BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami fase erupsi pada geligi pergantian
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab dari maloklusi
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari maloklusi
4. Untuk mengetahui langkah –l angkah pemeriksaan dan penegakkan
diagnosa pada pasien yang mengalami maloklusi
1.4 Hipotesa
Pemeriksaan dan Diagnosa yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
perawatan ortodontik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Perubahan letak kaninus dalam lengkung geligi bawah. Pada saat insisivu
erupsi kaninus tidak hanya tergeser sedikit ke bukal akan tetapi juga ke
distal menempati primate space. Bila tidak terdapat ketiga hal diatas
kemungkinan terjadi berdesakan lebih besar dan hal ini dapat menjelaskan
kenapa maloklusi kelas 1 angle disertai berdesakan merupakan maloklusi
yang paling banyak dijumpai.
Pola umum urutan erupsi gigi permanen adalah sebagai berikut :
Rahang atas : molar pertama, insisivi sentral,insisivi lateral,premolar
pertama, insisivi sentral,insisivi lateral, premolar
pertama,kaninus,premolar kedua,molar kedua, dan molar ketiga bila ada.
Rahang bawah : molar pertama, insisivi sentral, insisivi lateral, kaninus
,premolar pertama, premolar kedua, dan molar kedua atau molar
pertama,insisivi lateral, premolar pertama, kaninus, premolar kedua, molar
kedua, dan molar ketiga bila ada.
Variasi urutan erupsi gigi permanen yang masih dalam batas normal tetapi perlu
mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut :
Molar kedua permanen bawah erupsi lebih dahulu daripada premolar
kedua dan akan mengambil kelebihan tempat dari pergantian molar kedua
sulung ke premolar.
Kaninus atas erupsi lebih dahulu daripada premolar pertama. Bila kaninus
atas erupsi bersamaan dengan premolar pertama kadang-kadang kaninus
terdorong ke labial terutama bila kekurangan tempat.
Gigi- gigi di salah satu sisi tidak bersamaan erupsinya dengan sisi yang
lain .
Letak gigi mulai dari sebelum erupsi sampai mencapai bidang oklusi ditentukan
oleh berbagai faktor berikut :
Pada dasarnya letak gigi di tentukan oleh faktor genetik
Pada tahap intra alveolar posisi gigi dipengaruhi oleh :
1. Ada tidaknya gigi sebelah menyebelah
2. Kehilangan prematur gigi sulung
3. Keadaan patologi lokal
6
2.2 Maloklusi
Pengertian maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau melrelasi
lengkung geligi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima.
Maloklusi juga bisa merupakan variasi biologis yang terjadi pada bagian tubuh
yang lain, tetappi karena variasi letak gigi mudah diamati dan mengganggu estetik
sehingga menarik perhatian dan memunculkan keinginan untuk melakukan
perawatan. Terdapat bukti bahwa prevalensi maloklusi meningkat, peningkatan ini
sebagian dipercayai sebagai suatu proses evolusi yang diduga akibat
meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang bercampur dalam kelompok
ras.
8
Tranversi atau ada juga yang menyebut transposisi ialah dua gigi yang
bertukar tempatnya dan yang sering terjadi adalah kaninus atas menempati tempat
9
insisiv lateral atau menempati tempat premolar pertama. Torsiversi atau desebut
juga rotasi adalah suatau gigi yang berputar pada sumbu panjangnya. Gigi yang
rotasi disebut menurut sisi proksimal yang paling menjahui lengkung geligi dan
arah mana gigi tersebut berputar. Sebagai contoh insisivus sentral atas yang rotasi
dat disebut rotasi distolabial apabila sisi distal terputar ke labial. Bila sumbu
perputaran gigi terletak di tengah gigi disebut rotasi sentris dan kedua sisi
proksimal terputar sedangkan jika sumbu peputaran gigi tedak terletak di tengah
gigi disebut rotasi eksentris dan hanya satu sisi proksimal yang berputar.
Ukuran Gigi
Ukuran gigi secara umum mempunyai ukuran tertentu, misalnya insisiv
sentral peranen atas bervariasi antara 8-10 mm, insisiv lateral atas 6-8 mm,
kaninus, premolar pertama dan premolar kedua masing masing kurang lebih 7 mm
dan molar kurang lebih 10 mm. di rahang bawah inisiv permanen sentral dan
lateral ukurannya kurang lebih sama, yaitu kurang lebih 5 mm, kaninus dan
premolar kurang lebih 6 mm dan molar kurang lebih 10 mm. ukuran gigi yang
diatas rerata disebut makrodonti sedangkan yang dibawah rerata disebut
mikrodonti. Ukuran gigi yang paling bervariasi adalah insisiv lateral rahang atas
yang cendderung lebih kecil daripada ukuran normal.
Bantuk Gigi
Menurut bentuknya gigi rahang atas dapat dibedakan menjadi insisiv
sentral, insisiv lateral, kaninus, premolar dan molar sedangkan di rahang bawah
insisiv sentral dan lateral menpunyai bentuk yang hamper sama, kaninus ,
premolar dan molar. Bentuk gigi yang bervariasi didapatkan pada insisiv lateral
atas yang bisa berupa pasak (peg shaped). Geminasi adalah satu benih gigi yang
10
bertumbuh menjadi dua gigi secara utuh atau sebagian tetapi akarnya satu. Fusi
adalah du benih gigi yang bertumbuh menjadi satu gigi dengan mahkota yang
besar tetapi akarnya tetap dua, biasanya pada gigi insisiv. Bila terjadi geminasi
atau fusi berarti jumlah gigi tidak normal. Dilaserasi adalah akar gigi yang tidak
normal bentuknya biasanya bengkok.
Jumlah Gigi
Kelainan jumlah gigi dapat berupa kelebihan gigi (hiperdontia) atau
kekurangan gigi (hipodontia). Gigi kelebihan yang paling sering ditemukan di
rahang atas adalah mesiodens, terletak di antara insisiv sentral. Letaknya kadang-
kadang terbalik (inverted) mahkota mengarah ke apical dan apeksnya mengarah
ke oklusal, jumlahnya dapat lebih dari satu, bentuknya kadang-kadang tidak
normal. Bila jumlahnya dua bisa hanya satu yang erupsi dan satu lagi tidak erupsi
atau dua-duanya tidak erupsi. Untuk itu bila didapat satu mesiodens perlu
diperhatikan foto rontgrn untuk mengetaui berapa mesiodens yang ada.
