TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Lanjut Usia
Lanjut usia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melewati tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin buruk,gerakan lambat dan figur tubuh yang
tidak proporsional (Nasrullah, 2016).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 Tahun (enam puluh) tahun ke
atas. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kehiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut Usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Indriana,
2012).
Lanjut usia potensial biasanya hidup di rumah sendiri atau tidak tinggal
di Panti Werdha. Mereka, masih mampu bekerja dan mencari nafkah baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Lanjut usia tidak potensial
membutuhkan bantuan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Bagi yang masih memiliki keluarga, maka mereka
bergantung pada keluarganya. Bagi yang tidak lagi memiliki keluarga, bahkan
hidupnya terlantar, biasanya menjadi penghuni Panti Werdha yang berada di
bawah naungan Departemen Sosial. Segala kebutuhan hidupnya menjadi
1
2
tanggungan wajib Panti Werdha dan biasanya mereka tinggal di sana sampai
akhir hidupnya (Indriana, 2012).
Dalam masyarakat, sering kita jumpai anggapan dan pandangan yang
keliru tentang pengertian dan mitos mengenai lansia, sehingga hal tersebut
dapat merugikan para lansia itu sendiri. Anggapan dan pandangan yang keliru
itu menimbulkan stigma bagi para lansia di masyarakat, dan dapat
mempengaruhinya orang-orang yang sesungguhnya memiliki kepedulian
membantu para lansia. Anggapan dan pandangan yang keliru dalam
masyarakat mencakup : lansia berbeda dengan orang lain, lansia tidak dapat
belajar keterampilan baru serta tidak perlu pendidikan dan latihan, lansia
sukar memahami informasi baru, lansia tidak produktif dan menjadi beban
masyarakat, lansia tidak berdaya, lansia tidak dapat mengambil keputusan,
serta lansia sama dengan pikun (Sunaryo, 2016).
a. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Batasan umur pada lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
World Health Organitation(WHO) lansia dikelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan ( middle age) : usia 45-49 tahun
2) Lansia ( elderly ) : usia 60-74 tahun
3) Lansia tua (old ) : usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua ( very old ) : usia di atas 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi sebagai berikut :
1) Virilitas ( prasenium ) : Masa persiapan lanjut usia yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun ).
2) Usia lanjut dini ( senescen ) : Kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini ( usia 60-64 tahun )
3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : Usia
di atas 65 tahun (Fatmah,2010).
Pada lanjut usia kekuatan mesin pompa jantung berkurang. Berbagai
pembuluh darah penting khususnya jantung dan otak mengalami kekakuan.
Tidak hanya itu, pada proses menua kadar kapur (kalsium) dalam tulang
3
2) Mudah Lelah
Lelah dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan,
atau perasaan depresi), gangguan organi, misalnya anemia, kekurangan
vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan,
kelainan metabolisme (diabetes militus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan
uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran darah dan jantung,
serta pengaruh obat-obatan, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat
yang dapat melelahkan otot.
3) Sukar menahan buang air besar
Sukar menahan buang air besar dapat terjadi karena obat-obat pencahar
perut, keadaan diare, dan kelaianan pada usus rectum.
4) Berat badan menurun
Pada umumnya nafsu makan kurang karena kurangnya gairah hidup atau
kelesuan, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan
sehingga penyerapan makanan terganggu, dan faktor sosion ekonomi.
5) Nyeri pada sendi panggul
Nyeri pada sendi panggul disebabkan oleh adanya gangguan sendi
panggul misalnya : radang sendi (arthritis) dan sendi tulang yang keropos
(osteoporosis), kelainan tulang-tulang sendi berupa patah tulang dan
dislokasi, serta akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang
terjepit (Aspiani, 2014).
2. Kalsium
Kalsium termasuk ke dalam salah satu makro elemen, yaitu mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang lebih dari 100 mg sehari. Makro
elemen berfungsi sebagai zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai
bagian penting dari struktur sel dan jaringan (Sediaoetama; Almatsier, 2009).
