Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

Laboratorium : Kimia Organik

Praktikum : Kimia Organik-2

Judul percobaan : Identifikasi Aldehid dan Keton

Oleh:
Nama: Andang Nurhuda NIM: 19030194010
Nama: Dwi Wilujeng Fattikasari NIM: 19030194016
Nama: Adelia Fourista Khairiniza NIM: 19030194028
Nama: Novita Indah Ramadhani NIM: 19030194029

Program Studi/Jurusan : S1 – Pendidikan Kimia/Kimia

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
I. Judul percobaan : Identifikasi Aldehid dan Keton
II. Tujuan percobaan :
1. Mengidentifikasi senyawa organic yang mengandung gugus
aldehid
2. Mengidentifikasi senyawa organic yang mengandung gugus keton
3. Membedakan antara gugus aldehid, keton dan karboksilat yang
terdapat didalam senyawa organik
III. Dasar teori :
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hydrogen.

(Aldehid)

Keton adalah senyawa karbonil karena memiliki gugus fungsional


(C=O), dan atom karbon pada gugus karbonil dihubungkan dengan dua
residu alkil (R), dan atau aril (Ar). Keton memiliki rumus umum
RCOR’ dengan residu alkik dan aril dapat sama atu berbeda.

(Keton)

Karakteristik dari keton yaitu tidak bereaksi dengan pereaksi Tollens


dan Fehling. Keton dapat direduski dengan gas H2 membentuk alcohol
sekunder.

Keton adalah suatu senyawa organic yang mempunyai sebuah gugus


karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril, atau sebuah alkil
dan sebuah aril. Keton tidak mengandung atom hydrogen yang terikat
pada gugus karbonil. Karbon yang terdapat pada gugus karbonil adalah

2
hibrida sp2. Seperti pada alkena, karbon hibrida sp2 membentuk ikatan
tiga sigma yang terletak pada suatu bidang. Sudut antara dua ikatan
sigma kira – kira 120o. Dalam gugus karbonil, salah satu atom yang
terikat pada karbon dengan ikatan sigma atom oksigen. Karbon dan
oksigen disatukan dengan suatu ikatan. (Rismiyanto, 2009)

Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni


gugus karbonil, C=O. Oleh karena itu aldehid dan keton menjalankan
reaksi – reaksi yang sama pula.

Aldehid umumnya dapat bereaksi lebih cepat dari pada keton


terhadap suatu reagen yang sama. Ini disebabkan karena atom karbonil
dari aldehid lebih kurang terlindung disbandingkan dengan atom
karbon karbonil dari keton. (Tim Dosen Kimia Organik, 2020)

Aldehida dan keton tidak mengandung hydrogen yang terikat pada


oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hydrogen seperti pada alcohol.
Aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya Tarik
menarik elektrostatik yang relative kuat antar molekulnya. Bagian
positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative dari
yang lain. Aldehid dan keton murni tidak dapat membentuk ikatan
hydrogen, tetapi dapat membentuk ikatan hydrogen dengan atom
hydrogen dari air dan alcohol. Salah satu pembuatan aldehida adalah
oksidasi dari alcohol primer. (Rismiyanto, 2009)

Beberapa dari bagian aldehida dan keton seperti aseton


(CH3COCH3) dan metilketon (CH3COCH2CH3) dipakai dalam jumlah
besar sebagai pelarut. Larutan pekat formaldehida (HCHO) dalam air
dipakai untuk mengawetkan jaringan hewan dalam penelitian biologi.
Gugus karbonil tak jenuh dan juga polar sehingga reaksinya mudah
dihubungkan dengan teori electron. Salah satu reaksi penting yang

3
terjadi pada gugus karbonil aldehida dan keton adalah adisi pada ikatan
rangkap karbon – oksigen. (Pine, 1988)

Asetaldehida (CH3C=O) adalah cairan yang mudah terbakar, tak


berwarna, larut dalam air, dan baunya merangsang. Asetaldehida
dipakai dalam pembuatan zat warna, plastic, karet sintetik dan senyawa
lainnya. Asetaldehida dapat dipolimerisasi menjadi senyawa siklik
paraldehida dan metaldehida. (Pine, 1988)

Formaldehida (H2C=O) adalah gas yang mudah terbakar, tak


berawarna, gas beracun dengan bau yang menusuk dan menyesakkan.
Pembuatan dalam industry dilakukan dengan cara oksidasi dari
methanol. Larutan 37% formaldehida dalam air (dengan methanol
sebagai zat penstabil) disebut formalin. Formalin dipakai sebagai
desinfektan, insektisida, fumigant, larutan pengawet mayat, dalam
industry bahan peledak, resin, plastic, tekstil, zat warna dll. Apabila
dipanaskan, paraformaldehida membentuk gas formaldehida. (Pine,
1988)

Aseton merupakan suatu senyawa keton yang memiliki berat jenis


0,812 gram/mol. Aseton memiliki bau menyengat yang menjadi ciri
khasnya. Pembuatan aseton dilakukan dengan cara oksidasi dengan
bahan dasar isopropyl. Aseton dapat larut dalam air dan biasanya
dipakai dalam pembuatan senyawa kloroform dan iodoform. (Joesten,
2006)

Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi


umumnya aldehida lebih reaktif dibandingkan dengan keton. Uji yang
paling banyak digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji Tollens,
Benedict, dan Fehling. NH4OH atau ammonium hidroksida adalah
larutan gas amoniak (NH3) dalam air, berbau khas menusuk hidung.
Kelarutan gas amoniak dalam air sangat besar yaitu 1.145 l/l air pada
suhu 0oC dan tekanan atmosfe, gas ini selain larut dalam air juga larut
dalam alcohol dan eter. Bila uap ammonia bercampur dengan uap asam
klorida maka akan terbentuk kabut putih yang mengendap. Endapan

4
putih tersebut adalah NH4Cl padat atau disebut salmiak. Ammonia
dalam laboratorium biasanya digunakan sebagai pereaksi analisis,
untuk kualitatif dan kuantitatif.

a. Uji Tollens
Pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini adalah larutan
basa dan perak nitrat. Larutannya jenrih dan tidak berwarna. Untuk
pengendapan ion perak sebagai oksida (Ag2O) pada suhu tinggi,
ditambahkan beberapa tetes larutan ammonia. Ammonia
membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Jika aldehida
dioksidasi dengan pereaksi tollens, terbentuk asam karboksilat dan
pada saat itu ion perak direduksi menjadi logam perak.
b. Uji Benedict dan Fehling
Pereaksi benedict dan fehling adalah larutan basa berwarna biru
dari tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda. Jika aldehida
dioksidasi dengan pereaksi benedict dan fehling diperoleh endapan
tembaga oksida (Cu2O) yang merah cerah. Aldehida teroksidasi
menjadi asam asetat.
(Budhikarjono, 2007)
Uji Fehling bertujuan untuk membedakan senyawa yang
mengandung gugus aldehid dengan senyawa yang mengandung gugus
keton. Pereaksi Fehling dibuat dengan menggabungkan dua larutan
terpisah, yang dikenal sebagai Fehling A dan Fehling B. Fehling A
adalah larutan tembaga (II) sulfat, yang berwarna biru tua. Fehling B
adalah larutan tanpa warna natrium tartrat berair kalium (juga dikenal
sebagai garam Rochelle) yang dibuat dalam basa yang kuat, biasanya
dengan natrium hidroksida. Kompleks tembaga (II) dalam larutan
Fehling adalah agen pengoksidasi dan reagen aktif dalam pengujian.
Bahan aktif biru dalam larutan Fehling adalah kompleks bis (tartrat)
dari Cu2+. Tetraanion tartrat berfungsi sebagai ligan alkoksida bidentat
(Parlan & Wahyudi, 2003).
Senyawa yang akan diuji ditambahkan ke pereaksi Fehling dan
campuran dipanaskan. Aldehida teroksidasi, memberikan hasil yang

5
positif, tetapi keton tidak bereaksi, kecuali mereka adalah alfa-
hidroksi-keton. Kompleks bistartratocuprate (II) mengoksidasi
aldehid menjadi anion karboksilat, dan dalam proses ion tembaga (II)
kompleks direduksi menjadi ion tembaga (I). Tembaga merah (I)
oksida kemudian mengendap keluar dari campuran reaksi, yang
menunjukkan hasil positif yaitu bahwa redoks telah terjadi. Hasil
negatif adalah tidak adanya endapan merah; penting untuk dicatat
bahwa Fehling tidak akan bekerja dengan aldehida aromatik; dalam
hal ini pereaksi Tollens harus digunakan (Horner & Klufer, 2016).
Reaksi antara senyawa yang mengandung gugus aldehid dengan
pereaksi Fehling sebagai berikut.
O O

R C H + 2Cu2+ + 5OH- R C O- + Cu2O(s) + 3H2O


Gambar 4. Reaksi uji Fehling
(Vollhardt & Schore, 2003)
Reagen Tollens yaitu larutan ion perak beramoniak, direduksi
oleh aldehida menjadi logam perak. Sedangkan aldehida dioksidasi
menjadi asam yang bertahan. Keton tidak dioksidasi oleh reagen
Tollens merupakan oksidator lemah. Persamaan reaksinya,

Reagen Fehling atau Benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat


oksidator lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid tetapi
dapat mengoksidasi gugus keton seperti hanya reagen Tollens.
Persamaan reaksinya,

(Tim Dosen Kimia Organik, 2020)

6
Prinsip uji Tollens yaitu membedakan senyawa aldehid dan keton
dengan cara menambahkan reagen tollens, yaitu AgNO3. Pada uji
Tollens akan terjadi reaksi oksidasi dan reduksi. Aldehid dioksidasi
menjadi asam karboksilat. Ion Ag+ yang terdapat pada reagen tollens
direduksi menjadi logam Ag. Perak itu kemudian mengendap sebagai
cermin pada permukaan dalam tabung reaksi. Reaksi ini hanya dapat
terjadi pada aldehid, sedangkan keton tidak dapat bereaksi dengan
reagen tollens. (Zohra, 2009)
c. Adisi bisulfit
Aldehida dan keton tertentu yang tidak dihalangi oleh
gugus besar yang menempel pada keton karbon karbonil dapat
bereaksi dengan larutan natrium bisulfit jenuh membentuk Kristal
putih.

