah masuk ke mulut anak. Lalu, anak Ad sering keluar
masuk rumah dan bermain di halaman rumah tanpa alas kaki, menyebabkan anak
mudah terserang penyakit, lalu lantai rumah menjadi kotor dan berpasir
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga Bapak B sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan benar
karena jika ada anggota keluarganya yang sakit yang dibawa ke fasilitas kesehatan
terdekat yaitu klinik bidan dan pergi ke rumah sakit adalah pilihan terakhir jika obat
dari bidan tidak memberikan efek yang bagus.

13. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor Jangka Pendek
Ibu A mengkhawatirkan kesehatan anak-anak, suami dan adiknya. Terutama anak
keduanya (Anak F) sedang demam saat dikaji. Ibu A mengatakan sudah mencoba
memerikan kompres dan banyak air putih serta ASI. Saat kunjungan selanjutnya ibu A
mengatakan anak F sudah tidak demam lagi. Selain itu, ibu A mengatakan tidak ada
penyebab/pencetus beban pikiran lain bagi keluarganya.
b. Stressor Jangka Panjang
Keluarga Bapak B mengkhawatirkan kelangsungan hidup anggota keluarganya, terutama
anak-anaknya terkait pendidikan dan kesehatan. Terutama, Ibu A mengatakan jika anaknya
sakit, ia tidak tahu akan mengadu pada siapa karena orangtuanya sudah meninggal,
sedangkan mertua dan saudara-saudaranya tinggal berjauhan. Sehingga ibu A masih ragu
dan takut akan melanjutkan imunisasi pada anaknya karena takut akan reaksi yang timbul
setelah diimunisasi.
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Keluarga Bapak B berespon dengan baik terhadap masalah yang terjadi dikeluarganya,
salah satunya keluarga Bapak B menyadari bahwa masalah kesehatan keluarganya sangat
penting. Jika ada yang mengalami masalah kesehatan (sakit) akan dibawa berobat.
d. Strategi Koping Yang Digunakan
Kemampuan Bapak B dan keluarga dalam mengatasi masalah yaitu dengan cara mencari
solusi bersama dari masalah yang dihadapi, dimana solusi tersebut merupakan solusi
terbaik bagi semua anggota keluarganya. Namun, jika masalah tersebut butuh bantuan dan
motivasi dari kerabat lain selain anggota keluarga inti, Ibu A mengatakan akan sulit, karena
saudara-saudara Ibu A dan Bapak B tinggal berjauhan dari rumahnya sementara kedua
orangtua Ibu A sudah meninggal. Ibu A mengatakan juga butuh kerabat lainnya dalam
mencari solusi dan mengatasi masalah yang mungkin akan timbul nantinya, apalagi jika itu
menyangkut masalah kesehatan keluarganya.
e. Startegi Adaptasi Disfungsional
Tidak ditemukan adanya tanda-tanda strategi adaptasi disfungsional dalam keluarga.

14. HARAPAN KELUARGA


Keluarga Bapak B berharap kedepannya bisa jadi lebih baik lagi, berharap agar selalu
diberikan kesehatan, mampu beraktivitas sehari-hari dengan baik.
15. PEMERIKSAAN FISIK

Pem. Fis Bp. B Ny. A An. A An. F Nn. E


KU Baik Baik Baik Baik Baik
TD 120/70 mmHg 120/60 mmHg - - 120/70 mmHg
Nadi 80 x/i 76 x/i 100 x/i 109 x/i 72 x/i
RR 20 x/i 20 x/i 22 x/i 24 x/i 22 x/i
Suhu 36.20C 36.40C 370C 37.80C 36.50C
BB/ TB 55kg / 159cm 54kg / 156cm 11.6 kg / 98 cm 7.6 kg / 69 cm 50kg / 157 cm
Kepala Rambut bersih, Rambut bersih, Rambut bersih, Rambut bersih, Rambut bersih,
warna hitam, tidak warna hitam, tidak warna hitam, warna hitam, warna hitam,
rontok, kekuatan rontok, kekuatan tidak rontok, tidak rontok, tidak rontok,
rambut bagus, rambut bagus, tidak kekuatan rambut kekuatan rambut kekuatan rambut
tidak ada benjolan ada benjolan bagus, tidak ada bagus, tidak ada bagus, tidak ada
benjolan benjolan benjolan
Mata Simetris, Sklera Simetris, Sklera Simetris, Sklera Simetris, Sklera Simetris, Sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, tidak ada anemis, tidak ada anemis, tidak ada anemis, tidak ada anemis, tidak ada
kotoran mata kotoran mata kotoran mata kotoran mata kotoran mata
Hidung Simetris, bersih, Simetris, bersih, Simetris, tidak Simetris, bersih, Simetris, bersih,
tidak ada sekret, tidak ada sekret, bersih ada sekret, tidak ada sekret, tidak ada sekret,
tidak ada napas tidak ada napas tidak ada napas tidak ada napas tidak ada napas
cuping hidung, cuping hidung, cuping hidung, cuping hidung, cuping hidung,
tidak ada luka/lesi tidak ada luka/lesi tidak ada luka/lesi tidak ada luka/lesi tidak ada luka/lesi
Telinga Ki-ka simetris, Ki-ka simetris, Ki-ka simetris, Ki-ka simetris, Ki-ka simetris,
bersih tidak ada bersih tidak ada tampak ada bersih tidak ada bersih tidak ada
serumen telinga, serumen telinga, sedikit serumen serumen telinga, serumen telinga,
pendengaran bagus pendengaran bagus telinga, pendengaran pendengaran
pendengaran bagus bagus
bagus
Mulut Mulut dan lidah Mulut dan lidah Mulut dan lidah Mulut dan lidah Mulut dan lidah
bersih, mukosa bersih, mukosa bersih, mukosa bersih, mukosa bersih, mukosa
bibir lembab, bibir lembab, warna bibir lembab, bibir lembab, bibir lembab,
warna bibir merah bibir merah muda, warna bibir merah warna bibir merah warna bibir merah
muda dibagian tidak ada stomatitis, muda, tidak ada muda, tidak ada muda, tidak ada
tengah dan tidak ada caries stomatitis, tidak stomatitis, tidak stomatitis, tidak
kecoklatan bagian ada caries ada caries ada caries
tepi bibir, tidak ada
stomatitis, tidak
ada caries
Leher Tidak ada kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
menelan, Tidak keseulitan menelan, kesulitan kesulitan kesulitan
ada pembengkakan Tidak ada menelan, Tidak menelan, Tidak menelan, Tidak
KGB pembengkakan ada ada ada
KGB pembengkakan pembengkakan pembengkakan
KGB KGB KGB
Dada Tidak ada tarikan Tidak ada tarikan Tidak ada tarikan Tidak ada tarikan Tidak ada tarikan
Paru- dinding dada, dinding dada, dinding dada, dinding dada, dinding dada,
paru Pernapasan Pernapasan Pernapasan Pernapasan Pernapasan
vesikuler, fremitus vesikuler, fremitus vesikuler, vesikuler, vesikuler,
ki-ka sama ki-ka sama fremitus ki-ka fremitus ki-ka fremitus ki-ka
sama sama sama
Jantung Iktus cordis tidak Iktus cordis tidak Iktus cordis tidak Iktus cordis tidak Iktus cordis tidak
terlihat dan tidak terlihat dan tidak terlihat dan tidak terlihat dan tidak terlihat dan tidak
teraba teraba teraba teraba teraba
Abdome Tidak ada distensi Tidak ada distensi Tidak ada distensi Tidak ada distensi Tidak ada distensi
n abdomen, Bising abdomen, Bising abdomen, Bising abdomen, Bising abdomen, Bising
usus normal, tidak usus normal, tidak usus normal, tidak usus normal, tidak usus normal, tidak
teraba adanya teraba adanya teraba adanya teraba adanya teraba adanya
massa maupun massa maupun massa maupun massa maupun massa maupun
pembesaran organ pembesaran organ pembesaran organ pembesaran organ pembesaran organ
Eksterm Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
itas otot atau sendi, otot atau sendi, kelainan otot atau kelainan otot atau kelainan otot atau
Tidak ada edema, Tidak ada edema, sendi, Tidak ada sendi, Tidak ada sendi, Tidak ada
CRT <2 detik CRT <2 detik edema, CRT <2 edema, CRT <2 edema, CRT <2
detik, ada bekas detik, ada bekas detik
suntikan BCG di suntikan BCG di
lengan kanan lengan kanan
Genitali Tidak dilakukan Tidak dilakukan Lubang uretra Lubang uretra Tidak dilakukan
a pemeriksaan pemeriksaan normal (di normal (di pemeriksaan
tengah) tengah)
ANALISA DATA