Tubuh orang dewasa mengandung 1000-1300 gram kalsium (Ca) yang kurang
dari 2% berat tubuh. Kandungan normal kalsium darah adalah 9-11 mg per
100 mL. Sekitar 48% serum kalsium adalah adalah ionik, di mana 46% dalam
senyawa protein darah , sisanya dalam bentuk senyawa kompleks yang
mudah berdifusi, seperti dalam bentuk sitrat (Oenzil, 2012). Plasma darah
mengandung 10 mg/dl di plasma (9-10 mg/dl) unsur kalsium 40% terikat pada
5
protein, 60% sebagai kalsium bebas dan unsur phosphor terdapat dalam
konsentrasi 4 mg setiap 100 ml darah lengkap; sebagian besar terdapat di
bagian seluler darah tersebut (Soediaoetama, 2000).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalsium adalah bioavailabilitas,
aktivitas fisik dan keberadaan zat gizi lain. Bioavailabilitas kalsium,
penyerapan kalsium kurangbaik pada bahan makanan yang mengandung
tinggi asam oksalat (bayam, ubi jalar) atau asam filat (bijian, kacangan).
Karena kalsium yang dikonsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber
dan karena hasil penelitian tentang kalsium umumnya tidak dirinci sehingga
penyesuaian bioavailabelitas tidak dipertimbangkan dalam menetapkan
kebutuhan kalsium. Bioavailabelitas kalsium dari suplemen tergantung dari
suplemen akan baik jika dosisnya kurang dari 500 mg (Oenzil, 2012).
Usaha mempertahankan kadar kalsium darah dalam keadaan normal
tergantung pada keseimbangan antara masukan dan pengeluaran kalsium dari
aliran darah. Sumber kalsium dari aliran darah adalah diperoleh dengan diet
yang mengandung garam kalsium. Kalsium diabsorbsi dari saluran cerna dan
pengeluaran kalsium terjadi melalui saluran cerna, ginjal dan tulang, absorbsi
kalsium terutama terjadi di dalam usus halus yang ditingkatkan oleh kerja
hormon paratiroid yang sinergis serta metabolit aktif dari vitamin D
( Rachmawati, 2006).
a. Fungsi Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak dibutuhkan tubuh. Itu
artinya, kalsium berperan penting dalam hampir seluruh proses metabolisme
tubuh, tidak semata hanya berurusan dengan masalah metabolisme tulang.
Kalsium berperan dalam proses-proses vital tubuh.Peran kalsium dalam tubuh
dipaparkan di bawah ini :
1) Kalsium berperan dalam pembentukan tulang di masa awal kehidupan dan
pemeliharaannya di masa datang. Itulah mengapa ibu hamil sangat perlu
memerhatikan asupan kalsium selama proses kehamilannya. Jika tidak,
selama proses pembentukan organ, janin akan terancam kekurangan kalsium
dan dan akan mempengaruhi kesempurnaan fisiknya di kemudian hari.
6
d. Gangguan metabolisme
Adapun kelainan yang disebabkan oleh gamgguan kadar kalsium tubuh
yaitu :
1) Hipokalsemia
Hipokalsemia menyebabkan hiperekstabilitas sistem syaraf efek lain dari
hipoklasemia dalam jangka panjang adalah katarak dan depresi mental dan
bisa juga disebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium umumnya tidak
dirasakan pada awalnya. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, tulang menjadi kurang kuat, mudah bengkok atau rapuh
sehingga menyebabkan fraktur. Apabila masa tulang tidak mencapai
maksimal pada usia 30 tahun, maka kehilangan kalsium pada usia 50 tahun
semakin besar, sehingga resiko patah tulang akibat osteoporosis semakin
besar.
9
memberi waktu lebih banyak untuk absorpsi kalsium. Absorpsi kalsium lebih
baik bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan (Almatsier, 2009).
Kandungan
Makanan Ukuran 1 porsi
kalsium
Susu 1 cangkir 240 ml 300 mg
Keju cheddar 1,5 oz 42 gr 300 mg
Yougurt rendah lemak 8 oz 240 g 300-415 mg
Jus jeruk yang sudah difortifikasi 1 cangkir 240 ml 300 mg
Jeruk 1 bh sedang 1 bh sedang 50 mg
Sarden atau ikan salmon dg 20 sarden 240 mg 50mg
tulang ½ cangkir yang dihaluskan 160 g 44 mg
Ubi
Tabel 2.1 Sumber Kalsium yang Terkandung dalam 1 Posi Makanan
Sumber : American Academy of Pediatric, 1999
3. Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo yang berarti tulang dan porus berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur tulang dengan
menurunkan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang. Tulang yang keropos mudah patah atau fraktur (Tandra, 2009).
