Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Etika Bisnis dan Budaya Berbisnis yang Islami terhadap

keuntungan usaha pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh,
Annisa Nurul Hidayat
NIM. 1900022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh salah satu kegiatan ekonomi


yakni bisnis, baik secara individu, sosial, regional, nasional maupun internasional.
Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai produsen, perantara
maupun sebagai konsumen. Dunia bisnis saat ini tumbuh dan berkembang pesat. Ini
terbukti dengan adanya berbagai macam jenis barang dan jasa yang ditawarkan
ditengah-tengah masyarakat. Dalam perekonomian saat ini, bisnis memainkan peran
sangat penting bagi perubahan perekonomian dan pembagunan serta perkembangan
industri selalu dimulai dengan perkembangan bisnis. Sebab bisnis membawa signal
yang memberi tanda tentang apa yang dikendaki masyarakat. Kegiatan dalam
berbisnis tidak hanya sekedar menghasilkan barang dan jasa akan tetapi juga kegiatan
bisnis yang mendistribusikan barang dan jasa kepada pihak-pihak yang memerlukan
serta aktivitas lainnya yang mendukung kegiatan distribusi maupun kegiatan produksi
tersebut.

Kata Bisnis dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari Bahasa
Inggris yang berarti kesibukan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis diartikan
sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan dan bidang usaha.
Menurut Satria A. Nonoputra, bisnis adalah sebuah kegiatan berorientasi profit yang
memproduksi barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis
juga dapat diartikan sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Barang yang dimaksud adalah suatu produk yang secara
fisik memiliki wujud (dapat diindra), sedangkan jasa adalah aktivitas – aktivitas yang
memberikan manfaat kepada konsumen atau pelaku bisnis lainnya. Dengan demikian
apa yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan melalui proses
bekerja dapat dikatagorikan bisnis secara umum.

Dalam tatanan ajaran islam segala bentuk aktivitas manusia memiliki aturan –
aturan yang harus dipatuhi, termasuk dalam aspek bisnis. Islam memberikan ajaran
mengenai mana yang boleh dan mana yang dilarang dalam tatacara berbisnis,
mengenai status barang ataupun aktivitas yang sedang dikerjakan untuk memenuhi
kebutuhan atau hajat manusia tersebut. Jika disederhanakan yang disebut sebagai
bisnis islami adalah serangkaian aktivitas dan kegiatan bisnis manusia dalam berbagai
bentuk dan kepemilikan barang (harta dan jasa), serta keuntungan yang dibatasi cara
memperoleh, mengolah serta mendayagunakannya. Artinya ada aturan halal dan
haramnya. Bisnis islami adalah bisnis yang berpegang teguh pada ketentuan syariat.
Syariat sendiri adalah aturan – aturan dan ketentuan Allah yang telah ditetapkan
kepada hamba – hamba Nya tentang segala sesuatu yang benar dan salah tentang
suatu perbuatan. Dengan kata lain syariat merupakan nilai utama yang menjadi
payung strategis maupun taktis organisasi bisnis.

Dengan kendali syariat, bisnis bertujuan untuk mencapai empat hal utama:

1. Target hasil ; profit-materi dan benefit-non materi


2. Pertumbuhan, artinya terus meningkat
3. Keberlangsungan, dalam kurun waktu selama mungkin
4. Keberkahan atau keridhaan Allah.
Zaman sekarang yang dikenal sebagai era globalisasi yang didominasi oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi telah membawa perubahan besar
terhadap kehidupan masyarakat dalam banyak segi. Perubahan itu membawa
kemajuan yang begitu luar biasa, sekaligus menimbulkan kegelisahan di kalangan
orang banyak. Sekarang banyak orang mulai mempertanyakan kembali kompetensi,
sekaligus peran dan kemampuan moral untuk mengatur dan mengendalikan moral
masyarakat. Semakin hari perilaku masyarakat kian permissive, tidak submassive
lagi dalam memegangi nilai moral yang terpuji. Kalau dicermati secara jujur dan
objektif, sikap – sikap seperti ini telah banyak merambah ke dalam berbagai segi
dan lini kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan ekonomi.

