Anda di halaman 1dari 19

KEGIATAN 8

8.1 Judul
Pembuatan Sediaan Malaria
8.2 Tujuan
Mampu membuat dan mewarnai sediaan darah manusia sesuai standrat
teknis
8.3 Dasar Teori
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal :
buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul
di daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu,
juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan gejala demam
berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak istilah untuk malaria yaitu
paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam Chagres, demam rawa,
demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun 1938 pada
Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari
malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine digantikan dengan
cinchona (Mescher, Anthony L. 2015).
Secara klinis gejala dari penyakit malaria terdiri dari beberapa serangan
demam interval tertentuyang diselingi oleh suatu periode ( periode laten )
dimana penderita malaria bebas sama sekali bebas dari demam. Sebelum
demam penderita malaria biasanya merasa lemah, sakit kepala, kurang nafsu
makan, mual dan muntah.Waktu mulai terjadi infeksi sampai timbulnya gejala
klinis dikenal sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya
infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten.
Baik masa inkubasi maupun periode prepaten dipengaruhi oleh strain
Plasmodium. Penderita malaria dapat dikenal melalui gajala-gejala klinis
sebagai berikut :
a. Gejala utama : Demam dan menggigil.
b. Gejala lain yang mungkin ditemukan :
1) Sakit kepala dan sakit pinggang
2) Perasaan mual dan muntah
3) Badan terasa lemah dan pucat karena darah kurang
4) Serangan demam dapat terjadi berulang-ulang (Putu,2014).
Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium. Terdapat
empat spesies yang menyerang manusia yaitu :
 Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria
tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
 Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana
benigna.
 Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana
benigna ovale.
 Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae atau malaria
kuartana.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber
infeksinya adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum
menyebabkan suatu komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga denga
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini
secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit
malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Species plasmodium pada
manusia adalah :
1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.
Plasmodium FalciparumMenyebabkan malaria falciparum atau malaria
tertiana yang maligna(ganas) atau dikenal dengan namalain sebagai
malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari. Citra mikroskopis
sel darah merah yang terserang plasmodiumfalciparum.
2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana. Menyebabkan malaria
vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna(jinak). Masa
inkubasinya (masa dari penggigitan di tubuh manusia
hinggamenimbulkan peyakit) adalah sekitar 8-13 hari. Infeksi parasit ini
bisa sampai kebagia limpa. Parasit tipeini bias bersembunyi di dalam
hati dan kembali lagisetelah kondisi memungkinkan.Citra mikroskopis
sel darah merah yang terserangplasmodium vivaxfasegametocyte.
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana)
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae. Plasmodium
inimasa inkubasinya 2 sampai 4 minggu. Jika tidak diobati, infeksi
bisa bertahandalam waktu tahunan.Citra mikroskopis sel darah
merah yang terserangplasmodium malariae.

4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale. Jenisplasmodiumini jarang


sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnyabanyak kasusnya terjadi
di Afrika dan Pasifik Barat. Masa inkubasiya adalah selama 8sampai
17 hari.Citra mikroskopis sel darah merah yang
terserangplasmodiumovale.
Daur hidup keempat spesies Plasmodium pada manusia umumnya sama.
Proses tersebut terdiri atas fase aseksual dalam badan hospes vertebrata fase
seksual eksogen dalam badan nyamuk anopheles.
1. Fase aseksual dalam tubuh manusia
a. Stadium Hati (Exo-Eryhrocytic Schizogony)
Stadium ini dimulai ketika nyamuk Anopheles betina menggigit
manusia dan memasukkan sprozoit yang terdapat pada air liurnya ke
dalam darah manusia sewaktu menghisap darah. Dalam waktu yang
singkat (± ½ - 1 jam) semua sporozoit menghilang dari peredaran darah
masuk ke dalam sel hati dan segera menginfeksi sel hati. Selama 5-16 hari
dalam sel-sel hati (hepatosit) sporozoit membelah diri secara aseksual, dan
berubah menjadi sizon hati (sizon kriptozoik) tergantung dari spesies
parasit malaria yang menginfeksi. Sesudah sizon kriptozoik dalam sel hati
menjadi matang, bentuk ini bersama sel hati yang diinfeksi akan pecah dan
mengeluarkan 5.000-30.000 merozoit tergantung spesiesnya yang segera
masuk ke sel-sel darah merah (Nugroho, 2015).
b. Stadium Darah
Siklus di darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon
matang di hati ke dalam sirkulasi dan berubah menjadi trofozoit muda
(bentuk cincin). Trofozoit muda tumbuh menjadi trofozoit dewasa dan
selanjutnya membelah diri menjadi sizon. Sizon yang sudah matang
dengan merozoit-merozot di dalamnya dalam jumlah maksimal tertentu
tergantung dari spesiesnya, pecah bersama sel darah merah yang diinfeksi,
dan merozoit-merozoit yang dilepas itu kembali menginfeksi ke sel-sel
darah merah tadi untuk mengulang siklus tadi. Keseluruhan siklus yang
terjadi berulang di dalam sel darah merah disebut siklus eritrositik
aseksual atau sizogoni darah (Nugroho, 2015).
2. Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Setelah siklus sizogoni darah berulang beberapa kali, beberapa
merozoit tidak lagi menjadi sizon, tetapi berubah menjadi gametozit dalam
sel darah merah, yang terdiri dari gametosit jantan dan betina. Siklus
terakhir ini disebut siklus eritristik seksual atau gametogoni. Jika
gametosit yang matang diisap oleh nyamuk Anopheles, di dalam lambung
nyamuk terjadi proses ekflagelasi gametosit jantan, yaitu dikeluarkannya 8
sel jantan (mikrogamet) yang bergerak aktif mencari sel gamet betina.
Selanjutnya pembuahan terjadi antara satu sel gamet jantan (mikrogamet)
dan satu sel gamet betina (makrogamet) menghasilkan zigot dengan
bentuknya yang memanjang lalu berubah menjadi ookinet yang bentuknya
vermiformis dan bergerak aktif menembus mukosa lambung. Di dalam
dinding lambung paling luar ookinet mengalami pembelahan inti
menghasilkan sel-sel yang memenuhi kista yang membungkusnya disebut
ookista. Di dalam ookista dihasilkan puluhan ribu sporozoit, menyebabkan
ookista pecah dan menyebarkan sporozoit-sporozoit yang berbentuk
seperti rambut ke seluruh bagian rongga badan nyamuk (hemosel) dan
dalam beberapa jam saja menempuk di dalam kelenjar ludah nyamuk dan
siap menginfeksi manusia (Nugroho, 2015).
Salah satu metode yang paling diyakini dapat menemukan jenis serta
stadium dari parasit plasmodium adalah pembacaan sediaan darah malaria.
Sediaan darah (SD) malaria dapat dibuat dalam 2 bentuk yaitu sediaan darah
tipis dan sediaan darah tebal:
1. Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang
terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil
sehingga akan lebih cepat terlihat di bawah mikroskop.
2. Sediaan darah tipis terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar
dan digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah
ditemukan dalam SD tebal (KEMENKES,2017).
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan
yang sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan
bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain
bertindak sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan
tipis darah (kaca perata). Darah dapat diperoleh dari tusukan jarum pada ujung
jari. Sebaiknya tetesan darah pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang
memuaskan. Tetesan yang kedua diletakan pada daerah ujung kaca sediaan
yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata diletakan miring dengan
sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah menyebar sepanjang sisi pendek
kaca perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata digerakan
secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan.
Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan
pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode
Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa
yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah
dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit.
Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya menjadi
semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam
hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau
yang lain (Rudyatmi, 2014).
Fungsi dari larutan-larutan pada pembuatan preparat apus darah ikan dan
manusia adalah metanol untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel
pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di
dalamnya yang dilakukan selama 2 menit, pewarna Giemsa 10% sebagai
pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan
ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak
dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk
identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia
dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap. Di
dalam laboratorium-laboratorium banyak dipakai larutan Giemsa 3% yang
dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan (larutan) Sediaan apus
darah secara rutin diwarnai dengan campuran zat warna khusus yang pertama
kali ditemukan oleh oleh Dimitri Romanosky dan diubah oleh penyelidik
lainnya. Pada tahun 1891, Romanosky menemukan campuran methylen blue
dan eosin dalam perbandingan tertentu memberi warna ungu inti leukosit
(Rudyatmi, 2014).
Pembuatan sediaan apus menggunakan beberapa bahan yang berupa
larutan-larutan khusus yang memiliki fungsi masing-masing. Diantaranya
menggunakan methanol/ alkohol 100%, alkohol ini diteteskan ke atas sediaan,
sehingga bagian yang terlapis darah tertutup seluruhnya. Metanol atau alkohol
ini berfungsi untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada sediaan
tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya. Dari
literatur lain disebutkan, tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan proses
metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan
komponen-komponen sitologis dan histologist, mengawetkan keadaan
sebenarnya, dan mengeraskan (Rudyatmi, 2014).
Kemudian menggunakan larutan pewarna giemsa. Pewarna Giemsa
sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan apus, agar
sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan
Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari
morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit
darah misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru
(Rudyatmi, 2014).
Pembuatan sediaan apus juga menggunakan xylol. Xylol berfungsi untuk
menjernihkan sediaan, karena zat pewarna Giemsa masih bersisa disediaan.
Xylol terus diberikan agar sediaan tidak kering. Pada akhir pengamatan
sediaan apus yang telah dibuat, kaca bendaa diberi zat entellen serta langsung
ditutup kaca penutup. Zat entellen ini berfungsi untuk melekatkan kaca
penutup pada objek, selain itu agar objek yang sudah diamati tidak rusak dan
tetap awet (Rudyatmi, 2014).
8.4 Alat dan Bahan
8.4.1 Alat
No Nama Fungsi Gambar
Menepelkan objek
Slide/ Object yang akan
1
glass dilihat/dianalisa di
laboratorium

