DOCRPIJM - Ae91b47ee9 - BAB VIIBAB VII. RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
DOCRPIJM - Ae91b47ee9 - BAB VIIBAB VII. RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
Rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Tidore dapat dilihat pada Tabel Rencana
Pola Ruang berikut ini.
Kawasan Lindung
1 Sempadan Sungai, Sempadan Pantai 80,446 6,51
2 Hutan Kota 38,730 3,13
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung 119,18 9,64
Kawasan Budidaya
1 Perumahan/Permukiman 421,61 34,11
2 Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten 120,00 9,71
3 Pariwisata 1,44 0,12
4 Kawasan Komersial (CBD) 137,23 11,10
5 Fasilitas Sosial/Umum 8,56 0,69
6 Terminal 2,00 0,16
7 Jaringan Jalan 49,44 4,00
Kota Tidore Kepulauan merupakan Kota terluas kedua di Provinsi Maluku Utara
tetapi konsentrasi penduduk tidak terlalu besar di wilayah Kota Tidore Kepulauan.
Dengan konsentrasi penduduk yang tidak terlalu besar saat ini, memungkinkan
penerapan percepatan pembangunan di Kota Tidore Kepulauan agar konsentrasi
penduduk mengalami kenaikan secara signifikan.
Pada tahun 2011 Kota Tidore Kepulauan terdapat 5 (lima) kecamatan terdiri dari
Tidore Utara, Tidore Selatan, Tidore, Oba dan Oba Utara. Kemudian pada tahun
2012, sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13, 14, 15 dan 16 tahun 2011 serta
Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 Kota Tidore Kepulauan telah berkembang
menjadi 8 Kecamatan yang terdiri dari 72 Desa/Kelurahan. Kecamatan Oba
dimekarkan menjadi Kecamatan Oba Utara dan Oba Tengah. Yang terakhir
adalah Kecamatan Tidore dimekarkan menjadi Kecamatan Tidore dan Tidore
Timur. Pada tahun 2011 Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 5 (lima) kecamatan
yaitu Tidore Utara, Tidore Selatan, Tidore, Oba dan Oba Utara. Kemudian pada
tahun 2012, sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13,14,15 dan 16 tahun 2011
serta Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 Kota Tidore Kepulauan telah
berkembang menjadi 8 Kecamatan yang terdiri dari 72 Desa/Kelurahan.
Kecamatan Oba dimekarkan menjadi kecamatan Oba dan Kecamatan Oba
BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 3
Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan
Selatan. Sedangkan Kecamatan Oba Utara menjadi Kecamatan Oba Utara dan
Oba Tengah. Yang terakhir adalah Kecamatan Tidore dimekarkan menjadi
Kecamatan Tidore dan Tidore Timur. Dan sampai pada tahun 2014 KotaTidore
Kepulauan telah dimekarkan menjadi 8 Kecamatan dengan 89 desa/Kelurahan.
Selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel VII.3.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tidore Kepulauan berdasarkan Kecamatan
Data dan peta penggunaan lahan menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk
permukiman (kampung/desa) hanya sebagian kecil dari keseluruhan luasan
lahan yang ada. Pada umumnya keseluruhan jumlah penduduk mendiami
kawasan dengan fungsi permukiman (kampung). Dengan demikian, maka
perhitungan kepadatan ruang kawasan permukiman didasarkan pada jumlah
penduduk yang hanya mendiami kawasan permukiman. Dengan pertimbangan
demikian, maka angka kepadatan nyata yang ada di Kecamatan-kecamatan
Tidore,Tidore Utara dan Tidore Selatan adalah sebesar 25 jiwa/Ha. Sementara
itu angka kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Oba dan Oba Utara
adalah sebesar 10 jiwa/Ha. Kasus tersebut adalah sebesar 32 jiwa/Ha.
Sedangkan angka kepadatan penduduk di kecamatan Oba dan Oba Utara
menjadi sekitar 30 Jiwa/Ha. Apabila dikehendaki angka kepadatan tidak lebih dari
25 Jiwa/Ha (kepadatan sedang), maka dalam hal ini diperlukan perluasan areal
ruang permukiman untuk menampung kebutuhan pertumbuhan penduduk.
