Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HEMOROID

DISUSUN OLEH:

Jannet Marietta (2018-11-032)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN A
JAKARTA
2020
BAB 1
KONSEP MEDIS

1.1. Definisi

Hemoroid merupakan kondisi ketika pembuluh darah disekitar anus melebar


karena mengalami peningkatan tekanan lokal pada pembuluh darah tersebut.
Umumnya, pembengkakan pembuluh darah tersebut berada di dalam rektum atau anus
(daerah sekitar atau dalam bokong). Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi
pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid
dapat terjadi secara internal atau eksternal. Hemoroid internal adalah pleksus
hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Sedangkan
hemoroid eksternal merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior,
terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

1.2. Anatomi dan Fisiologi

Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang
dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Kolon merupakan
sambungan dari usus halus, dengan panjang kira – kira satu setengah meter. kemudian
naik sebelah kanan lumbal yang disebut; kolon asendens, lalu dibawah hati berbeluk
pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah
kiri lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang
disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoid dan kemudian masuk ke dalam
rektum. Saluran ini berakhir pada anus yang diapit oleh otot sfingter internus dan
eksternus.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena superior,
vena inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan
darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka
sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena
hemoroidalis superior, media, dan inverior, sehingga tekanan portal yang meningkat
dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan
hemoroid
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh
sistem saraf voluntary. Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya
kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu
penyebab hemoroid (vena varikosa rektum). (Price, 2005)

1.3 Discharge Planning


Segera cari perawatan jika:
 Mengalami sakit parah di dubur atau di sekitar anus.
 Mengalami sakit parah di perut dan muntah.
 Mengalami pendarahan dari anus yang meresap melalui pakaian dalam

Hubungi penyedia layanan kesehatan jika:


 Sering buang air besar dan sakit.
 Hemoroid terlihat atau terasa lebih bengkak dari biasanya.
 Tidak buang air besar selama 2 hari atau lebih.
 Melihat atau merasakan jaringan masuk melalui anus.

Obat:
 Obat-obatan dapat diberikan untuk mengurangi rasa sakit, bengkak, dan gatal-gatal.
Obatnya bisa berupa pad, krim, atau salep.
 Pelunak tinja membantu mengobati atau mencegah sembelit.
 NSAID, seperti ibuprofen, membantu mengurangi pembengkakan, nyeri, dan
demam. NSAID dapat menyebabkan perdarahan lambung atau masalah ginjal pada
orang tertentu.

Kelola gejala:
 Oleskan es pada anus selama 15 hingga 20 menit setiap jam atau sesuai petunjuk.
Gunakan kompres es, atau masukkan es serut ke dalam kantong plastik. Tutupi
dengan handuk sebelum mengaplikasikannya ke anus. Es membantu mencegah
kerusakan jaringan dan mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
 Jaga area anal tetap bersih. Cuci bersih area tersebut dengan air hangat setiap hari.
Sabun dapat mengiritasi area tersebut. Setelah buang air besar, bersihkan dengan
handuk basah atau kertas toilet basah. Kertas toilet kering dapat mengiritasi area
tersebut.

Pencegahan Hemoroid:
 Jangan mengejan untuk buang air besar. Jangan duduk di toilet terlalu lama.
Tindakan ini dapat meningkatkan tekanan pada jaringan di dubur dan anus.
 Minumlah banyak cairan. Cairan dapat membantu mencegah hemoroid.
 Makanlah beragam makanan berserat tinggi. Contohnya termasuk buah-buahan,
sayuran, dan biji-bijian.
 Berolah raga ringan. Olahraga, seperti berjalan, dapat membuatnya lebih mudah
untuk buang air besar.
 Jangan melakukan seks anal. Seks anal dapat melemahkan kulit di sekitar dubur dan
anus.
 Hindari angkat beban berat. Hal ini dapat menyebabkan mengejan dan meningkatkan
risiko hemoroid.
1.3. Patoflowdiagram

Konsumsi makanan Peradangan Kehamilan, Terlalu lama Sirosis hepatic disertai


rendah serat pada usus obesitas, penuaan duduk di toilet hipertensi portal

Feses keras dan  Frekuensi BAB  Tekanan  Relative venous Vena hemoradialis
mengejan selama BAB intra abdomen rectum di daerah superior mengalirkan
perianal darah ke sistem portal

 Tekanan intra abdomen  Penggunaan Melemahnya struktur


otot-otot perianal pendukung dan Sistem portal tidak
memfasilitasi prolaps mempunyai katup

Obstruksi aliran balik vena

Mudah terjadi aliran balik


vena
 Relative venous rectum
(efek tourniquet) di daerah
 tekanan darah dalam
perianal
vena portal hepatica

T&G: Pelebaran dari vena di dalam


Gatal atau iritasi, pleksus hemoroidalis
nyeri, merah, dan
bengkak sekitar anus.

