Anda di halaman 1dari 22

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN REHABILITAS GEDUNG JURUSAN KEHUTANAN


UNIVERSITAS PATTIMURA

SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT TEKNIS UMUM PELAKSANAAN DAN


PENYELESAIAN PEKERJAAN

PASAL 1 : PERATURAN TEKNIS UMUM


Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan
ketentuan seperti tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan-
perubahan hingga saat ini seperti :
a) Peraturan Perundang-undangan yang dikeluarkan Pemerintah
Republik Indonesia.
b) Standar Industri Indonesia (SII)
c) Peraturan-Peraturan Umum (Algemene Voorwaarden) disingkat
A.V.41.
d) Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971
e) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961
f) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 disingkat
PPBBI.
g) Peraturan tentang Instalasi Listrik PUIL-1989 dan Ketetapan PLN.
h) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979 dan Perusahaan Air
Minum.
i) Peraturan Kebakaran Menteri Pekerjaan Umum
No.02/”KMK”TS/1985.
j) Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan DepartemenTenaga
Kerja tentang pengguna-an tenaga keselamatan dan kesehatan kerja.
k) Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia
disingkat DTPI 1969.
l) Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan
Gedung Negara oleh Departemen Pekerjaan Umum.
m) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1983.
n) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
1983 beserta pedomannya.
o) American Society For Testing Materials (ASTM).
p) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-
1982.
q) Peraturan Cat Indonesia ( NI – 4 ).
r) Peraturan Semen Portland (NI – 8).
s) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SK–SNI–T–15–1991–03.
t) Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK.SNI T
– 15 1990 – 03).
u) Pepres R.I. No. 70 Tahun 2012.
v) Ketentuan-ketentuan lain yang ada termasuk ketentuan-
ketentuan pengganti serta petunjuk-petunjuk dari Direksi /
Pengawas.

PASAL 2 : URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB


PELAKSANAAN
2.1. Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari terlebih
dahulu dengan seksama gambar kerja, Rencana kerja dan Syarat-
Syarat beserta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Kontraktor
diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas setiap ada
perbedaan ukuran dari gambar-gambar, termasuk antara gambar
dan RKS untuk mendapat persetujuan, bila tidak maka akibat dari
kelalaian tersebut, dalam hal ini menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari Kontraktor.
2.2. Penyerahan Lapangan Area Tempat Pekerjaan akan diserahkan
kepada Kontraktor segera sesudah dikeluarkan Surat Keputusan
Penunjukan (SPK), dalam keadaan seperti waktu pemberian
penjelasan pekerjaan.
Kontraktor dianggap sudah memahami benar-benar mengenai :
a. Letak bangunan yang akan dibangun.
b. Batas-batas persil/kaveling maupun keadaannya pada waktu
itu.
c. Keadaan kontur tanah.
d. Segala sesuatu yang ada dilokasi.
2.3. Kotraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan
Dokumen Kontrak (Gambar-gambar, RKS, Kontrak, Berita Acara)
ditempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
2.4. Atas perintah Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas kepada
kontraktor dapat dimintakan membuat gambar-gambar penjelasan
dan perincian bagian-bagian khusus, dengan semua biaya atas
beban Kontraktor. Gambar-gambar tersebut setelah disetujui
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas menjadi kelengkapan
gambar-gambar pelaksanaan.
2.5. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun
yang pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan,
Pelaksana berhubungan dengan Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk ikut
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan
pengesahan /persetujuannya.
2.6. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan dari
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara
tertulis.
2.7. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan proyek ini harus benar-benar baru dan teliti mengenai
mutu, ukuran dan lain-lain di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan
tersebut diatas harus mendapatkan pengesahan/persetujuan dari
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi
Tugas sebelum akan dimulai pelaksanaannya.
2.8. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian /
perapihan, dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Pelaksana yang
benar-benar ahli.
2.9. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan
pembangunan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
2.10. Cara-cara menimbun bahan-bahan dilapangan, digudang harus
memenuhi syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.

PASAL 3 : JADWAL
Paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya Surat Penunjukan,
Kontraktor diharuskan mengajukan :
3.1. Jadwal waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara terperinci
3.2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
3.3. Jadwal Pengadaan Bahan dan Peralatan Kerja.
3.4. Diagram Arus Tunai (Cash – Flow).
Bagan-bagan yang disebut diatas (3.1 sampai dengan 3.4) harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas sebagai dasar/patokan kontraktor dalam
melaksanakan pekerjaan dan wajib mengikutinya.

PASAL 4 : PENENTUAN PEIL DAN UKURAN


4.1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas, bagian pekerjaan yang akan
dimulai, untuk dicetak terlebih dahulu ketentuan peil-peil dan
ukuran-ukurannya.
4.2. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran – ukuran satu
sama lain dalam tiap pekerjaan dan segera melaporkan secara
tertulis kepada Direksi Pekerjaan / konsultan Pengawas, setiap
terdapat selisih / perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan
keputusan pembetulannya. Tidak dibenarkan Pelaksana kontraktor
membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
4.3. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam
gambar kerja.
4.4. Mengingat setiap kesalahan selaluakan mempengaruhi bagian-bagian
pekerjaan selanjutnya, maka ketetapanpeil dan ukuran tersebut
mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor
dalam hal ini tidak ditolirir dan Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas berhak untuk
membongkar pekerjaan atas biaya Kontraktor.
4.5. Alat Ukur yang dipakai minimal adalah Waterpas dan Thedolite yang
sudah dikalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat
dipertanggung jawabkan.
4.6. Peil Dasar
- Lantai dasar gedung adalah peil ±0,00
- As jalan adalah peil -0,5

PASAL 5 : PEMAKAIAN UKURAN


5.1. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menempati semua
ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
dan gambar – gambar berikut tambahan dan perubahannya.
5.2. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran
keseluruhan maupun bagian-bagiannya dan memberitahukan
kepada Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas tentang setiap
perbedaan yang ditemukannya di dalam RKS dan gambar-gambar
maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor baru diijinkan
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
5.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan di
dalam hal apa pun menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh
karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan mengadakan
pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang
ada.

PASAL 6 : PENYERAHAN SKEMA ORGANISASI PROYEK


6.1 Bersamaan waktunya dengan penyerahan Rencana Kerja
Kontraktor wajib pula menyerahkan suatu bentuk Skema Organisasi
yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek ini, untuk
diperiksa dan mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas.
6.2 Sebagai lampiran dari Skema Organisasi tersebut, Kontraktor harus
menyerahkan suatu daftar usulan nama-nama petugas yang akan
ditugaskan diproyek ini lengkap dengan jabatan daftar riwayat
hidup / pengalaman kerjanya.

