Terjemah Arti
Terjemah Arti
Setiap jiwa, siapa pun ia pasti akan merasakan kematian. Maka hendaknya setiap
makhluk tidak terlena dengan dunia ini. Dan kelak di hari Kiamat mereka akan diberi
balasan atas amal perbuatan mereka masing-masing secara penuh, tanpa ada
pengurangan. Barangsiapa yang Allah jauhkan dari api Neraka dan Dia masukkan ke
dalam Surga, sungguh dia benar-benar telah mendapatkan kebaikan yang ia harapkan
dan selamat dari keburukan yang ia takutkan. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan sementara yang hanya diminati oleh orang-orang yang tertipu.
Ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat
fana dan tidak kekal, dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat
fitnah fdengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya.
Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju ke negeri abadi, di mana
jiwa-jiwa manusia akan diberikan balasan amal yang telah diperbuatnya di dunia ini
berupa kebaikan maupun kejelekan.
Kita harus mengigat kematian supaya, kita tidak melakukan hal yang dilarang oleh
allah swt dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama
Selain itu juga kita tidak boleh terlena dengan urusan duniawi sehingga kita melalaikan
akhirat kita, karena dunia itu tidak abadi
Kita juga harus senantiasa memohon kepada allah supaya diberi pertolongan untuk
diselamatkan dari siksa api neraka
Kajilah Q.S. At Taqwir: 1-3, Al Qori'ah: 1-11 dan Al Zalzalah:1-8. Selanjutnya, bgmn kah keterkaitan antara
ayat tsb di atas dg peristiwa qiamat mnrt ilmu pengetahuan, yaitu ilmu astronomi, fisika dan geologi.
من الرَّ ِحي ِْم
ِ هللا الر َّْح
ِ ِبس ِْم
ُ وَ ِإ َذا ا ْل ِجبَا ُل. ْ وَ ِإ َذا الن ُُّجوْ ُم ا ْن َكدَرَ ت. ْإ َذا الشَّمْ سُ ُك ِّورَ ت.ِ
ْس ِيّرَ ت
“(Ingatlah) apabila matahari telah digulung.” (ayat 1). Di sini kita melihat penggambaran keadaan
kiamat, satu keadaan yang berobah sama sekali dari yang biasa. Mula-mula diterangkan bahwa
matahari itu telah tergulung. Tentu banyaklah arti yang dapat kita ambil kata-kata kuwwirat,
tergulung atau digulungkan. Makna digulung ialah bila tugasnya telah habis dan dia tidak
memancarkan cahaya lagi, sehingga dunia ini menjadi gelap-gulita dan kacaubalau.
“Dan apabila bintang-bintang telah gugur.” (ayat 2). Menurut sebuah tafsir yang dirawikan oleh
Adh-Dhahhak, diterimanya dari Ibnu Abbas, akan kejadian bintang-bintang itu gugur dan
tempatnya karena bintang-bintang itu laksana kindil-kindil (pelita) yang tergantung di antara
langit dan bumi, diberi rantai dengan Nur, atau cahaya. Dan rantai cahaya itu terpegang di tangan
malaikat-malaikat yang terjadi dari Nur pula. Kata riwayat itu, bila tiupan serunai sangkakala yang
pertama telah kedengaran, matilah segala yang bernyawa, baik di bumi ataupun di semua langit,
dan malaikat-malaikat itu pun turut mati sehingga terlepaslah rantai itu dari tangannya, maka
bintang-bintang itu tidak terkendali lagi, sehingga terpentanglah dia ke mana saja.
Ceritera yang demikian sepintas lalu tentu ditolak oleh orang yang tidak percaya kepada yang
ghaib. Tetapi apabila disesuaikan dengan penyelidikan ilmu alam yang sejati, dapatlah kita
memahamkannya dipandang dari segi daya tarik-menarik yang mengatur hubungan alam
sehingga timbul keseimbangan. Bila telah goyah yang satu. Niscaya goyahlah pula yang lain, maka
berkacaulah perjalanan bintang-bintang.