Jadi, osteoporosis ditandai dengan dua hal, yaitu pertama densitas
(kepadatan) tulang berkurang, dan kedua kualitas tulang juga menurun.
Densitas tulang adalah kepadatan tulang, yaitu berapa gram mineral per
volume tulang. Sedangkan kualitas tulang menyangkut arsitektur,
13
a. Klasifikasi Osteoporosis
1) Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer terjadi pada wanita pascamenopause dan pada pria
pada usia lanjut. Pada wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal
yang tidak seefektif biasanya. Hormon esterogen yang berfungsi melindungi
tulang dalam tubuh malah berkurang jumlahnya. Osteoporosis primer
biasanya disebut sebagai osteoporosis postmenopausal.
35 tahun. Selain itu, wanitapun mengalami menopause yang terjadi pada usia
45 tahun.
c) Status hormonal
Adanya berbagai macam hormon di dalam tubuh yang bekerja dalam
pembangunan dan melindungi tulang. Gangguan pada hormon ini dapat
meningkatkan resiko osteoporosis. Diantaranya adalah sebagai berikut ;
1) Hormon Esterogen
Hormon esterogen berpengaruh terhadap perlindungan tulang, baik pada
wanita maupun pada pria. Esterogen menghasilkan hormon kalsitonin yang
berfungsi untuk melindungi tulang dari pengeroposan. Jumlah hormon
esterogen akan menurun ketika seorang wanita memasuki masa menopause.
2) Hormon Testosteron
Kekurangan hormon testosteron adalah penyebab osteoporosis primer
pada pria. Selaiin pada pria, hormon ini pun ditemukan pada wanita meski
dalam jumlah yang sedikit. Hormon ini berpengaruh dalam memperkuat
tulang dan otot. Ia mampu meningkatkan pembentukan tulang.
3) Hormon Paratiroid
Hormon paratiroid juga salah satu hormon yang digunakan sebagai terapi
osteoporosis. Fungsi hormon ini adalah untuk menjaga kadar kalsium dengan
meningkatkan kadarnya dalam darah. Hormon ini mengambil kalsium dari
tulang untuk diedarkan di dalam darah. Dalam usus melalui ginjal, hormon
ini meningkatkan aktivitas vitamin D sehingga usus mampu menyerap
kalsium. Hormon ini mengatur kalsium di dalam tubuh.
4) Hormon Kalsitonin
Hormon kalsitonin dihasilkan di kelenjar tiroid. Sel yang menghasilkan
hormon ini berbeda dengan sel pembentuk hormon tiroid meskipun mereka
dihasilkan ditempat yang sama. Fungsi hormon ini lebih efektif ketika
manusia masih muda. Tugasnya adalah menghentikan aktivitas osteoblas.
5) Hormon Kaltrisiol
Kaltrisiol adalah salah satu hormon yang mengatur kalsium di dalamm
tubuh. Hormon ini berasal dari vitamin D yang aktif dalam tubuh. Kaltrisiol
dikenal juga dengan nama 1,25-dihidrokdi vitamin D. Hormon ini dibentuk
16
dengan bantuan enzim di dalam hati dan dan ginjal. Fungsinya untuk
menyerap kalsium dan fosfor serta memberi makanan mineral pada tulang.
d) Ras
Selain itu, orang dengan ras Asia dan Kaukasia pun lebih rentan terkena
osteoporosis. Faktor genetik dan lingkungan memang memprengaruhi tingkat
resiko ini. Orang berkulit hitam di Afrika adalah orang yang paling kebal dari
serangan osteoporosis. Mereka memang hidup di daerah yang panas dan
hampir setiap saat terkena panas matahari. Sinar matahari akan membantu
perkembangan tulang.
e) Genetik
Faktor genetik pun berpengaruh pada resiko terjangkit osteoporosis. Jika
dalam keluarga seseorang pernah terjadi riwayat osteoporosis, maka
kecenderungan untuk terkena osteoporosis lebih tinggi.
c. Faktor yang dapat dikontrol
1) Alkoholisme dan Minum kopi berlebihan
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan
tulang keropos, rapu, dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan
Dr. Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Centre di
Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan
keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih
banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses
pembentukan tulang. Selain itu, kafein dan alkohol bersifat toksin yang
menghambat proses pembentukan massa tulang.
