Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SRI RAMADANI

NIM:742302019015
PRODI:HUKUM KELUARA ISLAM 1

SOAL UJIAN MATA KULIAH


PENGANTAR HUKUM KELUARGA

1. Jelaskan Hadhanah dan Nafkah sebagai ruang lingkup Hukum Keluarga Islam.

2. Jelaskan beberapa sistem kekerabatan dalam Hukum Keluarga Islam dan sistem mna

yang paling ideal. Sertakan alasan-alasannya!

3. Jelaskan perbedaan diantara keempat produk pemikiran dalam Hukum Keluarga

Islam, yaitu:

a. Fiqh

b. Fatwa

c. Yurisprudensi

d. Undang-undang

4. Jelaskan yang dimaksud asas bilateral, asas keadilan berimbang dan asas akibat

kematian dalam Hukum Kewarisan.

5. Jelaskan Maqashid Syariah dalam kaitannya dengan tujuan Hukum Keluarga Islam,

baik yang bersifat Daruriyah, Hajiyat maupun Takhsiniyat.

6. Sebutkan aturan-aturan Hukum Keluarga Islam yang menjalani pembaharuan,

sebanyak 10 permasalahan!

7. Tuliskan istilah-istilah Hukum Keluarga Islam dalam istilah arabnya.

JAWABAN

1. -Hadhanah berasal dari kata “hidnan” yang berarti lambung. Seperti kalimat “hadhana ath
–thaairu baidahu”, burung itu mengempit telur dibawah sayapnya, begitu juga dengan
perempuan (ibu) yang mengempit anaknya.9Pemeliharaan anak dalam bahasa arab disebut
hadhanah.10 Maksudnya adalahmerawat mendidik atau mengasuh bayi/anak kecil yang
belum mampu menjaga dan mengatur dirinya sendiri.
Para Faqih mendefinisikan hadhanahadalah memelihara anak kecil laki-laki atau
perempuan atau orang yang kurang akal yang tidak bisa membedakan. Hadhanah tidak
berlaku pada orang dewasa yang sudah baligh dan berakal. Ia boleh memilih tinggal
dengan siapa saja dari orang tuanya yang dia sukai. Bilaman seorang laki-laki ia boleh
tinggal sendiri karena tidak membutuhkan orang tuanya. Akan tetapi syara’ menyuruhnya
berbakti dan berbuat baik kepada mereka. Jika seorang perempuan, ia tidak boleh tinggal
sendiri dan tidak dipaksa karena kelemahan tabiatnya untuk menghindari kecemasan
keluarganya.
Hadhanah menurut bahasa berarti meletakan sesuatu dekat tulang rusuk atau di
pangkuan , karena ibu waktu menyusui anaknya meletakkan anak itu di pangkuannya,
seakan-akan pada saat itu ibu melindungi dan memelihara anaknya,sehinggahadhanah
dijadikan istilah yang maksudnya : pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir
sampai sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu.
- Nafkah (bahasa Arab: ‫ )النفقة‬adalah belanja pokok untuk kebutuhan hidup, misal, sandang,
pangan dan tempat tinggal. Nafkah wajib diberikan atas faktor pernikahan, kekeluargaan,
dan kepemilikan (budak).

Secara bahasa arti "nafkah" adalah biaya kebutuhan sehari-hari. Menafkahi berarti
menanggung kebutuhan hidup orang lain. Dalam istilah fikih "nafkah" adalah harta yang
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pihak tertentu sesuai kadarnya. Kebutuhan
itu terkait pangan, pakaian, dan tempat tinggal. [2] Para Fukaha jarang membahas
pemahaman secara khusus tentang nafkah, biasanya yang dibahas adalah hal-hal yang
bersentuhan langsung dengan masalah nafkah. Menurut mereka faktor wajibnya seseorang
memberikan nafkah di antaranya adalah pernikahan, kekeluargaan, dan kepemilikan
(budak)