Tabel VII.5. Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Kavling Maksimum di Area Perkotaan Tahun 2030
2 Tidore Selatan 3.001 300 900 1800 0,05 0,11 0,18 0,35
3 Tidore Utara 2.763 276 829 1658 0,05 0,10 0,17 0,32
4 Tidore Timur 1.349 135 405 810 0,02 0,05 0,08 0,16
KDB = 50%
5 Oba 1.180 118 354 708 0,02 0,04 0,07 0,14
6 Oba Utara 1.185 118 355 711 0,02 0,04 0,07 0,14
Kota Tidore Kepulauan 10.736 1074 3221 6442 0,19 0,41 0,65 1,68
Tabel VII.6. Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Kavling Maksimum di Area Desa Tahun 2030
Jumlah Rumah yang
Jumlah Luas Kavling Maksimum
No. Dibutuhkan Tahun 2030 Jumlah
Kecamatan KK di Ketentuan
Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah (Km²)
Desa
Besar Medium Kecil Besar Medium Kecil
1 Tidore
2.450 245 735 1470 0,04 0,09 0,15 0,28
2 Tidore Selatan
2.000 200 600 1200 0,04 0,08 0,12 0,23
3 Tidore Utara
1.842 184 553 1105 0,03 0,07 0,11 0,21
4 Tidore Timur
900 90 270 540 0,02 0,03 0,05 0,10
KDB = 50%
5 Oba
1.771 177 531 1062 0,03 0,07 0,11 0,21
6 Oba Utara
1.777 178 533 1066 0,03 0,07 0,11 0,21
7 Oba Selatan
881 88 264 528 0,02 0,03 0,05 0,10
8 Oba Tengah
1.067 107 320 640 0,02 0,04 0,06 0,12
Kota Tidore Kepulauan
16.104 1610 4831 9662 0,29 0,61 0,97 1,48
Sumber: Analisis Tim, 2009
Berdasarkan jumlah keluarga yang diperkirakan tinggal di perkotaan dan desa maka dapat diproyeksikan luas lingkungan
perkotaan dan desa di Kota Tidore Kepulauan sebagai berikut:
a. Kawasan Perkotaan
b. Kawasan Perdesaan
B. Permukiman Kumuh
Program Kota tanpa kumuh (KOTAKU) merupakan program yang
menggunakan sinergi pendekatan :
1. Pembangunan Infrastruktur Berbasis Masyarakat,
2. Penguatan Peran Pemda sebagai Nakhoda dan
3. Kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya di
Kabupaten/Kota
Melalui sinergi ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat lebih mempercepat
penanganan kumuh perkotaan dan gerakan 100-0-100 dalam rangka
mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
LINGKUP PROGRAM & TARGET NSU 2016-2020
LOKAKARYA PENANGANAN
KOTA TANPA KUMUH
KOTAKU (KOTA TANPA
KUMUH) RP2KPKP
Target :
1. Mengetahui perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana dasar yang
dapat mendorong pengembangan potensi Kawasan Kumuh Perkotaan;
2. Mengetahui karakteristik kawasan-kawasan terpilih sesuai dengan
potensi yang dapat dikembangkan;
3. Mengetahui jenis sumber daya pembangunan yang dapat mendukung
pengembangan potensi dari Kawasan Kumuh Perkotaan;
4. Menyusun rencana penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan, serta
pola pembiayaan.
5. Mewujudkan proses transformasi kapasitas kepada masyarakat melalui
pembelajaran dan pelatihan secara langsung di lapangan.
6. Mendorong akses bantuan kepada masyarakat yang tinggal di
lingkungan permukiman kumuh;
7. Meningkatkan kemampuan kelembagaan Pemerintah/Pemerintah
Daerah dan kelompok masyarakat di bidang perumahan dan
permukiman.
8. Meningkatkan kesadaran hukum bagi para aparat
Pemerintah/Pemerintah Daerah dan masyarakat.
9. Memberdayakan pasarperumahan untuk melayani lebih banyak
masyarakat.
10. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
umum dan ekonomi lingkungan pemukiman.
Sasaran :
1. Terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat
setempat yang mampu menata lingkungan perumahan mereka;
2. Terciptanya pertumbuhan usaha ekonomi produktif dan keswadayaan
masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman;
3. Tercapainya lingkungan perumahan dan permukiman yang layak huni;
4. Terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tinggal di
lingkungan permukiman kumuh;
Tabel VII.11.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Kawasan Permukiman
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
LUAS
NO RENCANAPROGRAM / KAWASAN PERMUKIMAN KAWASA KET
N TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
I II III IV V
133.22
I Kawasan Kumuh Perkotaan
Ha
UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun
2010.
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun
2015,200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua
Kabupaten/Kota bebas kumuh.
B. Rumusan Masalah
Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan
bangunan gedung dan lingkungan di Kota Tidore, maka dapat
diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut :
a. Belum tertatanya bangunan dan lingkungan
b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran
c. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan
tradisional/bersejarah
d. Kurang maksimalnya penataan dan pembangunan sarana prasarana
pemukiman kumuh
e. Belum tertibnya sarana reklame,belum terkelolanya sarana parkir
dan belum bertanya perijinan bangunan telepon selular (BTS)
B. Penataan Lingkungan
2. Permukiman Kumuh
Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan
kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana
prasarana misalnya : perkerasan jalan, pembuatan jalan portal
beton, jalan con block, pembuatan talud, pembuatan jamban
keluarga dan lain-lain.
”STRATEGI PENDUKUNG”
Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar
Tertib, Fungsional, Andal dan Efisien
Tujuan :
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya.
Sasaran :
Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota Tidore tahun 2014,
Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2014
Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang
efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan
bangunan gedung pada tahun 2013.
Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi,pelatihan,bantuan teknis dan wasdal
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota pada
tahun 2014.
Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat
Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan sarana prasarana kerja
pendukungnya pada tahun 2014.
Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara,propinsi,kabupaten dan kota
berupa tanah dan bangunan gedung pada tahun 2014.
Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di provinsi
di Kota Tidore hingga tahun 2014.
Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat,
aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :
Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di
kawasan Kota Tidore pada tahun 2014.
Terbaikinya dan terpenuhinya sarana prasarana kawasan permukiman kumuh
dan nelayan di kawasan Kota Tidore pada tahun 2014.
Terlaksananya pengelolaan RTH di Kota Tidore pada tahun 2014.
Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai
tambah bagi kualitas fisik,sosial,ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang
bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Sasaran :
Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2012.
Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan
revitalisasi kawasan.
Tujuan :
Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan
teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk
menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara
internasional.
Sasaran :
Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi
dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten
pada tahun 2014.
sebagaimana disebutkan di atas. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel VII.12. Arahan Pola Distribusi Pemanfaatan Ruang diatas .
Zona Tidore Zona Oba
Pemanfaatan Ruang Kec.Tidore Kec.Tidore Kec.Oba
Kec.Tidore Kec.Oba
Utara Selatan Utara
Ruang Permukiman
Ruang Kawasan
Industri
Ruang Kawasan
Pendidikan Tinggi
Ruang Kegiatan Jasa
& Perdagangan skala
Regional
Ruang Kegiatan
Pariwisata
Ruang Perkantoran
Provinsi
Ruang Perkantoran
Kota
Ruang Kegiatan
Pertanian/Perkebunan
Ruang Kawasan
Lindung
Ruang Kawasan
Militer/Pertahanan
Keamanan Skala
Regional & Nasional
Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasi menjadi bangunan
berumur muda, sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak
terdapat pada bangunan perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan
bangunan berumur sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan
perkantoran, pendidikan dan pemukiman. Selain itu, bangunan berumur tua
juga banyak terdapat pada kawasan-kawasan tradisional. Bangunan-
bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari
bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor
dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kota Tidore
bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas
pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan
keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terutama kawasan
pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena
perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung
tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan-bangunan dan kawasan di
Kota Tidore yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan
kawasan peninggalan sejarah baik itu kerjaan maupun perjuangan
keerdekaan.
Bangunan-bangunan tersebut diatas berdasarkan fungsinya baik
bangunan perdagangan dan jasa,perkantoran dan pendidikan, bangunan
tradisional tentu saja memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai
perbedaan ini bisa didasarkan pada lokasi bangunan, fungsi
bangunan,umur/usia bangunan dan nilai histois bangunan. Bangunan yang
berada dikawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih
tinggi dari pada yang berada di pedesaan. Begitupula bangunan fungsi
perdagangan biasanya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari bangunan
biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan
bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan
tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan.
1. Paket √
Penataan Kawasan Wisata Ake sahu
Tabel VII.14.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada sektor Perumahan
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
NO SATUAN KET
LINGKUNGAN
2017 2018 2019 2020 2021
diketahui kedalaman pipa jambang (pump chamber casing), posisi pipa saringan (screen pipe) dan panjangnya. Jarak antar
sumur terlalu dekat (150m – 200m), lihat gambar 1, kemungkinan terjadi saling mempengaruhi (well interferences), yang menjadi
salah satu sebab turunnya debit produksi sumur-sumur yang ada. Sumur – VI, mempunyai rasa payau/anta Tidak ada meter air,
sehingga tdk diketahui dengan pasti debit produksi. Hitungan kapasitas produksi hanya perkiraan dari kapasitas pompa.
Tabel VII.20.
Data Unit Produksi PDAM Kota Tidore Kepulauan
NAMA HEAD
KAPASITAS (L/det) KETERANGAN
SUMBER/ KEDALAMAN JENIS DAYA MAX (M)
TYPE
PUSAT OPERASI SUMUR (M) Sumber Terpasang Produksi POMPA (kW)
(PO)
Sumur I 100 5 4 10 m3/jam Sumersible SP-17-13 7,5 103 Operasi
Sumur II 100 5 2,2 8 m3/jam Sumersible SP-8A-13 7 60 Operasi
Sumur III 60 8 4,8 13 m3/jam Sumersible SP-17A-12 7,5 96 Operasi
Sumur IV 40 5 3,8 11 m3/jam Sumersible SP-16A-16 7,5 138 Operasi
Sumur V 42 7 4,8 13 m3/jam Sumersible SP-17A-13 11,0 103 Operasi
Sumur VI 100 7,5 4,8 13 m3/jam Sumersible SP-17A-20 11,0 125 Operasi
Reservoir 200 M3
Tambula
Reservoir 50 M3
Tongowai
Reservoir Afa- 100 M3
Afa
Hidravoar 5 M3 1 Unit
Genset 40 kVA 1 Unit
Genset 25 kVA 1 Unit
Genset 60 kVA 1 Unit
Panel
Sumber: PDAM Kota Tidore Kepulauan
A. 1. Pelayanan Zona 3
Pelayanan zona 3, meliputi wilayah Kelurahan Soadara (224 KK), Topo (447 KK), Topo Tiga (158 KK) dan Kelurahan Seli (296
KK), Kecamatan Tidore. Di Zona 3 ini, terdapat 363 SR. Pelayanan air bersih di zona ini, rencananya akan dilayani oleh sumber
Sumur Dalam Soadara. Sampai saat ini pelayanan air bersih di zona 3 dilayani oleh sumur dalam di Gurabati, yang berada 2
Km di sebelah selatannya. Jumlah keluarga yang terdapat di zona 3 = 1.145 KK, apabila diasumsikan 80 KK ≈ 1 l/dt, maka
kebutuhan air saat ini = 14 l/dt
Secara garis besar sumber air baku berasal dari aliran air permukaan atau
sungai, mata air dan air tanah. Khususnya di area pelayanan zona 1 & 2, tidak
dijumpai aliran permukaan atau sungai yang bisa diandalkan sebagai
alternative sumber air baku, demikian juga dengan mata air yang tidak pernah
dijumpai.