Selain mesiodens gigi kelebihan bisa berupa leterodens yang terletak di
sebelah insisiv lateral. Bentuknya kadang-kadang menyerupai insisiv lateral.
Bentuknya kadang-kadang menyerupai insisiv lateral yang normal sehingga sukar
dibedakan. Ada juga premolar tambahan terutama di rahang bawah. Bila terdapat
dua insisiv lateral yang dipilih untuk dicabut adalah yang letaknya paling tidak
normal.
dari empat. Gigi yang palig sering mengalami agenesis selain molar ketiga adalah
premolar kedua bawah kemudian insisiv lateral atas atau premolar kedua atas.
Gigi Berdesakan
Gigi berdesakan ditandai dengan adanya tumpang tindih (overlaping) gigi-
gigi yang berdekatan. Penyebabnya misalnya adanya disproporsi ukuran gigi dan
panjang lengkung geligi (tooth size arch length discrepancy, TSALD), gigi sulung
yang tanggal prematur kemudian gigi yang berdekatan bergeser sehingga gigi
permanen pengganti tidak mendapat tempat.
dapat berupa rasa tidak nyaman saat mengunyah, terjadinya rasa nyeri pada
TMJ dan juga mengakibatkan nyeri kepala dan leher. Pada gigi yang berjejal
dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada
TMJ.
Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri
maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf
p dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi
Kelainan Gigi
Beberapa kelainan gigi yang dipengaruhi faktor herediter ialah kekurangan jumlah
gigi (hiodontia), kelebihan jumlah gigi (hiperdontia), misalnya adanya mesiodens,
bentuk gigi yang khas misalnya karabeli pada molar, kaninus yang impaksi di
palatal, transposisi gigi misalnya kaninus yang terletak diantara premolar pertama
dan kedua.
terbentuk lebih dari empat gigi. Sebagai panduan dapat dikatakan apabila gigi
sulung agenesis maka gigi permanennya agenesis. Gigi yang agenesis biasanya
adalah gigi sejenis tetapi yang letaknya lebih distal sehingga dapat dipahami
bahwa yang sering agenesis adalah molar ketiga, premolar kedua dan insisivi
lateral.
Disharmoni Dentomaksiler
Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disproporsi antara besar gigi dan
rahang dalam lengkung geligi. Menurut Anggraini (1957) etiologi disharmoni
dentomaksiler adalah faktor herediter. Karena tidak adanya harmoni antara besar
gigi dan lengkung gigi maka keadaan klinis yang dapat dilihat adalah adanya
lengkung geligi dengan diastema yang menyeluruh pada lengkung geligi bila gigi-
gigi kecil dan lengkung geligi normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan
yangs erring dijumpai adalah gigi-gigi yang besar pada lengkung geligi yang
normal atau gigi-gigi yang normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga
menyebabkan letak gigi berdesakan. Meskipun pada disharmonie dentomaksiler
didapatkan gigi-gigi berdesakan tetapi tidak semua gigi-gigi yang berdesakan
disebabkan karena disharmoni dentomaksiler. Disharmoni dentomaksiler
mempunyai tanda-tanda klinis yang khas. Gambaran maloklusi seperti ini bisa
terjadi di rahang atas maupun di rahang bawah.
Tanda-tanda klinis suatu harmoni dentomaksiler di region anterior yang mudah
diamati antara lain sebagai berikut:
Tidak ada diastema fisiologis pada fase geligi sulung yang secara umum
dapat dikatakan bahwa bila pada fase geligi sulung tidak ada diastema
16
tanggal premature kaninus sulung karena resorpsi insisivi lateral atau karena
karies disarankan dilakukan balancing extraction, yaitu pencabutan kaninus
sulung kontralateral agar tidak terjadi pergeseran garis median dan kemudian
dipasang space maintainer.
Molar pertama sulung yang tanggal premature juga dapat menyebabkan
pergeseran garis median. Perlu tidaknya dilakukan balancing extraction harus
dilakukan observasi lebih dahulu. Molar kedua sulung terutama rahang bawah
merupakan gigi sulung yang paling sering tanggal premature karena karies,
kemudian gigi molar permanen bergeser kea rah diastema sehingga tempat untuk
premolar kedua berkurang dan premolar kedua tumbuh sesuai letak benihnya.
Gigi molar kedua sulung yang tanggal premature juga dapat menyebabkan
asimetri lengkung geligi, gigi berdesakan serta kemungkinan terjadi supra erupsi
gigi antagonis.
Bila molar kedua sulung tanggal premature banyaknya pergeseran molar
pertama permanen ke mesial dipengaruhi oleh tinggi tonjol gigi. (bila tonjol gigi
tinggi pergeseran makin sedikit) dan waktu tanggal gigi tersebut (pergeseran
paling banyak bila molar kedua sulung tanggal sebelum molar permanen erupsi).
Presistensi Gigi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained deciduous teeth
berarti gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.
Perlu diingat bahwa waktu tanggal gigi sulung sangat bervariasi. Keadaan yang
jelas menunjukkan persistensi gigi sulung adalah apabila gigi permanen pengganti
telah erupsi tetapi gigi sulungnya tidak tanggal. Bila diduga terjadi persistensi gigi
sulung tetapi gigi sulungnya tidak ada di rongga mulut, perlu diketahui anamnesis
pasien, dengan melakukan wawancara medis kepada orang tua pasien apakah
dahulu pernah terdapat gigi yang bertumpuk di region tersebut.
Trauma
Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser benih gigi permanen.
Bila terjadi trauma pada saat mahkota gigi permanen sedang terbentuk dapat
terjadi gangguan pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota gigi permanen
telah terbentuk dapat terjadi dilaserasi, yaitu akar gigi yang mengalami distorsi
18
bentuk (biasanya bengkok). Gigi yang mengalami dilaserasi biasanya tidak dapat
mencapai oklusi yang normal bahkan kalau parah tidak dapat dirawat ortodontik
dan tidak ada pilihan lain kecuali dicabut. Kalau ada dugaan terjadi trauma pada
saat pembentukan gigi permanen perlu diketahui anamnesis apakah pernah terjadi
trauma disekitar mulut untuk lebih memperkuat dugaan adanya trauma. Trauma
pada salah satu sisi muka pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan asimetri
muka.
Kebiasaan Buruk
Suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam sehari, berfrekuensi
cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan maloklusi.
