Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KASUS

Sindrom HELLP, Eklampsia, dan Perdarahan Intrakranial

Maulydia, Eddy Rahardjo

case summary pada pasien dengan komorbid preeklampsia.1,2


HELLP syndrome is a life-threatening obstetric Manifestasi klinis pasien dengan sindrom
complication. The clinical presentation is highly HELLP sangat bervariasi. Secara umum terjadi pada
variable. Conservative management of HELLP kehamilan multipara, wanita kulit putih, dengan
syndrome poses a significant risk of many usia kehamilan minimal 35 minggu.3 Sebanyak 20%
complication, including eclampsia, intracerebral kasus tidak disertai hipertensi, 30% disertai hipertensi
hemorrhage and maternal death. This case was a sedang, dan 50% kasus disertai hipertensi berat.1,2
multigravida woman, 34 years old, 37-38 weeks of Gejala lainnya adalah nyeri kepala (30%), pandangan
gestasional, that had HELLP syndrome, eclampsia, kabur, malaise (90%), mual/muntah (30%), nyeri di
and intracranial hemorrhage. After two periods sekitar perut atas (65%), dan parestesia. Kadang-
of seizure, she was operated for C-section and kadang bisa juga disertai edema.1,3
craniotomy, consecutively. The operation took eight Kriteria sindrom HELLP adalah Hemolytic
hours and forty five minutes. Post operative care took Anemia, Elevated Liver enzymes, Low Platelet
place in Intensive Observation Room with many count. Komplikasi yang dapat menyertai adalah
problems, including post craniotomy with cerebral terlepasnya plasenta (abruption), edema paru-
edema, anemia, thrombocytopenia, hypertension, paru, acute respiratory distress syndrome (ARDS),
and possibility to have another seizure. Lung edema hematom pada hati dan pecah, gagal ginjal akut,
is one condition that must be anticipated, for at disseminated intravascular coagulation (DIC),
least 72 hours after delivery. Fluid balance is one eklampsia, perdarahan intraserebral, dan kematian
important thing to prevent both lung and cerebral maternal.
edema. After ten days, patient was stable enough to Eklampsia merupakan penyakit yang ditandai
be transported to neurological ward. (Maj Ked Ter dengan adanya gejala preeklampsia berat dan kejang
Intensif. 2012; 2(1): 44 - 48) yang bersifat tonik-klonik. Angka kejadian eklampsia
(tahun 1996-2001) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
PENDAHULUAN dilaporkan sebesar 0,81-1,08%. Angka kematian
Sindrom Hemolysis Elevated Liver enzymes Low maternal yang terjadi sekitar 4,2%, dengan 50%
Platelets (HELLP) merupakan suatu komplikasi kasus eklampsia terjadi pada periode antepartum.2
obstetri yang dapat membahayakan nyawa. Sindrom Diagnosis eklampsia terutama ditegakkan secara
HELLP biasanya dihubungkan dengan kondisi pre klinis. Adanya tanda-tanda hipertensi dan proteinuria
eklampsia. Angka kejadian dilaporkan sebesar 0,2- sebelum terjadinya kejang, dapat disertai dengan
0,6% dari seluruh kehamilan, dan 10-20% terjadi mual muntah, nyeri kepala, dan cortical blindness.
Bila kondisi semakin memburuk maka tanda- tanda
lainnya dapat terjadi, yaitu nyeri perut, gagal fungsi
Departemen Anestesiologi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga hati, sindrom HELLP, edema paru-paru dan oliguria.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Sedangkan janin dapat mengalami Intrauterine
Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 - 8, Surabaya 60286 Growth Restriction (IUGR) hingga fetal distress.1,3
Korespondensi : drmoly_sby@yahoo.com