Area pelayanan zona 3, terletak dipinggir laut memanjang mengikuti garis pantai.
Sebagian besar masyarakat mendapatkan air bersih dari sumur-sumur gali yang
mereka buat. Kualitas dari sumur gali ini sebagian besar payau atau anta oleh
pengaruh air laut. Akan tetapi bila lagi musim hujan dan laut tidak dalam keadaan
pasang, ada beberapa sumur yang tawar. Sumur Soadara
dibangun tahun 2010, akan tetapi karena kualitasnya yang tidak memenuhi
standart kualitas air minum, maka air baku tersebut tidak bisa didistribusikan
kepada para pelanggan.
Hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan, tanggal 20 Jan
2011, terhadap air Sumur Dalam Soadara, menunjukan kandungan Fe = 5 mg/l
dan E-Coli = 9 Jlh/100 ml, sehingga tidak memenuhi syarat kualitas air minum
(lihat lampiran). Escherichia coli (E. coli) adalah anggota dari kelompok besar
kuman bakteri yang menghuni saluran usus manusia dan hewan berdarah panas
(mamalia, burung). Berdasarkan pengertian tersebut, maka E-Coli hanya akan
dijumpai di air permukaan yang berhubungan dengan kegiatan manusia atau
hewan mamalia dan burung, atau dengan kata lain tidak mungkin dijumpai
pada air tanah. Saat kunjungan konsultan (19 Juni 2012), sedang berlangsung
pekerjaan pemboran untuk membuat sumur dalam Kelurahan Toloa, dijumpai
sumur dengan kualitas dan kuantitas yang baik, elevasi + 17 m dpl, diameter 4-5
m dengan kedalaman mencapai 18 m dengan tebal air bisa mencapai 8 – 10 m,
dalam satu sumur bisa mencukupi kebutuhan 25 Rumah Tangga dengan cara
yang unik. (lihat Gambar).
Masing Rumah Tangga menempatkan pompa air lengkap dengan pipa sampai
kerumah, pada rumah-rumah yang terlalu tinggi, perlu dibantu booster supaya
bisa sampai dirumah masing. Booster bisa 1, 2 sampai 3. Sehingga pada rumah-
rumah yang terdapat pada elevasi yang tinggi (+30 m dpl), beban biaya listrik
yang memberatkan. Di wilayah Toloa dan Dokiri ini dijumpai sekitar 10 sumur
dengan kemampuan serupa.
C. 1. Pulau Maitara
Pulau Maitara, adalah pulau kecil di sebelah barat P. Tidore, berjarak ± 700 m,
disana ada 2 desa yang secara administrative termasuk wilayah Kecamatan
Tidore Selatan. Desa tersebut adalah Maitara selatan dan Maitara, yang dihuni
oleh 460 KK.
E.2. Eksisting
Masyarakat di wilayah ini memanfaatkan sumur dangkal untuk mencukupi
kebutuhan air sehari-hari, disamping tampungan air hujan. Kualitas sumur
dangkal setempat, relative payau, meskipun saat musim hujan tawar. Didepan
SDN Maitara dijumpai sumur dangkal yang diinformasikan tawar sepanjang
waktu. Sumur tersebut dimanfaatkan oleh 6 keluarga untuk mendapatkan air
bersih. Lebar 2-3 m dengan kedalaman 4-5 m, sedang tebal air ± 1 m.
Kapasitas pompa masing-masing yang terpasang max. 40 l/mnt.
Penyediaan air bersih di Kota Tidore Kepulauan khususnya Kota Soasio dan
sekitarnya sudah dimulai sejak tahun 1989, yakni pada masa pemerintahan
Kabupaten Halmahera Tengah dimana Kota Soasio sebagai ibukotanya.
Pembangunan sarana dan prasarananya dilaksanakan pada tahun anggaran
1985/1986, yaitu dengan dibangunnya jaringan perpipaan sepanjang 2.500 m
dan sebuah sumur bor (deep well) di Kota Tidore. Pengambilan air baku dari
sumur dalam dengan status Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten
Halmahera Tengah secara efektif beroperasi dengan fungsi sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengelolaan dan pengurusan
sarana prasarana penyediaan air minum sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi perusahaan.
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat Halmahera Tengah khususnya di
Kelurahan Indonesiana, Gamtufkange dan Soasio.
3. Pada tahun 1990 sampai dengan 2000 instalasi air minum direhabilitasi dalam
kerangka proyek peningkatan prasarana air bersih (PPSAB) Maluku, berupa
penambahan sumber (sumur dalam) dan pengembangan jaringan perpipaan
serta sarana pendukung lainnya berupa Reservoir.