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu berkepanjangan
dapat menyebabkan maloklusi. Dari ketiga faktor ini yang paling berpengaruh
adalah durasi atau lama kebiasaan berlangsung. Kebiasaan mengisap jari pada fase
geligi sulung tidak mempunyai dampak pada gigi permanen bila kebiasaan
19
tersebut telah berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan ini terus
berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan terdapat maloklusi dengan tanda-
tanda berupa insisivi atas proklinasi dan terdapat diastema, gigitan terbuka,
lengkung atas sempit serta retroklinasi insisivi bawah. Maloklusi yang terjadi
ditentukan oleh jari mana yang diisap dan bagaimana pasien meletakkan jarinya
pada waktu mengisap.
Kebiasaan mengisap bibir bawah dapat menyebabakan proklinasi insisivi
atas disertai jarak gigit yang bertambah dan retroklinasi insisivi bawah. Kebiasaan
mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi berupa adaptasi
terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap jari. Dorongan lidah
pada saat menelan tidak lebih besar daripada yang tidak mendorongkan lidahnya
sehingga kurang tepat untuk mengatakan bahwa gigitan terbuka anterior terjadi
karena adanya dorongan lidah pada saat menelan. Kebiasaan menggigit kuku juga
dapat menyebabkan maloklusi teta[I biasanya dampaknya hanya pada satu gigi.
Faktor Iatrogenik
Pengertian kata iatrogenic adalah berasal dari suatu tindakan professional.
Perawatan orthodontic mempunyai kemungkinan terjadinya kelainan iatrogenic.
Misalnya, pada saat menggerakkan kaninus ke distal dengan peranti lepasan tetapi
karena kesalahan desain atau dapat juga saat menempatkan pegas tidak benar
sehingga yang terjadi gerakan gigi ke distal dan palatal. Contoh lain adalah
pemakaian kekuatan yang besar untuk menggerakkan gigi dapat menyebabkan
resorbsi akar gigi yang digerakkan, resorpsi yang berlebihan pada tulang alveolar
selain kematian pulpa gigi. Kelainan jaringan periodontal dapat juga disebabkan
adanya perawatan orthodontic, misalnya gerakan gigi kea rah labial atau bukal
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya dehiscence dan fenestrasi.
Jenis-jenis maloklusi
1. Protrusi
Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat
disebabkan oleh factor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari
20
6. Crowded
Adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susnan yang normal. Penyebab
crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung
koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prosesus alveolaris tempat
dari apeks gigi itu tertanam, lengkung korornal adalah lengkungan yang
paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesio distal yang paling besar
dari mahkota gigi geligi. Derajad keparahan gigi crowded:
a. Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan
mandibula, dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap todak
memerlukan perawatan.
b. Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan
hyegine oral yang jelek.
7. Diastema
Adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya
berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu
a. Local, jika terdapat di antara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena
dens supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak
ada, kebiasaan jelek, dan persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh
factor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis
(Rahardjo, 2012).
Gambar 1. Maloklusi
Perlu diketahui riwayat kesehatan pasien sejak dilahirkan sampai pasien datang
untuk perawatan.
Maloklusi merupakan penyimpangan dari proses pertumbuhkembangan yang
normal. Meskipun demikian diperlukan pemeriksaan medis yang teliti untuk
mengetahui status kesehatan pasien secara umum. Beberapa pertanyaan yang
diperlukan dapat diajukan kepada pasien/orang tua pasien , antara lain sebagai
berikut
1. Apakah pernah mendapat trauma didaerah muka dan kepala dan apakah
sampai memerlukan tindakan operatif
2. Apakah mempunyai masalah dengan jantung dan demam rhemtodi . hal ini
perlu diketahui sebagai pertimbangan apabila pasien memerlukan
pemasangan cincin/ gelang/ band pada piranti vcekat atau pelepasan cincin
perlu diberipengobatan untuk pencegahan adanya endokarditisnbakterial
subakut
3. Apakah pasien menderita diabetes. Diabetes terkontrol merupakan
kontraindikasi perawatan ortodontik, tetapi memerlukan pengawaassan
yang sekaama karena pada penderita diabetes kerusakan jaringan
periodontal lebih mudah terjadi dengan adanya kekuatan dari peranti
ortodontik
4. Adanya tonsil ataupun tonsil yang pernah diambil dapat merupakan
petunjuk kemungkinan adanya gangguan pernapasan
5. Perawatan ortodontik padda penderita epilepsi perlu ditunda dahulu
sampai keadaan ini dapat diatasi. Demikian pula dengan pasien kelainan
darah bila pasien membutuhkan pencabutan gigi untuk perawatan
ortodonti
6. Kesehatan gigi orang tua dapat menjadi indikator kesehatan gigi psien,
misalnya adanya kariess, dan penyakit periodontal
7. Untuk memudahkan mencatat informasi yang dibutuhkan sebaiknya dibuat
borang/ formulir isian tentang apa saja yang akan ditanyakan.
- Alergi : Dari riwayat alergi yang didapat juga dapat diketahui bahwa
pasien tidak memiliki riwayat alergi yang akan mempengaruhi
perwatan orthodontic yang akan dilakukan.
Alergi terhdap bahan perlu diketahui oleh operator dengan jalan
menanyakan pada pasien atau orang tua pasien. Pada pemeriksaan pasien
perlu ditanyakan apakan ada alergi terhadap obat-obatan , produk
kesehatan atau lingkungan.
Peranti ortodontik mengandung bahan-bahan yang mungkin menyebabkan
alergi, misalnya pada pasien yang menggunakan peranti cekat ada
28
kemungkinan alergi terhadap nikel (Ne) yang banyak dipakai pada bahan-
bahan peranti cekat.
- Kelainan endokrin : kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat
mewujudkan pada hipoplasia gigi. Kelainan endokrin pascalahir dapat
menyebabkan percepatan atau hambatan pertumbuhan muka,
memengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi akar
gigi sulung dan erupsi gigi permanen. Membran periodontal dan gusi
sangat sensitif terhadap beberapa disfungsi endokrin dan keadaan ini dapat
berakibat langsung pada gigi
- Tonsil : bila tonsil dalam keadaan radang, dorsum lidah dapat menekan
tonsil tersebut. Untuk menghindari keadaan ini mandibula secara refleks
diturunkan,gigi tidak kontak sehingga terdapat ruangan yang lebih luas
untuk lidah dan biasanya terjadi pendorongan lidah kedepan saat menelan.
Tonsil yang besar apalagi dalam keadaan bengkak dapat dapat
mempengaruhi posisi lidah. Kadang-kadang lidah terletak ke anterior
sehingga mengganggu fungsi menelan. Anak-anak dengan tonsil yang
membesar menunjukkan bentuk lengkung geligi yang berbentuk huruf v
karena adanya posisi lidah yang turun dan berubahnya keseimbangan
kekuatan yang memberikan padansegmen bukal maksila .
