Anda di halaman 1dari 84

Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020

Kota Tidore Kepulauan

Rencana Program Investas


Jangka Menengah 2016 - 2020
Kota Tidore Kepulauan

BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

PROPINSI MALUKU UTARA TAHUN 2016 - 2020

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 0


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman


7.1.1. Kondisi Eksisting
Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun berupa kampong/permukiman
menempati lahan proporsi yang relatif kecil dilihat dari penyebarannya
kampung/permukiman menyebar diseluruh kecamatan.
Rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Tidore di prioritaskan pada
pengembangan wilayah di sekitar kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan
dan bersifat kompleksitas pengembangan serta efisiensi pembiayaan
pembangunan. Secara terinci kawasan budidaya yang direncanakan akan
dikembangkan di wilayah perencanaan dalam rencana pola ruang terpilih adalah:
a) Kawasan perumahan/permukiman
b) Kawasan Pelabuhan (di Manintingting), dengan kegiatan: pelabuhan/
pergudangan, industri beserta pendukung.
c) Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten
d) Kawasan Komersial/Perdagangan dan Jasa (CBD)
e) Fasilitas Sosial/Umum
f) Pariwisata
g) Sarana dan Prasarana Transportasi
h) Dan lain sebagainya

Rencana pola pemanfaatan ruang di Kota Tidore dapat dilihat pada Tabel Rencana
Pola Ruang berikut ini.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 1


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.1. Rencana Pola Ruang di Wilayah Perencanaan Tahun sampai


dengan tahun 2027

No. BWK/Pola Ruang Luas (Ha) %


BWK I
Kawasan Lindung
1 Sempadan Sungai, Sempadan Pantai, Sekitar Danau 74,78 6,73
2 Hutan Kota 4,50 0,40
3 Hutan Bakau 82,86 7,46
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung 162,14 14,59
Kawasan Budidaya
1 Perumahan/Permukiman 186,49 16,78
2 Kawasan Pelabuhan Manitingting 552,00 49,67
a. Pelabuhan/Pergudangan 90,00 8,10
b. Industri 160,00 14,40
c. Komersial/Pelayanan Umum 25,00 2,25
d. Perumahan 45,00 4,05
e. Sarana/prasarana 97,00 8,73
f. Ruang Terbuka Hijau 50,00 4,50
g. Hijau Preservasi/wisata 85,00 7,65
3 Fasilitas Sosial/Umum 2,370 0,21
4 Jaringan Jalan 44,450 4,00
Ruang Terbuka Hijau (Lapangan Olahraga, Taman, dan
5 sebagainya) 163,905 14,75
Jumlah 1.111,35 100,00
BWK II

Kawasan Lindung
1 Sempadan Sungai, Sempadan Pantai 80,446 6,51
2 Hutan Kota 38,730 3,13
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung 119,18 9,64
Kawasan Budidaya
1 Perumahan/Permukiman 421,61 34,11
2 Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten 120,00 9,71
3 Pariwisata 1,44 0,12
4 Kawasan Komersial (CBD) 137,23 11,10
5 Fasilitas Sosial/Umum 8,56 0,69
6 Terminal 2,00 0,16
7 Jaringan Jalan 49,44 4,00

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 2


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Ruang Terbuka Hijau (Lap. olahraga, taman, tempat


8 376,51 30,46
rekreasi terbuka, dsb)
Jumlah 1.235,97 100,00
BWK III
Kawasan Lindung
1 Sempadan Sungai, Sempadan Pantai 37,85 7,00
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Lindung 37,85 7,00
Kawasan Budidaya
1 Perumahan/Permukiman 254,66 47,12
Fasiltas Keamanan Skala Regional/Kabupaten (Kantor
2 Polres) 1,50 0,28
3 Fasilitas Sosial/Umum 2,37 0,44
4 Jaringan Jalan 21,62 4,00
5 Ruang Terbuka Hijau (Lapangan olahraga, taman, dsb) 222,49 41,17
Jumlah 540,49 100,00
Total Luas Lahan Yang Di kembangkan (Ha) 2.887,81
Lahan Cadangan (Ha) 1.756,08

Kota Tidore Kepulauan merupakan Kota terluas kedua di Provinsi Maluku Utara
tetapi konsentrasi penduduk tidak terlalu besar di wilayah Kota Tidore Kepulauan.
Dengan konsentrasi penduduk yang tidak terlalu besar saat ini, memungkinkan
penerapan percepatan pembangunan di Kota Tidore Kepulauan agar konsentrasi
penduduk mengalami kenaikan secara signifikan.
Pada tahun 2011 Kota Tidore Kepulauan terdapat 5 (lima) kecamatan terdiri dari
Tidore Utara, Tidore Selatan, Tidore, Oba dan Oba Utara. Kemudian pada tahun
2012, sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13, 14, 15 dan 16 tahun 2011 serta
Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 Kota Tidore Kepulauan telah berkembang
menjadi 8 Kecamatan yang terdiri dari 72 Desa/Kelurahan. Kecamatan Oba
dimekarkan menjadi Kecamatan Oba Utara dan Oba Tengah. Yang terakhir
adalah Kecamatan Tidore dimekarkan menjadi Kecamatan Tidore dan Tidore
Timur. Pada tahun 2011 Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 5 (lima) kecamatan
yaitu Tidore Utara, Tidore Selatan, Tidore, Oba dan Oba Utara. Kemudian pada
tahun 2012, sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13,14,15 dan 16 tahun 2011
serta Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 Kota Tidore Kepulauan telah
berkembang menjadi 8 Kecamatan yang terdiri dari 72 Desa/Kelurahan.
Kecamatan Oba dimekarkan menjadi kecamatan Oba dan Kecamatan Oba
BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 3
Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Selatan. Sedangkan Kecamatan Oba Utara menjadi Kecamatan Oba Utara dan
Oba Tengah. Yang terakhir adalah Kecamatan Tidore dimekarkan menjadi
Kecamatan Tidore dan Tidore Timur. Dan sampai pada tahun 2014 KotaTidore
Kepulauan telah dimekarkan menjadi 8 Kecamatan dengan 89 desa/Kelurahan.
Selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel VII.2. Pemerintahan 2012 s/d 2014


Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan
(1) (2)
1.Tidore Utara 14
2. Tidore Selatan 8
3. Tidore 13
4. Tidore Timur 7
5. Oba 13
6. Oba Selatan 7
7. Oba Utara 13
8.Oba Tengah 14

Tabel VII.3.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tidore Kepulauan berdasarkan Kecamatan

Data dan peta penggunaan lahan menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk
permukiman (kampung/desa) hanya sebagian kecil dari keseluruhan luasan
lahan yang ada. Pada umumnya keseluruhan jumlah penduduk mendiami
kawasan dengan fungsi permukiman (kampung). Dengan demikian, maka
perhitungan kepadatan ruang kawasan permukiman didasarkan pada jumlah
penduduk yang hanya mendiami kawasan permukiman. Dengan pertimbangan
demikian, maka angka kepadatan nyata yang ada di Kecamatan-kecamatan
Tidore,Tidore Utara dan Tidore Selatan adalah sebesar 25 jiwa/Ha. Sementara

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 4


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

itu angka kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Oba dan Oba Utara
adalah sebesar 10 jiwa/Ha. Kasus tersebut adalah sebesar 32 jiwa/Ha.
Sedangkan angka kepadatan penduduk di kecamatan Oba dan Oba Utara
menjadi sekitar 30 Jiwa/Ha. Apabila dikehendaki angka kepadatan tidak lebih dari
25 Jiwa/Ha (kepadatan sedang), maka dalam hal ini diperlukan perluasan areal
ruang permukiman untuk menampung kebutuhan pertumbuhan penduduk.

A. Analisis Sistem Permukiman dan Struktur Ruang

A.1. Analisis Permukiman


Perkiraan kebutuhan rumah di Kota Tidore Kepulauan dibagi menjadi
duawilayah yaitu kota dan desa. Dengan perkiraan perbandingan penduduk
yang tinggal di kota dan di desa:
 Di Pulau Tidore = 60% penduduk tinggal di perkotaan dan 40% penduduk
tinggal di desa.
 Di Pulau Halmahera = 40% penduduk tinggal di perkotaan dan 60%
penduduk tinggal di desa.
Tabel VII.4.
Jumlah Penduduk dan KK yang Tinggal di Perkotaan dan Desa
di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No. Kecamatan Penduduk Penduduk Penduduk KK di KK di
Th 2030 Perkotaan Desa Perkotaan Desa
1 Tidore 30.625 18.375 12.250 3.675 2.450
2 Tidore Selatan 25.005 15.003 10.002 3.001 2.000
3 Tidore Utara 23.021 13.813 9.208 2.763 1.842
4 Tidore Timur 11.244 6.746 4.498 1.349 900
5 Oba 14.755 5.902 8.853 1.180 1.771
6 Oba Utara 14.812 5.925 8.887 1.185 1.777
7 Oba Selatan 7.339 2.936 4.403 587 881
8 Oba Tengah 8.892 3.557 5.335 711 1.067
Kota Tidore
134.199 53.680 80.519 10.736 16.104
Kepulauan
Tahun 2030 diproyeksikan jumlah total kebutuhan luas lahan yang dibutuhkan
untuk permukiman di perkotaan sebesar 1,68 Km². Pada tahun yang sama,
dengan KDB sebesar 50% diperkirakan luas lahan untuk permukiman di desa
Kota Tidore Kepulauan sebesar 1,48 Km².

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 5


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.5. Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Kavling Maksimum di Area Perkotaan Tahun 2030

Jumlah Rumah yang


Jumlah Luas Kavling Maksimum
Dibutuhkan Tahun 2030 Jumlah
No. Kecamatan KK di Ketentuan
Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah (Km²)
Perkotaan
Besar Medium Kecil Besar Medium Kecil
1 Tidore 3.675 368 1103 2205 0,07 0,14 0,22 0,43

2 Tidore Selatan 3.001 300 900 1800 0,05 0,11 0,18 0,35

3 Tidore Utara 2.763 276 829 1658 0,05 0,10 0,17 0,32

4 Tidore Timur 1.349 135 405 810 0,02 0,05 0,08 0,16
KDB = 50%
5 Oba 1.180 118 354 708 0,02 0,04 0,07 0,14

6 Oba Utara 1.185 118 355 711 0,02 0,04 0,07 0,14

7 Oba Selatan 587 59 176 352 0,01 0,02 0,04 0,07

8 Oba Tengah 711 71 213 427 0,01 0,03 0,04 0,08

Kota Tidore Kepulauan 10.736 1074 3221 6442 0,19 0,41 0,65 1,68

Sumber: Analisis Studio

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 6


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.6. Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Kavling Maksimum di Area Desa Tahun 2030
Jumlah Rumah yang
Jumlah Luas Kavling Maksimum
No. Dibutuhkan Tahun 2030 Jumlah
Kecamatan KK di Ketentuan
Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah (Km²)
Desa
Besar Medium Kecil Besar Medium Kecil
1 Tidore
2.450 245 735 1470 0,04 0,09 0,15 0,28
2 Tidore Selatan
2.000 200 600 1200 0,04 0,08 0,12 0,23
3 Tidore Utara
1.842 184 553 1105 0,03 0,07 0,11 0,21
4 Tidore Timur
900 90 270 540 0,02 0,03 0,05 0,10
KDB = 50%
5 Oba
1.771 177 531 1062 0,03 0,07 0,11 0,21
6 Oba Utara
1.777 178 533 1066 0,03 0,07 0,11 0,21
7 Oba Selatan
881 88 264 528 0,02 0,03 0,05 0,10
8 Oba Tengah
1.067 107 320 640 0,02 0,04 0,06 0,12
Kota Tidore Kepulauan
16.104 1610 4831 9662 0,29 0,61 0,97 1,48
Sumber: Analisis Tim, 2009

Berdasarkan jumlah keluarga yang diperkirakan tinggal di perkotaan dan desa maka dapat diproyeksikan luas lingkungan
perkotaan dan desa di Kota Tidore Kepulauan sebagai berikut:

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 7


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

a. Kawasan Perkotaan

Proporsi Pemanfaatan Ruang Perkotaan dapat dijabarkan sebagai berikut:


Tabel VII.7. Proporsi Pemanfaatan Ruang Perkotaan
Pemanfataan Ruang Sirkulasi
80%
Permukiman Fasum, Fasum Ruang Terbuka 20%
60% 40%

Tabel VII.8. Area Perkotaan di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030


Pemukiman,
Jaringan Luas
No. Kecamatan Jumlah KK di fasos, fasum,
sirkulasi Area
Perkotaan ruang
kota Perkotaan
terbuka hijau
1 Tidore 3.675 0,61 25,46 26,07
2 Tidore Selatan 3.001 0,45 29,92 30,37
3 Tidore Utara 2.763 0,46 26,56 27,02
4 Tidore Timur 1.349 0,21 23,99 24,20
5 Oba 1.180 0,22 189,89 190,11
6 Oba Utara 1.185 0,22 176,87 177,09
7 Oba Selatan 587 0,10 92,47 92,58
8 Oba Tengah 711 0,13 199,45 199,59
Kota Tidore Kepulauan 10.736 2,40 764,62 767,02
Sumber: Analisis Tim, 2009

b. Kawasan Perdesaan

Proporsi Pemanfaatan Ruang Perdesaan

Tabel VII.9. Proporsi Pemanfaatan Ruang Perdesaan


Pemanfataan Ruang Sirkulasi
Rumah dan lahan usaha
20%
80%

Asumsi luas lahan usaha = 2Ha/KK

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 8


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.10. Area Perdesaan di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030


Jumlah Pemukiman, fasos, Jaringan Luas
No. Kecamatan KK di fasum, ruang sirkulasi Area
Desa terbuka hijau kota Desa
1 Tidore 2.450 0,43 16,97 17,40
2 Tidore Selatan 2.000 0,32 19,95 20,26
3 Tidore Utara 1.842 0,33 17,71 18,03
4 Tidore Timur 900 0,16 15,99 16,15
5 Oba 1.771 0,35 284,84 285,18
6 Oba Utara 1.777 0,34 265,31 265,66
7 Oba Selatan 881 0,18 138,71 138,89
8 Oba Tengah 1.067 0,22 299,18 299,40
Kota Tidore
16.104 2,18 1058,65 1060,84
Kepulauan
Sumber: Analisis Tim, 2009

A.2. Analisis Struktur Ruang


Pada Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat bahwa penentuan orde wilayah
dilakukan penggabungan antara analisis indeks sentralitas dengan indeks
kependudukan yaitu skoring terhadap sarana prasarana dan kependudukan.
Variabel yang digunakan dalam aspek sarana prasarana adalah fasilitas
kesehatan dan pendidikan. Sedangkan aspek kependudukan menggunakan
variabel kepadatan penduduk per kecamatan.

B. Permukiman Kumuh
Program Kota tanpa kumuh (KOTAKU) merupakan program yang
menggunakan sinergi pendekatan :
1. Pembangunan Infrastruktur Berbasis Masyarakat,
2. Penguatan Peran Pemda sebagai Nakhoda dan
3. Kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya di
Kabupaten/Kota
Melalui sinergi ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat lebih mempercepat
penanganan kumuh perkotaan dan gerakan 100-0-100 dalam rangka
mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
LINGKUP PROGRAM & TARGET NSU 2016-2020

TARGET 1: Dukungan Penanganan Kumuh tahun 2016-2020

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 9


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

- Dilaksanakan di seluruh kawasan kumuh (19 desa/kelurahan;


- Perencanaan Partisipatif berorientasi Penanganan Kumuh
- Partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam kegiatan penanganan kumuh
di wilayahnya

TARGET 2: Gerakan 100-0-100 di Perkotaan Tahun 2016-2020


- Dilaksanakan di seluruh kelurahan dan atau kawasan/ kecamatan perkotaan
(8.473 kel/ds);
- Perencanaan Partisipatif Gerakan 100-0-100 di Perkotaan;
- Partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam kegiatan optimalisasi gerakan
100-0-100 di wilayahnya

TARGET 3: Peningkatan Peran Pemda dalam membangun Kolaborasi


Optimalisasi Gerakan 100-0-100 Tahun 2016-2020
- Kolaborasi masyarakat dan Pemda serta stakeholder Kota dalam percepatan
penanganan kumuh di perkotaan
- Penguatan Peran Pokja Permukiman Kota, City Changer, dll
- Bantuan Teknis (Mis. Konsultan, Monitoring, dll)

TARGET 4: Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable


Livelihood) Tahun 2016-2020
- Peningkatan asset SDM, Modal Sosial, Infrastruktur, SDA dan Finansial bagi
masyarakat perkotaan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 10


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Gambar VII.2. Bagan Penanganan Kumuh di wilayah Kota Tidore Kepulauan

Amanat UUD’45 Pasal 28H Ayat 1 :


“Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan

RENSTRA DINAS PEKERJAAN


UMUM KOTA TIDORE KEPULAUAN UU No.1 Tahun 2011 : Penanganan
permukiman kumuh wajib
dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan atau setiap
RPJMD KOTA TIDORE KEPULAUAN orang
2016-2021 :

Surat Edaran Dirjen Cipta Karya


Nomor: 40/SE/DC/2016 RPJMN 2015-2019 :
Tentang Pedoman Umum tercapainya pengentasan permukiman
Program Kota Tanpa Kumuh kumuh perkotaan menjadi 0 persen

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 11


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Gambar VII.2. Kegiatan Penanganan Kumuh di wilayah Kota Tidore Kepulauan

SK WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN


PENDATAAN OLEH TIM NOMOR 58.1 TAHUN 2016
FASILITATOR DAN DINAS TENTANG PENETAPAN LOKASI
PU PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KUMUH
DI KOTA TIDORE KEPULAUAN

SK WALIKOTA NOMOR 121.2 TAHUN


2016

TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK


LOKAKARYA DAN SOSIALISASI KERJA PERUMAHAN DAN KAWASAN
100 0 100 PERMUKIMAN TOMALOA SE BANARI
KOTA TIDORE KEPULAUAN

LOKAKARYA PENANGANAN
KOTA TANPA KUMUH
KOTAKU (KOTA TANPA
KUMUH) RP2KPKP

PENANGANAN FISIK KAWASAN


PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN PERDA P2KPKP
SECARA BERTAHAP

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 12


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.1.2. Sasaran Program

Target :
1. Mengetahui perkiraan kebutuhan sarana dan prasarana dasar yang
dapat mendorong pengembangan potensi Kawasan Kumuh Perkotaan;
2. Mengetahui karakteristik kawasan-kawasan terpilih sesuai dengan
potensi yang dapat dikembangkan;
3. Mengetahui jenis sumber daya pembangunan yang dapat mendukung
pengembangan potensi dari Kawasan Kumuh Perkotaan;
4. Menyusun rencana penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan, serta
pola pembiayaan.
5. Mewujudkan proses transformasi kapasitas kepada masyarakat melalui
pembelajaran dan pelatihan secara langsung di lapangan.
6. Mendorong akses bantuan kepada masyarakat yang tinggal di
lingkungan permukiman kumuh;
7. Meningkatkan kemampuan kelembagaan Pemerintah/Pemerintah
Daerah dan kelompok masyarakat di bidang perumahan dan
permukiman.
8. Meningkatkan kesadaran hukum bagi para aparat
Pemerintah/Pemerintah Daerah dan masyarakat.
9. Memberdayakan pasarperumahan untuk melayani lebih banyak
masyarakat.
10. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
umum dan ekonomi lingkungan pemukiman.