PASAL 7 : PENYERAHAN WEWENANG KEPADA KUASA KONTRAKTOR


7.1 Kontraktor wajib menetapkan seorang petugas yang akan bertindak
sebagai wakil atau kuasanya untuk mengatur dan memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan (untuk selanjutnya disebut
Pelaksana).
7.2 Pemberi kuasa ini sama sekali tidak berarti mengurangi tanggung
jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan baik sebagian
atau pun keseluruhan.

PASAL 8 : TENAGA AHLI (PEKERJAAN KHUSUS)


8.1. Kontraktor harus menyertakan tenaga ahli yang telah ditunjuk oleh
pabrik pembuat bahan. Peralatan yang dipasang untuk mengawasi,
memeriksa dan menyetel pemasangan bahan, peralatan hingga
bahan / peralatan tersebut bisa berfungsi dengan sempurna.
8.2. Kontraktor harus menugaskan minimal 2 orang tenaga ahli yang
harus selalu berada di proyek.

PASAL 9 : PEMBERHENTIAN PELAKSANA / PETUGAS


9.1. Bila dikemudian hari ternyata Pelaksana dan Petugas yang ditunjuk
Kontraktor, oleh Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas dianggap
kurang atau tidak mampu menunjukan kecakapannya maka Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas berhak memerintahkan Kontraktor
untuk mengganti Pelaksana / Petugas tersebut.
9.2. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah Surat
Perintah Direksi Pekerjaan tesebut keluar. Kontraktor harus sudah
menunjuk seorang Pelaksana/ Petugas yang baru yang memenuhi
persyaratan yang di minta.

PASAL 10 : IKLAN
Pelaksana tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun
dilapangan kerja atau ditanah yang berdekatan tanpa izin dari Direksi
Pekerjaan / Konsultan pengawas.

PASAL 11 : JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR


11.1.Pemakaian jalan masuk ketempat pekerjaan menjadi tanggung
jawab pihak Kontraktor dan sesuai dengan kebutuhan proyek
tersebut.
11.2.Kontraktor diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada
waktu penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan yang
diakibatkan dan menjadi beban Kontraktor.
11.3.Perizinan tentang jalan keluar masuk proyek menjadi tanggung
jawab Kontraktor termasuk biaya yang timbul.
PASAL 12 : PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor wajib menyediakan Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam peraturan Pemerintah Daerah Setempat.
PASAL 13 : PENYEDIAAN TEMPAT / RUANG KERJA / KANTOR DIREKSI DAN
KONSULTAN PENGAWAS
13.1. Kontraktor wajib membangun sebuah bangunan yang akan
digunakan untuk kantor petugas-petugas Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas hingga cukup memenuhi syarat sebagai suatu
ruang kerja dan mengadakan rapat-rapat lapangan (Site Meeting).
Gambar dan ukuran akan ditentukan.
13.2. Kantor Direksi Lapangan
a. Kantor Direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman
untuk menyimpan dokumen-dokumen proyek selama
pelaksanaan proyek.
b. Di dalam Kantor Direksi Lapangan harus ditempatkan ruang WC
dengan baik air bersih secukupnya dan dirawat kebersihannya.
c. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di proyek :
 1 (satu) alat ukur Theodolite
 1 (satu) alat ukur Schuidmaat (jangka sorong)
 1 (satu) mesin tik portable 18”
 1 (satu) kamera biasa lengkap dengan blitsnya
 2 (dua) pasang sepatu proyek dan helm proyek.
13.3. Kantor Pemborong dan Los Kerja
a. Pemborong harus menyediakan 3 (tiga) buah penyemprot api
(extinguzer) 20 kgs /cm2. 1 (satu) di Pemborong, 1 (satu)
diletakan di kantor Direksi Lapangan. 1 (satu) diletakan di
daerah yang strtegis di los kerja.
b. Khusus untuk tempat simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil
harus dibuatkan kotak simpan di pagar dengan dinding papan,
sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan
lainnya.
Pemborong tidak diperkenankan :
 Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar
proyek, walaupun untuk sementara.
 Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Direksi Lapangan
karena tidak memenuhi syarat.

PASAL 14 : PEKERJAAN JARING PENYELELAMAT


14.1.Bila pelaksanaan pembangunan sudah dimulai pada pelaksanaan
lantai satu dan seterusnya, Kontraktor harus menyiapkan jaring
penyelamat.
14.2.Jaring penyelamat ini harus dari bahan kuat dan ulet sehingga
dapat menahan benda-benda atau apapun yang terjatuh,
khususnya untuk melindungi benda yang terjatuh.
14.3.Sebelum melaksanakan pekerjaan pokok Kontraktor harus
membuat pagar keliling proyek dari seng gelombang setinggi +
2,20 m (variasi).

PASAL 15 : KECELAKAAN DAN KESEHATAN


15.1.Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung
menjadi beban Pelaksana.
15.2.Pelaksana diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut
kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih
dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
15.3.terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam,
segala pembiayaan nya menjadi beban Pelaksana.
15.4.Pelaksana diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran
jenis ABC (segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galah-galah
dan lain sebagainya.
15.5.Pelaksana diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-
karyawannya.
15.6.Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Pelaksana harus
mengikuti semua ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh
Jawatan Instansi Pemerintah CQ Undang-Undang Kesehatan kerja
dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahannya
yang hingga kini masih berlaku.

PASAL 16 : PENGAMANAN
16.1. Pelaksana bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada
di daerahnya ialah mengenai :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian /
kecerobohan yang sengaja ataupun tidak disengaja.
b. Penggunaan sesuatu yang keliru /salah
c. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat / bahan-bahan yang ada
di daerahnya.
16.2. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas Pelaksana
harus melaporkan kepada Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas
yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dalam waktu paling lambat 24
jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.
16.3. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas Pelaksana harus
mengadakan pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan
malam, pemagaran sementara dan sebagainya.
16.4. Setiap pekerja harus memakai alat-alat pengaman dalam
pelaksanaannya, agar supaya keselamatan lingkungan dan pekerja
dapat terjamin dengan baik.

PASAL 17 : PENGAWASAN
17.1. Setiap saat Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk
oleh Pemberi Tugas harus dapat dengan mudah mengawasi,
memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan
peralatan, Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
17.2. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapai luput dari
pengawasan Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas Proyek yang
ditunjuk oleh pemberi Tugas menjadi tangungjawab Pelaksana.

