KELOMPOK 2
Anggota :
Dosen Pengampu :
05 MARET 2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................
B. Rumusan masalah...................................................................................
C. Tujuan penulisan....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
B. Teori Ernst............................................................................................
C. Teori Jung..............................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Teori Psikoanalisis Sigmund Freud?
2. Bagaimana Teori Ernst?
3. Bagaimana Teori Jung?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
2. Mengetahui Teori Ernst
3. Mengetahui Teori Jung
BAB II
PEMBAHASAN
Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di
dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud.
Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok
yaitu: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
Struktur Kepribadian
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar. Pada
tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni: id, ego dan
super-ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi dan
tujuannya.
- Sadar(Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi,
perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
- Prasadar(Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang
menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh
perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah
ke daerah prasadar.
- Taksadar(Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dri jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan
bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan
empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir,
dan pengalam-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan
oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
Wilayah Pikiran
1. Id(DasEs)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang
diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah
tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang usia. Id
berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang
digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle) usaha memperoleh kepuasan
yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas
utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana
yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan
dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego
yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan
prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak
punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu
hal penting – superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan
superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience) dan ego
ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara umum, suara hati
lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak
pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan
ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang
tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum
dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran.
Ada tiga fungsi superego ; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik
dengan tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id terutama impuls seksual dan
agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, (3) mengejar
kesempurnaan.
Dinamika Kepribadian
B. TEORI ERNST
Berbicara mengenai teori Ernst Kris tidak lepas dari sosok filsuf Sigmund Frued yang
merupakan tokoh utama dalam aliran Psikoanalis. Frued menjelaskan dalam teorinya
bahwa proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar
untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang
tidak dapat diterima (Munandar, 2002:45-47). Sehingga untuk memahami teori Kris
terlebih dahulu kita mengetahui teori pertahanan yang dimaksud oleh Frued.
Berangkat dari teori mekanisme pertahanan Frued (teori regresi), selanjutnya Ernst
Kris menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi yaitu kecenderungan untuk
beralih ke perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang memberi kepuasan
jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan juga sering muncul
dalam tindakan kreatif (Munandar, 2002:45).
Ernst kris dalam teori kreativitasnya adalah mereka yang paling mampu “memanggil”
bahan dari alam pikiran tidak sadar (Munandar, 2002:47). Sebagai contoh, pada
umumnya sebagai orang dewasa kita tidak pernah bisa seperti anak lagi. Akan tetapi,
bagi orang kreatif tidak mengalami kesulitan atau hambatan untuk bisa “seperti anak”
dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dalam
menghadapi masalahmasalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka
mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka
melakukan regresi demi bertahannya ego. Kreativitas dan peranannya dalam dunia
pendidikan tidak lepas dari empat peran yaitu: peran pendidikan dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat serta individu itu sendiri sebagai bahan pengembang ide-ide
kreatif. Keempatnya harus besinergi dalam menumbuhkan dan pengembangan
kreativitas.
1. Peran Pendidikan keluarga atau Orang Tua dalam Memupuk Kreativitas Anak
Orang tua dipandang oleh anak adalah sosok yang serba bisa, sosok yang hebat, sosok
yang luar biasa, istimewa dan dapat melakukan segala sesuatu yang Ia inginkan.
Sebagaimana A. Y. Asfandiyar menuliskan bahwa bagi anak, orang tua adalah orang
yang serba tau dan serba bisa, bisa menjawab semua pertanyaannya, bisa memenuhi
segala permintaannya, bisa diandalkan olehnya (Asfandiyar, 2012:37). Kita dapat
mengamati anak-anak di sekeliling kita pada usia 2-5 tahun atau anak-anak pada usia
memasuki Playgroup, mereka sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang
terkadang orang tua bingung untuk menjelaskan. Namun orang tua yang kreatif tidak
akan kesulitan dalam menjelaskan kepada buah hatinya dengan gaya bahasa
seusianya. Sebagai contoh seorang anak ingin mengajak kekebun binatang sementara
orang tuanya tidak memiliki uang.
Contoh jawaban orang tua tidak kreatif: Anak :ayah ayo kita kekebun binatang
sekarang, aku pengen lihat burung merak, kuda, sama kelinci yang lucu. Ayah : gak
punya uang. Kalau mau liat kelinci tuh di TV kan sama saja. Jawaban seperti itu
membuat anak beku dalam menuangkan ide-ide kreatifnya. Sering kali kita sebagai
orang tua atau pendidik menuntut anak untuk terus kreatif dan berprestasi. Namun,
disadari atau tidak kita adalah penyebab anak enggan untuk memunculkan
kreativitasnya dan alhasil prestasinya naik turun dan bahkan tidak pernah berprestasi.
