Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Menurut Syaifudin (2006), anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk

dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian – bagian serta

berhubungan alat tubuh satu dengan yang lainnnya.

Kata Anatomi berasal dari kata Yunani “Anatome” yang dibentuk oleh

kata “Ana” berarti tegak dan “Tome” berarti potongan. Anatomi adalah ilmu yang

mempelajari susunan tubuh dan berhubungan bagian-bagiannya satu sama lain

(Pearce, 2007).

Panjang colon adalah sekitar 5-6 kaki, bagian berbentuk U bagian dari

seluruh usus besar (saluran cerna bagian bawah). Caecum (appendix) dan ano-

rektum, yang juga merupakan bagian usus besar, tidak termasuk dalam colon.

Secara embriologis, colon berkembang sebagian dari midgut (colon ascendens

sampai proksimal colon transversum) dan sebagian dari hindgut (colon

transversum distal sampai colon sigmoid). Pada foto polos abdomen, colon

terlihat terisi dengan udara dan feses. Colon diidentifikasi dengan haustra

(sakulasi irreguler incomplete).

6
7

2.1.1 Anatomi Colon

1. Appendix

2.Colon Ascendens

3.Colon Transversum

4.Colon Desenden

5.Rectum

Gambar 2.1 Anatomi colon

(sumber psychologymania 2013)

Anatomi bagian colon (usus besar) daimulai dari katup ileocecal ke

anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm. Colon (usus besar)

terbagi dalam cecum, colon, dan rectum. Apendik berada pada bagian distal dari

cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon transversal, colon

descending, dan bagian sigmoid bagian akhir dari usus besar rectum dan anus.

1. Cecum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup

ileosekal apendik, pada cecum terdapat katup ileosekal dan apendik yang

melekat pada ujung cecum, apendik vermiform suatu tabung buntu yang

sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung cecum.

2. Colon adalah bagian usus besar dari cecum sampai rectum. Colon

memiliki tiga devisi colon ascenden merentang dari cecum sampai ketepi

bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura

hepatica, colon transversum merentang menyilang abdomen di bawah hati


8

dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, colon colon desenden

merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi colon sigmoid

berbentuk s yang bermuara di rectum

3. Rectum adalah bagian saluran pencernaan rectum berakhir pada saluran

anal dan membuka di bagian anus.

2.1.2 Anatomi Appendix

1. Large Intestine
2. Cecum
3. Appendix

Gambar 2.2 Anatomi Appendix

(Sumber:IlmuRadiologi,2012)

Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada

secum (bagian awal dari colon). Bentuknya seperti cacing putih. Secara anatomi

appendix sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing.

Apendix terletak di bagian kanan bawah dari abdomen. Tepatnya di ileosecum

dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli. Muara appendix berada di sebelah

postero-medial secum.
9

Penentuan letak pangkal dan ujung appendix yang normal adalah sebagai

berikut:

1. Menurut garis Monroe Pichter, Garis yang menghubungkan SIAS dan

umbilicus. Pangkal appendix terletak pada 1/3 lateral dari garis ini (titik Mc

Burney).

2. Menurut garis Lanz, Diukur dari SIAS dextra sampai SIAS sinistra.

Ujung appendix adalah pada titik 1/6 lateral dextra.

Appendix juga mempunyai mesenterium. Mesenterium ini berupa selapis

membran yang melekatkan appendix pada struktur lain pada abdomen.

Kedudukan ini memungkinkan appendix dapat bergerak. Selanjutnya ukuran

appendix dapat lebih panjang dari ukuran normal. Gabungan dari luasnya

mesenterium dengan appendix bergerak masuk ke pelvis (antara organ-organ

pelvis pada wanita).

Hal ini juga dapat menyebabkan appendix bergerak ke belakang colon

yang disebut appendix retrocolic. Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis

dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang

mengikuti a. mesenterica superior dan a. thoracalis x.

2.2 Fisiologi

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam

keadaan normal. (Pearce, 2007)


10

Menurut Syaifudin (2006), fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau

pekerjaan dari tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian alat-alat tubuh dan sebagainya.

