Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Asam Urat
Asam urat adalah produk akhir dari pemecahan purin. Setiap orang
mempunyai asam urat di dalam tubuhnya. Tubuh menyediakan 85% senyawa
purin yang akan diolah menjadi asam urat setiap hari. Kebutuhan purin sisanya
berasal dari makanan. Manusia biasanya membuang asam urat sebagai limbah
yang jumlahnya sedikit dalam kemih (Toha, 2011).

Sumber : Gaw; at all, 2012


Gambar 2.1. Rumus Molekul Asam Urat: C5H4N4O3.
Jumlah total asam urat yang diekskresikan oleh manusia dewasa normal,
sebagian dihasilkan dari purin yang termakan dan sebagian lagi dari degradasi
nukleotida purin asam nukleat. Asam urat dalam tubuh sebagian digunakan untuk
membentuk inti-inti sel, dan sisanya dikeluarkan melalui usus dan ginjal dalam
bentuk urin (Toha, 2011).
Asam urat terjadi akibat mengonsumsi zat purin secara berlebihan. Purin
adalah zat yang terdapat dalam setiap makanan yang berasal dari makhluk hidup.
Semua makanan yang kita makan mengandung zat purin, termasuk sayur dan
buah-buahan. Pada kondisi normal, zat purin tidak berbahaya. Apabila zat tersebut
sudah berlebihan di dalam tubuh, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat purin
sehingga zat tersebut mengkristal menjadi asam urat yang menumpuk di
persendian. Akibatnya sendi akan terasa bengkak, meradang, nyeri, dan ngilu
(Mumpuni, 2016).
Konsentrasi urat serum pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Kadar serum urat yang tinggi dapat disebabkan oleh pembentukan urat yang

5
6

meningkat, atau karena menurunnya ekskresi (Gaw dkk, 2012). Pada keadaan
normal kadar asam urat serum pada pria mulai meningkat setelah pubertas. Pada
wanita kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopouse karena
hormon estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal (Price dan
Lorraine, 2006).
a. Metabolisme Asam Urat
Asam urat terbentuk dari penguraian purin dan sintesis langsung dari 5-
fosforibosil pirofosfat (5-PRPP) dan glutamin. Adenosin diubah menjadi
hipoxantin, yang kemudian diubah menjadi xantin, dan xantin diubah menjadi
asam urat. Kedua reaksi tersebut dikatalisis oleh xantin oksidase. Guanosin diubah
secara langsung menjadi xantin, sementara 5-PRPP dan glutamin dapat diubah
menjadi asam urat. Pada manusia, asam urat diekskresikan di urine, tetapi pada
mamalia lain, asam urat teroksidasi lebih lanjut menjadi alantoin sebelum
diekskresikan (Barrett dkk, 2015).
Di dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus-menerus seiring dengan
sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan
purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial. Asam urat
disintesis terutama dalam hati, dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim
xantin oksidase. Asam urat kemudian mengalir melalui darah ke ginjal, tempat zat
ini difiltrasi, direabsorpsi sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya
diekskresikan melalui urine (Sacher, 2004).
Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75 dan 10,3. Bentuk
terionisasi asam urat, terutama dalam plasma, cairan ekstraseluler dan cairan
sinovial dengan perkiraan 98% dalam bentuk urat monosodium pada pH 7,4.
Monosodium urat mudah diultrafiltrasi dan didialisis plasma. Plasma menjadi
jenuh dengan konsentrasi urat monosodium yang 6,8 mg/dL pada suhu 370C. Pada
konsentrasi lebih tinggi, plasma menjadi sangat jenuh dengan urat dan mungkin
menyebabkan presipitasi kristal urat (Isselbacher dkk, 2013).
Meskipun sintesis dan pemecahan nukleotid purin terjadi dalam semua
jaringan, urat hanya dihasilkan dalam jaringan yang mengandung xantin oksidase,
terutama hati dan usus kecil. Jumlah urat dalam tubuh merupakan hasil akhir
jumlah yang dihasilkan dan jumlah yang dikeluarkan. Produksi urat bervariasi
7