A. Kelembagaan
PDAM Kota Tidore merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMPD)
Kota Tidore yang sebelumnya merupakan BUMPD milik Kabupaten Halmahera
Tengah yang didirikan berdasarkan peraturan daerah Halmahera Tengah Nomor
12 Tahun1994. Maksud dan tujuan dari pendirian PDAM ini adalah
Selain itu sebagai suatu badan usaha yg melayani masyarakat luas, PDAM Kota
Tidore tentu memerlukan SDM untuk menjalankan kegiatannya. Berdasarkan
daftar personalia perusahaan, pada akhir tahun 2003 jumlah karyawan PDAM
Kota Tidore berjumlah 37 orang termasuk 1 orang Direksi yg berstatus tidak
tetap. Latar belakang pendidikan karyawan PDAM Kota Tidore mayoritas
berpendidikan SLTA sederajat dan hanya memiliki 1 orang Sarjana. Berikut profil
pendidikan karyawan PDAM Kota Tidore yg disajikan pada tabel berikut :
B. Analisa SWOT
Faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan dapat menurut
analisa SWOT dapat diuraikan diuraikan sebagai berikut :
a). Faktor pendukung kekuatan antara lain :
PDAM Kabupaten Halmahera Tengah merupakan satu-satunya
perusahaan penyedia air bersih.
Kondisi geografis Kabupaten Halmahera Tengah adalah pesisir pantai
dengan air tanah yg ada pada umumnya terasa asin, sehingga kebutuhan
akan air bersih cukup tinggi.
C. Komponen Pengendalian
A. Umum
Upaya meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Kota Tidore
Kepulauan, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di perlukan
program Rencana Tindak Lanjut Penyahatan PDAM kota Tidore,
didasarkan atas penilaian hasil kinerja dan tingkat pelayanan serta
kebutuhan pelayanan air minum di kota tidore pada masa yang akan
datang,yang dapat diambil dari permasalahan dan evaluasi teknis
pelayanan air bersih kota Tidore.
2. Bidang Teknis
“Sumber Air Baku”
Kapasitas total sumber air baku PDAM Kota Tidore sebesar 35 liter/detik,
namun hingga saat ini pemanfaatnya belum optimal karena sumber mata
air Tanjung Seli mengalami rembesan air laut menyebabkan kadar
garam cukup tinggi. Dari laporan hasil analisa kualitas air di laboratorium
PDAM Kota Tidore diketahui bahwa sampel air yg diambil saat laut
pasang memiliki kadar garam melebihi persyaratan kualitas air bersih,
namun saat laut surut mata air memiliki kadar garam yg masih memenuhi
persyaratan.
Dari hasil pengamatan lapangan serta informasi dari petugas bagian
produksi PDAM Kota Tidore, rembesan terjadi karena bak penangkap
mata air (broncaptering) tidak kedap air dan mengalami retakan serta
karena sekat eton penahan air pasang mempunyai kedalaman yg
kurang. Pada saat pasang, air laut akan masuk melalui bagian bawah
sekat beton dan jika dilakukan pemompaan air laut diluar broncaptering
akan tersedot masuk melalui dinding yg retak. Fakta yg ada bahwa air yg
sudah mengalami rembesan terkadang masih didistribusikan tanpa
melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Mengingat kondisi sumber air baku yg cukup sulit di Kota Tidore maka
upaya pemanfaatan sumber mata air ini harus dioptimalkan yaitu dengan
membangun kembali broncaptering serta komponen lain yg dianggap
berpengaruh terhadap terjadinya rembesan. Penanganan permasalahan
ini tentunya memerlukan suatu kajian/penelitian yg mendalam tentang
pola rembesan, kondisi pasang surut air laut dan struktur lapisan
tanah/batuan di sekitar broncaptering sehingga akan memberikan solusi
penanganan yg tepat dan efektif. Namun karena ruang lingkup penulisan
ini dititik beratkan pada sistem distribusi air bersih, maka penanganan yg
disarankan tidak akan sedetail mungkin dan hanya merupakan
penanganan secara umum.
3. Aspek Keuangan
membuat beban biaya produksi semakin besar.Hal ini terlihat dari biaya
produksi air per m3 lebih besar dari harga jual air per m3,dengan
demikian tarif yang berlaku tidak dapat menutupi biaya operasional yang
cukup besar.
Berdasarkan hasil analisa diatas,dalam upaya untuk meningkatkan
kinerja PDAM Kota Tidore terutama yang berkaitan dengan aspek
kesehatan keuangan perusahaan dalam hubungannya dengan
kelancaran operasional perusahaan dalam melayani para
pelanggannya,maka beberapa hal yang direkomendasi kepada PDAM
Kota Tidore adalah sebagai beriku;
Mengoptimalkan aktivan tetap yang dimiliki untuk mendukung
produktivitas
Melakukan penilaian terhadap aktivan tetap yang tidak produktif atau
tidak digunakan lagi untuk segera dikeluarkan dari klasifikasi aktivan
tetap
Melakukan perbaikan terhadap aktivan tetap yang produktif namun
saat ini dalam kondisi tidak efisien
Untuk menutupi biaya opersional yang cukup besar maka PDAM
Tidore harus melakukan penyesuaian tarif yang berlaku saat ini
dengan taetap mempertimbanggkan kemampuan pelanggan
Meningkatkan efektifitas penagihan dengan mengoptimalkan
pelayanan dan petugas di lapangan
4. Aspek Operasional
Dari aspek operasional dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Cakupan pelayanan baru mencapai 21,29%,untuk daerah pelayanan
kecamatan Tidore,Tidore selatan dan Tidore Utara,sedangkan untuk
keseluruhan jumlah daratan Halmahera, jika dihitung Rasio terhadap
jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan cakupan pelayanan dibawah
20% .