2) Merokok
Rokok juga merupakan salah satu penyebab osteoporosis. Nikotin di
dalamnya akan membantu pengeroposan tulang dan pada wanita bisa
menghambat aktivitas hormon esterogen. Efek nikotin tidak akan terasa krtika
usia perokok masih muda. Namun, pada usia 35 tahunan, ketika tulang mulai
berhenti untuk berkembang, maka efek tersebut mulai terasa.
3) Minuman bersoda
Minuman bersoda juga disebut sebagai salah satu penyebab osteoporosis.
Jika dikonsumsi berlebihan, maka bisa saja melemahkan kepadatan tulang.
17
2) Patah Tulang
Penipisan pada tulang, baik itu tulang vertebrata ataupun tulang yang
lainnya dapat membuat tulang menjadi rapuh, ringan, dan akan mudah patah.
Hilangnya kekuatan dan kepadatan tulang akan menyebabkan tulang bisa
hancur sehingga akan terasa sakit dan tinggi punggung pun berkurang. Patah
tulang ini sering terjadi pada pergelangan, tulang belakang dan pinggul.
3) Tubuh membungkuk
Tubuh yang membungkuk (kiposis) atau dorsal kyphosis atau dowager’s
hump, biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruang tulang belakang dan
dan di daerah dada dan pinggang. Osteoporosis pada tulang belakang ini
menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan badan
membungkuk ke depan.
e. Pengobatan dan Pencegahan Osteoporosis
Osteoporosis ini sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola
hidup sehat, seperti halnya mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, olahraga,
tidak mengkonsumsi alkohol dan lain sebagainya. Dibawah ini akan
dijelaskan mengenai trik-trik dalam pencegahan osteoporosis,
1) Sayuran dan buah-buahan pencegah osteoporosis
Lignan dan isoflavonoid dalam buah dan sayur berperan dalam mencegah
osteoporosis di dalam tubuh, kedua zat tersebut diubah menjadi komponen
yang strukturnya sama dengan esterogen.
2) Latihan fisik untuk pencegahan osteoporosis
Latihan fisik yang yang teratur juga membantu mencegah keadaan-
keadaan atau penyakit kronis, seperti oateoporosis, diabetes, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung iskemik, dan lainnya.
3) Terapi pengganti hormon
Terapi pengganti hormon esterogen-progesteron atau modulator reseptor
esterogen selektif yang dilakukan selama dan setelah menopause dapat
mengurangi perkembangan osteoporosis pada wanita.
4) Pemeriksaan Densitas Tulang
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis
ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan rontgen tulang. Dalam
19
b) Metode Fotometri
Fotometri merupakan teknik pengukuran menggunakan sinar, yang diukur
adalah penyerapan sinar atau pelemahan sinar yang diberikan akibat interaksi
reaksi antara sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada
larutan zat warna yang akan ditentukan kadarnya. Penyerapan ini disebut
absorbsi dan transmisi sinar berbanding terbalik, semakin tinggi absorbsi
maka semakin rendah nilai transmisi sinar yang diterima. Transmisi sinar
biasanya disebut transmitted dan nilainya berupa transmitan dalam (%).
Fotometer adalah alat analisa yang didasarkan pada interaksi antara materi
dengan energi cahaya untuk analisa kuantitatif. Prinsip pengukurannya secara
fotometer adalah larutan suatu zat dengan kepekaan tertentu dihisap, lalu
melewati sinar makromatis tertentu maka sebagian sinar tersebut akan
diabsorbsi tergantung dari konsentrasi zat dalam larutan.
1) Teknik pengukuran kinetik (enzimatik)
Reaksi kimia antara analyte dan reagen dimana pengukuran dilakukan
terhadap aktifitas enzim dalam reaksi tersebut. Rata-rata nilai absorban
dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan.
2) Teknik end point (colorimetrik)
Reaksi kimia antara analyte dengan reagen yang menghasilkan kimia
warna, yang dibaca pada satu waktu tertentu (satu kali pembacaan).
Kestabilan warna nya antara 30-60 menit.