No DATA MASALAH PENYEBAB


1 DS
1) Ibu A mengatakan imunisasi anak pertamanya Ketidakefektifan Kurangnya
lengkap kecuali DPT-HB 3 dan Polio 4 Perilaku Kesehatan pengetahuan
2) Ibu A mengatakan imunisasi yang sudah didapat pada Keluarga Bapak keluarga tentang
anak keduanya yaitu HB0, BCG, dan Polio 1 B khusunya Bayi F pentingnya
3) Ibu A mengatakan anak Ad demam setelah pemberian imunisasi
diimunisasi DPT-HB 2 dan lama sembuhnya (lebih
dari seminggu)
4) Ibu A mengatakan dalam 3 bulan terakhir anak F
tidak ada menderita sakit apapun kecuali demam dan
rewel
5) Keluarga masih ragu memutuskan untuk melanjutkan
imunisasi DPT-HB dan Polio anak F yang tertinggal
atau lanjut saja ke imunisasi campak
DO
1) Usia anak pertama Bapak B yaitu 2 tahun 2 bulan
2) Usia anak kedua Bapak B yaitu 5 bulan
3) Riwayat imunisasi anak A yaitu HB0, BCG, Polio 1,
DPT-HB 1, Polio 2, DPT-HB 2, Polio 3, Campak
4) Riwayat imunisasi anak F yaitu HB0, BCG, dan
Polio 1
2 DS
1) Ibu A mengatakan anak F sejak kemarin demam, Perilaku kesehatan Pemilihan gaya
malam sulit tertidur, dan rewel. Keluarga tidak cenderung beresiko hidup tidak sehat
membawa anak F berobat tapi Ibu A sudah pada keluarga Bapak
memberikan kompres dan banyak ASI pada anak F B
2) Ibu A mengatakan anak A pilek sejak kemarin dan
keluarga belum membawa anak A berobat
DO
1) Anak F tampak tidak bersemangat dan badan teraba
panas, suhu: 37.80C
2) Anak A tampak keluar rumah tanpa memakai alas
kaki dan hanya memakai singlet dan celana dalam
3) Tampak pipi dan hidung anak A kotor karena sekret
hidung yang mengering
4) Ada anggota keluarga yang merokok di rumah yaitu
Bapak B
3 DS
1) Ibu A mengatakan anak pertamanya pernah demam Risiko Penurunan Tidak cukupnya
setelah diimunisasi DPT-HB 2 dan lama sembuhnya Koping Keluarga dukungan yang
(> 1 minggu) Bapak B diberikan pada
2) Ibu A mengatakan masih ragu dan takut akan keluarga dalam
melanjutkan imunisasi DPT-HB dan Polio pada anak mengatasi masalah
F karena takut akan reaksi yang timbul setelah
imunisasi seperti pengalaman pada anak Ad
3) Ibu A mengatakan jika anaknya sakit karena reaksi
imunisasi lagi seperti sebelumnya, ia tidak tahu akan
mengadu pada siapa karena kedua orangtuanya
sudah meninggal, sedangkan mertua dan saudara-
saudaranya yang lain tidak tinggal satu wilayah
dengannya
4) Ibu A mengatakan juga butuh orang terdekat lainnya
dalam mencari solusi dan mengatasi masalah yang
mungkin akan timbul nantinya, apalagi jika itu
menyangkut masalah kesehatan keluarganya
DO
1) Keluarga dan kerabat lain Bapak B tinggal diwilayah
yang berbeda dengannya
2) Keluarga Bapak B kurang terpapar informasi tentang
upaya mengatasi masalah kesehatan
4 DS
DO
1) Pintu kamar mandi terkadang terbuka sehingga Hambatan Kurangnya
memudahkan anaknya untuk leluasa keluar masuk Managemen Pengetahuan
kamar mandi sendiri, sementara di kamar mandi ada Pemeliharaan Rumah Keluarga Tentang
sumur cincin pada Keluarga Bapak Pentingnya
2) Benda-benda yang kecil dan tajam seperti jarum B Pemeliharaan Rumah
pentul yang berserakan di atas meja rias dalam
kamar Adik E, sementara pintu kamarnya terkadang
terbuka
3) Benda beracun seperti obat nyamuk terletak di sudut
kamar (di bawah tempat tidur) yang beresiko
dijangkau anak
4) Lantai rumah juga terdapat remahan nasi yang bisa
mudah masuk ke mulut anak
5) Anak Ad sering keluar masuk rumah dan bermain di
halaman rumah tanpa alas kaki, menyebabkan lantai
rumah kotor dan berpasir
6) Banyak sampah daun, plastik dan kotoran hewan
(ayam dan kucing) yang berserakan
7) Sampah dibakar di samping rumah
PRIORITAS MASALAH

Dx: Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak B Khususnya pada Bayi F
berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemberian Imunisasi

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 3x1 Ibu A mengatakan saat ini usia anak F yaitu 5
- Aktual = 3 3 bulan dan imunisasi yang didapat anak F hanya
- Risiko = 2 =1 HB0, BCG, dan Polio 1. Ibu A mengatakan ragu
- Potensial = 1 dan takut melanjutkan pemberian imunisasi
pada anaknya terkait efek samping imunisasi
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Keluarga Bapak B tidak memiliki pandangan
diubah 2 yang buruk terhadap petugas kesehatan dan
- Tinggi = 2 =1 Bapak B selalu memotivasi istrinya untuk selalu
- Sedang = 1 membawa anaknya imunisasi
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Keluarga Bapak B perlu dukungan dan motivasi
- Mudah =3 3 yang cukup dalam mengatasi kekhawatiran dari
- Cukup =2 = 0.67 efek samping pemberian imunisasi agar mau
- Tidak dapat = 1 mengimunisasi anaknya
4 Menonjolnya masalah 1 2x1 Keluarga setuju masalah ini dirasakan dan perlu
- Masalah dirasakan, dan perlu 2 diatasi segera agar terpapar informasi sebelum
segera ditangani = 2 =1 jadwal imunisasi di posyandu berikutnya
- Masalah dirasakan =1 diadakan
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 3.67

Dx: Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko Pada Keluarga Bapak B berhubungan dengan
Pemilihan Gaya Hidup Tidak Sehat

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 1x1 Keluarga Bapak B memiliki beberapa perilaku
- Aktual = 3 3 kesehatan yang cenderung berpotensi
- Risiko = 2 = 0.34 menimbulkan masalah kesehatan
- Potensial = 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang,
diubah 2 karena keluarga tidak setiap saat lengkap bila
- Tinggi = 2 =1 ada kunjungan rumah. Sehingga pemberian
- Sedang = 1 informasi ntang masalah kesehatan kurang
- Rendah = 0 efektif
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Keluarga mau dan cukup menerima masukan
- Mudah =3 3 dan informasi masalah kesehatan yang diberikan
- Cukup =2 = 0.67 agar dapat dicegah
- Tidak dapat = 1
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga setuju masalah dapat dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 2.51

Dx: Risiko Penurunan Koping Keluarga Bapak B berhubungan dengan Tidak Cukupnya Dukungan
Yang Diberikan Pada Keluarga Dalam Mengatasi Masalah

