Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Lanjut Usia
Lanjut usia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melewati tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin buruk,gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proporsional (Nasrullah, 2016).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 Tahun (enam puluh) tahun ke
atas. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kehiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut Usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Indriana,
2012).
Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendiri atau tidak tinggal
di Panti Werdha. Mereka, masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Lanjut usia tidak potensial
membutuhkan bantuan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka
bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan
hidupnya terlantar, biasanya menjadi penghuni Panti Werdha yang berada di
bawah naungan Departemen Sosial. Segala kebutuhan hidupnya menjadi

1
2

tanggungan wajib Panti Werdha dan biasanya mereka tinggal di sana sampai
akhir hidupnya (Indriana, 2012).
Dalam masyarakat, sering kita jumpai anggapan dan pandangan yang
keliru tentang pengertian dan mitos mengenai lansia, sehingga hal tersebut
dapat merugikan para lansia itu sendiri. Anggapan dan pandangan yang keliru
itu menimbulkan stigma bagi para lansia di masyarakat, dan dapat
mempengaruhinya orang-orang yang sesungguhnya memiliki kepedulian
membantu para lansia. Anggapan dan pandangan yang keliru dalam
masyarakat mencakup : lansia berbeda dengan orang lain, lansia tidak dapat
belajar keterampilan baru serta tidak perlu pendidikan dan latihan, lansia
sukar memahami informasi baru, lansia tidak produktif dan menjadi beban
masyarakat, lansia tidak berdaya, lansia tidak dapat mengambil keputusan,
serta lansia sama dengan pikun (Sunaryo, 2016).
a. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Batasan umur pada lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
World Health Organitation(WHO) lansia dikelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan ( middle age) : usia 45-49 tahun
2) Lansia ( elderly ) : usia 60-74 tahun
3) Lansia tua (old ) : usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua ( very old ) : usia di atas 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi sebagai berikut :
1) Virilitas ( prasenium ) : Masa persiapan lanjut usia yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun ).
2) Usia lanjut dini ( senescen ) : Kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini ( usia 60-64 tahun )
3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : Usia
di atas 65 tahun (Fatmah,2010).
Pada lanjut usia kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai
pembuluh darah penting khususnya jantung dan otak mengalami kekakuan.
Tidak hanya itu, pada proses menua kadar kapur (kalsium) dalam tulang
3

menurun, akibatnya tulang menjadi keropos (osteoporosis) dan mudah patah


(Sukendro, 2004).
Jadi secara garis besar menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan
biologis secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan
umur dan waktu, sedangkan lanjut usia (old age) adalah nama untuk tahap
akhir dari proses penuaan tersebut. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia
perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan
agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(Kumudaningsih, 2014).
Dari pengertian lanjut usia yang telah diuraikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa lansia adalah kondisi dimana seseorang telah mencapai
umur 60 tahun lebih dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan
berkurang.
b. Masalah atau resiko fisik yang sering terjadi pada lansia
1) Mudah Jatuh
Bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya
pun akan perlahan-lahan tapi pasti menurun. Akibatnya aktivitas hidupnya
akan ikut berpengaruh, yang pada akhirnya akan mengurangi kesigapan
seseorang.
Secara umum mmenjadi tua atau menua (aging process), ditandai oleh
kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala yang menetap
antara lain :
a) Kulit mulai mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta garis-garis yang
menetap.
b) Rambut kepala mulai memutih atau beruban.
c) Gigi mulai lepas (ompong).
d) Penglihatan dan mulai jatuh
4

2) Mudah Lelah
Lelah dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan,
atau perasaan depresi), gangguan organi, misalnya anemia, kekurangan
vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan,
kelainan metabolisme (diabetes militus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan
uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah dan jantung,
serta pengaruh obat-obatan, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat
yang dapat melelahkan otot.
3) Sukar menahan buang air besar
Sukar menahan buang air besar dapat terjadi karena obat-obat pencahar
perut, keadaan diare, dan kelaianan pada usus rectum.
4) Berat badan menurun
Pada umumnya nafsu makan kurang karena kurangnya gairah hidup atau
kelesuan, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan
sehingga penyerapan makanan terganggu, dan faktor sosion ekonomi.
5) Nyeri pada sendi panggul
Nyeri pada sendi panggul disebabkan oleh adanya gangguan sendi
panggul misalnya : radang sendi (arthritis) dan sendi tulang yang keropos
(osteoporosis), kelainan tulang-tulang sendi berupa patah tulang dan
dislokasi, serta akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang
terjepit (Aspiani, 2014).
2. Kalsium
Kalsium termasuk ke dalam salah satu makro elemen, yaitu mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang lebih dari 100 mg sehari. Makro
elemen berfungsi sebagai zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai
bagian penting dari struktur sel dan jaringan (Sediaoetama; Almatsier, 2009).
Tubuh orang dewasa mengandung 1000-1300 gram kalsium (Ca) yang kurang
dari 2% berat tubuh. Kandungan normal kalsium darah adalah 9-11 mg per
100 mL. Sekitar 48% serum kalsium adalah adalah ionik, di mana 46% dalam
senyawa protein darah , sisanya dalam bentuk senyawa kompleks yang
mudah berdifusi, seperti dalam bentuk sitrat (Oenzil, 2012). Plasma darah
mengandung 10 mg/dl di plasma (9-10 mg/dl) unsur kalsium 40% terikat pada
5

