Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana
memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu pengawasan
dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan
tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya. Di dalam organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti
pengawasan pendahuluan (preliminary control), pengawasan pada saat kerja berlangsung
(cocurrent control), pengawasan feed back (feed back control).
Di dalam proses pengawasan juga diperlukan tahap-tahap pengawasan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa
macam, yaitu tahap penetapan standar, tahap penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan,
tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan, tahap pembandingan pelaksanaan dengan standar
dan analisa penyimpangan dan tahap pengambilan tindakan koreksi.
Suatu organisasi juga memiliki perencanaan proses pengawasan, yang berguna untuk
merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan
tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu
proses dapat langsung di perbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat
menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga
meliputi bidang-bidang pengawasan yag menunjang keberhasilan dari suatu tujuan
organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis menetapkan
perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pengawasan?
2. Bagaimanakah hubungan fungsi pengawasan dengan fungsi manajemen lainnya?
3. Apa saja tipe-tipe pengawasan?
4. Bagaimanakah tahap-tahap dalam proses pengawasan?
5. Apakah pentingnya pengawasan?
6. Bagaimanakah pendekatan sistem pengawasan?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and
taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa
segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . The process of
ensuring that actual activities conform the planned activities.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak
manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang
direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta  “Pengawasan merupakan fungsi yang
menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.
Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan
antara pelaksana aktual rencana, dan awal untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan
dan rencana yang berarti”.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar
pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi
suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan
seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari
beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan
hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka
perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui
pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi
mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

2
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan
bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan
atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu
manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari
segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai: “pengamatan atas
pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh
pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.” Atau “suatu
usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan,
sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat
dilakukan tindakan perbaikannya.”
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai
“proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau
diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan
dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks
membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi
pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama
pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara
untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan
dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal
control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya
pengawasan masyarakat (social control).
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas
rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;
2. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
3. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
2.2 Hubungan Pengawasan dengan Fungsi Manajemen Lainnya
Setiap organisasi berupa suatu lembaga atau kelompok fungsional, baik yang
berorientasi laba maupun nirlaba senantiasa melakukan fungsi manajemen. Menurut Dr. Heru
Suprihhadi, M.S., CPM (Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya) yang

3
termuat dalam berita di Koran Harian Bisnis Surabaya edisi 266/Tahun 05, 27 Juni- 3 Juli
2016 bahwa fungsi manajemen menurut banyak pakar manajemen, mulai dari aliran
manajemen klasik sampai dengan manajemen modern akan memiliki kesamaan tiga unsur
fungsi manajemen, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan
pengawasan/pengendalian (controlling). Adapun perbedaannya terletak pada unsur fungsi
manajemen yaitu kepemimpinan atau pengarahan atau penyusunan staf didalam menjalankan
organisasi. Pada artikelnya, kesamaan yang dibahas hanya perencanaan (planning) dan
pengawasan/pengendalian (controlling) yang dijalankan oleh tiap organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen adalah proses dasar dimana
manajemen memutuskan tujuan utama dan cara mencapainya. Perencanaan dalam organisasi
sangat esensial, karena kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibandingkan
dengan fungsi manajemen lainnya. Pada hakekatnya perencanaan merupakan suatu proses
tiada akhir bilamana rencana tersebut telah ditetapkan dan harus diimplementasikan. Salah
satu aspek penting dalam perencanaan adalah pembuatan keputusan, proses pengembangan
dan menyeleksi sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Pengawasan/pengedalian manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi sebagai
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur adanya penyimpangan serta melakukan tindakan
koreksi perbaikan yang diperlukan untuk menjamin semua sumber daya organisasi yang
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien guna pencapaian tujuan-tujuan
organisasi. beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengawasan/pengendalian
pada saat bersamaan dengan kegiatan perencanaan dilakukan adalah biaya yang mahal,
banyaknya kegiatan yang tidak memungkinkan untuk dimonitor secara terus menerus, dan
pengawasan/pengendalian yang berlebihan akan berdampak pada berkurangnya
produktivitas.
Dengan memperhatikan keterkaitan antara perencanaan dan
pengawasan/pengendalian sebagai unsur fungsi manajemen dalam organisasi, keduanya
berhubungan erat secara timbal balik. Hubungan timbal balik yang begitu penting antara
fungsi manajemen untuk perencanaan dan pengawasan/pengendalian dapat dikatakan sebagai
fungsi manajemen yang bersifat kembar siam. Dikatakan kembar siam karena keberadaan
pada awal pelaksanaan fungsi perencanaan akan diikuti dengan pelaksanaan fungsi
pengawasan/pengendalian pendahuluan, begitu pula sebaliknya bahwa pada saat pelaksanana

4
fungsi pengawasan/pengendalian pendahuluan dilakukan pada saat pelaksanaan awal fungsi
perencanaan dalam manajemen dilaksanakan.