Kualitas air di sebagian daerah pelayanan terasa payau bahkan asin
disaat laut sedang pasang,dikarenakan sumber mata air mengalami
rembesan air laut
5. Aspek Administrasi
Nilai yg diperoleh dari aspek administrasi sangat rendah bila
dibandingkan dengan maksimum nilai yg dapat diperoleh. Hal ini antara
lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Tidak memiliki Renncana Jangka Panjang(corporate lan)
Memiliki Rencana Organisasi dan Uraiyan tugas namun baru
dipedomani sebagian
Tidak memiliki prosedur Organisasi standar
Memilikin Rencana penilaian Kinerja Karyawan namun belum
dipedomani sepenuhnya
akan air minum, maka adalah hal yang wajar jika sektor tersebut
mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan
orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara. salah satunya dengan melakukan
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).
Pelayanan air bersih di wilayah kota Tidore yang dilakukan oleh
PDAM masih dibawah 40% dengan kondisi PDAM (sesuai hasil audit BPK
tahun 2009) berada dalam kategori sakit, sehingga diperlukan solusi teknis
yang menunjang penyelesaian masalah finansial. Selain itu, pusat
pertumbuahan ekonomi dan penduduk di sebagian wilayah kota Tidore
juga belum terlayani dengan oleh PDAM. Oleh karena itu, PDAM Kota
Tidore Kepulauan selaku pemenuh kebutuhan air di wilayah tersebut tentu
memiliki tantangan yang jauh lebih berat dalam mengatasi keterbatasan
ketersediaan air minum di wilayah Kota Tidore Kepulauan seiring dengan
peningkatan konsumsi air minum yang terjadi.
Mengingat keterbatasan PDAM dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
tersebut, maka salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih
bagi masyarakat kota Tidore Kepulauan adalah dengan melakukan
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).
Pengembangan SPAM pada dasarnya merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah kabupaten/kota (pemkab/kota). Namun, mengingat
masih sangat terbatasnya sumber daya manusia yang ada di daerah
tingkat dua (kabupaten/kota), maka baik pemerintah pusat maupun
pemerintah tingkat satu (provinsi) harus dapat memberikan dukungan dan
bantunan teknis pembinaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dari
daerah tersebut dalam upayanya melaksanakan penyelenggaraan SPAM
secara optimal menyeluruh, berkelanjutan dan dilakukan secara terpadu
dengan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap tahapan
penyelenggaraannya.
Pengembangan sistem penyediaan air minum memiliki regulasi
yang pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan pengelolaan dan
pelayanan air minum yang berkualitas, berkuantitas dan berkontinuitas
kepada publik dengan harga yang terjangkau, tercapainya kepentingan
pelayanan secara gravitasi hanya pada jam puncak yaitu pagi hari pukul 6 –
12 dan sore hari pukul 16 – 19.
c. Melakukan penggantian pipa yg terlalu kecil untuk menjaga kestabilan aliran
pada jaringan distribusi.dengan cara ini maka kehilangan tekanan
(headloss) pada jaringan pipa yg semula cukup tinggi (>10m/km) dapat
ditekan menjadi di bawah nilai tersebut.
d. Melakukan penggantian semua meter induk yg rusak untuk masing-masing
sumur dan dilakukan pendataan secara kontinue, dengan cara ini maka
kehilangan air baik dari pipa transmisi dan distribusi dapat terkontrol.
Dengan adanya kegiatan optimalisasi maka komponen kegiatan yg harus
dilakukan perbaikan agar pelayanan air Kota Tidore dapat bekerja dengan
baik adalah :
a. Membangun broncaptering mata air Tanjung Seli dengan ukuran 5,5 m x
3 m x 3 m, plesteran dinding pada badan jalan bagian Timur dengan
beton kedap air (hasil test sondir), menguruk genangan air disekitar
broncaptering dan membuang sisa air asin/payau pada kolam kemudian
diganti dengan air tawar.
b. Penambahan jaringan transmisi diameter 200 mm sepanjang 325 m +
accesories.
c. Penggantian pipa yg terlalu kecil dengan dimensi pipa yg lebih besar.
Tabel VII.18.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Pengembangan Penyediaan Air Minum
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
NO SATUAN KET
LINGKUNGAN
2017 2018 2019 2020 2021
Catatan :
Usulan Kegiatan Program selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
RPIJM.
Pada tahun 2012 telah dilakukan Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Air Limbah Provinsi Maluku Utara. Dalam studi tersebut telah diidentifikasi
kebutuhan sarana dan prasarana air limbah di semua Kota dan Kabupaten
di Maluku Utara sampai tahun 2015 berdasarkan proyeksi beban
lingkungan akibat produksi air limbah.
Tabel VII.19.
Kuantitas Limbah Cair Kota Tidore
Lumpur
Luas Wilayah Q sal Q ST
Penduduk Q total tinja
No Kecamatan Qd Qnd (m3/hari (m3/hari
Km2 Ha (jiwa) (m3/hari) (m3/har
) )
i)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Jumlah 1550.37 155037 74,845 5,988 1,198 7,185 6,467 719 6.0
Sumber : Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Air Limbah Provinsi Maluku Utara, 2012
Tabel VII.20.