protein, 60% sebagai kalsium bebas dan unsur phosphor terdapat dalam
konsentrasi 4 mg setiap 100 ml darah lengkap; sebagian besar terdapat di
bagian seluler darah tersebut (Soediaoetama, 2000).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalsium adalah bioavailabilitas,
aktivitas fisik dan keberadaan zat gizi lain. Bioavailabilitas kalsium,
penyerapan kalsium kurangbaik pada bahan makanan yang mengandung
tinggi asam oksalat (bayam, ubi jalar) atau asam filat (bijian, kacangan).
Karena kalsium yang dikonsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber
dan karena hasil penelitian tentang kalsium umumnya tidak dirinci sehingga
penyesuaian bioavailabelitas tidak dipertimbangkan dalam menetapkan
kebutuhan kalsium. Bioavailabelitas kalsium dari suplemen tergantung dari
suplemen akan baik jika dosisnya kurang dari 500 mg (Oenzil, 2012).
Usaha mempertahankan kadar kalsium darah dalam keadaan normal
tergantung pada keseimbangan antara masukan dan pengeluaran kalsium dari
aliran darah. Sumber kalsium dari aliran darah adalah diperoleh dengan diet
yang mengandung garam kalsium. Kalsium diabsorbsi dari saluran cerna dan
pengeluaran kalsium terjadi melalui saluran cerna, ginjal dan tulang, absorbsi
kalsium terutama terjadi di dalam usus halus yang ditingkatkan oleh kerja
hormon paratiroid yang sinergis serta metabolit aktif dari vitamin D
( Rachmawati, 2006).
a. Fungsi Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak dibutuhkan tubuh. Itu
artinya, kalsium berperan penting dalam hampir seluruh proses metabolisme
tubuh, tidak semata hanya berurusan dengan masalah metabolisme tulang.
Kalsium berperan dalam proses-proses vital tubuh.Peran kalsium dalam tubuh
dipaparkan di bawah ini :
1) Kalsium berperan dalam pembentukan tulang di masa awal kehidupan dan
pemeliharaannya di masa datang. Itulah mengapa ibu hamil sangat perlu
memerhatikan asupan kalsium selama proses kehamilannya. Jika tidak,
selama proses pembentukan organ, janin akan terancam kekurangan kalsium
dan dan akan mempengaruhi kesempurnaan fisiknya di kemudian hari.
6

2) Anak-anak memerlukan kalsium untuk pertembuhan tulang dan gigi mereka.


Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami kerentanan masalah pada
gigi. Orang dewasa membutuhkan kalsium untuk terus-menerus meremajakan
sistem tulang dan giginya.
3) Asupan kalsium yang cukup akan mencegah osteoporosis. Bila tidak
mendapat cukup kalsium dari makanan, tubuh akan mengambilnya dari “bank
kalsium” pada persendian tangan, kaki dan tulang panjang lainnya.
Kekurangan konsumsi kalsium dalam waktu lama akan mengakibatkan tulang
mengambilnya langsung dari tulang-tulang padat. Hal ini mengakibatkan
tulang keropos dan mudah patah (osteoporosis).
4) Penyimpaan glikogen. Kalsium berperan dalam proses penyimpanan
glikogen. Bila tidak ada kalsium, tubuh akan merasakan lapar terus-menerus
karena tidak dapat menyimpan glikogen.
5) Melancarkan fungsi otot, otak dan sistem saraf. Otot, otak dan sistem saraf
membuthkan kalsium agar agar dapat berfungsi optimal. Kalsium sangat
berperan dalam proses kontraksi otot, konduksi listrik jantung dan fungsi
otak. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan spasme (kejang) otot dan
gangguan fungsi otak dan sistem saraf.
6) Kalsium juga penting dalam kehidupan sel dan cairan jaringan, aktivitas
beberapa sistem enzim, membantu dalam proses kontraksi otot dan menjaga
normalitas kerja jantung ( Nurrahmani, 2012).
b. Kebutuhan Kalsium Dalam Tubuh
Kalsium adalah mineral yang paling banyak diperlukan oleh tubuh.
Kelompok umur 19-29 tahun rata-rata asupan kalsium sebanyak 800 mg/hari
dianggap dapat memenuhi kecukupan kalsium baik pria maupun wanita.
Orang dewasa kelompok umur 31-50 tahun pria maupu wanita, asupan rata-
rata 800 mg/hari dianggap dapat memenuhi kecukupan kalsium sehari.
Kelompok di atas 50 tahun, karena umumnya terjadi pengeroposan tulang dan
penyerapan mulai menurun dengan bertambahnya usia maka asupan kalsium
rata-rata 1000 mg/ hari dapat memenuhi kecukupan kalsium kelompok ini
( Oenzil, 2012).
7

Angka kecukupan gizi (AKG) kalsium berdasarkan Widyakara Nasional


Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2004 pada lansia berusia 50-64 tahun dan di
atas 65 tahun baik pada lansia pria dan wanita sama, yaitu sebesar 1000
mg/hari (Fatmah, 2010).

c. Absorpsi dan Ekskresi Kalsium


1) Absorpsi Kalsium
Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi
diabsorpsi di tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa
pertumbuhan , dan menurun pada proses menua. Kalsium diabsorbsi melalui
mukosa usus dengan dua cara: transpor aktif dan difusi pasif. Absorpsi
kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium
membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Absorpsi
kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut
protein-pengikat kalsium.Transport aktif dipengaruhi oleh status kalsium dan
vitamin D individu, umur, kehamilan dan laktasi. Transport aktif terjadi saat
asupan kalsium rendah, transport aktif diatur melalui 1,25-dihidroksi vitamin
D dan reseptor usus (Almatsier, 2009).
Difusi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna. Difusi pasif dilakukan
saat asupan kalsium tinggi. Absorpsi kalsium merupakan proses kompleks
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah kalsium dalam diet,
kebutuhan akan kalsium, usia, jenis kelamin, penggunaan obat-obatan
tertentu, dan keberadaan zat gizi lainnya seperti laktosa, protein, dan vitamin
D (Guthrie & Picciano, 1995). Kalsium hanya dapat diabsorpsi bila terdapat
dalam bentuk larut-air dan tidak mengendap karena unsur lain, seperti
oksalat.
2) Ekskresi Kalsium
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui fases. Jumlah kalsium
yang diekskresi melalui urin rata-rata 100-400 mg/hari. Kalsium yang
difiltrasi glomerolus sebagian besar diabsorpsi kembali pada bagian
proksimal tubulus renalis, loop henle dan sedikit bagian distal tubulus renalis
(Prasetyawan, 2002).
8

Sumber: Guyton & Hall (2011)


Gambar1.2 : Metabolisme Kalsium dalam Tubuh

Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah


kalsium yang diabsorbsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkatkan
asidosis dan pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi
melalui sekresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna , dan melalui
keringat (Almatsier, 2009).

d. Gangguan metabolisme
Adapun kelainan yang disebabkan oleh gamgguan kadar kalsium tubuh
yaitu :
1) Hipokalsemia
Hipokalsemia menyebabkan hiperekstabilitas sistem syaraf efek lain dari
hipoklasemia dalam jangka panjang adalah katarak dan depresi mental dan
bisa juga disebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium umumnya tidak
dirasakan pada awalnya. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, tulang menjadi kurang kuat, mudah bengkok atau rapuh
sehingga menyebabkan fraktur. Apabila masa tulang tidak mencapai
maksimal pada usia 30 tahun, maka kehilangan kalsium pada usia 50 tahun
semakin besar, sehingga resiko patah tulang akibat osteoporosis semakin
besar.
9

