MUHAMMAD FIRMANSYAH/TEKNIK KIMIA (20/456257/TK/50387)
Budaya Terlambat Yang Sering Terjadi Dikalangan Mahasiswa
Budaya terlambat lumrahnya memang sudah mandarah daging di kehidupan masyarakat Indonesia. Sifat tidak menghargai waktu serta ketidakdisplinan telah tertanam pada masing- masing individu. Negara negara maju,salah satunya Jepang, sangat menghargai arti dari waktu. Pemikiran inilah yang membuat setiap diri masyarakat jepang memiliki sifat disiplin dan menghargai waktu,dan mungkin menjadi faktor utama mengapa pembangunan di Jepang sangat baik. Budaya terlambat terjadi karena Indonesia memiliki konsep waktu yang sangat longgar. Bisa kita lihat dari bagaimana mana kita mengatur waktu janji pertemuan atau hal penting lainnya dengan menunjukkan waktu yang tidak spesisifik. Lalu tidak ada nya feedback negatif dari lingkungan sekitar membuat sifat ini tetap ada dan menjadi budaya. Mahasiswa sering sekali digeneralisir memiliki budaya terlambat disetiap kegiatannya. Terlambat dalam perkuliahan, diskusi kelompok, hingga rapat organisasi pun terkadang tidak luput dari budaya ini. Budaya terlambat bisa terjadi karena berbagai hal. Sifat prokastinasi mungkin menjadi faktor utama masalah ini. Prokastinasi adalah tindakan unuk mengganti kegiatan penting dengan kegiatan yang tidak penting, sehingga kegiatan penting menjadi tertunda. Banyaknya kegiatan dengan waktu yang sangat sedikit dibarengi dengan manajemen waktu yang buruk dan penyusunan skala prioritas yang salah membuat budaya terlambat masih sering terjadi dikalangan mahasiswa. Kemampuan untuk menajemen waktu sangat penting dimiliki mahasiswa. Dengan kemampuan ini, mahasiswa mampu memilah serta mengatur kegiatan yang harus dilakukannya setiap hari. Dibantu dengan pembuatan skala prioritas yang baik pula, budaya akan keterlambatan bisa diminimalisir. Pembuatan skala prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan Eisenhower decision matrix. Dengan matriks ini kita dapat memilah kegiatan kegiatan kita dalam 4 kuadran didalam matriks, yaitu penting merdesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, dan tidak penting tidak mendesak. Setelah membuat skala prioritas, mahasiswa dapat membuat jadwal kegiatannya sehingga tidak saling bertabrakan satu sama lain yang akan mendorong kearah terlambat. Lalu faktor paling penting untuk menghilangkan budaya ini adalah dengan sifat disipilin dan menghargai waktu. Dengan menanamkan pemahaman bahwa waktu terus bergerak dan tidak menyesuaikan dengan kegiatan kita membuat sikap prokastinasi dapat berkurang. Budaya terlambat dalam diri mahasiswa memang sepatutnya dihilangkan. Disiplin akan waktu bisa menjadi representasi dari sikap baik dalam diri kita. Jika dapat disiplin waktu, maka manajemen waktu akan berjalan baik,serta hasil yang didapat dari setiap kegiatan yang dilakukan dapat diterima secara maksimal. Memang akan menghadapi kesulitan dalam memanajemen waktu, namun dengan solusi tersebut maka budaya terlambat dari waktu ke waktu akan terkikis dengan sendirinya. Daftar Pustaka : surijah,edwin adrinata.,tjundjing,sia. "Mahasiswa Versus Tugas:Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness." Indonesian Psychological Journal .Vol. 22, No. 4, 352-374
susanti,reni.(2019,17 Agustus)."Menelusuri Budaya Ngaret di Indonesia...".Kompas.com.diakses dari
Mckay,kate.,brett.(2013,23 Oktober)."The Eisenhower Decision Matrix: How to Distinguish Between
Urgent and Important Tasks and Make Real Progress in Your Life". The Art of Manliness. diakses dari https://www.artofmanliness.com/articles/eisenhower-decision-matrix/