Sasaran :
1. Terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat
setempat yang mampu menata lingkungan perumahan mereka;
2. Terciptanya pertumbuhan usaha ekonomi produktif dan keswadayaan
masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman;
3. Tercapainya lingkungan perumahan dan permukiman yang layak huni;
4. Terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tinggal di
lingkungan permukiman kumuh;

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 13


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

5. Tertatanya lingkungan permukiman kumuh menjadi lingkungan yang


sehat, indah, aman dan nyaman menuju Kota Tidore sebagai Kota
Pantai;
6. Tercapainya peningkatan derajat kesehatandan pendidikan
masyarakat.

Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan ;


Di wilayah Kota Tidore Kepulauan terdapat sejumlah kawasan yang
dianggap memiliki ketertinggalan dibandingkan lainnya, dengan kriteria
seperti minimnya sarana dan prasarana dasar perkotaan , ketertinggalan
ekonomi,keterisolasian wilayah serta rendahnya sumber daya manusia.
Terdapat sekitar 60% Desa/kelurahan merupakan kawasan tertinggal.
Dikecamatan Oba dan Oba Utara, praktis semua Desa yang ada saat ini
dapat dikategorikan tertinggal terutama dilihat dari layanan sarana dan
prasarana dasar perkotaan. Sementara di kecamatan-kecamatan di P.
Tidore hanya sebagian yang termasuk tertinggal di P. Maitara dan P.
Mare.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 14


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.1.3. Usulan Kebutuhan Program

Program yang diusulkan

Tabel VII.11.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Kawasan Permukiman
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
LUAS
NO RENCANAPROGRAM / KAWASAN PERMUKIMAN KAWASA KET
N TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
I II III IV V

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

133.22
I Kawasan Kumuh Perkotaan
Ha

1. Pencegahan dan peningkatan


22 Ha √
kualitas Kawasan Permukiman
kumuh Pulau Tidore
2. Pencegahan dan peningkatan
24.23
kualitas Kawasan Permukiman √
Ha
kumuh Kecamatan Oba Utara

3. Pencegahan dan peningkatan


3.79
kualitas Kawasan Permukiman √
Ha
kumuh Kecamatan Oba Tengah

4. Pencegahan dan peningkatan


24.70
kualitas Kawasan Permukiman √
Ha
kumuh Kecamatan Oba

5. Pencegahan dan peningkatan


58.50
kualitas Kawasan Permukiman √ √
Ha
kumuh Kecamatan Oba Selatan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 15


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan


7.2.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan
7.2.1.1. Kondisi Eksisting
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi
penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan
lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah : (1)
memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras. (2) memberdayakan masyarakat
agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
 Kurang ditegakannya aturan keselamatan , keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan
kurang mendapat perhatian
 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan


 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
 Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi
untuk mendorong pertumbuhan kota.
 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olahraga
dan lain-lain kurang diperhatikan hampir disemua kota, terutama kota Metro
dan Besar.
3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
 Amanat Undang-Undang No.28 tahun 2002 tentang bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 16


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun
2010.
 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun
2015,200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua
Kabupaten/Kota bebas kumuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan


lingkungan antara lain:
1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota
2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan,
seperti struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya.
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan
5. Dalam penyusunan RPUM harus memperhatikan Rencana Induk (master
plan) Pengembangan Kota
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan
7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan
pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-
kurangnya dilaksanakan pada tahap perncanaan, baik dalam penyusunan
rencana induk maupun dalan perencanaan teknik.
8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang
tersedia
9. Tingkat kelayakan pelayanan,efektifitas dan efisiensi penataan bangunan
dan lingkungan pada kota bersangkutan.
10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan
masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.
11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat
maupun swasta
12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan
13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama
dalam hal pemulihan biaya investasi
14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan
lingkungan perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 17


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

15. Safeguard sosial dan lingkungan


16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan


Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta
pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara
yang merupakan kewenangan pusat.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah
yang belum menindak lanjuti sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari :
1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda
Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama
Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan
Gedung.
2. Masih banyaknya Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran
masih belum memiliki atau melembagaan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli
Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan
lingkungan;
3. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan
pendataan bangunan gedung;
4. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak
Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan
yang baru hasil pembangunan sejak 2003-2006;
5. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen
pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan
berkala terhadap sarana prasarana penanggulangan bahaya kebakaran agar
selaku siap pakai setiap saat.
6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana
bagi penyandang cacat
7. Masih banyaknya Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 18


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

8. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang


terdegradasi dan belum ditata ulang.
9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan
kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang
secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawan
Kabupaten/Kota.
10. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum melaksanakan pembangunan
lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong
kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman
yang berkelanjutan.

Untuk itu, Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembinaan teknis


Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan
amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran
2009-2013, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu
melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih
cepat memampukan Kabupaten/Kota.
Disamping hal tersebut, Undang-undang No.4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas
lingkungan pemukiman dilaksanakan secara menyeluru,terpadu dan bertahap
mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh
pemerintah daerah secara komperensive, akomodatif dan responsif.
Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni :
mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi
penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan terhadap air minum dan sanitasi
yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan
permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat
setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif. Penyelenggaraan
pengembangan lingkungan pemukiman perlu dilakukan secara komprensive
dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat
sesuai siklus P2KP.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 19


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.2.1.2. Permasalahan yang dihadapi


A. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah
penegakan aturan tata bangunan gedung dan lingkungan yaitu dengan
menyusun peraturan dn legalisasi. Dari sasaran ini maka dibutuhkan
kemantapan kelembagaan penataan bangunan gedung dan lingkungan
serta peningkatan sarana prasarana pemeliharaan bangunan dan
lingkungan. Sasaran selanjutnya adalah ketercapaian indeks
kenyamanan lingkungan (IKL) sebesar 10%.

B. Rumusan Masalah
Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan
bangunan gedung dan lingkungan di Kota Tidore, maka dapat
diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut :
a. Belum tertatanya bangunan dan lingkungan
b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran
c. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan
tradisional/bersejarah
d. Kurang maksimalnya penataan dan pembangunan sarana prasarana
pemukiman kumuh
e. Belum tertibnya sarana reklame,belum terkelolanya sarana parkir
dan belum bertanya perijinan bangunan telepon selular (BTS)

C. Permasalahan dan Tantangan


Berdasarkan hasil analisa terhadap data yang ada maka dari sektor tata
ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang
dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. permasalahan dan tantangan di bidang bangunan gedung
 saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini
berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara
fungsi bangunan dan fungsi lahan.
 Saat ini belum ada penegakan hukum yg dilakukan oleh lembaga
yg berwenang terhadap penataan bangunan gedung. Ini

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 20


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

menyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-


pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya
pembangunan gedung yg tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
 Letak bangunan yg semakin padat dan bentuk bangunan yg
semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan kawasan Kota Tidore sering menyulitkan
penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten/kota.
2. permasalahan dan tantangan di bidang penataan lingkungan
pada bidang penataan lingkungan,dihadapi permasalahan
sebagaiberikut :
 banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat
menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan
wisata dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki
keterbatasan sarana prasarana untuk berkembang menjadi
permukiman sehat.
 Belum terkelolanya sarana parkir dan reklame menjadikan saran-
sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan wilayah perkotaan.

7.2.1.3. Rekomendasi Permasalahan


A. Penataan Bangunan Gedung
1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung
makadiperlukan penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan bagi daerah yg belum memilikinya.
2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan
gedung perlu dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan
lingkungan yg telah disusun.
3. Perlu ada sosialisasi RTBL yg telah disusun kepada masyarakat
secara umum
4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan
dalam penegakan hukum di bidang penataan bangunan dan
lingkungan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 21


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

5. Untuk menanggulangi bencana kebakaran perlu disusun


Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.

B. Penataan Lingkungan

1. Pelestarian Bangunan Tradisional Bersejarah


Untuk melestarikan dan merevitalisasi kawasan wisata dan
bangunan tradisional bersejarah perlu disusun program
penataan dan revitalisasi khusus untuk kawasan wisata dan
tradisional bersejarah.

2. Permukiman Kumuh
Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan
kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana
prasarana misalnya : perkerasan jalan, pembuatan jalan portal
beton, jalan con block, pembuatan talud, pembuatan jamban
keluarga dan lain-lain.

3. Sarana Reklame, Parkir dan BTS


Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plane
penataan sarana reklame di ruang public untuk menertibkan
kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan pengelolaan
kawasan parkir.

7.2.2. Sasaran Program

”STRATEGI PENDUKUNG”
Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar
Tertib, Fungsional, Andal dan Efisien

Tujuan :
Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya.

Sasaran :
 Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota Tidore tahun 2014,

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 22


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

 Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2014
 Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang
efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan
bangunan gedung pada tahun 2013.
 Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi,pelatihan,bantuan teknis dan wasdal
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di seluruh Kabupaten/Kota pada
tahun 2014.
 Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat
Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan sarana prasarana kerja
pendukungnya pada tahun 2014.
 Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara,propinsi,kabupaten dan kota
berupa tanah dan bangunan gedung pada tahun 2014.
 Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di provinsi
di Kota Tidore hingga tahun 2014.

Grand Strategy 2 : Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman


Agar Produktif dan Berjati diri.

Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat,
aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :
 Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di
kawasan Kota Tidore pada tahun 2014.
 Terbaikinya dan terpenuhinya sarana prasarana kawasan permukiman kumuh
dan nelayan di kawasan Kota Tidore pada tahun 2014.
 Terlaksananya pengelolaan RTH di Kota Tidore pada tahun 2014.

Grand Strategy 3 : Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan


Bangunan Agar Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial dan Ekonomi.

Tujuan :
Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai
tambah bagi kualitas fisik,sosial,ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang
bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 23


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Sasaran :
 Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2012.
 Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan
revitalisasi kawasan.

Grand Strategy 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur


Bangunan Gedung untuk menunjang Regional/Internasional yang
Berkelanjutan.

Tujuan :
Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan
teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk
menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara
internasional.

Sasaran :
Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi
dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten
pada tahun 2014.

Target dan Sasaran


Dalam RTRW Provinsi Maluku Utara dan Visi Misi serta Renstra Kota Tidore
Kepulauan, jelas bahwa Kota Tidore Kepulauan diarahkan sebagai Kota Jasa,
Perdagangan, Pendidikan, Pariwisata, Budaya dan Kota Pusat Pemerintahan.
Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penataan ruang , terbagi menjadi ruang
dengan fungsi-fungsi khusus (selain ruang untuk kegiatan perumahan/
permukiman) yang terlihat sebagai berikut :

4. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan


A. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di wilayah Kota Tidore secara umum saat ini diarahkan
kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan
yaitu sebagai jasa perdagangan,pendidikan,perhubungan,pemukiman dan
perkantoran. Dari sisi tata letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 24


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

sebagaimana disebutkan di atas. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel VII.12. Arahan Pola Distribusi Pemanfaatan Ruang diatas .
Zona Tidore Zona Oba
Pemanfaatan Ruang Kec.Tidore Kec.Tidore Kec.Oba
Kec.Tidore Kec.Oba
Utara Selatan Utara
Ruang Permukiman     

Ruang Kawasan 
Industri
Ruang Kawasan 
Pendidikan Tinggi
Ruang Kegiatan Jasa 
& Perdagangan skala
Regional
Ruang Kegiatan 
Pariwisata
Ruang Perkantoran 
Provinsi
Ruang Perkantoran 
Kota
Ruang Kegiatan    
Pertanian/Perkebunan
Ruang Kawasan    
Lindung
Ruang Kawasan 
Militer/Pertahanan
Keamanan Skala
Regional & Nasional

Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasi menjadi bangunan
berumur muda, sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak
terdapat pada bangunan perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan
bangunan berumur sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan
perkantoran, pendidikan dan pemukiman. Selain itu, bangunan berumur tua
juga banyak terdapat pada kawasan-kawasan tradisional. Bangunan-
bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari
bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor
dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kota Tidore
bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas
pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan
keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terutama kawasan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 25


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena
perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung
tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan-bangunan dan kawasan di
Kota Tidore yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan
kawasan peninggalan sejarah baik itu kerjaan maupun perjuangan
keerdekaan.
Bangunan-bangunan tersebut diatas berdasarkan fungsinya baik
bangunan perdagangan dan jasa,perkantoran dan pendidikan, bangunan
tradisional tentu saja memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Nilai
perbedaan ini bisa didasarkan pada lokasi bangunan, fungsi
bangunan,umur/usia bangunan dan nilai histois bangunan. Bangunan yang
berada dikawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih
tinggi dari pada yang berada di pedesaan. Begitupula bangunan fungsi
perdagangan biasanya memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari bangunan
biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan pendapatan atau penerimaan
bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan
tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan.

B. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan


1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan.
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten
kota di wilayah Kota Tidore disyaratkan untuk mengikuti aturan stndart
keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna
bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain
terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk
daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran,banjir,gempa bumi,
maka disyaratkan bangunan-bangunan tersebut harus tahan dan
memiliki tingkat keamanan yang tinggi terhadap ancaman bencana
tersebut.
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana
penanggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 26


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimiliki oleh


setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti
bangun bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran,
supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas
memiliki sarana hidran tersebut, ataupun kalau ada kondisinya belum
sesuai dengan standart yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam
kondisi rusak. Keberadaan hidran ini sangat penting untuk menjadi
sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja
bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik
material atau korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana
hidran ini dengan membuat induk sistem proteksi kebakaran yang
sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas
terkait.
3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Beberapa daerah kawasan di wilayah Kota Tidore memang telah
memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat
penegakan aturan tat bangunan dan lingkungan tersebut karena RTBL
yang ada belum disahkan yang bererti belum memiliki landasan hukum
untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu
proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi
kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan
bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka
bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi
lahan/kawasan. Akhirnya ini berdampak pada titik tertibnya kawasan
yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu
sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan
dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.

7.2.3. Usulan Kebutuhan Program

Setelah mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan menganalisis


terhadap permasalahan yang ditemui selanjutnya ditentukan alternatif
pemecahan masalah, maka usulan prioritas program tata bangunan lingkungan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 27


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

lima tahun kedepan (2009-2013) adalah program dengan rincian kegiatan


sebagai berikut :
Tabel VII.13.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
NO SATUAN KET
LINGKUNGAN
2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Paket √
Penataan Kawasan Wisata Ake sahu

2 Penataan Kawasan Wisata Jikocobo Paket √

3. Penataan Kawasan Wisata Gamyou Paket √

Penataan Kawasan Wisata Mangrove Paket


4. √
Akelamo

Penataan Kawasan Wisata Mangrove Paket


5. √
payahe

Penataan Kawasan Wisata Mangrove Paket


6. √
Tauno

Penataan Kawasan Wisata Mangrove Paket


7. √
Pulau Mare (Kahiya Masolo)

Penataan Kawasan Wisata Pulau Paket


8. √
Woda, Pulau Raja dan Pulau Joji

Penataan Kawasan Wisata Pulau Paket


9. √
Maitara

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 28


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.14.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada sektor Perumahan
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
NO SATUAN KET
LINGKUNGAN
2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Pembangunan Rumah susun AKBID Unit √


Gurabati
Pembangunan Rumah susun
2 Unit √
universitas Nuku

Pembangunan Rumah susun


3. Unit √
universitas Bumi Hijrah

Pembangunan Rumah susun di Kec.


4. Unit √
Tidore (Tambula Cs.)

Pembangunan Rumah susun untuk


5. Unit √
Pekerja

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


6. Unit √
Oba (Payahe Cs.)

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


7. Unit √
Oba Tengah (Akelamo)

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


8. Unit √
Tidore Utara (Maitara Cs)

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


9. Unit √
Tidore (Kompleks TPI Goto)

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


10 Unit √
Tidore Selatan (Pulau Mare)

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


11 Unit √
Tidore Selatan

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


12. Unit √
Oba Utara

Pembangunan Rumah Khusus di Kec.