Eksternal HEMOROID Internal

Pelebaran dan penonjolan Perdarahan tanpa prolaps (derajat 1) Pelebaran dan


pleksusbbhemoradialais penonjolan pleksus
inferior bawah epitel anus hemoradialis pada
sebelah distal jaringan di dalam epitel
Hemoroid prolaps dan masuk anus (bagian dalam)
kembali secara spontan (derajat 2)

Terjadi pelebaran vena


Test Diagnostik:
hemoradialis terus- Prolaps dan masuk secara Anoscopy
menerus manual (derajat 3) Protoscopy

Perdarahan trombus
Berlanjut prolapse bersifat
menetap (derajat 4)

Mk: konstipasi
Gangguan
MK: Gangguan Prolapse pleksus ke luar anus
Iskemik defekasi
Integritas Kulit
Peradangan pada
pleksus hemoradialis
Nekrosis Ruptur vena
MK: Konstipasi

Terjadi perdarahan
anus, feses berdarah

T&G:
Pusing, Test Diagnostik:
Anemia Cek Darah
Lemas,
Sianosis Lengkap

Mk: Keletihan

Kerusakan
jaringan pasca Tindakan
bedah hemoroidektomi

Open Haemorrhoidectomy Closed Haemorrhoidectomy Stapler


(Milligan-Morgan method) (Ferguson's technique) Haemorrhoidectomy

Hasil insisi dibiarkan Kerusakan jahitan


terbuka saat defekasi

Kehilangan
pelindung terhadap MK: Risiko
mikroorganisme Perdarahan

MK: Risiko
infeksi
Dekatnya area Ketakutan untuk Mengonsumsi
operasi dengan BAB obat opioid
kandung kemih

Ketegangan di
daerah kandung MK: Konstipasi
kemih

 Sensasi keinginan
untuk berkemih

MK: Retensi
Urine
BAB 2
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a) PRE-OPERASI
1) Pola Persepsi Kesehatan Dan Pemeliharaan Kesehatan.
 Kaji riwayat penyakit hemoroid dan atau sirosis hepatik
 Kaji pekerjaan klien
 Kaji riwayat obat-obatan klien
2) Pola Nutrisi Metabolik
 Kaji intake dan output cairan klien
 Kaji jenis makanan yang sering klien konsumsi
 Kaji frekuensi makan klien
3) Pola Eliminasi
 Kaji apakah sering mengejan saat BAB
 Kaji frekuensi dan karakteristik feses
 Kaji apakah klien sering menahan BAB
 Kaji apakah ada feses bercampur darah
 Kaji apakah di sekitar anus terasa gatal, nyeri, iritasi.
 Kaji apakah klien sulit untuk BAB
4) Pola Aktivitas dan Latihan
 Kaji apakah klien rutin olahraga
 Kaji apakah klien memiliki pekerjaan yang banyak duduk/berdiri
 Kaji apakah klien sering mengangkat barang-barang yang berat
 Kaji apakah klien dapat duduk dengan nyaman
 Kaji apakah klien mudah lemas saat beraktivitas
5) Pola Persepsi Kognitif
 Kaji kegiatan apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri muncul.
 Kaji apakah ada hal yang menyebabkan kondisi nyeri semakin
memburuk/membaik
 Kaji kualitas nyeri, apakah rasanya tajam, sakit, seperti diremas,
menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk
 Kaji apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.
 Kaji skala nyeri 1-10
 Kaji kapan nyeri mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau tiba-
tiba; apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang;
6) Pola Tidur dan Istirahat
 Kaji frekuensi waktu tidur klien dalam sehari
 Kaji apakah klien sering terbangun tiba-tiba karena nyeri/rasa tidak
nyaman
 Kaji apakah klien mudah untuk tidur/insomnia