Rekapitulasi Beban Limbah Cair
Debit Limbah Cair (m3/hari)
No Kab/Kecamatan Q tangki Q saluran Q tanah
septik
1 Kota Tidore
Tidore
Tidore Selatan 474.87 2948.21 1086.76
Tidore Utara
Oba Utara
243.64 266.93 118.86
Oba
Jumlah 718.51 3215.14 1205.62
Sumber : Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Air limbah Provinsi Maluku Utara 2012
Sasaran 2
Mengingat pentingnya fungsi dari Kota Tidore, yaitu sebagai pusat
pemerintahan propinsi Maluku Utara (Kota Sofifi) dimana akan dibangun
berbagai fasilitas pendukung, maka sangat penting bahwa sarana dan
Tabel VII.26
Kebutuhan Tangki Septik dan Truk Tinja Provinsi Maluku Utara
No Kab/Kota Jumlah % Kebutuhan TS Keb.Total Kebutuh
Penduduk sasaran an
1 2 Sasaran 1 Sasaran Tangki Truk
2 septik Tinja
1 Kota
Tidore
Tidore
Tidore
Selatan 49,466 65% 1608 1608 3
Tidore
Utara
Oba Utara 25,379 65% 825 825 2
Oba
Program investasi bidang PLP adalah program pemerintah pusat untuk membantu
pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota diseluruh Indonesia dalam
pengendalian lingkungan hidup. Sasaran yg ingin dicapai adalah menterjemahkan
kebijksanaan nasional yg sudah disepakati dalam rencana tindakan ditingkat
pemerintah kabupaten/kota. Beberapa komponen utama dalam program kelayakan
investasi bidang PLP yaitu :
Penyusunan strategi dasar pengelolaan lingkungan di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota.
Peningkatan pengelolaan persampahan khususnya di TPA, pengangkutan
sampah dan penyapuan jalan utama serta pembuatan kompos.
Peningkatan pengelolaan air limbah domestik di IPLT dan MCK.
Kegiatan kampanye lingkungan dan partisipasi masyarakat.
Target yang dicapai adalah tercitanya suatu pengelolaan persampahan dan
sanitasi yg lebih baik dan memuaskan bagi semua pihak, baik sumber,
pemerintah maupun pengelola persampahan lainnya. Penambahan sarana dan
prasarana dilakukan untuk meningkatkan tingkat pelayanan pengelolaan
sampah, sehingga sampah yg dihasilkan masyarakat dapat dikelola dengan
baik agar tidak berserakan dan mengurangi keindahan kota serta menimbulkan
berbagai masalah kesehatan.
Tabel VII.27.
Produksi Sampah Harian s/d Tahun 2015
Kecamatan Produksi Sampah/hari (m3) Tahun 2006-2015
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tidore 24 25 25 26 26 27 27 28 28 29
Tidore 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16
Selatan
Tidore Utara 15 15 15 16 16 16 17 17 17 18
Oba Utara 15 20 28 38 38 50 53 55 57 58
Oba 12 13 13 13 13 14 14 14 15 15
Kota Tidore 79 86 95 107 114 122 125 129 132 136
Kepulauan
Kota sofifi adalah Ibukota Provinsi Maluku Utara terletak di bagian Barat Pulau
Halmahera dan di sebelah Timur Pulau Tidore dan Tidore. Pulau Halmahera
termasuk pulau induk dalam gugusan kepulauan Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis posisi Kota Sofifi berada di Pulau Halmahera dalam wilayah
pemerintahan Kota Tidore Kepulauan dan terletak pada batas astronomis 0° -
20° LU (Lintang Utara) hingga 0° - 50°Ls (Lintang Selatan) dan pada posisi
127°10’ - 127°45’ Bujur Timur.
Kecamatan Oba Utara memiliki luas wilayah sebesar 800,0 Km2 atau 51,60%
dari luas wilayah Kota Tidore Kepulauan, dan merupakan salah satu wilayah
terluas di Kota Tidore Kepulauan. Secara administrasi, batasan Kota Sofifi saat
ini masih dalam koridor Kecamatan Oba Utara. Namun tidak menutup
kemungkinan kawasan Kota Sofifi akan berkembang lebih besar seiring
pertumbuhan dan kebutuhan ruang. Kawasan perencanaan master plan
drainase Kota Sofifi ini meliputi wilayah BWK-3 dan BWK-4 yg merupakan
bagian wilayah Kecamatan Oba Utara, dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel VII.28.
Kawasan perencanaan master plan drainase Kota Sofifi
(wilayah BWK-3 dan BWK-4)
No Kelurahan/Desa Luas Wilayah Prosentase
1 Ampera 148,493 15,68
2 Akekolano 187,251 19,77
3 Oba 279,705 29,54
4 Somahode 67,483 7,12
5 Garajou 111,535 11,77
6 Kusu 152,387 16,09
Luas Wilayah 946,854 100
a. Topografi
Secara umum kondisi topografi Kota Sofifi merupakan dataran rendah, landai
hingga bergelombang dengan ketinggian bervariasi mulai dari ± 0,0 diatas
permukaan laut (dpl) sampai ketinggian diatas ± 10,0 dpl. Hal ini disebabkan
lokasi Kota Sofifi ini berada ditepi perairan. Topografi lokasi pekerjaan berada di
areal dengan topografi dataran sebagian kecil perbukitan dengan ketinggian
±3,0 dpl hingga ±27,0 dpl. Secara fisik wilayah, Kota Sofifi didominasi oleh lahan
datar dan kemudian diikuti oleh lahan terjal. Gambaran mengenai kondisi
topografi Kota Sofifi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel VII.29.