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 2x1 Ibu A mengatakan dirinya butuh kerabat dan
- Aktual = 3 3 keluarga lainnya dalam memberikan solusi dan
- Risiko = 2 = 0.67 motivasi untuk mengatasi masalah kesehatan
- Potensial = 1 keluarganya. Hal ini berisiko mengalami
kesalahan dalam mengatasi masalah.
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang
diubah 2 karena keluarga butuh motivasi dan dukungan
- Tinggi = 2 =1 berupa informasi kesehatan yang dibutuhkan
- Sedang = 1 dalam mengatasi masalah kesehatan
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Potensi masalah untuk dicegah pada keluarga
- Mudah =3 3 Bapak B cukup dengan pemberian motivasi dan
- Cukup =2 = 0.67 dukungan berupa informasi kesehatan
- Tidak dapat = 1
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga Bapak B setuju masalah dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 2.84

Dx: Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Bapak B berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 1 1x1 Keluarga Bapak B tidak sepenuhnya menyadari
- Aktual = 3 3 masalah yang akan timbul dari kurangnya
- Risiko = 2 = 0.34 perhatian keluarga tentang pemeliharaan rumah
- Potensial = 1 yang adekuat sehingga berpotensi muncul
masalah baru akibat hambatan pemeliharaan
rumah
2 Kemungkinan masalah dapat 2 1x2 Kemungkinan masalah dapat diubah sedang
diubah 2 karena keluarga perlu diingatkan dan dilatih
- Tinggi = 2 =1 untuk terbiasa memelihara rumah agar aman dan
- Sedang = 1 nyaman
- Rendah = 0
3 Potensial untuk dicegah 1 2x1 Potensi masalah untuk dicegah pada keluarga
- Mudah =3 3 Bapak B cukup bisa dicegah dengan pemberian
- Cukup =2 = 0.67 penyuluhan tentang pentingnya pemeliharaan
- Tidak dapat = 1 rumah
4 Menonjolnya masalah 1 1x1 Keluarga Bapak B setuju masalah dirasakan
- Masalah dirasakan, dan perlu 2
segera ditangani = 2 = 0.5
- Masalah dirasakan =1
- Masalah tidak dirasakan = 0
Total Skor 2.51

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan pada Keluarga Bapak B Khususnya pada Bayi F


berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemberian
Imunisasi
2. Risiko Penurunan Koping Keluarga Bapak B berhubungan dengan Tidak Cukupnya
Dukungan Yang Diberikan Pada Keluarga Dalam Mengatasi Masalah
3. Hambatan Managemen Pemeliharaan Rumah pada Keluarga Bapak B berhubungan dengan
Kurangnya Pengetahuan Keluarga Tentang Pentingnya Pemeliharaan Rumah
4. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko Pada Keluarga Bapak B berhubungan dengan
Pemilihan Gaya Hidup Tidak Sehat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar

Ketidakefektifan Setelah dilakukan Setelah dilakukan


Perilaku tindakan intervensi keperawatan
Kesehatan pada intervensi selama 1 x 30 menit pada
Keluarga Bapak keperawatan kunjungan pertama
W khususnya selama 2 x 30 keluarga mampu:
Bayi M menit selama 2
berhubungan kali kunjungan, 1. Mengenal Masalah
Keluarga mampu Imunisasi adalah : Dengan mengggunakan lembar balik
a. Menjelaskan
dengan keluarga mampu menyebutkan pengertian dan leaflet :
pengertian Usaha memberikan
Kurangnya mengenal imunisasi imunisasi secara
Pengetahuan imunisasi ringkas: kekebalan pada bayi dan 1) Gali pengetahuan keluarga
Keluarga anak dengan memasukkan tentang pengertian imunisasi
Tentang Imunisasi adalah usaha vaksin ke dalam tubuh agar 2) Jelaskan pada keluarga tentang
memberikan kekebalan tubuh membuat zat anti pengertian imunisasi
Pentingnya
pada bayi dan anak untuk mencegah terhadap 3) Beri kesempatan pada keluarga
Pemberian
untuk mencegah penyakit tertentu. untuk bertanya
Imunisasi
terhadap penyakit 4) Bantu keluarga untuk mengulangi
apa yang telah didiskusikan atau
tertentu.
dijelaskan
5) Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

f. Menjelaskan tujuan Keluarga mampu Tujuan imunisasi : 1. Gali pengetahuan keluarga


tentang tujuan imunisasi
imunisasi menyebutkan 2 dari 3 1. Menurunkan angka 2. Jelaskan pada keluarga tentang
tujuan imunisasi : kesakitan, kematian tujuan imunisasi
akibat Penyakit yang 3. Beri kesempatan pada keluarga
1. Mencegah penyakit
tertentu dari Dapat Dicegah dengan untuk bertanya
seseorang Imunisasi (PD3I) 4. Bantu keluarga untuk mengulangi
2. Menurunkan angka 2. Mencegah penyakit apa yang telah didiskusikan atau
kesakitan dan tertentu dari seseorang dijelaskan
kematian 3. Menghilangkan 5. Beri reinforcement positif atas
penyakit tertentu pada perilaku yang benar
sekelompok
masyarakat

g. Menjelaskan jenis-
jenis imunisasi Keluarga mampu Jenis–Jenis Imunisasi Dasar 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
menyebutkan 4 dari 5 yaitu sbb : jenis-jenis imunisasi
jenis imunisasi : 2. Jelaskan pada keluarga tentang
Imunisasi Dasar yaitu a. Imunisasi BCG jenis-jenis imunsasi
sbb : b. Imunisasi DPT-HB- 3. Beri kesempatan pada keluarga
Hib untuk bertanya
a. Imunisasi BCG c. Imunisasi Hepatitis B 4. Bantu keluarga mengulangi apa
b. Imunisasi DPT d. Imunisasi Polio yang telah didiskusikan atau
c. Imunisasi Polio e. Imunisasi Campak dijelaskan
d. Imunisasi Campak 5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

h. Menjelaskan reaksi Keluarga mampu


Reaksi Setelah Imunisasi : 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
setelah diimunisasi menyebutkan 3 dari 5
f. BCG: 2-6 minggu reaksi setelah diimunisasi
reaksi setelah setelah imunisasi BCG 2. Jelaskan pada keluarga tentang
diimunisasi timbul bisul kecil lalu reaksi setelah diimunsasi
1. BCG: timbul bisul menyembuh secara 3. Beri kesempatan pada keluarga
kecil lalu perlahan. untuk bertanya
menyembuh secara g. DPT-HB-HIB: Reaksi 4. Bantu keluarga mengulangi apa
perlahan. lokal sementara, seperti yang telah didiskusikan atau
2. Hepatitis B: bengkak, nyeri, dijelaskan
kemerahan dan kemerahan pada lokasi 5. Beri reinforcement positif atas
suntikan, disertai perilaku yang benar
pembengkakan di
sekitar tempat demam
penyuntikan. 3. Hepatitis B: Reaksi
lokal nyeri, kemerahan
3. Campak: demam dan pembengkakan di
ringan dan sekitar tempat
kemerahan di penyuntikan.
sekitar lokasi 4. Polio: tidak ada efek
penyuntikan. samping.
5. Campak: Efeknya
demam ringan dan
kemerahan selama 3
hari di sekitar lokasi
penyuntikan