17.3. Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja


normal sehingga diperlukan pengawasan oleh Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas yang ditunjuk olek Pemberi Tugas, maka
segala biaya untuk itu menjadi beban Pelaksana. Permohonan oleh
Pelaksana untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus dengan
surat disampaikan kepada Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas
yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas. Biaya pengawasan tambahan
disesuaikan dengan billing rate yang berlaku dari BAPPENAS.
17.4. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan
petugas-petugas Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang
ditunjuk oleh Pemberi Tugas adalah terbatas pada soal-soal yang
jelas tercantum / dimasukan didalam gambar-gambar dan RKS
dan Risalah Penjelasan. Penyimpangan dari padanya haruslah
seizin Pemilik Proyek.

PASAL 18 : PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG


18.1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu
bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan standard
minimal mutu / kualitas bahan dan barang yang digunakan.
18.2. Setiap barang dan bahan yang ada digunakan harus disampaikan
kepada Direksi Pekerjaan Konsultan Pengawas oleh Pelaksana
untuk mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek dan Konsultan
Perencana. Waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum
pekerjaannya dimulai.
18.3. Setiap usulan yang tidak sesuai petunjuk RKS, serta gambar-
gambar dan Risalah Penjelasan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas / Pemilik
Proyek.
18.4. Contoh-contoh dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan
harus diajukan dan di adakan Pelaksana / Kontraktor atas biaya
Pelaksana dan setelah disetujui oleh Pemilik Proyek, Konsultan
Perencana dan konsultan Pengawas maka sesuai contoh bahan dan
barang tersebut yang sudah disetujui akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti.
18.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas untuk dijadikan dasar penolakan
bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan
contoh baik kualitas maupun sifatnya.
18.6. Dalam pengajuan harga penawaran, Pelaksana harus sudah
memasukan sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai
bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Pelaksana
tetap bertangung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan
barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemilik Proyek
atau Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.

PASAL 19 : RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT SERTA GAMBAR KERJA


19.1. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak
terpisahkan dari pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
19.2. Jika terdapat perbedaan–perbedaan antara gambar-gambar dengan
RKS. Pelaksana diwajibkan mengajukan pernyataan tertulis
kepada Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dan
Pelaksana diwajibkan pula mentaati dan mengikuti keputusan
Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas.
19.3. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan
terakhirlah yang berlaku, dan ukuran dengan angka adalah yang
harus diikuti dari pada ukuran skala dari gambar-gambar, tetapi
jika mungkin ukuran ini harus mengambil dari pekerjaan yang
sudah selesai.
19.4. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar
atau diperlukan gambar tambahan / gambar detail untuk
membesarkan gambar-gambar, atau untuk memungkinkan
Pelaksana melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan, maka Pelaksana harus dapat membuat gambar
tersebut dan dibuat 3 (tiga) rangkap gambar atas biaya Pelaksana.
19.5. Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-
gambar, RKS atau Dokumen Kontrak lainnya, yang berlainan dan
atau penjelasan – penjelasannya bertentangan, maka ini harus
diartikan bukan untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau hal
yang menyangkut kelainan harus diinformasikan kepada Direksi
Pekerjaan / konsultan Pengawas untuk mendapatkan
keputusannya.
19.6. RKS, Daftar Volume Pekerjaan dan Gambar Kerja.

PASAL 20 : PEMBUATAN GAMBAR PELAKSANAAN / GAMBAR KERJA (SHOP


DRAWING)
20.1. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan guna
pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat berdasarkan gambar-
gambar kerja dan disampaikan kepada Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
20.2. Pekerjaan Pelaksana belum dapat dimulai sebelum gambar
pelaksanaan tersebut disetujui Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas.
20.3. Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas harus mempunyai waktu yang cukup untuk
mengikuti gambar pelaksanaan yang diusulkan oleh Pelaksana.
20.4. Persetujuan terhadap gambar pelaksana bukan berarti
menghilangkan tanggung jawab pihak Pelaksana terhadap
pelaksana pekerjaan tersebut, Kelambatan atas proses ini tidak
berarti Pelaksana mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan.
20.5. Gambar tersebut diatas harus dalam rangkap 3 (tiga)
berikut kalkirnya dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh
Pelaksana.

PASAL 21 : PENYEDIAAN PERALATAN KERJA


21.1. Kontraktor wajib menyediakan segala peralatan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaannya dengan baik dan
sempurna, termasuk membongkar / merapikan / membawa keluar
segala peralatan tersebut setelah tidak diperlukan lagi.
21.2. Peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan
bentuk, ukuran, kapasitas dan sebagainya untuk bisa melayani
kebutuhan pelaksanaan pekerjaan ini.
21.3. Peralatan-peralatan tersebut harus dalam keadaan baik dan
selalu siap untuk digunakan. Peralatan yang tidak bisa berfungsi
dengan baik harus segera diperbaikai atau kalau tidak mungkin
harus diganti dengan yang masih berfungsi dengan baik.
21.4. Peralatan yang harus disediakan minimal terdiri dari :
- Alat pemadat sesuai kebutuhan.
- Theodolite dan Waterpass (apabila diperlukan)
- Stamper
- Scaffolding
- Mesin Pengaduk Beton (Beton Molen)
- Genset (Generator Set)
- Peralatan Pokok lainnya yang diperlukan.
Kontraktor wajib menyediakan tenaga operator yang mampu
melayani peralatan tersebut diatas.
21.5. Segala biaya yang diperlukan untuk penyediaan peralatan
dan operatornya menjadi tanggungan Kontraktor, termasuk biaya
perawatan, perbaikan dan pembongkaran kembali paralatan
tersebut.

PASAL 22 : PENYEDIAAN BAHAN


22.1. Kontraktor wajib menyediakan bahan bangunan yang
diperlukan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan. Untuk
beton bertulang syarat-syarat dalam PBI – 1971.
22.2. Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas berwewenang
meminta keterangan mengenai asal usul bahan dan Kontraktor
wajib menjelaskannya.
22.3. Bahan-bahan yang akan digunakan, sebelumnya harus
dimintakan persetujuan terlebih dahulu pada Direksi Pekerjaan /
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana untuk itu
Kontraktor wajib menyerahkan contoh-contoh bahan yang
diusulkan disertai brosur-brosur asli / sertifikat-sertifikat yang
diperlukan.
22.4. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ketempat pekerjaan
tapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi Pekerjaan /Konsultan
Pengawas harus segera disingkirkan dari tempat kerja selambat-
lambatnya 24 jam sesudah penolakan tersebut. Bagian pekerjaan
yang telah dimulai tapi masih menggunakan bahan yang ditolak,
harus segera dihentikan dan dibongkar.
22.5. Kontraktor wajib mengirimkan contoh bahan tersebut diatas
kepada laboratorium penelitian bahan yang ditentukan, apabila
Direksi Pekerjaan/ Konsultan Pengawas masih sanksi dan merasa
perlu meneliti kualitas barang yang diusulkan tersebut .
22.6. Biaya penelitian bahan di laboratorium menjadi tanggungan
Kontraktor.