Senyawa adisi ini mungkin dapat diubah kembali ke senyawa


karbonil yang asli dengan perlakuan asam. Maka, reaksi tersebut
dapat digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil dari
campuran dengan zat lain.
d. Reaksi Fenilhidrasin
Fenilhidrazin dapat bereaksi dengan aldehida dan keton
membentuk fenilhidrazon.

Produk tersebut berbentuk Kristal yang sering digunakan


untuk mengidentifikasi aldehida dan keton melalui penentuan titik
lelehnya. Jika reaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin digunakan, biasanya
produk reaksi mempunyai titik leleh yang tinggi. Turunan dari
fenilhidrazin dicurigai bersifat karsinogenik.

7
Reaksi antara sikloheksanaon dengan fenil hidrazin serta
reaksi antara benzaldehid dengan fenil hidrazin membentuk produk
hidrizon bertipe-imina. Reaksi ini bertipikal substitusi dimana
gugus N pada suatu imina bereaksi dengan C karbonil pada aldehid
atau keton menghasilkan suatu senyawa hidrazon dan
membebaskan molekul air (Acton, 2013). Produk-produk bertipe
imina terbentuk dari aldehida atau keton dan suatu senyawa
nitrogen dari tipe H2N-NH2 atau H2N-OH sangatlah stabil.
H3C H+
H3C
C O + H2NNH2 C NNH2 + H2O
H3C H3C
aseton hidrazin aseton hidrazon

H+
+ H2NNHC6H5
O NNHC6H5 + H2O

siklopentanon fenilhidrazin siklopentanon fenilhidrazon

Gambar 8. Reaksi suatu keton dengan suatu hidrazin


(Fessenden & Fessenden, 1986).
Hasil ini seringkali berwujud hablur, sehingga ia dapat
digunakan (melalui titik lelehnya) untuk mengenal aldehid dan
keton. Menurut terori titik leleh hidrazon dari benzaldehid adalah
120-122oC (Putri, 2009). Sedangkan menurut Dasri (2010) titik
leleh hidrazon dari sikloheksanon adalah sekitar 80oC.
e. Pembuatan Oksim
Oksim merupakan rumus turunan ammonia yang dibuat
dari hidroksilamin NH2OH adalah Kristal padat yang dapat
digunakan untuk mengenali senyawa karbonil tertentu. Reaksi ini
hanya terjadi pada senyawa keton yang pada akhir reaksi ditandai
dengan adanya padatan atau Kristal.

f. Reaksi Haloform

Reaksi haloform adalah reaksi kimia di mana suatu metil keton


yang terhalogenasi oleh klorin, bromin atau iodin dengan adanya

8
ion hidroksida. Contoh senyawa haloform yaitu kloroform,
bromoform, dan iodoform. Mekanisme reaksi haloform dimulai
dengan halogenasi melalui enolat. Pengaruh tarikan elektron dari
halogen meningkatkan keasaman proton pada karbon untuk yang
terikat, membuat setiap halogenasi atom karbon berikutnya lebih
cepat dari sebelumnya (Carey, 2000).

O O O O
X2 OH- X2 OH- -
R C CH3 R C CH2X X2 OH RCCX3
RCCHX2

Trimetil keton kemudian mengalami penambahan nukleofilik ion


hidroksida ke gugus karbonilnya, sehingga mengalami disosiasi.
.. - ..
O O

..
O
..
..

-OH
+
..
CX 3

..
RCCX 3 R C CX 3 R C OH
..
..OH
..

trihalometil keton
..
O HCX 3
..
.. .. -
HC O

..
..
haloform
ion Karboksil

Gambar Reaksi haloform (Carey, 2000: 711-712).


Reaksi Iodoform didasarkan pada halogenasi alfa pada metil keton
dan kemudian diiodonisasi bertahap sampai terbentuk iodoform
(CHI3) padat yang berwarna kuning. Reaksi antara gugus keton
dengan reagen Iodium ini disebut uji iodoform (Fessenden &
Fessenden, 1986).
Iodoform merupakan senyawa halo alkana yang penting. Iodoform
berupa zat padat berwarna kuning bau yang khas mempunyai efek
melumpuhkan syaraf pernapasan. Iodoform banyak digunakan
dalam bidang kedokteran yaitu sebagai antiseptik terhadap luka-
luka lecet, karena membebaskan I2 yang dapat membunuh bakteri.
Selain itu juga masih dalam bidang kedokteran iodoform berfungsi
sebagai pencegah keluarnya nanah dan pencegah pertumbuhan
bakteri (Sunardi, 2006).
g. Kondensasi Aldol

9
Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul
atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar
dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air).
Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak
dilepaskannya suatu molekul kecil. Kondensasi aldol didasarkan
pada adisi suatu molekul aldehida antar molekul aldehida yang
lain. Hal ini dikarenakan reaktivitas dari hidrogen α berdekatan
dengan atom karbon yang positif sebagian sehingga menyebabkan
mudah terlepas dan bersifat asam. Sehingga mengakibatkan atom
karbon α cenderung berkondensasi dengan senyawa aldehid yang
lain membentuk aldol. Bila suatu aldehid diolah dengan basa
NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus
karbonil dari molekul aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu
molekul aldehid ke molekul aldehid yang lain (Fessenden &
Fessenden, 1986).
Enolat anion dapat bertindak nukleufilik karbon dan
beradisi pada gugus karbonil pada molekul aldehid atau keton
lain. Reaksi ini membentuk dasar bagi proses kondensasi aldol,
yaitu reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon yang sangat
bermanfaat. Kondensasi aldol yang paling sederhana adalah
gabungan dua molekul asetaldehid, yang terjadi jika larutan
aldehid diberi larutan basa. Hasilnya adalah reaksi dengan 4
karbon dinamakan aldol (namanya berasal dari suku kata aldehid
dan karbon). Proses kondensasi aldol mdah dibuat melalui
pembentukan anion enolat dari suatu senyawa karbonil yang
diadisikan pada karbonil lain (Hart, 1987).

(aq)
Apabila suatu aldol dipanaskan maka akan terlepas molekul airnya
sesuai reaksi:

(aq) → (aq) + H2O(l)

10
Senyawa aldol mudah mengalami dehidrasi atau
kehilangan molekul air setelah terjadi pemanasan yang
menghasilkan suatu aldehid yang tak jenuh (krotanaldehid) berbau
tengik.

IV. Alat dan Bahan


a. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Pembakar bunsen
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Kaki tiga
- Erlenmeyer 50mL
- Labu dasar bulat 50mL
- Corong Buchner
- Termometer
- Corong Hirsch
- Labu penyaring
- Kertas saring
- Pendingin refluks
b. Bahan
- NaOH 5%
- AgNO3 1%
- NH4OH 2%
- Formalin
- Sikloheksanon
- Benzaldehida
- Aseton
- Fehling A
- Fehling B
- Etanol
- Asetaldehid

11
- n-Heptaldehida
- 2-Pentanon
- Isopropil alkohol
- Reagen Benedict (atau reagen Fehling)
- Larutan 10% natrium hidroksida
- Larutan perak nitrat 5%
- Larutan jenuh natrium bisulfit
- Asam klorida
- Reagen fenilhidrasin
- Hidroksiamin hidroklorida
- Natrium asetat trihidrat
- Larutan iodium
- Es
- Pipa kapiler
- Larutan CH3COONa 10%
- Larutan KMnO4 1M
- Larutan FeCl3 5%
- Larutan K4FeCN6 1M
- Asam sulfat pekat

V. Alur Percobaan
a. Uji Tollens

- Persiapan Reagen

1 mL larutan AgNO3
1%
Dicampurkan 1 mL larutan NaOH 5% (larutan B)

Ditambahkan larutan NH4OH 2% tetes demi tetes sampai


semua endapan larut

Larutan Reagen

12
8 tetes larutan reagen
- Dimasukkan ke dalam masing – masing tabung reaksi

-
Tabung reaksi I Tabung reaksi II Tabung reaksi III Tabung reaksi IV
Pengujian

b. Uji Fehling
-Ditambahkan 1 -Ditambahkan -Ditambahkan
-Ditambahkan 1 1mL larutan
mL larutan 1mL larutan
mL larutan aseton sikloheksanon
benzaldehid formalin

reaksi
A
Persiapan Reagen
-Campuran dikocok -Campuran
-Campuran -Campuran

B Fehling
20Reagen
dan didiamkan dikocok dan
dikocok dan dikocok dan

20 mL Fehling
selama 10 menit didiamkan selama
didiamkan selama didiamkan

- Dimasukkan

mL Fehling
- Ditambahkan
- diamati yang 10 menit

ke dalam tabung
10 menit selama 10 menit
terjadi - diamati yang
- diamati yang - diamati yang
- Bila tidak terjadi terjadi
terjadi terjadi
reaksi, tabung - Bila tidak terjadi
- Bila tidak terjadi - Bila tidak
reaksi ditempatkan reaksi, tabung
reaksi, tabung terjadi reaksi,
di dalam air panas reaksi ditempatkan
reaksi ditempatkan tabung reaksi
(35o-50o) selama 5 di dalam air panas
di dalam air panas ditempatkan di
menit (35o-50o) selama 5
(35o-50o) selama 5 dalam air panas
menit menit (35o-50o) selama
5 menit

Larutan Larutan Larutan Larutan berwarna


campuran campuran abu-abu dan

13
berwarna
tak tak keruh terbentuk cermin
berwarna berwarna perak
- Pengujian

8 tetes reagen Fehling

- Dimasukkan ke dalam masing –


masing tabung reaksi

Tabung Tabung Tabung Tabung


reaksi I reaksi II reaksi II reaksi IV

- Tabung reaksi 1 -tabung reaksi 2 -Tabung reaksi 3 -Tabung reaksi 4


berisi 1mL larutan berisi 1mL larutan berisi 1mL larutan berisi 1mL larutan
sikloheksanon benzaldehid aseton formalin
- Tabung reaksi - Tabung reaksi - Tabung reaksi - Tabung reaksi
ditempatkan didalam ditempatkan didalam ditempatkan didalam ditempatkan
air mendidih air mendidih air mendidih didalam air
- diamati - diamati - diamati mendidih
perubahannya perubahannya perubahannya - diamati
sesudah 10 – 15 sesudah 10 – 15 sesudah 10 – 15 perubahannya
menit menit menit sesudah 10 – 15
menit