tergantung kandungan purin dalam diet dan kecepatan biosintesis, degradasi dan
penyimpanan purin. Normalnya dua pertiga hingga tiga perempat urat yang
dihasilkan dikeluarkan melalui ginjal dan sebagian besar sisanya dibuang melalui
usus. Suatu model tiga komponen yang mencakup filtrasi glomerolus dan sekresi
serta reabsorbsi tubuler diusulkan untuk penanganan asam urat pada manusia.
Kira-kira 8 sampai 12 persen urat yang disaring oleh glomeruli dikeluarkan dalam
urin sebagai asam urat. Setelah filtrasi, 98 sampai 100 persen urat diserap
kembali. Kira-kira setengah urat yang direabsorbsi disekresi ulang ke tubulus
proksimalis dan 40 sampai 44 persennya di reabsorbsi lagi (Isselbacher dkk,
2013).
Konsentrasi urat serum bervariasi menurut umur dan jenis kelamin. Sebagian
besar anak memiliki konsentrasi urat serum 3,0 sampai 4,0 mg/dL. Kadar ini
mulai naik selama pubertas pada laki-laki tetapi tetap rendah pada perempuan
sampai menopouse. Meskipun penyebab variasi jenis kelamin ini belum dipahami
seluruhnya, sebagian disebabkan oleh ekskresi fungsional urat yang lebih tinggi
pada perempuan dan dapat disebabkan oleh pengaruh hormonal (Isselbacher dkk,
2013).
Kadar asam urat pada wanita yang belum menopouse pada umumnya
dibawah 7 mg/dL sebab hormon estrogen yang masih tinggi di dalam darahnya
akan membantu pengeluaran asam urat melalui ginjal. Begitu seorang wanita
memasuki masa menopouse maka kadar hormon estrogen dalam darahnya
menurun sehingga kadar asam urat darahnya meningkat. Pria yang belum
memasuki masa pubertas pada umumnya mempunyai kadar asam urat darah yang
rendah atau normal, tetapi jika seorang pria sudah memasuki masa pubertas
hingga menjadi dewasa maka kadar asam uratnya bisa menjadi tinggi. Diduga
hormon androgen yang meningkat pada pria pubertas atau dewasa akan
menyebabkan kadar asam urat tinggi (Kertia, 2009).
8

Adenosin Guanosin

Hipoxantin 5-PRPP + Glutamin

Xantin Oksidase

Xantin

Xantin Oksidase

Asam Urat (diekskresikan pada manusia)

Alantoin (diekskresikan pada mamalia lain)


Sumber : Barrett, 2015
Gambar : 2.2. Metabolisme Asam Urat
b. Ekskresi Asam Urat
Urat diekskresi dalam dua cara:
1) Melalui ginjal. Hampir semua urat diekskresikan lewat ginjal. Urat ditangani
oleh ginjal dengan proses yang kompleks. Urat tersaring bebas oleh
glomerulus, tetapi 99%-nya kemudian direabsorpsi kembali ke tubulus
proksimal. Tubulus distal juga mensekresi urat, tetapi disini pun sebagian
besar urat direabsorpsi. Jumlah urat uang diekskresi ke dalam urine sekitar
10% jumlah yang disaring glomerulus.
2) Melalui usus. Urat dalam jumlah yang lebih kecil diekskresi ke dalam usus.
Disini urat kemudian diuraikan oleh bakteri. Proses ini disebut urikolisis
(Gaw dkk, 2012).
c. Sumber Asam Urat
Asam urat dalam tubuh berasal dari beragam kondisi, yaitu:
1) Asam urat endogen sebagai hasil metabolisme nukleoprotein jaringan.
Nukleoprotein terdiri dari protein dan asam nukleat. Asam nukleat adalah
9