2.3 Tipe Pengawasan


Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan seperti yang diungkapkan
Winardi (2000, hal. 589). Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar
fokus aktivitas pengawasan, antara lain:
2.3.1. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control)
Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna
memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan
dengan hasil-hasil yang direncanakan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka
kebijaksanaankebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang.
Tetapi, walaupun demikian penting untuk membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan tindakan mengimplementasikannya.
Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan
tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.
Pengawasan pendahuluan meliputi:
1. Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.
2. Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.
3. Pengawasan pendahuluan modal
4. Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial
2.3.2. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent
control)
Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang
mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka. Direction berhubungan dengan tindakan-
tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
1. Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta
prosedur-prsedur yang tepat.
2. Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk
dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.

5
2.3.3. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Sifat khas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa
dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-
tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis
yaitu:
1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)

2.4 Proses Pengawasan


Pengawasan adalah suatu usaha sistematis menetapkan standar – standar dengan
tujuan perencanaan, merancang bangun system umpan balik informasi, membandingkan
kinerja sebenarnya dengan standar – standar yang telah ditentukan terlebih dahulu,
menentukan apakah ada penyimpanan dan mengukur kemuradanya, serta mengambil
tindakan yang diperlukan yang menjamin pemanfaatan penuh sumberdaya yang digunakan
secara efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian langkah unsur
proses pengawasan itu adalah sebagai berikut:
1) Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,
2) Pengukuran kinerja yang senyatanya;
3) Pembandingan kinerja dengan standar serta menafsirkan penyimpangan –
penyimpangan; dan
4) Mengadakan tindakan korektif.
Standar yang ditentukan itu berupa standar masukan yang berupa usaha kerja, dan
standar keluaran berupa ukuran kuantitas,kualitas, biaya atau waktu pengukuran kinerja
senyatanya adalah untuk melihat adanya penyimpangan atau varians antara apa yang terjadi
senyatanya dengan apa yang di harapkan.
Pembandingan kinerja senyatanya dengan tujuan atau standar dapat menghasilkan
kinerja sama dengan standar atau dengan kinerja lain dengan standar yang terakhir
memerlukan manajemen berdasar pengecualian: manajemen perlu memperhatikan situasi
dimana penyimpangan antara kinerja senyata dengan yang diharapkan sangatlah besar. Yang
pertama cukup mempertahankan situasi; tak perlu dilakukan tindakan korektif.
Bila penyimpangan yang terjadi itu besar maka perlu tindakan korektif yakni perbaikan agar
hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

6
Pengawasan itu dapat intern, dapat pula ekstern. Pengawasan intern melalui disiplin
diri dan latihan tanggung jawab individual atau kelompok. Pengawasan ekstern terjadi
melalui supervise langsung atau penerapan system administrative seperti aturan dan prosedur.
Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian, merupakan kombinasi dari keduanya.
Ada empat jenis pengawasan ekstern, yaitu:
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu
pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan
persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang di perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa
yang terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Disini
diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan perbaikan sebelum hasil
akhir.
3.Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus di
lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus dipenuhi
terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control), dilakukan
setelah kegiatan selesai.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pengawasan itu merupakan keharusan ialah:
1) Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini harus
selalu diawasi;
2) Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3) Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan
tindakan perbaikan; dan
4) Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan sampai
melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi lagi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka tercapailah sasaran-sasaran
pengawasan yaitu :
1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2. Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4. Meningkatkan pelayanan
5. Memperlancar segala kegiatan .

7
2.5 Pentingnya Pengawasan Dalam Organisasi
Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu,
banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang
telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap
organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang
kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
1.      Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari,
seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb.
Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada
barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan
kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
2.      Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-
hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap
terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan
efektif.
3.      Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan
fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4.      Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah
melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.
5.      Komunikasi
Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, Langkah terakhir adalah
pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil
dan kemudian pengambilan tindakan.
Selain untuk memastikan bahwa tujuan dari organisasi perusahaan dapat tercapai, fungsi
pengawasan dan pengendalian juga perlu di lakukan agar efisien dalam pencapaian tujuan
perusahaan juga tetap dapat di raih dan juga agar perusahaan senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan berbagai perubahan yang dihadapi oleh perusahaan.

2.6 Pendekatan Sistem Pengawasan


Secara garis besar, Dessler mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan dalam
mempertahankan fungsi pengawasan (maintaining controlling function), terdiri dari system
pengawasan tradisional dan system pengawasan yang berdasarkan komitmen.
–         Sistem Pengawasan Tradisional
Sistem pengawasan tradisional melibatkan kegiatan monitoring yang bersifat eksternal.
Kinerja pegawai akan diawasi  oleh atasan para pegawai. Kinerja keuangan akan diawasi oleh

8
orang-orang yang berada di luar bagian keuangan yang bertugas untuk melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap kinerja keuangan.