PASAL 23 : TATA CARA UNTUK MEMULAI SUATU JENIS PEKERJAAN


23.1. Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan
mengakibatkan pada jenis pekerjaan lain yang tidak dapat
diperiksa / tertutup oleh jenis pekerjaan tersebut, maka
Kontraktor wajib meminta pada Direksi Pekerjaan / Konsultan
Pengawas secara tertulis, untuk memeriksa bagian pekerjaan
yang akan ditutup itu. Setelah pekerjaan yang akan tertutup
tersebut dinyatakan baik, baru Kontraktor diperkenankan
melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
23.2. Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut diatas
tidak diwajibkan oleh Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas,
dalam waktu 2x24 jam sejak jam diterimanya permohonan
tersebut (tidak terhitung hari libur resmi), maka Kontraktor boleh
melanjutkan pekerjaan tersebut. Kecuali apabila Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas meminta perpanjangan waktu
pemeriksaan dan Kontraktor menyetujuinya.
23.3. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh
Kontraktor, maka Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas berhak
menginstruksikan untuk membongkar bagian-bagian yang sudah
dikerjakan baik sebagian maupun seluruhnya untuk keperluan
pemeriksaan atau perbaikan. Biaya pembongkaran dan
pemasangan kembali akan dibebankan kepada Kontraktor.

PASAL 24 : TATA CARA PENILAIAN PRESTASI PEKERJAAN


Pekerjaan–pekerjaan yang sudah terpasang dengan baik dan sudah
diterima oleh Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas dapat dihitung
prestasi dengan nilai 100 %. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke
lokasi proyek tetapi belum terpasang, tidak dapat dinilai prestasinya.

PASAL 25 : KOORDINASI DENGAN SUB KONTRAKTOR


Apabila ada bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan kepada Pihak
Ketiga (Sub Kontraktor) sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
kontrak, maka untuk ini Kontraktor wajib mengatur koordinasi kerja
dengan pihak ketiga tersebut. Tanggung jawab atas kwalitas pekerjaan
yang telah diserahkan pada pihak ketiga ini tetap berada ditangan
Kontraktor.

PASAL 26 : PERLINDUNGAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN


Kontraktor wajib mengadakan perlindungan yang diperlukan pada hasil
pekerjaan yang sedang dan sudah selesai dilaksanakan terhadap hal-hal
yang dapat menimbulkan kerusakan.

PASAL 27 : PENYEDIAAN DOKUMEN PELAKSANAAN DI LAPANGAN


27.1. Kontrktor wajib menyediakan 2 set seluruh dokumen
pelaksana seperti yang disebut dalam pasal 33 RKS ini, untuk
masing-masing diletakan di Kantor Pelaksana dan Kantor Direksi /
Konsultan Pengawas dilapangan.
27.2. Seluruh dokumen tersebut diatas harus dalam keadaan jelas
mudah dibaca dan sudah mencantumkan perubahan-perubahan
terakhir.
27.3. Biaya penyediaan dokumen-dokumen tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor.

PASAL 28 : TANGGUNG JAWAB DALAM MASA PEMELIHARAAN


28.1. Dalam masa pemeliharaan, Kontraktor tetap bertanggung
jawab untuk memelihara pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut ada
pekerjaan – pekerjaan yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan /Konsultan Pengawas,
maka Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan tersebut
secepatnya.
28.2. Apabila dalam masa pemeliharaan ini Kontraktor tidak
melaksanakan perbaikan-perbaikan seperti yang diminta Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas, maka prestasi pekerjaan akan
dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan yang belum diperbaiki
tersebut dan penyerahan kedua tidak dapat dilaksanakan.

PASAL 29 : GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN


29.1. Pelaksana pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar -
gambar terakhir sesuai dengan yang terpasang atau yang telah
dilaksanakan (As Built Drawing). Gambar yang sesuai dengan
kenyataan tersebut harus disetujui Direksi Pekerjaan /Konsultan
Pengawas.
29.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut
kalkirnya (gambar asli) dan semua biaya pembuatanya ditanggung
oleh Pelaksana.

PASAL 30 : KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA /


KONTRAKTOR SUB KONTRAKTOR
30.1. Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dari Kontraktor satu
dengan Kontraktor lain, harus selalu dalam koordinasi yang baik
agar kerusakan dari masing-masing bidang pekerjaannya dapat
dihindari.
30.2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari, Kontraktor
yang bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak
tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik
Proyek atau Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas secara
tertulis.

PASAL 31 : PENYERAHAN PERTAMA


Pada akhir pekerjaan menjelang penyerahan pertama :
31.1. Semua bangunan sementara dibongkar setelah mendapat
izin dari Pemilik Proyek Direksi Pekerjaan / Konsultan Pengawas
atau yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
31.2. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik , bersih
utuh tanpa cacat.
31.3. Pelaksana diwajibkan menyerahkan kepada Pemilik Proyek
atau Direksi Pekerjaan / konsultan Pengawas berupa :
a. 3 (tiga) gambar “As Built Drawing” dan seluruh
pekerjaan yang dilaksanakan termasuk gambar perubahan
dari rencana.
b. 3 (tiga) album photo berwarna.
31.4. Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, sampah dan
lain-lain yang tidak berguna pada pelaksanaan pembangunan.

B. RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN DAN


PENYELESAIAN PEKERJAAN .....................................

Pasal 1 : URAIAN PEKERJAAN


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah pekerjaan seperti pada
surat perjanjian kerja.

b. Sarana Bekerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus
menyediakan sarana & prasarana :
1. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
2. Alat bantu seperti : beton molen, pompa air, alat pengangkut dan
peralatan lainnya yang diperlukan selama perkerjaan
pelaksanaan.
3. Bahan-bahan bagunan dalam jumlah yang cukup untuk
pekerjaan yang akan dilaksanakan agar tepat waktu.
c. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan
ketentuan dalam Gambar Rencana, Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS), Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwizjing) dan mengikuti
petunjuk serta keputusan Konsultan Pengawas dan Pihak Proyek.