3) Teknik two point (fixed time)
Reaksi antara analyte dengan reagen, yang dilakukan dua kali pembacaan
absorban (penyerapan cahaya). Perbedaan pembacaan pertama dengan
pembacaan kedua dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan. Ketepatan waktu pembacaan akan
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.
Pada penelitian ini metode pemeriksaan yang digunakan yaitu metode
fotometerik.
B. KERANGKA KONSEP :
b. Kriteria eksklusi
1. Memiliki riwayat gagal ginjal
2. Mengonsumsi obat kortikosteroid
3. Tidak bersedia menjadi responden
22
23
E. Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari kuisioner
dan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah pada lansia yang telah memenuhi
kriteria sebagai sampel, serta data sekunder yang diperoleh dari data populasi
anggota posyandu lansia di UPT Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa.
Pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan Penelitian
a. Mengurus izin penelitian dari Poltekkes Tanjungkarang, Kepala kader
posyandu serta Kepala Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa.
b. Mempersiapkan alat dan bahan observasi penelitian berupa kuisioner,
informed consent, serta alat dan bahan pemeriksaan laboratorium.
2. Pelaksanaan penelitian:
a. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti harus menuju lokasi penelitian.
b. Peneliti menjelaskan dan memberikan kuesioner penelitian.
c. Peneliti memberikan informed consent penelitian atau ketersediaan menjadi
responden.
d. Peneliti melakukan pengambilan sampel
e. Setelah mendapatkan sampel, peneliti melakukan pemeriksaan kalsium darah
secara fotometrik
Preparasi Reagen: dipipet reagen RGT dan reagen BUF dengan volume yang
sama, lalu dihomogenkan dan tunggu hingga 30 menit pada suhu ruang
sebelum digunakan.
4. Pengambilan sampel
Teknik pengambilan darah vena mediana cubiti :
a. Diletakkan tangan pasien di atas meja atau tangan diluruskan
b. Dipasang tourniquet tiga jari di atas lipat siku. Pemasangan tourniquet tidak
boleh lebih dari satu menit, hal ini untuk menjaga terjadinya
25
5. Penanganan sampel
a. Darah yang sudah siap di dalam tabung disimpan dalam icebox kemudian
sampel darah di bawa ke laboratorium Puskesmas Talang Jawa.
b. Darah disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm hingga
terbentuk serum.
c. Serum yang terbentuk dipisahkan dari eritrosit
d. Serum dibawa ke laboratorium klinik Analis Kesehatan
c. Reaksi kerja :
Ca2+¿ + o-CPC Alkali Kompleks Ca-o-CPC (berwarna lembayung)
d. Nilai rujukan :
Serum/plasma: 8.1-10.4 mg/dl atau 2.02-2.60 mmol/l
e. QC : 8,70 mg/Dl
f. Faktor konversi :
kalsium [mg/dl] x 0,2495 = kalsium [mmol/L]
7. Cara pemeriksaan
a. Cara menghidupkan alat fotometer MD 150 :
1. Pastikan alat sudah terhubung dengan arus listrik.
2. Tekan tombol power pada posisi ON (posisi tombol power di kanan
belakang)
3. Setelah hidup alat akan melakukan start up. Setelah selesai alat meminta
untuk dihisapkan aquadest. Pada layar tampak “ destilled water test please
aspirate “
4. Letakkan botol aquadest pada “pippete” lalu tekan ‘Aspirating key/sipper”,
aquadest akan terhisap.
5. Alat akan membaca aquadest, setelah selesai akan muncul menu utama yang
terdiri dari : “TEST”, “RECORDS”, “SYSTEM”, “POWER OFF”.
b. Cara pemrograman
1. Dari menu utama pilih “TEST’
2. Akan tampak pilihan test (Menu”select test”), pilih/klik/blok test yang ingin
diprogram lalu klik “OK”.
3. Selanjutnya akan tampak (menu “test parameter”), istilah semua test box yang
tampak, sesuaikan dengan aplikasi reagensia yang dipakai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah pada lansia di Posyandu
Lansia UPT Puskesmas Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten
Lampung Selatan didapatkan hasil debagai berikut:
Tabel 1.4 Kadar Kalsium Darah Pada Lansia
Variabel Rata - Rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi
Kadar Kalsium
8.16 mg/dL 5.04 mg/dL 12,3 mg/dL
(mg/dL)
Hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 1.4 dari 30 wanita lansia
diperoleh kadar kalsium darah dengan hasil terendah 5.04 mg/dL, hasil tertinggi
12.3 mg/dL, dan rata – rata kadar kalsium darah 8.16 mg/dL.