2. sistem patrilineal, kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya dalam pembagian warisan
daripada kedudukan wanita sehingga hanya anak laki-laki yang akan menjadi ahli waris.
Sebaliknya dalam sistem matrilineal kedudukan wanita lebih menonjol dibandingkan
kedudukan pria dalam pewarisan. Ahli waris dalam sistem matrilineal adalah mereka yang
ada pada garis ibu yakni anak laki-laki dan anak perempuan, saudara laki-laki dan saudara
perempuan, nenek beserta saudara-saudaranya baik laki-laki maupun perempuan.
matrilineal menurut Wikipedia Bahasa Indonesia adalah suatu adat masyarakat yang
mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari kata mater yang
artinya ibu dan linea yang artinya garis. Jadi, matrilineal berarti mengikuti garis keturunan
yang ditarik dari pihak ibu. Penganut adat matrilineal di Indonesia diantaranya suku
minangkabaudan dari luar yang menganut sistem ini adalah suku Indian.

Menurut saya yang paling ideal adalah sistem matrilineal karena kebanyakan yang sya
daptkan di kehidupan masyarakat orang-orang yang baanyaak mendapaatkan ahli waris
yaitu saudara perempuan dibandingkan dengan saudara laki-laki.

3. Fiqh : adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas
persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama
fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang
muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.
Fikih membahas tentang cara beribadah, prinsip Rukun Islam, dan hubungan antar
manusia sesuai yang tersurat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat empat
mazhab dari Sunni yang mempelajari tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu
fikih disebut Fakih.
Fatwa adalah sebuah istilah mengenai pendapat atau tafsiran pada suatu masalah yang
berkaitan dengan hukum Islam. Fatwa sendiri dalam bahasa Arab artinya adalah "nasihat",
"petuah", "jawaban" atau "pendapat"
Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu
perkara yang tidak diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim
yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama.
Undang-undang atau legislasi adalah hukum yang telah disahkan oleh
badan legislatif atau unsur ketahanan yang lainnya. Sebelum disahkan, undang-undang
disebut sebagai rancangan Undang-Undang. Undang-undang berfungsi untuk digunakan
sebagai otoritas, untuk mengatur, untuk menganjurkan, untuk menyediakan (dana), untuk
menghukum, untuk memberikan, untuk mendeklarasikan, atau untuk membatasi sesuatu.
4. Asas Bilateral
Yang dimaksud dengan asas bilateral dalam hukum kewarisan Islam adalah
seseorang menerima hak kewarisan bersumber dari kedua belah pihak kerabat, yaitu dari
garis keturunan perempuan maupun keturunan laki-laki. Asas bilateral ini secara tegas
dapat di temui dalam ketentuan Alquran surat an-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176 antara lain
dalam ayat 7 dikemukakan bahwa seorang laki-laki berhak memperoleh warisan dari pihak
ayahnya maupun ibunya. Begitu juga dengan perempuan mendapat warisan dari kedua
belah pihak orang tuanya. Asas bilateral ini juga berlaku pula untuk kerabat garis
kesamping (yaitu melalui ayah dan ibu).
Asas keadilan berimbang
Asas keadilan berimbang maksudnya adalah keseimbangan antara antara hak
dengan kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan kebutuhan dan
kegunaan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa faktor jenis kelamin tidak
menentukan dalam hak kewarisan. Dasar hukum asas ini adalah dalam ketentuan Alquran
surat An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 179.
Kewarisan Akibat Kematian
Hukum waris Islam memandang bahwa terjadinya peralihan harta hanya semata-
mata karena adanya kematian. Dengan perkataan lain harta seseorang tidak dapat beralih
apabila belum ada kematian. Apabila pewaris masih hidup maka peralihan harta tidak
dapat dilakukan dengan pewarisan.
5. Kelima maqashid tersebut, yaitu: hifdzu din (melindungi agama), hifdzu nafs (melindungi
jiwa), hifdzu ‘aql (melindungi pikiran), hifdzu maal (melindungi harta), dan hifdzu nasab
(melindungi keturunan).Kelima maqashid di atas mempunyai tingkatan mashlahat dan
kepentingannya masing-masing. Ada tiga tingkatan urgensi dan kepentingan, yaitu:
dharuriyat, yaitu kebutuhan yang harus segera terpenuhi.Jika tidak segera terpenuhi akan
membuat kehidupan menjadi rusak. Kemudian hajiyat, yaitu kebutuhan yang secukupnya
saja untuk dipenuhi.Jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kesulitan. Sedangkan
tahsinat, yaitu kebutuhan pelengkap. Jika tidak dipenuhi, akan membuat kehidupan
menjadi kurang nyaman.Mashlahat yang terdapat dalam syariat Islam memiliki dhawabit
(batasan) yang harus dipenuhi untuk menentukan substansi mashlahat yang bersifat umum
dan mengaitkannya dengan dalil hukum, sehingga ada keterikatan antara kedua aspek
tersebut.Batasan mashlahat ini sangat penting agar yang didapat sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT selaku pembuat syariat di muka bumi ini.Batasan maslahat
tersebut terdiri dari:

a. Mashlahat tersebut termasuk bagian dari maqashid syariah.


Mashlahat tersebut harus merupakan salah satu bagian dari 5 prinsip maqashid syariah
di atas.
b. Tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah.
Setiap mashlahat harus sesuai dengan kandungannya. Jika bertentangan dengan
Alquran dan Sunnah, maka hukum tersebut menjadi batal dan hukum tersebut bukan
mashlahat.
c. Tidak bertentangan dengan mashlahat yang lebih besar.
Suatu mashlahat mempunyai kekuatan hukum, jika tidak bertentangan dengan
mashlahat yang lebih besar. Jika terdapat mahlahat yang lebih besar, maka mashlahat
yang lebih kecil menjadi batal.

Fungsi maqashid syariah diantaranya adalah: bisa memahami nash sumber hukum
(beserta hukumnya) secara komprehensif, dapat menjadikan maqashid syariah sebagai
salah satu standar menguatkan salah satu pendapat fuqaha dan memahami pertimbangan
jangka panjang kegiatan manusia dan mengaitkannya dengan setiap fatwa.

6. Pembaruan hukum keluarga Islam Indonesia dimulai tahun 1960an yang menghasilkan
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. UU No. 1 tahun 1974 ini adalah undang-
undang pertama di Indonesia yang mengatur tentang perkawinan secara nasional.
Sebelumnya, masalah perkawinan diatur melalui berbagai macam hukum, yaitu
(Prodjodikoro, tt: 77):
a. Hukum adat bagi warga negara Indonesia asli
1) Hukum Islam bagi warga negara Indonesia asli yang beragama Islam;
2) Ordonansi perkawinan Indonesia Kristen bagi warga negara Indonesia yang
beragama Kristen di Jawa, Minahasa, dan Ambon;
3) KUH Perdata bagi warga negara Indonesia keturunan Eropa dan Cina, dan;
4) Peraturan perkawinan campuran bagi perkawinan campuran.

Sangat terlihat jelas di sini bahwa tujuan dari UUP No. 1 tahun 1974 adalah
unifikasi atau penyeragaman hukum yang sebelumnya sangat beragam. Idealnya, sebagai
suatu produk hukum, UUP No. 1 tahun 1974 perlu dikaji sejauh mana efektifitasya dalam
mengatur perilaku masyarakat di bidang perkawinan. Namun sampai kini setelah 32 tahun
berlalu belum terlihat upaya-upaya serius untuk mengevaluasi sejauh mana efektifitas
UUP No. 1 tahun 1974 sebagai sumber hukum dan apakah masih relevan digunakan
sampai sekarang.

7. istilah istilah hukum keluarga :

a. Al Ahwal Al Syakhsiyyah

b. Nizam Al Usroh

c. Huquq Al Usroh

d. Ahkam Al Usroh

e. Munakahat
f. Ahkam Zawaj

g. Ahklam Izdiwaj

Dalam bahasa English

1. Islamic Personal Law


2. Islamic Family Law
3. Muslim Family Law
4. Islamic Family Protection
5. Islamic Law Of Personal Status
6. Islamic Law Of Family Right
7. Islamic Marriage Law
8. Islamic Marriage Ordinance

Dalam bahasa Indonesia

1. Hukum Perkawinan Islam


2. Hukum Keluarga Islam
3. Hukum Kekeluargaan
4. Hukum Perorangan

Anda mungkin juga menyukai