kumpulan nukleotida yang terdiri dari basa purin dan pirimidin, karbohidrat,
serta fosfat.
2) Asam urat eksogen yang berasal dari makanan yang mengandung
nukleoprotein
3) Hasil sintesis yang secara langsung menghasilkan sejumlah besar asam urat
karena adanya kelainan enzim yang sifatnya diturunkan atau karena suatu
penyakit tertentu (misalnya kanker darah) di mana sel-sel berkembang
berlipat ganda dan dihancurkan dalam waktu yang singkat atau efek beberapa
jenis penyakit dan obat-obatan tertentu yang memengaruhi kemampuan ginjal
untuk membuang asam urat (Junaidi, 2013).
2. Hiperurisemia
Hiperurisemia dapat didefinisikan sebagai konsentrasi urat plasma (atau
serum) lebih dari 7,0 mg/dL. Definisi ini didasarkan pada kriteria fisikokimiawi,
epidemiologis dan berkaitan dengan penyakit. Secara fisikokimiawi,
hiperurisemia adalah konsentrasi urat dalam darah yang melebihi batas kelarutan
urat monosodium dalam plasma 6,8 mg/dL. Pada penelitian epidemiologik,
hiperurisemia didefinisikan sebagai nilai rata-rata ditambah 2 standar deviasi yang
ditentukan dari populasi sehat yang dipilih secara acak. Pada satu penelitian besar,
95 persen individu yang tidak diseleksi memiliki konsentrasi urat serum di bawah
7,0 mg/dL. Akhirnya hiperurisemia dapat didefinisikan berkaitan dengan resiko
mengalami suatu penyakit. Resiko mengalami gout atau urolitiasis meningkat
dengan konsentrasi urat lebih dari 7,0 mg/dL dan meningkat sebanding dengan
derajat peningkatan konsentrasi (Isselbacher dkk, 2013).
Asam urat kurang larut dalam air, dan konsentrasi urat yang tinggi dalam urin
mudah menyebabkan pengendapan kristal urat yang dapat membentuk batu ginjal
urat. Demikian juga, kadar asam urat darah yang tinggi sering menyebabkan
pengendapan kristal urat di jaringan lunak, terutama sendi. Sindrom klinis ini
adalah gout. Kristal di jaringan menyebabkan respons peradangan, disertai
pembebasan enzim-enzim dari leukosit dan kerusakan jaringan lokal yang
menyebabkan terbentuknya lingkungan asam yang semakin mempermudah
pembentukan lebih banyak kristal urat, demikian seterusnya, dalam suatu siklus
yang berkesinambungan. Akibatnya adalah sendi yang membengkak, meradang,
10

dan nyeri. Pada pasien dengan gout kadang-kadang terbentuk batu urat, tetapi
orang normouremik (yaitu, mereka yang kadar asam urat dalam darahnya normal)
dapat menderita batu urat apabila kadar asam urat dalam urine berlebihan (Sacher,
2004).
Baik jumlah asam urat yang diproduksi dan efisiensi ekskresi ginjal
memengaruhi kadar urat. Pada gout, pembentukan asam urat ditingkatkan oleh
mekanisme idiopatik. Produksi tersebut juga meningkat setara dengan perputaran
sel akibat penguraian asam-asam nukleat, seperti pada leukimia atau keganasan
lain dengan massa sel yang besar. Terapi keganasan dengan obat sitolitik dengan
sendirinya menyebabkan peningkatan kadar asam urat selama beberapa hari. Pada
keadaan-keadaan seperti ini perlu dilakukan tindakan khusus untuk mencegah
gagal ginjal akibat pengendapan urat ginjal. Gagal ginjal menyebabkan asam urat
dan juga urea dan kreatinin terakumulasi. Diuretik tiazid dan aspirin dosis rendah
menurunkan ekskresi urat (Sacher, 2004).
a. Penyebab hiperurisemia
Asam urat darah tinggi (hiperurisemia) terjadi karena:
1) Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik)
a) Gout primer metabolik: terjadi karena sintesa atau pembentukan asam urat
yang berlebihan
b) Gout sekunder metabolik: terjadi karena pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit lain, seperti leukimia.
2) Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal)
a) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal
ginjal yang sehat.
b) Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis.
3) Perombakan dalam usus yang berkurang
Serangan gout (arthritis gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh:
a) Luka ringan
b) Pembedahan
c) Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan protein
purin
11