Fungsi Colon adalah organ pengering dan penyimpan. Colon normalnya

menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per hari. Karena sebagian besar

pencernaan dan penyerapan telah diselesaikan di usus halus maka isi yang

disalurkan ke Colon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna (misalnya

selulosa), komponen empedu yang tidak terserap, dan cairan. Colon

mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Apa yang tertinggal dan akan

dikeluarkan disebut feses (tinja). Fungsi utama usus besar adalah untuk

menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan lain yang tak tercerna di

dalam diet membentuk sebagian massa dan karenanya membantu

mempertahankan keteraturan buang air.

Kontraksi haustra secara perlahan menganduk isi Colon maju-mundur.

Lapisan otot polos longitudinal luar tidak mengelilingi usus besar secara penuh.

Lapisan ini terdiri dari tiga pita otot longitudinal yang terpisah, taeniae coli, yang

berjalan di sepanjang usus besar. Taeniae coli ini lebih pendek daripada otot polos

sirkular dan lapisan mukosa dibawahnya jika kedua lapisan ini dibentangkan

datar. Karena itu, lapisan-lapisan dibawahnya disatukan membentuk kantung atau

haustra. Haustra bukanlah sekedar kumpulan permanen yang pasif; haustra secara

aktif berganti lokasi akibat kontraksi lapisan otot polos sirkular.

Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak mendorong


11

sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan. Motilitas utama

kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel-sel otot

polos colon. Kontraksi ini, menyebabkan colon membentuk haustra, serupa

dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi jauh lebih panjang. Waktu di antara

dua kontraksi haustra dapat mencapai tiga puluh menit, sementara kontraksi

segmentasi di usus halus bergantung dengan frekuensi 9 sampai 12 kali per menit.

Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu segmen yang semula

melemas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara perlahan sementara

bagian tadinya berkontraksi melemas secara bersamaan untuk membentuk

kantung baru. Gerakan ini tidak mendorong isi usus tetapi secara perlahan

mengaduknya maju-mundur sehingga isi colon terpajan ke mukosa penyerapan.

Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks-refleks lokal yang melibatkan

pleksus instrinsik.

Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga berhubungan

dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix menghasilkan lendir.

Lendir ini secara normal dialirkan ke appendix dan secum.

Appendik menghasilkan lendir 1-2 ml perhari yang bersifat basa mengandung

amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen

dan selanjutnya mengalir ke caecum.

Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated

Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna yang termasuk


12

appendiks, ialah lg A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan

terhadap infeksi.

Fungsi utama kolon adalah mengabsorsi air dan elekrolit dari kimus untuk

membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan sampai dapat dikeluarkan.

Kolon dapat mengubah 1000-2000 ml kimus isotonik yang masuk setiap hari dari

ileum menjadi tinja semi padat dengan volume 200-250 ml. Sebagian besar

absorsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proxsimal colon, sehingga

bagian ini dinamakan kolon pengabsorsi. Sedangkan kolon bagian distal pada

prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai waktu yang tepat

untuk di ekskresi. Banyak bakteri khususnya basil kolon, bahkan secara normal

pada kolon pengabsorsi. Bakteri ini mampu mencernakan sejumlah kecil selulosa,

dengan cara ini menyediakan beberapa kalori nutrisi tambahan untuk tubuh.

2.3 Patologi

Patologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang berperan penting

dalam mendiagnosa penyakit, terutama kanker. Secara umum, patologi adalah

ilmu yang mempelajari penyakit, analisis, dan pengambilan sampel jaringan,

sel, dan cairan tubuh. Patolog biasanya akan memeriksa sampel darah, air mani,

air liur, cairan pleura yang diambil dari paru-paru, cairan perikard yang diambil

dari jantung, cairan asites yang diambil dari hati, dan cairan serviks. Sampel-

sampel ini akan dilihat melalui mikroskop, lalu patolog akan mencari setiap
13

kelainan seluler. Pertumbuhan abnormal dalam tubuh juga akan diperiksa untuk

memastikan apakah bersifat kanker atau non-kanker.

2.3.1 Karsinoma Colon (Kanker usus besar)

Kanker usus besar atau kanker kolon adalah jenis kanker yang

menyerang usus besar atau bagian terakhir pada sistem pencernaan

manusia  kanker usus besar diawali dengan pembentukan gumpalan-

gumpalan sel berukuran kecil yang disebut polip adenoma. Gumpalan

ini kemudian menyebar secara tidak terkendali seiring waktu.

