DIARE
I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
( ) ( )
3
d. Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
f. Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri
yang sudah lanjut usia.
2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
a. Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian
darah, hidup dalam satu rumah.
b. Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup
bersama dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri.
C. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) terdapat empat fungsi
keluarga meliputi:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi upaya pemenuhan kebutuhan akan
kasih sayang, pengertian, dan menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul
karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi. Fungsi afektif
berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga yang dapat mempertahankan makna yang positif, mempelajari
dan mengembangkan fungsi afektif melalui interaksi serta hubungan
dalam keluarga.
Setyowati (2008) ada beberapa komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif yaitu: Pertama, saling
5
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari
masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum,
dan hubungan keluarga di akhir tahap ini. Adapun tugas perkembangan
keluarga yaitu:
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
d. Meningkatkan komunikasi terbuka.
5. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari
siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6
hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri b.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
6. Tahap VI: Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah
kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat
singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal di rumah. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
9
B. Klasifikasi
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan
berlangsung kurang dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair,
biasanya mendadak, disertai lemah dan kadang-kadang demam atau
muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam sampai
beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi
bakteri, akibat makanan.
2. Diare kronis
11
E. Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis
disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme
ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar
yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar
diserap oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
14
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons
peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Diare
15
F. Komplikasi
Menurut Vivian (2010), diare dapat menyebabkan beberapa
komplikasi berikut:
1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
16
a. Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan
NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. Formula
lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat
sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan
gula (NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan
gula untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa
berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah
dehidrasi lebih jauh.
b. Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi
atau pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung
tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat
(RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung
dari berat /ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badanya.
c. Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe
marasmik. Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya
dengan berat badan 3-10 kg, umur 1 bln – 2 tahun, jumlah cairan
200 ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada
pasien MEP. Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg
BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾ tetes/kg/BB/menit (1
ml= 15 menit) atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain
pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih
ada ketentuan pemberian cairan pada pasien lainya misalnya
pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan
kelainan jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang
berlebihan pula. Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut
18
menelan
4. DS: Pasien mengatakan selalu Eskresi/BAB Kerusakan
BAB sering integritas kulit
DO:
1. Kerusakan lapisan kulit
(dermis)
2. Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
3. Invasi struktur tubuh
5. DS: - - Resiko syok
DO: (hipovolemik)
Faktor Resiko :
1. Hipotensi
2. Hipovolemi
3. Hipoksemia
4. Hipoksia
5. Infeksi
6. Sepsis
7. Sindrom respons inflamasi
sistemik
6. DS: Pasien mengatakan merasa Perubahan dalam Ansietas
cemas dengan penyakitnya status kesehatan
DO:
Affektif :
1. Gelisah, Distres
2. Kesedihan yang mendalam
3. Ketakutan
4. Perasaan tidak adekuat
5. Berfokus pada diri sendiri
6. Peningkatan kewaspadaan
7. Iritabihtas
8. Gugup senang beniebihan
9. Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
10. Peningkatan rasa ketidak
berdayaan yang persisten
11. Bingung, Menyesal
12. Ragu/tidak percaya diri
13. Khawatir
Fisiologis :
1. Wajah tegang, Tremor
tangan
2. Peningkatan keringat
3. Peningkatan ketegangan
24
4. Gemetar, Tremor
5. Suara bergetar
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolar.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eskresi/BAB sering.
5. Resiko syok (hipovolemik).
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.
berlebihan
Keterangan:
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama ….x…. 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh diharapkan masalah dapat teratasi. makanan
berhubungan dengan Kriteria hasil: 2. Kolaborasi dengan
enurunan intake 1. Nutritional Status : ahli gizi untuk
makanan. 2. Nutritional Status : food and menentukan jumlah
Fluid Intake kalori dan nutrisi
3. Nutritional Status: nutrient yang dibutuhkan
Intake pasien.
4. Weight control 3. Anjurkan pasien
Indikator IR ER untuk meningkatkan
1. Adanya intake Fe
peningkatan berat 4. Anjurkan pasien
badan sesuai untuk meningkatkan
dengan tujuan protein dan vitamin C
2. Berat badan ideal 5. Berikan substansi
sesuai dengan gula
tinggi badan 6. Yakinkan diet yang
3. Mampu dimakan
mengidentifikasi mengandung tinggi
kebutuhan nutrisi serat untuk mencegah
4. Tidak ada tanda- konstipasi
tanda malnutrisi 7. Berikan makanan
5. Menunjukkan yang terpilih (sudah
peningkatan fungsi dikonsultasikan
pengecapan dan dengan ahli gizi)
menelan 8. Ajarkan pasien
6. Tidak terjadi bagaimana membuat
penurunan berat catatan makanan
badan yang berarti harian.
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
Keterangan: kandungan kalori
1. Keluhan ekstrem 10. Berikan informasi
2. Keluhan berat tentang kebutuhan
3. Keluhan sedang nutrisi
4. Keluhan ringan 11. Kaji kemampuan
5. Tidak ada keluhan pasien untuk
27
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan
intake nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
15. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Pressure Management
28
6. dijaringan
7. Monitor EKG, sesuai
8. Memanfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan
darah, sesuai
9. Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenasi
10. Memantau tren dalam
parameter
hemodinamik
(misalnya, CVP,
MAP, tekanan kapiler
pulmonal / arteri)
11. Memantau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya, PaO2
kadar hemoglobin
SaO2, CO), jika
tersedia
12. Memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan / atau
tonometry lambung,
sesuai
13. Memonitor gejala
gagal pernafasan
(misalnya, rendah
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan)
14. Monitor nilai
laboratorium
(misalnya, CBC
dengan diferensial)
koagulasi
profil,ABC, tingkat
laktat, budaya, dan
profil kimia)
31