d) Kelelahan
e) Stress secara emosional
f) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat
g) Kedinginan (Junaidi, 2013)
b. Faktor-faktor pemicu asam urat
Faktor-faktor yang memiliki potensi menimbulkan masalah atau kerugian
kesehatan biasa disebut dengan faktor resiko. Beberapa faktor yang dapat memicu
penyakit asam urat antara lain sebagai berikut (Sari, 2017):
1) Keturunan (genetik)
Orang dengan riwayat keluarga menderita penyakit asam urat memiliki resiko
lebih besar untuk terkena penyakit asam urat. Faktor ini dapat lebih beresiko jika
didukung dengan faktor lingkungan.
2) Jenis kelamin
Secara umum, kadar asam urat dalam darah pada pria lebih besar
dibandingkan dengan wanita. Pria cenderung lebih beresiko mengalami penyakit
asam urat dibandingkan dengan wanita karena pria tidak memiliki hormon
estrogen. Hormon inilah yang membantu pengeluaran asam urat melalui urine
pada wanita.
3) Obesitas
Obesitas dapat memicu terjadinya penyakit asam urat akibat pola makan yang
tidak seimbang. Orang yang mengalami obesitas cenderung tidak menjaga asupan
makanannya, termasuk asupan protein, lemak, dan karbohidrat yang tidak
seimbang sehingga kadar purin juga meningkat atau terjadi kondisi hiperurisemia
dan terjadi penumpukkan asam urat.
4) Konsumsi makanan tinggi purin
Asam urat dapat dipengaruhi oleh asupan tinggi purin yang didapat dari
makanan. Asam urat sendiri merupakan hasil metabolisme dari purin. Tubuh
manusia sebenarnya telah mengandung purin sebesar 85% sehingga purin yang
boleh didapat dari luar tubuh (dari makanan) hanya sebesar 15%.
5) Konsumsi alkohol dan minuman ringan (softdrink) berlebihan
Alkohol memiliki kandungan purin di dalamnya dan dapat memicu
pengeluaran cairan. Hal inilah yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
12

darah (hiperurisemia). Alkohol juga diketahui meningkatkan resiko asam urat


karena dapat memicu enzim tertentu dalam liver untuk memecah protein dan
menghasilkan lebih banyak asam urat.
6) Kondisi medis
Hal ini biasanya terjadi pada penderita kelainan fungsi ginjal. Penyakit asam
urat juga rentan terjadi pada orang yang mengalami obesitas, diabetes, hipertensi.
Orang yang mengalami obesitas, diabetes atau terkena resistensi insulin, dan
hipertensi, semuanya berkaitan dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik
adalah kumpulan kondisi yang terdiri dari peningkatan tekanan darah,
peningkatan gula darah, kelebihan lemak tubuh, dan peningkatan kolesterol. Salah
satu atau gabungan kondisi pada sindrom metabolik tersebut dapat berpengaruh
terhadap tingginya kadar asam urat darah (hiperurisemia).
7) Obat-obatan
Beberapa obat-obatan diketahui dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
darah (hiperurisemia), seperti obat diuretik thiazide, cyclosporine, asam
asetilsalisilat atau aspirin dosis rendah, dan obat kemoterapi.
8) Usia
Usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit asam urat. Hal ini berkaitan
dengan adanya peningkatan kadar asam urat seiring dengan bertambahnya usia,
terutama pada pria. Peningkatan kadar asam urat pada wanita cenderung terjadi
atau dimulai pada masa menopouse (Sari, 2017). Penyakit asam urat pada
umumnya banyak diderita masyarakat usia lanjut (> 65 tahun), tetapi penyakit ini
juga banyak terjadi pada masyarakat yang belum memasuki usia lanjut atau pada
usia 45-65 tahun karena pola makan yang tidak sehat (Welkriana, 2017).
c. Gejala asam urat tinggi (hiperurisemia)
Gejala penyakit asam urat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu gejala
awal, gejala menengah, dan gejala akut.
1) Gejala awal
Pada gejala awal ini, biasanya penderita mengalami serangan pada sendi yang
khas selama beberapa hari. Mereka menyadari adanya rasa nyeri yang menyerang,
tetapi karena tidak terlalu berat biasanya mereka mengabaikannya. Peradangan
13