Mengambil darah yang


akan diperiksa
2 Lancet streril
menggunakan ujung
jarum

Memindahkan cairan
3 Pipet dari suatu temopat ke
tempat lainnya

4 Timer Untuk melihat waktu


Pemerian kode pada
5 Label
objecc glass

Untuk pengukur
Gelas Ukur
6 volume zat kimia
100ml
dalam bentuk cair

Untuk melihat dan


7 Mikroskop mengamati yang
berukuran sangat kecil

Rak Untuk pemeriksaan
8
Pewarnaan pewarnaan bakteri

Sebagai tempat
9 Erlenmeyer
membuat larutan

Tempat untuk
10 Slide Box menyimpan kaca
preparat

Untuk menghitung
11 Counter koloni bakteri yang
ditumbuhkan
Untuk pengukur
Gelas Ukur
12 volume zat kimia
10ml
dalam bentuk cair

8.4.2 Bahan
No Nama Fungsi Gambar

Mensterilisasi kulit
1 Kapas
dari bakteri

Berfungsi seagai
2 Alkohol 70%
sterilisasi

Memperjelas objek
3 Minyak imersi pada saat pemeriksaan
pada mikroskop

Pewarna untuk
Larutan
4 membeda-bedakan
Giemsa
leukosit

Sebagai bahan
5 Methanol
pendingin anti beku
Sebagai zat yang dapat
6 Larutan Buffer
mempertahankan pH.

Membersihkan larutan
7 Tissue Halus
yang tertumpah

8.5 Cara Kerja


A. Pembuatan Sediaan
1 Menuliskan etiket pada salah satu
ujung objel

2 Memegang tangan kiri pasien


dengan menghadap ke atas

3 Membersihkan jari dengan


menggunakan kapas alkohol dan
biarkan mongering
4 Menusuk pada bagian yang
diambil darahnya dengan cepat
menggunakan lanset

5 Membersihkan tetes darah yang


pertama keluar

6 Meneteskan darah pada objek

glass ( 2 untuk sediaan tipis

dan ( untuk sediaan tebal)

7 Meletakan sediaan pada posisi


mendatar

Sediaan Tipis
1 Menempelkan ujung objek glass
lain pada sediaan sampai darah
menyebar

2 Dengan sudut 450 menggeser


objek glass dengan cepat kea rah
berlawanan

Sediaan Tebal

1 Menggunakan ujung objek glass


lain dibuat homogen dengan
gerakan memutar dari arah luar
kedalam membentuk bulatan
dengan diameter 1 cm

2 Mengeringkan sediaan ditempat


yang datar dengan menggunakan
kipas angina dan terhindar dari
gangguan serangga, debu dan
panas
3 Setelah mengering lalu diwarnai

B. Pewarna Sediaan
1 Menyiapkan larutan Giemsa 3%
dengan mencampurkan Giemsa
dengan larutan buffer (pH 7.2)
sebanyak 97 bagian

2 Sediaan yang sudah mengering


lalu difikasasi dengan methanol
lalu letakan di atas rak

3 Menyiapkan larutan giemsa lalu


tuang larutan dan biarkan 30 s/d
45 menit
4 Menuangkan air bersih perlahan
sampai giemsa terbuang angkat
sediaan lalu keringkan

5 Sediaan siap diperiksa

C. Cara Pemeriksaan Sediaan


1 Meletakkan sediaan pada meja
mikroskop

2 Melihat sediaan dengan lensa


objektif pembesaran 10 kali

3 Meneteskan minyak imersi


4 Menggerakkan meja sediaan
dengan arah kiri dan kanan secara
sinambung dari sisi atas ke bawah

5 Melakukan pemeriksaan sampai


100 lapang pandang, sehingga
dinyatakan negatif bila tidak
ditemukan parasit pada 100
lapang pandang