- Kelainan saluran napas
Seseorang disebut sebagai penapas mulut apabila pada keadaan istirahat
maupun pada saat melakukan kegiatan selalu bernafas melalui mulut. Ada
anggapan di kalangan praktisi ortodontik bahwa seseorang yang bernafas
melalui mulut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan kraniofasial dan
letak gigi.
Pasien yang bernafas pada mulut akan mengalami kesukaran pada saat
dilakukan pencetakan untuk membuat model studi maupun model kerja.
Selain itu pasien yang bernafas melalui mulut akan mempunyai palatum
yang dalam, maksila yang sempit sehingga kadang-kadang didapatkan
gigitan silang posterior.
Cara pemeriksaaan
1. Perhatikan cara pasien bernafas pada saat pasien istirahat tanpa
diketahui oleh pasien. Hal ioni dapat dilakukan pada saat apa saja
29
hubungan antara otak, basis kranium dengan bentuk palatum dan bentuk
lengkung geligi.
Untuk menentukan tipe kepala sebaiknya tidak hanya mengandalkan
pengamatan tetapi melakukan pengukuran untuk menetapkan indeks sefalik, yang
bisa dihitung dengan rumus:
Lebar kepala x 100
Indeks Sefalik = __________________
Panjang Kepala
Indeks untuk kepala yang dolikosefalik adalah < 0,75 sedangkan yang
brakisefalik > 0,80; mesosefalik merupakan tipe kepala dengan indeks sefalik
antara 0,76 - 0,79.
Indeks kranial merupakan istilah untuk pengukuran indeks tengkorak kering
sedangkan indeks sefalik digunakan untuk pengukuran pada kepala manusia yang
masih hidup. Hanya terdapat sedikit perbedaan antara indeks kranial dan indeks
sefalik.
Simetri Wajah
Wajah pasien dilihat dari depan untuk memeriksa proporsi lebar mata, hidung dan
mulut, juga untuk melihat apakah wajah simetri atau asimetri dan proporsi ukuran
vertikal. Pada dasarnya muka manusia tidak simetri secara bilateral akan tetapi
tidak mencolok sehingga menimbulkan kesan simetri. Keadaan ini bisa dilihat
bila foto muka dibelah pada garis median kemudian tiap titik di sisi kanan
diproyeksikan ke kiri demikian juga untuk belahan kiri diproyeksikan ke kanan
akan didapatkan foto dua individu yang berlainan dengan foto aslinya. Hal ini
berbeda dengan adanya deviasi hidung atau dagu ke salah satu sisi sehingga
menimbulkan disproporsi yang parah dan mengganggu estetik. Adanya sedikit
deviasi dalam arah vertikal merupakan variasi dan hendaknya dibedakan dari
disproporsi kurang panjangnya muka bagian tengah dan bawah.
31
Menurut Houston dkk., (1992) dengan melihat muka pasien dari depan bila
terdapat asimetri dengan mudah akan dapat dikenali adanya asimetri rahang
terhadap muka secara keseluruhan. Muka yang tidak simetri dapat merupakan
variasi biologis, keadaan patologis alun pun kelainan kongenital.
Tipe Wajah
Kompleks muka berhubungan dengan basis kranium, oleh karena itu
pertumbuhan basis kranium pada lahap awal menentukan pola dimensi, sudut dan
topografi muka. Kepala yang dolikosefalik membentuk muka yang sempit,
panjang dan protrusif yang disebut muka sempit/leptoprosop; sebaliknya kepala
yang brakisefalik menentukan muka yang lebih datar, kurang protrusif disebut
muka yang lebar/euriprosop. Di antara kedua tipe tersebut terdapat muka yang
32
sedang/mesoprosop.
Tipe Profil
Pemeriksaan profil mempunyai arti yang penting karena proporsi skeletal jurusan
anteroposterior maupun vertikal dapat terlihat dari pemeriksaan ini. Pemeriksaan
profil secara teliti akan memberikan kesan hampir seperti pemeriksaan pada
sefalogram lateral, meskipun tidak terperinci. Pemeriksaan profil dapat
membedakan secara klinis pasien dengan keadaan yang parah dari mereka yang
mempunyai muka baik alau cukup baik. Pemeriksaan ini vital bagi mereka yang
ingin merawat pasien Inikan hanya untuk ortodontis.
Kecembungan atau kecekungan muka menunjukkan disproporsi rahang. Hal
ini dapat diketahui dengan mendudukkan pasien dalam keadaan natural
headposition (NHP) baik waktu duduk legak atau pun berdiri tegak, pandangan
mata ditujukan ke pada titik yang jauh. Kemudian ditarik 2 garis: dari pangkal
hidung ke dasar bibir atas dan dari dasar bibir atas ke dagu. Pada keadaan muka
lurus/straight face kedua garis ini membentuk garis lurus, pada muka
cembung/convexface garis pertama lurus garis kedua membentuk sudut karena
dagu terletak lebih posterior. Pada muka cekungIconcave face letak dagu lebih ke
anterior.
Tipe profil dibagi dalam 3 (ipc: cekung, lurus dan cembung. Profil yang
33
A B C
Gambar 6 Tipe profil A. cekung, B. lurus dan C. cembung
■ Pemeriksaan yang saksama pada profil menghasilkan informasi yang hampir
sama (meskipun tidak terlalu terperinci) dengan sefalometri lateral. Ada tiga
tujuan utama pemeriksaan profil, yaitu
1) menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
2) evaluasi bibir dan letak insisivi
3) evaluasi proporsi wajah dalam arah vertikal dan sudut mandibula.
Pertama kali perlu ditentukan posisi rahang dalam jurusan anteroposterior.
Bila profil lurus tidak masalah apakah garis tersebut condong ke anterior
(anterior divergent) atau ke posterior (posterior divergent). Hal ini dipengaruhi
oleh ras pasien; pada orang Timur cenderung terjadi condong ke anterior
sedangkan orang Eropa Utara cenderung condong ke posterior. Profil yang lurus
tidak menimbulkan masalah sedangkan profil yang cekung dan cembung
biasanya bermasalah. Perlu diingat bahwa profil orang Deuteromalayu agak
cembung sedikit.