Dari dua kejadian yang terdapat dalam Q.S. at-Takwir 1-2 tergambar kehancuran alam semesta yang
bermula dari hilangnya cahaya matahari, iya matahari akan hilang dari alam semesta dan itu
menyebabkan ketidakseimbangan tata surya hingga bintang-bintang yang menghiasi langit ketika malam
akan jatuh bagaikan bulir hujan yang jatuh ke bumi. Bisa dibayangkan dahsyatnya kehancuran bumi
sebab bintang-bintang tersebut. Saat itu tak ada tempat berlindung, manusia akan porak-poranda.
“Dan apabila gunung-gunung telah dihapuskan.” (ayat 3). Bumi adalah salah satu daripada
bintang-bintang itu. Kalau berjuta bintang yang lain sudah gugur daripada garis jalannya, tentulah
bumi sendiri pun telah masuk dalam kekacauan itu. Dan gunung-gunung yang ada di bumi pun
tudak ada artinya lagi. Dia pun sudah menjadi sama rata dengan bumi. Di dalam Surat An-Naba’
(Surat 78) yang lalu dibayangkan bahwa gunung-gunung sudah berkeadaan laksana fatamorgana
belaka; disangka air padahal bukan air.
“Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu
yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-
orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka
Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (QS. Al-
Qariah[101]: 1-11)
ِ َْالق
﴾١﴿ ُار َعة
Al-Qariah adalah nama dari nama-nama hari kiamat. Dan telah diketahui bahwasanya nama hari
kiamat ini sangat banyak sekali. Karena sifat-sifat hari kiamat juga sangat banyak. maka nama-
nama hari kiamat bukan sekedar nama. Tapi juga sifat dari nama-nama tersebut. Karena nama-
nama tersebut berarti atau mengartikan sifat-sifat yang luar biasa yang terjadi pada hari itu.
Al-Qariah maksudnya adalah yang mengetuk pintu dan memekakkan telinga disebabkan
dahsyatnya kejadian pada hari itu.
Ini adalah pertanyaan yang menunjukkan dahsyatnya hari tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwasanya hari itu hari yang luar biasa, hari yang sangat menakutkan.
Baca Juga:
Anak Dan Penanaman Dasar-Dasar Keimanan
Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan keadaan manusia pada hari kiamat. Bahwasanya
mereka terbagi menjadi dua kelompok.
Oleh karena itu dalam hadits yang shahih Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah
bersabda:
َ ك َوتَ َعالَى تُ ِري ُد
ون َش ْيئًا َ إِ َذا َد َخ َل أَ ْه ُل ْال َجنَّ ِة ْال َجنَّةَ قَا َل يَقُو ُل هَّللا ُ تَبَا َر
ار قَا َل ِ َّون أَلَ ْم تُبَيِّضْ ُوجُوهَنَا أَلَ ْم تُ ْد ِخ ْلنَا ْال َجنَّةَ َوتُنَ ِّجنَا ِم ْن الن َ ُأَ ِزي ُد ُك ْم فَيَقُول
اب فَ َما أُ ْعطُوا َش ْيئًا أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ْم ِم ْن النَّظَ ِر إِلَى َربِّ ِه ْم َع َّز َ ف ْال ِح َج ُ فَيَ ْك ِش
َو َج َّل
“Bila penduduk surga telah masuk ke surga, maka Allah berfirman: ‘Apakah kalian ingin sesuatu
yang perlu Aku tambahkan kepada kalian? ‘ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat
wajah-wajah kami putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan
menyelamatkan kami dari neraka? ‘ Beliau bersabda: “Lalu Allah membukakan hijab pembatas,
lalu tidak ada satu pun yang dianugerahkan kepada mereka yang lebih dicintai daripada anugrah
(dapat) memandang Rabb mereka.” (HR. Muslim)
Baca Juga:
Mukadimah - Bagian ke-3 - Kitab Kun Salafiyyan 'alal Jaddah
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita semua termasuk penduduk surga yang
melihat wajah Allah.
ِ َفَأ ُ ُّمهُ ه
﴾٩﴿ ٌاويَة
Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyyah. Yaitu neraka yang menjadi tempat tinggalnya
dan ada yang menyebutkan bahwasannya arti dari ُ أُ ُّمهadalah kepalanya. Yaitu kepalanya terjungkir
ke dalam neraka.