pada sendi tersebut akan menghilang dengan sendirinya, sehingga penderita


umumnya menganggap dirinya hanya kelelahan biasa.
2) Gejala menengah
Setelah mengalami masa jeda serangan sendi pada gejala awal, umumnya
penderita akan mengalami peradangan yang lebih khas. Jarak serangan antara
peradangan yang satu ke peradangan berikutnya menjadi lebih sering dan lebih
panjang, ditambah dengan sendi yang terkena juga lebih banyak.
3) Gejala akut
Setelah mengalami gangguan dan gejala menengah selama lebih kurang 10
tahun, biasanya penderita akan mendapatkan benjolan-benjolan disekitar sendi
yang sering meradang. Benjolan ini disebut tofus, yaitu serbuk seperti bubuk
kapur yang merupakan kumpulan dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
menyebabkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya (Mumpuni, 2016).
d. Pencegahan hiperurisemia
Pencegahan utama agar terhindar dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
1) Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi secara
berlebihan. Misalnya, daging bebek dan burung, jeroan (babat, usus, hati dan
ampela), serta kikil.
2) Banyak mengonsumsi makanan berserat dan buah-buahan atau jus segar
3) Tidak mengonsumsi alkohol
4) Banyak meminum air putih
5) Berolahraga secara teratur (Utami, 2009)
3. Gout
Gout disebut juga artritis gout, merupakan penyakit metabolik yang ditandai
oleh pengendapan senyawa urat di dalam sendi sehingga timbul peradangan sendi
yang nyeri. Penyakit ini terutama ditemukan pada kaki, khususnya ibu jari kaki,
pergelangan kaki dan kaki bagian tengah tetapi dapat mengenai setiap sendi.
Penyakit gout memiliki perjalanan penyakit yang intermiten atau kambuhan dan
pasien bisa bebas sepenuhnya dari gejala gout selama bertahun-tahun di antara
saat-saat serangan (Kowalak dkk, 2014).
Serangan gout terjadi jika kristal urat (mungkin sebagai akibat trauma) secara
tiba-tiba dilepaskan dari mikrotofi, kemudian dikenali oleh sistem imun sebagai
14

benda asing. Selanjutnya, terjadi inflamasi aseptik di sendi, dan menarik neutrofil
untuk memfagosit kristal-kristal urat. Jika diikuti dengan pemecahan neutrofil,
kristal urat yang telah difagosit akan dilepaskan kembali sehingga
mempertahankan proses tersebut. Hal ini menyebabkan pembengkakan sendi yang
sangat nyeri dan berwarna merah gelap pada 70-90% serangan pertama yang
mengenai sendi di bagian proksimal ibu jari (Silbernagl, 2014).
Serangan gout yang berulang (gout kronis) dapat merusak sendi (juga tangan,
lutut, dll) hingga meluas sehingga terjadi nyeri yang menetap, deformitas sendi
yang nyata dengan kerusakan kartilago dan atrofi tulang. Dapat pula terjadi
pengendapan urat sirkum-skripta (tofi) di sekitar sendi atau di ujung daun telinga
serta di ginjal (Silbernagl, 2014).
Gout jarang ditemukan pada perempuan. Sekitar 95% kasus adalah pada laki-
laki. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Sejumlah
faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan
gaya hidup (Price dan Lorraine, 2006).
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan
ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat
yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit
lain atau pemakaian obat-obat tertentu (Price dan Lorraine, 2006).
a. Tanda dan gejala
1) Nyeri sendi akibat endapan asam urat dan inflamasi
2) Eritema dan bengkak pada sendi akibat endapan asam urat dan iritasi
3) Tofus pada ibu jari kaki, pergelangan kaki, dan daun telinga akibat endapan
urat
4) Kenaikan suhu kulit akibat inflamasi (Kowalak, 2014)
4. Hipourisemia
Hipourisemia didefinisikan sebagai konsentrasi urat serum yang kurang dari
2,0 mg/dL, dapat terjadi akibat penurunan produksi urat, peningkatan ekskresi
asam urat atau kombinasi keduanya. Hipourisemia tidak menyebabkan gejala atau
patologi yang dapat dikenali. Namun, ini merupakan tanda kemungkinan kelainan
dan penyebabnya harus ditentukan. Kebanyakan hipourisemia berasal dari
15