Pasal2 : SITUASI DAN UKURAN


a. Situasi
1. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah
bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal yang dapat
mengurangi penawaran.
2. Kelalain atau kekurangan ketelitian kontraktor dalam hal ini tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.

b. Ukuran
1. Ukuran satuan yang digunakan di sini semuanya dinyatakan
dalam satuan m/cm, kecuali untuk baja dinyatakan dalam inchi
atau mm.
2. Lantai permukaan bangunan ditentukan kira-kira 50 cm dari
permukaan jalan yang ada dan selanjutnya akan diadakan
penjelasan dilapangan.
3. Pemasangan papan bangunan (Bouwplank) :
Ketetapan letak ukuran di bawah pengawasan Konsultan
Pengawas dengan piket/patok yang dipasang kuat-kuat dan
papan terentang dengan ketebalan 2 cm yang diketam rata pada
sisi atasnya.
4. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 3 (tiga) orang
pembantu yang ahli dalam cara mengukur, alat penyipat datar
(Theodolite, Waterpass) prisma silang dan lain-lain peralatan
yang diperlukan dalam pengukuran menurut situasi dan kondisi
tanah bangunan.

Pasal3 : PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Persiapan Lokasi
Kontraktor harus membersihkan lokasi dari segala sesuatu yang
kemungkinan akan dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang
sesuai petunjuk atau persetujuan Konsultan Pengawas, termasuk di
dalam perataan tanah dasar, dan lain-lain pembersihan.

b. Papan Nama Proyek


Kontraktor diharuskan memasang Papan Nama Proyek. Papan Nama
Proyek dengan ukuran dan besar menurut standar yang berlaku.

c. Bangunan Sementara
Kontraktor diwajibkan menyediakan bangunan sementara / bangunan
yang dikontrakkan untuk digunakan sebagai kantor direksi, bedeng
buruh dan gudang untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan dimaksud.
Pasal 4 : PEKERJAAN PEMBANGUNAN
a. Pekerjaan Galian Tanah
1. Kontraktor harus melakukan galian tanah pondasi telapakdan
pondasi pasangan batu kali sesuai ukuran lebar dan kedalaman
seperti dinyatakan dalam gambar kerja.
2. Galian tanah dibentuk / digali sesuai gambar, baik dalam arah
memanjang maupun arah melintangnya.
b. Pekerjaan Urugan
1. Urugan Tanah Kembali
Tanah bekas galian bila akan dijadikan sebagai bahan tanah
urugan, maka harus bersih dari kotoran, humus / sampah yang
menyebabkan pemadatan tidak optimal.
2. Urugan / Tanah Timbunan
Pengurugan tanah baru pada bagian-bagian sesuai petunjuk
gambar baik lebar maupun tingginya, dan harus ditimbun lapis
demi lapis yang setiap lapis tebalnya 20 cm dan dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat / stamper pada pekerjaan
pasangan batu talud.
3. Urugan Pasir
Pengurugan pasir di bawah pondasiatau pada tempat lain sesuai
gambar rencana atau petunjuk Direksi.

c. Pekerjaan Pasangan Batu Kali


1. Konstruksi pondasi yang direncanakan adalah pondasi
Footplat/pondasi Telapak dan pondasi pasangan batu kali.
2. Pondasi pasangan batu kali menggunakan campuran 1 Pasir : 3
Batu kali yang mana ukurannya dapat dilihat pada gambar
rencana.
3. Sebelum pondasi di pasang, terlebih dahulu dibuat profil-profil
pondasi dari kayu pada setiap sudut galian dengan bentuk dan
ukuran yang sesuai dengan penampang pondasi.
4. Adukan untuk mendukung pondasi sedemikian rupa, sehingga
tidak ada bagian yang berongga/tidak padat.

d. Pekerjaan Beton
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan beton bertulang berlaku peraturan
sebagai berikut :
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 N. I. 2).
 Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan.
2. Gambar-Gambar Konstruksi
 Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi.
 Apabila ternyata ada yang bertentangan antara gambar
konstruksi dengan gambar detail maka yang berlaku adalah
pada dasarnya gambar konstruksi, namun terlebih dahulu
dibicarakan dengan Direksi Pekerjaan.
 Pihak pemborong wajib memberikan laporan mengenai hal-hal
diatas kepada direksi sebelum melaksanakan setiap item
pekerjaan agar bentuk dan kualitas pekerjaan sesuai dengan
rencana/gambar.
3. Beton
Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah beton K-300 & K-250 untuk
pekerjaan beton struktur, beton K-175 untuk beton non struktur
serta beton K-100 untuklantai kerja.
4. Cara mengadukan harus menggunakan beton molen, ketentuan-
ketentuan lain mengikuti PBI 1971
5. Bahan-bahan adukan beton.
a. Semen
 Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk
dari mutu yang baik dan atas persetujuan Direksi
misalnya Semen Gresik, Tonasa, Bosowa, Tiga Roda atau
setara.
 Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak
diperkenan kan untuk dipergunakan.
b. Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butiran yang
bersih dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan
sebagainya dan memenuhi komposisi butiran serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik
mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat-
syarat yang dicantumkan dalam PBI 1971.
d. Tempat penyimpanan/timbunan pasir dan kerikil harus
dipisahkan satu dengan lainnya, sehingga dapat dijamin
kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan
perbandingan adukan beton yang tepat.
6. Air
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, garam alkali dan bahan-bahan
organik /bahan lain yang dapat merusak beton.
b. Ketentuan-ketentuan yang lain akan ditentukan oleh Direksi.
7. Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan adalah besi polos U-24 dan besi
ulir U-32 untuk pembesianpondasi telapak, kolom, balok
serta plat beton dan pekerjaan lain.
b. Besi beton harus bersih dari lapisan minyak/karat dan bebas
dari cacat-cacat. Serta penampang bulat dan memenuhi
syarat yang di tentukan dalam PBI 1971.
c. Pemasangan besi beton.
 Pasangan besi beton harus disesuaikan dg gambar
konstruksi.
 Besi beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi
tersebut tidak terlepas/tergeser selama pengecoran dan
harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan
memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI
1971.
 Apabila besi beton dipasang lebih dari satu lapis, maka
antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lainnya
harus dipisahkan dengan potongan besi beton dengan
diameter/ukuran yg sama.
 Ketentuan-ketentaun yang lain mengikuti dan sesuai
dengan PBI 1971.
8. Acuan
Bahan acuan/bekisting digunakan kayu kelas II yang kering dan
dapat digunakan untuk pekerjaan acuan beton.