Terdapat tiga pendekatan dalam system pengawasan tradisional, yaitu pengawasan diagnostik
(diagnostic control), pengawasan berdasarkan batasan-batasan (boundary control), dan
pengawasan interaktif (interactive control)

a. Pengawasan Diagnostik, adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer dimana


setelah standar ditetapkan,manajer melakukan pengawasan dan penilaian apakah
standar telah dicapai ataukah belum. Sekiranya belum tercapai maka manajer
kemudian berkewenangan untuk melakukan diagnosa atau faktor-faktor yang
menyebabkan standar belum tercapai untuk kemudian mengambil keputusan yang
terkait dengan upaya untuk pencapaian standar sesuai dengan yang semestinya.
b. Pengawasan Berdasarkan Batasan-Batasan, yaitu pengawasan yang dilakukan
melalui penetapan aturan atau prosedur yang dengan aturan dan prosedur tersebut
keseluruhan anggota dan pihak yang terkait dalam perusahaan akan menyesuaikan
diri dengan aturan dan prosedur tersebut dalam menjalankan seluruh aktivitas terkait
dengan perusahaan.
c. Pengawasan Interaktif, adalah pengawasan yang dilakukan oleh manajer yang
secara interaktif dan terus menerus melakukan komunikasi dengan pegawai secara
personal mengenai berbagai hal yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
Dengan komunikasi personal dan dilakukan secara interaktif ini, manajer dapat
mengetahui apakah jalannya perusahaan telah mencapai standar yang diinginkan
atau belum.
–         Sistem Pengawasan yang Berdasarkan Komitmen
Berbeda dengan pendekatan Tradisional, dalam system pengawasan, pendekatan yang
berdasarkan komitmen lebih menekankan  fungsi pengawasan dari sisi internal dari pada
eksternal. Pengawasan lebih ditekankan pada faktor internal dari seiap individu pekerja.
Introspeksi diri dalam hal ini lebih dominan dalam menjalankan fungsi pengawasan daripada
pengawasan eksternal. Berbagai pendekatan bisa dilakukan dalam membangun system
pengawasan yang berdasarkan komitmen ini, diantaranya dengan menerapkan suatu system
keyakinan tertentu dalam budaya kerja perusahaan atau melalui berbagai upaya yang
“mamaksa” pegawai untuk membiasakan diri dengan tanggung jawab dan introspeksi diri,
diantaranya mungkin dengan memberikan kepercayaan dan kewenangan dalam berbagai jenis
aktivitas yang diberikan kepada para pegawai.

Dengan demikian diharapkan para pegawai akan terbiasa untuk berinisiatif, inovatif,
tanggung jawab, sekaligus juga melakukan koreksi terhadap diri sendiri atau introspeksi diri
sekiranya ada berbagai penyimpangan yang mungkin dilakukannya.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpanbalik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanan-penyimpana serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan. Syarat-syarat pengawasan yaitu: pengawasan harus mendukung sifat
dan kebutuhan keguatan, pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi
dengan segera, pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan,pengawasan harus
objektif, teliti dan sesuai dengan standar, pengawasan harus luwes atau fleksibel, pengawasan
harus serasi dengan pola organisasi, pengawasan harus ekonomis, pengawasan harus mudah
di mengerti, dan pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi. Tipe-tipe
pengawasan yaitu: pengawasan pendahuluan (Preliminary Control), Pengawasan pada Saat
Kerja Berlangsung (Cocurrent Control), Pengawasan Feed Back (Feedback Control). Teknik
pengawasan yaitu: Teknik Pengawasan Kualitas, Metode Pengawasan Non Kuantitatif dan
Kuantitatif, dan Teknik Pengawasan Langsung dan Tidak Langsung. Langkah unsur proses
pengawasan itu adalah sebagai berikut: Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,
pengukuran kinerja yang senyatanya, pembandingan kinerja dengan standar serta
menafsirkan penyimpangan – penyimpangan dan mengadakan tindakan korektif.
3.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika
tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyak kesalahan-
kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan. Pengawasan
menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi yang baik antara
pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya
tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah. Lebih baik dilakukan
secara langsung oleh pimpinan organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang
ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan
secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih
baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Sukoco, B.M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga: Jakarta.
http://malikazisahmad.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-pengawasan/
http://pa-tangerangkota.go.id/index.php/layanan-informasi/pengawasan/maksud-fungsi-
tujuan-pengawasa
http://proseapengawasan.blogspot.com/
http://tyoset.blogspot.com/2012/01/tipe-tipe-pengawasan.html
http://purwantiw.wordpress.com/2011/04/30/teknik-teknik-pengawasan/

11

Anda mungkin juga menyukai