13. Unit √
Oba Tengah (Roi Cs)

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 29


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)


14. Unit √
di Kec. Tidore Timur (Jikocobo Cs)

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)


15. Unit √
di Kec. Tidore (Goto ngosi Cs)

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)


16. Unit √
di Kec. Tidore Utara (Rum)

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)


17. Unit √
di Kec. Tidore Selatan (Gurabati)

Pembangunan rumah Pohon (fola gau)


18. Unit √
di Kec. Oba (Kolo Cs)

Pembangunan Rumah Tidak Layak


19. Unit √ √ √ √ √
Huni (RTLH)

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 30


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7.3.1. Kondisi Eksisting


7.3.1.1. Pelayanan dan Sumber Air Baku
Pelayanan air minum di wilayah Kota Tidore Kepulauan khususnya pulau Tidore
oleh PDAM masih rendah yaitu sekitar 26. Rendahnya pelayanan air minum ini
dikarenakan kondisi PDAM yang berstatus sakit dan terbatasnya kapasitas
produksi.

A. 1. Pelayanan Zona 1 dan 2


Pelayanan Zona 1 & 2, meliputi wilayah kota yang secara administrative
termasuk Kecamatan Tidore dan menjadi daerah pelayanan yang paling potential
bagi PDAM Tidore Kepulauan. Penduduk Kecamatan Tidore = 6.129 KK ( Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Tidore Kepulauan, 2011), termasuk
Kelurahan Seli (296 KK), Soadara (224 KK), Topo (447 KK) dan Topo Tiga (158
KK).
Saat ini, pelayanan di zona 1 dan 2 terdapat 1.899 SR dan 6 HU. Asumsi
kebutuhan air 80 KK ≈ 1 l/dt , maka kebutuhan air bersih PDAM untuk pelayanan
zona 1 dan 2, membutuhkan air sebesar 63 l/dt.

A.2. Gambaran Sumber Air Baku Zona 1 dan 2


Secara garis besar sumber air baku berasal dari aliran air permukaan atau
sungai, mata air dan air tanah. Khususnya di area pelayanan zona 1 & 2, tidak
dijumpai aliran permukaan atau sungai yang bisa diandalkan sebagai alternative
sumber air baku. Demikian juga mata air tidak dijumpai . Sumber air baku
eksisting, pelayanan air bersih di Zona 1 & 2, dilayani oleh 6 (enam) buah sumur
dalam dengan kapasitas produksi total 18.89 l/dt, dengan sistem selengkapnya
bisa dilihat pada Tabel 3.13. Sedangkan lokasi ke 6 buah sumur dalam dan
reservoir yang terdapat di zona 1 & 2, terlihat pada Gambar 3.7. Ke 6 buah sumur
tersebut tidak memiliki data awal saat pembuatan, seperti : data pemboran, log
lithologi, electrical log, konstruksi sumur dan hasil pumping test. Sehingga tidak
bisa diketahui, kapasitas sumber atau debit aman air tanah yang bisa diproduksi.
Juga tidak ada data konstruksi sumur dan arransemen pipa, sehingga tidak

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 31


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

diketahui kedalaman pipa jambang (pump chamber casing), posisi pipa saringan (screen pipe) dan panjangnya. Jarak antar
sumur terlalu dekat (150m – 200m), lihat gambar 1, kemungkinan terjadi saling mempengaruhi (well interferences), yang menjadi
salah satu sebab turunnya debit produksi sumur-sumur yang ada. Sumur – VI, mempunyai rasa payau/anta Tidak ada meter air,
sehingga tdk diketahui dengan pasti debit produksi. Hitungan kapasitas produksi hanya perkiraan dari kapasitas pompa.

Tabel VII.20.
Data Unit Produksi PDAM Kota Tidore Kepulauan
NAMA HEAD
KAPASITAS (L/det) KETERANGAN
SUMBER/ KEDALAMAN JENIS DAYA MAX (M)
TYPE
PUSAT OPERASI SUMUR (M) Sumber Terpasang Produksi POMPA (kW)
(PO)
Sumur I 100 5 4 10 m3/jam Sumersible SP-17-13 7,5 103 Operasi
Sumur II 100 5 2,2 8 m3/jam Sumersible SP-8A-13 7 60 Operasi
Sumur III 60 8 4,8 13 m3/jam Sumersible SP-17A-12 7,5 96 Operasi
Sumur IV 40 5 3,8 11 m3/jam Sumersible SP-16A-16 7,5 138 Operasi
Sumur V 42 7 4,8 13 m3/jam Sumersible SP-17A-13 11,0 103 Operasi
Sumur VI 100 7,5 4,8 13 m3/jam Sumersible SP-17A-20 11,0 125 Operasi

PO. Seli 6 10 32 m3/jam Centrifugal CR 32 11,0 94 Sudah Tidak


Operasi
PO. Gurabati 100 8 30 m3/jam Sumersible SP-16-16 11,0 151 Operasi
PO. Mareku 40 8 17 m3/jam Sumersible SP-17A-20 11,0 159 Operasi
PO. Soadara 60 5 14 m3/jam Sumersible SP-17A-12 11,0 140 Belum Operasi

Reservoir 200 M3
Tambula

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 32


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Reservoir 50 M3
Tongowai
Reservoir Afa- 100 M3
Afa
Hidravoar 5 M3 1 Unit
Genset 40 kVA 1 Unit
Genset 25 kVA 1 Unit
Genset 60 kVA 1 Unit
Panel
Sumber: PDAM Kota Tidore Kepulauan

A. 1. Pelayanan Zona 3
Pelayanan zona 3, meliputi wilayah Kelurahan Soadara (224 KK), Topo (447 KK), Topo Tiga (158 KK) dan Kelurahan Seli (296
KK), Kecamatan Tidore. Di Zona 3 ini, terdapat 363 SR. Pelayanan air bersih di zona ini, rencananya akan dilayani oleh sumber
Sumur Dalam Soadara. Sampai saat ini pelayanan air bersih di zona 3 dilayani oleh sumur dalam di Gurabati, yang berada 2
Km di sebelah selatannya. Jumlah keluarga yang terdapat di zona 3 = 1.145 KK, apabila diasumsikan 80 KK ≈ 1 l/dt, maka
kebutuhan air saat ini = 14 l/dt

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 33


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

B.2. Gambaran Sumber Air Baku Zona 3

Secara garis besar sumber air baku berasal dari aliran air permukaan atau
sungai, mata air dan air tanah. Khususnya di area pelayanan zona 1 & 2, tidak
dijumpai aliran permukaan atau sungai yang bisa diandalkan sebagai
alternative sumber air baku, demikian juga dengan mata air yang tidak pernah
dijumpai.
Area pelayanan zona 3, terletak dipinggir laut memanjang mengikuti garis pantai.
Sebagian besar masyarakat mendapatkan air bersih dari sumur-sumur gali yang
mereka buat. Kualitas dari sumur gali ini sebagian besar payau atau anta oleh
pengaruh air laut. Akan tetapi bila lagi musim hujan dan laut tidak dalam keadaan
pasang, ada beberapa sumur yang tawar. Sumur Soadara
dibangun tahun 2010, akan tetapi karena kualitasnya yang tidak memenuhi
standart kualitas air minum, maka air baku tersebut tidak bisa didistribusikan
kepada para pelanggan.
Hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan, tanggal 20 Jan
2011, terhadap air Sumur Dalam Soadara, menunjukan kandungan Fe = 5 mg/l
dan E-Coli = 9 Jlh/100 ml, sehingga tidak memenuhi syarat kualitas air minum
(lihat lampiran). Escherichia coli (E. coli) adalah anggota dari kelompok besar
kuman bakteri yang menghuni saluran usus manusia dan hewan berdarah panas
(mamalia, burung). Berdasarkan pengertian tersebut, maka E-Coli hanya akan
dijumpai di air permukaan yang berhubungan dengan kegiatan manusia atau
hewan mamalia dan burung, atau dengan kata lain tidak mungkin dijumpai
pada air tanah. Saat kunjungan konsultan (19 Juni 2012), sedang berlangsung
pekerjaan pemboran untuk membuat sumur dalam Kelurahan Toloa, dijumpai
sumur dengan kualitas dan kuantitas yang baik, elevasi + 17 m dpl, diameter 4-5
m dengan kedalaman mencapai 18 m dengan tebal air bisa mencapai 8 – 10 m,
dalam satu sumur bisa mencukupi kebutuhan 25 Rumah Tangga dengan cara
yang unik. (lihat Gambar).
Masing Rumah Tangga menempatkan pompa air lengkap dengan pipa sampai
kerumah, pada rumah-rumah yang terlalu tinggi, perlu dibantu booster supaya
bisa sampai dirumah masing. Booster bisa 1, 2 sampai 3. Sehingga pada rumah-
rumah yang terdapat pada elevasi yang tinggi (+30 m dpl), beban biaya listrik

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 34


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

yang memberatkan. Di wilayah Toloa dan Dokiri ini dijumpai sekitar 10 sumur
dengan kemampuan serupa.

A. Hasil Survei Geolistrik Toloa dan Dokiri


Di daerah Toloa – Dokiri, telah dilakukan survey Geolistrik oleh PT Sangga
Buana Nusantara atas prakarsa Dinas Pertambangan dan Energi Kota Tidore
Kepulauan. Survei geolistrik sebanyak 3 titik (TL-01 ; TL-02 ; TL-03) dengan
arah bentangan barat daya – timur laut, hasil interpretasi data geolistrik yang
didapat, adalah sebagai berikut : Tidak ada data koordinat dari masing-masing
titik duga geolistrik Dijumpai 5 lapisan batuan dengan resistivity berkisar antara
58,52 – 5250,75 Ώmeter. Yang diinterpretasikan sebagai lapisan akuifer
adalah lapisan batuan dengan resistivity 257,84 – 288,29 Ώmeter. Lapisan
akuifer terdapat pada kedalaman 22 – 99,50 m, dengan ketebalan 42,70 -
45,80 m. Lapisan akuifer ini dijumpai di 3 titik duga geolistrik.

B. 1. Rum Dan Ome


Zona pelayanan Rum dan Ome, secara administrative termasuk dalam wilayah
administrasi Kecamatan Tidore Utara, terletak di sisi pantai sebelah barat P.
Tidore, berhadapan dengan P. Lapisan Akuifer Maitara dan P. Ternate. Belum
ada SPAM di wilayah ini, itu sebabnya ke dua daerah ini menjadi target utama
pengembangan pelayanan PDAM Tidore Kepulauan. Terdapat 1.213 keluarga.

D.2. Kondisi Eksisting Rum dan Ome


Masyarakat di wilayah ini memanfaatkan tampungan air hujan dan sumur
dangkal untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Kualitas sumur dangkal
setempat-setempat ada yang tawar sepanjang waktu.

D.3. Alternatif Sumber Air Baku Rum dan Ome


1. Berdasarkan pada peta topografi dan pengamatan di lapangan, wilayah
Rum dan Ome memiliki morfologi dataran yang relative paling luas di P.
Tidore. Dalam konsep air tanah, maka daerah tersebut merupakan
daerah kemunculan air tanah yang potensial atau dengan kata lain
memungkinkan untuk dibuat sumur dalam untuk produksi air tanah.
Di Rum terdapat 2 (dua) buah sumur dalam yang dibuat oleh Pemerintah
(cq. Direktorat Geologi, Bandung ?).
BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 35
Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

2. Untuk pelayanan SPAM yang direncanakan untuk wilayah Ome dan


Rum, telah di survey aliran permukaan di Luku Cileng (lihat foto), debit
alirannya relative kecil diperkirakan 10 – 15 l/dt. Tapi, kurang lebih 600 m
ke arah hilir, dijumpai aliran tambahan yang menyatu dengan yang
sebelumnya, diinformasikan debitnya bisa mencapai sekitar 30 l/dt.
Elevasi sumber +235 m, sedang daerah pelayanan paling tinggi +
60m…. sehingga bisa gravitasi

C. 1. Pulau Maitara
Pulau Maitara, adalah pulau kecil di sebelah barat P. Tidore, berjarak ± 700 m,
disana ada 2 desa yang secara administrative termasuk wilayah Kecamatan
Tidore Selatan. Desa tersebut adalah Maitara selatan dan Maitara, yang dihuni
oleh 460 KK.
E.2. Eksisting
Masyarakat di wilayah ini memanfaatkan sumur dangkal untuk mencukupi
kebutuhan air sehari-hari, disamping tampungan air hujan. Kualitas sumur
dangkal setempat, relative payau, meskipun saat musim hujan tawar. Didepan
SDN Maitara dijumpai sumur dangkal yang diinformasikan tawar sepanjang
waktu. Sumur tersebut dimanfaatkan oleh 6 keluarga untuk mendapatkan air
bersih. Lebar 2-3 m dengan kedalaman 4-5 m, sedang tebal air ± 1 m.
Kapasitas pompa masing-masing yang terpasang max. 40 l/mnt.

E.3. Alternative Sumber Air Baku


Informasi penduduk, kedalaman sumur dangkal bisa mencapai 15 m (max 20
m), yang merupakan tebal batuan pelapukan yang mungkin menjadi akuifer.
Dan secara morfologi merupakan daerah datar yang paling luas di kaki gunung.
1. Sumur dangkal yang ada di depan SD Maitara, agar dilakukan pembersihan
dan didalamkan sebisa mungkin, kemudian dilakukan pumping test
sederhana untuk memastikan debit dari sumur dangkal tersebut. Apabila
didapat data debit yang cukup besar (> 2 l/dt), selanjutnya dibuat sumur
dangkal baru disekitar areal tersebut yang lebih mendekat kearah kaki
gunung, sebagai sumber utama pelayanan PDAM di Maitara.
2. Menyalurkan air dari Rum ke Maitara, melalui pipa didasar laut. Informasi
sementara, kedalaman ± 26 m dengan jarak ± 700 m. Perlu data bathymetri

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 36


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

(peta kedalaman) selat yang menghubungkan P. Tidore – P. Maitara. Ada


proyek PLTU yang meletakan kabelnya di dasar laut…. Mungkin bisa
mendapatkan data dari PLN.
3. Membuat pengolahan air asin (RO). Di desa Maitara, sudah ada instalasi RO
untuk membuat air isi ulang 1 galon = Rp. 5000 Dua (2) alternative terakhir,
akan membutuhkan biaya yang besar, sehingga kompensasinya harga air
yang terjual menjadi mahal.
Permasalahan terkait sistem penyediaan air bersih yang ada di Kabupaten Tidore
Kepulauan adalah terbatasnya kapasitas produksi.

7.3.1.2. Sejarah Singkat PDAM Kota Tidore Kepulauan.

Penyediaan air bersih di Kota Tidore Kepulauan khususnya Kota Soasio dan
sekitarnya sudah dimulai sejak tahun 1989, yakni pada masa pemerintahan
Kabupaten Halmahera Tengah dimana Kota Soasio sebagai ibukotanya.
Pembangunan sarana dan prasarananya dilaksanakan pada tahun anggaran
1985/1986, yaitu dengan dibangunnya jaringan perpipaan sepanjang 2.500 m
dan sebuah sumur bor (deep well) di Kota Tidore. Pengambilan air baku dari
sumur dalam dengan status Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten
Halmahera Tengah secara efektif beroperasi dengan fungsi sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengelolaan dan pengurusan
sarana prasarana penyediaan air minum sesuai dengan prinsip-prinsip
ekonomi perusahaan.
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat Halmahera Tengah khususnya di
Kelurahan Indonesiana, Gamtufkange dan Soasio.
3. Pada tahun 1990 sampai dengan 2000 instalasi air minum direhabilitasi dalam
kerangka proyek peningkatan prasarana air bersih (PPSAB) Maluku, berupa
penambahan sumber (sumur dalam) dan pengembangan jaringan perpipaan
serta sarana pendukung lainnya berupa Reservoir.
A. Kelembagaan
PDAM Kota Tidore merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMPD)
Kota Tidore yang sebelumnya merupakan BUMPD milik Kabupaten Halmahera
Tengah yang didirikan berdasarkan peraturan daerah Halmahera Tengah Nomor
12 Tahun1994. Maksud dan tujuan dari pendirian PDAM ini adalah

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 37


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

menyelenggarakan pengelolalaan air minum untuk miningkatkan kesejahteraan


masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum.
Sesuai dengan badan hukumnya, PDAM Kota Tidore merupakan lembaga
otonomi yang terpisah dari Pemda Kota Tidore Kepulauan. Dengan demikian
seluruh pengelolaan perusahaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
perusahaan. Pemerintah Daerah Kota Tidore Kepulauan sebagai pemilik
Perusahaan juga berfungsi sebagai pengawas, seiring dengan Halmahera
Tengah menjadi Kota Tidore. PDAM Kota Tidore mempunyai misi sebagai
penyedia dan pengelola air minum milik pemerintah Daerah Kabupaten
Halmahera Tengah yang mengutamakan kepuasan pelanggaan dan sebagai
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di sadari oleh PDAM sendiri,
kinerja Perusahaan tidak luput dari hambatan dan tantangan baik yang bersifat
administrasi maupun teknis, termasuk di dalamnya aspek kelembagaan.
Tabel VII.16.
Daftar Personalia PDAM Kota Tidore
No URAIAN JUMLAH
I DIREKSI
II KEUANGAN DAN UMUM
1 Bagian Keuangan
2 Bagian Pembukuan
3 Bagian Langganan
4 Bagian Umum
III TEKNIK DAN PRODUKSI
1 Bagian Produksi
2 Bagian Distribusi
3 Bagian Perencanaan Teknik
4 Bagian Peralatan Teknik
5 Litbang
6 Satuan Pengawas
JUMLAH
Sumber : PDAM Kota Tidore,Desember 2007