peningkatan ekskresi asam urat ginjal. Penyebab lainnya adalah penyakit


keganasan, sirosis hepatis, diabetes melitus, sekresi vasopresin yang tidak
memadai dan defek transpor tubuler ginjal, seperti sindroma Fanconi primer dan
sindroma Fanconi akibat penyakit Wilson, sistinosis, multipel myeloma,
keracunan logam berat, dan defek kongenital terisolasi dalam transpor asam urat
dua arah (Isselbacher dkk, 2013).
Hipourisemia akibat penurunan produksi urat disertai kadar asam urat urin
yang rendah. Pasien yang diobati dengan alopurinol dan sebagian pasien penyakit
keganasan atau disfungsi hati berat menderita hipourisemia dan mengalami
peningkatan pengeluaran hipoxantin dan xantin dalam urin. Defisiensi xantin
oksidase dapat diwariskan atau didapat. Bentuk diwariskan meliputi defisiensi
xantin oksidase saja dan kombinasi defisiensi xantin oksidase dan sulfit oksidase.
Keduanya menyebabkan hipourisemia dan xantinuria (Isselbacher dkk, 2013).
5. Kopi
a. Taksonomi kopi
Tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae. Famili
tersebut memiliki banyak genus, yaitu Gardenia, Ixora, Cinchona, dan Rubia.
Genus Coffea mencakup hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang
ditanam dalam skala luas di seluruh dunia, yaitu kopi arabika (Coffea arabica)
dan kopi robusta (Coffea canephora var robusta). Sementara itu, sekitar 2% dari
total produksi dunia berasal dari dua spesies kopi lainnya, yaitu kopi liberika
(Coffea liberica) dan kopi ekselsa (Coffea excelsa) yang ditanam dalam skala
terbatas, terutama di Afrika Barat dan Asia (Rahardjo, 2017).
Linnaeus sebagai seorang botanis memberi kopi arabika dengan nama ilmiah
Coffea arabica karena mengira kopi berasal dari Arab. Berikut sistem taksonomi
kopi secara lengkap (Rahardjo, 2017) :
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Tumbuhan penghasil biji )
Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( Tumbuhan berkeping dua/dikotil )
Sub kelas : Asteridae
16

Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae ( suku kopi-kopian )
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. [Coffea arabica L ( kopi arabika ), coffea canephora
var. robusta (kopi robusta), Coffea liberica (kopi liberika), Coffea
excelsa (kopi excelsa)]
Ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal, yaitu kopi arabika, kopi
robusta, kopi liberika, dan kopi ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki
nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial, yaitu kopi arabika dan kopi
robusta. Sementara itu, kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis
dan kurang komersial (Rahardjo, 2017).
Kopi arabika dan kopi robusta memasok sebagian besar perdagangan kopi
dunia. Jenis kopi arabika memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih
rendah dibandingkan dengan robusta sehingga harganya lebih mahal. Kualitas cita
rasa kopi robusta di bawah kopi arabika, tetapi kopi robusta tahan terhadap
penyakit karat daun. Oleh karena itu luas areal pertanaman kopi robusta di
Indonesia lebih besar daripada kopi arabika sehingga produksi kopi robusta lebih
banyak (Rahardjo, 2017).
Hasil perkebunan menjadi salah satu komoditas unggulan Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung dikenal oleh nasional bahkan internasional sebagai salah satu
penghasil kopi terbaik. Secara nasional, produksi kopi Provinsi Lampung menjadi
daya saing terbesar yang dimiliki oleh provinsi ini, dimana produksinya pada
tahun 2013 mencapai 133.252 ton atau 22,63% dari total produksi nasional
(Simanjuntak dkk, 2015).
b. Kandungan kopi
Saat ini minum kopi sangat populer untuk penyegar dan stimulan tubuh.
Kendatipun dapat digunakan sebagai bahan obat, kopi lebih dikenal sebagai bahan
minuman penyegar. Diduga genus Coffea terdapat 60 spesies kopi, namun yang
paling komersial hanya dua yaitu kopi arabika (Coffea arabia L) dan kopi robusta
(Coffea canephora var Robusta) (Evizal, 2013).
Buah dan daun kopi mengandung kafein yang dikenal sebagai bahan
penyegar dan stimulan. Kopi mengandung alkaloid seperti caffeine, adenine,
17