e. Pekerjaan Pasangan Dinding


Bahan yang digunakan adalah batu bata merah, ukuran yang sama
dengan sudut yang betul-betul siku. Batu bata merah dapat dipasang
atas persetujuan Direksi.
Sebelum digunakan batu bata merah harus direndam dalam air
dengan menggunakan bak, hingga jenuh. Setelah batu bata merah
terpasang dengan adukan siar-siar harus dikorek rapi dan
dibersihkan. Disikat dengan sapu lidi untuk kemudian disiram dengan
air. Tidak boleh memasang batu bata merah dengan ketinggian lebih
dari 2 (dua) meter untuk sekali pemasangan.
Bagian pasangan bata merah yang berhubungan dengan bagian
pekerjaan beton harus diberi penguat stek-stek besi Ø 8 mm, jarak
20 cm yang telebih dahulu telah ditanam dengan baik pada pekerjaan
beton. Bagian yang tertanam pada pasangan bata merah,
mempunyai panjang 20 cm kecuali ditentukan lain oleh direksi.
Pasangan dinding bata merah menggunakan adukan 1 PC : 4 Pasir.
Sedangkan untuk Pasangan dinding trasram bata merah
menggunakan adukan 1 PC : 2 Pasir.

f. Pekerjaan Plesteran
Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, dinding harus dibasahi dengan
menggunakan air hingga jenuh supaya adukan plesteran dalam
menempel dengan sempurna.
1. Plesteran dinding luar / dalam menggunakan adulan 1 PC : 4
Pasir
2. Plesteran dinding trasram menggunakan adulan 1 PC : 2 Pasir
3. Plesteran beton menggunakan adulan 1 PC : 2 Pasir

f. Pekerjaan Acian
Dinding sebelum diaci, harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
hingga jenuh airnya.

g. Pekerjaan Keramik Lantai


Permukaan Lantai dalam pasarbaik area los maupun kios digunakan
keramik ukuran 20 x 20 cm warna putih gloss,KM/KC & ruang wudlu
digunakan keramik ukuran 20 x 20 cm abu-abu type rock, meja
pedagang digunakan keramik ukuran 20 x 20 cm warna putih gloss..
Semua keramik yang digunakan harusberkualitas baik (disesuaikan
dengan gambar) dan atas persetujuan Direksi misalnya Asia tile atau
yang setara.
h. Pekerjaan Keramik Dinding
Semua keramik dinding digunakan keramik ukuran 20 x 20 cm warna
putih gloss, kecuali dinding KM/KC & ruang wudlu digunakan keramik
ukuran 20 x 20 cm abu-abu gloss. Sedangkan plint lantai
menggunakan plint keramik ukuran 10 x 20 cm warna putih gloss.
Semua keramik yang digunakan harusberkualitas baik (disesuaikan
dengan gambar) dan atas persetujuan Direksi misalnya Asia tile atau
yang setara.

i. Adukan dan Campuran


1. Perbandingan dari berbagai adukan, diberikan dalam daftar
dibawah ini, angka-angka yang tertera menyatakan
perbandingan jumlah isi yang ditakar dalam keadaan kering.
2. Kotak-kotak ukuran dibuat dengan ukuran yang sama sesuai
dengan volume 1 sak PC. Diselenggarakan atas petunjuk dan
persetujuan Direksi Pengawas.
3. Daftar Adukan :
PC Ps Krl
Pasangan pondasi batu kali 1 4 -
Pasangan dinding bata merah 1 4 -
Pasangan dinding trasram bata merah 1 2 -
Plesteran pasangan bata merah 1 4 -
Plesteran tembok luar 1 4 -
Plesteran trasram 1 2 -
Plesteran beton 1 2 -

j. Pekerjaan Atap
1. Pekerjaan Atap Bangunan
a. Penutup atap digunakan bahan Atap Alderondengan
ketebalan 10 mm yang berkualitas baik dan atas persetujuan
Direksi atau yang setara.
b. Konstruksi atap bangunan menggunakan Konstruksi Baja
berat.
- Kolom struktur digunakan WF 300.150.6,5.9 sedangkan
kolom teritisan digunakan WF 200.100.5,5.8
- Kuda-kuda baja digunakan WF 250.125.6.9
- Balok digunakan WF 300.150.6,5.9 sedangkan ring balok
digunakan WF 200.100.5,5.8
- Gording digunakan Canal C 125.50.20.3,2
- Plat pengaku tebal 10 mm & 8 mm
- Endplate tebal 16 mm & 10 mm
- Angkur HTB M22 panjang 750 mm
- Baut HTB M19 & M16
Semua bahan baja harus sesuai dengan gambar kerja yang
berkualitas baikdan atas persetujuan Direksi misalnya
gunung steel atau yang setara.
2. Pekerjaan lisplank menggunakan bahan pabrikan dengan lebar
20 cmuntuk atap utama dan lebar 15 cm untuk atap teritisan.
Lisplank harus berkualitas baik dan atas persetujuan Direksi
misalnya GRC atau yang setara.
3. Sebelum pengadaan bahan atap kontraktor diwajibkan
mengajukan contoh untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
k. Pekerjaan Kusen, Pintu & Jendela
1. Kusen dibuat dari Allumunium Natural dengan ukuran 3”
berkualitas baik.
2. Kontraktor wajib menjaga agar Allumunium yang terpasang
bebas dari cacat ataupun akibat dari dari lubang-lubang bekas
penyetelan penunjang dan penyiku.
3. Daun pintu dibuat dari rangka alluminium dan kaca polos 5 mm.
4. Daun jendela dibuat dari rangka alluminium dan kaca polos 5
mm.
5. Jendela boven dibuat dari rangka alluminium dan kaca polos 5
mm serta kaca naco.
6. Jendela Boven KM/WC menggunakan besi siku dan kawat
harmonika 25x25 difinished dengan cat.
7. Kusen pintu besi menggunakan besi galvanis 3” sedangkan daun
pintu dari galvanis dia 1” difinished dengan cat.
8. Jika pekerjaan Kusen, pintu dan jendela ini dianggap belum
dapat disetujui oleh Direksi, maka kontraktor wajib
mempernbaiki, termasuk membongkar dan memasang kembali
atas tanggung jawab biaya sendiri.

l. Pekerjaan Penggantung
1. Engsel pintu & jendela menggunakan engsel kupu yang
berkualitas baik dan dapat disetujui oleh Direksi. Sedangkan
engsel pintu besi menggunakan engsel bubut 12 mm.
2. Kunci pintu menggunakan kunci slaag yang berkualitas baik
misalnya solid atau yang setara.
3. Gerendel pintu & jendela harus berkualitas baik dan dapat
disetujui oleh Direksi.
4. Daun pintu dibuat dari rangka alluminium dan kaca polos 5 mm.