Yang kedua adalah evaluasi bibir dan letak insisivi. Pada pemeriksaan seperti
ini akan diketahui apakah insisivi protrusif atau retrusif. Insisivi yang protrusif
lebih sering terjadi daripada yang retrusif. Insisivi yang protrusif menempati
tempat yang lebih besar sehingga kemungkinan terletak berdesakan lebih kecil
sedangkan letak insisivi yang tegak atau pun retrusif memungkinkan terjadinya
letak berdesakan. Pada keadaan yang ekstrim gigi dapat terletak sangat protrusif
sehingga memengaruhi letak dan fungsi bibir. Keadaan ini sering disebut protrusi
34
dentoalveolar bimaksila, yang berarti gigi atas dan bawah protrusi. Keadaan
seperi i mi sering disebut protrusi bimaksila. suatu istilah yang kurang tepat
karena yang protrusi adalah giginya dan bukan rahangnya. Untuk mengetahui
seberapa banyak menonjolnya gigi merupakan hal yang sukar bila hanya melihat
profil saja, akan tetapi dengan melihat profil dapat dibayangkan letak bibir dan
gigi.
Ketiga adalah evaluasi proporsi wajah dalam arah vertikal dan sudut
mandibula. Meskipun proporsi vertikal dapat dilihat pada pemeriksaan wajah dari
depan akan tetapi inforrpasi yang didapat lebih akurat bila dilihat pada profil.
Gambar 7. Proporsi muka bagian atas (GSn) dan bawah SnMe) = (45%):(55%)
Pada pemeriksaan klinis sudut yang terbentuk oleh garis mandibula dan garis
horisontal perlu diperhatikan. Hal ini penting karena sudut yang besar
menggambarkan dimensi vertikal muka bagian anterior yang panjang dan
kemungkinan adanya gigitan terbuka, sedangkan sudut yang kecil menunjukkan
adanya tinggi muka anterior yang pendek serta kemungkinan adanya gigitan
dalam. Bidang mandibula dapat dilihat dengan meletakkan jari atau gagang kaca
mulut pada tepi bawah mandibula.
Pemeriksaan klinis yang dilakukan dengan cara ini hanya membutuhkan waktu
beberapa menit tetapi memberikan informasi yang tidak dapat diperoleh dari
pemeriksaan radiografi dan model geligi. Oleh karena alasan utama perawatan
ortodontik biasanya adalah untuk mengatasi masalah psikologis yang
berhubungan dengan tampilan wajah dan geligi, evaluasi estetik merupakan
bagian penting pemeriksaan klinis. Wajah yang mengalami distorsi dan asimetri
merupakan gangguan terbesar pada estetik wajah, sedangkan disproporsi wajah
masih dapat diterima meskipun tidak selalu baik. ■
Bibir
35
Pada ilmu ortodonti jaringan lunak yang berpengaruh adalah pipi, bibir dan lidah.
Bentuk dan aktivitas jaringan tersebut memainkan peranan yang penting dalam
menentukan bentuk lengkung geligi. Letak keseimbangan gigi sebagian
ditentukan oleh keseimbangan antara pipi, bibir dan lidah. Kekuatan yang
mengenai gigi sebagian ditentukan oleh letak jaringan dan sebagian oleh aktivitas
jaringan ini. Letak bibir dan pipi lebih berpengaruh daripada kekuatan yang
bersifat sementara yang dihasilkan oleh kekuatan otot. Ukuran dan relasi rahang
berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk lengkung geligi, sedangkan kekuatan
oklusal memainkan peranan dalam menentukan letak gigi secara individual.
Perlu dipahami bahwa suatu maloklusi sebenarnya merupakan suatu keadaan
keseimbangan sehingga perawatan ortodontik harus direncanakan untuk menjaga
keseimbangan tersebut, (iigi bawah nampaknya lebih sensitif terhadap perubahan
keseimbangan jaringan lunak dan nampaknya lebih aman untuk tetap menjaga
bentuk lengkung geligi rahang bawah. Jangan melebarkan lengkung geligi rahang
bawah atau mengubah letak labiolingual insisivi bawah yang normal.
Bila hubungan rahang dan morfologi jaringan lunak normal, lengkung bawah
dalam keseimbangan dengan jaringan lunak serta gigi atas dalam hubungan
oklusal yang baik dengan gigi bawah, keadaan ini akan menghasilkan
keseimbangan. Bila terdapat ketidaksesuaian hubungan rahang letak
keseimbangan pada gigi atas dapat berbeda dengan gigi bawah, misalnya bila
rahang atas relatif sempit maka terdapat gigitan silang posterior bilateral. Bila
rahang atas dilebarkan terlalu banyak maka keadaan ini tidak stabil dan akan
terjadi relaps bila perawatan dengan memakai peranti telah selesai. Bila terdapat
gigitan silang posterior unilateral karena ada displacement mandibula pada saat
mandibula menutup, hanya diperlukan ekspansi transversal posterior maka akan
didapatkan hasil yang stabil bila terdapat hubungan antartonjol yang baik.
Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa
kontraksi otot pada saat mandibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang
kompeten. Bila diperlukan kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan
bawah pada saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan bibir yang tidak
kompeten. Kebanyakan orang dewasa memiliki bibir yang kompeten atau sedikit
kompeten akan tetapi biasanya dapat kontak dengan sedikit kontraksi otot. Pada
beberapa individu dengan tinggi muka bagian bawah melebihi ukuran normal
36
sehingga bibir menjadi tidak kompeten. Pada keadaan ini biasanya bibir terbuka.
Anterior seal yang normal didapatkan dari kontak bibir atas dan bawah, akan
tetapi bila didapatkan jarak gigit yang besar bibir menjadi tidak kompeten dan
untuk mendapatkan anterior seal diperlukan kontraksi otot-otot yang kuat. Bila
terdapat jarak gigit yang bertambah dalam derajat sedang dan bibir cukup
panjang, kadang-kadang mandibula dimajukan ke depan untuk mendapatkan.v«//
tanpa kontraksi otot secara berlebihan. Bila bibir sangat tidak kompeten maka
diperlukan upaya otot yang berlebihan untuk mendapatkan seal agar didapat
kontak antara bibir bawah dan lidah. Pasien dengan bibir yang potensial untuk
dapat berkontak dengan mudah akan tetapi bibirnya membuka (tidak berkontak)
dinamakan bibir yang potensial kompeten.