Kondisi Topografi Kota Sofifi
No Keadaan Luas (Ha) Presentase Terhadap
Topografi Luas
1 Datar (0-40%) 15,040 40
2 Landai (0-15%) 5,264 14
3 Miring (15-40%) 7,520 20
4 Terjal (>40%) 9,776 26
Total Luas 37,600 100
Sumber : Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka, Tahun 2012
b. Jenis Tanah
Jenis tanah Kota Sofifi berdasarkan sistem klasifikasi Pusat Penelitian Tanah
(PT,1983) Bogor, dikelompokkan ke dalam tiga jenis tanah yaitu tanah aluvial,
litosol dan kambisol. Menurut sistem klasifikasi Soil Taksonomi (USDA, 1990),
tanah aluvial dan Litosol sepadan dengan ordo tanah entisol dan tanah
kambisol sepadan dengan inceptisol.
c. Curah Hujan
Kota Sofifi adalah sebagai bagian dari dataran wilayah Kota Tidore Kepulauan
yg merupakan daerah pantai karena kurang dari 80% kawasan merupakan
daerah pantai, sedangkan 20% lainnya merupakan daerah pegunungan.
Kondisi wilayah demikian membuat iklim Kota Tidore Kepulauan termasuk Sofifi
sangat dipengaruhi oleh angin laut dengan curah hujan rata-rata antara 2.000 -
2.500 mm/tahun. Musim kemarau terjadi pada bulan Desember sampai dengan
bulan Maret, sedangkan musim penghujan jatuh pada bulan Mei sampai dengan
bulan Oktober yg disebabkan oleh musim tenggara.
Tabel VII.30.
Jumlah Bulan Basah/Kering di Kecamatan Kota Tidore Kepulauan
No Kecamatan Bulan Kering Bulan Basah Type Iklim
1 Tidore 1 11 A
2 Tidore Utara 2 10 A
3 Tidore Selatan 2 10 A
4 Oba Selatan 1 11 A
5 Oba Utara 1 11 A
d. Iklim
dengan relief datar, memiliki kemiringan lereng pantai 0° - 5°. Hasil pengukuran
pasang surut selama 24 jam dengan interval pengamatan 1 jam menunjukan
bahwa daerah tersebut memiliki tunggang pasang surut sebesar 121 cm.
Tunggang pasang surut = Pasang tertinggi – surut rendah = (171-50) cm
= 121 cm
Pada daerah penilitian terjadi 2 kali air tinggi dan 2 kali air rendah dalam waktu
24 jam, maka jenis pasang surut yg berkembang pada daerah ini dalah “semi
diurnal tide”.
Pasang surut bertipe campuran mirip harian ganda, dimana terjadi 2x pasang
naik dan 2x surut sebagaimana umumnya tipe pasang surut pada daerh timur
Indonesia ;
Kecepatan arus berkisar antara 4,76 – 12,32 cm/detik
Hasil pengukuran salinitas air laut sebesar 1,63% dengan pH 7,6;
Nilai kualitas air laut dibawah nilai ambang batas (IMPL berkisar -20 sampai
dengan 0)
Secara umum kondisi alam Kota Sofifi adalah daerah landai dan berbukit da
bagian timur kota, dan datar sepanjang pantai barat dan ditengah kawasan
BWK-3 dan BWK-4. Di tengah kota sofifi dialiri oleh sungai/kali besar yakni kali
Oba yg memisahkan antara kawasan bagian wilayah Kota BWK-1 & BWK-2
dengan BWK-3 & BWK-4. Selain kali oba, yakni kali kusu dan kali tudu, yg
sering menimbulkan masalah banjir, selain manfaat lain yg diberikan.
Berdasarkan data hasil survey lapangan 2013, kota sofifi memiliki total panjang
outline dan jaringan drainase saluran sebesar 11.094 m, dengan rincian saluran
galian tanah 902 m. Dari total panjang outline dan jaringan drainase tersebut
masih banyak terdapat jaringan jalan yg kiri kanannya belum terdapat saluran
dan jaringan jalan yg salah satunya sudah terapat jaringan.
d). Permasalahan
Penanganan sistem drainase di Kota Sofifi terkesan sporadis sesuai
dengan permasalahan yang timbul. Ini disebabkan karena belum adanya
- Pintu Air
- Saluran Flood way
10
1. Pembangunan IPAL Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Utara paket
10
2 Pembangunan IPAL Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Tengah paket
10
3. Pembangunan IPAL Kecamatan √ √ √ √ √
Oba paket
paket
10
7. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Tengah paket
10
8. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba paket
10
9. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Selatan paket
19. √ √ √ √ √
Pemeliharaan Rutin IPAL dan MCK 5 Unit
Pengadaan Alat Berat Mendukung
20. 10 √ √ √ √ √
TPA Rum (Exavator dan Begu
Unit
Loader)