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 38


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Selain itu sebagai suatu badan usaha yg melayani masyarakat luas, PDAM Kota
Tidore tentu memerlukan SDM untuk menjalankan kegiatannya. Berdasarkan
daftar personalia perusahaan, pada akhir tahun 2003 jumlah karyawan PDAM
Kota Tidore berjumlah 37 orang termasuk 1 orang Direksi yg berstatus tidak
tetap. Latar belakang pendidikan karyawan PDAM Kota Tidore mayoritas
berpendidikan SLTA sederajat dan hanya memiliki 1 orang Sarjana. Berikut profil
pendidikan karyawan PDAM Kota Tidore yg disajikan pada tabel berikut :

Tabel.VII.17. Profil Pendidikan Karyawan PDAM Kota Tidore Kepulauan


No. URAIAN JUMLAH PRESENTASE (%)
1 SD 1 2.56
2 SLTP - 0.00
3 SLTA 33 94,87
4 DIPLOMA III 0 0,00
5 SARJANA 3 2,56
JUMLAH 37 100,00
Sumber : PDAM Kota Tidore, Desember 2007

B. Analisa SWOT
Faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan dapat menurut
analisa SWOT dapat diuraikan diuraikan sebagai berikut :
a). Faktor pendukung kekuatan antara lain :
 PDAM Kabupaten Halmahera Tengah merupakan satu-satunya
perusahaan penyedia air bersih.
 Kondisi geografis Kabupaten Halmahera Tengah adalah pesisir pantai
dengan air tanah yg ada pada umumnya terasa asin, sehingga kebutuhan
akan air bersih cukup tinggi.

b). Faktor penghambat/kelemahan adalah sebagai berikut :


 Tingkat kebocoran air yg relatif tinggi belum dapat diatasi. Motivasi dan
disiplin karyawan masih rendah. Harga jual air yg ditentukan melalui
keputusan kepala daerah masih relatif rendah.
 Aturan sanksi bagi pelanggan yg menunggak pembayaran rekening belum
diterapkan sesuai ketentuan yg berlaku.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 39


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

c). Faktor Kesempatan/peluang adalah sebagai berikut :


 Adanya potensi peningkatan jumlah pelanggan seiring pertumbuhan
penduduk
 Adanya kesempatan untuk berinvestasi dengan membuka jaringan
perpipaan di wilayah permukiman baru.
 Adanya bantuan investasi untuk penambahan instal hasil perbaikan
sarana prasarana dari pemerintah daerah
 Adanya peluang untuk menaikan tarif penjualan air.

d). Faktor tantangan adalah sebagai berikut :


 Debit air yg tersedia terbatas, khususnya pada musim kemarau, sehingga
sebagian pelanggan mendapatkan air dalam jumlah minim
 Kesadaran masyarakat/pelanggan dalam membayar rekening air masih
rendah, sehingga jumlah tunggakan rekening air relatif tinggi
 Daerah permukiman tersebar dengan jarak yg cukup jauh.

C. Komponen Pengendalian

Sistem pengendalian manajemen pada PDAM Kabupaten Halmahera Tengah


dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Pengendalian (Control Environment)
a. Struktur organisasi dan pembagian tugas (job Description) telah dibuat dan
mengacu pada Surat Keputusan Direktur PDAM Kabupaten Halmahera
Tengah Nomor PDAM03/SKJ2003 Tanggal 1 April 2003 tentang Susunan
Organisasi dan Uraian Tugas PDAM Kabupaten Halmahera Tengah.
Struktur organisasi telah dilengkapi dengan uraian tugas untuk masing-
masing Bagian dan Subbagian.
b. Badan Pengawas terdiri dari 3 orang yg semuanya mewakili unsur
Pemerintah. Hal ini tidak sesuai dengan Permendagri No.2 Tahun 2007
tentang Organ dan Kepegawaian PDAM (Bagian ketiga pasal 20) yg
menyatakan Dewan Pengawas terdiri dari 3 orang yg mewakili unsur
pemula, profesional dan masyarakat konsumen.
c. Perusahaan belum memiliki program diklat yg bersifat penjenjangan akhir
atau diklat intern lain.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 40


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

2). Penaksiran Resiko (Risk Assesment)


Perusahaan belum melakukan identifikasi,analisis dan pengelolaan resiko
keuangan. Namun terhadap masalah non keuangan telah dilakukan
identifikasi dan analisa seperti :
a. Produksi dan distribusi air dihitung atas dasar jam operasi dan kapasitas
pompa karena meter induk yg terpasang pada pompa mengalami
kerusakan.
b. Pencatatan air terjual atas pemakaian air yg tertera pada water meter
karena water meter pada pelanggan tidak berfungsi/rusak.
c. Piutang usaha per pelanggan telah dikelola dengan baik, sehingga mudah
untuk mengetahui besar tunggakan tiap pelanggan beserta janga waktu
tunggakannya.

3). Aktivitas Pengendalian (Control Activities)


a. Belum adanya pendapatan Kontrak Manajemen Direksi dengan pemilik
(Pemda) maupun kontrak antara karyawan dengan perusahaan.
Penetapan kebijakan dan prosedur belum seluruhnya ditetapkan secara
tertulis.
b. Perusahaan telah melakukan pemisahan fungsi dan tugas
c. Adanya otoritas pengendalian terhadap harta perusahaan

4). Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Perusahaan belum menerapkan sistem pengolah data secara elektronik
dengan menggunakan piranti lunak komputer.

5). Pemantauan (Monitoring)


Belum adanya pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan oleh intern
perusahaan. Belum adanya monitoring dan penilaian mutu kinerja
perusahaan secara menyeluruh.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 41


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.3.2. Sasaran Program

A. Umum
Upaya meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Kota Tidore
Kepulauan, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di perlukan
program Rencana Tindak Lanjut Penyahatan PDAM kota Tidore,
didasarkan atas penilaian hasil kinerja dan tingkat pelayanan serta
kebutuhan pelayanan air minum di kota tidore pada masa yang akan
datang,yang dapat diambil dari permasalahan dan evaluasi teknis
pelayanan air bersih kota Tidore.

A. Permasalahan, Penyebab Dan Arah Perbaikan


1. Kontinyuitas pengaliran air yang kurang saat ini di sebabkan oleh
masih rendahnya produksi air oleh sistem yaitu hanya 18,94
liter/detik dari kapasitas produksi terpasang 30 liter/detik,kondisi ini di
sebabkan oleh;
 Tidak optimalnya pemanfaatan sumber mata air di Tanjung seli
akibat mengalami rembesan air laut.pemopaan air hanya
dilakukan 10 12 jam/hari tergantung kondisi pasang surut air laut
 .Sumur Dalam 1,2,3,4 dan 5 mengalami penyusutan debit
(idealnya 25 liter/detik) sehingga pompa tidak dapat berproduksi
sesuai dengan kapasitas terpasang. Kapasitas produksi yg
terbatas tersebut sangat mempengaruhi tingkat pelayanan yg
masih rendah yaitu 37,53%, dimana kondisi sekarang sudah
tidak mampu lagi untuk meningkatkan pelayanan. Ini dapat
terlihat dari kenyataan yg ada bahwa telah terpasang jaringan
pipa induk pada beberapa ruas jalan di Kelurahan Dowora dan
Soadara namun sampai saat ini belum dapat difungsikan oleh
PDAM Kota Tidore meskipun ada permintaan sambungan
pelanggan baru.
 Pemanfaatan kapasitas reservoir saat ini baru mencapai 100 m3
dari total kapasitas reservoir 300 m3. Dengan demikian tidak
ada cadangan air yg dapat disuplay saat jam pemakaian
maksimum menyebabkan didaerah pelayanan tidak

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 42


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

mendapatkan air bersih. Berdasarkan Survey Kebutuhan Nyata


(RDS) kebutuhan air pada jam maksimum adalah 35,42
liter/detik namun yg dapat diproduksi saat ini hanya 18,94
liter/dtk. Agar kontinyuitas air dapat dipenuhi selama 24 jam/hari
maka produksi harus mencapai kebutuhan harian maksimum
(Qhm = 1,1) yaitu sebesar 25,97 liter/dtk dan untuk memenuhi
kebutuhan jam puncak sebesar 35,42 liter/dtk, maka disarankan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan reservoir I.
 Rendahnya tekanan air dibeberapa jaringan distribusi
diakibatkan oleh :
- Pompa mata air Tanjung Seli diaktifkan hanya 10-12 jam/hari
- Sumber air yg menyusut membuat pompa tidak dapat
memberi tekanan yg maksimal karena pipa tidak terisi penuh
oleh air.
- Tekanan yg kurang dari 10 m seperti yg terjadi di lapangan
dapat diakibatkan oleh tingginya tingkat kebocoran yakni
38,15%. Saat ini banyak jaringan pipa distribusi yg telah
berumur lebih dari 10 tahun dan berada di tengah jalan raya.

2. Bidang Teknis
“Sumber Air Baku”
Kapasitas total sumber air baku PDAM Kota Tidore sebesar 35 liter/detik,
namun hingga saat ini pemanfaatnya belum optimal karena sumber mata
air Tanjung Seli mengalami rembesan air laut menyebabkan kadar
garam cukup tinggi. Dari laporan hasil analisa kualitas air di laboratorium
PDAM Kota Tidore diketahui bahwa sampel air yg diambil saat laut
pasang memiliki kadar garam melebihi persyaratan kualitas air bersih,
namun saat laut surut mata air memiliki kadar garam yg masih memenuhi
persyaratan.
Dari hasil pengamatan lapangan serta informasi dari petugas bagian
produksi PDAM Kota Tidore, rembesan terjadi karena bak penangkap
mata air (broncaptering) tidak kedap air dan mengalami retakan serta
karena sekat eton penahan air pasang mempunyai kedalaman yg
kurang. Pada saat pasang, air laut akan masuk melalui bagian bawah

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 43


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

sekat beton dan jika dilakukan pemompaan air laut diluar broncaptering
akan tersedot masuk melalui dinding yg retak. Fakta yg ada bahwa air yg
sudah mengalami rembesan terkadang masih didistribusikan tanpa
melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Mengingat kondisi sumber air baku yg cukup sulit di Kota Tidore maka
upaya pemanfaatan sumber mata air ini harus dioptimalkan yaitu dengan
membangun kembali broncaptering serta komponen lain yg dianggap
berpengaruh terhadap terjadinya rembesan. Penanganan permasalahan
ini tentunya memerlukan suatu kajian/penelitian yg mendalam tentang
pola rembesan, kondisi pasang surut air laut dan struktur lapisan
tanah/batuan di sekitar broncaptering sehingga akan memberikan solusi
penanganan yg tepat dan efektif. Namun karena ruang lingkup penulisan
ini dititik beratkan pada sistem distribusi air bersih, maka penanganan yg
disarankan tidak akan sedetail mungkin dan hanya merupakan
penanganan secara umum.

3. Aspek Keuangan

Dari evaluasi terhadap aspek keungan dapat disimpulkan sebagai


berikut;
 PDAM kota Tidore masih mengalami kerugian yang disebabkan oleh
biaya operasi lebih besar pendapatan operasi
 Nilai rasio yang tidak sebanding dengan nilai pendapatan penjualan
 Nilai aktifitas produktif tidak sebanding dengan tingkat penjualan air
 Jumlah piutang yang belum tertagih cukup besar
Bila di cermati lebih lanjut terhadap urain neraca PDAM Kota Tidore pada
tahun 2007,faktor utama kerugian adalah besarnya biaya penyusutan
perlatan dan bangunan yang ada sehingga biaya penyusutan aktifitas
tetap tidak sebanding dengan produktivitas dari aktifitas
bersangkutan.seperti yang di ketahui bahwa beberapa bangunan milik
PDAM Kota tidore memilikinilai besar seperti Resevior dan jaringan
transmisi,hingga saat ini tidak di fungsikan namun biaya penyusutan
aktivannya tetap di perhitungkan.Selain itu dengan tidak difungsikan
reservior maka bangunan pompa selama 24 jam opersional akan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 44


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

membuat beban biaya produksi semakin besar.Hal ini terlihat dari biaya
produksi air per m3 lebih besar dari harga jual air per m3,dengan
demikian tarif yang berlaku tidak dapat menutupi biaya operasional yang
cukup besar.
Berdasarkan hasil analisa diatas,dalam upaya untuk meningkatkan
kinerja PDAM Kota Tidore terutama yang berkaitan dengan aspek
kesehatan keuangan perusahaan dalam hubungannya dengan
kelancaran operasional perusahaan dalam melayani para
pelanggannya,maka beberapa hal yang direkomendasi kepada PDAM
Kota Tidore adalah sebagai beriku;
 Mengoptimalkan aktivan tetap yang dimiliki untuk mendukung
produktivitas
 Melakukan penilaian terhadap aktivan tetap yang tidak produktif atau
tidak digunakan lagi untuk segera dikeluarkan dari klasifikasi aktivan
tetap
 Melakukan perbaikan terhadap aktivan tetap yang produktif namun
saat ini dalam kondisi tidak efisien
 Untuk menutupi biaya opersional yang cukup besar maka PDAM
Tidore harus melakukan penyesuaian tarif yang berlaku saat ini
dengan taetap mempertimbanggkan kemampuan pelanggan
 Meningkatkan efektifitas penagihan dengan mengoptimalkan
pelayanan dan petugas di lapangan

4. Aspek Operasional
Dari aspek operasional dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
 Cakupan pelayanan baru mencapai 21,29%,untuk daerah pelayanan
kecamatan Tidore,Tidore selatan dan Tidore Utara,sedangkan untuk
keseluruhan jumlah daratan Halmahera, jika dihitung Rasio terhadap
jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan cakupan pelayanan dibawah
20% .
 Kualitas air di sebagian daerah pelayanan terasa payau bahkan asin
disaat laut sedang pasang,dikarenakan sumber mata air mengalami
rembesan air laut

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 45


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

 Kontinuetas panggilan di beberapa daerah pelayanan belum


mencapai 24 jam
 Tingkat kehilangan air cukup tinggi yaitu 38,15%dari jumlah air yang
diproduksi
 Produktifitas pemanfaatan instalasi yang masi rendah dari kapasitas
terpasang
 Peneran meteran pelanggan yang tidak pernah
dilakukan sepanjang tahun 2005
 Tingkat kehilangan air tidak dapat dipastikan berhubung seluruh Water
Mater yang terdapat pada setiap sumur bor dan Reservaor tidak
berfungsi [Rusak]
 Rasio karyawan per 1000 Pelanggan adalah 17,57,ini berarti tiap
karyawan melayani pelanggan sudah mencukupi dari pelayanan yang
ideal manurut standar

5. Aspek Administrasi
Nilai yg diperoleh dari aspek administrasi sangat rendah bila
dibandingkan dengan maksimum nilai yg dapat diperoleh. Hal ini antara
lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
 Tidak memiliki Renncana Jangka Panjang(corporate lan)
 Memiliki Rencana Organisasi dan Uraiyan tugas namun baru
dipedomani sebagian
 Tidak memiliki prosedur Organisasi standar
 Memilikin Rencana penilaian Kinerja Karyawan namun belum
dipedomani sepenuhnya

C. Rincian Rencana Tindak PDAM Kota Tidore Kepulauan


Berdasarkan hasil analisa diatas, dalam upaya untuk meningkatkan
kinerja PDAM Kota Tidore terutama yg berkaitan dengan aspek
administrasi perusahaan, maka beberapa hal yg direkomendasikan
kepada PDAM Kota Tidore adalah sebagai berikut :
 Program kegiatan perusahaan tahunan maupun 5 tahunan
(corporate plan) hendaknya dibuat dengan mengacu kepada

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 46


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

kebutuhan operasional dan arah pengembangan, serta dilaksanakan


sesuai rencana.
 Rencana Organisasi dan Uraian Tugas yg mengatur setiap uraian
tugas segera dibuat dengan mengacu pada peraturan yg baku
kemudian dipedomani oleh seluruh direksi dan karyawan dengan
baik. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan tahun terakhir secara
menyeluruh dalam bentuk tindakan perbaikan dan digunakan
sebagai cermin untuk mengetahui kekurangan maupun kelemahan
dalam upaya peningkatan kinerja PDAM Kota Tidore. Secara umum,
rencana tindak PDAM Kota Tidore Kepulauan diuraikan dalam
bentuk :
 Bantuan Program
1. Unit Air Baku,
- Pengadaan pompa sumur bor, kapasitas 10 l/det
- Perbaikan broncaptering
- Pencarian sumber air baku
2. Unit Produksi
1. Penggantian water meter induk produksi
2. Pembangunan reservoar penyeimbang
3. Unit Distribusi
- Penggantian water meter unit distribusi
- Perbaikan jaringan distribusi
4. Unit Pelayanan
- Perbaikan HU
- Perbaikan mobil tangki
- Perbaikan meter air pelanggan
- Penambahan SR
 Bantuan Manajemen
1. Software billing System

B. Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum (SPAM)

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam


kehidupan manusia (Raini, dkk., 2004). Karena pentingnya kebutuhan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 47