i. Menjelaskan faktor Keluarga mampu Faktor yang mempengaruhi


yang 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
menyebutkan 1 dari 3 imunisasi : faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi
faktor yang imunisasi
imunisasi d. Sistem imun pejamu
mempengaruhi e. Faktor genetik pejamu 2. Jelaskan pada keluarga tentang
imunisasi : f. Kualitas dan kuantitas faktor yang mempengaruhi
pejamu imunisasi
2. Sistem imun 3. Beri kesempatan pada keluarga
untuk bertanya
4. Bantu keluarga mengulangi apa
yang telah didiskusikan atau
dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar
6. Mengambil Keputusan
yang Tepat
c. Menjelaskan akibat Keluarga mampu Akibat bayi tidak 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
tidak diimunisasi menyebutkan 5 dari 7 diimunisasi : faktor yang mempengaruhi
akibat bayi tidak imunisasi
1. Sakit TBC 2. Jelaskan pada keluarga tentang
diimunisasi :
2. Sakit Hepatitis faktor yang mempengaruhi
1. Sakit TBC 3. Sakit Polio imunisasi
4. Sakit Difetri 3. Beri kesempatan pada keluarga
2. Sakit Hepatitis
5. Sakit Tetanus untuk bertanya
3. Sakit Polio
6. Sakit Pertusis 4. Bantu keluarga mengulangi apa
4. Sakit Tetanus
5. Sakit Campak 7. Sakit Campak yang telah didiskusikan atau
dijelaskan
5. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

d. Mengungkapkan Keluarga mampu


mengambil memutuskan alternatif Alternatif pemecahan 1. Motivasi keluarga untuk
keputusan untuk yang harus diambil : masalah : memutuskan membawa Bayi
mengimunisasi untuk imunisasi
bayi 2. Membawa Bayi 1. Membawa Bayi 2. Memberikan motivasi atau
imunisasi imunisasi dukungan pada keluarga dalam
memilih alternative
3. Beri reinforcement positif atas
pilihan yang tepat
7. Melakukan Perawatan
di Rumah
4. Menjelaskan Keluarga mampu Cara perawatan bayi Dengan mengggunakan lembar balik
kembali cara menyebutkan 3 dari 5 dengan efek samping dan leaflet :
perawatan efek cara perawatan bayi samping imunisasi :
samping imunisasi dengan efek samping 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
a. Memberikan banyak efek samping imunisasi
samping imunisasi :
cairan (ASI) 2. Memberi tahu orang tua tentang
a. Memberikan b. Tidak menggunakan kemungkinan efek samping
banyak cairan bedong atau selimut imunisasi
(ASI) tebal (gunakan 3. Beri kesempatan pada keluarga
b. Tidak pakaian yang tipis untuk bertanya
menggunakan namun menyerap 4. Bantu keluarga untuk mengulangi
bedong atau keringat)
apa yang telah didiskusikan atau
selimut tebal c. Kompres
dijelaskan
(gunakan pakaian menggunakan air
hangat Beri reinforcement positif atas
yang tipis namun perilaku yang benar
menyerap keringat) d. Berikan kompres
c. Kompres hangat untuk
menggunakan air mengurangi
hangat pembengkakan pasca
suntikan
e. Jika panas tidak turun
juga konsultasi dengan
dokter untuk diberi
penanganan

Keluarga mampu Keluarga


5. Mendemonstrasika mendemontrasikan cara mendemontrasikan cara 1. Diskusikan dengan keluarga untuk
n cara perawatan perawatan efek samping melakukan kompres
perawatan efek samping
efek samping 2. Demontrasikan pada keluarga :
imunisasi: imunisasi: :
imunisasi a. Menyiapakan air Menyiapkan
air hangat untuk kompres
1. Menyiapkan air 1. Menyiapkan air
penurun suhu tubuh dan
hangat untuk hangat untuk kompres
mengkompres bagian bengkak
kompres penurun penurun suhu tubuh
pasca imunisasi.
suhu tubuh dan dan mengkompres
b. Menggunakan pakaian yang
mengkompres bagian bengkak pasca
tipis namun menyerap keringat
bagian bengkak imunisasi
3. Beri kesempatan pada keluarga
pasca imunisas 2. Menggunakan pakaian
untuk bertanya
2. Menggunakan yang tipis namun
4. Bantu keluarga untuk mengulangi
pakaian yang tipis menyerap keringat
apa yang telah didiskusikan atau
namun menyerap dijelaskan\Beri reinforcement
keringat positif atas perilaku yang benar

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1 x 30 menit pada
kunjungan kedua keluarga
mampu:

8. Modifikasi Lingkungan Keluarga mampu Cara memelihara 1. Diskusikan dengan keluarga cara
b. Menjelaskan memelihara lingkungan yang
lingkungan yang menerapkan 3 dari 4 lingkungan yang aman:
cara memelihara nyaman dan tenang bagi bayi
aman dan tenang
a. Tempat tidur 2. Motivasi keluarga untuk
bagi bayi lingkungan yang aman:
dipindahkan ke dekat memodifikasi lingkungan
a. Penerangan rumah jendela 3. Melakukan kunjungan yang tidak
cukup b. Penerangan cukup direncanakan untuk mengevaluasi
b. Ventilasi cukup dan c. Ventilasi cukup dan kemampuan keluarga dalam
memadai memadai memelihara lingkungan yang aman
c. Kebersihan d. Kebersihan bagi bayi
lingkungan rumah lingkungan rumah 4. Beri reinforcement positif atas hal
terjaga dari kotoran terjaga dari kotoran yang benar yang dilakukan
keluaraga
9. Memanfaatkan Fasilitas
Kesehatan
c. Menjelaskan Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1. Gali penegtahuan keluarga tentang
fasilitas kesehatan memanfaatkan 2 dari 4 digunakan : fasilitas kesehatan dan manfaat
yang bisa contoh fasilitas yang pelayanan kesehatan
digunakan dapat digunakan: 6. Posyandu 2. Diskusikan dengan keluarga
7. Puskesmas tentang fasilitas kesehatan dan
c. Posyandu 8. Klinik manfaat pelayanan kesehatan
d. Puskesmas 9. Rumah sakit 3. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memilih pelayanan
kesehatan
Keluarga mengunjungi Manfaat: memberikan 4. Motivasi keluarga untuk
d. Menjelaskan informasi tentang memanfaatkan pelayanan
manfaat fasilitas kesehatan
imunisasi, cara perawatan kesehatan secara rutin
menggunakan secara rutin 5. Beri reinforcement positif atas
fasilitas kesehatan efek samping imunisasi
perilaku yang benar

Risiko Setelah dilakukan Setelah dilakukan


Penurunan tindakan intervensi keperawatan
Koping intervensi selama 1 x 30 menit pada
Keluarga Bapak keperawatan kunjungan ketiga, keluarga
B berhubungan selama 2 x 30 mampu:
dengan Tidak menit selama 2
Cukupnya kali kunjungan, 1. Mengenal Masalah Keluarga mampu Penurunan koping keluarga Dengan mengggunakan lembar balik
a. Menjelaskan
Dukungan Yang keluarga mampu menyebutkan pengertian adalah ketidakadekuatan dan leaflet :
pengertian
Diberikan Pada mengenal koping penurunan koping penurunan koping atau ketidakefektifan
Keluarga Dalam keluarga keluarga keluarga secara ringkas: dukungan, rasa nyaman, 1) Gali pengetahuan keluarga
Mengatasi tentang pengertian penurunan
penurunan koping bantuan dan motivasi orang
Masalah keluarga yaitu tidak terdekat yang dibutuhkan koping keluarga
efektifnya dukungan dan klien untuk mengelola atau 2) Jelaskan pada keluarga tentang
motivasi orang terdekat mengatasi masalah pengertian penurunan koping
keluarga
yang dibutuhkan untuk kesehatannya.
3) Beri kesempatan pada keluarga
mengatasi masalah untuk bertanya
4) Bantu keluarga untuk mengulangi
apa yang telah didiskusikan atau
dijelaskan
5) Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

d. Menjelaskan faktor Keluarga mampu Faktor penyebab penurunan


1. Gali pengetahuan keluarga
penyebab menyebutkan 3 dari 5 koping keluarga tentang faktor penyebab
penurunan koping penyebab penurunan penurunan koping keluarga
keluarga koping keluarga: 1. Kesalahan orang
2. Jelaskan pada keluarga tentang
terdekat dalam
faktor penyebab penurunan
1. Tidak tersedianya memberikan
koping keluarga
informasi bagi dukungan
3. Beri kesempatan pada keluarga
orang terdekat 2. Tidak tersedianya
untuk bertanya
\ 2. Orang terdekat informasi bagi orang
4. Bantu keluarga untuk mengulangi
kurang terpapar terdekat
apa yang telah didiskusikan atau
informasi 3. Orang terdekat kurang
dijelaskan
3. Tidak cukupnya terpapar informasi
5. Beri reinforcement positif atas
dukungan yang 4. Tidak cukupnya
perilaku yang benar
diberikan dukungan yang
diberikan
5. Kurangnya saling
mendukung