44 Majalah Kedokteran Terapi Intensif


Maulydia, Eddy Rahardjo

Patofisiologi diduga terjadi akibat iskemia plasenta, hubungan


Penyebab sindrom HELLP secara pasti belum antara lipoprotein dengan densitas yang rendah
diketahui, sindrom menyebabkan terjadinya kerusakan dengan pencegahan keracunan, perubahan sistem
endotelial mikrovaskuler dan aktivasi platelet imun, dan perubahan genetik.2
intravaskuler. Aktivasi platelet akan menyebabkan Berkurangnya resistensi vaskuler serebral,
pelepasan tromboksan A dan serotonin, dan ditambah dengan adanya kerusakan endotel,
menyebabkan terjadinya vasospasme, aglutinasi, menyebabkan terjadinya edema serebri. Meskipun
agregasi platelet, serta kerusakan endotelial lebih dikatakan bahwa kejang yang diakibatkan oleh
lanjut. Kaskade ini hanya bisa dihentikan dengan eklampsia tidak akan menyebabkan kerusakan otak
terminasi kehamilan.4 yang menetap, tetapi perdarahan intrakranial dapat
Sel-sel darah merah yang mengalami hemolisis terjadi.
akan keluar dari pembuluh darah yang telah rusak,
membentuk timbunan fibrin. Adanya timbunan KASUS
fibrin di sinusoid akan mengakibatkan hambatan Seorang wanita, 34 tahun, G8P7A0 usia
aliran darah hepar, akibatnya enzim hepar akan kehamilan 37-38 minggu mengeluh pusing sejak 1
meningkat.4 hari sebelumnya yang makin berat, disertai nyeri ulu
Proses ini terutama terjadi di hati, dan dapat hati, mual dan muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
menyebabkan terjadinya iskemia yang mengarah pasien sadar dengan tekanan darah 220/100 mmHg,
kepada nekrosis periportal dan akhirnya mempengaruhi nadi 92 kali/menit, diberikan oksigen dengan sungkup
organ lainnya. dan dipasang infus. Pasien diobservasi di ruang
Ada beberapa kondisi yang diduga sebagai ICU, dalam perawatan mengalami kejang 1 kali,
penyebab terjadinya eklampsia dan pre eklampsia. selama 5 menit. Selanjutnya pasien dirujuk ke RSUD
Salah satunya adalah adanya peningkatan sintesis Dr. Soetomo Surabaya dengan diagnosis sindrom
bahan vasokonstriktor (angiotensin dan tromboksan HELLP, eklampsia, dan perdarahan intrakranial di
A2) dan sintesis bahan vasodilator yang menurun daerah temporoparietal kanan.
(prostasiklin), yang mengakibatkan terjadinya Di ruang resusitasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
kerusakan endotel yang luas. Manifestasinya didapatkan tanda-tanda distres napas, yaitu frekuensi
adalah vasospasme arteriol, retensi Na dan air, serta napas hingga 30 kali/menit, disertai napas cuping
perubahan koagulasi.2,3 Penyebab lain eklampsia hidung dan retraksi dinding dada. Tekanan darah

A B

Gambar 1. Hasil CT Scan kepala; A. Tampak perdarahan intrakranial, B. midline shift 0,93, penyempitan ventrikel kanan dan hilangnya
sulkus dan girus.