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

akan air minum, maka adalah hal yang wajar jika sektor tersebut
mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan
orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara. salah satunya dengan melakukan
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).
Pelayanan air bersih di wilayah kota Tidore yang dilakukan oleh
PDAM masih dibawah 40% dengan kondisi PDAM (sesuai hasil audit BPK
tahun 2009) berada dalam kategori sakit, sehingga diperlukan solusi teknis
yang menunjang penyelesaian masalah finansial. Selain itu, pusat
pertumbuahan ekonomi dan penduduk di sebagian wilayah kota Tidore
juga belum terlayani dengan oleh PDAM. Oleh karena itu, PDAM Kota
Tidore Kepulauan selaku pemenuh kebutuhan air di wilayah tersebut tentu
memiliki tantangan yang jauh lebih berat dalam mengatasi keterbatasan
ketersediaan air minum di wilayah Kota Tidore Kepulauan seiring dengan
peningkatan konsumsi air minum yang terjadi.
Mengingat keterbatasan PDAM dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
tersebut, maka salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih
bagi masyarakat kota Tidore Kepulauan adalah dengan melakukan
pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).
Pengembangan SPAM pada dasarnya merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah kabupaten/kota (pemkab/kota). Namun, mengingat
masih sangat terbatasnya sumber daya manusia yang ada di daerah
tingkat dua (kabupaten/kota), maka baik pemerintah pusat maupun
pemerintah tingkat satu (provinsi) harus dapat memberikan dukungan dan
bantunan teknis pembinaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dari
daerah tersebut dalam upayanya melaksanakan penyelenggaraan SPAM
secara optimal menyeluruh, berkelanjutan dan dilakukan secara terpadu
dengan prasarana dan sarana sanitasi pada setiap tahapan
penyelenggaraannya.
Pengembangan sistem penyediaan air minum memiliki regulasi
yang pada prinsipnya bertujuan untuk menciptakan pengelolaan dan
pelayanan air minum yang berkualitas, berkuantitas dan berkontinuitas
kepada publik dengan harga yang terjangkau, tercapainya kepentingan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 48


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

yang seimbang antara masyarakat konsumen air minum dan tercapainya


kepentingan yang seimbang antara masyarakat konsumen air minum dan
penyedia jasa pelayanan air minum serta meningkatkan efisiensi dan
cakupan pelayanan air minum (sesuai UU Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air dan PP RI Nomor 16 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan SPAM). Dan proses penyusunan rencana induk
pengembangan sistem penyediaan air minum (RIP-SPAM) dalam upaya
pengembangan SPAM merupakan tahapan paling awal dari
penyelenggaraan SPAM yang harus dilaksanakan dan disusun dengan
benar sesuai dengan panduan, tata cara ataupun pedoman pada
Lampiran I dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum .
Penyusunan rencana induk pengembangan sistem penyediaan air minum
(SPAM) Kota Tidore Kepulauan ini diharapkan dapat melengkapi dan
memantapkan ploting tahapan rencana pengembangan SPAM di wilayah
administratif Provinsi Maluku Utara pada umumnya dan di wilayah
administratif Kota Tidore Kepulauan pada khususnya

7.3.3. Usulan Kebutuhan Program

Dari permasalahan diatas dapat diusulkan beberapa rekomendasi sebagai


upaya penanganan dalam waktu mendesak yaitu :
a. Mengoptimalkan produksi air dari sumber mata air Tanjung Seli dengan cara
membangun kembali/memperbaiki broncaptering serta komponen lain yg
dianggap berpengaruh terhadap terjadinya rembesan.
b. Untuk mengantisipasi besarnya kebutuhan air pada pemakaian jam
maksimum dengan kondisi sumber air yg terbatas, maka disarankan untuk
mengoptimalkan pemakaian reservoir 1 berkapasitas 200 m3 yg telah ada.
Pengisian reservoir I dari sumur dalam 3 dan 4 saat pemakaian minimum
(pukul 11 malam – 5 pagi) dengan menggunakan pompa 3 dan 4. Kemudian
mulai pukul 6 pagi pompa 3 dan 4 difungsikan kembali seperti biasa.
Reservoir I yg telah berisi air selanjutnya didistribusikan ke daerah

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 49


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

pelayanan secara gravitasi hanya pada jam puncak yaitu pagi hari pukul 6 –
12 dan sore hari pukul 16 – 19.
c. Melakukan penggantian pipa yg terlalu kecil untuk menjaga kestabilan aliran
pada jaringan distribusi.dengan cara ini maka kehilangan tekanan
(headloss) pada jaringan pipa yg semula cukup tinggi (>10m/km) dapat
ditekan menjadi di bawah nilai tersebut.
d. Melakukan penggantian semua meter induk yg rusak untuk masing-masing
sumur dan dilakukan pendataan secara kontinue, dengan cara ini maka
kehilangan air baik dari pipa transmisi dan distribusi dapat terkontrol.
Dengan adanya kegiatan optimalisasi maka komponen kegiatan yg harus
dilakukan perbaikan agar pelayanan air Kota Tidore dapat bekerja dengan
baik adalah :
a. Membangun broncaptering mata air Tanjung Seli dengan ukuran 5,5 m x
3 m x 3 m, plesteran dinding pada badan jalan bagian Timur dengan
beton kedap air (hasil test sondir), menguruk genangan air disekitar
broncaptering dan membuang sisa air asin/payau pada kolam kemudian
diganti dengan air tawar.
b. Penambahan jaringan transmisi diameter 200 mm sepanjang 325 m +
accesories.
c. Penggantian pipa yg terlalu kecil dengan dimensi pipa yg lebih besar.

 Rencana Pembangunan SPAM Tahap I (2011-2015)


Rencana pembangunan pada Tahap I terdiri dari rencana program teknis,
manajemen dan keuangan. Tujuan utama tahap ini adalah pembentukan
sistem jaringan, pembuatan jaringan di daerah pelayanan serta pembentukan
badan pengelola. Rencana program teknis pada Tahap I antara lain:
1. Studi Water Resources
2. Penelitian Geolistrik
3. Menyusun Fesebility Studi (FS) sistem pengembangan air minum dengan
pemanfaatan sumber mata air.
4. Menyusun Detailed Engineering Design (DED) sistem pengembangan air
minum pemanfaatan sumber mata air.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 50


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

5. Menyusun Dokumen Analisa Mengenai Dampak Linkungan (AMDAL) sistem


pengembangan air minum pemanfaatan sumber mata air.
6. Pembangunan fisik instalasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) baru
dengan sumber mata air.
7. Pembuatan kantor dan sarana penunjang operasional lainnya.
8. Pembentukan zona pelayanan.
9. Direncanakan pemasangan Sambungan Rumah, Hidran Umum dan
Sambungan non domestik.
10. Pengamanan sumber daya air untuk menghindari terjadinya degradasi
kuantitas air pada sumber.

 Rencana Pembangunan SPAM Tahap II (2016-2020)


Rencana pembangunan pada Tahap II yang terdiri dari rencana-rencana
program teknis, manajemen dan keuangan. Tujuan utama tahap ini adalah
pengembangan jaringan dan daerah pelayanan serta peningkatan kinerja
badan pengelola. Rencana program program teknis pada Tahap II antara lain:
1. Penambahan zona pelayanan.
2. Pengamanan sumber daya air untuk menghindari terjadinya degradasi
kuantitas air pada sumber
3. Pengembangan jaringan distribusi dan fasilitas penunjangnya.
4. Pembangunan reservoir distribusi untuk sumber mata air Soagimalaha dan
sumber mata air Wailukum.
5. Direncanakan pemasangan Sambungan Rumah, Hidran Umum dan
sambungan non domestik.

 Rencana Pembangunan SPAM Tahap III (2021-2025)


Rencana pembangunan pada Tahap III yang terdiri dari rencana-rencana
program teknis, manajemen dan keuangan. Tujuan utama tahap ini adalah
pengembangan jaringan dan daerah pelayanan serta peningkatan kinerja
badan pengelola. Rencana program program teknis pada Tahap III antara lain:
1. Penambahan zona pelayanan
2. Direncanakan pemasangan Sambungan Rumah, Hidran Umum dan
sambungan non domestik.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 51


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

3. Pengamanan sumber daya air untuk menghindari terjadinya degradasi


kuantitas air pada sumber.
4. Pengembangan jaringan distribusi beserta fasilitas penunjangnya.

Tabel VII.18.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada
sektor Pengembangan Penyediaan Air Minum
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
NO SATUAN KET
LINGKUNGAN
2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √


Minum Kec. Tidore
2 Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Tidore Timur
3. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Tidore Selatan
4. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Tidore Utara
5. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Oba Utara
6. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Oba
7. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Oba Tengah
8. Pengembangan Jaringan Perpipaan Air 5 paket √ √ √ √ √
Minum Kec. Oba Selatan
Pembangunan Sumur Bor di 8 Titik
9. (Gurabati, Tomalou, Toloa, Mareku, 5 paket √ √ √ √ √
Bukit Durian, Aketobololo, Payahe dan
Lifofa)

Catatan :
Usulan Kegiatan Program selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
RPIJM.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 52


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan


7.4.1.1. Kondis Eksisting
a. Kebijakan pemerintah terkait pengelolaan air limbah
Dalam RTRW Provinsi Maluku Utara dan Visi, Misi dan Renstra Kota
Tidore Kepulauan, jelas bahwa Kota Tidore Kepulauan diarahakan
sebagai Kota Jasa,Perdagangan, Pendidikan,Pariwisata,Budaya dan Kota
Pusat Pemerintahan. Berdasarkan acuan tersebut maka dalam penataan
ruang terbagi manjadi ruang dengan fungsi-fungsi khusus selain ruang
untuk perumahan antara lain : ruang pusat pendidikan tinggi, ruang
kegiatan pertanian, ruang pariwisata dan ruang pusat olahraga.
Selanjutnya dalam strategi tata ruang yg memuat 12 poin arah kebijakan
tata ruang, sebagian diantaranya menyebutkan :
a. Pengembangan infrastruktur dasa perkotaan dan perhubungan.
b. Pengendalian lingkungan hidup dan kelestarian hutan
c. Mewujudkan kota tidore kepulauan sebagai kota tujuan wisata
d. Pengembangan dan perlindungan kawasan pesisir
e. Pengembangan perumahan,permukiman dan fasilitas penunjangnya
f. Revitalisasi kota.

Meskipun pemerintah Kota Tidore Kepulauan belum secara spesifik


mengeluarkan kebijakan pengelolaan air limbah,khususnya air limbah
domestik, namun arahan-arahan diatas membawa konsekuensi pada
kewajiban pengelolaan air limbah domestik.
Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik, merupakan salah
satu infrastruktur dasar perkotaan yg harus ada. Pengendalian lingkungan
hidup tidak akan terlaksana dengan baik jika pembuangan air limbah
domestik masih dibiarkan dilakukan langsung ke lingkungan sebagai mana
yg terjadi selama ini.

b. Pengelolaan Air Limbah Saat Ini


Pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-
site atau offsite atau kombinasi dari kedua sistem ini :

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 53


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

System pengelolaan air limbah terpusat (offsite system) adalah sistem


penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengepul yg diteruskan
ke IPAL. System pengolahan air limbah setempat (on-site sistem) adalah
sistem penanganan air limbah domestik yg dilakukan secara individual
dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa
bangunan, yg pengolahannya diselesaikan secara setempat atau dilokasi
sumber.
Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yg ada terkait dengan
sistem yg diterapkan. Untuk sistem on-site, maka fasilitas air limbahnya
adalah jamban (keluarga/umum/MCK) dilengkapi dengan cubluk atau
tangki septik dan sumur resapan. Penerapan sitem ini membutuhkan
keberadaan IPTL untuk mengolah lumpur tinja yg berasal dari pengurasan
tangki septik. Pengurasan tangki dan pengangkutan lumpur hasil
pengurasan menuju IPTL dilakukan dengan unit mobil penguras tinja.
Pengadaan prasarana pengelolaan air limbah on-site individual yg berupa
jamban keluarga dan cubluk atau septik tank beserta sumur resapannya
dilakukan/menjadi tanggung jawab masing-masing KK. Adapun Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yg diperlukan untuk mengolah lumpur
tinja hasil pengurasan septik tank harus disediakan oleh pemerintah kota
melalui institusinya. Sementara penyedotan tinja bisa dilakukan oleh
pemerintah atau oleh swasta yg menawarkan sedot tinja.
Dalam sistem offsite maka diperlukan sistem jaringan perpipaan yg akan
mengumpulkan dan membawa air limbah dari sumber yaitu rumah warga
(SPAB – Sistem Penyaluran Air Buangan) menuju IPAL. Untuk itu
dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk memasang sambungan air
limbah. Dalam IPAL, air limbah akan diolah agar bisa diterima oleh
lingkungan dengan aman.

b.1. Pelayanan Sanitasi Kota Tidore Kepulauan

Pelayanan sanitasi dasar dalam hal ini menyangkut tingkat


kepemilikan warga akan sarana pengelolaan air limbah yg paling
mendasar yaitu jamban yg dilengkapi dengan tangki septik dan
peresapan/cubluk. Menurut hasil studi yg pernah dilakukan di Kota

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 54


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tidore Kepulauan, tingkat pelayanan sanitasi diwilayah perkotaan


tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2008, tingkat kepemilikan jamban
mencapai 85%, dengan penggunaan septik mencapai 72% dan
cubluk 12% dengan pemakaian MCK mencakup 1%. Proyeksi pada
tahun 2010 menyebutkan bahwa angka-angka ini meningkat.
Dimana kepemilikan jamban mencapai 85% dengan 74% dilengkapi
dengan tangki septik, 13% menggunakan cubluk serta 2%
masyarakat memanfaatkan MCK (studi kebutuhan sarana dan
prasarana air limbah provinsi maluku utara,2011 ). Artinya
berdasarkan studi terdahulu diperkirakan sampai tahun 2013 ini
masih ada 13% penduduk yg belum mendapat pelayanan sanitasi
dasar.

b.2. Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Kota Tidore


Sampai saat ini, sebagian besar fasilitas pengelolaan air limbah
domestik yg ada di Kota Tidore Kepulauan merupakan swadaya
masyarakat, artinya masyarakat membuat sendiri secara individual
dan itupun masih terbatas pada fasilitas pembuangan air limbah
secara setempat atau on-site seperti bangunan tangki septik/cubluk.
Untuk fasilitas yg disebutkan pengelolaan masih terbatas pada
blackwater yaitu limbah dari WC (tinja), adapun limbah greywater
yaitu limbah domestik yg berasal dari air mandi,cuci dan dapur
dibuang begitu saja ke saluran/drainase jalan,sungai,laut ataupun ke
lahan-lahan kosong.
Sistem secara on-site ini masih rawan menyebabkan pencemaran
lingkungan. Pemakaian tangki septik sebagai tempat pembuangan
limbah dari WC harus dilengkapi dengan sumur resapan dan harus
dibangun dengan memperhatikan standar dan sarat yg berlaku. Jika
tidak,maka akan mencemari air tanah/air sumur yg ada disekitarnya.
Hal ini tentu saja sangat berisiko bagi masyarakat Kota Tidore yg
memanfaatkan air tanah baik secara individual maupun bersama
(PDAM) sebagai sumber air bersihnya.
Walaupun masih secara swadaya dan individu, minimal telah
dilakukan upaya pengelolaan blackwater. Berbeda dengan greywater

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 55


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

yg sampai saat ini belum mendapatkan perhatian sehingga


pembuangannya yg langsung ke lingkungan seperti ke saluran,
sungai, laut ataupun tanah pekarangan cepat atau lambat akan
menimbulkan dampak. Di Kota Tidore, dampak yg dimaksud didapati
telah mulai nampak sekali bahwa saluran yg menerima buangan air
limbah domestik masyarakat sangat mengganggu secara estetis.
Penyumbatan dan tidak mengalirnya air secara lancar menyebabkan
resiko berkembangnya vektor penyakit dan bau yg menyengat setiap
saat.

c. Masalah yang di Hadapi


c.1. Teknis
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, studi terdahulu pada tahun 2012
menyebutkan bahwa untuk wilayah Kota Tidore diperkirakan sampai
tahun 2015 masih terdapat 13% penduduk yg belum mendapat
pelayanan sanitasi dasar. Khususnya untuk daerah Indonesiana yang
merupakan lokasi konsentrasi utama perkembangn pemerintah kota.
c.2. Budaya
Kondisi lingkungan yg bersih dan sehat akan tercipta dengan memuat
sanitasi yg bersih pula. Budidaya memelihara kebersihan sebenarnya
telah tertanam dalam budaya masyarakat Tidore. Hal ini telah terbukti
dengan adanya kesadaran masyarakat dalam membangun/ memiliki
sarana sanitasi. Namun pengetahuan yg kurang akan tata cara
pembuatan sarana sanitasi yg baik yg pada akhirnya mengakibatkan
banyaknya kondisi sarana sanitasi yg memprihatinkan.
c.3. Sosial Ekonomi
Masalah ekonomi sangat erat hubungannya dengan kemampuan
penduduk untuk memiliki fasilitas sanitasi yg sehat, karena meskipun
tingkat pengetahuan dan kesadaran penduduk mengenal pentingnya
sanitasi yg sehat telah tinggi, namun jika tidak didukung dengan
kemampuan mereka untuk menyediakannya, maka kondisi seperti ini
diperlukan campur tangan pendanaan dari pemerintah melalui bantuan-
bantuan pengadaan fasilitas sanitasi dasar. Berdasarkan data

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 56


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun untuk Kota Tidore Kepulauan


mencapai 2,5%. Selain itu tidak disertai dengan konsumsi masyarakat
yg cukup tinggi, dengan demikian terjadi pertumbuhan ekonomi yg
positif. Dalam sudut pandang pengelolaan air limbah hal ini tentunya
menjadi aspek yang memudahkan penanganan.