b) POST-OPERASI
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan.
 Kaji daftar riwayat pengobatan klien
 Kaji pengetahuan klien tentang perawatan post-operasi
2) Pola Nutrisi Metabolik
 Kaji kepatuhan diet tinggi serat.
 Kaji intake dan output cairan klien.
 Kaji apakah porsi makan klien habis
3) Pola Eliminasi
 Kaji frekuensi dan karakteristik feses
 Kaji apakah feses bercampur dengan darah
 Kaji frekuensi dan karakteristik urine
 Kaji apakah defekasi klien adekuat
 Kaji kebersihan klien setelah BAB dan BAK
 Kaji apakah klien mengejan saat defekasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
 Kaji aktivitas yang menimbulkan nyeri
 Kaji apakah klien mudah lelah
 Kaji apakah klien mampu beraktivitas mandiri (seperti pergi ke toilet)
 Kaji apakah klien sulit untuk bergerak? Jika ya, apa alasannya
5) Pola Tidur dan Istirahat
 Kaji apakah klien dapat tidur dengan nyaman
 Kaji apakah klien mudah terbangun tiba-tiba karena nyeri/rasa tidak
nyaman
 Kaji apakah ada hal yang membuat klien tidak bisa tidur
6) Pola Persepsi Kognitif
 Kaji kegiatan apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri pada luka operasi
muncul.
 Kaji apakah ada hal yang menyebabkan kondisi nyeri semakin
memburuk/membaik
 Kaji kualitas nyeri, apakah rasanya tajam, sakit, seperti diremas,
menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk
 Kaji apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.
 Kaji skala nyeri 1-10
 Kaji kapan nyeri mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau tiba-
tiba; apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang;
 Kaji apakah nyeri menyebabkan klien sulit beraktivitas
 Kaji tindakan klien apabila nyeri timbul
7) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
 Kaji apakah klien merasa takut untuk bergerak atau beraktifitas karena
adanya luka operasi
 Kaji bagaimana cara klien mengatasi kecemasan dalam beraktifitas
karena luka operasi yang dimiliki