Coba kita lihat bagaimana orang tua yang kreatif dalam menjawab pertanyaan tanpa
mengurangi ide kreatif anak bahkan menumbuhkan kreativitas anak dalam bidang
lainnya.
Contoh jawaban orang tua yang kreatif: Anak :ayah ayo kita kekebun binatang
sekarang, aku pengen lihat burung merak, kuda, sama kelinci yang lucu. Ayah : wah,
usulan bagus, coba ayah punya uang pasti ayah ajak kesana sekarang, gimana kalau
kita sambil menabung untuk pergi kesana, kita menggambar binatang-binatang yang
akan kita lihat di buku gambar?
Dalam hal ini orang tua dengan kreativitas yang Ia miliki menjawab pertanyaan
tersebut yang menyenangkan bagi anak. Orang tua mengajarkan anak untuk
menabung dan menggambar. Dimana dalam menggambar kreativitas anak sangat
diperlukan, semakin baik ide kreatifnya semakin bagus hasil lukisannya. Contoh lain,
ketika hendak mengecat pagar rumah, orang tua bertanya kepada anak; nak, bagusnya
rumah kelinci kita mau dicat warna apa ya? Bila dilihat sekilas, buat apa kita bertanya
kepada anak kecil? Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut sesungguhnya
menggugah ide kreatif anak. Bisa saja anak akan menjawab biru, pink, atau merah
sesuai dengan warna kesukaannya. Meski warna yang dilontarkan tidak sesuai dengan
cat yang ada atau tidak sesuai dengan keinginan kita, sebagai orang tua kita bisa
menjelaskan dengan kreativitas yang kita miliki tanpa membuatnya kecewa. Hal ini
sejalan dengan teori Kris bahwa sebagai orang dewasa kita tidak pernah bisa seperti
anak lagi, namun orang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bisa “seperti anak”
dalam pemikirannya.
a. Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak
hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru
melakukannya.
e. Guru anak berbakat dan kreatif tidak hanya memperhatikan produk atau hasil
belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
f. Guru anak berbakat dan kreatif lebih baik memberikan umpan balik dari pada
penilaian.
g. Guru anak berbakat dan kreatif harus menyediakan beberapa alternatif strategi
belajar.
Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana kelas dimana setiap
anak merasa dirinya diterima dan dihargai. Guru juga sebaiknya menunjukkan bahwa
Ia percaya akan kemampuan siswa. Sehingga dapat memicu terpupuknya rasa harga
diri anak dan berani menunjukkan ide-ide kreatifnya di depan kelas. Sebagai contoh,
guru mengajak siswa untuk menghias cangkang telur. Guru memberi petunjuk bahan
yang akan digunakan, dan memberikan satu contoh dalam menghias cangkang telur
tersebut. Kemudian siswa menghias cangkang telur tersebut sesuai dengan ide
kreatifnya, seperti menghias cangkang dengan bunga, burung, ular, kucing dan
sebagainya yang dipadukan dengan warna-warna kesukaannya. Sehingga siswa akan
menuangkan ide-ide yang dimilikinya dalam bentuk kreativitas. Padahal ide kreatif
anak sebelumnya belum ada pada fikiran anak tersebut dan bahkan ketika mendapat
tugas dari guru untuk membawa cangkang telur dan pensil warna, sebagian peserta
didik bertanya “untuk apa cangkang telur?” namun, ketika guru sudah memberikan
contoh cara menghias cangkang telur yang dapat digunakan untuk hiasan rumah atau
kamar tidur, disitulah ide-ide kreatif siswa ditumbuhkan. Mereka akan berusaha
memanggil ide kreativitas yang mereka miliki dari alam bawah sadar yang mana
belum terlintas sebelumnya oleh mereka. Dimana teori Kris mengatakan bahwa orang
yang kreatif adalah orang yang mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak
sadar. Dalam hal ini siswa tanpa sadar akan menarik ide-ide yang sebelumnya belum
terfikir oleh mereka.
Kreativitas bukan hanya ada dan dikembangkan dalam lingkungan sekolah dan
keluarga, justru masyarakat merupakan lahan dalam pemupukan keatifitas anak.