Kriteria
Kelamin ( orang )
Frekuensi Persentas Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(orang) e (orang) (%) (orang) (%)
(%)
Laki – Laki 5 55,5 2 22,3 2 22,3 9 100
Perempuan 11 52,3 8 38,1 2 9,6 21 100
Total sampel 30
Hasil pemeriksaan yang tertera pada tabel 2.4 kadar kalsium darah pada 30
lansia berdasarkan jenis kelamin didapatkan 9 lansia laki – laki diperoleh 5
29
B. Pembahasan
Hasil pemeriksaan dalam penelitian ini menunjukkan (16,7%) 5
responden berjenis kelamin laki-laki dan (36,6%) 11 responden berjenis kelamim
perempuan memiliki kadar kalsium serum rendah (hipokalsemia).
Hasil ini menggambarkan bahwa wanita mempunyai resiko osteoporosis
lebih besar daripada pria. Secara umum wanita memiliki resiko osteoporosis
empat kali lebih banyak dari pria. Hal ini terjadi antara lain karena massa tulang
wanita lebih kecil dari pria (Wirakusumah, 2007).
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha Wana Seraya Denpasar, dimana dilakukan pemeriksaan kadar kalsium
darah terhadap wanita menopause usia 50 – 60 tahun menunjukann penurunan
kadar kalsium darah paling banyak terjadi pada wanita menopause yang berusia
60 tahun (Fridayani, 2011).
Pada perempuan, hormon esterogen sangat berpengaruh dalam mempertahankan
kepadatan tulang. Saat kadar esterogen menurun pasca menopause, maka
penurunan kepadatan tulang akan semakin cepat. Percepatan penurunan massa
tulang pasca menopause ini merupakan penyebab utama terjadinya osteoporosis
pada perempuan (Guyton, 2000).
Hipokalsemia pada lanjut usia dikarenakan gangguan hemostasis kalsium
yang mengacu pada penurunan regulasi hormon dari kalsium serum yang
terionosasi oleh hormon paratiroid, vitamin D, dan serum kalsium yang
terionosasi sendiri. Kekurangan vitamin D sering terjadi pada lanjut usia, terutama
yang kurang terpapar sinar matahari atau selalu tinggal di dalam rumah. Dengan
bertambahnya vitamin D yang diserap dari sinar matahari, maka meningkat pula
penyerapan kalsium di dalam tubuh (Limawan, 2015).
30
Orang yang tidak melakukan olahraga ketahanan tubuh seperti berjalan, berlari,
bed rest sehingga cenderung tidak aktif, dapat kehilangan 0,5 % kalsium tulang
per bulan dan sulit untuk mengganti kehilangan kalsium tersebut (Guthrie &
Picciano, 1995).
Berdasarkan hasil kuisioner, dari 16 responden (53,3 %) yang memiliki kadar
kalsium rendah, 14 responden diantaranya jarang mengkonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung kalsium, jarang melakukan olahraga ketahanan tubuh
dan kurang terpapar sinar matahari sehingga di dapatkan kadar kalsium kurang
dari normal.
Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan menunjukkan 10 responden
(33, 3%) memiliki kadar kalsium yang normal. Salah satu faktor yang mungkin
menyebabkan kadar kalsium serum pada penelitian ini normal ialah responden
sering terpapar dengan sinar matahari sebab mayoritas lansia masih aktif dalam
kegiatan berkebun sehingga intensitas terpapar sinar matahari lebih sering. Sinar
matahari merupakan sumber utama vitamin D, salah satu fungsi vitamin D adalah
membantu penyerapan kalsium dalam usus.
Kadar kalsium darah yang normal disebabkan karena metabolisme kalsium di
dalam tubuh berjalan nornal dan tidak adanya gangguan pada faktor – faktor yang
mempengaruhi kadar kalsium darah tersebut. Menurut Sauberlich, kadar kalsium
serum dikontrol secara ketat oleh berbagai faktor termasuk asupan gizi yang
diterima oleh tubuh. Selain itu, kontrol juga dilakukan oleh 1,25- dehi