Setiap pelaku uasaha hendaknya tidak semata-mata bertujuan mencari


keuntungan sebesar-besarnya, akan tetapi yang paling penting adalah mencari
keridhaan dan mencapai keberkahan atas rezeki yang mereka lakukan. Ketika
membicarakan masalah etika, orang pada umumnya akan berpikir secara sepintas
mengenai norma dan aturan yang berlaku di tengah masyarakat. Perbincangan
mengenai munculnya konsep etika bermula pada tata nilai perilaku manusia yang
sudah menyalahi berbagai aturan yang ada. Dengan melihat perilaku masyarakat yang
semakin modern namun justru jauh dari nilai-nilai etika, maka tidak mengherankan
jika kebanyakan orang menganggap bahwa kerusakan umat manusia di muka bumi ini
sudah dimulai.Dalam hal ini, tanggungjawab individu sangat diperlukan guna
merubah semua itu.Karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan membawa
berbagai potensi, baik itu yang berupa kebaikan maupun keburukan.Dan salah satu
faktor tersebut sangatlah dipengaruhi oleh etika yang ada.

Tata nilai atau etika yang digunakan untuk mengatur kehidupan guna
mencegah kehidupan yang tidak teratur dan mengalami kerusakan pada dasarnya
sudah dikenal sejak manusia pertama, Adam dan Hawa, diciptakan. Pada masa itu
Adam dan Hawa diperkenankan tinggal di surga oleh Allah dan memakan apa saja
yang terdapat di sana kecuali mendekati sebuah pohon yang apabila dilakukan maka
mereka tergolong orang-orang yang zalim. Sebuah ketetapan ‘boleh’ dan ‘tidak’ di
masa Adam tersebut terus berlanjut dan dilanjutkan oleh para nabi-nabi yang diutus
Allah untuk para umat mereka hingga pada masa nabi Muhammad dan umatnya di
masa kini. Seruan untuk menetapkan sebuah etika tentang ‘boleh’ dan ‘tidak’ atas
suatu perbuatan, sebagaimana diungkap di atas, terjadi di setiap lini kehidupan di
dunia dan pada setiap zaman tidak terkecuali dalam dunia bisnis.

Sehingga sebuah etika merupakan suatu kaidah yang dapat menjadi tolok ukur
nilai kebajikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan, dan lain sebagainya.Di masa
sekarang, seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, ada kecenderungan
masyarakat dunia untuk semakin akrab dengan nilai-nilai kehidupan
tersebut.Beraneka ragam penyalahgunaan wewenang dan aset perusahaan, penipuan,
korupsi, diskriminasi terhadap karyawan, dan lain sebagainya, merupakan suatu
persoalan besar yang harus dihadapi untuk dicarikan solusinya. Di samping itu, nilai-
nilai materialistis dalam kehidupan seolah-olah menjadi bagian paling utama yang
harus dikejar daripada nilai spiritual.Harta, jabatan, kekuasaan menjadi hal yang
paling pertama dilihat dalam menentukan berhasil dan tidaknya seseorang dalam
berbisnis.Akan tetapi, kebanyakan dari mereka melupakan nilai-nilai moral dan
perilaku yang sehat dalam berbisnis.Sehingga yang terjadi, setiap saat masalah bisnis
seringkali bertambah, sedangkan keberkahan dalam berusaha menjadi berkurang.

Dalam konteks etika berbisnis, keseimbangan haruslah senantiasa menjadi


pedoman yang nyata bagi setiap pebisnis Muslim yang ingin meraih kesuksesan
dalam berusaha.Pemahaman bahwa dalam berbisnis yang terpenting hanyalah
mengedepankan keuntungan sebanyak-banyaknya meski dengan cara-cara yang tidak
etis dan tidak halal haruslah dibuang jauh-jauh. Sementara Islam yang mengajarkan
tata cara berbisnis dengan berlandaskan etika Islam yang bersumber dari al-Qur’an
dan Hadist harus selalu menjadi prioritas utama dalam menjalankan setiap langkah
bisnis. Sehingga tata aturan dalam berbisnis yang dikembangkan sebagai sebuah
alternatif solusi yang mengarahkan kepada pembentukan etika bisnis dan upayanya
dalam membentuk budaya berbisnis yang Islami dapat menjadi pedoman utama bagi
para pelaku bisnis. Maka dari itu agar para pelaku bisnis menrapkan sistem berbisnis
yang islami dan menerapkan etika berbisnis menurut ajaran islam, saya sebagai
peneliti mengangkat judul ” Pengaruh Etika Bisnis dan Budaya Berbisnis yang
Islami terhadap keuntungan usaha pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Akuntansi ”

Anda mungkin juga menyukai