8.6 Hasil

Plasmodium
Vivax
8.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan pada pemeriksaan sediaan
Malaria di temukan Plasmodium dengan jumlah 4 parasit dalam 1 lapang
pandang. Hal ini menunjukan bahwa dalam sediaan malaria ada pada tipe 3
atau ++++ yaitu ditemukan 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang.
Berdasarkan hasil pengamatan pada mikroskop, ditemukan Plasmodium
vivax berbentuk Plasmodium sp pada manusia menyebabkan penyakit malaria
dengan gejala demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen).
Dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
a. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana
begigna).
b. Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
c. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana
maligna).
d. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Dari hasil praktikum yang dilakukan di dapati bahwa Plasmodium yang
terdapat dalam sampel darah adalah plasmodium jenis Vivax. 2.
Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana. Menyebabkan malaria
vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna(jinak). Masa inkubasinya
(masa dari penggigitan di tubuh manusia hinggamenimbulkan peyakit)
adalah sekitar 8-13 hari. Infeksi parasit ini bisa sampai kebagia limpa.
Parasit tipeini bias bersembunyi di dalam hati dan kembali lagisetelah
kondisi memungkinkan.Citra mikroskopis sel darah merah yang terserang
plasmodium vivaxfasegametocyte.
Menurut perkembangan biologi untuk menentukan sebagian besar model
matematika plasmodium vivax diperlukan siklus penularan dari manusia ke
penyakit yang disebabkan oleh parasit ini. Saat nyamuk menggigit kulit
manusia, plasmodium berada pada fase sporozoit. Sporozoit kemudian akan
menuju ke hati (liver) dan membentuk merozoit dalam jumlah yang sangat
banyak. Bentuk inilah yang kemudian masuk ke dalam aliran darah dan
menginfeksi sel–sel darahmerah. Sebagian dari  sporozoit didalam sel hati
membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun, dan bentuk
ini yang akan menyebabkan relaps pada malaria.
A. Plasmodium Vivax
Plasmodium Vivax berkembangbiak dan berpotensi melakukan
kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh faktor-
faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga
mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan,
terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan
ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di
pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-
musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak
terkontrol.
1. Taksoniminya sebagai berikut.
Domain          : Eukaryota
Kingdom        : Chromalveolata
Superphylum  :Alveolata
Phylum          : Apicomplexa
Class              : Aconoidasida
Ordo              : Haemosporida
Family           : Plasmodiidae
Genus            : Plasmodium
2. Gejala Klinis Malaria Tertiana
Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodromal: sakit
kepala, sakit punggung, mual dan malaise umum. Demam tidak teratur
pada 2-4 hari pertama ,tetapi kemudian menjadi intermiten dengan
perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, suhu meninggi dan
kemudian turun menjadi normal. Malaria vivax penting bukan karena
angka kematiannya tetapi karena kelemahan penderita yang
disebabkan oleh relapsnya.
Limpa pada serangan pertama mulai membesar,  dengan
konsistensi lembek dan mulai teraba pada minggu kedua. Pada malaria
menahun menjadi sangat besar, keras dan kenyal.  Pada permulaan
serangan pertama, jumlah parasit Plasmodium vivax kecil dalam
peredaran darah tepi, tetapi bila demam tersian telah berlangsung,
jumlahnya bertambah besar. Kira–kira satu minggu setelah serangan
pertama, stadium gametosit tampak dalam darah.
Pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnose pasti
penyakit malaria adalah dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis
untuk menemukan parasit Plasmodium dalam sediaan darah. Sediaan
darah tipis akan memberikan gambaran bentuk parasit yang lebih baik
dan sempurna morfologinya, namun perlu ketelitian dan kesabaran
dalam melakukan pemeriksaan. Sedangkan sediaan darah tebal akan
mempercepat proses identifikasi Plasmodium walaupun morfologi
parasit tidak sebaik bila dibuat sediaan apus. Tesserologi untuk malaria
bias di lakukan dengan IHA ( Indirect Hemaglutination Test ) dan
ELISA ( Enzym Linked ImmunoSobent Assay ).
8.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan sediaan darah malaria yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Malaria adalah penyakit yang di sebabkan oleh Parasit Plasmodium
melalui perantara nyamuk Anophles Sp.
2. Ada 4 jenis Plasmodium penyebab penyakit malaria yaitu Plasmodium
falciparum, plasmodium malariae dan plasmodium ovale.
3. Dari hasil praktikum yang di lakukan sediaan darah malaria mengandung
plasmodium dengan tipe +++ atau ditemukan 1 sampai 10 plasmodium
dalam 1 lapang pandang SD Tebal
4. Plasmodium yang di temukan dalam sediaan darah yaitu Plasmodium
Vivax
DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES.2017.Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria. Direktorat
Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Mescher, Anthony L. 2015. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Nugroho A, Wagey M.T, 2015. Siklus Hidup Plasmodium Malaria dalam
Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, &
Penanganannya, dikutip oleh Harijanto P.N, EGC, Jakarta.
Putu S, 2014. Malaria Secara Klinis : dari Pengetahuan Dasar Sampai
Terapan, EGC, Jakarta.
Rudyatmi,Eli. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA UNNES
Team Teaching. 2019. Penuntun Praktikum Kesmas Dasar. Gorontalo:
Laboratorium Kesehatan Masyarakat FOK UNG

Anda mungkin juga menyukai