Keluarga mampu Tanda dan gejala 1. Gali pengetahuan keluarga


e. Menjelaskan tanda penurunan koping keluarga tentang tanda dan gejala
dan gejala menyebutkan 2 dari 4
penurunan koping keluarga
penurunan koping tanda dan gejala 1. Orang terdekat 2. Jelaskan pada keluarga tentang
keluarga penurunan koping menarik diri dari klien tanda dan gejala penurunan
2. Terbatasnya
keluarga: komunikasi orang koping keluarga
terdekat dengan klien 3. Beri kesempatan pada keluarga
1. Klien 3. Klien untuk bertanya
mengeluh/khawatir mengeluh/khawatir 4. Bantu keluarga untuk mengulangi
tentang respon tentang respon orang apa yang telah didiskusikan atau
orang terdekat pada terdekat pada masalah dijelaskan
masalah kesehatan kesehatan 5. Beri reinforcement positif atas
2. Orang terdekat 4. Orang terdekat perilaku yang benar
menyatakan kurang menyatakan kurang
terpapar informasi terpapar informasi
tentang upaya tentang upaya
mengatasi masalah mengatasi masalah

2. Mengambil Keputusan
yang Tepat
b. Mengidentifikasi Keluarga mampu Identifikasi masalah yang 1. Identifikasi bersama keluarga
masalah yang mengidentifikasi dihadapi keluarga seperti masalah yang dihadapi keluarga
dihadapi keluarga masalah yang dihadapi asal masalah, jumlah 2. Beri kesempatan pada keluarga
untuk bertanya
yaitu asal masalah dan masalah, sifat masalah, dan
3. Bantu keluarga untuk mencari
sifat masalah waktu terjadinya masalah solusi atas apa yang telah
didiskusikan atau dijelaskan
4. Beri reinforcement positif atas
perilaku yang benar

1. Gali pengetahuan keluarga


c. Keluarga Keluarga Alternatif koping/ cara tentang alternatif koping/ cara
mengungkapkan mengungkapkan akan penyelesaian masalah penyelesaian masalah
akan mengambil mencari alternatif 2. Jelaskan pada keluarga tentang
keputusan yang koping seperti 1. Keterbukaan dalam alternatif koping/ cara
tepat untuk mancari keluarga penyelesaian masalah
alternatif koping 1. Membahas 2. Membahas masalah 3. Beri kesempatan pada keluarga
masalah yang yang dihadapi untuk bertanya
dihadapi keluarga keluarga bersama- 4. Bantu keluarga untuk mengulangi
2. Membahas cara- sama apa yang telah didiskusikan atau
cara menyelesaikan 3. Membahas cara-cara dijelaskan
masalah menyelesaikan 5. Beri reinforcement positif atas
3. Membagi tugas masalah bersama- perilaku yang benar
penyelesaian sama
masalah 4. Membagi tugas
4. Mencari dukungan penyelesaian
dan motivasi lain 5. Mencari dukungan
dan motivasi lain
6. Memohon pertolongan
pada Tuhan
3. Melakukan Perawatan
c. Menjelaskan cara Keluarga mampu Cara penyelesaian masalah:
penyelesaian menyebutkan 2 dari 6 1. Gali pengetahuan keluarga
masalah 1. Terbuka dalam tentang cara penyelesaian
cara penyelesaian
mengutarakan masalah
masalah: 2. Jelaskan pada keluarga tentang
masalah yang dihadapi
2. Membahas masalah cara penyelesaian masalah
2. Terbuka dalam 3. Beri kesempatan pada keluarga
yang dihadapi
mengutarakan untuk bertanya
keluarga bersama-
masalah yang 4. Bantu keluarga untuk mengulangi
sama
dihadapi apa yang telah didiskusikan atau
3. Membahas cara-cara
3. Membahas cara- dijelaskan
menyelesaikan
cara menyelesaikan 5. Beri reinforcement positif atas
masalah bersama-
masalah bersama- perilaku yang benar
sama
sama
4. Membagi tugas
penyelesaian
5. Mencari dukungan
dan motivasi lain
6. Memohon pertolongan
pada Tuhan

Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1 x 30 menit pada
kunjungan kedua keluarga
mampu:

4. Memodifikasi Keluarga mampu Cara memelihara 1. Diskusikan dengan keluarga cara


Lingkungan menerapkan 2 dari 4 lingkungan rumah yang memelihara lingkungan yang
a. Menjelaskan cara memelihara nyaman dan aman nyaman dan aman
lingkungan yang 2. Motivasi keluarga untuk
lingkungan yang
nyaman dan aman 1. Penerangan cukup memodifikasi lingkungan
bagi anggota nyaman dan aman 3. Melakukan kunjungan yang tidak
2. Ventilasi yang
keluarga memadai direncanakan untuk
1. Kebersihan
mengevaluasi kemampuan
lingkungan rumah 3. Kebersihan
keluarga dalam memelihara
2. Suasana rumah lingkungan rumah
lingkungan yang nyaman dan
tenang 4. Suasana rumah tenang aman
4. Beri reinforcement positif atas hal
yang benar yang dilakukan
keluaraga
b. Memanfaatkan
Fasilitas Kesehatan
c. Menjelaskan
fasilitas kesehatan
yang bisa Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 6. Gali penegtahuan keluarga tentang
digunakan memanfaatkan 2 dari 3 digunakan : fasilitas kesehatan dan manfaat
contoh fasilitas yang pelayanan kesehatan
d. Puskesmas 7. Diskusikan dengan keluarga
dapat digunakan:
e. Klinik tentang fasilitas kesehatan dan
c. Puskesmas f. Rumah sakit manfaat pelayanan kesehatan
d. Rumah sakit 8. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memilih pelayanan
d. Menjelaskan kesehatan
manfaat Keluarga mengunjungi 9. Motivasi keluarga untuk
menggunakan Manfaat: memberikan memanfaatkan pelayanan
fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan informasi tentang cara kesehatan secara rutin
secara rutin 10. Beri reinforcemet positif atas
mencegah dan mengatasi
nyeri prilaku yang benar

Hambatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan


Managemen tindakan intervensi keperawatan
Pemeliharaan intervensi selama 1 x 30 menit pada
Rumah pada keperawatan kunjungan kelima, keluarga
Keluarga Bapak selama 1 x 30 mampu:
W berhubungan menit selama 2
dengan kali kunjungan, 1. Mengenal Masalah
a) Mengidentifikasi Keluarga mampu Masalah pemeliharaan 1. Identifikasi bersama keluarga
Kurangnya keluarga mampu tentang masalah pemeliharaan
masalah mengidentifikasi rumah:
Pengetahuan mengenal nyeri pemeliharaan masalah pemeliharaan rumah
Keluarga rumah 1. Pencahayaan di dapur 2. Diskusikan bersama keluarga
rumah:
Tentang b) Menjelaskan kurang terang tentang masalah pemeliharaan
Pentingnya dampak dari 1. Pencahayaan 2. Pintu kamar mandi rumah
pemeliharaan rumah kurang selalu terbuka 3. Beri kesempatan pada keluarga
Pemeliharaan
rumah yang tidak 2. Pintu kamar mandi 3. Ada remahan nasi yang untuk bertanya
Rumah 4. Bantu keluarga mencari solusi
adekuat selalu terbuka berserakan di ruang
3. Pembakaran tengah tentang apa yang telah
sampah di samping 4. Benda beracun (obat didiskusikan atau dijelaskan
rumah nyamuk) terletak di 5. Beri reinforcement positif atas
4. Remahan nasi bawah tempat tidur perilaku yang benar
berserakan di lantai 5. Banyak sampah daun
rumah dan plastik di samping
5. Benda beracun dan di depan rumah
(obat nyamuk) berserakan, serta
terletak di bawah banyak kotoran hewan
tempat tidur (ayam dan anjing) yang
berserakan
9. Sampah dibakar di
samping dan di
belakang rumah
10. Anak A keluar rumah
tanpa memakai alas
kaki
11. Ada anggota keluarga
yang merokok di
dalam atau di luar
rumah
2. Mengambil Keputusan
yang Tepat
a. Menyatakan Keluarga mampu Dampak dari situasi 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
kesadaran terhadap menyebutkan kesadaran lingkungan rumah yang dampak dari lingkungan rumah
situasi rumah yang akan dampak yang tidak adekuat: anak-anak yang tidak adekuat
tidak adekuat 2. Jelaskan pada keluarga tentang
timbul dari situasi mudah terserang penyakit
dampak dari lingkungan rumah
lingkungan rumah yang seperti diare karena yang tidak adekuat
tidak adekuat. kebiasaan anak A keluar 6. Beri kesempatan pada keluarga
rumah tanpa alas kaki dan untuk bertanya
masalah kesehatan lainnya 7. Bantu keluarga mencari solusi
seperti tertelah benda kecil tentang apa yang telah didiskusikan
dan tajam, termakan benda atau dijelaskan
8. Beri reinforcement positif atas
beracun (obat nyamuk) dan
perilaku yang benar
remahan nasi, terpapar asap
rokok dan asap pembakaran
sampah yang berisiko
memicu terjadinya ISPA,
risiko terjatuh dan cedera
akibat lantai licin dan pintu
kamar mandri selalu
terbuka.

c. Mengungkapkan Keluarga mampu Ciptakan lingkungan rumah 1. Gali pengetahuan keluarga tentang
akan menciptakan menciptakan lingkungan yang adekuat dengan cara: cara menciptakan lingkungan
lingkungan rumah rumah yang adekuat menutup pintu kamar rumah yang adekuat
yang adekuat dengan cara: menutup 2. Jelaskan pada keluarga tentang cara
mandi, tidak membakar
pintu kamar mandi, menciptakan lingkungan rumah
sampah di samping rumah,
yang adekuat
tidak membakar sampah tidak merokok di dalam 3. Beri kesempatan pada keluarga
di samping rumah, tidak rumah, meletakkan benda- untuk bertanya
merokok di dalam benda kecil, tajam dan 4. Motivasi keluarga tentang apa yang
rumah, meletakkan beracun jauh dari telah didiskusikan atau dijelaskan
benda-benda kecil, jangkauan anak, 5. Beri reinforcement positif atas
tajam dan beracun jauh perilaku yang benar
membersihkan rumah dari
dari jangkauan anak, debu, kotoran, dan remahan
membersihkan rumah nasi, selalu mengingatkan
dari debu, kotoran, dan anak A untuk menggunakan
remahan nasi. alas kaki jika bermain di
luar rumah, menyediakan
pencahayaan yang bagus di
setiap ruangan rumah.