2.2 Diagnosa Keperawatan


a) PRE-OPERASI
 Konstipasi b.d Penurunan motilitas gastrointestinal
 Gangguan Integritas Kulit b.d Perubahan sirkulasi
 Keletihan b.d Kondisi fisiologis
b) POST-OPERASI
 Risiko Perdarahan b.d Tindakan pembedahan
 Risiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif
 Retensi Urine b.d Blok spingter
 Konstipasi b.d Gangguan emosional
 Konstipasi b.d Efek agen farmakologis
2.3 Rencana Keperawatan (PRE-OPERASI)
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Konstipasi b.d Penurunan Setelah diberikan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi 1. Mengetahui Jannet
2020 motilitas gastrointestinal keperawatan selama 2x24 jam, klien 2. Periksa bising usus perkembangan hasil Marietta
mampu defekasi secara lancar 3. Periksa karakteristik feses pengobatan
dengan kriteria : 4. Anjurkan untuk melakukan latihan relaksasi sebelum 2. Mengetahui ada atau
defekasi. tidaknya obstruksi usus
1. Buang air besar 1 kali perhari. 5. Anjurkan peningkatan asupan cairan min.8 gelas/hari 3. Mengetahui pola
2. Konsistensi feces lembek, tidak (250 ml) kebiasaan buang air besar
ada darah dan pus 6. Kolaborasi diet tinggi serat dengan ahli gizi klien
3. Buang air besar tidak nyeri dan 7. Kolaborasi penggunaan obat pencahat 4. Merilekskan otot-otot
tidak perlu mengejan lama. sfingter anal.
4. Bising usus dalam rentang 5. Mencegah terbentuknya
normal: feses keras
5-35 x/menit 6. Merangsang peristaltic
usus agar defekasi lancer.
7. Membantu melunakkan
feses.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Gangguan Integritas Kulit b.d Setelah diberikan asuhan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang 1. Meminimalisir adanya Jannet
2020 Perubahan sirkulasi keperawatan selama 3x24 jam, longgar gesekan pada luka yang Marietta
kerusakan integritas kulit pasien 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering memperparah luka
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam 2. Mencegah infeksi dari
1. Integritas kulit yang baik bisa sekali mikroorganisme
dipertahankan (sensasi, 4. Monitor status nutrisi pasien 3. Mencegah terjadinya
elastisitas, temperatur, hidrasi, 5. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, komplikasi decubitus
pigmentasi) karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan 4. Nutrisi yang seimbang
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus membantu mempercepat
3. Perfusi jaringan baik 6. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan proses perbaikan kulit
4. Menunjukkan pemahaman dalam luka 5. Mengetahui kondisi kulit
proses perbaikan kulit dan 7. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin terbaru
mencegah terjadinya sedera 8. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril 6. Mencegah adanya
berulang pertumbuhan bakteri dan
5. Mampu melindungi kulit dan infeksi
mempertahankan kelembaban 7. Mempercepat proses
kulit dan perawatan alami perbaikan integritas kulit
6. Menunjukkan terjadinya proses 8. Mencegah terjadinya
penyembuhan luka infeksi
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Keletihan b.d Kondisi Setelah diberikan asuhan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengetahui keadaan Jannet
2020 fisiologis keperawatan selama 2x24 jam, 2. Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien umum pasien Marietta
keletihan pasien teratasi dengan 3. Monitor intake nutrisi 2. Mengetahui
kriteria hasil: 4. Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda keseimbangan antara
1. TTV dalam rentang normal dan gejala keletihan aktivitas dan istirahat
 TD: 120-130/60-90 mmHg 5. Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk 3. Nutrisi yang seimbang
 P: 12-20x/mnt mencegah keletihan diperlukan untuk
 HR: 60-100 x/mnt 6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara kebutuhan energy
 S: 36,5-37,5 C meningkatkan intake makanan tinggi energi 4. Mengetahui
 N: 60-100x/mnt 7. Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas perkembangan pasien dan
2. Kemampuan aktivitas adekuat 8. Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi memberikan penanganan
3. Mempertahankan nutrisi adekuat relaksasi yang sesuai.
4. Keseimbangan aktivitas dan 5. Mencegah pasien
istirahat melakukan aktifitas yang
5. Mempertahankan interaksi sosial berlebihan.
6. Mempertahankan kemampuan 6. Membantu pasien untuk
untuk konsentrasi mempercepat proses
pemulihan energy
7. Membantu pasien
mengembalikan energy
yang sudah banyak
hilang.
8. Membuat pasien lebih
nyaman untuk
beristirahat.
POST-OPERASI
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Risiko Perdarahan b.d Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TTV selama 3 jam sekali. 1. Peningkatan nadi dengan Jannet
2020 Tindakan pembedahan keperawatan selama 2x24 jam, 2. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai penurunan tekanan darah Marietta
diharapkan klien tidak mengalami gejala klinis, dapat menunjukan
pendarahan. Dengan kriteria hasil: 3. Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, kehilangan volume darah
1. TTV dalam rentang normal melena. sirkulasi.
 TD: 120-130/60-90 mmHg 4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest 2. Penurunan trombosit
 P: 12-20x/mnt 5. Monitor Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan merupakan tanda
 HR: 60-100 x/mnt 6. Kolaborasi dalam pemberian produk darah jika kebcoran pembuluh
 S: 36,5-37,5 C terjadi perdarahan aktif yang tidak kunjung berhenti. darah.
 N: 60-100x/mnt 7. Kolaborasi terapi sesuai indikasi: vitamin K, D, dan 3. DIC subakut dapat terjadi
C sekunder terhadap
2. Kadar HB dalam rentang 12,0 – gangguan faktor
14,0 g/dL. pembekuan.
3. Kadar HT dalam rentang 40- 4. Aktivitas pasien yang
50% tidak terkontrol dapat
menyebabkan resiko
4. Kadar Trombosit dalam rentang perdarahan.
150.000-400.000 µl 5. Indikator adanya
perdarahan aktif,
hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi
(DIC)
6. Membantu tubuh agar
tidak kehabisan cadangan
trombosit untuk
menghentikan pendarahan
yang terjadi.
7. Meningkatkan sintesis
protrombin dan koagulasi.
Kekurangan vitamin C
meningkatkan kerentanan
terjadinya perdarahan.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Risiko Infeksi b.d Efek Setelah diberikan asuhan 1. Observasi TTV 1. Mengidentifikasi tanda- Jannet
2020 prosedur invasif keperawatan selama 2x24 jam, 2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic tanda peradangan terutama Marietta
diharapkan tidak terjadi infeksi, 3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasive bila suhu tubuh meningkat
dengan kriteria hasil: seperti infus, kateter, dan drainase luka 2. Mengendalikan penyebaran
4. Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas mikroorganisme pathogen
1. Infeksi tidak terjadi atau insersi pen 3. Mengurangi resiko infeksi
terkontrol 5. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk nosokonial
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi pemeriksaan darah HB dan leuosit 4. Meminimalkan
seperti pus 6. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. kontaminsasi
3. Luka bersih, tidak lembab dan 5. Penurunan HB dan dan
tidak kotor peningkatan jumlah leukosit
4. TTV dalam rentang normal dari normal bisa terjadi
 TD: 120-130/60-90 mmHg akibat proses infeksi
 P: 12-20x/mnt 6. Antibotik mencegah
 HR: 60-100 x/mnt perkembangan
 S: 36,5-37,5 C mikroorganisme patogen
 N: 60-100x/mnt
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Retensi Urine b.d Blok Setelah diberikan asuhan 1. Observasi TTV 1. Mengidentifikasi keadaan Jannet
2020 spingter keperawatan selama 2x24 jam, 2. Monitor intake dan output cairan umum klien Marietta
diharapkan retensi urin pasien 3. Monitor derajat distensi bladder 2. Mengetahui keseimbangan
teratasi dengan kriteria hasil: 4. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk cairan tubuh
1. Kandung kemih kosong secara mencatat output urine 3. Mengatahui derajat urin
penuh. 5. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada yang terkumpul
2. Tidak ada residu urine >100-200 abdomen. 4. Mengetahui keseimbangan
cc 6. Kateterisasi jika perlu intake dan output cairan
3. Intake cairan dalam rentang 7. Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, 5. Membantu kompres dingin
normal perubahan bau dan konsistensi urine) dapat menstimulus pasien
4. Bebas dari ISK untuk BAK.
5. Tidak ada spasme bladder 6. Mengatasi retensi atau
6. Balance cairan seimbang tertahan nya urine.
7. TTV dalam rentang normal Mengukur dan memantau
 TD: 120-130/60-90 mmHg jumlah output urine.
 P: 12-20x/mnt 7. Merupakan salah satu yang
 HR: 60-100 x/mnt menyebabkan adanya
 S: 36,5-37,5 C gangguan terhadap fungsi
 N: 60-100x/mnt sistem perkemihan.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Konstipasi b.d Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi 1. Mengetahui Jannet
2020 keperawatan selama 2x24 jam, klien 2. Periksa bising usus perkembangan hasil Marietta
emosional
mampu defekasi secara lancar 3. Periksa karakteristik feses pengobatan
dengan kriteria : 4. Anjurkan untuk melakukan latihan relaksasi sebelum 2. Mengetahui ada atau
defekasi. tidaknya obstruksi usus
1. Buang air besar 1 kali perhari. 5. Anjurkan peningkatan asupan cairan min.8 gelas/hari 3. Mengetahui pola
2. Konsistensi feces lembek, tidak (250 ml) kebiasaan buang air besar
ada darah dan pus 6. Kolaborasi diet tinggi serat dengan ahli gizi klien
3. Buang air besar tidak nyeri dan 7. Kolaborasi penggunaan obat pencahat 4. Merilekskan otot-otot
tidak perlu mengejan lama. sfingter anal.
4. Bising usus dalam rentang 5. Mencegah terbentuknya
normal: feses keras
5-35 x/menit 6. Merangsang peristaltic
usus agar defekasi lancer.
7. Membantu melunakkan
feses.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. X
Ruang / Kamar :

