PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika
Secara sederhana, sistem dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan
yang utuh dan tidak bisa dipisah – pisahkan, karena antara satu dengan yang
lainnya saling berhubungan guna mencapai tujuan tertentu. Lani Sidharta
(1995:9), sistem adalah himpunan bagi bagian – bagian yang saling
berhubungan, yang secara bersama – sama mencapai tujuan yang sama.
http://jagatsisteminformasi.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-definisi-
sistem.html
Secara etimologis Istilah “etika” berasal dari Bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata, yaitu Ethos dan ethikos. Ethos mengandung arti
kebiasaan, adat, watak, perasaan, dan sikap. Ethikos berarti susila, keadaban,
kelakuan, dan perbuatan yang baik. Selain kata etika, kita sering mengenal
istilah moral, berasal dari kata lain yaitu mores, yang merupakan bentuk
jamak dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan,
tabiat, dan cara hidup. Dari segi arti secara substansial terdapat kesamaan
antara moral dengan etika.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup
yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada masyarakat. Kebiasaan hidup
yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan,
atau norma yang di sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara
lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma, atau aturan ini pada dasarnya,
menyangkut baik – buruk perilaku manusia. atau, etika dipahami sebagai
ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik – buruknya perilaku
manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus
dihindari. Etika menjadi penting guna mengatur kehidupan manusia dalam
masyarakat.
Secara terminologis, etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan
buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai. Etika disebut juga ilmu
normatif, karena didalamnya mengandung norma dan nilai – nilai yang dapat
digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika dengan moral
atau budi pekerti. Ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan
– perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam – dalamnya yang diperoleh
dengan akal budi manusia. menurut KBBI, filsafat etika adalah: 1) Ilmu
tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral, 2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, 3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh masyarakat.
Dengan demikian, maka sistem etika itu dapat diartikan sebgai suatu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya, dalam suatu tata kelakuan manusia yang berdasar pada
kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan perbuatan yang baik dan harus
dipatuhi. Sistem etika juga mengandung pengertian, bahwa suatu tata
kelakuan atau norma – norma yang mengatur pergaulan hidup manusia
sebagai anggota masyarakat. Manusia sebagai bagian dari sistem etika, harus
mematuhi ketentuan norma – norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
Pancasila sebagai sistem etika, yaitu sebagai satu kesatuan yang utuh
dan menyeluruh yang tidak dapat dipisahkan dari masing – masing sila
sebagai sumber nilai tentang baik – buruk, benar – salah suatu perbuatan
manusia, harus berpijak pada nilai – nilai dasar Pancasila yang terkristalisasi
dalam lima sila dari Pancasila. Satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh dari
nilai – nilai dasar Pancasila ini, menjadi norma dasar (ground norm)
masyarakat dan bangsa Indonesia dalam berperilaku.
Pancasila sebagai sistem etika mengandung arti bahwa Pancasila
merupakan central values dalam mengukur pergaulan hidup masyarakat
Indonesia. Dengan demikian, perilaku dan perbuatan manusia Indonesia harus
menjunjung tinggi nilai – nilai Ketuhanan, nilai – nilai kemanusiaan, nilai –
nilai persatuan, nilai – nilai kerakyatan, dan nilai – nilai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia, harus
memahami bagaimana etika pergaulan yang bersumber dan berdasar kepada
nilai – nilai Pancasila, agar lahir pribadi individu warga negara Indonesia
yang berkepribadian Pancasila.
2. Etika Pancasila
Etika Pancasila ialah tata kelakuan yang bersumber dari nilai – nilai
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung
nilai – nilai ketuhanan,kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Kelima nilai yang terdapat dalam sila Pancasila tersebut, menjadi
pedoman guna membentuk perilaku manusia Indonesia dalam berbagai aspek
kehidupan. Sila ketuhanan mengandung dimensi spiritual yang mencerminkan
bahwa, manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan
mengarahkan masyarakat Indonesia supaya taat kepada ajaran agama yang
dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya
menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila keadilan mengandung
dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan
orang lain.
Bagi setiap warga negara, etika Pancasila harus menjadi pedoman
utama untuk berbuat kebajikan. Dalam etika Pancasila, yang utama harus
mencerminkan empat tabiat saleh, yaitu: 1) kebijaksanaan, )kesederhanaan, 3)
keteguhan, dan 4) keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu
tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas
dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju
pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai – nilai hidup tntang
kemnusiaan dan nilai – nilai hidup tentang religius – keagamaan.
Kesederhanaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas
dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak
melampaui batas dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya
memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya
(Mudhofir, 2009: 386).
2. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan
dalam kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang
Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh
pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal
yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang
mendalam.
3. Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma –
norma dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan
perundang – undangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori
hukum itu suatu norma yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah
memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi
suatu norma, akan semakin abstar sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah
kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut (Kaelan, 2011: 487).
Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang
sifatnya abstrak, sedangkan perundang – undangan merupakan norma yang
berada di bawahnya bersifat konkrit. Etika politik mengatur masalah perilaku
politikus, berhubungan juga dengan praktik institusi sosial, hukum,
komunitas, struktur – struktur sosial, politik, dan ekonomi. Etika politik
memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri. Dimensi
tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan
hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dimensi sarana
memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip – prinsip
dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari
institusi – institusi sosial. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku
pemegang peran sebagai pihak yang menentukan rasionalitas politik.
Rasionalitas politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan keutamaan. Tindakan
politik dinamakan rasional bila pelaku mempunyai orientasi situasi dan paham
permasalahan (Haryatmoko, 2003: 25 – 28).