3. Melakukan Perawatan
a. Mendemonstrasika Keluarga mampu Demonstrasi cara 1. Diskusikan dengan keluarga untuk
n cara melakukan mendemonstrasikan 5 melakukan tugas perawatan melakukan tugas perawatan rumah
tugas perawatan 2. Demontrasikan bersama keluarga
dari 7 cara melakukan rumah
rumah cara melakukan tugas perawatan
tugas perawatan rumah rumah
1. Menjaga kebersihan
rumah dari debu, 3. Beri kesempatan pada keluarga
1. Menjaga kebersihan
kotoran, dan remahan untuk bertanya
rumah dari debu,
nasi dengan cara 4. Bantu keluarga untuk mengulangi
kotoran, dan
menyapu rumah apa yang telah didiskusikan atau
remahan nasi dengan
2. Membuang sampah di dijelaskan
cara menyapu rumah
TPU dan tidak 5. Beri reinforcement positif atas
2. Membuang sampah
membakar sampah di perilaku yang benar
di TPU dan tidak
membakar sampah samping rumah
di samping rumah 3. Menyediakan
3. Menyediakan pencahayaan rumah
pencahayaan rumah yang terang dengan cara
yang terang dengan memindahkan benda
cara memindahkan yang menghalang
benda yang cahaya masuk rumah
menghalang cahaya atau menghidupkan
masuk rumah atau lampu
menghidupkan 4. Tidak merokok di
lampu dalam rumah
4. Mengingatkan anak 5. Meletakkan benda-
Ad untuk selalu benda kecil, tajam, dan
memakai alas kaki beracum di tempat yang
jika keluar rumah aman dan jauh dari
5. Tidak merokok di jangkauan anak
dalam rumah. 6. Menutup pintu kamar
mandi
7. Mengingatkan dan
memakaikan anak A
alas kaki jika bermain
di luar rumah
4. Memodifikasi Keluarga mampu Menerapkan cara 1. Diskusikan dengan keluarga cara
Lingkungan menerapkan cara memodifikasi lingkungan memelihara lingkungan yang
memodifikasi rumah yang nyaman dan nyaman dan aman
2. Motivasi keluarga untuk
lingkungan rumah yang aman:
memodifikasi lingkungan
nyaman dan aman: 3. Melakukan kunjungan yang tidak
1. Tutup pintu kamar
mandi direncanakan untuk mengevaluasi
1. Tutup pintu kamar
2. Tidak membakar kemampuan keluarga dalam
mandi
sampah di samping memelihara lingkungan yang
2. Tidak membakar
rumah nyaman dan aman
sampah di samping
3. Tidak merokok di 4. Beri reinforcement positif atas hal
rumah
dalam rumah yang benar yang dilakukan
3. Tidak merokok di
4. Meletakkan benda- keluaraga
dalam rumah
4. Meletakkan benda- benda kecil, tajam dan
benda kecil, tajam beracun jauh dari
dan beracun jauh jangkauan anak
dari jangkauan anak 5. Membersihkan rumah
5. Membersihkan dari debu, kotoran, dan
rumah dari debu, remahan nasi
kotoran, dan 6. Memakaikan alas kaki
remahan nasi pada anak A jika
bermain di luar rumah
7. Menyediakan
pencahayaan bagus di
setiap ruangan rumah
5. Memanfaatkan
Fasilitas Kesehatan
a. Menjelaskan Keluarga mampu Fasilitas yang dapat 1. Gali penegtahuan keluarga tentang
fasilitas kesehatan memanfaatkan 2 dari 3 digunakan : fasilitas kesehatan dan manfaat
yang dapat pelayanan kesehatan
digunakan contoh fasilitas yang d. Puskesmas 2. Diskusikan dengan keluarga
dapat digunakan: e. Klinik tentang fasilitas kesehatan dan
f. Rumah sakit manfaat pelayanan kesehatan
c. Puskesmas 3. Beri kesempatan pada keluarga
d. Rumah sakit untuk memilih pelayanan
kesehatan
c. Menjelaskan Manfaat: memberikan 4. Motivasi keluarga untuk
manfaat Keluarga mengunjungi informasi tentang cara memanfaatkan pelayanan
menggunakan fasilitas kesehatan mencegah dan mengatasi kesehatan secara rutin
fasilitas kesehatan secara rutin 5. Beri reinforcement positif atas
nyeri
prilaku yang benar
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
Implementasi Evaluasi TT/Tgl/Waktu
Keperawatan
TUK 1 S: Kunjungan 1
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian Ibu E dan keluarga mengatakan sudah mulai tau 3 April 2018
imunisasi yaitu usaha memberikan kekebalan pada tentang pengertian, tujuan, jenis-jenis, reaksi yang Pukul 14.00 WIB
bayi dan anak untuk mencegah terhadap penyakit timbul dan faktor yang mempengaruhi imunisasi
tertentu O:
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang tujuan - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan
imunisasi yaitu mencegah penyakit tertentu pada pengertian imunisasi
seseorang, menurunkan angka kesakitan dan kematian - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 1 dari 2
3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang jenis-jenis tujuan imunisasi
imunisasi dasar yaitu imunisasi BCG, Hepatitis B, - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
Ketidakefektifan DPT, Polio, dan Campak jenis imunisasi
Perilaku Kesehatan 4. Mendiskusikan dengan keluarga tentang reaksi yang - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 2 dari 5
pada Keluarga Bapak timbul setelah diimunisasi yaitu BCG; timbul bisul reaksi yang timbul setelah anak diimunisasi
B khususnya Bayi F atau bengkak dibekas injeksi vaksin, DPT-HB; - Ibu E dan keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3
berhubungan dengan demam, Polio; tidak ada, Campak; demam faktor yang mempengaruhi imunisasi
Kurangnya 5. Mendiskusikan dengan keluarga tentang faktor yang A:
Pengetahuan mempengaruhi imunisasi yaitu sistem imun, faktor Masalah teratasi sebagian
Keluarga Tentang genetik pejamu, kualitas dan kuantitas vaksin P:
Pentingnya Intervensi dilanjutkan
Pemberian Imunisasi S: Kunjungan 1
TUK 2 Ibu A dan keluarga mengatakan mengerti dengan apa 3 April 2018
1. Menjelaskan pada keluarga tentang akibat tidak yang telah disampaikan Pukul 14.00 WIB
diimunisasi yaitu anak beresiko terserang sakit TBC, O:
sakit Hepatitis B, sakit Difteri, sakit Pertusis (batuk Ibu E dan keluarga tampak mengerti dan mampu
rejan), sakit Tetatus, sakit, Polio, sakit Campak mengulang kembali apa akibat bila anak tidak
2. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan diimunisasi
yang tepat dalam mengimunisasi anaknya A:
3. Memberikan reinforcement positif atas keputusan Masalah teratasi sebagian
yang tepat dari keluarga P:
Intervensi dilanjutkan
TUK 3 S: Kunjungan 1
1. Menjelaskan kembali cara perawatan reaksi yang Ibu A dan keluarga mengatakan mengerti bagaimana 3 April 2018
timbul setelah diimunisasi dengan cara: cara perawatan raksi yang timbul setelah diimunisasi Pukul 14.00 WIB
c. Bila demam: berikan banyak cairan (ASI), berikan O:
pakaian tipis dan menyerap keringat pada anak, - Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan cara
ciptakan lingkungan yang sejuk (tidak panas), perawatan reaski yang timbul setelah imunisasi
berikan kompres hangat bila anak demam
d. Bila bengkak dibekas suntikan: kompres bekan - Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan cara
suntikan dengan kompres hangat perawatan reaski yang timbul setelah imunisasi
2. Mendemonstrasikan cara perawatan reaksi yang timbul bila bengkak dibekas suntikan imunisasi
setelah diimunisasi - Ibu A tampak bisa mendemonstrasikan cara
3. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang pemberian kompres hangat
benar A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
S: Kunjungan 2
TUK 4
Ibu A dan keluarga mengatakan mengerti cara 4 April 2018
1. Menjelaskan lingkungan yang aman dan tenang bagi
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi Pukul 15.00 WIB
bayi seperti penerangan rumah cukup, ventilasi cukup
anak-anaknya
dan memadai, kebersihan lingkungan rumah terjaga
O:
dari kotoran
Ibu A dan keluarga tampak mengerti bagaimana cara
2. Menjelaskan pada keluarga cara memodifikasi
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
lingkungan agar aman untuk anak-anak
anak-anaknya
3. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara
A:
memodifikasi lingkungan yang aman bagi anak-anak
Masalah teratasi sebagian
4. Memberikan reinforcement positif terhadap
P:
kemampuan yang dicapai oleh
Intervensi dilanjutkan
TUK 5 S: Kunjungan 2
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas Ibu A dan keluarga mengatakan tahu fasilitas 4 April 2018
kesehatan yang dapat digunakan untuk pemberian kesehatan yang bisa digunakan untuk mengimunisasi Pukul 15.00 WIB
imunisasi yaitu; posyandu, puskesmas, klinik anaknya
bidan/dokter, rumah sakit O:
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali Ibu A dan keluarga tampak mengerti dan tahu fasilitas
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan kesehatan yang bisa digunakan untuk mengimunisasi
3. Memberikan reinforcement positif pada keluarga yang anaknya
mau membawa anaknya imunisasi ke fasilitas A:
kesehatan Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan

TUK 1 S: Kunjungan 3
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian Ibu A dan keluarga mengatakan sudah mulai tahu 5 April 2018
penurunan koping keluarga yaitu tidak efektifnya dengan pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala Pukul 15.00 WIB
dukungan dan motivasi orang terdekat yang penurunan koping keluarga
dibutuhkan untuk mengatasi masalah O:
2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang faktor - Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan
penyebab penurunan koping keluarga yaitu tidak pengertian penurunan koping keluarga
tersedianya informasi bagi orang terdekat, orang - Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan faktor
terdekat kurang terpapar informasi, tidak cukupnya penyebab penurunan koping keluarga
dukungan yang diberikan - Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan tanda
Risiko Penurunan 3. Mendiskusikan bersama keluarga tentang tanda dan dan gejala dari penurunan koping keluarga
Koping Keluarga gejala dari penurunan koping keluarga seperti klien A:
Bapak B mengeluh/khawatir tentang respon orang terdekat pada Masalah teratasi sebagian
berhubungan dengan masalah kesehatan, orang terdekat menyatakan kurang P:
Tidak Cukupnya terpapar informasi tentang upaya mengatasi masalah Intervensi dilanjutkan
Dukungan Yang TUK 2 S: Kunjungan 3
Diberikan Pada 1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang identifikasi Ibu A dan keluarga mengatakan sudah mulai bisa 5 April 2018
Keluarga Dalam masalah yang dihadapi keluarga seperti asal masalah, mengidentifikasi masalah yang dihadapi keluarga dan Pukul 15.00 WIB
Mengatasi Masalah jumlah masalah, sifat masalah, dan waktu terjadinya alternatif koping
masalah O:
2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang alternatif - Ibu A dan keluarga mampu mengidentifikasi
koping/ cara penyelesaian masalah seperti membahas masalah yang dihadapi keluarga
masalah yang dihadapi keluarga, membahas cara-cara - Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan cara
menyelesaikan masalah, membagi tugas penyelesaian penyelesaian masalah yang dihadapi keluarga
masalah, mencari dukungan dan motivasi lain A:
3. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan Masalah teratasi sebagian
yang tepat P:
4. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang Intervensi dilanjutkan
tepat
TUK 3 S: Kunjungan 3
1. Menjelaskan pada keluarga cara penyelesaian masalah Ibu A dan keluarga mengatakan mengerti dan tahu cara 5 April 2018
yaitu terbuka dalam mengutarakan masalah yang penyelesaian masalah yang dihadapi keluarga Pukul 15.00 WIB
dihadapi, membahas masalah yang dihadapi keluarga O:
bersama-sama, membahas cara-cara menyelesaikan Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan cara
masalah bersama-sama, membagi tugas penyelesaian, penyelesaian masalah yang dihadapi keluarga
mencari dukungan dan motivasi lain A:
2. Memotivasi keluarg untuk menerapkan cara Masalah teratasi sebagian
penyelesaian masalah dikeluarganya P:
3. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang Intervensi dilanjutkan
benar
S: Kunjungan 4
Ibu A dan keluarga mengatakan mengerti cara 6 April 2018
memelihara lingkungan yang aman dan nyaman bagi Pukul 13.30 WIB
TUK 4
anggota keluarga
1. Menjelaskan pada keluarga cara memelihara
lingkungan yang nyaman dan aman yaitu kebersihan
O:
lingkungan rumah, suasana rumah tenang
Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan cara
2. Memotivasi keluarga untuk menerapkan cara
memelihara lingkungan yang aman dan nyaman bagi
pemeliharaan rumah yang nyaman dan aman
anggota keluarga
3. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang
A:
benar
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
S: Kunjungan 4
TUK 5
Ibu A dan keluarga mengatakan tahu fasilitas 6 April 2018
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas
kesehatan yang bisa digunakan Pukul 13.30 WIB
kesehatan yang dapat digunakan yaitu; posyandu,
O:
puskesmas, klinik bidan/dokter, rumah sakit
Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan fasilitas
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
kesehatan yang bisa digunakan
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
A:
3. Memberikan reinforcement positif pada keluarga yang
Masalah teratasi sebagian
mau membawa anggota keluarga yang sakit ke
P:
fasilitas kesehatan
Intervensi dilanjutkan
Hambatan TUK 1 S: Kunjungan 5
Managemen 1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang identifikasi Ibu A dan keluarga mengatakan sudah mulai bisa 7 April 2018
Pemeliharaan Rumah masalah hambatan pemeliharaan rumah yaitu mengidentifikasi masalah hambatan pemeliharaan Pukul 14.00 WIB
pada Keluarga Bapak pencahayaan rumah kurang, pintu kamar mandi selalu rumah
W berhubungan terbuka, pembakaran sampah di samping rumah, O:
dengan Kurangnya remahan nasi berserakan di lantai rumah, benda Ibu A dan keluarga mampu mengidentifikasi masalah
Pengetahuan beracun (obat nyamuk) terletak di bawah tempat tidur hambatan pemeliharaan rumah
Keluarga Tentang 2. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi kembali A:
Pentingnya masalah hambatan pemeliharaan rumah Masalah teratasi sebagian
Pemeliharaan Rumah P:
Intervensi dilanjutkan
TUK 2 S: Kunjungan 5
1. Mendiskusikan bersama keluarga dampak dari Ibu A dan keluarga mengatakan sudah mulai tahu 7 April 2018
hambatan pemeliharaan rumah seperti diare, ISPA, dampak dari hambatan pemeliharaan rumah Pukul 14.00 WIB
risiko jatuh, risiko cedera, dan tertelah benda-benda O:
kecil dan beracun Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan dampak dari
2. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan hambatan pemeliharaan rumah
yang tepat agar menciptakan lingkungan rumah yang A:
adekuat dengan cara: menutup pintu kamar mandi, Masalah teratasi sebagian
tidak membakar sampah di samping rumah, tidak P:
merokok di dalam rumah, meletakkan benda-benda Intervensi dilanjutkan
kecil, tajam dan beracun jauh dari jangkauan anak,
membersihkan rumah dari debu, kotoran, dan remahan
nasi.
3. Memberikan reinforcement positif atas tindakan yang
bena
TUK 3 S: Kunjungan 5
1. Mendiskusikan bersama keluarga demonstrasi cara Ibu A dan keluarga mengatakan tahu bagaimana cara 7 April 2018
perawatan rumah seperti menjaga kebersihan rumah perawatan rumah Pukul 14.00 WIB
dari debu, kotoran, dan remahan nasi dengan cara O:
menyapu rumah, membuang sampah di TPU dan tidak Ibu A dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara
membakar sampah di samping rumah, menyediakan perawatan rumah
pencahayaan rumah yang terang dengan cara A:
memindahkan benda yang menghalang cahaya masuk Masalah teratasi sebagian
rumah atau menghidupkan lampu, mengingatkan anak P:
A untuk selalu memakai alas kaki jika keluar rumah, Intervensi dilanjutkan
tidak merokok di dalam rumah
2. Memberikan reinforcement positif terhadap tindakan
yang tepat
TUK 4 S: Kunjungan 6
1. Mendiskusikan bersama keluarga menerapkan cara Ibu A dan keluarga mengatakan mengerti cara 9 April 2018
memodifikasi lingkungan yang nyaman dan aman menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi Pukul 12.30 WIB
seperti, tutup pintu kamar mandi, tidak membakar anggota keluarga
sampah di samping rumah, tidak merokok di dalam O:
rumah, meletakkan benda-benda kecil, tajam dan Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan cara
beracun jauh dari jangkauan anak, membersihkan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
rumah dari debu, kotoran, dan remahan nasi anggota keluarga
2. Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara A:
memodifikasi lingkungan yang nyaman dan aman Masalah teratasi sebagian
3. Memberikan reinforcement positif terhadap P:
kemampuan yang dicapai Intervensi dilanjutkan
S: Kunjungan 6
TUK 5
Ibu A dan keluarga mengatakan tahu fasilitas 9 April 2018
1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas
kesehatan yang bisa digunakan Pukul 12.30 WIB
kesehatan yang dapat digunakan yaitu; posyandu,
O:
puskesmas, klinik bidan/dokter, rumah sakit
Ibu A dan keluarga mampu menyebutkan fasilitas
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
kesehatan yang bisa digunakan
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
A:
3. Memberikan reinforcement positif pada keluarga yang
Masalah teratasi sebagian
mau membawa anggota keluarga yang sakit ke
P:
fasilitas kesehatan
Intervensi dilanjutkan
Evaluasi Dx I, II, III TUK 1 – 5 S: Kunjungan 7
1. Menanyakan jadwal posyandu di lingkungan rumah - Keluarga mengatakan mengerti dengan apa yang 10 April 2018
Ibu A untuk pemberian imunisasi telah disampaikan sebelumnya Pukul 12.30 WIB
2. Mengevaluasi kembali isi buku KMS An. F bagian - Ibu A mengatakan ada jadwal posyandu di
jadwal imunisasi lingkungan rumahnya dan Ibu A membawa An. F
3. Mengevaluasi kembali pengertian, tujuan, jenis-jenis, ke posyandu bukan untuk mengimunisasi
reaksi yang timbul, faktor yang mempengaruhi anaknya tapi hanya untuk timbang BB
imunisasi, akibat tidak diimunisasi, cara perawatan - Ibu A mengatakan masih takut memberikan
reaksi yang timbul setelah diimunisasi imunisasi DPT pada anaknya karena takut
4. Mengevaluasi kembali demonstrasi cara perawatan anaknya demam dan hanya akan melanjutkan
reaksi yang timbul setelah diimunisasi imunisasi campak saja saat An. F berusia 9 bulan
5. Mengevaluasi kembali pengertian, faktor penyebab, O:
tanda dan gejala penurunan koping keluarga - Buku KMS An. F masih kosong dan belum ada
6. Mengevaluasi kembali cara penyelesaian masalah tambahan pemberian imunisasi
yang dihadapi keluarga - Keluarga mampu menyebutkan pengertian,
7. Mengevaluasi kembali kemampuan keluarga dalam tujuan, jenis-jenis, reaksi yang timbul, faktor
mengidentifikasi masalah pemeliharaan rumah yang mempengaruhi imunisasi, akibat tidak
8. Mengevaluasi kembali akibat dan cara memelihara diimunisasi, cara perawatan reaksi yang timbul
lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi setelah diimunisasi
seluruh anggota keluarga - Keluarga mampu mendemonstrasikan cara
9. Mengevaluasi kembali pengetahuan keluarga dalam perawatan reaksi yang timbul setelah diimunisasi
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada - Keluarga mampu menyebutkan pengertian, faktor
penyebab, tanda dan gejala penurunan koping
keluarga
- Keluarga mampu menyebutkan cara penyelesaian
masalah yang dihadapi keluarga
- Keluarga mampu mengidentifikasi masalah
pemeliharaan rumah
- Keluarga mampu menyebutkan akibat dan cara
memelihara lingkungan rumah yang aman dan
nyaman
- Keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan
yang bisa dimanfaatkan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan keluarga

Anda mungkin juga menyukai