m. Pekerjaan Langit-Langit/Plafond
1. Langit-langit/plafond digunakan bahan gypsumdengan tebal 9
mm sedangkan untuk langit-langit/plafond KM/WV & ruang wudlu
menggunakan kalsiboard 6 mm atau sesuai gambar dan
berkualitas baik misalnya Kalsiboard, Hexaboard atau yang
setara.
2. Rangka langit-langit dan balok penggantung langit-langit terbuat
dari Hollow galvalum ukuran 4 x 4 cm dan 2 x 4 cm yang
berkualitas baik misalnya SKU, Aplus atau yang setara.
3. Sebelum pengadaan bahan langit-langit kontraktor diwajibkan
mengajukan contoh untuk mendapatkan persetujuan Direksi.

n. Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan cat terdiri atas :
1. Pekerjaan cat untuk mengecat dinding luar
2. Pekerjaan cat untuk mengecat dinding dalam dan plafond
3. Pekerjaan cat untuk mengecat permukaan Lisplank GRC
4. Pekerjaan cat untuk besi & baja

1. Pekerjaan cat untuk mengecat dinding luar


i. Permukaan dinding yang akan di cat sebelumnya harus diaci.
ii. Sebelum memulai pekerjaan cat seluruh bidang yang akan
dicat sudah harus di bersihkan, digosok dengan kertas
ampelas hingga rata dan halus. Pekerjaan cat harus
dilaksanakan sampai rata, minimal 3 kali pengecatan (1 kali
cat dasar dan 2 kali cat penutup).
iii. Pekerjaan cat boleh segera dilaksanakan bila telah terdapat
persetujuan dari Direksi.
iv. Cat yang digunakan harus berkualitas baik misalnya
vinilexweathershield warna putih atau yang setara.
2. Pekerjaan cat untuk mengecat dinding dan plafond
i. Permukaan dinding yang akan di cat sebelumnya harus diaci.
ii. Permukaan plafond yang akan dicat harus sudah
dicompound terlebih dahulu terutama di bagian sekrup dan
bagian sambungan harus dilapisi dengan roll kasa.
iii. Sebelum memulai pekerjaan cat seluruh bidang yang akan
dicat sudah harus di bersihkan, digosok dengan kertas
ampelas hingga rata dan halus. Pekerjaan cat harus
dilaksanakan sampai rata, minimal 3 kali pengecatan (1 kali
cat dasar dan 2 kali cat penutup).
iv. Pekerjaan cat boleh segera dilaksanakan bila telah terdapat
persetujuan dari Direksi.
v. Cat yang digunakan harus berkualitas baik misalnya
vinilexwarna putih atau yang setara.
3. Pekerjaan cat untuk mengecat permukaan lisplank GRC
Cat yang digunakan untuk mengecat lisplank adalah jenis cat
tembok. Pekerjaan cat harus dilaksanakan sampai rata, minimal
2 (dua) kali pengecatan.
Cat yang digunakan harus berkualitas baik misalnya
vinilexweathershield warna putih atau yang setara.
4. Pekerjaan cat untuk mengecat besi & baja
Cat yang digunakan untuk mengecat besi & baja adalah jenis cat
minyak. Pekerjaan cat harus dilaksanakan sampai rata.
Cat yang digunakan harus berkualitas baik misalnya Avian,
Glotex atau yang setara.

o. Pekerjaan Plumbing
Pekerjaan plumbing ini terdiri dari :
1. Pekerjaan instalasi air bersih
2. Pekerjaan instalsi air kotor
3. Pekerjaan instalsi air kotoran

Bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini :


1. Pekerjaan instalasi air bersih
Pipa supply air bersih yang digunakan adalah pipa galvanis GIP
1”. Sedangkan pipa distribusi untuk instalasi air bersih yang
digunakan adalah pipa PVC AW ½”.
2. Pekerjaan instalsi air kotor
Pipa air kotor yang digunakan adalah pipa PVC AW 3” dan pipa
PVC AW 4”.
3. Pekerjaan instalsi air kotoran
Pipa air kotor yang digunakan adalah pipa PVC AW 4”.

p. Pekerjaan Instalasi Listrik


Pekerjaan instalasi listrik ini terdiri dari :
1. Pekerjaan instalasi titik penerang
2. Pekerjaan instalsi stop kontak
3. Pemasangan lampu / armatur
4. Pemasangan panil listrik /komtak zakering

Bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini :


a. Kabel NYM dan NYY hasil produksi Kabelindo, Metalindo atau
produksi lain yang telah mendapat pengakuan PLN dengan
tulisan LMK pada kabel tersebut.
b. Instalasi penerangan dan stop kontak dan titik penggunaan kabel
ukuran 2,5 mm atau ditentukan lain berdasarkan kebutuhan daya
pada bebera pa stop kontak khusus.
c. Peralatan stop kontak dan titik lampu menggunakan produksi
VIMAR sedangkan panil/zakeringkast listrik menggunakan
produksi dalam negeri kualitas baik.
d. Ukuran kabel toevoer dari tempat meter PLN kekotak panil listrik
induk dan dari panil induk kepanil pembagi mengunakan kabel
menurut perhitungan instalatur yang mengerjakan pemasangan
instalasi listrik tersebut dan disetujui PLN.

Pemasangan instalasi titik penerangan


1. Jenis kabel yang digunakan adalah NYM ukuran 2,5 mm x 3.
2. Pemasangan instalasi yang berhubungan dengan dinding harus di
tanam dalam dinding (inbow), kabel NYM masuk dalam pipa PVC
diameter ½” dan tempat saklar menggunakan dos plastik yang
tertanam dalam dnding.
3. Sambungan kabel yang terletak diatas langit-langit dilindungi
dalam isolasi dos plastik dan dos porselen.
4. Semua kabel yang terletak di atas langit-langit harus diklem
dengan klem plastik dan tarikan kawatnya harus dibuat lurus siku
pada setiap belokan (tidak boleh melintas)
5. Komponen titik lampu/sakelar yang digunakan adalah produksi
VIMAR atau sekualitas.