A B
Gambar 8. A. Bibir kompeten B. bibir tidak kompeten
■ Agak sukar menentukan seberapa protrusif gigi atas secara visual akan tetapi
bila mengerti hubungan letak bibir dan letak insisivi dapat memberi gambaran
yang lebih mudah. Gigi dapat menjadi protrusif bila terdapat dua keadaan di
bawah ini: (1) bibir yang ke anterior (2) bibir tidak berkontak antara 3^4 mm
pada saat istirahat, yang biasa dinamai bibir yang tidak kompeten. Dengan kata
lain insisivi yang sangat protrusil' menyebabkan bibir ke anterior dan tidak
berkontak pada saat istirahat sehingga pasien harus menegangkan bibirnya agar
dapat terjadi kontak bibir atas dan bawah, menutupi insisivi yang protrusif. Untuk
pasien seperti ini bila insisivi diretraksi ke palatal akan didapat estetik muka yang
baik maupun fungsi bibir yang baik. Sebaliknya bibir yang ke anterior tetapi
dapat berkontak menutupi insisivi yang protrusif tanpa ketegangan, posisi bibir
seperti itu tidak terpengaruh oleh posisi insisivi. Pada individu seperti itu, retraksi
insisivi tidak akan banyak memberi pengaruh pada fungsi bibir maupun estetik
wajah karena bibir akan tetap ke anterior.
Sebagaimana divergensi muka, bibir yang ke anterior juga sangat dipengaruhi
37
oleh karakteristik ras dan etnik. Bangsa kulit putih Eropa utara biasanya
mempunyai bibir yang tipis, serta insisivi dan bibir yang tidak terlalu ke anterior.
Bangsa kulit putih Eropa selatan dan Timur tengah mempunyai bibir dan insisivi
yang lebih anterior dari orang kulit putih Eropa utara. Bibir dan insisivi yang
lebih anterior merupakan kondisi normal pada orang Asia dan kulit hitam. Hal ini
berarti bibir yang sedikit lebih anterior pada orang kulit putih merupakan keadaan
yang wajar bagi orang Asia dan kulit hitam atau malahan dianggap retrusi,
sedangkan letak insisivi yang normal untuk orang Asia dan kulit hitam dianggap
sangat protrusif untuk orang kulit putih.
Fungsi Bicara
Meskipun dokter gigi bukanlah seorang speech pathologist akan tetapi dokter
gigi hendaknya terbiasa dengan beberapa teknik sederhana untuk menganalisis
cara bicara seorang pasien (anak), sehingga anak dengan gangguan bicara dapat
dirujuk ke yang lebih berkompeten untuk didiagnosis atau untuk terapi. Terdapat
hubungan maloklusi dengan kelainan bicara akan tetapi karena adanya
mekanisme adaptasi, anak dengan maloklusi yang parah tetap dapat berbicara
dengan tanpa gangguan.
Pertumbuhan fungsi mulut menuju fungsi yang normal secara umum
berkembang dari anterior ke posterior. Pada saat lahir bibir relatif sudah
berkembang matang dan dapat menghasilkan isapan yang kuat sedangkan
struktur di posterior belum matang. Dalam perkembangan selanjutnya aktivitas
yang lebih banyak dan lebih kompleks terjadi pada bagian posterior lidah dan
juga pada struktur faring. Prinsip ini juga berlaku pada fungsi bicara. Awalnya
suara yang dihasilkan adalah suara bilabial, misalnya p, b. Kemudian konsonan
ujung lidah seperti t, d, menyusul suara sibilan (s, z) yang mengharuskan
penempatan lidah dekat tetapi tidak menyentuh palatum dan yang terakhir adalah
suara r yang membutuhkan penempatan bagian posterior lidah yang tepat, yang
kadang-kadang tidak tercapai pada usia 4-5 tahun.
38
Kebiasaan Jelek
Kebiasaan jelek perlu diperiksa karena kebiasaan jelek dapat menjadi penyebab
suatu maloklusi. Tidak semua kebiasaan jelek dapat menyebabkan maloklusi.
Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu kebiasaan jelek agar dapat
menghasilkan suatu maloklusi yaitu: lamanya kebiasaan berlangsung, frekuensi
yang cukup serta intensitas melakukan kebiasan tersebut. Maloklusi yang terjadi
tergantung pada kebiasaan jelek tersebut, misalnya kebiasaan jelek menghisap ibu
jari akan menghasilkan maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan mengisap bibir
bawah. Beberapa macam kebiasaan jelek, misalnya: mengisap jari atau ibu jari,
mengisap bibir atau menggigit bibir, menggigit kuku.
Gambar 9. Ilustrasi jari yang diisap menekan insisif atas ke labial dan
insisif bawah ke lingual
■ Sebagian anak mempunyai kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari) yang
tidak memberi nilai nutrisi (non-nulritive), sebagai suatu kebiasaan yang dapat
dianggap wajar. Akan tetapi kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan
menghasilkan maloklusi. Sebagai panduan umum, kebiasaan mengisap yang
dilakukan pada masa geligi sulung hanya akan menimbulkan efek yang sedikit
atau tidak akan menimbulkan maloklusi. Bila kebiasaan ini diteruskan sampai
gigi permanen erupsi maka dapat berakibat protrusi, diastema, insisivi bawah
yang linguoversi, gigitan terbuka anterior, lengkung atas yang sempit.
Keadaan ini dapat terjadi karena adanya tekanan langsung dari jari dan
perubahan pola bibir dan pipi pada saat istirahat. Bila seorang anak menempatkan
ibu jari di antara insisivi bawah dan atas, biasanya dengan sudut tertentu, maka
akan terdapat dorongan insisivi bawah ke lingual sedangkan insisivi atas ke
labial. Tekanan langsung ini dianggap menyebabkan perubahan letak insisivi.
Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan juga
penempatan jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi
39
lidah ke depan merupakan upaya adaptif fisiologis bila terdapat gigitan terbuka
anterior sehingga pada orang dengan gigitan terbuka biasanya juga mempunyai
kebiasaan menelan dengan mendorong lidah ke depan. Sesudah kebiasaan
mengisap berhenti maka gigitan terbuka akan menjadi baik secara spontan,
meskipun lidah masih terletak di anterior selama proses gigitan terbuka menutup,
dan anterior seal didapat dari bibir dan ujung lidah.
Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama
pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan menghasilkan efek
yang nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan menghasilkan
perubahan pada letak gigi. Tekanan lidah pada penelanan yang tidak benar hanya
berlangsung kira-kira I detik. Penelanan secara ini hanya terjadi kurang lebih 800
kali pada saat seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu tidur sehingga
sehari hanya kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik (kurang lebih 17
menit) tidak cukup untuk memengaruhi keseimbangan. Sebaliknya pasien yang
meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus
pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat
menyebabkan perubahan letak gigi baik jurusan vertikal maupun horisontal. Yang
lebih menentukan adalah posisi kebiasaan lidah, apakah di depan ataukah normal.