﴾ َوقَا َل٢﴿ ت اأْل َرْ ضُ أَ ْثقَالَهَا ِ ﴾ َوأَ ْخ َر َج١﴿ ت اأْل َرْ ضُ ِز ْل َزالَهَا ِ َإِ َذا ُز ْل ِزل
﴾٥﴿ ك أَ ْو َح ٰى لَهَا َ َّ﴾ ِبأ َ َّن َرب٤﴿ ث أَ ْخبَا َرهَاُ ﴾ يَ ْو َمئِ ٍذ تُ َح ِّد٣﴿ ان َما لَهَا ُ اإْل ِ ن َس
﴾ فَ َمن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا٦﴿ يَ ْو َمئِ ٍذ يَصْ ُد ُر النَّاسُ أَ ْشتَاتًا لِّيُ َر ْوا أَ ْع َمالَهُ ْم
﴾٨﴿ ُ﴾ َو َمن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره٧﴿ ُيَ َره
“Apabila bumi diguncangkan dengan seguncang-guncangnya. Dan bumi mengeluarkan isinya.
Dan manusia berkata, ‘apa yang terjadi dengannya?’ Pada hari itu bumi mengabarkan tentang
berita-beritanya. Bahwasanya Tuhanmu mewahyukan kepadanya hal tersebut. Pada hari itu
manusia semua dibangkitkan untuk melihat amalan-amalan mereka.Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah[99]: 1-8)
Baca Juga:
Ini adalah surat yang sangat agung yaitu surat Al Zalzalah. Dalam surat ini Allah ‘Azza wa Jalla
menyebutkan tentang huru-hara pada hari kiamat nanti. Yaitu hal-hal yang terjadi ketika kiamat
dimulai. Dan diantara hal yang pertama kali terjadi yaitu bumi akan diguncangkan. Allah ta’ala
berfirman:
﴾٥﴿ ك أَ ْو َح ٰى لَهَا
َ َِّبأ َ َّن َرب
Allah memerintahkan bumi dan mengizinkan untuk menjadi saksi. Kemudian setelah itu manusia
dikumpulkan di padang mahsyar untuk menemui balasan dan hisab semua tergantung amalan-
amalan masing-masing.
﴾٦﴿ يَ ْو َمئِ ٍذ يَصْ ُد ُر النَّاسُ أَ ْشتَاتًا لِّيُ َر ْوا أَ ْع َمالَهُ ْم
Pada hari itu (pada hari kiamat), datang berkelompok-kelompok, berjenis-jenis, tergantung
amalan yang mereka lakukan baik itu amalan kebaikan atau keburukan. Agar mereka
menyaksikan sendiri amalan mereka dan mereka berdiri di padang mashsyar untuk melihat baik
itu amalan kebaikan ataupun amalan keburukan. Semuanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hitungan amalan kebaikan dan keburukan dihitung seperti hitungan semut. Yaitu semua melihat
amalan-amalan mereka. Tidak ada sedikitpun yang dikurangi dari amalan mereka, baik itu amalan
kebaikan ataupun amalan keburukan. Yang kecil maupun yang banyak, semua akan mendapatkan
balasan. Amalan kebaikan tentu akan mendapat balasan yang baik dan amalan yang buruk akan
mendapat balasan yang buruk pula.
Firman Allah:
Adz-Dzarrah yaitu satu dari anak semut. Karena timbangan pada hari kiamat nanti seperti
demikian. Baik itu untuk amalan kebaikan maupun amal dan keburukan. Maka di sini ada
peringatan bagi kita semua jangan sampai kita melalaikan dan menganggap remeh suatu kebaikan
sedikitpun. Karena Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
sini kita diperingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala agar jangan sampai kita meremehkan
dosa-dosa kecil. Dalam hadits riwayat Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah bersabda:
ً َ ۡ
َو َم ۡن ي َّۡع َم ۡل ِمثقا َل ذرَّ ٍة ش ّرا ي ََّر ٗه
َ َ
8. dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.
Maka wajib bagi kita semua untuk meninggalkan segala dosa. Baik itu dosa besar maupun dosa
kecil. Dan barangsiapa yang terjatuh dari perbuatan dosa tersebut, hendaklah segera bertaubat
dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.