xanthine, hypoxanthine, guanosine dan proteids. Buah kopi kering mengandung


protein 13%, lemak 12%, gula 9%, kafein 1-1,5% untuk kopi Arabika dan 2-2,5%
untuk kopi Robusta, asam kafetanik 9%. Efek farmakologi kopi terutama terkait
dengan kafein yang dikandung yaitu, analgenik, diuretik, anorektan, antioksidan,
antiinflamatori, antikariogenik gigi, stimulan yang dapat memberikan efek
kecanduan (Evizal,2013).
c. Antioksidan kopi
Selain buah-buahan dan sayuran, baru-baru ini kopi juga disebut-sebut
mengandung senyawa antioksidan. Kenyataan ini dibuktikan oleh bangsa
Amerika yang mengonsumsi kopi sebagai sumber antioksidan lebih banyak
dibandingkan dengan sumber lainnya. Joe Vinson, Ph.D., seorang ahli kimia dari
Amerika, mengatakan bahwa kopi yang berkafein maupun yang tidak berkafein
memiliki kadar antioksidan yang sama (Winarsi, 2007).
Secara umum, senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan erat dengan
manfaatnya bagi kesehatan, temasuk perlindungan dari serangan penyakit
(Winarsi, 2007).
Svilaas, et al. (2004) telah melakukan penelitian tentang asupan berbagai
bahan pangan sumber antioksidan terhadap kadar antioksidan plasma, dengan
subjek 61 orang Norwegia dewasa selama 7 hari. Dia melaporkan bahwa asupan
kopi menyumbang antioksidan plasma sebanyak 11,1 mmol, asupan buah-buahan
1,8 mmol, teh 1,4 mmol, anggur 0,8 mmol, sereal 0,8 mmol, dan sayuran 0,4
mmol. Data ini membuktikan bahwa kopi menyumbangkan total antioksidan
terbesar di antara sumber antioksidan lainnya (Winarsi, 2007).
Para peneliti menelusuri komponen dalam kopi yang berpotensi antioksidan.
Dalam hal ini, Pellegrini, et al. (2003) dan Richelle, et al. (2001) meyakini bahwa
asam klorogenat, yakni ester dari asam kafeat dan asam kuinat, merupakan
komponen polifenol yang bertanggung jawab sebagai antioksidan. Kedua
senyawa ini merupakan komponen terbanyak dalam kopi. Sifat antioksidan kopi
ditunjukkan oleh senyawa asam klorogenat dan asam kafeat yang terdapat di
dalamnya (Winarsi, 2007).
Jenis kopi dan derajat pemanggangan berpengaruh pada aktivitas antioksidan
kopi. Richelle, et al.(2001) menyatakan bahwa biji kopi hijau robusta memiliki
18

aktivitas antioksidan 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kopi Arabika.


Namun, setelah mengalami pemanggangan perbedaannya tidak lagi signifikan.
Dalam hal ini, kopi dengan kelarutan lebih besar memiliki aktivitas antioksidan
lebih tinggi (Winarsi, 2007).
d. Hubungan kopi dengan penurunan kadar asam urat
Studi yang dilakukan oleh Choi H.K. dkk (2007) mengatakan bahwa
konsumsi kopi bermanfaat untuk menurunkan kadar asam urat. Uji klinis pada
sekelompok orang ditemukan bahwa penggemar kopi rata-rata memiliki level
asam urat rendah. Setelah dilakukan beberapa uji laboratorium, ditemukan bahwa
polifenol yang terdapat pada kopi (chlorogenic acid) merupakan antioksidan
andal yang memiliki kemampuan untuk mereduksi dampak buruk radikal bebas
asam urat. Chlorogenic acid adalah antioksidan spesifik yang efektif untuk
mereduksi asam urat serum. Uji laboratorium menunjukkan chlorogenic acid juga
efektif menghambat aktivitas xanthine oksidase sehingga pembentukkan asam
urat endogen terhambat (Lingga, 2012).
Dalam studi yang lain, Choi H.K. dkk (2007) mengatakan konsumsi kopi
sebanyak empat cangkir per hari mampu menurunkan level asam urat serum.
Menurut pendapat Choi H.K. dkk (2007), perlu asupan kopi dalam jumlah banyak
agar kadar asam urat serum turun (Lingga, 2012). Dalam satu cangkir kopi yang
berisi 10 gram bubuk kopi mengandung 100 mg kafein dan 200 mg chlorogenic
acid (Bhara, 2005).
e. Metode pemeriksaan asam urat
Fotometri merupakan teknik pengukuran menggunakan sinar, yang diukur
adalah penyerapan sinar atau pelemahan sinar yang diberikan akibat interaksi
reaksi antara sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada larutan zat
warna yang akan ditentukan kadarnya. Penyerapan ini disebut absorbsi dan
transmisi sinar berbanding terbalik, semakin tinggi absorbsi maka semakin rendah
nilai transmisi sinar yang diterima. Transmisi sinar biasanya disebut transmitted
dan nilainya berupa transmitan dalam (%).
Fotometer adalah alat analisa yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan energi cahaya untuk analisa kuantitatif. Prinsip pengukuran secara
fotometer adalah larutan suatu zat dengan kepekaan tertentu dihisap, lalu melewati
19