Hasil Hasil Hasil Hasil


Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan

14
15
2,5 mL Larutan jenuh natrium bisulfit
-Dimasukkan kedalam Erlenmeyer berukuran 50 mL
dan didinginkan di dalam air es
-Ditambahkan 1,25 mL aseton tetes demi tetes sambil
dikocok
-Ditambahkan 5 mL etanol setelah lima menit untuk
memulai penghabluran
-Disaring hasil reaktan menggunakan corong penyaring
-Hablur dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
direaksikan dengan beberapa tetes asam klorida pekat
-Dicatat perubahannya
c. Adisi Bisulfit

Hasil pengamatan
d. Pengujian dengan Fenilhidrasin
a. Benzaldehid

2,5 mL Fenilhidrazin

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 10 tetes benzaldehid
Tabung reaksi ditutup
Diguncangkan dengan kuat selama 1-2 menit hingga
hasilnya menghablur
Disaring dengan corong penyaring

Hablur (residu) filtrat

Dicuci hablur dengan sedikit air dingin


Dihablurkan kembali dengan ditambahkan sedikit methanol
atau etanol
Dikeringkan
Ditentukan titik lelehnya
Diamati dan dicatat hasilnya

Hasil pengamatan

b. Sikloheksanon
2,5 mL Fenilhidrazin

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 10 tetes sikloheksanon
Tabung reaksi ditutup
Diguncangkan dengan kuat selama 1-2 menit hingga
hasilnya menghablur
Disaring dengan corong penyaring

Hablur (residu) filtrat

Dicuci hablur dengan sedikit air dingin


Dihablurkan kembali dengan ditambahkan sedikit methanol
atau etanol
Dikeringkan
Ditentukan titik lelehnya
Diamati dan dicatat hasilnya

Hasil pengamatan
16
e. Pembuatan Oksim

1 gr hidroksilamin
hidroklorida + 1,5 gr
hablur natrium asetat
- Dilarutkan dengan 4 ml air
dalam erlenmeyer 50 ml
- Dipanaskan sampai sushu
35oC
- Ditambahkan
sikloheksanon.
- Ditutup dan digoncagkan
selama 1 – 2 menit

Terbentuk zat padat


sikloheksanon oksim

- Didinginkan di dalam air


es.
- Disaring dengan corong
penyaring.
- Disiram dengan 2 ml air es
- Diletakkan di atas kertas
saring kering
- Ditentukan titik lelehnya.

Hasil

17
f. Reaksi Haloform

3 ml larutan 5% NaOH

Tambahkan 5 tetes Aseton


Tambahkan larutan Iodium
Digoncang-goncang
Amati perubahan yang terjadi
Catat baunya

Endapan berwarna kuning


(Iodoform)

Ulangi pengujian dengan menggunakan :


Isopropil alcohol
2-Pentanon
3-Pentanon

Hasil

g. Kondensasi Aldol

4 mL larutan NaOH 1%

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 0,5 mL aseltadehid
Digoyangkan campuran dengan baik
Dicatat bau (dari asltadehid yang tidak bereaksi)
Didihkan campuran selama kurang lebih 3 menit dan secara hati-hati
Dicatat bau busuk/asam (tengik) dari hasil kondesasi

Krotonaldehid
VI. Tabel Hasil Pengamatan

HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

Uji Tollens - larutan NaOH - AgNO3 + NaOH  2 AgNO3 (aq) + 2 Uji tollens
 Persiapan Reagen 5% tak berwarna larutan berubah NaOH (aq)  digunakan untuk
warna menjadi Ag2O(s) + 2 NaNO3 menguji atau
1. - larutan AgNO3
Persiapan reagen keruh dan mengidentifikasi
(aq) + H2O (l)
5% tak berwarna
terbentuk endapan  Ag2O (s) + 2 NH4OH adanya aldehid dan
- Tabung reaksi dicuci dengan sabun -larutan NH4OH perak Ag2O.
dan air, lalu dicuci dengan air suling (aq)  keton.
-Ditambahkan 1 tetes larutan NaOH 2% tak bewarna
2Ag(NH3)2OH (aq)
5% ke dalam 1 mL larutan AgNO3 - setelah AgNO3 Pada pembuatan
5% + NaOH ditetesi reagen tollens nya
- Ditambahkan tetes demi tetes
larutan NH4OH tidak jadi dengan
larutan NH4OH 2% sampai endapan
larut sebanyak 92 tetes, sempurna karena
larutan berubah larutan reagen
Larutan Reagen
warna menjadi masih berwarna
sedikit keruh dan sedikit keruh dan
endapan mulai masih terdapat
larut. sedikit endapan

19
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

-setelah ditetesi perak.


98 tetes dan
dikocok, larutan
reagen masih
sedikit keruh dan
masih terdapat
sedikit endapan
perak

20
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

 Uji Tollens -Larutan -Setelah dicampur Pada tabung reaksi


- Sampel Benzaldehid benzaldehid tak dan dikocok ini, benzaldehid +
+
berwarna didapatkan 2Ag(NH3)2OH reagen tollens, tidak
8 tetes larutan reagen
larutan menjadi terbentuk cermin
-Larutan reagen
tak berwarna perak dan
Tollens sedikit 
- Dimasukkan kedalam 1 larutannya tak
keruh dan - Saat dipanaskan, + 2Ag↓ + 2NH3+
mL larutan benzaldehid ke berwarna sehingga
dalam tabung reaksi 1 terdapat larutan campuran
- Campuran dikocok dan tidak menunjukkan
endapan sedikit menjadi tak
di diamkan selama 10 adanya aldehid.
menit berwarna.
- Amati yang terjadi
- Bila tidak terjadi reaksi,
tabung reaksi ditempatkan
di dalam air panas (35o-
50o) selama 5 menit

Larutan campuran
tak berwarna

21
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

- sampel Aseton -Larutan aseton -Setelah dicampur CH3COCH3 (aq) + Pada tabung reaksi
tak berwarna dan dikocok 2Ag(NH3)2OH (aq) ↛ ini, aseton + reagen
8 tetes larutan reagen
didapatkan tollens, tidak
-Larutan reagen
larutan menjadi terbentuk cermin
Tollens sedikit
- Dimasukkan ke dalam tak berwarna perak dan
keruh dan
1mL larutan aseton ke
larutannya tak
dalam tabung reaksi 2 terdapat - Saat dipanaskan,
- Campuran dikocok dan di berwarna sehingga
endapan sedikit larutan campuran
diamkan selama 10 menit
menunjukkan
- Amati yang terjadi menjadi tak
- Bila tidak terjadi reaksi, bahwa aseton
berwarna.
tabung reaksi ditempatkan
termasuk keton.
di dalam air panas (35o-50o)
selama 5 menit

Larutan campuran
tak berwarna

22
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

- sampel sikloheksanon -Larutan -Setelah dicampur Pada tabung reaksi


sikloheksanon dan dikocok + ini, sikloheksanon +
2Ag(NH3)2OH (aq) ↛
8 tetes larutan reagen tak berwarna didapatkan reagen tollens, tidak
larutan menjadi terbentuk cermin
-Larutan reagen
keruh perak dan
Tollens sedikit
- Dimasukkan kedalam 1mL
larutannya keruh
larutan sikloheksanon ke keruh dan - Saat dipanaskan,
dalam tabung reaksi 3 sehingga
terdapat larutan campuran
- Campuran dikocok dan di
menunjukkan
diamkan selama 10 menit endapan sedikit menjadi keruh.
- Amati yang terjadi bahwa
- Bila tidak terjadi reaksi,
sikloheksanon
tabung reaksi ditempatkan di
dalam air panas (35o-50o) termasuk keton.
selama 5 menit

Larutan
berwarna keruh

23
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

- Sampel formalin -Larutan -Setelah dicampur Pada tabung reaksi


formalin tak dan dikocok ini, formalin +
8 tetes larutan reagen berwarna didapatkan + reagen tollens,
2Ag(NH3)2OH →
larutan menjadi terbentuk cermin
-Larutan reagen
-Dimasukkan kedalam 1 abu-abu dan perak meskipun
Tollens sedikit
mL larutan formalin ke terdapat endapan tidak sempurna dan
dalam tabung reaksi 4 keruh dan
- Campuran dikocok dan + 2Ag↓ larutannya
terdapat - Saat dipanaskan,
di diamkan selama 10 + 4NH3 + 2H2O berwarna abu-abu
menit endapan sedikit larutan campuran
- Amati yang terjadi sehingga
terbentuk cermin
- Bila tidak terjadi reaksi, menunjukkan
tabung reaksi ditempatkan perak tapi tidak
di dalam air panas (35o- bahwa pada
sempurna
50o) selama 5 menit formalin termasuk
aldehid.

Larutan berwarna abu-abu


dan terbentuk cermin perak

24
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

2. Uji Fehling - Fehling A - 20 mL Fehling - 2KNaC4H4O6(aq) + Uji fehling


berupa A + 20 mL 2Cu2+(aq) + 2OH-(aq) digunakan untuk
 Pembuatan Reagen
larutan
Fehling B →  Cu[C4H2O6]22-(aq) mengidentifikasi
20 mL Fehling A
berwarna
biru muda Larutan + Cu(OH)2(aq) + gugus aldehid yang
- Dimasukkan ke berwarna biru 2Na+(aq) + 2K+(aq) + ditandai dengan
dalam tabung reaksi - Fehling B
tua 2H+(aq) adanya endapan
- Ditambahkan 20 berupa
mL Fehling B merah bata.
larutan tak
Reagen Fehling Pembuatan reagen
berwarna
fehling dengan cara
mencampurkan
fehling A dan
fehling B dengan
perbandingan 1:1
 Uji Fehling -Larutan  5 tetes Sikloheksanon
2+ -
- Sampel sikloheksanon sikloheksanon sikloheksanon O + 2Cu (aq) + 5OH (aq) adalah gugus keton
tak berwarna + 1 mL reagen (aq) yang tidak dapat
5 tetes sikloheksanon fehling → membentuk
- Reagen
larutan endapan merah bata
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 Fehling
berwarna biru Cu2O apabila
- Ditambah 1 mL reagen fehling berwarna biru
- Tabung reaksi ditempatkan di dalam air
mendidih
- Diamati perubahannya sesudah 10-15 25
menit
Tidak terjadi perubahan
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

tua tua direaksikan dengan


 5 tetes Fehling
sikloheksanon
+ 1 mL reagen
fehling +
dipanaskan →
larutan
berwarna biru
tua
- Sampel Benzaldehid -Larutan  5 tetes O Benzaldehid
5 tetes benzaldehid benzaldehid tak benzaldehid + + 2Cu2+ (aq) + NaOH (aq) + H2O termasuk dalam
H C H (aq)
berwarna 1 mL reagen aldehid yang dapat
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 bereaksi dengan
fehling →
- Ditambah 1 mL reagen fehling - Reagen
larutan O reagen Fehling
- Tabung reaksi ditempatkan di dalam air Fehling
mendidih berwarna biru + 2 CuO (s) + H+(aq) membentuk
berwarna biru H C ONa (aq)
- Diamati perubahannya sesudah 10-15 tua endapan merah bata
tua
menit merah bata
Endapan  5 tetes Cu2O
benzaldehid +
1 mL reagen
fehling +
dipanaskan →
larutan
berwarna biru