Hipokalsemia ini biasanya seperti nyeri otot tulang pergerakan tidak


normal pada seluruh otot licin dan otot jantung, jika supan kalsium alam
tubuh tidak memadai maka akan terjadi nyeri pada otot tulang. Keropos
tulang, daya ingat berkurang, rangsangan pada syaraf otak besar brhubungan
erat dengan transmisi ion kalsium di dalam dan di luar neuron.
2) Hiperkalsemia
Kelebihan mengkonsumsi kalsium dapat menyebabkan batu ginjal dan
gangguan ginjal, disamping itu dapat juga menyebabkan konstipasi (susah
buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila mengkonsumsi suplemen
kalsium berupa tablet atau bentuk lainnya. Mengakibatkan peenghambatan
dari sekresi hormon paratiroid sehingga dibutuhkan kadar kalsium lebih
tinggi untuk menekan sekresi hormon paratoid dan perkembangan
metabolisme yang tidak efektif (Rachmawaty, 2009).
e. Faktor- Faktor yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium
Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam
tubuh semakin efisiensi absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada
pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktivitas
fisik yang meningkatkan densitas tulang, Jumlah kalsium yang dikonsumsi
mempengaruhi absorpsi kalsium,. Penyerapan akan meningkat apabila
kalsium yang dikonsumsi menurun (Almatsier, 2009).
Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25 (OH)D3 merangsang absorpsi
kalsium melalui langkah-langkah kompleks. Vitamin D meningkatkan
absorpsi pada mukosa usus dengan cara merangsang produksi protein-
pengikat kalsium. Absorpsi kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam.
Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi dengan cara
menurunkan Ph di bagian atas duodenum. Asam amino tertentu
meningkatkan pH saluran cerna, dengan demikian membantu absorpsi
(Almatsier, 2009).
Aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Laktosa
meningkatkan absorpsi bila tersedia cukup enzim katalse. Lemak
meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, dengan demikian
10

memberi waktu lebih banyak untuk absorpsi kalsium. Absorpsi kalsium lebih
baik bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan (Almatsier, 2009).

f. Faktor-Faktor yang Menurunkan Absorpsi Kalsium


Kekurangan Vitamin D dalam bentuk aktif menghambat absorpsi
kalsium. Asam oksalat juga dapat menghambat absorpsi kalsium. Asam
oksalat terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam, sayuran lain dan
kakao akan membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut, sehingga sulit
diabsopsi. Serat juga menurunkan absorpsi kalsium, diduga karena serat
menurunkan waktu transit makanan di dalam saluran cerna sehingga
mengurangi kesempatan untuk absorpsi(Almatsier, 2009).
Stres mental atau stres fisik cenderung menurunkan absorpsi dan
meningkatkan ekskresi. Proses menua merupakan efisiensi absorpsi kalsium.
Orang yang kurang bergerak karena sakit atau usia tua bisa kehilangan
sebanyak 0,5% kalsium tulang dalam sebulan dan tidak mampu
menggantinya. Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya dekalsifikasi
tulang, dalam suasana basa bersama fosfor kalsium membentuk kalsium
fosfat yang tidak larut sehingga menghambat absorbsi (Almatsier,2009).

g. Akibat Kekurangan Kalsium


Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Pada usia
dewasa, terutama diatas 50 tahun akan kehilangan kalsium dari tulangnya.
Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang
dipercepat oleh keadaan stress sehari-hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi
pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang kulit putih
daripadakulit berwarna. Di samping itu osteoporosis lebih banyak terjadi pada
perokok dan peminum alkohol ( Almatsier, 2009).
Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang
dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena
kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap
fosfor. Mineralisasi matriks tulang teganggu, sehingga kandungan kalsium di
dalam tulang menurun (Almatsier, 2009).
11

Menurut Kartono dan Soekarti (2004), kekurangan kalsium dapat


meningkatkan resiko osteoporosis pada orang dewasa yaitu gangguan yang
menyebabkan secara bertahap jumlah dan kekuatan jaringan tulang.
Penurunan itu disebabkan oleh terjadinya demineralisasi, yaitu tubuh yang
kekurangan kalsium akan mengambil simpanan kalsium yang ada pada tulang
dan gigi. Pada masa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat menyebabkan
pengurangan pada masa dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk.
h. Efek Kelebihan Kalsium
Konsumsi kalsium tidak lebih dari 2.500 mg per hari masih bisa
ditoleransi oleh tubuh, dengan cara mengeluarkan melalui keringat, urine,
fases, maka konsumsi kalsium hendaknya tidak lebih dari 2.500 mg sehari.
Kelebihan kalsium dapat menyebabkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Di
samping itu dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar).
Kelebihan kalsium bisa terjadi bila mengkonsumsi suplemen kalsium
(Almatsier, 2009).
i. Sumber Kalsium
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu seperti keju, ikan
dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering adalah sumber kalsium yang
baik. Serelia, kacang-kacangan dan dan hasil olahannya seperti keju dan
tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi
bahan makanan ini mengandung banyak zat penghambat penyerapan kalsium
seperti serat, fitat dan oksalat. Susu non fat adalah sumber terbaik kalsium,
karena ketersediaan biologiknya tinggi. Kebutuhan kalsium terpenuhi bila
kita makan makanan seimbang setiap hari (American Dietetic, Association,
1998).
12

Kandungan
Makanan Ukuran 1 porsi
kalsium
Susu 1 cangkir 240 ml 300 mg
Keju cheddar 1,5 oz 42 gr 300 mg
Yougurt rendah lemak 8 oz 240 g 300-415 mg
Jus jeruk yang sudah difortifikasi 1 cangkir 240 ml 300 mg
Jeruk 1 bh sedang 1 bh sedang 50 mg
Sarden atau ikan salmon dg 20 sarden 240 mg 50mg
tulang ½ cangkir yang dihaluskan 160 g 44 mg
Ubi
Tabel 2.1 Sumber Kalsium yang Terkandung dalam 1 Posi Makanan
Sumber : American Academy of Pediatric, 1999

Tabel 2.2 Nilai kalsium berbagai bahan makanan (mg/100 gram)


mg
Bahan Makanan Mg Bahan Makanan
Susu Bubuk 904 Tahu 124
Keju 777 Kacang merah 80
Susu Sapi Segar 143 Kacang tanah 58
Yogurt 120 Oncom 96
Udang Kering 1209 Tepung kacang kedelai 195
Teri Kering 1200 Bayam 265
Sardines (kaleng) 354 Sawi 220
Telur Bebek 56 Dau melinjo 219
Telur Ayam 54 Katuk 204
Ayam 14 Selada air 182
Daging Sapi 11 Daun singkong 165
Susu Kental Manis 275 Ketela pohon 33
Kacang kedelai, kering 227 Kentang 11
Tempe kacang kedelai murni 129 Jagung kuning, pipil 10
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes, 1979.

3. Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo yang berarti tulang dan porus berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur tulang dengan
menurunkan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang. Tulang yang keropos mudah patah atau fraktur (Tandra, 2009).
Jadi, osteoporosis ditandai dengan dua hal, yaitu pertama densitas
(kepadatan) tulang berkurang, dan kedua kualitas tulang juga menurun.
Densitas tulang adalah kepadatan tulang, yaitu berapa gram mineral per
volume tulang. Sedangkan kualitas tulang menyangkut arsitektur,
13

penghancuran, dan pembentukan kembali (mineralisasi) tulang (Tandra,


2009).
Masa tulang laki-laki dan perempuan akan berkurang seiring
bertambahnya bertambahnya usia. Masa tulang pada perempuan berkurang
lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan pada masa
menopause, fungsi ovarium menurun drastis yang berdampak pada
berkurangnya hormon esterovgen dan progesteron. Saat hormon esterogen
turun kadarnya karena usia lanjut , terjadilah penurunan aktivitas sel osteoblas
(pembentukan tulang baru) dan peningkatan kerja osteoklas (penghancuran
tulang). Jadi, secara kodrati osteoporosis lebih banyak menyerang perempuan
yaitu 2,5 kali lebih sering dibandingkan dengan laki-laki (Junaidi, 2007).

a. Klasifikasi Osteoporosis
1) Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer terjadi pada wanita pascamenopause dan pada pria
pada usia lanjut. Pada wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal
yang tidak seefektif biasanya. Hormon esterogen yang berfungsi melindungi
tulang dalam tubuh malah berkurang jumlahnya. Osteoporosis primer
biasanya disebut sebagai osteoporosis postmenopausal.

Sementara itu, pada pria osteoporosis primer yang terjadi adalah


osteoporosis senilis. Osteoporosis ini terjadi akibat kekurangan kalsium
akibat penuaan usia. Osteoporosis senilis bisa juga terjadi pada wanita. Jadi,
wanita yang sudah lanjut usia bisa terkena osteoporosis senilis dan
postmenopausal.
2) Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan
hormonal, dan juga kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol
secara berlebihan, rokok, kafein, dan kurangnya aktivitas fisisk. Berbeda
dengan osteoporosis primer yang terjadi karena faktor usia, osteoporosis
sekunder bisa saja terjadi pada orang yang masih berusia muda. Jadi,
perhatian pada penyakit ini sebaiknya tidak hanya difokuskan pada orang tua
saja.
14

Osteoporosis sekunder yang berkaitan dengan penyakit juga ditemukan


pada orang yang mengidap penyakit cushing disease (kelainan hormon karena
tingginya kortisol dalam darah), hipertiroid (kelebihan hormon tiroid),
hiperparatiroid, gangguan ginjal kronis, anoreksia nervosa, dan beberapa
penyakit lain.
3) Osteoporosis Juvenil Idiopatik pada Anak
Ada kalanya osteoporosis terjadi pada anak-anak atau orang dewasa yang
usianya masih muda. Biasanya penyebab osteoporosis jenis ini berkaitan
dengan osteoporosis sekunder. Meskipun begitu, ada pula osteoporosis pada
anak dan remaja yang belum diketahui penyebabnya. Osteoporosis ini disebut
sebagai osteoporosis juvendil idiopatik.Kadar nutrisi dalam tubuh penderita
juga normal dan baik-baik saja. Selain itu, kadar hormon mereka termasuk
kadar normal.
4) Osteoporosis Imperfecta
Osteoporosis imperfecta termasuk osteoporosis yang jarang terjadi sama
seperti osteoporosis juvendil. Penyebabnya adalah adanya ketidaknormalan
pada kualitas dan jumlah kolagen pada tulang. Ketidaknormalan ini
disebabkan oleh kelaianan genetik. Cukup banyak penderitanya yang
memiliki riwayat keluarga dengan osteoporosis imperfecta. Tubuh penderita
termasuk kecil dan giginya juga rapuh (dentinogenesis imperfecta).

b. Faktor Penyebab Osteoporosis


Terjadinya osteoporosis pada seseorang biasanya dipengaruhi beberapa
faktor yaitu :
1) Faktor yang tidak dapat dikontrol :
a) Umur
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun.
Pada usia 60-75 tahun, wanita memiliki resiko 2 kali lipat dibandingkan pria
dalam mengalami kehilangan tulang trabecular karena proses penuaan,
penyerapan kalsium menurun, dan dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
b) Jenis kelamin
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon esterogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak
15

35 tahun. Selain itu, wanitapun mengalami menopause yang terjadi pada usia
45 tahun.
c) Status hormonal
Adanya berbagai macam hormon di dalam tubuh yang bekerja dalam
pembangunan dan melindungi tulang. Gangguan pada hormon ini dapat
meningkatkan resiko osteoporosis. Diantaranya adalah sebagai berikut ;
1) Hormon Esterogen
Hormon esterogen berpengaruh terhadap perlindungan tulang, baik pada
wanita maupun pada pria. Esterogen menghasilkan hormon kalsitonin yang
berfungsi untuk melindungi tulang dari pengeroposan. Jumlah hormon
esterogen akan menurun ketika seorang wanita memasuki masa menopause.
2) Hormon Testosteron
Kekurangan hormon testosteron adalah penyebab osteoporosis primer
pada pria. Selaiin pada pria, hormon ini pun ditemukan pada wanita meski
dalam jumlah yang sedikit. Hormon ini berpengaruh dalam memperkuat
tulang dan otot. Ia mampu meningkatkan pembentukan tulang.
3) Hormon Paratiroid
Hormon paratiroid juga salah satu hormon yang digunakan sebagai terapi
osteoporosis. Fungsi hormon ini adalah untuk menjaga kadar kalsium dengan
meningkatkan kadarnya dalam darah. Hormon ini mengambil kalsium dari
tulang untuk diedarkan di dalam darah. Dalam usus melalui ginjal, hormon
ini meningkatkan aktivitas vitamin D sehingga usus mampu menyerap
kalsium. Hormon ini mengatur kalsium di dalam tubuh.
4) Hormon Kalsitonin
Hormon kalsitonin dihasilkan di kelenjar tiroid. Sel yang menghasilkan
hormon ini berbeda dengan sel pembentuk hormon tiroid meskipun mereka
dihasilkan ditempat yang sama. Fungsi hormon ini lebih efektif ketika
manusia masih muda. Tugasnya adalah menghentikan aktivitas osteoblas.
5) Hormon Kaltrisiol
Kaltrisiol adalah salah satu hormon yang mengatur kalsium di dalamm
tubuh. Hormon ini berasal dari vitamin D yang aktif dalam tubuh. Kaltrisiol
dikenal juga dengan nama 1,25-dihidrokdi vitamin D. Hormon ini dibentuk
16