Volume 2 Nomor 1 Januari 2012 45


Sindrom HELLP, Eklampsia, dan Perdarahan Intrakranial

170/120 mmHg, nadi 120 kali/menit, pasien sadar sudah mengalami gangguan faal hemostasis.4
(GCS 4-5-6). Pupil bulat anisokor, ukuran 4 mm Anestesi umum merupakan pilihan yang tepat
(kanan) dan 2 mm (kiri). Bicara pasien menjadi pelo, pada pasien ini. Pada kondisi lain yang juga disertai
dan ditemukan lateralisasi sinistra, ditemukan edema kenaikan tekanan intrakranial yang meningkat,
pada wajah dan tungkai. Pasien mengalami kejang pemilihan anestesi regional seperti anestesi spesial
1 kali, kemudian dilakukan intubasi trakea. Sambil harus dipertimbangkan ulang, karena potensial
persiapan untuk operasi seksio sesaria, dilakukan terjadinya komplikasi serebri setelah pungsi
pemeriksaan CT scan kepada hasil CT scan kepala duramater.6
ditemukan adanya perdarahan intra kranial di Operasi yang berlangsung lama (lebih dari 8
daerah parieto-oksipital kanan, diperkirakan 50 jam), disertai pemberian cairan dan komponen
ml, perdarahan sub arahnoidal, midline shift ke darah yang cukup banyak selama operasi, membawa
arah kiri sebesar 0,93 cm, dan edema serebri berat konsekuensi tersendiri. Edema paru-paru dapat
(gambar1). Hasil pemeriksaan darah kadar hemoglobin terjadi akibat pemberian cairan yang berlebihan, atau
13,5mg/dL, hematokrit 38,5%, leukosit 17500/mm3, karena komplikasi dari eklampsia (70% terjadi pada
trombosit 37000/mm3, ureum 12,7 mg/dL, kreatinin 72 jam pasca persalinan). Pemberian cairan tanpa
0,8mg/dL, Na 143 mmol/L, K 3,2 mmol/L, Cl 112 pengawasan yang ketat akan meningkatkan risiko
mmol/L, APTT 14,6 (kontrol 1,9), PTT 72,4/(kontrol terjadinya edema paru-paru.
27,7) SGOT 351,6, SGPT 133, albumin 3,2mg/dl, Sebelum mengalami kejang, pasien
bilirubin direk 1,3mg/dL, bilirubin total 3,8mg/dL. memperlihatkan trias klasik preeklampsia yaitu
Pemeriksaan foto toraks dalam batas normal hipertensi, proteinuria dan sindrom: nyeri kepala,
Setelah persiapan operasi selesai, segera nyeri epigastrium, mual, muntah dan edema. Sindrom
dilakukan terminasi kehamilan dengan cara operasi HELLP yang disertai dengan perdarahan intrakranial,
seksio sesaria (berlangsung selama 45 menit), merupakan kasus yang jarang ditemukan.5 Trias
dilanjutkan dengan kraniektomi (berlangsung klasik preeklampsia yang disertai kejang akan
selama lebih kurang 7 jam). Pada waktu kraniotomi menambah komplikasi pada pasien, sehingga
ditemukan dura tegang kemerahan, perdarahan pengakhiran kehamilan dengan pembedahan seksio
intrakranial luas lebih kurang 100 ml, dan edema sesaria merupakan pilihan yang tepat untuk mencegah
serebri berat (gambar 1). Pascaoperasi tulang kepala bertambah buruknya kondisi ibu dan janin. Sebagai
tidak dikembalikan. Perdarahan selama operasi pencegahan kejang, diberikan obat anti kejang yaitu
sebanyak 2500 ml, dengan produksi urin sekitar fenitoin dengan kombinasi midazolam. Enam jam
2450 ml. Cairan yang diberikan koloid 1500 ml, pascaoperasi dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala
kristaloid 500 ml, transfusi darah lengkap 2800 ml, ulang.(gambar 2)
darah merah pekat 800 ml, dan trombosit konsentrat
500 ml.
Pascaoperasi pasien dirawat di ruang observasi
intensif selama 10 hari. Secara dini dilakukan
pengendalian ventilasi dan hipertensi serta koreksi
anemia, trombositopenia, hipoalbuminemia, dan
hipokalemia. Tidak ada
perdarahan
PEMBAHASAN
Diagnosis sindrom HELLP pada pasien ini
ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda hemolisis,
yaitu kadar laktat dehidrogenase yang tinggi (LDH =
2444 U/L), dan bilirubin total yang meningkat yaitu
Gambar 2. CT Scan kepala 6 jam pascaoperasi
lebih dari 1,2 mg/dL, adanya peningkatan enzim hati
yaitu SGOT = 351,6 U/L dan SGPT = 133 U/L, serta
trombositopenia berat yang termasuk kelas I menurut Edema otak merupakan 20% penyebab kematian
klasifikasi Mississippi.1 Trombositopenia merupakan dari pre-eklamsia dan eklamsia. Pengendalian
indikator yang paling dapat dipercaya. Pemeriksaan ventilasi dengan ventilator dengan target pCO2 35-40
D-dimer berguna untuk menegakkan diagnosis secara mmHg, demikian pula pemberian manitol bertujuan
dini, tetapi tidak dilakukan pada pasien ini karena untuk mengurangi edema otak, sehingga tekanan

46 Majalah Kedokteran Terapi Intensif


Maulydia, Eddy Rahardjo

A B

Gambar 3. Foto toraks A. Sebelum intubasi pipa endotrakheal. B. Sebelum ekstubasi dan setelah 9 hari dalam ventilas mekanik.