26
HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

tua dan
terdapat
endapan
merah bata (+
+)
- Sampel aseton -Larutan aseton 5 tetes aseton O Aseton adalah
tak berwarna + 1 mL reagen gugus keton yang
fehling → 2+ -
5 tetesaseton - Reagen H3C C CH3(aq) + 2Cu (aq) + 5OH (aq) tidak dapat
larutan
Fehling
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3 berwarna biru membentuk
berwarna biru
- Ditambah 1 mL reagen fehling tua endapan merah
- Tabung reaksi ditempatkan di dalam air tua
 5 tetes aseton
mendidih bata Cu2O apabila
+ 1 mL reagen
- Diamati perubahannya sesudah 10-15 direaksikan dengan
menit fehling +
dipanaskan → Fehling
Tidak terjadi perubahan larutan
berwarna biru
tua

- Sampel formalin -Larutan  5 tetes O Formalin termasuk


formalin tak formalin + 1 dalam aldehid yang
5 tetes formalin berwarna mL reagen H C H(aq) + 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq)

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 4


- Ditambah 1 mL reagen fehling
- Tabung reaksi ditempatkan di dalam air 27
mendidih
- Diamati perubahannya sesudah 10-15
menit
Endapan merah bata

HASIL PENGAMATAN
NO PROSEDUR PERCOBAAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

- Reagen fehling → O dapat bereaksi


Fehling larutan dengan reagen
berwarna biru berwarna biru H C O-(aq) + Cu2O(s) + 3H2O(l)
Fehling
tua tua
 5 tetes membentuk
formalin + 1 endapan merah
mL reagen
bata Cu2O
fehling +
dipanaskan →
larutan
berwarna biru
tua dan
terdapat
endapan
merah bata (+
++)

NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN


SEBELUM SESUDAH
3. Adisi Bisulfit - Larutan jenuh -2,5mL larutan Dari percobaan

28
NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
natrium bisulfit 20% + tersebut dapat
2,5 mL Larutan jenuh natrium bisulfit
bisulfit tak aseton tetes demi disimpulkan bahwa
-Dimasukkan kedalam Erlenmeyer
berwarba tetes + aduk + reaksi pada adisi
berukuran 50 mL dan didinginkan di
dalam air es - aseton tak 10mL etanol + bisulfit ini dapat
-Ditambahkan 1,25 mL aseton tetes
berwarna terbentuk Kristal. berjalan reversible
demi tetes sambil dikocok
-Ditambahkan 5 mL etanol setelah lima - etanol tak -Kristal uji dengan dan digunakan
menit untuk memulai penghabluran
berwarna HCl membentuk untuk memisahkan
-Disaring hasil reaktan menggunakan
corong penyaring Kristal putih senyawa karbonil
-Hablur dimasukkan kedalam tabung
dari campurannya.
reaksi dan direaksikan dengan beberapa
tetes asam klorida pekat
-Dicatat perubahannya

Hasil pengamatan

NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN


Sumber : https://www.academia.edu/7493116/LAPORAN_ORGANIK_SENYAWA_KARBONIL

29
NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
SEBELUM SESUDAH
O
4. Pengujian dengan Fenilhidrazin - Aquades - Fenilhidrazin + 10 H Pengujian
C H H2N N
+
- Benzaldehid dingin berupa benzaldehid → (aq) (aq) Fenilhidrazin
H
2,5 mL Fenilhidrazin cairan tak larutan berwarna H digunakan untuk
C N N
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berwarna kecoklatan dan
+ H2O(l)
mengidentifikasi
2. Ditambahkan 10 tetes benzaldehid (aq)

3. Tabung reaksi ditutup hablur berwarna senyawa yang


4. Diguncangkan dengan kuat selama 1- -Fenilhidrazin kuning ke jinggaan Titik leleh benzaldehid mengandung
2 menit hingga hasilnya menghablur adalah 178ºC (Willbraham
5. Disaring dengan corong penyaring berupa larutan - Filtrat : larutan aldehid dan keton
dan Michael, 1992).
berwarna berwarna kuning berdasarkan titik
kekuningan kecoklatan leleh masing-

Hablur (residu) - Dicuci hablur masing senyawa.


filtrat
- Benzaldehid dengan air dingin :
1. Dicuci hablur dengan sedikit air dingin
2.Dihablurkan kembali dengan berupa larutan hablur berwarna Titik leleh
ditambahkan sedikit methanol atau etanol tidak berwarna kuning ke orangean sikloheksanon dan
3. Dikeringkan
4. Ditentukan titik lelehnya - Dihablurkan benzaldehid secara
5. Diamati dan dicatat hasilnya -Etanol berupa kembali dengan teori berturut-turut
larutan tidak etanol : hablur 80° C dan 178° C
berwarna berwarna kuning
Hasil pengamatan

30
NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
muda
NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
O
- Sikloheksanon - Aquades - Fenilhidrazin + 10 +
H2N
H
N

2,5 mL Fenilhidrazin dingin berupa sikloheksanon → (aq) (aq)

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi cairan tak larutan berwarna H


2. Ditambahkan 10 tetes sikloheksanon N N

3. Tabung reaksi ditutup berwarna kecoklatan dan + H2O(l)

4. Diguncangkan dengan kuat selama 1- -Fenilhidrazin hablur berwarna


(aq)

2 menit hingga hasilnya menghablur Titik leleh sikloheksanon


5. Disaring dengan corong penyaring berupa larutan kuning ke jinggaan adalah 80ºC (Willbraham
berwarna - Filtrat : larutan dan Michael, 1992).
kekuningan berwarna kuning

Hablur (residu) kecoklatan


filtrat
- Sikloheksanon - Dicuci hablur
1. Dicuci hablur dengan sedikit air dingin
2.Dihablurkan kembali dengan berupa larutan dengan air dingin :
ditambahkan sedikit methanol atau etanol tidak berwarna hablur berwarna
3. Dikeringkan
4. Ditentukan titik lelehnya kuning ke jinggaan
5. Diamati dan dicatat hasilnya -Etanol berupa - Dihablurkan
larutan tidak kembali dengan
berwarna etanol : hablur
Hasil pengamatan

31
NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
berwarna kuning
muda

32
NO. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
5. Pembuatan Oksim - Serbuk - hidroksilamin Dari percobaan
hidroksilamin hidroklorida + tersebut dapat
1 gr hidroksilamin hidroklorida +
1,5 gram CUSO4.5H2O hidroklorida CUSO4.5H2O + air disimpulkan bahwa
berwarna putih = larutan berwarna reaksi aldehid dan
- Dilarutkan dengan 4 ml air - CUSO4.5H2O hijau keton dengan
dalam erlenmeyer 50 ml
- Dipanaskan sampai suhu berwarna biru - Setelah dipanaskan, hidroksilamin akan
35oC - sikloheksanon akan terbentuk menghasilkan
- Ditambahkan
sikloheksanon. tak berwarna larutan berwarna oksim.
- Ditutup dan digoncagkan hijau lumut dan
selama 1 – 2 menit
mula terbentuk
Terbentuk zat padat endapan putih
sikloheksanon oksim
sikloheksanon
- Didinginkan di dalam air es. - Setelah didinginkan
- Disaring dengan corong
akan terbentuk
penyaring.
- Disiram dengan 2 ml air es endapan berwarna
- Diletakkan di atas kertas saring putih
kering

Hasil pengamatan

33
34
NO. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
6. Reaksi Haloform -Aseton larutan tak -Aseton + Aseton Terbentuknya
berwarna NaOH : 2CH3COCH3(aq) + 3I2(aq) endapan kuning
3 ml larutan 5% NaOH -NaOH 5% larutan larutan tak OH
→ CH3COO-(aq) + 2CHI3(s) pada saat NaOH
tak berwarna berwarna
Tambahkan 5 tetes Aseton -Larutan I2 -Aseton + direaksikan dengan
Tambahkan larutan Iodium
berwarna kuning NaOH + I2 : Isopropil Alkohol iodium
Digoncang-goncang
Amati perubahan yang kecoklatan (++) terdapat
2CH3CH(CH3)OH(aq) + mengidentifikasikan
terjadi -Isopropil alcohol : endapan OH-
Catat baunya larutan tak kuning, bau 3I2(aq) → CH3COO-(aq) + adanya senyawa
berwarna seperti obat 2CHI3(s) keton pada reaksi
Endapan berwarna kuning -Larutan 2- dan
ini.
(Iodoform) pentanon : tidak menyengat
-Isopropil +
Ulangi pengujian berwarna
alcohol +
dengan menggunakan : -Larutan 3 NaOH 5% :
Isopropil alcohol pentanon : tidak larutan tak
2-Pentanon
berwarna berwarna
3-Pentanon
-Isopropil +
Hasil alcohol +
NaOH + I2 :
endapan
kuning muda
dengan larutan
kuning jernih

35
NO. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH
dan bau
menyengat
- 2- pentanon :
NaOH 5% + 2-
pentanon :
larutan tidak
berwarna
NaOH 5% + 2-
pentanon
iodium:

-3- pentanon
- NaOH 5% +
3-pentanon :
larutan tidak
berwarna
- NaOH 5% +
3-pentanon
iodium:

36
NO. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/REAKSI KESIMPULAN
SEBELUM SESUDAH

O
7. Kondensasi Aldol -NaOH 1% berupa - 4 mL NaOH O
Asetaldehid yang
OH-
H3C C H(aq) H2C C H(aq)
4 mL larutan NaOH 1% larutan tak 1% + 0,5 mL O
direaksikan dengan
O
berwarna asetaldehid → H3C C H(aq) + H2C C
basa encer
H(aq)
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
larutan tak mengalami
Ditambahkan 0,5 mL aseltadehid
-Asetaldehid berwarna, bau O O kondensasi yang
Digoyangkan campuran dengan baik H2
berupa larutan tak asetaldehid H3C C C C H(aq) menghasilkan aldol.
H
Dicatat bau (dari asltadehid yang tidak berwarna OH O
H+
H2
bereaksi) - 4 mL NaOH H3C C C C H(aq)
H- H
Didihkan campuran selama kurang lebih 3 1% + 0,5 mL panas
O

menit dan secara hati-hati asetaldehid + H 3C C C C H(aq)


-H2O H H

Dicatat bau busuk/asam (tengik) dari hasil dipanaskan →


kondesasi larutan tak
Krotonaldehid
berwarna, bau
menyengat

37
VII. Analisis dan Pembahasan
a. Uji Tollens
Prinsip dari uji tollens yaitu untuk mengidentifikasi gugus aldehid
keton dengan penambahan reagen Tollens (AgNO3). Dimana ion Ag+
dalam AgNO3 akan direduksi menjadi Ag sehingga hasil dari reaksinya
yaitu uji (+) ditandai dengan terbentuknya cermin perak. Uji tollens ini
hanya terjadi pada gugus fungsi aldehid.
Pada percobaaan pertama, melakukan uji aldehid dan keton dengan
menggunakan pereaksi tollens. Sampel yang digunakan yaitu
benzaldehida, aseton, sikloheksanon, dan formalin. Yang dilakukan
pertama yaitu menyiapkan pereagen tollens. Pertama – tama, 1 mL
AgNO3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan
pipet tetes yang harus bersih dan kering. Lalu diambil 1 mL NaOH 5%
lalu dimasukkan ke dalam larutan AgNO3. Setelah keduanya dicampur,
didapatkan larutannya menjadi keruh, hal ini diakibatkan karena
terbentuknya endapan Ag2O pada larutan tersebut. Persamaan
reaksinya,
2 AgNO3 (aq) + 2 NaOH (aq)  Ag2O(s) + 2 NaNO3 (aq) + H2O (l)

Lalu larutan tersebut ditambahkan dengan tetes demi tetes NH4OH


hingga tepat larut. Hal ini karena, apabila kelebihan NH 4OH maka uji
menggunakan reagen ini akan mengalami kegagalan karena dalam
pembentukan cermin perak nya terlalu banyak NH4OH, sehingga yang
seharusnya sudah mengendap harus terlarut kembali. sedangkan jika
kekurangan NH4OH juga menyebabkan kegagalan dalam uji percobaan
nya nanti. Karena senyawa yang dibutuhkan untuk menguji aldehid
keton ini untuk mengendapkan cermin peraknya juga tidak akan
mencapai keberhasilan. Sehingga harus tepat larut dalam
menambahkan tetesan NH4OH. Persamaan reaksinya,
Ag2O (s) + 2 NH4OH (aq)  2Ag(NH3)2OH (aq)

38
Setelah diberi tetesan NH4OH sebanyak 98 tetes, dan dikocok,
didapatkan larutan reagen tollens hampir jernih tetapi masih terdapat
sedikit endapan perak. Reagen tollens meurpakan larutan basa dari
perak nitrat. Sehingga intuk mencegah pengendapan ion perak sebagai
oksida pada suhu tinggi maka ditambahkan NH4OH. NH4OH ini akan
membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Sehingga endapan
perak akan menempel pada dinding tabung dan membentuk cermin
perak. Sampel yang ada diuji untuk menguji adanya aldehid keton,
yaitu benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin. Diberi nama
label sampel disetiap tabung reaksi untuk memudahkan dalam
mengingat sampel yang ada pada tabung reaksi. Tabung reaksi 1,
dimasukkan 1mL larutan benzaldehida yang tak berwarna. Lalu pada
tabung reaksi 2, dimasukkan 1mL larutan aseton yang tak berwarna.
Pada tabung reaksi 3 dimasukkan 1mL larutan sikloheksanon yang tak
berwarna. Pada tabung reaksi 4, dimasukkan 1mL larutan formaldehid
yang tak berwarna ke dalam tabung reaksi. Kemudian, pada sampel
benzaldehid, ditambahkan reagen tollens yang sudah disiapkan
sebanyak 8 tetes. Didapatkan saat setelah ditetesi, larutan tetap tak
berwarna. Pada percobaan ini seharusnya terbentuk endapan perak saat
dicampur dengan reagen tollens yang menandakan bahwa benzaldehid
mengandung gugus aldehid namun saat percobaan tidak didapatkan
endapan. Hal ini disebabkan karena factor reagen tollens nya yang
masih terdapat endapan sehingga reagennya belum terbentuk
sempurna. Hal ini mempengaruhi hasil saat mereaksikan benzaldehid
dengan reagen tollens. Persamaan reaksi benzaldehid dan reagen
tollens yaitu,

+ 2Ag(NH3)2OH  + 2Ag↓ + 2NH3+

Pada sampel aseton, ditambahkan reagen Tollens sebanyak 8 tetes.


Setelah ditetesi reagen, didapatkan larutan tetap tak berwarna dan tidak

39
terbentuk cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa aseton
mengandung gugus keton. Persamaan reaksinya yaitu,

CH3COCH3 (aq) + 2Ag(NH3)2OH (aq) ↛

Lalu pada sampel formalin ditambahkan reagen tollens sebanyak 8


tetes. Saat ditetesi reagen, didapatkan larutan langsung berubah warna
menjadi hitam. Dan mulai terlihat proses pembentukan cermin.
Pada sampel sikloheksanon, ditambahkan reagen tollens sebanyak
8 tetes. Saat ditetesi reagen dan dikocok, didapatkan larutan langsung
berubah menjadi keruh dan saat didiamkan sebentar berubah menjadi
keruh dan tidak terdapat endapan. Kekeruhan pada larutan ini
disebabkan factor reagen tollens nya yang masih terdapat sedikit
endapan. Seharusnya saat sikloheksanon saat direaksikan dengan
reagen tollens tidak terjadi reaksi sesuai persamaan reaksinya.
Sehingga harusnya sikloheksanon mengandung gugus keton yang
ditandai dengan larutannya yang tetap tak berwarna. Persamaan
reaksinya yaitu,


+ 2Ag(NH3)2OH (aq)

Saat dibandingkan antara ke empat sampel setelah direaksikan


dengan reagen, didapatkan larutan sikloheksanon menjadi keruh,
larutan formalin menjadi hitam pekat, larutan aseton menjadi tak
berwarna, dan larutan benzaldehid menjadi tak berwarna. Kemudian
memanaskan air dalam gelas kimia menggunakan pembakar spiritus.
Karena pada ke empat sampel, belum terlihat jelas, sampel mana yang
terbentuk cermin perak, maka harus dipanaskan. Lalu dimasukkan ke
empat sampel ke dalam air yang sudah dipanaskan tadi (tidak perlu
ditunggu sampai mendidih). Lalu ditunggu beberapa saat. Saat
dipanaskan ternyata cermin peraknya belum terbentuk sempurna,
karena pada reagen tollens nya masih ada endapan perak sedikit,

40
sehingga endapan pada larutan sampel yang harusnya terbentuk, masih
tertinggal di endapan pada reagen tollens.

Formaldehida (H2C=O) adalah gas yang mudah terbakar, tak


berawarna, gas beracun dengan bau yang menusuk dan menyesakkan.
Pembuatan dalam industry dilakukan dengan cara oksidasi dari
methanol. Larutan 37% formaldehida dalam air (dengan methanol
sebagai zat penstabil) disebut formalin. Formalin dipakai sebagai
desinfektan, insektisida, fumigant, larutan pengawet mayat, dalam
industry bahan peledak, resin, plastic, tekstil, zat warna dll. Apabila
dipanaskan, paraformaldehida membentuk gas formaldehida. (Pine,
1988)

Kemudian sampel formalin diuji kembali dengan reagen tollens


yang lebih disempurnakan pelarutannya. Saat di tambahkan dengan
reagen tollens, langsung terlihat larutan berwarna abu- abu dan
endapan perak. Terbentuknya larutan tersebut menjadi indicator bahwa
adanya perak, tetapi belum sempurna karena masih ada beberapa
endapan yang menempel pada dinding tabung, namun masih dapat
dilihat terbentuknya cermin perak pada ujung tabung. Lalu formalin
yang baru diuji kembali, dipanaskan dengan penangas air. Kemudian
saat dipanaskan, cermin perak nya tidak terbentuk dengan sempurna.
Tetapi sudah dapat menujukkan indicator bahwa pada formalin ini
mengandung gugus aldehid. Persamaan reaksinya yaitu

+ 2Ag(NH3)2OH + 2Ag↓ + 4NH3 + 2H2O

b. Uji Fehling
Prinsip dari uji fehling ini yaitu untuk membedakan gugus fungsi
aldehid dan keton dengan penambahan reagen fehling A dan fehling B.
Kemudian akan reaksi redoks pada aldehid yaitu aldehid dioksidasi
menjadi asam karboksilat. Dan ion Cu2+ dalam CuSO4 direduksi