dengan bantuan enzim di dalam hati dan dan ginjal. Fungsinya untuk
menyerap kalsium dan fosfor serta memberi makanan mineral pada tulang.
d) Ras
Selain itu, orang dengan ras Asia dan Kaukasia pun lebih rentan terkena
osteoporosis. Faktor genetik dan lingkungan memang memprengaruhi tingkat
resiko ini. Orang berkulit hitam di Afrika adalah orang yang paling kebal dari
serangan osteoporosis. Mereka memang hidup di daerah yang panas dan
hampir setiap saat terkena panas matahari. Sinar matahari akan membantu
perkembangan tulang.

e) Genetik
Faktor genetik pun berpengaruh pada resiko terjangkit osteoporosis. Jika
dalam keluarga seseorang pernah terjadi riwayat osteoporosis, maka
kecenderungan untuk terkena osteoporosis lebih tinggi.
c. Faktor yang dapat dikontrol
1) Alkoholisme dan Minum kopi berlebihan
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan
tulang keropos, rapu, dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan
Dr. Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Centre di
Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan
keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih
banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses
pembentukan tulang. Selain itu, kafein dan alkohol bersifat toksin yang
menghambat proses pembentukan massa tulang.
2) Merokok
Rokok juga merupakan salah satu penyebab osteoporosis. Nikotin di
dalamnya akan membantu pengeroposan tulang dan pada wanita bisa
menghambat aktivitas hormon esterogen. Efek nikotin tidak akan terasa krtika
usia perokok masih muda. Namun, pada usia 35 tahunan, ketika tulang mulai
berhenti untuk berkembang, maka efek tersebut mulai terasa.
3) Minuman bersoda
Minuman bersoda juga disebut sebagai salah satu penyebab osteoporosis.
Jika dikonsumsi berlebihan, maka bisa saja melemahkan kepadatan tulang.
17

Sama seperti alkohol, soda membawa kalsium terbuang lewat urine.


Minuman bersoda mengandung fosfor yang membentuk hormon paratiroid.
Sayangnya, hormon ini malah membantu kalsium untuk untuk terlepas dari
darah.
4) Kurangnya Olahraga dan Aktivitas Fisik
Kurang aktivitas sehingga pembebanan pada tulang kurang sehingga
kepadatan atau densitas tulang akan rendah. Mereka yang malas bergerak atau
olahraga akan terhambat proses osteoblasnya. Selain itu, kepadatan massa
tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan
akan memacu tulang untuk membentuk tulang.
5) Kurangnya Nutrisi
Kurangnya asupan nutrisi yang mendukung tulang juga mempengaruhi
resiko osteoporosis. Nutrisi yang biasanya dibutuhkan adalah kalsium,
vitamin D, vitamin K, dan sebagainya. Aktivitas berlebihan dalam ruangan
pun membuat kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan sinar matahari
yang memberi vitamin D (Tjahjadi, 2002).
d. Gejala Osteoporosis
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai
puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang
sehingga tulang menjadi hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk
tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan
keluhan atau gejala sebagai berikut :
1) Makin pendek
Penyusutann atau penurunan tinggi badan disebabkan oleh kerusakan
tulang belakang akibat fraktur kompresi. Proses ini bisa berlangsung selama
bertahun-tahun dan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri pinggang kronis bisa
menjadi salah satu indikator penyusutan tinggi badan dan osteoporosis.
Penyebab penurunan tinggi badan adalah fraktur tulang belakang yang
umumnya tanpa keluhan, tetapi tubuh menjadi semakin pendek dan bungkuk
(Tandra, 2009).
18

2) Patah Tulang
Penipisan pada tulang, baik itu tulang vertebrata ataupun tulang yang
lainnya dapat membuat tulang menjadi rapuh, ringan, dan akan mudah patah.
Hilangnya kekuatan dan kepadatan tulang akan menyebabkan tulang bisa
hancur sehingga akan terasa sakit dan tinggi punggung pun berkurang. Patah
tulang ini sering terjadi pada pergelangan, tulang belakang dan pinggul.
3) Tubuh membungkuk
Tubuh yang membungkuk (kiposis) atau dorsal kyphosis atau dowager’s
hump, biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruang tulang belakang dan
dan di daerah dada dan pinggang. Osteoporosis pada tulang belakang ini
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan badan
membungkuk ke depan.
e. Pengobatan dan Pencegahan Osteoporosis
Osteoporosis ini sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola
hidup sehat, seperti halnya mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, olahraga,
tidak mengkonsumsi alkohol dan lain sebagainya. Dibawah ini akan
dijelaskan mengenai trik-trik dalam pencegahan osteoporosis,
1) Sayuran dan buah-buahan pencegah osteoporosis
Lignan dan isoflavonoid dalam buah dan sayur berperan dalam mencegah
osteoporosis di dalam tubuh, kedua zat tersebut diubah menjadi komponen
yang strukturnya sama dengan esterogen.
2) Latihan fisik untuk pencegahan osteoporosis
Latihan fisik yang yang teratur juga membantu mencegah keadaan-
keadaan atau penyakit kronis, seperti oateoporosis, diabetes, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung iskemik, dan lainnya.
3) Terapi pengganti hormon
Terapi pengganti hormon esterogen-progesteron atau modulator reseptor
esterogen selektif yang dilakukan selama dan setelah menopause dapat
mengurangi perkembangan osteoporosis pada wanita.
4) Pemeriksaan Densitas Tulang
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis
ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan rontgen tulang. Dalam
19

mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang, dilakukan


pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Dari ciri-ciri khas tulang yang
menentukan kekuatannya, kandungan mineral paling mudah diukur. Beberapa
teknik pemeriksaan sudah tersedia, diantara nya adalah DXA (daul-energy-x-
ray absorptiometry) yang merupakan pemeriksaan yang paling baik (Tjahjadi,
2002).
4. Posyandu Lansia
a. Pengertian
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut
usia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat, dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannnya (Sunaryo,
2016).
b. Tujuan posyandu lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah: Pertama,
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan mesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Kedua,
mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
c. Pelayanan pada Posyandu Lansia
1) Fungsi pelayanan dan pemulihan
Bertujuan untuk meniadakan hambatan-hambatan atau masalah sosial
yang ada. Fungsi penyembuhan terutama untuk menanamkan dan
menumbuhkan fungsionalitas kembali dalam diri orang maupun anggota
masyarakat.
20

2) Fungsi pelayanan pencegahan


Dalam hal ini meliputi langkah-langkah untuk mencegah agar jangan
sampai timbul masalah sosial yang baru, juga langkah-langkah untuk
memelihara fungsionalitas seseorang maupun masyarakat.
3) Fungsi pelayanan pengembangan
Untuk mengembangkan kemampuan orang maupun masyarakat agar
dapat meningkatkan fungsionalitas mereka sehingga dapat hidup secara
produktif.
4) Metode Pemeriksaan Kalsium
a) Metode Ion Selektif Elektrode (ISE)
Metode Ion Selektif Elektrode adalah salah satu jenis elektrode yang
digunakan dalam potensiometri untuk mengukur jumlahnion terlarut dalam
suatu larutan. Sesuai dengan namanya Ion Selektif Elektrode memiliki
selektivitas yang tinggi. Selektivitas Ion Selektif Elektrode ditentukan oleh
komposisi membrannya. Idealnya membran hanya membiarkan satu ion
spesifik untuk ditangani. ISE adalah metode yang paling sering digunakan di
laboratorium untuk beberapa jenis pemeriksaan elektrolit. Karena metode ini
mempunyai akurasi yang baik, koefisien akurasi kurang dari 1,5%, kalibrator
dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu yang baik,
Ion Selektif Elektrode ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE indirek.
Ion Selektif Elektrode direk memeriksa secara langsung pada sampel plasma,
serum dan darah utuh. Metode inilah yang umumnya digunakan pada
laboratorium gawat darurat. Metode Ion Selektif Elektrode indirek yang
berkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi Ion Selektif Elektrode, yaitu
memeriksa sampel yang sudah diencerkan (Yaswir,2012).
Prinsip pengukuran metode Ion Selektif Elektrode yaitu pada dasarnya
alat yang menggunakan metode ini untuk menghitung kadar ion yang tidak
diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan
elektrolit sampel. Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap
perubahan listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran.
Perubahan potensial membran ini diukur kemudian dihitung untuk
mengetahui nilainya.
21

b) Metode Fotometri
Fotometri merupakan teknik pengukuran menggunakan sinar, yang diukur
adalah penyerapan sinar atau pelemahan sinar yang diberikan akibat interaksi
reaksi antara sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada
larutan zat warna yang akan ditentukan kadarnya. Penyerapan ini disebut
absorbsi dan transmisi sinar berbanding terbalik, semakin tinggi absorbsi
maka semakin rendah nilai transmisi sinar yang diterima. Transmisi sinar
biasanya disebut transmitted dan nilainya berupa transmitan dalam (%).
Fotometer adalah alat analisa yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan energi cahaya untuk analisa kuantitatif. Prinsip pengukurannya secara
fotometer adalah larutan suatu zat dengan kepekaan tertentu dihisap, lalu
melewati sinar makromatis tertentu maka sebagian sinar tersebut akan
diabsorbsi tergantung dari konsentrasi zat dalam larutan.
1) Teknik pengukuran kinetik (enzimatik)
Reaksi kimia antara analyte dan reagen dimana pengukuran dilakukan
terhadap aktifitas enzim dalam reaksi tersebut. Rata-rata nilai absorban
dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan.
2) Teknik end point (colorimetrik)
Reaksi kimia antara analyte dengan reagen yang menghasilkan kimia
warna, yang dibaca pada satu waktu tertentu (satu kali pembacaan).
Kestabilan warna nya antara 30-60 menit.
3) Teknik two point (fixed time)
Reaksi antara analyte dengan reagen, yang dilakukan dua kali pembacaan
absorban (penyerapan cahaya). Perbedaan pembacaan pertama dengan
pembacaan kedua dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan. Ketepatan waktu pembacaan akan
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.
Pada penelitian ini metode pemeriksaan yang digunakan yaitu metode
fotometerik.
B. KERANGKA KONSEP :

Lansia Kadar Kalsium Darah


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif, menggambarkan keadaan kadar kalsium
darah pada lansia di posyandu lansia UPT Puskesmas Rawat Inap Talang
Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019
dengan variabel kalsium darah pada lansia.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Posyandu Lansia UPT Puskesmas Rawat Inap
Talang Jawa dengan waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2019
serta pemeriksaan dilaksanakan di Laboratorium Klinik Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa
Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.
2. Sampel
Sampel diambil dari populasi melalui teknik purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1. Bersedia menjadi responden
2. Berusia ≥ 60 Tahun
3. Merupakan anggota posyandu lansia
4. Mampu berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusi
1. Memiliki riwayat gagal ginjal
2. Mengonsumsi obat kortikosteroid
3. Tidak bersedia menjadi responden

22
23

D. Variabel dan Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala
Ukur Ukur Ukur
1. Kadar Kadar kalsium darah pada Metode Fotometer Kadara Ratio
Kalsium lansia di Posyandu Lansia di fotometrik kalsium
Darah Wilayah Kerja Puskesmas (mg/dL)
pada Rawat Inap Talang
Lansia

E. Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari kuisioner
dan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah pada lansia yang telah memenuhi
kriteria sebagai sampel, serta data sekunder yang diperoleh dari data populasi
anggota posyandu lansia di UPT Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa.
Pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan Penelitian
a. Mengurus izin penelitian dari Poltekkes Tanjungkarang, Kepala kader
posyandu serta Kepala Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa.
b. Mempersiapkan alat dan bahan observasi penelitian berupa kuisioner,
informed consent, serta alat dan bahan pemeriksaan laboratorium.