C. TEORI JUNG
Jika otonomi dan inklusif adalah tujuan dan tirik akhir psikologi Freud,
bagiJung itu adalah permulaan. Kondisi manusia modern berupa persona yang kaku
atas rasional,dan terekstraversi adalah yang mutlak harus ada secara sine quanon
dalam proses individuasi yang adalah inti dari karya pemikiran C. G Jung.
Penanganan persona yang kaku dalam proses individuasiJung dijelaskan Homans
(1979: 141-142) berikut ini: Proses ini diinisiasi olehputusnya arau penghapusan
persona, diikuti oleh pemunculan arketip dari alam tidak sadar kolektif, diferensiasi
ego dari arketip, asimilasinya secara gradual atas energi yang dihubungkan dengan
arketip, yang mengarah pada penerapan diri sebagai "titik rengah" antara ego dan
kolektif. Arketip alam tidak sadar kolektil terdiri dari kandungan psikis manusia yang
paling fundamentai dan paiing tua. Mereka membentuk esensi tradisi. Manusia
tradisional, sering disebur Jung "manusia arkais" kesadarannya (alam sadarnya) tidak
rerdeferensiasi dari arketip alam tidak sadar kolektif, tidak menampilkan otonomi dan
inklusif, melainkan penaklukan dan eksklusif. Rumusan konsep individuasi ini, Jung
berusaha mensintesis atau mengintegrasikan modereniras dan rradisi dalam saru
kesatuan, proses yang konsisten.
Tipe yang ketiga ialah manusia psikologi yang memiliki sisi manusia moderen
yaitu menolak literalisme dan otoritarianisme doktrin radisional, tetapi juga memiiiki
sisi tradisionai, dalam arti bersedia menafsir kembali simbolsimbol agama dalam
pandangan psikologi analitis (Homans, I9z9: lg6) Penjelasan Jung dalam esseinya
pada tahun r9l2 berjudul New paths in Psycholog, menjelaskan mengenai kondisi
persona yang kaku dan ekstraversi rasionalitas yang eksesif sebgai ciri masyarakat
modern. penyebab kekakuan itu adalah kondisi masyarakat yang terpisah dari atau
teralienasi d.ari akarnya di masa lalu.
Dengan kata lain kehiiangan sentuhan dengan arkerip alam tidak sadar
kolekril sebagai sumber semua tradisi.',Konsekwensi soiialnya dari persona yang
kaku adalah adaptasi dan penaklukan rotal dan ranpa kritik kepada peran dan harapan
yang didikte oleh negara. Konsep ind.ividuasi ditawarkan Jung sebagai diagnosa arau
terapi penyembuhan bagi penyakir persona yang kaku dan ekstraversi eksesil sebagai
persoalan modernitas.
Persoalan lain yang terjadi dalam masyarakat modern menurut Homans bahwa
manusia moderen mengalami hambatan dan kemerosotan. Hambatanhambatan yang
dialami manusia modern ialah sebagai berikuc: kemerosotan kekuatan agama
tradisional untuk mengorganisasikan kehidupan pribadi dan sosial; suaru pemahaman
yang berlebihan dan terlalu tinggi terhadap kesadaran diri pribadi, yairu dalam
kesadaran yang terstrukrur dan bermakna yang dikenal khususnya dalam konteks
pribadi, personal, dan pengalaman psikologi; dan timbulnya suatu perpecahan antara
kesadaran diri pribadi dengan aruran sosial, yang berakhir dalam suatu devaluasi
struktur sosiai sebagai suatu sumber dan objek komirmen pribadi (Homans, 1979,
193) Penjelasan Jung dalam karyanya civiliTation in Transition atau The
undiscovered sef membahas persoalan hambatanm dan kemerosotan yang diaiami
masyarakat tersebut sehubungan dengan kondisi yang terdapar dalam masyarakat
modern.
PENUTUP
A. KESIMPLAN
B. SARAN
Demikanlah makalah ini penulis susun, penulis berharap para pembaca mampu
memahami penjelasan tentang perencanaan pendidikan. Karena masih banyak
kekurangan maka penulis mengharap kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah
DAFTAR PUSTAKA
Asfandiyar, Andi Yudha, Creative Parenting Today Cara Praktis Memicu dan
Memacu Kreativitas Anak Melalui Pola Asuh Kreatif, Bandung: Mizan Pustaka,
2012.
Ghufron, M.Nur dan Rini Risnawita S., Teori-Teori Psikologi, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.