41
menjadi Cu+ sehingga hasil dari reaksi ini yaitu uji (+) yang ditandai
dengan terbentuknya endapan merah bata. Uji fehling hanya terjadi
pada gugus fungsi aldehid.
Pada percobaan ini, yang dilakukan pertama yaitu menyiapkan
bahan untuk membuat reagen Fehling. Bahan yang digunakan yaitu
larutan fehling A yang berwarna biru dan larutan fehling B yang tak
berwarna. Pereaksi fehling A dan fehling B ini berfungsi sebagai
media pengoksidasi dan reagen fehling. Lalu fehling A dan fehling B
dicampur dengan perbandingan 1:1. Fehling A diukur sebanyak 20 mL
lalu dicampur dengan fehling B sebanyak 20 mL ke dalam gelas kimia.
Saat fehling A dan fehling B dicampur, didapatkan larutan berubah
warna menjadi biru tua. Dengan persamaan reaksi :
2KNaC4H4O6(aq) + 2Cu2+(aq) + 2OH-(aq)  Cu[C4H2O6]22-(aq) +
Cu(OH)2(aq) + 2Na+(aq) + 2K+(aq) + 2H+(aq)
Setelah dicampur, maka reagen fehling dapat digunakan.
Kemudian dengan sampel yang sama yaitu sikloheksanon,
benzaldehid, aseton dan formalin diuji menggunakan reagen fehling.
Diberi nama label sampel disetiap tabung reaksi untuk memudahkan
dalam mengingat sampel yang ada pada tabung reaksi. Tabung reaksi
1, dimasukkan 5 tetes larutan sikloheksanon yang tak berwarna. Lalu
pada tabung reaksi 2, dimasukkan 5 tetes larutan benzaldehid yang tak
berwarna. Pada tabung reaksi 3 dimasukkan 5 tetes larutan aseton yang
tak berwarna. Pada tabung reaksi 4, dimasukkan 5 tetes larutan
formalin yang tak berwarna ke dalam tabung reaksi. Kemudian, pada
sampel sikloheksanon, ditambahkan reagen fehling sebanyak 1 mL.
Setelah ditambahkan, didapatkan larutan menjadi berwarna biru. Pada
sampel benzaldehid, ditambahkan reagen fehling sebanyak 1mL.
Setelah ditambahkan, didapatkan larutan menjadi berwarna biru. Lalu
pada sampel aseton ditambahkan reagen fehling sebanyak 1mL.
Setelah ditambahkan, didapatkan larutan langsung berubah warna
menjadi biru. Pada sampel formalin, ditambahkan reagen fehling

42
sebanyak 1mL. Setelah ditambahkan, didapatkan larutan berubah
warna menjadi biru.
Reaksi dari keempat sampel tersebut hampir mencapai sempurna.
Lalu ke empat sampel dipanaskan ke dalam penangas air dengan
tujuan mencapai reaksi yang sempurna. Saat dipanaskan, mulai terjadi
reaksi pembentukan endapan merah bata. Setelah cukup dipanaskan,
kemudian larutan diangkat dan didinginkan di rak tabung reaksi.
Setelah didinginkan, didapatkan, pada sampel sikloheksanon, tidak
terbentuk endapan merah bata dan larutan berwarna biru. Hal ini
dikarenakan pada sikloheksanon tidak terdapat gugus fungsi aldehid
melainkan merupakan gugus fungsi keton sehingga tidak bereaksi baik
dengan reagen fehling. Persamaan reaksinya yaitu :

O + 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq)
(aq)

Pada sampel benzaldehid, terbentuk sedikit endapan merah bata


dan larutan berwarna biru sedikit gelap. Hal ini menunjukkan bahwa
benzaldehid merupakan senyawa yang mengandung gugus aldehid.
Karena ditandai adanya reaksi berupa terbentuknya endapan merah
bata. Karena aldehid bereaksi baik dengan pereaksi fehling
menghasilkan endapan merah bata, sedangkan keton tidak bereaksi
baik dengan pereaksi fehling. Persamaan reaksinya yaitu :
O

+ 2Cu2+ (aq) + NaOH (aq) + H2O


H C H (aq)

+ 2 CuO (s) + H+(aq)


H C ONa (aq)

Pada sampel aseton, tidak terbentuk endapan, dan larutan tetap


berwarna biru bening. Maka dapat diketahui bahwa pada aseton tidak
terdapat gugus fungsi aldehid melainkan keton karena tidak terjadi
reaksi yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna dan tidak
terbentuk endapan merah bata. Dengan persamaan reaksi :

43
O

H3C C CH3(aq) + 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq)

Pada sampel formalin, terbentuk endapan merah bata, sehingga


larutan berubah menjadi biru gelap. Hal ini menunjukkan bahwa
formalin merupakan senyawa yang mengandung gugus aldehid.
Karena ditandai adanya reaksi berupa terbentuknya endapan merah
bata. Kemudian sampel dikocok. Fungsi pengocokan ini yaitu untuk
menurunkan endapan merah bata yang masih menempel pada dinding
tabung. Lalu kemudian didiamkan, dan terlihat endapan terkumpul.
Persamaan reaksinya yaitu :
O

H C H(aq) + 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq)

H C O-(aq) + Cu2O(s) + 3H2O(l)


c. Adisi Bisulfit

Pada percobaan uji adisi bisulfit ini menggunakan reaksi adisi


aseton dengan natrium bisulfit. Reaksi dari reagen bisulfit yaitu
nukleofil

Reaksi adisi bisulfit dapat berlangsung di aseton karena pada aseton


rintangan steriknya kecil.
Pertama – tama yang dilakukan yaitu 2,5 mL larutan jenuh natrium
bisulfit tak berwarna dimasukkan ke dalam Erlenmeyer berukuran
50mL. kemudian didinginkan di dalam air es. Lalu ditambahkan 1,25
mL aseton tetes demi tetes sambil dikocok. Kemudian ditambahkan
5mL etanol setelah lima menit untuk memulai penghabluran. Pada

44
reaksi ini terbentuk Kristal. Kemudian hasil reaktan ini disaring
menggunakan corong penyaring. Lalu hablur dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan direaksikan dengan beberapa tetes asam klorida
(HCl) pekat. Saat Kristal diuji dengan HCl ini terbentuk Kristal
berwarna putih. Terbentuknya Kristal putih menjadi indicator dari
reaksi adisi ini yaitu adanya reaksi aseton dengan larutan natrium
bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-pentanol yang
berwarna putih. Reaksi ini juga dapat berlangsung karena ikatan
rangkap karbon-karbon yang menyendiri bersifat non polar. Sehingga
nukleofil akan menyerang ikatan pi dan ikatan pi tersebut terputus
sehingga membentuk ikatan tunggal.

Saat didinginkan, senyawa bisulfit ini akan membentuk Kristal. Reaksi


yang terjadi ini dapat digunakan untuk pemisahan dan identifikasi
senyawa karbonil. Setelah ditetesi larutan HCl, aseton kembali
terbentuk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reaksi pada adisi bisulfit
ini dapat berjalan reversible dan digunakan untuk memisahkan
senyawa karbonil dari campurannya.
d. Pengujian dengan Fenilhidrazin
Pengujian dengan Fenilhidrazin ini didasarkan pada reaksi adisi.
Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen amoniak dan senyawa-
senyawa lain yang sejenis, pada percobaan pengujian ini fenilhidrasin
menyebabkan senyawa-senyawa ini bereaksi menghasilkan
fenilhidrazon setelah hasil reaksi yang mula-mula terbentuk
membebaskan satu mol air. Hasil dari reaksi tersebut seringkali
berwujud hablur, sehingga dapat mengidentifikasi senyawa aldehid
dan keton berdasarkan titik lelehnya Uji fenilhidrazin diawali dengan
membersihkan tabung reaksi 1 hingga benar bersih dan kering
kemudian dimasukkan 2,5 ml fenihidrazin dengan diukur
menggunakan gelas ukur agar didapatkan volume yang akurat ,

45
selanjutnya dimasukkan , larutan fenilhirazin merupakan laruta yang
berwarna kuning , dilanjutkan dengan penambahan 10 tetes
benzaldehid yang merupakan larutan tidak berwarna , setelah
ditambahkan dilakukan pengocokan atau diguncangkan selama 1-2
menit dengan menutup tabung reaksi , dan didapatkan hablur yang
menandakan bahwa telah terbentuk fenilhidrason pada reaksi ini ,
berikut adalah reaksi yang terjadi :
O
H
C H H2 N N
+
(aq) (aq)

H
H
C N N
+ H2O(l)
(aq) (Willbraham, 1992).
Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong
penyaring dan kertas saring , dengan cara kertas saring terlebih dahulu
dibasahi dengan aquades pada corong pisah , yang bertujuan untuk
memudahkan proses penyaringan , selanjutnya dilakukan penyaringan
dan didapatkan hablur berwarna kuning dan filtrat berwarna
kekuningan dengan bau yang menyengat , selanjutnya hablur yang
terdapat pada corong dilakukan pencucian dengan aquades , dengan
meneteskan aquades merupakan larutan tidak berwarna yang bertujuan
untuk menghilangkan zat pengotor yang tersisa pada hablur dan
dilanjutkan dengan meneteskan etanol merupakan larutan yang tidak
berwarna yang bertujuan untuk proses penghabluran kembali dan
memperbanyak jumlah hablur agar memudahkan proses pengamatan.
Hablur yang telah melewati proses penyaringan selanjutnya
dipindahkan pada kaca arloji , Kaca arloji berfungsi sebagai wadah
untuk mengeringkan hablur dalam alat desikator. Pengeringan
dilakukan dengan desikator selama ± 2 hari. Desikator adalah alat
untuk menyimpan dan mengeringkan atau menghilangkan kadar air

46
pada bahan yang mudah terpengaruh pada kelembaman. Cara
membuka desikator dengan menggeser tutup desiaktor . Dalam
desikator terdapat silika gel pada bagian bawah yang memiliki sifat
higroskopis yang berfungsi untuk menyerap kelembapan dan cairan
partikel dari ruang bersuhu/berudara dan membantu menahan
kerusakan barang yang disimpan. Hablur pada kaca arloji diletakkan
dalam eksikator. Setelah dikeringkan selama ±2 hari, hablur ditentukan
titik lelehnya. Hablur yang sudah kering (berwarna jingga kecoklatan)
diambil dari eksikator. Kemudian dilakukan penentuan titik leleh
hablur dari benzaldehid yang telah kering. Pengukuran titik leleh yaitu
dengan cara menyiapkan terlebih dahulu alat yang dibutuhkan antara
lain pipa kapiler, melting block, termometer, statif dan klem, serta
kompor listrik.
Sebelum percobaan dilakukan, pipa kapiler dipotong menjadi 2
bagian untuk menguji dua sampel yaitu pada benzaldehid dan yang
kedua pada siklohaksanon. Selanjutnya salah satu potongan diambil
dan dibakar salah satu ujungnya dengan pembakar spiritus, untuk
menutup salah satu lubang pada pipa kapiler. Hal ini dilakukan agar
ketika pemanasan tidak ada sampel yang tumpah/ jatuh di melting
block. Setelah salah satu ujung sudah tertutup, sampel dimasukkan ke
dalam pipa kapiler melalui salah satu ujung yang masih berlubang,
dengan ditekan-tekankan ujung pipa kapiler pada sampel yang akan
diuji di kaca arloji sampai tinggi sampel ±1 cm dari ujung yang
tertutup (bagian bawah).
Langkah selanjutnya diamati sampai terjadi perubahan pada sampel
dari warna jingga kecoklatan menjadi tidak berwarna. Perubahan
warna ini menunjukkan jika titik leleh dari benzaldehid telah tercapai.
Pada percobaan ini diperoleh titik leleh benzaldehid sebesar 178,1˚C.
Titik leleh yang didapatkan dari percobaan ini sesuai dengan teori yang
ada, dimana menurut teori titik leleh benzaldehid sekitar 178,1˚C
(Willbraham & Michael, 1992).