2. Pelaksanaan penelitian:
a. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti harus menuju lokasi penelitian.
b. Peneliti menjelaskan dan memberikan kuesioner penelitian.
c. Peneliti memberikan informed consent penelitian atau ketersediaan menjadi
responden.
d. Peneliti melakukan pengambilan sampel
e. Setelah mendapatkan sampel, peneliti melakukan pemeriksaan kalsium darah
secara fotometrik

3. Alat dan bahan pemeriksaan :


a. Alat
24

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah fotometer, tabung


reaksi, rak tabung reaksi, mikropipet, tip biru, sentrifus, spuit, vacuntainer,
torniquet, kapas alkohol 70%, icebox, tissue.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuadest, spesimen,
bahan Quality Control (QC) dan reagen kerja.
1) Spesimen : Serum
Serum, plasma heparin
Stabilitas dalam serum : 10 hari pada suhu 20 - 25⁰C.
2) Komponen dan konsentrasi reagen kalsium
Reagen BUF : 100 ml Larutan Penyangga
Lysine Buffer (pH 11.1) 0.2 mol/l
Sodium Azide 0.095 %

Reagen RGT: 100 ml Reagen Warna


8-Hydroxyquinoline 14 mmol/l
o-Cresolphthalein-complexone 0.1 mmol/l
Asam Hydrochloric 40 mmol/l

Reagen STD: 3 ml Standar


Kalsium (II) 8 mg/dl atau 2 mmol/l
Sodium Azide 0.095 %

Preparasi Reagen: dipipet reagen RGT dan reagen BUF dengan volume yang
sama, lalu dihomogenkan dan tunggu hingga 30 menit pada suhu ruang
sebelum digunakan.

4. Pengambilan sampel
Teknik pengambilan darah vena mediana cubiti :
a. Diletakkan tangan pasien di atas meja atau tangan diluruskan
b. Dipasang tourniquet tiga jari di atas lipat siku. Pemasangan tourniquet tidak
boleh lebih dari satu menit, hal ini untuk menjaga terjadinya
25

hemokonsentrasi. Untuk pengambilan darah vena pasien diminta untuk


membuka dan menutup genggaman beberapa kali
c. Dipilih bagian vena median cubital
d. Dilakukan desinfektan dengan kapas alkohol 70% dengan satu kali usapan
pada daerah vena yang akan dilakukan pengambilan darah dan dibiarkan
mengering
e. Ditusuk vena dengan spuit, lubang jarum menghadap ke atas dengan sud-ut
kemiringan antara jarum dengan kulit 15°
f. Setelah volume darah yang diambil cukup, tourniquet dilepaskan, ditekan
tempat penusukan dengan kapas kering, kemudian jarum ditarik perlahan dan
pasien diminta untuk mereganggkan kepalan tangannya.
g. Diletakkan kapas pada bagian bekas tusukan
h. Diplaster bagian bekas tusukan selama kurang lebih 15 menit.
i. Sampel darah yang di dapat langsung dimasukan ke dalam botol penampung
yang telah disediakan, masukan secara perlahan melalui dinding tabung
(Ganda Soebrata, 2010).

5. Penanganan sampel
a. Darah yang sudah siap di dalam tabung disimpan dalam icebox kemudian
sampel darah di bawa ke laboratorium Puskesmas Talang Jawa.
b. Darah disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm hingga
terbentuk serum.
c. Serum yang terbentuk dipisahkan dari eritrosit
d. Serum dibawa ke laboratorium klinik Analis Kesehatan

6. Pemeriksaan kadar kalsium darah


a. Metode :
Tes Fotometrik menggunakan cresolphthalein complexone.
b. Prinsip kerja :
Ion kalsium bereaksi dengan o-cresolphthalein-complexone dalam
medium basa untuk membentuk kompleks berwarna ungu. Absorbansi
kompleks ini sebanding dengan konsentrasi kalsium dalam sample.
26

c. Reaksi kerja :
Ca2+¿ + o-CPC Alkali Kompleks Ca-o-CPC (berwarna lembayung)
d. Nilai rujukan :
Serum/plasma: 8.1-10.4 mg/dl atau 2.02-2.60 mmol/l
e. QC : 8,70 mg/Dl
f. Faktor konversi :
kalsium [mg/dl] x 0,2495 = kalsium [mmol/L]

7. Cara pemeriksaan
a. Cara menghidupkan alat fotometer MD 150 :
1. Pastikan alat sudah terhubung dengan arus listrik.
2. Tekan tombol power pada posisi ON (posisi tombol power di kanan
belakang)
3. Setelah hidup alat akan melakukan start up. Setelah selesai alat meminta
untuk dihisapkan aquadest. Pada layar tampak “ destilled water test please
aspirate “
4. Letakkan botol aquadest pada “pippete” lalu tekan ‘Aspirating key/sipper”,
aquadest akan terhisap.
5. Alat akan membaca aquadest, setelah selesai akan muncul menu utama yang
terdiri dari : “TEST”, “RECORDS”, “SYSTEM”, “POWER OFF”.

b. Cara pemrograman
1. Dari menu utama pilih “TEST’
2. Akan tampak pilihan test (Menu”select test”), pilih/klik/blok test yang ingin
diprogram lalu klik “OK”.
3. Selanjutnya akan tampak (menu “test parameter”), istilah semua test box yang
tampak, sesuaikan dengan aplikasi reagensia yang dipakai.

c. Cara membaca sampel


27

1. Dari menu utama pilih “TEST’


2. Akan tampak pilihan test (Menu ”select test”), pilih/klik/blok test yang ingin
diprogram lalu klik “OK”.
3. Alat akan menyesuaikan dengan program yang akan dibaca. Ikuti petunjuk
yang ditulis berwarna biru diatas grafik.
4. Setelah suhu stabil akan diminta membaca aquadest.
5. Untuk membaca standar klik calb(kalibrasi), untuk membaca QC klik QC
(Quality Kontrol), untuk membaca sampel langsung saja.

d. Prosedur kerja blanko/quality kontrol/sampel


1. Disiapkan tabung yang bersih dan kering
2. Serum kontrol/akuades/sampel dipipet sebanyak 20 µl dan dimasukan ke
dalam tabung reaksi.
3. Ditambahkan reagen kerja sebanyak 1000 µl
4. Dihomogenkan dan diinkubasi selama 5-30 menit pada suhu 37°C
5. Lalu di baca pada panjang gelombang 570 nm
6. Letakkan tabung reaksi pada “pipette” lalu tekan “Aspirating key/sipper”,
larutan kontrol/aquadest/sampel akan terhisap.
7. Alat akan menghisap larutan kerja dan akan keluar hasil.
(Instruksi Kerja Laboratorium Klinik Jurusan Analis Kesehatan, 2014).

F. Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
univariat. Analisa ini dilakukan untuk mengamati distribusi frekuensi dari
variabel yang diamati yaitu kadar kalsium darah pada lansia di posyandu
lansia UPT Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa nilai rata-rata, kadar kalsium
darah tinggi, kadar kalsium darah normal dan kadar kalsium darah rendah.
28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah pada lansia di Posyandu
Lansia UPT Puskesmas Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten
Lampung Selatan didapatkan hasil debagai berikut:
Tabel 1.4 Kadar Kalsium Darah Pada Lansia
Variabel Rata - Rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi
Kadar Kalsium
8.16 mg/dL 5.04 mg/dL 12,3 mg/dL
(mg/dL)

Hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 1.4 dari 30 wanita lansia
diperoleh kadar kalsium darah dengan hasil terendah 5.04 mg/dL, hasil tertinggi
12.3 mg/dL, dan rata – rata kadar kalsium darah 8.16 mg/dL.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kaslium darah pada lansia di posyandu


lansia UPT Puskesmas Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten
Lampung Selatan didapatkan hasil debagai berikut :
Tabel 2.4 Persentase Kadar Kalsium Darah Pada Lansia Berdasarkan Jenis
Kelamin

Kriteria

Jenis Rendah Normal Tinggi Total %

Kelamin ( orang )
Frekuensi Persentas Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(orang) e (orang) (%) (orang) (%)
(%)
Laki – Laki 5 55,5 2 22,3 2 22,3 9 100
Perempuan 11 52,3 8 38,1 2 9,6 21 100

Total sampel 30

Hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 2.4 kadar kalsium darah pada 30
lansia berdasarkan jenis kelamin didapatkan 9 lansia laki – laki diperoleh 5
29

responden (55,5%) memiliki kadar kalsium serum yang rendah, 2 responden


(22,3%) dengan kadar kalsium serum yang normal dan 2 responden (22,3%)
dengan kadar kalsium serum yang tinggi. Pada jenis kelamin perempuan di
dapatkan 21 lansia perempuan diperoleh 11 responden (52,3%) memiliki kadar
kalsium rendah, 8 responden (38,1%) dengan kadar kalsium normal dan 2
responden (9,6) dengan kadar kalsium tinggi.

B. Pembahasan
Hasil pemeriksaan dalam penelitian ini menunjukkan (16,7%) 5
responden berjenis kelamin laki-laki dan (36,6%) 11 responden berjenis kelamim
perempuan memiliki kadar kalsium serum rendah (hipokalsemia).
Hasil ini menggambarkan bahwa wanita mempunyai resiko osteoporosis
lebih besar daripada pria. Secara umum wanita memiliki resiko osteoporosis
empat kali lebih banyak dari pria. Hal ini terjadi antara lain karena massa tulang
wanita lebih kecil dari pria (Wirakusumah, 2007).
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha Wana Seraya Denpasar, dimana dilakukan pemeriksaan kadar kalsium
darah terhadap wanita menopause usia 50 – 60 tahun menunjukann penurunan
kadar kalsium darah paling banyak terjadi pada wanita menopause yang berusia
60 tahun (Fridayani, 2011).
Pada perempuan, hormon esterogen sangat berpengaruh dalam mempertahankan
kepadatan tulang. Saat kadar esterogen menurun pasca menopause, maka
penurunan kepadatan tulang akan semakin cepat. Percepatan penurunan massa
tulang pasca menopause ini merupakan penyebab utama terjadinya osteoporosis
pada perempuan (Guyton, 2000).
Hipokalsemia pada lanjut usia dikarenakan gangguan hemostasis kalsium
yang mengacu pada penurunan regulasi hormon dari kalsium serum yang
terionosasi oleh hormon paratiroid, vitamin D, dan serum kalsium yang
terionosasi sendiri. Kekurangan vitamin D sering terjadi pada lanjut usia, terutama
yang kurang terpapar sinar matahari atau selalu tinggal di dalam rumah. Dengan
bertambahnya vitamin D yang diserap dari sinar matahari, maka meningkat pula
penyerapan kalsium di dalam tubuh (Limawan, 2015).
30

Orang yang tidak melakukan olahraga ketahanan tubuh seperti berjalan, berlari,
bed rest sehingga cenderung tidak aktif, dapat kehilangan 0,5 % kalsium tulang
per bulan dan sulit untuk mengganti kehilangan kalsium tersebut (Guthrie &
Picciano, 1995).
Berdasarkan hasil kuisioner, dari 16 responden (53,3 %) yang memiliki kadar
kalsium rendah, 14 responden diantaranya jarang mengkonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung kalsium, jarang melakukan olahraga ketahanan tubuh
dan kurang terpapar sinar matahari sehingga di dapatkan kadar kalsium kurang
dari normal.
Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan menunjukkan 10 responden
(33, 3%) memiliki kadar kalsium yang normal. Salah satu faktor yang mungkin
menyebabkan kadar kalsium serum pada penelitian ini normal ialah responden
sering terpapar dengan sinar matahari sebab mayoritas lansia masih aktif dalam
kegiatan berkebun sehingga intensitas terpapar sinar matahari lebih sering. Sinar
matahari merupakan sumber utama vitamin D, salah satu fungsi vitamin D adalah
membantu penyerapan kalsium dalam usus.
Kadar kalsium darah yang normal disebabkan karena metabolisme kalsium di
dalam tubuh berjalan nornal dan tidak adanya gangguan pada faktor – faktor yang
mempengaruhi kadar kalsium darah tersebut. Menurut Sauberlich, kadar kalsium
serum dikontrol secara ketat oleh berbagai faktor termasuk asupan gizi yang
diterima oleh tubuh. Selain itu, kontrol juga dilakukan oleh 1,25- dehi

Anda mungkin juga menyukai