7.4.2. Sasaran Program


7.4.2. Target
A. Proyeksi Kebutuhan dan Prasarana Air Limbah Berdasarkan Studi
Tahun 2015

Pada tahun 2012 telah dilakukan Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Air Limbah Provinsi Maluku Utara. Dalam studi tersebut telah diidentifikasi
kebutuhan sarana dan prasarana air limbah di semua Kota dan Kabupaten
di Maluku Utara sampai tahun 2015 berdasarkan proyeksi beban
lingkungan akibat produksi air limbah.

A.1. Proyeksi debit dan beban air limbah pabrik


Kriteria yang dipakai dalam perhitugangan beban pencemaran limbah cair
dalam dalam studi tahun 2012 antara lain :
 Diasumsikan debit limbah cair yang masuk kesalurn drainase adalah
sebesar 90% dari debit limbah cair total.Sedangkan debit limbah cair
yang masuk ke septic tank sebesar 35% dari buangan total.
 Fasilitas sanitasi yg dianalisis adalah tangki septic,cubluk,tangki septik
komunal dan prasarana lainnya.
 Perhitungan beban pencemaran limbah cair dititik beratkan pada dua
media cemar, yaitu beban pencemaran dari saluran pembawa
(sewerage) dan beban pencemar ke tanah akibat rembesan. Dengan
faktor infiltrasi sebesar 37%.
 Presentase pelayanan untuk jenis prasarana sanitasi pada setiap
kabupaten/kota (tahun 2012).

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 57


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.19.
Kuantitas Limbah Cair Kota Tidore

Lumpur
Luas Wilayah Q sal Q ST
Penduduk Q total tinja
No Kecamatan Qd Qnd (m3/hari (m3/hari
Km2 Ha (jiwa) (m3/hari) (m3/har
) )
i)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Tidore 70.08 7008

2 Tidore 42.4 4240


Selatan 49,466 3957.3 791.5 4748.7 4273.86 474.9 3.96

3 Tidore Utara 37.64 3764

4 Oba Utara 800 80000


25,379 2030.3 406.1 2436.4 2192.75 243.6 2.03
5 Oba 600.25 60025

Jumlah 1550.37 155037 74,845 5,988 1,198 7,185 6,467 719 6.0

Sumber : Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Air Limbah Provinsi Maluku Utara, 2012

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 58


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.20.
Rekapitulasi Beban Limbah Cair
Debit Limbah Cair (m3/hari)
No Kab/Kecamatan Q tangki Q saluran Q tanah
septik
1 Kota Tidore
Tidore
Tidore Selatan 474.87 2948.21 1086.76
Tidore Utara
Oba Utara
243.64 266.93 118.86
Oba
Jumlah 718.51 3215.14 1205.62
Sumber : Studi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Air limbah Provinsi Maluku Utara 2012

A.2. Proyeksi kebutuhan tangki septik dan truk tinja


desain tangki septik pada studi tahun 2012 merupakan desain tangki
septik untuk penggunaan tiap rumah/keluarga,dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Setiap tangki septik akan melayani 4 keluarga @5 orang
 Kebutuhan pour flush 10 L/org/hari
 Waktu retensi minimum 0.5 < Tr < 2 hari
 Pengurasan lumpur setiap 5 tahun, koefisien tingkatan sludge 25
L/org/tahun
 Kedalaman efektif 1.5 meter
 Dimensi berbentuk persegi panjang dengan perbandingan P/L = 3
Kemampuan penyerapan sumur peresap 1250 L/m3

B. Proyeksi Produksi Air Limbah Pada Tahun Perencanaan (2018)

Tahun perencanaan teknis ini adalah 10 tahun. Untuk itu proyeksi


penduduk dan produksi air limbah untuk keperluan perencanaan dilakukan
dari tahun 2008 sampai tahun 2018. Kriteria perencanaan untuk dasar
perhitungan beban pencemaran limbah cair dalam perencanaan teknis air
limbah kawasan di Kota Tidore Kepulauan adalah sebagai berikut :

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 59


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Debit Limbah Cair Domestik


Debit limbah cair domestik yg akan diolah untuk setiap kecamatan di Kota
Tidore Kepulauan ditentukan sebagai berikut :
Perhitungan debit domestik
Diasumsikan penggunaan air bersih 130 L/org/hari.
Q = Qairbersih x Jml. Penduduk
Ditentukan bahwa debit buangan cair sebesar 80% dari penggunaan air
bersih,maka
Qd = Q x 80%
Dari buangan tersebut, akan terbagi menjadi dua jenis, yaitu buangan yg
mengalir ke saluran dan tangki septik.
Kriteria perhitungan debit limbah cair domestik adalah sebagai berikut:
 Debit yg masuk saluran (SPAB) 80%
 Debit yg masuk tangki septik 20%

b.1. Proyeksi Penduduk


Kecamatan di Kota Tidore Kepulauan yg termasuk dalam wilayah
perencanaan adalah Kecamatan Tidore, Tidore Selatan dan Tidore Utara.
Sehingga proyeksi penduduk dilakukan pada 3 kecamatan ini. Jumlah
penduduk yg dilayani pada tahun 2018 adalah sebesar 65.555 orang.

b.2. Proyeksi Produksi Air Limbah Dan Beban Organik


Debit air limbah total pada tahun 2018 sebesar 6818 m3/hari. Beban BOD
total pada tahun 2018 sebesar 2386 ton/hari. Debit black water pada tahun
2018 sebesar 1364 m3/hari, dengan beban BOD sebesar 1841 kg/hari.
Debit grey water pada tahun 2018 sebesar 5454 m3/hari dengan beban
BOD sebesar 545 kg/hari. Dan produksi lumpur tinja total pada tahun 2018
sebesar 7 m3/hari.

C. 3. Strategi Pengolahan Air Limbah Kawasan

Sasaran 2
Mengingat pentingnya fungsi dari Kota Tidore, yaitu sebagai pusat
pemerintahan propinsi Maluku Utara (Kota Sofifi) dimana akan dibangun
berbagai fasilitas pendukung, maka sangat penting bahwa sarana dan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 60


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

prasarana sanitasi yg layak, disediakan sebagai pendukung semua


kegiatan ekonomi dan pemerintahan tersebut. Dengan alasan tersebut,
maka ditetapkan
sasaran 2 sebesar 60%. Solusi sasaran 2 berupa pembangunan tangki
septik komunal dilengkapi dengan pengangkutan truk tinja dan IPTL
Sasaran 3
Sasaran 3 potensial untuk diterapkan pada beberapa bagian kecamatan
Oba Utara (Kota Sofifi) dan Tidore, dimana pada kota tersebut terdapat
fasilitas vital seperti pusat pemerintahan, pendidikan, sarana perdagangan
dan jasa, sehingga ditentukan sasaran 3 sebesar 35%. Solusi sasaran 3
berupa pembangunan sistem IPAL dilengkapi dengan SPAB yg
terintegrasi. Sofifi merupakan pusat kegiatan dan Pemerintahan Maluku
Utara sehingga prasarana pengelolaan limbah cair direncanakan dekat
dengan kota tersebut, tapi tidak pada pusat Kota Sofifi.

D. Penentuan Teknologi Pengelolaan Air Limbah dan Wilayah


Pelayanan

Wilayah perencanaan di Kota Tidore Kepulauan mencakup wilayah urban


yg merupakan ibukota Kota Tidore Kepulauan yg terdiri dari Kelurahan :
Dowora, Goto, Indonesiana, Gamtufkange, Soasio, Soadara, Seli,
Tongowai, Gurabati dan Tomalou. Berdasarkan observasi lapangan,
permasalahan pengolahan air limbah yg kurang baik telah nampak
dampaknya pada kualitas lingkungan di Kelurahan Indonesiana. Hal ini
menjadi semakin penting karena Indonesiana merupakan lokasi
konsentrasi utama perkembanganpemerintah kota, terminal dan
pelabuhan. Melihat kondisi daerah Indonesiana serta berdasarkan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
 Kepemilikan jamban dan tangki septic yg cukup tinggi
 Belum terkelola greywater
 Dampak masalah telah terlihat
 Lokasi merupakan konsentrasi utama perkembangan pemerintah kota

 Kondisi masyarakat yg sebagian besar mampu


 Kesediaan lahan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 61


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Maka diusulkan untuk membuat Small Bore Sewerage dan IPAL di


Indonesiana. Pembuatan Small Bore Sawerage dibuat untuk melayani
60% penduduk. Air buangan yg telah disalurkan melalui small bore
sawerage kemudian diolah di IPAL yg akan ditempatkan di dekat
dermaga. Small Bore Sewerage dibuat di Indonesiana dikarenakan kondisi
topografinya yg masih memungkinkan jika dibandingkan dengan daerah
lain yg memiliki kondisi topografi yg berbukit dan curam. Untuk mengatasi
permasalahan sanitasi di daerah lain maka diusulkan membangun MCK
umum.
Tabel VII.21
Rencana Pembangunan MCK di Kota Tidore
No Desa/Kelurahan Jumlah MCK
Tipe 20 Tipe 40 Tipe 80
1 Dowora 2 - -
2 Goto - - 1
3 Gamtufkange - 1 -
4 Soasio - 2 -
5 Soadara - 1 -
6 Seli 2 - -
7 Tongowai 2 - -
8 Gurabati 2 - -
9 Tomalou 4 - 1
Rata-rata 12 4 2
Sumber : Hasil analisa

Berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut :


- Tingginya kepemilikan jamban dan tangki septic tank
- Telah memiliki 1 truk tinja

Maka diusulkan untuk membuat sebuah IPTL. Terdapat beberapa


alternatif lokasi yg bisa dijadikan lokasi IPTL. Alternatif-alternatif lokasi
tersebut berada di daerah dowora. Dari semua alternatif diambil lokasi
IPAL di RUM dekat dengan loaksi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

D. Kriteria Teknis Perencanaan


D.1. Pengolahan Limbah
D.1.1 Pengolahan sistem ditempat

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 62


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Pengolahan air limbah yg dilakukan ditempat yaitu pengolahan air limbah


dari suatu unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki septik yg
ditempatkan pada kapling rumah itu sendiri. Pada dasarnya ada dua tipe
pengolahan secara on site yg sering diterapkan jika satu atau
sekelompok rumah tangga membuang air limbah jambannya pada suatu
bangunan yg terletak dekat dengan rumah mereka umumnya berupa
cubluk atau tangki septik, dan untuk air limbah bekasnya dapur
cuci,mandi dibuang ke saluran pembuangan air limbah (SPAL) untuk
kemudian dialirkan ke saluran air hujan atau lubang resapan jika saluran
air hujan tidak ada, maka sistem ini disebut sitem on-site terpisah. Sistem
kedua adalah sistem on-site tercampur yaitu seluruh air limbah rumah
tangga baik itu blackwater maupun greywater diolah bersama-sama
dalam tangki septik, dalam hal ini maka diperlukan dimensi tangki yg
lebih besar.

D.1.2. Pengolahan sistem terpusat (off site)


Pengolahan air limbah terpusat adalah dengan membuang limbah rumah
tangga baik black water maupun grey water dari rumah tangga suatu
lingkungan pemukiman melalui sistem saluran (riool,pipa) menuju tempat
pengolahan akhir (IPAL). Pengolahan ini juga terdiri dari
dua jenis, yaitu terpisah dan tercampur. Sistem terpisah (separated
sistem) mengalirkan air limbah dan air hujan dalam saluran yg berbeda,
sementara sistem tercampur mengalirkannya dalam satu sistem saluran
yg sama.
Sistem pengolahan yg direncanakan untuk Maluku Utara pada dasarnya
adalah modifikasi gabungan dari dua sistem diatas.
Direncanakan,penduduk membuang black water mereka ke dalam tangki
septik. Dengan periode tertentu (2-3 tahun sekali) dilakukan pengurasan
tangki septik dalam rangka mengambil lumpur tinja yg terakumulasi untuk
dibawa ke IPLT guna diolah lebih lanjut. Adapun untuk grey water dan
supernatan dari tangki septik akan disalurkan menuju sebuah IPAL untuk
diolah lebih lanjut. Sistem pengaliran air buangan yg seperti ini disebut
dengan Small Bore Sewer (SBS).

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 63


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.26
Kebutuhan Tangki Septik dan Truk Tinja Provinsi Maluku Utara
No Kab/Kota Jumlah % Kebutuhan TS Keb.Total Kebutuh
Penduduk sasaran an
1 2 Sasaran 1 Sasaran Tangki Truk
2 septik Tinja
1 Kota
Tidore
Tidore
Tidore
Selatan 49,466 65% 1608 1608 3
Tidore
Utara
Oba Utara 25,379 65% 825 825 2
Oba

7.4.3. Usulan Kebutuhan Program

Program investasi bidang PLP adalah program pemerintah pusat untuk membantu
pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota diseluruh Indonesia dalam
pengendalian lingkungan hidup. Sasaran yg ingin dicapai adalah menterjemahkan
kebijksanaan nasional yg sudah disepakati dalam rencana tindakan ditingkat
pemerintah kabupaten/kota. Beberapa komponen utama dalam program kelayakan
investasi bidang PLP yaitu :
 Penyusunan strategi dasar pengelolaan lingkungan di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota.
 Peningkatan pengelolaan persampahan khususnya di TPA, pengangkutan
sampah dan penyapuan jalan utama serta pembuatan kompos.
 Peningkatan pengelolaan air limbah domestik di IPLT dan MCK.
 Kegiatan kampanye lingkungan dan partisipasi masyarakat.
Target yang dicapai adalah tercitanya suatu pengelolaan persampahan dan
sanitasi yg lebih baik dan memuaskan bagi semua pihak, baik sumber,
pemerintah maupun pengelola persampahan lainnya. Penambahan sarana dan
prasarana dilakukan untuk meningkatkan tingkat pelayanan pengelolaan
sampah, sehingga sampah yg dihasilkan masyarakat dapat dikelola dengan
baik agar tidak berserakan dan mengurangi keindahan kota serta menimbulkan
berbagai masalah kesehatan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 64


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

 Komponen investasi kelayakan bidang sanitasi :


- Peningkatan pelayanan pengumpulan dan pengangkutan tinja
- Pembangunan dan pengelolaan MCK umum
- Pengelolaan tempat pembuangan akhir tinja (IPTL)

D.2. Sub Sektor Persampahan


D.2.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Kota Tidore Kepulauan sebelumnya merupakan pemekaran dari
Kabupaten Halmahera Tengah pada tanggal 23 Februari 2003 sesuai
dengan UU Nomor 1 Tahun 2003, tingkat pelayanan dibidang
persampahan baru mencapai 35% dari volume sampah yg dihasilkan.
Jumlah penduduk kawasan Perkotaan di Kota Tidore Kepulauan yg
meliputi 9 Kelurahan (Tomalou, Gurabati, Tongowai, Seli, Soadara,
Soasio, Gamtufkange, Indonesiana dan Dowora) adalah sebesar 46,436
jiwa dengan volume sampah yg dihasilkan pada tahun 2007 telah
mencapai 160,58 M3/hari yg terdiri dari fasilitas umum seperti Pasar
Sarimalaha dan RSUD Soasio sebesar 21,27 m3/hari serta daerah
permukiman penduduk sebesar 139,31 m3/hari, dengan cakupan
prasarana persampahan baru mencapai 35%. Dari total sampah tersebut
jumlah timbunan sampah yg terangkut sebesar 56,20 m3/hari,
sedangkan sisa yg belum terangkut sebesar 104,38 M3/hari.
- Kondisi eksisting saat ini menunjukan bahwa sekalipun tersedia 4 unit
container sampah di Pasar Sarimalaha dan 2 Unot Container di RSUD
serta 6 unit container pada permukiman penduduk, namun pengelolaan
sampah belum bisa tertangani secara baik karena hanya didukung
dengan 4 unit mobil arm roll dan 1 unit Mobil Dump Truck. Kendala yg
dihadapi Pemerintah Kota Tidore Kepulauan khususnya dalam
memberikan pelayanan dibidang persampahan adalah bahwa
ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yg ada hanya dapat
melayani dibeberapa tempat/fasilitas umum sedangkan untuk daerah
pemukiman penduduk belum dapat ditangani secara keseluruhan, hal ini
terlihat dari besarnya jumlah sampah yg belum terangkut diwilayah

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 65


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

pemukiman penduduk perkotaan artinya belum dapat ditampung dan


didistribusikan ke TPA sebagai tempat pembuangan akhir.
- TPA di Kelurahan Rum belum didukung dengan sarana dan prasarana
yg memadai. Konsekwensi dari belum tersedianyadukungan sarana dan
prasarana tersebut, maka sistem pengelolaan sampah di TPA Rum
masih menggunakan sistem Open Dumping yang sudah tentu
merupakan potensi ancaman yg serius bagi lingkungan sekitarnya.

Dari volume sampah yang aemakin meningkat seiring dengan pertambahan


penduduk pada umumnya belum dapat dikelola secara baik dan benar
karena Pemerintah Kota Tidore Kepulauan belum memiliki sarana
prasarana persampahan yg memadai,sehingga masyarakat pada umumnya
mengelola sendiri sampah dengan cara membuang di laut, ditimbun atau
dibakar.
Dilihat dari luasnya jangkauan pelayanan dengan radius 22 Km2 dan volume
sampah yg dihasilkan telah mencapai 160.58 M3/hr di Kota Tidore
Kepulauan maka secara ideal harus didukung oleh 6 unit mobil arm roll dan
4 unit mobil dump truck agar dapat mendistribusikan sampah ke TPA Rum.
Tipe perkotaan terdapat di Soasio dilakukan pembuangan ke TPA
dengan meng gunakan armada pengangkutan sampah (truk)
Tipe pedesaan dilakukan secara swadaya dengan membakar sampah
dihalama-halaman/ dikebun-kebun milik penduduk.