2.3.2 Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang terjadi pada usus

besar (kolon) dan rektum. Pada kelainan ini, terdapat tukak atau luka di

dinding usus besar sehingga menyebabkan tinja bercampur dengan

darah.

2.3.3 Crohn (Kolitis Granulomatosa)

Penyakit Crohn terjadi karena adanya peradangan yang kronis pada

usus. Ini menyebabkan ulserasi (lapisan usus yang tidak bekerja) dari

usus kecil ke usus besar.

2.3.4 Tumor

Adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang abnormal. Tumor jinak

hanya tumbuh pada satu bagian tubuh dan tidak menyebar atau menyerang

bagian lain. Tumor ganas atau yang sering disebut kanker adalah tumor

yang dapat menyerang jaringan di sekitarnya.


14

2.3.5 Appendisitis Akut

Adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada appendik

dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.

2.3.6 Appendisitis Kronis

Terjadi ketika usus buntu tersumbat oleh feses, benda asing,

kamker, ataupun oleh pembengkakan usus buntu oleh infeksi.

2.3.7 Hiperplasin Folikel

Pembesaran jaringan limfoid yang dapat mengakibatkan terjadinya

radang appendiks.

2.4 Teknik pemeriksaan Appendicogram

2.4.1 Persiapan Pasien

a. 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak

tidak berserat. Misal : bubur kecap

b. 12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan pasien diberikan 2/3

Dulcolac untuk diminum.

c. Pagi hari pasien diberikan dulcolac supositoria melalui anus atau

dilavement.

d. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga

pemeriksaan berlangsung.
15

2.4.2 Persiapan Alat

a. Pesawat sinae-X DR dilengkapi alat bantu kompresi yang

berfungsi untuk memperluar permukaan organ yang ada didaerah

ileosaekal / memodifikasi posisi pasien supine mjd prone

b. Kaset + Film

2.4.3 Persiapan Bahan

a. Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 4 s/d 1 : 8

2.4.4 Proyeksi Antero-Posterior

a. Posisi pasien : Pasien pada posisi prone atau supine, dengan

bantal di kepala.

b. Posis objek : MSP berada di tengah-tengah meja pemeriksaan

dan pastikan tidak ada rotasi

c. Central Ray : CR tegak lurus terhadap kaset

d. Central Point :Setinggi iliac crest

e. SID : 100 cm
16

Gambar 2.3 Posisi PA/AP


(charismaprilia, 2014)

Gambar 2.4 Radiograf AP/PA

(charismaprilia, 2014)
17

f. Struktur yang tampak:

a. Colon bagian transversum harus diutamakan terisi barium

pada posisi PA dan terisi udara pada posisi AP dengan

teknik double contras.

b. Seluruh luas usus harus nampak termasuk flexure olic kiri.

2.4.5 Proyeksi Oblique

a. Posisi Pasien : 35 to 35 derajat menuju right dan left posterior

oblique (RPO atau LPO).

b. Posisi Objek : letak bantal di atas kepala, flexikan siku dan

letakan di depan tubuh pasien, luruskan MSP dengan meja

pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan kanan sama

jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan.

c. Central Ray : Tegak lurus terhadap IR, sudutkan CR dengan titik

pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis

mid saggital plane (MSP)

d. SID : 100
18

Gambar 2.5 Posis RPO/LPO

(charismaprilia,2014)

Gambar 2.6 Radiograf RPO/LPO

(charismaprilia, 2014)

e. Struktur yang Tampak :

a. LPO - colic flexura hepatic kanan dan ascending dan recto

sigmoid portions harus tampak terbuka tanpa super position

yang significant

b. RPO - cloic flexure kiri dan descending portions harus

terlihat terbuka tanpa super position yang significant.


19

2.5 Media Kontras

Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan

kedalam tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga

media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent

pada organ tubuh yang akan diperiksa.

Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk

meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah

pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan

sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif)

atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan

bahan dasar udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung

dari muatannya, cara pemberian dan lain sebagainya.

2.5.1 Fungsi Kontras Media

Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang

tidak dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk

memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang

diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa. 