Pada pasien yang posisi lidahnya normal pada saat istirahat, pendorongan lidah ke
depan pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap letak gigi.
Lidah
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran, bentuk dan lungsi. Ukuran dan bentuk
diperiksa secara subjektif. Lidah yang besar bersifat individual; lidah yang besar
untuk mulut seseorang belum tentu merupakan lidah yang besar untuk orang lain.
Tanda klinis untuk lidah yang terlalu besar (makroglosi) terhadap lengkung geligi
adalah adanya scalloping (yang merupakan cetakan sisi lingual gigi pada lidah)
pada tepi luar lidah. Jarang di jumpai lidah yang kecil.
Tabel 3.1. Besaran dan lamanya kekuatan yang mengenai gigi pada
saat berfungsi
Palatum
Pada bentuk kepala dolikosefalik akan didapatkan bentuk palatum yang sempit,
45
panjang dan dalam. Demikian juga bentuk lengkung geligi rahang atas. Pada
bentuk kepala brakisefalik akan didapatkan bentuk palatum yang lebar, pendek
dan dangkal. Palatum merupakan proyeksi konfigurasi fosa kranial anterior,
sedangkan konfigurasi basis apikal gigi rahang atas ditentukan oleh perimeter
palatum. Bentuk palatum ini dapat memengaruhi retensi peranti lepasan. Pada
palatum yang relatif tinggi akan memberikan retensi dan penjangkaran yang lebih
baik. Perlu diperhatikan kadang-kadang terdapat torus palatinus yang dapat
mengurangi kenyamanan pasien bila pasien memakai peranti lepasan.
Kebersihan Mulut
Kebersihan mulut yang terjaga baik merupakan indikator perhatian pasien
terhadap giginya serta dapat diharapkan adanya kerja sama yang baik dengan
pasien. Perawatan ortodontik tidak boleh dimulai bila kebersihan mulut pasien
tidak baik. Hal ini disebabkan (1) bila kebersihan mulut jelek, dengan pemakaian
peranti maka akan memperparah keadaan kebersihan mulut (2) belum tentu ada
kerjasama yang baik dengan pasien.
Bila kebersihan mulut kurang baik maka pasien harus diajari menjaga
kebersihan mulut dan perawatan ortodontik dengan menggunakan peranti harus
ditunda dahulu. Perawatan ortodontik dapat dimulai apabila kebersihan mulut
sudah mencapai standar. Dianjurkan untuk menunda perawatan dengan
menggunakan peranti sampai pasien dapat memelihara kebersihan mulut sampai
kurang lebih 3 bulan.
Gingivitis kronis pada anak-anak biasanya disebabkan kebersihan mulut jelek.
Kadang-kadang ditemukan gingivitis hiperplastik pada regio insisivi atas yang
dapat disebabkan tidak tertutupnya gingiva di daerah tersebut oleh bibir sehingga
gingiva kering. Pada orang dewasa diperlukan pemeriksaan jaringan periodontal
yang lebih teliti.
Karies
Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies
merupakan penyebab utama malokiusi lokal. Karies merupakan penyebab
terjadinya tanggal prematur gigi sulung sehingga terjadi pergeseran gigi
permanen, erupsi gigi permanen yang lambat, dan lain-lain.
46
Fase Geligi
Pasien yang datang untuk perawatan ortodontik biasanya dalam fase geligi
pergantian atau permanen dan jarang pada fase geligi sulung. Fase geligi sulung
ditandai dengan adanya gigi sulung di rongga mulut (kurang lebih sampai dengan
umur 6 tahun). Fase geligi pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan
gigi permanen dalam rongga mulut (kurang lebih antara umur 6-11 tahun),
merupakan proses pergantian dari fase geligi sulung ke fase geligi permanen. Ada
juga yang menyebut sebagai fase geligi bercampur oleh karena adanya campuran
gigi sulung dan gigi permanen dalam rongga mulut. Fase geligi disebut fase geligi
permanen bila semua gigi dalam rongga mulut adalah gigi permanen.
normal. Bisa saja jumlahnya normal tapi ukuran masing-masing gigi tidak
normal, misalnya insisiv sentral ukurannya melebihi normal sedangkan
insisiv lateral ukurannya lebih kecil dari pada normal. Oleh karena itu
perlu diukur mesiodistal masing-masing gigi.
Bila pasien dalam fase geligi pergantian maka ada beberapa cara untuk
mengukur. Pertama adalah mengukur pada model untuk gigi-gigi yang
telah erupsi, sedangkan untuk gigi-gigi yang belum erupsi (benih gigi)
diukur pada rontgen foto. Cara ini memiliki kelemahankarena gmbar pada
foto rontgen biasanya mengalami distorsi, bisa bertambah panjang atau
bertambah pendek. Untuk mengatasi keadaan ini dapat dilakukan
perhitungan agar didapat ukuran benih gigi yang tepat. Rumus untuk
menghitung lebar benih gigi adalah :
Cara lain untuk mengetahui lebar benih gigi adalah dengan menghitung
memakai rumus tertentu. Untuk menggunakan rumus ini diukur lebar
mesiodistal masing-masing insisiv bawah terus dijumlah, kemudian angka
ini dimasukkan kedalam rumus, hasil perhitungan menunjukkan jumlah
lebar mesiodistal kaninus, premolar pertama dan premolar kedua pada satu
sisi. Tempat yang dibutuhkan bisa diperoleh dari jumlah lebar insisiv (atas
atau bawah) ditambah duakali lebar mesiodistal kaninus permanen dan
premolar yang didapat dari rumus. Suatu rumus biasanya sesuai untuk ras
tertentu sehingga perlu diketahui ras pasien.
Sitepu (1983) dalam tesisnya menemukan rumus untuk memprediksi lebar
mesiodistal kaninus permanen, premolar pertama dan kedua pada satu sisi
(Y) berdasarkan jumlah lebar mesiodistal insisiv bawah (X) sebagai
berikut:
Rumus ini sesuai untuk ras deutero-malayu karena sampel untuk penelitian
ini (215 anak) adalah dari ras tersebut. Dengan mengukur berbagai lebar
mesiodistal insisiv bawah dan memasukkan angka ini ke rumus tersebut
dapat disusun tabel.
Sebagai panduan umum Profitt dkk., 2007 mengatakan bahwa:
Bila kekurangan tempat sampai dengan 4 mm tidak diperlukan
pencabutan gigi permanen.