47
Uji fenilhidrazin pada sikloheksanon diawali dengan
membersihkan tabung reaksi 2 hingga benar bersih dan kering
kemudian dimasukkan 2,5 ml fenihidrazin dengan diukur
menggunakan gelas ukur agar didapatkan volume yang akurat ,
selanjutnya dimasukkan , larutan fenilhirazin merupakan larutan yang
berwarna kuning , dilanjutkan dengan penambahan 10 tetes
sikloheksanon yang merupakan larutan tidak berwarna , setelah
ditambahkan dilakukan pengocokan atau diguncangkan selama 1-2
menit dengan menutup tabung reaksi , dan didapatkan hablur yang
menandakan bahwa telah terbentuk fenilhidrason pada reaksi ini ,
berikut adalah reaksi yang terjadi :
O H
H2N N
+
(aq) (aq)

H
N N

+ H2O(l)

(aq) (Willbraham, 1992).


Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong
penyaring dan kertas saring , dengan cara kertas saring terlebih dahulu
dibasahi dengan aquades pada corong pisah , yang bertujuan untuk
memudahkan proses penyaringan , selanjutnya dilakukan penyaringan
dan didapatkan hablur berwarna merah kecoklatan dan filtrat berwarna
kekuningan dengan bau yang menyengat , selanjutnya hablur yang
terdapat pada corong dilakukan pencucian dengan aquades , dengan
meneteskan aquades merupakan larutan tidak berwarna yang bertujuan
untuk menghilangkan zat pengotor yang tersisa pada hablur dan
dilanjutkan dengan meneteskan etanol merupakan larutan yang tidak
berwarna yang bertujuan untuk proses penghabluran kembali dan
memperbanyak jumlah hablur aga memudahkan proses pengamatan.
Hablur yang telah melewati proses penyaringan selanjutnya
dipindahkan pada kaca arloji , Kaca arloji berfungsi sebagai wadah
untuk mengeringkan hablur dalam alat desikator. Pengeringan
dilakukan dengan desikator selama ± 2 hari. Desikator adalah alat

48
untuk menyimpan dan mengeringkan atau menghilangkan kadar air
pada bahan yang mudah terpengaruh pada kelembaman. Cara
membuka desikator dengan menggeser tutup desiaktor . Dalam
desikator terdapat silika gel pada bagian bawah yang memiliki sifat
higroskopis yang berfungsi untuk menyerap kelembapan dan cairan
partikel dari ruang bersuhu/berudara dan membantu menahan
kerusakan barang yang disimpan. Hablur pada kaca arloji diletakkan
dalam eksikator. Setelah dikeringkan selama ±2 hari, hablur ditentukan
titik lelehnya. Hablur yang sudah kering (berwarna jingga kecoklatan)
diambil dari eksikator. Kemudian dilakukan penentuan titik leleh
hablur dari benzaldehid yang telah kering. Pengukuran titik leleh yaitu
dengan cara menyiapkan terlebih dahulu alat yang dibutuhkan antara
lain pipa kapiler, melting block, termometer, statif dan klem, serta
kompor listrik.
Sebelum percobaan dilakukan, pipa kapiler dipotong menjadi 2
bagian untuk menguji dua sampel yaitu pada benzaldehid dan yang
kedua pada siklohaksanon. Selanjutnya salah satu potongan diambil
dan dibakar salah satu ujungnya dengan pembakar spiritus, untuk
menutup salah satu lubang pada pipa kapiler. Hal ini dilakukan agar
ketika pemanasan tidak ada sampel yang tumpah/ jatuh di melting
block. Setelah salah satu ujung sudah tertutup, sampel dimasukkan ke
dalam pipa kapiler melalui salah satu ujung yang masih berlubang,
dengan ditekan-tekankan ujung pipa kapiler pada sampel yang akan
diuji di kaca arloji sampai tinggi sampel ±1 cm dari ujung yang
tertutup (bagian bawah).
Langkah selanjutnya diamati sampai terjadi perubahan pada sampel
dari warna jingga kecoklatan menjadi tidak berwarna. Perubahan
warna ini menunjukkan jika titik leleh dari sikloheksanon telah
tercapai. Pada percobaan ini diperoleh titik leleh sikloheksanon sebesar
80˚C. Titik leleh yang didapatkan dari percobaan ini sesuai dengan
teori yang ada, dimana menurut teori titik leleh sikloheksnon sekitar
80˚C (Willbraham & Michael, 1992). Hal ini menunjukkan bahwa

49
sikloheksanon dapat diidentifikasi dengan pengujian menggunakan
fenilhidrazin yang menghasilkan hidrazon berdarakan pada titik leleh
suatu senyawa. Maka didapatkan bahwa titik leleh senyawa
benzaldehid lebih tinggi daripada sikloheksanon.
e. Pembuatan Oksim

Oksim merupakan rumus turunan dari amonia yang dibuat dari


hidroksilamin hidroklorida, yang merupakan kristal padat untuk

mengenali senyawa organik tertentu. Reaksi ini hanya dapat terjadi


pada senyawa keton yang di akhir reaksinya akan ditandai dengan
terbentuknya endapan putih oksim. Pada percobaan kali ini, digunakan
sikloheksanon dan tembaga (II) sulfat pentahidrat. Pertama,
melarutkan 1 gr hidroksilamin hidroklorida + 1,5 gram CUSO4.5H2O
dengan 4 ml air di dalam erlenmeyer 500 ml. Maka akan terbentuk
larutan berwarna hijau. Kemudian larutan tersebut dipanaskan sampai
suhu 35oC kemudian ditambahkan sikloheksanon, lalu ditutup dan
digoncangkan selama 1 – 2 menit sehingga larutan akan berubah warna
menjadi hijau lumut dan mulai terbentuk zat padat sikloheksanon
oksim.
Selanjutnya, labu erlenmeyer didinginkan dalam air es. Pada saat
proses pendinginan, akan terbentuk endapan berwarna putih.
Kemudian, endapan tersebut disaring dengan corong penyaring.
Setelah disaring, endapan putih tersebut dicuci dengan 2 ml air es
sehingga endapan bersih tanpa adanya warna hijau dari larutan.
Endapan oksim tersebut berwarna putih dan lembek (cruft). Pada
reaksi oksim ini, hanya terjadi pada senyawa keton yang pada akhir
reaksinya ditandai dengan terbentuknya endapan atau kristal.

50
f. Reaksi Haloform
Uji reaksi haloform ini disebut juga uji reaksi iodoform, karena
menggunakan larutan iodin dalam reaksinya. Uji iodoform ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu aldehid dan keton
untuk diionisasi. Suatu senyawa dapat diionisasi atau menunjukkan uji
positif terhadap uji iodoform ini ditandai dengan terbentuknya endapan
kuning. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan 4 tabung
reaksi. Masing – masing tabung reaksi diisi dengan 3 mL larutan
NaOH 5% tak berwarna. Lalu pada tabung reaksi 1 ditambahkan 5
tetes larutan aseton tak berwarna, tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes
isopropyl alcohol tak berwarna, tabung reaksi 3 ditambahkan 5 tetes
larutan 2-Pentanon tak berwarna, tabung reaksi 4 ditambahkan 5 tetes
larutan 3-Pentanon tak berwarna. Kemudian didapatkan hasil dari
reaksi masing-masing tabung reaksi berupa larutan tak berwarna. Lalu
masing-masing tabung reaksi ditambahkan ± 10mL larutan iodium
yang berwarna merah kecoklatan sambil digoncang-goncangkan
hingga warna larutan iodium tampak. Dari reaksi penambahan iodium
ini didapatkan pada reaksi campuran NaOH dan aseton terbentuk
endapan berwarna kuning dan memiliki bau khas seperti obat. Endapan
kuning ini merupakan suatu haloform yang mengidentifikasikan
adanya aseton dari larutan iodium yang bereaksi dengan bantuan
NaOH dalam keadaan basa. Karena dalam keadaan basa atom
hydrogen alfa akan mudah digantikan oleh halogen. Hal ini karena ada
pengaruh tarikan electron dari iod sehingga atom H yang masih ada
pada karbon alfa menjadi lebih asam, sehingga lebih mudah ditukar
dengan halogen tersebut. Persamaan reaksinya,

Pada reaksi Isopropil alcohol direaksikan dengan NaOH dan


penambahan iodium didapatkan terbentuk endapan kuning muda dan
larutan kuning jernih serta baunya menyengat. Reaksi pembentukan

51
haloform ini untuk menunjukkan adanya metil keton karena mudah
dioksidasi oleh I2.
g. Kondensasi Aldol
Prinsip dari percobaan ini adalah gugus aldehid akan
berkondensasi dengan sesamanya setelah bereaksi dengan larutan basa
encer dan menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan
menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh, yakni
krotonaldehid.
Langkah yang pertama yaitu mengambil sebanyak 4 mL NaOH 1%
yang berupa larutan tak berwarna menggunakan gelas ukur dan
memasukkannya ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan
dengan 0,5 mL asetaldehid yang berupa larutan tak berwarna dan
menghasilkan larutan tak berwarna. Tujuan penambahan NaOH 1%
yaitu untuk memberikan suasana basa pada larutan dan memberi resin
dari golongan aldehid. Senyawa aldehida yang mempunyai hidrogen-α,
jika berada dalam suasana basa, akan mengalami adisi sesamanya dan
menghasilkan produk yang dinamakan reaksi aldol. Reaksi yang
terjadi yaitu:
O O
-
OH
H3C C H(aq) H2C C H(aq)

O O O O
H2
H3C C H(aq) + H2C C H(aq) H 3C C C C H(aq)
H

Setelah itu, larutan dipanaskan dalam penangas air selama 3 menit


dan menghasilkan larutan tak berwarna yang berbau menyengat. Bau
menyengat tersebut mengindikasi bahwa senyawa krotonaldehid telah
terbentuk. Tujuan dididihkan yaitu untuk melepaskan molekul air
sehingga terjadi proses hidrasi dan menghasilkan aldehid tak jenuh.
Reaksi yang terjadi yaitu:

52
O O OH O
H2 H+
H2
H3C C C C H(aq) - H3C C C C H(aq)
H H H
VIII.

O
panas
H3C C C C H(aq)
-H2O H H
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada asetaldehid dapat mengalami reaksi kondensasi aldol
menghasilkan senyawa krotonaldehid yang berbau menyengat.
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa
1. Pada percobaan reagen tollens direaksikan dengan benzaldehid,
tidak didapatkan endapan perak dan larutan tak berwarna.
Seharusnya pada percobaan ini terbentuk endapan yang
menunjukkan bahwa benzaldehid mengandung gugus aldehid,
namun saat percobaan tidak terbentuk endapan. Hal ini
dikarenakan faktor reagen tollens nya yang masih terdapat endapan
perak sehingga mempengaruhi hasil percobaan. Pada percobaan
reagen tollens direaksikan dengan formalin, didapatkan larutan
berubah warna menjadi abu-abu dan terbentuk cermin perak. Hal
ini menunjukkan bahwa pada formalin mengandung gugus aldehid.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada uji Tollens senyawa organic
yang mengandung gugus aldehid ditandai dengan berubahnya
warna pada larutan dan terbentuk endapan atau cermin perak.
2. Pada percobaan reagen tollens direaksikan dengan aseton, tidak
didapatkan endapan dan larutan tetap tak berwarna. Hal ini
menunjukkan bahwa pada aseton termasuk mengandung gugus
keton. Pada percobaan reagen tollens direaksikan dengan
sikloheksanon, didapatkan larutan berwarna keruh (hal ini
dikarenakan factor pada reagen tollens yang masih terdapat
endapan sehingga mempengaruhi warna larutan pada
sikloheksanon) dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menunjukkan

53
bahwa sikloheksanon mengandung gugus keton. Maka dapat
disimpulkan bahwa pada uji Tollens senyawa organic yang
mengandung gugus keton ditandai dengan tidak berubahnya warna
pada larutan (larutan tetap tak berwarna).
3. Pada percobaan uji fehling, pada sampel sikloheksanon dan aseton
tidak terdapat endapan merah bata dan larutan tetap berwarna biru,
hal ini menunjukkan bahwa pada kedua sampel tersebut tidak
terdapat gugus aldehid. Sedangkan pada sampel benzaldehid dan
formalin terdapat endapan merah bata yang relatif banyak. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua sampel tersebut merupakan gugus
aldehid. Maka dapat disimpulkan bahwa pada uji Fehling senyawa
yang mengandung gugus aldehid akan mengahsilkan endapan
berwarna merah bata.
4. Pada reaksi adisi bisulfit terbentuknya kristal putih menjadi
indicator dari reaksi adisi ini yaitu adanya reaksi aseton dengan
larutan natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 1-natriumsulfit-2-
pentanol yang berwarna putih.
5. Pada uji dengan Fenilhidrazin, senyawa yang mengandung gugus
aldehid maupun keton apabila direaksikan dengan fenilhidrazin
akan menghasilkan senyawa fenilhidrason. Titik leleh senyawa
fenilhidrason dari senyawa yang mengandung gugus aldehid lebih
tinggi daripada senyawa fenilhidrasin dari senyawa yang
mengandung gugus keton
6. Pada reaksi pembentukan haloform ini untuk menunjukkan adanya
metil keton karena mudah dioksidasi oleh I2. Senyawa yang
mengandung gugus keton dapat menghasilkan senyawa haloform
berupa iodoform yang ditandai dengan hasil reaksinya
mengeluarkan bau yang menyengat.
7. Senyawa yang mengandung gugus aldehid dapat mengalami reaksi
kondensasi aldol dan menghasilkan senyawa krotonaldehid yang
berbau menyengat.
X. Daftar Pustaka

54
Acton, Ashton Q. 2013. Aldehyde-Ketone Transferases Advances in
Research and Application. Atlanta: ScholarlyEditions.

Budhikarjono Kusno. 2007. Perbaikan Kualitas Minyak Sawit sebagai


Bahan Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan dengan Oksidasi.
Jurnal Teknik Kimia. Vol.1 No. 2 hal 54-59.

Carey, Francis A, & Giuliano, Robert M. 2000. Organic Chemistry 4th


Edition. New York: Mc Graw Hill.

Dasri, Ari. 2010. Perancangan Pabrik Asam Adipat dari


Sikloheksanon dan Asam Nitrat dengan Kapasitas 25.000
Ton/Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Fessenden, Ralp J, & Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi
III. Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta:
Erlangga.

Hart, Harold. 1987. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Horner, T. G., & Klufers, P.. 2016. The Species of Fehling's Solution.
European Journal of Inorganic Chemistry Volume 2016, Page
1798-1807.

Parlan, & Wahyudi. 2003. Kimia Organik I. Malang: Universitas


Negeri Malang Press.
Pine Stanley H.dkk. 1988. Kimia Organik I. ITB : Jakarta

Putri, Sophia A. 2009. Aplikasi Reaksi Canizzaro Terhadap


Benzaldehida dan p-Anisaldehida dengan Kondisi Tanpa
Pelarut. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rismiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta

55
Sunardi, 2006,116 UNSUR KIMIA, Deskripsi dan Pemanfaatannya,
Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Tim Dosen Kimia Organik. 2020. Buku Petunjuk Praktikum Kimia
Organik. FMIPA Universitas Negeri Surabaya : Surabaya
Vollhardt, dan Schore. 2003. Organic Chemistry Structure and
Function. New York: Freeman and Company.
Willbraham, A.C., & Michael, S. 1992. Pengantar Kimia Organik
dan Hayati. Bandung: ITB.
Zohra, M. 2009. Aldehid dan Keton. Universitas Pendidikan Indonesia
: Bandung

XI. Lampiran Dokumentasi


 Uji Tollens

Alat yang digunakan

56
Bahan yang digunakan
untuk pembuatan
reagen, yaitu NaOH
5%, AgNO3 1% NH4OH
2%

Sampel yang digunakan


yaitu aseton, formalin,
sikloheksanon,
benzaldehida

Untuk pembuatan
reagen Tollens, yang
dilakukan pertama yaitu
mengukur 1 mL larutan
AgNO3 1% tak
berwarna menggunakan
gelas ukur. Lalu di
masukkan ke dalam
tabung reaksi

Menambahkan 1 tetes
NaOH 5% ke dalam 1
mL larutan AgNO3 1%

Setelah ditambahkan
NaOH larutan berubah
warna menjadi keruh
dan terbentuk endapan
perak Ag2O

57
Kemudian
menambahkan tetes
demi tetes NaOH 5%
hingga tepat larut
sambil dikocok hingga
endapan larut dan
larutan berubah menjadi
tak berwarna
Setelah ditambahkan 56
tetes NaOH, larutan
reagen masih keruh dan
terdapat endapan

Saat tetes NaOH yang


dilakukan sebanyak 92
tetes, didapatkan larutan
reagen sedikit keruh.
Saat mencapai tetes
sebanyak 98 larutan
hampir jernih tetapi
masih terdapat sedikit
endapan perak Ag2O
Untuk uji Tollens, 1mL
sampel benzaldehid
dimasukkan ke tabung
reaksi

Menambahkan 8 tetes
reagen Tollens ke dalam
larutan benzaldehid tak
berwarna. Setelah
ditambahkan,
didapatkan larutan
campurannya tak
berwarna

1mL larutan aseton tak


berwarna dimasukkan
ke dalam tabung reaksi

58
Menambahkan 8 tetes
reagen tollens ke dalam
larutan aseton. Setelah
ditambahakn,
didapatkan larutan
menjadi tak berwarna

1mL sikloheksanon tak


berwarna dimasukkan
ke dalam ke dalam
tabung reaksi

Menambahkan 8 tetes
reagen tollens ke dalam
larutan sikloheksanon
tak berwarna. Setelah
ditambahkan didapatkan
larutan campuran
menjadi berwarna keruh
1mL formalin tak
berwarna dimasukkan
kedalam tabung reaksi

59
Menambahkan 8 tetes
reagen tollens ke dalam
larutan formalin tak
berwarna. Setelah
ditambahkan reagen,
didapatkan larutan
campuran berubah
warna menjadi hitam

Perbandingan larutan
sampel setelah
ditambahkan reagen
Tollens 8 tetes. Dari
kiri, sikloheksanon,
formaldehid, aseton,
benzaldehid.

Kemudian ke empat
sampel di panaskan
dengan menggunakan
spiritus selama 5 menit

Saat dipanaskan, sampel


larutan campuran dari
formalin terbentuk
endapan hitam.

60
 Uji Fehling

Alat yang digunakan

Bahan pembuatan reagen Fehling


(Fehling A dan Fehling B)

Sampel yang digunakan yaitu


sikloheksanon, benzaldehid, aseton, dan
formalin

20 mL Fehling A dan 20 mL Fehling B


yang akan digunakan untuk pembuatan
reagen Fehling

Pencampuran Fehling A dengan Fehling


B

Reagen Fehling yang berwarna biru tua

61
Proses pelabelan

5 tetes Sikloheksanon

5 tetes Benzaldehid

5 tetes Aseton

5 tetes Formalin

62
1 mL reagen Fehling

Penambahan 1 mL reagen Fehling pada


sampel Sikloheksanon

Penambahan 1 mL reagen Fehling pada


sampel Benzaldehid

Penambahan 1 mL reagen Fehling pada


sampel Aseton

63
Penambahan 1 mL reagen Fehling pada
sampel Formalin

Setelah penambahan reagen Fehling


pada masing-masing sampel

Dipanaskan agar reaksi berjalan


sempurna

Mulai terbentuk endapan merah bata


pada beberapa sampel

64
Setelah dipanaskan (dari kanan ke kiri
sikloheksanon, benzaldehid, aseton dan
formalin)

Dilakukan pengocokan agar endapan


yang menempel di dinding tabung
reaksi bisa mengendap ke bawah semua

Sikloheksanon tetap berwarna biru


(tidak terjadi endapan merah bata)

Pada Benzaldehid, terbentuk sedikit


endapan merah bata

65
Pada Aseton tetap berwarna biru (tidak
terjadi endapan merah bata)

Dengan reagen Fehling, Formalin


tampak jelas terbentuk endapan merah
bata yang relatif banyak

66

Anda mungkin juga menyukai