intra kranial dapat diturunkan, dan perfusi darah Pada hari perawatan ke-4, perut pasien menjadi
ke otak dapat diperbaiki.7,8 Manitol yang digunakan kembung, disertai retensi isi lambung. Untuk
untuk mengurangi edema otak dapat menyebabkan memastikan bahwa hal ini disebabkan kondisi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. hipokalemia (K=2,9) dan bukan karena obstruksi,
Sebagai analgetik pascaoperasi digunakan morfin dilakukan pemeriksaan foto abdomen polos. Koreksi
yang diberikan melalui pompa infus. Pemberian kalium diberikan selama 2 hari berturut-turut.
obat narkotik intravena dapat dipilih, meskipun Nutrisi enteral sementara digantikan dengan nutrisi
dilaporkan tidak optimal untuk pengendalian nyeri parenteral, sampai retensi cairan lambung minimal.
pada kasus seperti ini.4 Morfin tetap pilihan terbaik Pasien mendaptakan bantuan ventilasi mekanik
dibandingkan opioid lainnya, sebagai penghilang selama 9 hari. Untuk mencegah terjadinya Ventilator
nyeri dengan efek samping minimal. Pilihan obat Associated Pneumonia (VAP), pasien diposisikan
analgetik ini dilaporkan mempunyai pengaruh yang “head-up” 30°, sedasi midazolam hanya diberikan
tidak diinginkan yaitu dapat menurunkan ambang pada hari pertama pascaoperasi. Untuk tindakan
kejang.6 Tekanan darah pascaoperasi dini berkisar oral hygiene, digunakan larutan klorheksidin 0,2%.
160/120 mmhg. Pasien mendapatkan anti hipertensi Pada hari ke-3, pasien mulai disapih dari ventilator.
diltiazem yang diberikan dengan pompa infus, Proses ini tertunda pada hari ke-4 karena pasien
dengan dosis 5-7 mikrogram/ kg berat badan/menit mengalami gangguan pada organ saluran cerna. Dari
dititrasi dengan target terapi adalah mencapai sistol 5 tindakan yang selama ini dikampanyekan sebagai
antara 140 - 160 mmHg dan diastol antara 90-100 “VAP Prevention Bundle”, ada satu hal yang tidak
mmHg. Pemberian anti hipertensi ini dilaporkan dilakukan pada pasien ini adalah drainase sekret
dapat mengurangi risiko terjadinya perdarahan subglotik, karena tindakan tersebut memerlukan
serebri, dan terjadinya kejang.4 pipa endotrakheal khusus.8 Pada pasien ini tindakan
Anemia pascaoperasi dikoreksi dengan fisioterapi dada dilakukan dan terapi antibiotik
menggunakan darah merah pekat. Kadar hemoglobin sudah mulai sejak hari pertama pasca kraniektomi.
stabil di atas 10 g/dL sejak hari perawatan ke-3, selain Pencegahan VAP dapat pula dilakukan dengan
itu juga dilakukan transfusi trombosit konsentrat. penggunaan ETT dengan material khusus, bentuk
Penilaian keseimbangan cairan pada pasien cuff khusus, menjaga tekanan cuff 20 cm H2O dan
ini tidaklah mudah. Keseimbangan cairan sedapat pemberian salin sebelum penghisapan lewat ETT.9
mungkin dibuat negatif. Penggunaan manitol Sampai akhir perawatan Ruang Observasi Intensif,
menyebabkan pengeluaran urin yang banyak, pasien ini tidak mengalami VAP (Gambar 3).
sehingga dapat menyebabkan hipokalemia. Setelah menjalani perawatan selama 10 hari di
Penggunaan manitol juga dapat menyebabkan Ruang Observasi Intensif, pasien dipindahkan ke
gangguan fungsi ginjal dan neurologis.6 bangsal neurologi, dengan gejala sisa lateralisasi
kiri.

Volume 2 Nomor 1 Januari 2012 47


Sindrom HELLP, Eklampsia, dan Perdarahan Intrakranial

KESIMPULAN book. New York: Cambridge University Press;


Permasalahan pascaoperasi pada pasien 2002. p.118-21.
ini meliputi edema otak yang disebabkan oleh 4. Maurin OH. HELLP syndrome: recognition and
eklampsia dan kondisi pascakraniektomi, anemia, perinatal management. American Family Physi-
trombositopenia, hipoalbuminemia, dan hipokalemia, cian. 1999; 60(3): 829-36.
serta tekanan darah tinggi yang tidak terkendali. 5. Rayes M, Konykhov A, Fayad V, Caturved S,
Kemungkinan terjadinya edema paru-paru dan kejang Noris G. Good outcome in HELLP syndrome
lanjutan harus diantisipasi. Penegakkan diagnosis dan with lobar cerebral hematomas. Neurocrit Care.
persiapan operasi yang cepat, serta koordinasi yang 2011 Apr;14(2):276-80.
baik antar tim di ruang resusitasi memungkinkan 6. Lars PW, Michael JP. Neuroanesthesia for the
pasien untuk segera menjalani operasi. Penanganan pregnant woman. Anesth Analgesia. 2008;
secara agresif baik dari sisi pembedahan maupun 107(1): 193-200.
medis menghasilkan hasil yang baik. 7. Bisri T, Wargahadibrata AH, Surahman E. Neuro
Anestesi. 2;51-54
DAFTAR PUSTAKA 8. Kuhlen R,Moreno R,Ranieri M, Rhodes A,
Controversies in intensive care medicine. Med-
1. Foley MR, Strong TH, Garite TJ. Hypertensive
izinisch Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft.
emergencies. In: Foley MR, ed. Obstetric inten-
p.275-80
sive care manual. California: McGraw-Hill;2004.
9. Morris AC, Hay AW, Swann DG, Everingham K,
p.56-62.
McCulloch C, McNulty J,et al. Reducing venti-
2. Wahjoeningsih S. Anesthesia pada pasien den-
lator-associated pneumonia in intensive care:
gan preeklamsia-eklamsia. In: Preeceding book
impact of implementing a care bundle. Crit Care
1st Indonesian symposium pediatric anesthesia
Med. 2011 Oct;39(10):2218-24.
and critical care. Surabaya. 2005. p.95-104.
10. Blot S, Rello J, Vogelaers D. What is new in the
3. Mills JS, Maguire LS, Barker MJ. Preeklampsia
prevention of ventilator-associated pneumonia?
and eklampsia. In: The clinical anaesthesia viva
Curr Opin Pulm Med. 2011 May;17(3):155-9.

48 Majalah Kedokteran Terapi Intensif

Anda mungkin juga menyukai