Rencana Tindakan
Tanda tangan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Hasil Yang diharapkan Alasan Tindakan
Meliputi : Tindakan Keperawatan, tindakan observatif, Nama Jelas
penyuluhan, Pelaksanaan program Dokter
28 Juni Konstipasi b.d Efek agen Setelah diberikan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi 1. Mengetahui Jannet
2020 keperawatan selama 2x24 jam, klien 2. Periksa bising usus perkembangan hasil Marietta
farmakologis
mampu defekasi secara lancar 3. Periksa karakteristik feses pengobatan
dengan kriteria : 4. Anjurkan untuk melakukan latihan relaksasi sebelum 2. Mengetahui ada atau
defekasi. tidaknya obstruksi usus
1. Buang air besar 1 kali perhari. 5. Anjurkan peningkatan asupan cairan min.8 gelas/hari 3. Mengetahui pola
2. Konsistensi feces lembek, tidak (250 ml) kebiasaan buang air besar
ada darah dan pus 6. Kolaborasi diet tinggi serat dengan ahli gizi klien
3. Buang air besar tidak nyeri dan 7. Kolaborasi penggunaan obat pencahat 4. Merilekskan otot-otot
tidak perlu mengejan lama. sfingter anal.
4. Bising usus dalam rentang 5. Mencegah terbentuknya
normal: feses keras
5-35 x/menit 6. Merangsang peristaltic
usus agar defekasi lancer.
7. Membantu melunakkan
feses.

Anda mungkin juga menyukai