sinar makromatis tertentu maka sebagian sinar tersebut akan diabsorbsi tergantung
dari konsentrasi zat dalam larutan.
1) Teknik pengukuran kinetik (enzimatik)
Reaksi kimia antara analyte dan reagen dimana pengukuran dilakukan
terhadap aktifitas enzim dalam reaksi tersebut. Rata-rata nilai absorban
dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan.
2) Teknik end point (colorimetrik)
Reaksi kimia antara analyte dengan reagen yang menghasilkan kimia warna,
yang dibaca pada satu waktu tertentu (satu kali pembacaan). Kestabilan warnanya
antara 30-60 menit.
3) Teknik two point (fixed time)
Reaksi kimia antara analyte dengan reagen, yang dilakukan dua kali
pembacaan absorbance (penyerapan cahaya). Perbedaan pembacaan pertama
dengan pembacaan kedua dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan. Ketepatan waktu pembacaan akan berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan.
(https://jafararea30.wordpress.com/laboratorium-klinik/)
f. Masyarakat LK II Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota
Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibukota Provinsi
Lampung dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 493.411 jiwa dengan luas
daratan 197,22 km2 yang terbagi ke dalam 20 Kecamatan (Badan Pusat Statistik
Lampung, 2017).
Salah satu kelurahan yang ada di kota Bandar Lampung adalah kelurahan
Sumber Agung yang terletak di Kecamatan Kemiling dengan jumlah penduduk
laki-laki berjumlah 1.740 yang tersebar di tiga lingkungan. Lingkungan I dengan
jumlah penduduk laki-laki berjumlah 531 jiwa tersebar di 7 RT. Lingkungan II
dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 665 jiwa tersebar di 8 RT.
Lingkungan III dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 544 jiwa tersebar di
5 RT (Kelurahan Sumber Agung, 2018).
Pengamatan ini dilakukan di lingkungan II dengan 328 kepala keluarga dari
jumlah penduduk laki-laki 665 jiwa dan jumlah laki-laki yang berusia ≥ 45 tahun
20

sebanyak 159 jiwa. Sebagian besar masyarakat di sini mengonsumsi kopi setiap
hari. Di daerah ini juga belum pernah dilakukan pemeriksaan penyaringan asam
urat (LK II Kelurahan Sumber Agung, 2018).
B. Kerangka Teori

Laki-laki usia ≥ 45 tahun

Internal Eksternal
A. Usia A. Konsumsi
B. Jenis Kelamin Asam urat tinggi makanan yang
C. Genetik (hiperurisemia) mengandung
D. Hormonal purin tinggi
E. Metabolisme B. Konsumsi
Ginjal Terganggu alkohol
C. Obat-obatan
Meminum kopi tertentu
D. Obesitas
E. Penyakit tertentu

Asam klorogenat

Metabolisme asam urat dalam


darah

C. Kerangka Konsep

Laki-laki usia ≥ 45 tahun Kadar asam urat


yang meminum kopi

Anda mungkin juga menyukai