Dimasa mendatang, sesuai dengan karakter wilayah kota, maka perlu


dilakukan sistem pembuangan sampah dengan mengandalkan armada
pembuangan sampah menuju TPA dibeberapa tempat.
Ditribusi/penyebaran lokasi TPA perlu dilakukan mengingat luas wilayah
kota yg sedemikian besar dan membawa konsekwensi pada jarak dan
waktu tempuh dari truk pengangkut sampah. Dapat dilakukan misalnya
dengan membentuk cluster-cluster pengelolaan/pembuangan sampah,
misalnya tersebar untuk melayani pusat-pusat pertumbuhan. Dengan
mengacu standarisasi volume buangan sampah adalah 2 liter/org/hr, maka
s/d tahun 2015 secara total diproduksi 136 m3 sampah setiap hari. Apabila
volume efektif truck pengangkut sampah adalah 5 m3, dan dilakukan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 66


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

pengangkutan dengan frekuensi sebanyak 2 rit setiap hari, maka


dibutuhkan setidaknya sekitar 1 armada truck.
Permasalahan yg dihadapi oleh Dinas Kebersihan dalam mengelola
permasalahan di Oba Utara adalah dalam hal :
 Tingkat dan daerah pelayanan yg masih rentan
 Target nasional yg cukup tinggi dan kendala kebijaksanaan nasional.

Mengacu kepada kebijaksanaan nasional bahwa kriteria dan dasar pelayanan


pembangunan prasarana persampahan berdasarkan target repelita V adalah
60% sampah domestik dan 100% sampah non domestik, maka sasaran
penanganan rata-rata mencakup sekitar 70% penduduk di daerah perkotaan
sampai dengan akhir periode Pelita V akan memerlukan perjuangan yg tidak
kecil. Menurut buku pedoman P3KT yg disusun oleh Tim Koordinasi
Pembangunan Perkotaan (Desember 1989) disebutkan bahwa sampai dengan
akhir pelita V, daerah dengan kepadatan >100 jiwa/Ha, dianggap sebagai daerah
yg potensial untuk mendapatkan pelayanan persampahan, terutama yg
sebelumnya telah dilayani oleh sistem yg ada.
 Lokasi TPA yg relatif jauh dan tersebarnya TPS
Permasalahan yg timbuldari jarak yg ditempuh TPA terhadap wilayah
pelayanan akan menyebabkan menurunya frekuensi pengangkutan sampah
menuju TPA. Dalam kaitannya dengan daerah yg belum mendapat pelayanan
telah menyelenggarakan pengelolaannya sendiri yg berakibat banyaknya TPS
yg tersebar dan tidak terencana akibat sulitnya mendapatkan tempat untuk
TPS.
 Studi Pendukung
 Kebutuhan prasarana persampahan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 67


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Tabel VII.27.
Produksi Sampah Harian s/d Tahun 2015
Kecamatan Produksi Sampah/hari (m3) Tahun 2006-2015
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tidore 24 25 25 26 26 27 27 28 28 29
Tidore 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16
Selatan
Tidore Utara 15 15 15 16 16 16 17 17 17 18
Oba Utara 15 20 28 38 38 50 53 55 57 58
Oba 12 13 13 13 13 14 14 14 15 15
Kota Tidore 79 86 95 107 114 122 125 129 132 136
Kepulauan

D.3. Sub Sektor Drainase

D.3.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan


Kota sofifi direncanakan sebagai Ibukota Provinsi Maluku Utara yg terletak di
bagian barat Pulau Halmahera yang termasuk Wilayah Kota Tidore
Kepulauan. Wilayah barat Kota Sofifi dibatasi oleh pantai Selat Tidore
sedangkan pada bagian utara,timur dan selatan berbatasan dengan
dataran/perbukitan. Kota sofifi ditinjau secara morfologi, topografi dan geologi
merupaka daerah dataran, dan kondisi tanah permukaan baik. Topografi Kota
Sofifi merupakan daerah dataran yg rawan terhadap banjir dan genangan
akibat air hujan, namun fenomena pasang surut air laut yg terjadi di bagian
barat Kota Sofifi tidak terlalu berpengaruh. Pesatnya kemajuan pembangunan
di Provinsi Maluku Utara dengan kondisi kepadatan yg cukup tinggi
memerlukan suatu perencanaan infrastruktur secara menyeluruh serta detail.
Dalam pertumbuhan dan pembangunan suatu Kota dituntut tersedianya
sarana prasarana pendukung yg memadai. Salah satu prasarana pendukung
tersebut adalah belum adanya penataan sistem drainase perkotaan yg baik
dan tertata serta belum adanya pedoman perencanaan secara terpadu,
khususnya Bagian Wilayah Kota (BWK)-3 dan (BWK)-4.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 68


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

D.3.2. Letak Geografis Dan Administrasi

Kota sofifi adalah Ibukota Provinsi Maluku Utara terletak di bagian Barat Pulau
Halmahera dan di sebelah Timur Pulau Tidore dan Tidore. Pulau Halmahera
termasuk pulau induk dalam gugusan kepulauan Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis posisi Kota Sofifi berada di Pulau Halmahera dalam wilayah
pemerintahan Kota Tidore Kepulauan dan terletak pada batas astronomis 0° -
20° LU (Lintang Utara) hingga 0° - 50°Ls (Lintang Selatan) dan pada posisi
127°10’ - 127°45’ Bujur Timur.
Kecamatan Oba Utara memiliki luas wilayah sebesar 800,0 Km2 atau 51,60%
dari luas wilayah Kota Tidore Kepulauan, dan merupakan salah satu wilayah
terluas di Kota Tidore Kepulauan. Secara administrasi, batasan Kota Sofifi saat
ini masih dalam koridor Kecamatan Oba Utara. Namun tidak menutup
kemungkinan kawasan Kota Sofifi akan berkembang lebih besar seiring
pertumbuhan dan kebutuhan ruang. Kawasan perencanaan master plan
drainase Kota Sofifi ini meliputi wilayah BWK-3 dan BWK-4 yg merupakan
bagian wilayah Kecamatan Oba Utara, dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel VII.28.
Kawasan perencanaan master plan drainase Kota Sofifi
(wilayah BWK-3 dan BWK-4)
No Kelurahan/Desa Luas Wilayah Prosentase
1 Ampera 148,493 15,68
2 Akekolano 187,251 19,77
3 Oba 279,705 29,54
4 Somahode 67,483 7,12
5 Garajou 111,535 11,77
6 Kusu 152,387 16,09
Luas Wilayah 946,854 100

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 69


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

a. Topografi

Secara umum kondisi topografi Kota Sofifi merupakan dataran rendah, landai
hingga bergelombang dengan ketinggian bervariasi mulai dari ± 0,0 diatas
permukaan laut (dpl) sampai ketinggian diatas ± 10,0 dpl. Hal ini disebabkan
lokasi Kota Sofifi ini berada ditepi perairan. Topografi lokasi pekerjaan berada di
areal dengan topografi dataran sebagian kecil perbukitan dengan ketinggian
±3,0 dpl hingga ±27,0 dpl. Secara fisik wilayah, Kota Sofifi didominasi oleh lahan
datar dan kemudian diikuti oleh lahan terjal. Gambaran mengenai kondisi
topografi Kota Sofifi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel VII.29.
Kondisi Topografi Kota Sofifi
No Keadaan Luas (Ha) Presentase Terhadap
Topografi Luas
1 Datar (0-40%) 15,040 40
2 Landai (0-15%) 5,264 14
3 Miring (15-40%) 7,520 20
4 Terjal (>40%) 9,776 26
Total Luas 37,600 100
Sumber : Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka, Tahun 2012

Dalam kaitannya dengan topografi yg bervariasi, maka pada musim hujan


sering menimbulkan masalah dalam bentuk daerah genangan, sehingga dalam
pengembangan fisik kota perlu perencanaan yg matang tentang sistem jaringan
air hujan dan air limbah (drainase).

b. Jenis Tanah

Jenis tanah Kota Sofifi berdasarkan sistem klasifikasi Pusat Penelitian Tanah
(PT,1983) Bogor, dikelompokkan ke dalam tiga jenis tanah yaitu tanah aluvial,
litosol dan kambisol. Menurut sistem klasifikasi Soil Taksonomi (USDA, 1990),
tanah aluvial dan Litosol sepadan dengan ordo tanah entisol dan tanah
kambisol sepadan dengan inceptisol.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 70


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Secara eksploratif di kawasan Sofifi terdapat beberapa jenis tanah dengan


kondisi :
 Tanah aluvial/gambut : jenis tanah ini menyebar pada daerah dataran
rendah, landai dan bergelombang dibagian timur pada lembah-lembah aliran
sungai dan pantai.
 Tanah podzolik Merah Kuning : terdapat pada daerah-daerah bergelombang
dan berbukit
 Tanah komplek : jenis tanah ini terdiri dari podzolik coklat/andosol,
podzolik/lithozol, dan organosol/organo gambut.

c. Curah Hujan

Kota Sofifi adalah sebagai bagian dari dataran wilayah Kota Tidore Kepulauan
yg merupakan daerah pantai karena kurang dari 80% kawasan merupakan
daerah pantai, sedangkan 20% lainnya merupakan daerah pegunungan.
Kondisi wilayah demikian membuat iklim Kota Tidore Kepulauan termasuk Sofifi
sangat dipengaruhi oleh angin laut dengan curah hujan rata-rata antara 2.000 -
2.500 mm/tahun. Musim kemarau terjadi pada bulan Desember sampai dengan
bulan Maret, sedangkan musim penghujan jatuh pada bulan Mei sampai dengan
bulan Oktober yg disebabkan oleh musim tenggara.

Tabel VII.30.
Jumlah Bulan Basah/Kering di Kecamatan Kota Tidore Kepulauan
No Kecamatan Bulan Kering Bulan Basah Type Iklim

1 Tidore 1 11 A

2 Tidore Utara 2 10 A

3 Tidore Selatan 2 10 A

4 Oba Selatan 1 11 A

5 Oba Utara 1 11 A

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 71


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

d. Iklim

Kota Tidore Kepulauan seperti pada umumnya daerah di Maluku Utara


mempunyai tipe iklim tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yg
biasanya heterogen sesuai dengan indikasi umun iklim tropis. Suhu udara
bulanan Kota Sofifi rata-rata 26,57°c dengan suhu maksimum rata-rata 31,03°c
dan suhu minimum rata-rata 23,46°c. Kelembaban udara relatif berkisar antara
77,7 – 85% dengan kecepatan angin rata-rata maksimum 5,8 knots dan
minimum 3,2 knots.
e. Pasang Surut

Pasang surut mempunyai pengaruh yg besar terhadap sistem drainase


diwilayah perkotaan yg terletak di kawasan pantai, khususnya untuk daerah yg
datar dengan elevasi muka tanah yg tidak cukup tinggi. Permasalahan yg
dihadapi antara lain :
 Terjadinya genangan pada kawasan-kawasan yg elevasinya berada dibawah
muka air pasang.
 Terhambatnya aliran air/banjir pada saluran yg langsung berhubungan
dengan laut atau sungai (yg terpengaruh pasang surut) akibat naiknya
permukaan air pada saat terjadi air pasang.
 Drainase sistem gravitasi tidak dapat bekerja dengan penuh, sehingga perlu
bantuan pompa dan perlu dilengkapi dengan pintu otomatis pada outlet-outlet
yg berfungsi untuk mencegah masuknya air laut pada saat pasang, sehingga
biaya konstruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem drainase menjadi
mahal.
 Bangunan-bangunan air yg berinteraksi dengan air laut, khususnya yg
terbuat dari meta, muda berkarat dan rusak. Hal ini akan meningkatkan biaya
pemeliharaan bangunan air.
Perencanaan sistem drainase yg dipengaruhi oleh pasang surut
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Tinggi dan tipe pasang surut
- Elevasi kawasan yg menjadi objek drainase

Pengukuran pasang surut dilakukan pada daerah pantai Desa Somahode


Kecamatan Oba Utara. Pantai Desa Somahode merupakan dataran pantai

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 72


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

dengan relief datar, memiliki kemiringan lereng pantai 0° - 5°. Hasil pengukuran
pasang surut selama 24 jam dengan interval pengamatan 1 jam menunjukan
bahwa daerah tersebut memiliki tunggang pasang surut sebesar 121 cm.
Tunggang pasang surut = Pasang tertinggi – surut rendah = (171-50) cm
= 121 cm
Pada daerah penilitian terjadi 2 kali air tinggi dan 2 kali air rendah dalam waktu
24 jam, maka jenis pasang surut yg berkembang pada daerah ini dalah “semi
diurnal tide”.
 Pasang surut bertipe campuran mirip harian ganda, dimana terjadi 2x pasang
naik dan 2x surut sebagaimana umumnya tipe pasang surut pada daerh timur
Indonesia ;
 Kecepatan arus berkisar antara 4,76 – 12,32 cm/detik
 Hasil pengukuran salinitas air laut sebesar 1,63% dengan pH 7,6;
 Nilai kualitas air laut dibawah nilai ambang batas (IMPL berkisar -20 sampai
dengan 0)

D.3.3. Gambaran Kondisi Drainase Kota Sofifi

Secara umum kondisi alam Kota Sofifi adalah daerah landai dan berbukit da
bagian timur kota, dan datar sepanjang pantai barat dan ditengah kawasan
BWK-3 dan BWK-4. Di tengah kota sofifi dialiri oleh sungai/kali besar yakni kali
Oba yg memisahkan antara kawasan bagian wilayah Kota BWK-1 & BWK-2
dengan BWK-3 & BWK-4. Selain kali oba, yakni kali kusu dan kali tudu, yg
sering menimbulkan masalah banjir, selain manfaat lain yg diberikan.
Berdasarkan data hasil survey lapangan 2013, kota sofifi memiliki total panjang
outline dan jaringan drainase saluran sebesar 11.094 m, dengan rincian saluran
galian tanah 902 m. Dari total panjang outline dan jaringan drainase tersebut
masih banyak terdapat jaringan jalan yg kiri kanannya belum terdapat saluran
dan jaringan jalan yg salah satunya sudah terapat jaringan.

D.3.4. Permasalahan Drainase Eksisting Kota Sofifi


Sistem drainase Kota Sofifi yg ada saat ini terdiri dari sistem primer, sekunder
dan tersier. Sistem drainase primer yaitu saluran-saluran pembuang irigasi dan
sungai-sungai yg ada disekeliling kota tersebut sebagai badan penerima air dari

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 73


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

sistem drainase sekunder, sedangkan drainase sekunder adalah badan


penerima air dari saluran-saluran tersier, yg berasal dari saluran-saluran di
kawasan permukiman/perumahan dan lain-lain.
a). Jaringan Drainase
 Sistem jaringan drainase Kota Sofifi sebagian besar sudah berupa saluran
permanen. Namun saluran permanen yg sudah ada, banyak yg rusak dan
sudah ditimbuni sampah dan tumbuhan, sehingga fungsinya berubah akibat
terjadi endapan dalam saluran. Kemiringan saluran pada umumnya landai
sesuai keadaan topografi di tengah kawasan BWK-3 dan BWK-4 Kota yg
datar;
 Kondisi jaringan jalan di Kota Sofifi belum dilengkapi dengan jaringan
drainase yg cukup memadai, khususnya pada jalan propinsi dan jalan-jalan
lain yg kondisi jaringan drainasenya terputus.

b). Hirarki Saluran Eksisting


Berdasarkan arah pengaliran dan dimensi saluran, pada dasarnya saluran
yg ada terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier, meskipun hirarki
saluran eksisting ini tidak selalu konsisten apabila ditinjau dari dimensi
saluran.

c). Pengelolaan Sistem Drainase


Sistem jaringan drainase yg ada di Kota Sofifi, khususnya kawasan BWK-3
dan BWK-4 belum ada yg bertanggung jawab pengelolaannya. Sebagai
masukan, jika Kota Sofifi telah berfungsi sebagai Ibukota Provinsi Maluku
Utara diharapkan kawasan strategis (perdagangan, perkantoran, pasar dan
terminal) dikelola oleh Dinas PU/Tata Ruang Provinsi/ Kabupaten/Kota,
sedangkan sub sistem yg ada dikawasan khusus (kompleks perumahan,
rumah sakit dsb) dikelola instansi/developernya. Untuk sub-sub sistim
drainase di permukiman yg padat atau di kampung-kampung
pengelolaannya diserahkan pada masyarakat dalam bentuk kerja
bakti/gotong royong yg dikoordinator oleh Kepala Desa masing-masing.

d). Permasalahan
Penanganan sistem drainase di Kota Sofifi terkesan sporadis sesuai
dengan permasalahan yang timbul. Ini disebabkan karena belum adanya

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 74


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

suatu perencanaan sistem drainase pada skala perkotaan dan wilayah yg


dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan dan pengelolaan sistim drainase.
Dengan kondisi yg ada dan telah diuraikan diatas terlihat tingkat pelayanan
dan perlakuan terhadap sarana dan prasarana drainase masih kurang. Hal
ini dapat ditunjukan dengan adanya lokasi-lokasi genangan dibeberapa
kawasan perkotaan pada saat musim hujan dan terjadinya banjir.

e). Daerah Genangan dan Analisa Penyebab Genangan


Berdasarkan peta genangan dan zona genangan yg dibuat oleh konsultan,
daerah genangan terjadi pada sebagian Desa Ampera, Akekolano (Zona A),
Desa Oba (Zona B), Desa Somahode (Zona C), Desa Garajou (Zona D)
dan Desa Kusu (Zona E). Secara teknis,

Hirarki jaringan saluran drainase perkotaan Sofifi belum memenuhi persyaratan,


yakni saluran drainase perkotaan yg melayani daerah permukiman disebut dan
dialirkan pada saluran tersier yg selanjutnya diarahkan ke saluran sekunder dan
berakhir ke saluran primer. Namun hirarki jaringan saluran drainase Kota Sofifi
ini tidak berfungsi dengan baik dan optimal. Hal ini mengakibatkan terjadinya
genangan disekitar saluran dan lahan kosong yg memiliki permukaan yg rendah
dari jalan. Genangan terjadi pada saat turun hujan dalam waktu relatif lama (± 8
jam) dan terus-menerus dengan tinggi genangan relatif dalam antara 20 s/d 50
cm diatas permukaan jalan, khususnya kawasan Desa Akekolano, Desa
Ampera, Desa Garajou, Desa Somahode dan Desa Oba.
Terjadinya genangan itu sering disebabkan antara lain :
 Kondisi topografi di tengah kawasan BWK-3 dan BWK-4 yg datar sehingga
kemiringan dasar saluran sangat landai yg mengakibatkan laju aliran sangat
lambat menuju muara sungai/kali.
 Ada beberapa kondisi dimensi saluran drainase yg kurang besar jika
dibandingkan hempasan permukaan yg masuk kedalam saluran tersebut.
 Pada daerah Zona A,B,C,D dan E, kondisi jaringan drainase yg ada tidak
dapat menampung debit air rencana sesuai dengan area zona tersebut.
 Penyumbatan saluran drainase akibat sampah yg terbuang ke dalam saluran
dan endpan pasir akibat penataan saluran yg kurang baik dan terputusnya
beberapa jaringan drainase

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 75


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

 Banyak kondisi jaringan drainase yg terputus akibat tidak dilengkapi


bangunan pelimpas drainase (gorong-gorong, sehingga hirarki saluran
jaringan drainase tidak berfungsi baik.