Pemasangan instalsi stop kontak


1. Jenis kabel yang digunakan adalah NYM ukuran 2,5 mm x 3 atau
digunakan ukuran lain sesuai kebutuhan menurut gambar
rencana, sedangkan komponennya merk VIMAR atau sekualits.
2. Pemasangan instalsi yang berhubungan dengan dinding harus
tertanam didalam tembok (inbow), kabel MYN masuk pipa PVC
diameter ½” dan tempat stop kontak memakai dos plastik.
3. Semua stop kontak menggunakan arde terpusat di mana arde
stop kontak dihubungkan dengan arde kotak panil.
4. Penarikan kabel diatas langit-langit harus menggunakan klem
dari plastik, dipasang lurus dan siku pada tiap belokan.
5. Sambungan kabel diatas langit-langit harus dilindungi oleh isolasi
dos plastik dan dos porselen.
Panil Listrik Zekring Kast
1. Panil listrik berisi 3 (tiga) group dengan kapasitas masing-masing
6 Amper ditempatkan dalam ruang yang ditentukan dalam
gambar rencana.
2. Kotak sekring dilengkapi dengan saklar induk berkapasitas 50 A.
3. Kabel toeveor dari meter PLN kekotak panil/sekring
menggunakan jenis NYY, dengan ukuran yang sesuai menurut
perhitungan instalatur listrik yang bersangkutan.
5. Arde sekring terdiri dari pipa galvanised yang ditanam dalam
tanah sampai mencapai air tanah yang dihubungkan dengan
kabel BC ukuran 6 mm sampai kekotak sekring.

Persyaratan Lain
1. Pekerjaan listrik harus dilakukan sesuai dengan PUIL
2. Instalatur listrik yang melaksanakan pekerjaan ini harus
mempunyai SIKA dari PLN dengan kelas yang sesuai dengan luas
pekerjaannya.
3. Instalatur listrik harus melakukan pemeriksaan instalasinya
dengan alat merger yang disaksikan oleh Direksi.
4. Hasil testing dan pengecekan harus memenuhi syarat-syarat
yang ditemtukan oleh PLN.
5. Semua peralatan instalasi harus berfungsi dengan baik dan
memenuhi persyaratan.
6. Selama masa pemeliharaan instalatur harus menempatkan
tenaga operator yang diperlukan.
7. Kontraktor Utama harus bertangung jawab atas hasil pekerjaan
dari instalatur listriknya.
8. Intalasi listrik dipersiapkan untuk tegangan 220 V.

Pasal5 : PEKERJAAN PELENGKAP


a. Laporan-Laporan
Kontraktor diharuskan membuat / mempersiapkan dan
menandatangani laporan-laporan, berupa :
1. Laporan Harian
Laporan harian yang disiapkan kontraktor sesuai lembaran
laporan, meliputi :
1. Jumlah dan bahan / barang yang didatangkan kelokasi
pekerjaan, jumlah yang ditolak dan yang diterima.
2. Jumlah Tenaga Kerja untuk setiap macam tugas dan atau
keahlian nya serta ketrampilan.
3. Jumlah dan jenis peralatan yang digunakan
4. Jenis /bagian pekerjaan yang dilaksanakan
5. Perhitungan volume pekerjaan yang dikerjakan.
6. Keadaan cuaca seperti : hujan, panas, angin, banjir, dan
peristiwa-peristiwa alam lainnya yang dapat mempengaruhi
kelangsungan pelaksanaan pekerjaan.
7. Catatan lain yang berkenan dengan pekerjaan, perubahan
design dan lain-lain.
Laporan harian tersebut harus diserahkan kepada Direksi untuk
diperiksa dan disahkan. Leporan harian yang merupakan
rekaman kejadian dan kenyataan disekitar pelaksanaan
pekerjaan setiap hari, setelah disahkan harus disimpan secara
baik oleh Direksi dan Kontraktor untuk digunakan sebagai
kelengkapan administrasi pelaporan proyek.
2. Laporan Mingguan, Bulanan dan Buku Harian.
a. Laporan mingguan /bulanan yang dibut kontraktor, meliputi :
Laporan mengenai kemajuan pekerjaan setiap minggu atau
disebut Laporan Mingguan Kemajuan Pekerjaan.
b. Laporan bulanan mengenai kemajuan pekerjaan setiap bulan
yang merupakan gabungan kemajuan pekerjaan 4 (empat)
minggu atau disebut Laporan Bulanan Pekerjaan.
Kontraktor selain membuat laporan, harus menyediakan buku
harian pada setiap hari kerja yang dapat digunakan oleh Direksi
untuk menyampaikan perintah atau catatan-catatan penting
lainnya sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Pasal6 : PEKERJAAN AKHIR / PENYELESAIAN PEKERJAAN


1. Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Kontraktor harus meneliti
semua bagian pekerjaan dan dapat menyelesaikan bagian pekerjaan
yang dinilai belum sempurna sesuai dpesifikasi.
2. Pada waktu penyerahan pekerjaan, maka ruangan maupun halaman
harus benar-benar telah dibersihkan dari segala macam kotoran /
sampah.
3. Kontraktor tetap bertanggung jawab selama masa pemeliharaan
pekerjaan dalam memperbaiki segala kekuranga yang terjadi.
4. Setelah penyerahan kedua pekerjaan, maka semua barang dan
peralatan milik Kontraktor sudah harus disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.

Pasal 7 : KELUARAN AKHIR


Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahapan in adalah :
a. Bangunan Gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi.
b. Dokumen pelaksanaan pembangunan, yang meliputi :
1. Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (AS build
Drawings).
2. semua berkas perijinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan
konstruksi fisik, termasuk Surat ijin Mendrikan Bangunan ( IMB)
3. Kontrak pekerjaan pelaksanaan kontruksi fisik, pekerjaan
pengawasan berserta segala perubahan / addemdumnya.
4. Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama
pelasanaan konstruksi fisik, laporan akhir manajemen
konstruksi / pengawasan, dan laporan akhir pengawasan berkala
5. Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambahan /
kurang, serah terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita
acara lain yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
6. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan
kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
7. Manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung,
termasuk petunjuk yang menyangkut pengoperasian dan
perawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal / elektrikal
bangunan.
c. Dokumen Pendafratan Bagunan Gedung Negara
Pasal 8 : PERATURAN PENUTUP
1. Sebagai pentup perlu diingatkan bahwa uraian rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS), ini merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dengan gambar kerja serta risalah penjelasan pekerjaan.
2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada
Pentunjuk pelaksanaan ternyata diperlukan, maka akan dicantum
pada berita acara penunjukan atau berita acara rapat evaluasi
3. walaupun dalam uraian rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini
tidak dinyatakan bahwa “harus disediakan / dikerjakan oleh
kontraktor” , namun penyendiaan / pekerjaan tersebut merupakan
bagian pelengkap dari keseluruhan pekerjaan dimaksud, maka hal
tersebut sudah dinanggap sudah dimuat dalam uraian ini dan harus
dikerjakan / diselesaikan oleh kontraktor untuk menuju suatu
penyelesaian pekerjaan yang sempurna.

Anda mungkin juga menyukai