Bila kekurangan tempat antara 5-9 mm kadang-kadang masih dapat
dirawat tanpa pencabutan gigi permanen, namun sering diperlukan
pencabutan gigi permanen (tidak termasuk molar ketiga)
Bila kekurangan tempat 10 mm atau lebih hampir selalu diperlukan
pencabutan gigi permanen, biasanya premolar
Gigi permanen yang sering dicabut untuk perawatan ortodontik adalah
premolar pertama, bila semua gigi permanen ada dan dalam keadaan
baik. Bila ada gigi permanen yang karies banyak dan tidak dapat
dirawat lagi maka gigi dapat dicabut sesuai dengan keadaan kasus
tersebut.
Analisa ukuran gigi
Untuk mendapat oklusi yang baik diperlukan ukuran gigi yang
proporsional. Bila gigi-gigi atas besar sedangkan gigi-gigi bawah kecil
tidak mungkin untuk mendapatkan oklusi yang ideal. Meskipun pada
kebanyakn orang proporsi giginya sangat sesuai tetapi kurang lebih 5%
tidak mencapai proporsi ini karena adanya variasi ukuran gigi secara
individual. Keadaan ini biasa disebut tooth size discrepazy. Insisiv lateral
atas merupakan gigiyang paling banyak mengalami anomali, meskipun
gigi-gigi lain juga mempunyai banyak variasi ukuran.
Tooth size analysis atau lebih sering disebut analisis bolton dilakukan
dengan mngukur lebar mesiodistal setiap gigi permanen. Ukuran ini
kemudian dibandingkan dengan tabel standart jumlah lebar gigi anterior
atas maupun bawah (dari kaninus ke kaninus) dan juga jumlah lebar
mesiodistal semua gigi atas dan bawah (molar pertama ke molar pertama)
tidak termasuk moalr kedua dan ketiga. Bila pengukuran menggunakan
52
saran digital maka komputer dengan cepat dapat menentukan tooth size
analysis. Pemeriksaan cepat untuk mengetahui perbedaan gigi anterior
dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran insisiv lateral atas dan
bawah. Bila insisiv latelar atas lebih besar maka hampir dapat dipastikan
akan didapat perbedaan. Untuk rahang bawah dapat dilakukan dengan
membandingkan ukuran premolar kedua atas dan bawah yang ukurannya
kurang lebih sama. Bila perbedaan ukuran gigi ini kurang dari 1,5mm
jarang berpengaruh secara signifikan, tetapi kalau melebihi 1,5 mm akan
menimbulkan maslah dalam perawatan ortodonti dan sebaiknya hal ini
dimasukkan dalam pertimbangan perawatan ortodontik.
Kurva Spee
Lengkung yang menghubungkan insisal insisiv dengan bidang oklusal
molar terakhir pada rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya
tidak melebihi 1,5 mm. Pada kurva spee yang positif (bentuk kurvanya
jelas dan dalam) biasanya didapatkan gigi insisiv yang supra posisi atau
gigi posterior yang infra posisi atau gabungan dari keduanya tadi.
Kurva space adalah kurva dengan dengan pusat pada suatu titik di tulang
lakrimal dengan radius pada orang dewasa 65-70 mm. Kurva ini berkontak
di empat oklusi yaitu permukaan anterior kondili, daerah kontak
distooklusal molar ketiga, daerah kontak mesiooklusal molar pertama dan
tepi insisal.
Diastema
Ruang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva diantara gigi-gigi
kelihatan. Adanya diastem pada fase geligi pergantian masih merupakan
keadaan normal, tetapi adanya diastem pada fase geligi permanen perlu
diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui keadaan tersebut suatu keadaan
yang tidak normal.
Simetri gigi-gigi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui simetri gigi senama dalam jurusan
sagital maupun transversal dengan cara membandingkan letak gigi
permanen senama kiri dan kanan. Berbagai alat bisa digunakan untuk
keperluan pemeriksaan ini, misalnya suatu transparent ruled grid atau
simetroskop yang dapat dibuat sendiri.
53
lain; gigitan tonjol, gigitan fisura dalam atas dan gigitan silang
total luar rahang atas.
Keadaan klinis relasi gigi posterior dalam jurusan transversal
apabila rehang bawah terlalu sempit atau terlalu lebar dapat sama
dengan yang diatas akan tetapi penyebutannya lain.
Relasi jurusan vertikal
Kelainan dalam jurusan vertkal dapat berupa gigitan terbuka yang
berarti tidak ada kontak antara gigi atas dan bawah saat oklusi.
g. Penelitian
Nama Keterangan
Analisis Sefalometri
Analisis sefalometri diperlukan oleh klinisi untuk memperhitungkan hubungan
fasial dan dental dari pasien dan membandingkannya dengan morfologi fasial dan
61
dental yang normal. Analisis ini akan membantu klinisi dalam perawatan
ortodontik ketika membuat diagnosis dan rencana perawatan, serta melihat
perubahan-perubahan selama perawatan dan setelah perawatan ortodontik selesai
(Ardhana, 2011).
Pada saat ini, analisis sefalometri dari pasien yang dirawat ortodontik merupakan
suatu kebutuhan. Metode analisis sefalometri radiografik antara lain dikemukakan
oleh : Downs, Steiner, Rickett, Tweed, Schwarz, McNamara dan lain-lain.
Berdasarkan metode-metode tersebut dapat diperoleh informasi mengenai
morfologi dentoalveolar, skeletal dan jaringan lunak pada tiga bidang yaitu
sagital, transversal dan vertikal (Ardhana, 2011).
BAB III
KONSEP MAPPING
Maloklusi
Penegakkan diagnosa
65
64
BAB V
PEMBAHASAN
66
65
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Maloklusi merupakan ketidak teraturan gigi-gigi diluar ambang normal.
Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi
malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal.
Untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan adalah dengan cara
menghilangkan etiologi penyebab gigi berdesakan tersebut.
5.2 Saran
Dengan merujuk adanya gigi yang berdesakan. Sebaiknya para orangtua
seharusnya mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghindari penyebab
terjadinya crowding teeth. Mengingat crowding teeth juga dapat dicegah maka
perlu pengetahuan dini untuk anak-anak agar dapat menghindari faktor-faktor
predisposisi dari crowding teeth. Kemudian bagi penderita crowding teeth yang
parah hendaknya melakukan perawatan orthodontics supaya dapat memperbaiki
oklusi serta bentuk wajah.
69