D.3.5. Rencana Sistem Jaringan Drainase Kota Sofifi Bwk-3 Dan 4

a). Lingkup Kawasan Drainase Kota Sofifi


Lokasi pekerjaan secara detail berada di Kecamatan Oba Utara wilayah
administratif Kota Tidore Kepulauan yg akan dijadikan sebagai Ibukota Provinsi
Maluku Utara. Adapun kawasan untuk penyusunan master plan drainase Kota
Sofifi BWK- dan 4 yakni batas wilayah utara Sungai Oba – kawasan BWK-1 dan
2 Kota Sofifi, batas wilayah timur dengan kecamatan Gane barat dan
kecamatan pulau Moti wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, serta batas
wilayah barat dengan laut kecamatan Tidore (selat tidore). Posisi pusat
pemerintahan Provinsi berada di kawasan Sofifi Kecamatan Oba Utara. Lokasi
pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Sofifi Maluku Utara terletak
pada kawasan Sofifi, Struktur Rencana Teknik Tata Ruang Kota BWK-3 dan
BWK-4.
Lokasi ini terdiri dari beberapa sungai dan kali antara lain Kali Oba, Kali Kusu,
Kali Mira, Kali Helei, Kali Akekolano, Kali Tedu, Kali Telaga Nila, Kali Filihang,
Kali Somahode dan Kali Tudu. Sungai Oba merupakan sungai utama di sebelah
Utara lokasi pekerjaan dan Sungai Mira merupakan Sungai Utama di sebelah
selatan.
Kawasan ini merupakan kawasan baru, dan lagi pula sistim drainase belum
tertata sehingga ada beberapa bagian kawasan Kota Sofifi ini bila curah hujan
dalam waktu lebih dari empat jam akan terjadi genangan, terutama pada bagian
hulu,hilir bahkan muara kali. Untuk penanganan genangn tersebut, dibuatkan
zonasi dan kondisi daerah rawan banjir serta genangan air pada saat terjadi
hujan.
b). Rencana Sistim Jaringan Drainase
Dasar Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan pada umumnya penanganan
sistem drainase di banyak Kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga
tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas.
Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh,

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 76


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

mengacu pada siklus dan tahapan pembangunan yg lengkap, dengan konsep


proses pembangunan yg melibatkan masyarakat sejak awal, sehingga hasilnya
diterima baik oleh masyarakat.

c). Blok Layanan Jaringan Drainase Kota Sofifi


Blok layanan drainase adalah merupakan daerah pelayanan dari suatu jaringan
drainase baik yg terpisah dari jaringan drainase maupun yg tidak terpisah
dengan jaringan lainnya, dengan kata lain antar blok yg satu dengan blok
lainnya secara kesatuan. Batas blok yg satu dengan blok yg lain adalah :
- Punggung bukit yg ditetapkan pada topografi
- Lokasi pembuangan seperti laut,danau,sungai, ataupun saluran pembuangan
utama
- Pembagian secara berimbang, terutama bagi daerah yg datar.

d). Sistem Drainase Dan Daerah Tangkapan Hujan


sistem tangkapan hujan pada suatu sub-blok dapat ditata secara terpisah
dengan sistem saluran pada sub-blok yg lain. Penetapan sitem saluran diawali
dengan penetapan saluran primer (conveyor drain), kemudian diikuti dengan
saluran pengumpul sekunder dan tersier (collector drain). Arah aliran pada
saluran ditetapkan secara makro dengan menggunakan peta topografi serta
hasil pengukuran dilapangan. Prinsip yg digunakan adalah dengan terlebih
dahulu mencari daerah tinggi kemudian daerah pembuangan (pantai/sungai).
Arah aliran dengan mengikuti kemiringan dari daerah yg tinggi ke daerah yg
rendah dengan memperhatikan kondisi daerah/lokasi yg dilalui saluran tersebut
serta keberadaan saluran- saluran drainase eksisting. Untuk menghitung debit
aliran yg dibebankan pada setiap saluran, dicari catchment area memerlukan
engineer feeling, terutama pada daerah yg berbukit dan berlembah. Pada lokasi
perencanaan dimana daerahnya cukup darat, agak mudah mendapatkan
catchment area yaitu dengan membagi kawasan yg berada diantara dua
saluran secara merata, kecuali pada kawasan yg tidak beraturan kemiringan
lahannya.

e). Sistem Pembuangan (Outlet)


Dalam prosedur analisa dilakukan pengecekan kembali secara umum dengan
pendekatan praktis terhadap aspek drainase diposisi jaringan utama dimana,

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 77


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

hendak diketahui kemampuan fungsi outlet akhir drainase terhadap catchment


area masing-masing. Sistem pembuangan air dari saluran drainase sangat
dipengaruhi oleh keadaan dibagian hilir saluran dan kondisi lokasi pembuangan
air tersebut. Namun apabila aliran di sungai telah mencapai ketinggian muka air
tertentu dan bertepatan dengan air pasang, akan terjadi aliran balik dari sungai
masuk ke saluran, seringkali terjadi pula genangan di beberapa tempat oleh
karena kerusakan dan endapan lumpur pada saluran air (drainase) tersebut.
Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka perlu diinventarisasi lagi dimensi dan
kondisi saluran-saluran yg ada guna perbaikan ataupun direncanakan kembali
dan bila perlu diujung hilir saluran perlu dipasang pintu air yg tidak bisa
ditembus oleh air masuk melalui celah-celah pintu. Pintu air ini berfungsi apabila
terjadi perbedaan elevasi muka air di saluran.
Sistem pembuangan limbah ini cocok apabila kedudukan muka air yg tinggi di
sungai tidak dalam jangka waktu yg lama. Apabila keadaan ini terjadi dalam
waktu yg lama, maka akibat hujan yg terus menerus akan menyebabkan
akumulasia air disaluran dan terjadilah genangan disekitar bagian hilir saluran
yg makin lama makin menyebar ke arah hulu saluran dan juga dikawasan
sekitarnya. Untuk mencegah hal tersebut, dibagian hilir saluran sebelum pintu
air,perlu dipasang pompa air yg digunakan memompa air yg terakumulasi
tersebut untuk dibuang ke sungai. Keadaan diatas hanya dapat dilakukan
apabila memang air tidak merembes masuk dari sungai, bukan saja melalui
pintu air tetapi juga dari bagian pinggiran sungai lainnya. Karena sistem ini
hanya dapat dilaksanakan bila disepanjang tepian sungai sudah dibuatkan
tanggul banjir (pada bagian-bagian rendah). Pembuangan air/drainase Kota
Sofifi umumnya ke sungai-sungai yg melintas Kota Sofifi, ada juga air hujan
dibuang langsung ke laut melalui kali. Dalam keadaan aliran sungai masih
normal, tidak ada masalah dalam hal pembuangan air tersebut.

f). Penanggulangan Daerah Prioritas


 Perencanaan penanganan drainase sesuai perencanaan struktur tata
ruang Kota Sofifi BWK-3 dan BWK-4 yakni Rencana Teknik Ruang Kota
Sofifi kawasan BWK-3 dan BWK-4;

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 78


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

 Penanggulangan daerah genangan prioritas dilakukan dengan meninjau


alternatif penyelesaian yg dapat diterapkan di masing-masing
zona/daerah genangan berdasarkan hasil analisa penyebab genangan.
Solusi yg diterapkan secara parsial ini akan mengacu pada konsep dasar
pemecahan masalah genangan pada lingkup lebih luas.

g). Pemecahan Masalah Genangan Dan Banjir Secara Umum


Pada intinya pemecahan permasalahan genangan di Kota Sofifi kawasan BWK-
3 dan BWK-4 dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yg terlibat
baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Agar penanganan permasalahan sistem drainase dapat dilakukan secara terus
menerus dengan sebaik-baiknya. Hal ini dilakukan agar para pengelola sistem
drainase perkotaan menjadi faham terhadap antara lain fungsi drainase, faktor-
faktor yg berpengaruh dalam pembangunan drainase.
Tujuan dari prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan ini adalah untuk
mewujudkan penanganan sistem drainase perkotaan yg berwawasan
lingkungan dan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yg
berlaku. Sistem drainase perkotaan adalah prasarana yg terdiri dari kumpulan
sistem saluran di dalam kota yg berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari
banjir/genangan akibat hujan dengan cara mengalirkan kelebihan air
permukaan ke badan air melalui sistem saluran-saluran tersebut.
Sistem Drainase Perkotaan :
a. Ditinjau dari Satuan Wilayah Sungai adalah kumpulan anak-anak sungai yg
berada didalam Satuan Wilayah Sungai yg tergolong micro pada orde sungai
tingkat 2 atau 3 yg sepenuhnya berada didalam batas administratif
perkotaan.
b. Ditinjau secara administratif perkotaan adalah kumpulan jaringan anak-anak
sungai dan saluran pada masing-masing daerah alirannya dimana
penanganannya menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota
sekalipun sebagai Ibukota Provinsi.

Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelolaan drainase yg tidak


menimbulkan dampak yg merugikan bagi lingkungan.

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 79


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

Terdapat 2 pola yg dipakai :


a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam
penampungan.
b. Pola Retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat sumur resapan,
saluran resapan, bidang resapan atau kolam resapan.

Sungai adalah alur di permukaan tanah tempat mengalirnya aliran permukaan


yg mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS), yg mengalir dari tempat yg tinggi
menuju ke muara laut. Sungai mengalirkan sebagian air sebagai aliran dasar
(best flow) dari kumpulan mata air didalam Danya mulai dari daerah
pegunungan sampai ke pantai (Laut).
a. Satuan wilayah sungai adalah hamparan permukaan bumi yg dialiri oleh
sungai yg ditetapkan dengan peraturan. Sungai dan saluran adalah alur
tempat mengalirnya air dibidang permukaan tanah. Sungai terjadi karena
peristiwa alam dimana aliran air mengalir sesuai dengan morpologinya dan
secara umum alirannya adalah aliran UNSTEADY FLOW (aliran yg tidak
tetap).
b. Sedangkan saluran adalah alur tempat aliran air yg sengaja dibuat oleh
manusia, secara umum alirannya adalah aliran STEADY FLOW (aliran tetap).
Pengendalian banjir (FLOOD CONTROL).
c. Untuk areal urban adalah upaya untuk mengendalikan aliran banjir pada
sungai yg melintas kota agar muka air banjir tidak melampaui tanggul
kanan/kirinya (Over Toping) yg akan menyebabkan banjir/genangan didalam
kota.
d. Untuk daerah aliran sungai adalah upaya untuk menghindari terjadinya banjir
pada lahan-lahan produktif.
Badan penerima air dapat berupa sungai, danau, rawa dan lut yg menerima
aliran dari sitem drainase perkotaan.
 Rencana Sistem Drainase

1. Sistem drainase perkotaan


a. Mengeringkan bagian wilayah kota yg permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan
infrastuktur kota dan harta benda milik masyarakat;

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 80


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar


tidak membanjiri/menggenangi kota yg dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yg dapat dimanfaatkan
untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

2. Kewenangan pengelolaan dan fungsi pelayanan sistim drainase perkotaan


berdasarkan pembagian kewenangan pengelolaan dan fungsi pelayanan
untuk sistem drainase perkotaan menggunakan istilah sebagai berikut :
 Sistem Drainase Lokal (minor urban drainage)
Sistem drainase lokal adalah suatu jaringan sistem drainase yg melayani
suatu kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah
komersial, perkantoran dan kawasan industri, pasar dan kawasan
pariwisata. Sistem ini melayani area sekitar kurang lebih 10 Ha.
Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat,
pengembang atau instansi pada kawasan masing-masing. Sistem
drainase utama (Major Urban Drainage), Sistem Jaringan Utama (Major :
Urban Drainage) adalah sistem jaringan drainase yg secara struktur
terdiri dari saluran primer yg menampung aliran dari salurn-saluran
sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran
sekunder. Saluran sekunder menampung aliran dari saluran-saluran
tersier, saluran tersier menampung aliran dari daerah alirannya masing-
masing. Jaringan drainase lokal dapat langsung mengalir alirannya ke
saluran primer,sekunder maupun tersier.

3. Pengendalian Banjir (flood control)


Pengendalian banjir adalah upaya mengendalikan aliran permukaan dalam
sungai maupun dalam badan air yg lainnya agar tidak meluap secara limpas
atau menggenangi daerah perkotaan. Penegndalian banjir merupakan
tanggung jawab pemerintah Provinsi atau Pusat. Konstruksi/bangunan air
pada sistem ini antara lain :
- Tanggul
- Bangunan Bagi

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 81


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

- Pintu Air
- Saluran Flood way

4. Bentuk Fisik Sistem Drainase


Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, sekunder,
tersier dst. Sistem saluran primer adalah saluran yg menerima masukan
aliran dari saluran – saluran sekunder, saluran primer relatif besar sebab
letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke
badan air.; Sistem saluran sekunder merupakan saluran terbuka/tertutup yg
berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran tersier dan meneruskan
aliran ke saluran primer.; Sistem saluran tersier merupakan saluran drainase
yg menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan rumah-
rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan
perumahan.

7.4.3. Usulan Kebutuhan Program

Usulan kebutuhan program sektor Penyehatan Lingkungan dapat dilihat pada


table berikut :
Tabel VII.10.
Program/Kegiatan yang diusulkan pada sektor Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman
tahun 2016-2021
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN
NO SATUAN KET
LINGKUNGAN
2017 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

10
1. Pembangunan IPAL Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Utara paket

10
2 Pembangunan IPAL Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Tengah paket

10
3. Pembangunan IPAL Kecamatan √ √ √ √ √
Oba paket

4. Pembangunan IPAL Kecamatan 10 √ √ √ √ √


Oba Selatan

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 82


Rencana Program Investas Jangka Menengah (RPIJM) 2016 -2020
Kota Tidore Kepulauan

paket

5. Pembangunan IPAL Kecamatan 4 paket √ - - √


Tidore Utara
10
6. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Utara paket

10
7. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Tengah paket

10
8. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba paket

10
9. Pembangunan MCK Kecamatan √ √ √ √ √
Oba Selatan paket

10. Pembangunan Saluran Air 5000 M √ √ √ √ √


Kecamatan Tidore
11. Pembangunan Saluran Air 2000 M √ √ √ √ √
Kecamatan Tidore Selatan
12. Pembangunan Saluran Air 1,100 √ √ √ √ √
Kecamatan Tidore Timur M
13. Pembangunan Saluran Air 7,500 √ √ √ √ √
Kecamatan Tidore Utara M
14. Pembangunan Saluran Air 10,00 √ √ √ √ √
Kecamatan Oba Utara 0M
15. Pembangunan Saluran Air 3,000 √ √ √ √ √
Kecamatan Oba Tengah M
16. Pembangunan Saluran Air 2,600 √ √ √ √ √
Kecamatan Oba M
17. Pembangunan Saluran Air 2,500 √ √ √ √ √
Kecamatan Oba Selatan M
18. √ √ √ √ √
Pemeliharaan Rutin Saluran Air 750 M

19. √ √ √ √ √
Pemeliharaan Rutin IPAL dan MCK 5 Unit
Pengadaan Alat Berat Mendukung
20. 10 √ √ √ √ √
TPA Rum (Exavator dan Begu
Unit
Loader)

BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya VII - 83

Anda mungkin juga menyukai