Anda di halaman 1dari 1

Tidur adalah salah satu hal yang penting bagi pertumbuhan remaja baik secara fisik maupun

perkembangan intelektualnya. Untuk mencegah keletihan dan risiko terhadap infeksi, remaja
membutuhan waktu tidur 8 sampai 10 jam di malam hari (Kozier, 2011; The National Sleep
Foundation (NSF), 2015). Remaja berisiko mengalami gangguan tidur seperti gangguan memulai dan
mempertahankan tidur, gangguan pernapasan saat tidur, gangguan kesadaran saat tidut, gangguan
transisi tidur bangun, gangguan somnolen berlebihan, dan hiperhidrosis saat tidur (Haryono et al.,
2009). Pada masa ini remaja mengalami emosi yang masih labil, sehingga akan berdampak pada
gangguan tidurnya (Soetjiningsih & Ranuh, 2014).

Gangguan tidur pada remaja merupakan akibat dari perilaku sleep hygiene yang kurang baik. Sleep
hygiene adalah penerapan perilaku yang dapat meningkatkan kualitas tidur, durasi tidur yang cukup
dan kesiapan kesadaran penuh di siang hari (Kor & Mullan, 2011). Remaja dengan sleep hygiene
yang buruk akan menagakibatkan kebutuhan tidurnya yang tidak terpenuhi, sehingga
mengakibatkan rasa mengantuk di siang hari. Remaja dengan kebutuhan tidur yang tidak terpenuhi,
berisiko mengalami depresi, kecemasan dan kesehatan fisik yang menurun ( Kor & Mullan, 2011).
Kualitas dan jumlah waktu tidur yang tidak terpenuhi pada remaja akan berdampak pada prestasi
akademiknya karena mengakibatkan penurunan semangat dalam berpartisipasi di sekolah,
penurunan kewaspadaan dan konsentrasi, impulsif, mudah marah, dan menujukan kesedihan
(emosional) (Ya’kub, Widodo, & Putri, 2017).

Anda mungkin juga menyukai