Secara terperinci fungsi dari kontras media adalah:

a. Visualisasi saluran kemih ( ginjal, vesika dan saluran kemih)

b. Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung,

ginjal)
20

c. Visualisasi saluran empedu ( kandung empedu dan saluran

empedu )

d. Visualisasi saluran cerna ( lambung dan usus )

2.5.2 Jenis-jenis Kontras Media

1) Kontras media negatif (mempunyai nomor atom

rendah)

1. Udara

2. CO2

3. Gas lainnya

2) Kontras media positif (mempunyai nomor atom tinggi)

1. Barium sulfat

Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih

yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan

beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat

campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya

digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau

diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini

akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.

2. Golongan larut dalam air ( water soluble )

a. Bahan Kontras Ionik

Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari

kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion

bermuatan negatif). Kation terikat pada asam radikal (-


21

COO-) rantai C1 cincin benzena. Kation juga

memberikan karakteristik media kontras, dimana setiap

jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu sama

lain. Ada beberapa macam kation yang digunakan

dalam media kontras

1) Bahan Kontras Ionik Monomer

Bahan Kontras ionik manomer merupakan

bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu

buah cincin asam benzoat dalam satu molekul

2) Bahan Kontras Ionik dimer

Merupakan media kontras ionik yang

memiliki dua buah cincin asam benzoat dalam satu

molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan

kimia jenis bahan kontras ini adalah Ioxaglate

(Hexabrix) yang merupakan media kontras ionik

dimer pertama dibuat.

b. Bahan Kontras Non-ionik

Dua dalam susunan kimia media kontras non-

ionik sudah tidak dijumpai lagi adanya ikatan ion antar

atom penyusun molekul. Kalau dalam media kontras

ionik terdapat dua partikel penyususn molekul (kation

dan anion) maka dalam bahan kontras non-ionik hanya


22

ada satu partikel penyusun molekul sehingga memiliki

karakteristik tersendiri.

1) Bahan kontras Non-ionik Monomer

Bahan kontras ini berasal dari media kontras

ionik monomer yang dibentuk dengan mengganti

gugus karboksil oleh gugus radikal non-ionik yaitu

amida (-CONH2). Contoh kontras media Non-

ionik Manomer :

1. Iopamidol

2. Iohexol

3. Iopromide

4. Ioversol

5. Iopentol

2) Bahan Kontras Non-ionik Dimer

Pembentukan struktur kimia bahan kontras

ini melalui proses penggantian pada gugus

karboksil media kontras ionik dimer juga oleh

gugus radikal non-ionik, yang pada kahir sisntesa

menghasilkan perbandingan iodium terhadap

partikel media kontras

2.6 Proteksi Radiasi

Tak dapat dipungkiri bahwa untuk tujuan apapun dan sekecil apapun

radiasi yang digunakan, pasti mengandung potenssi bahaya bagi manusia,


23

tetapi selama kita selalu memperhatikan ketentuan keselamatan radiasi maka

kita dapat memanfaatkan radiasi untuk tujuan apapun dengan aman.

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan

yang harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak

seharusnya terhadap seseorang. Ada tiga prinsip proteksi radiasi, yaitu:

1) Justifikasi

Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus

didasarkan pada azas manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup

paparan atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan

menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau

masyarakat dibandingkan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap

kesehatan.

2) Limitasi

Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat

tidak boleh melampaui NBD yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi

pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek

deterministik dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

3) Optimasi

Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (As Low

As Reasonably Achieveable – ALARA), mempertimbangkan factor

ekonomi dan social. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus

direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan


24

untuk jaminan agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan

serendah rendahnya.

Proteksi radiasi dimaksudkan agar orang yang berada didalam

maupun diluar ruang pemeriksaan terhindar dari bahaya radiasi.

Adapun di Indonesia besarnya Nilai Batas Dosis (NBD) diatur dalam

buku Keselatan Kerja Terhadap Radiasi, dengan surat Keputusan

Dirjen Batan No. PN 03/160/DJ/89 diperkuat dengan Surat Keputusan

Kepala Bapeten No. 08 Tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi

Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-x dan Intervensional, NBD yang

ditetapkan yaitu:

1) Proteksi Radiasi untuk masyarakat umum

1. Dosis efektif sebesar 2 mSv dalam satu tahun.

2. Dalam keadaan khusus, dosis efektif sampai dengan 5 mSv dalam satu

tahun dengan syarat bahwa dosis rata-rata selama lima tahun berturut-

turut tidak lebih dari 2 mSv dalam satu tahun.

3. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv dalam 1 tahun.

4. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv dalam 1 tahun.

Usaha- usaha yang harus dilakukan guna mencegah radiasi yang

berlebih dan tidak melewati nilai batas yang ditentukan adalah:

a) Didepan ruang pemeriksaan terdapat tanda peringatan adanya radiasi.

b) Dinding ruang pemeriksaan harus dilapisi PB (timbal).

c) Orang yang tidak berkepentingan dilarang berada didalam ruang

pemeriksaan.
25

d) Pada saat melakukan penyinaran, pintu harus selalu ditutup.

2) Proteksi radiasi untuk pasien

1. Collimation (Kolimasi)

Membatasi luas lapangan penyinaran untuk mengurangi dosis radiasi

yang diterima pasien. Luas lapangan penyinaran dengan sinar-x harus

selalu dibatasi sesuai dengan objek yang akan diperiksa, semakin lebar

kolimasi semakin besar juga dosis radiasi yang akan diterima pasien.

2. Filtration (Penyaringan)

Melakukan pengecekkan filter pada tabung sinar-x agar tidak terjadi

kebocoran radiasi yang berlebih. Guna filtrasi untuk mengurangi atau

menyaring jumlah sinar-x berenergi rendah yang tidak berguna mencapai

tubuh pasien sehingga hanya sinar-x berenergi tinggi dan berguna untuk

menghasilkan gambar radiograf yang keluar, filtrasi minimal adalah 75

kVp untuk tabung radiografi.

3. Image receptor (Film)

Kecepatan film dapat berpengaruh besar pada dosis pasien.

Rareearth-filmkombinasi, merupakan suatu teknik untuk mempercepat

bayangan pada film, sehingga dapat mengurangi dosis pasien hingga 25%.

(Chesney, 1976) Rare earth-filmkombinasi (gadolinium dan lanthanum)

menunjukan effisiensi dosis 3 sampai 5 kali lebih baik dibanding dengan

calcium tungstate screen.


26

4. Shielding khusus

Menggunakan Gonad shield(pelindung gonad) yang merupakan alat

yang digunakan untuk proteksi radiasi pada bagian organ reproduksi yang

berupa gonad.

5. Teknik Radiografi

Melakukan teknik radiografi yang tepat diantaranya pengaturan

factor eksposi, FFD dan posisi pasien sehingga dapat mengurangi

terjadinya pengulangan pemotretan.

3) Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi

1. Dosis efektif sebesar 20 mSv tiap tahunnya, dirata-ratakan selama 5

tahun berturut-turut.

2. Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.

3. Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu tahun.

4. Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) atau kulit sebesar 500

mSV dalam satu tahun (nilai batas dosis ekivalen pada kulit dirata-

ratakan untuk luas 1cm2 dari daerah kulit yang memperoleh penyinaran

tertinggi).

Untuk siswa dan magang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang

mengikuti latihan untuk pekerjaan yang menggunakan penyinaran

radiasi, dan untuk siswa yang berusia antara 16 sampai 18 tahun yang
27

menggunakan sumber radiasi dalam studinya, penyinaran radiasi harus

diawasi sehingga nilai batas berikut tidak dilampaui:

1. Dosis efektif sebesar 6 mSv dalam satu tahun,

2. Dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 50 mSv dalam satu tahun,

3. Dosis ekivalen pada ekstremitas atau kulit sebesar 150 mSv dalam satu

tahun.

Usaha-usaha yang harus dilakukan guna mencegah radiasi yang

berlebih dan tidak melewati nilai batas yang ditentukan adalah:

a) Menggunakan alat pencatat dosis radiasi perorangan.

b) Radiografer tidak diperbolehkan untuk memegang pasien pada saat

dilakukannya penyinaran, kecuali pada pemeriksaan tertentu itu pun

harus memakai proteksi radiasi dengan standar ketentuan.

c) Radiografer harus berada diruangan yang dindingnya dilapisi PB atau

proteksi radiasi pada saat dilakukannya penyinaran.

d) Radiografer harus mengikuti prosedur pemeriksaan atau protap yang

sudah ditentukan demi menjaga keamanan dari radiasi.

Anda mungkin juga menyukai