Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS GYNEKLOGI

PADA Ny. S DENGAN MASALAH MENOPAUSE


DI DUKUH PUCUNGKEREP DESA SENGON

Di Susun Oleh :

NINA ANGGRAENI
2008058

FAKULTAS KEPERAWATAN,BISNIS DAN TEKNOLOGI PROGRAM


STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN MENOPAUSE DI DUKUH
PUCUNGKEREP DESA SENGON

A. PENGKAJIAN

Nama : Nina Anggraeni


Tanggal Pengkajian : 3 Maret 2021
Jam : 10.00
I. Identitas
Nama klien : Ny. S

Umur : 51 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/ bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

StatusPerkawinan : Kawin

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dukuh Pucungkerep Desa Sengon

DiagnosaMedis : MENOPAUSE

Penanggungjawab :

Nama : Tn. J

Umur : 52 Tahun

Hubungan dg klien : Suami

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh
II. Riwayat Keperawatan

1. KeluhanUtama

klien mengatakan tidak haid lagi.

2. Riwayat kesehatan Sekarang

Klien mengatakan sudah hampir setahun tidak haid, disertai perasaan emosi

tidak stabil, gelisah, cemas, cepat lelah. Sudah hampir setahun klien

mengatakan haid tidak teratur jika haid hanya flek-flek berwarna merah

kehitaman siklus menstrusasi hanya 2-4 hari, Ny. S mengatakan sakit pada

punggung, dan sulit tidur.

3. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan pada saat masa remaja mengalami disminore, pola dan siklus

haid normal 28 hari, klien tidak mengalami penyakit kelamin, tumor, klien haid

pertama kali pada umur 14 tahun, klien tidak pernah mengalami

keguguran/abortus, semua persalinan dibantu oleh bidan dan lahir spontan,

klien menggunakan KB pil terakhir tahun 2016.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit kelamin, tumor

pada organ genetalia dan tidak ada keluarga yang mengalami keguguran.

5. Riwayat Reproduksi

Klien memiliki 3 anak dan tidak pernah mengalami keguguran.

a. Riwayat haid

Menarche : 14 tahun

Siklus haid : 28 hari

Durasi haid : 2-4 hari

Keluhan haid: tidak ada keluhan selama haid.


b. Riwayat Obsetri

Anak Ke Kehamilan Persalinan Anak


No Tahun Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PJ
Kehamilan Klmn
1 1989 37 minggu Tidak ada spontan Bidan Tidak ada Laki-laki 3,0kg 49
desa cm
2 1995 38 minggu Tidak ada spotan Bidan Tidak ada perempuan 3,5kg 45
desa cm
3 1998 37 minggu Tidak ada spontan Bidan Tidak ada Perempuan 3,3kg 48
desa cm

6. Riwayat Keluarga Berencana

Klien mengatakan menggunakan KB pil terakhir tahun 2016.

7. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan mudah lelah, emosi tidak stabil, merasa cemas akan

perubahan menstruasi. klien berharap dapat mengetahui penyebab mengapa

dia tidak haid, dan sudah menurunnya gairah seksual.

b. Pola nutrisi

klien mengatakan nafsu makan cukup baik klien tidak merasa mual atau

muntah, frekuensi makan 3x sehari dan habis satu porsi, jenis makanan nasi

putih sayuran ikan tahu tempe daging ayam minum air putih 7 gelas / hari

frekuensi minum kurang lebih 1,5 liter air per hari dan teh 2 gelas perhari

c. Pola eliminasi

Klien mengatakan BAB dan BAK lancar BAB sehari sekali frekuensinya

sekali setiap hari pada pagi hari dengan konsistensi lunak warna kuning bau

tidak sedap volume kurang lebih 500cc BAK 8x / hari berwarna kuning bau

tidak sedap berbau khas volumenya kurang lebih 500 cc.


d. Pola aktivitas dan latihan

Klien mengatakan aktivitas sehari-hari dilakukan secara mandiri, tidak

melakukan olahraga.

e. Pola persepsi dan kognitif

Klien mengatakan berfikir dalam tentang apa yang dia alami karena sudah

hampir satu tahun tidak haid.

f. Pola tidur dan istirahat

klien mengatakan mengalami ganguan tidur klien tidur jam 23.00 dan sering

terbangun di malam hari, klien bangun jam 04.30.a

g. Pola hubungan sosial

Klien mengatakan hubungan dengan masyarakat baik, hubungan sosial klien

dengan warga dan lingkungan sekitar sangat dekat, sering mengikuti kegiatan

masyarakat di masyarakat seperti pengajian keliling, arisan pkk.

h. Pola seksualitas dan reproduksi

Klien mengatakan sebulan 1-2x kali berhubungan intim.

i. Persepsi diri dan konsep diri

Klien mengatakan selalu pede dan selalu percaya diri.

j. Pola Mekanisme Koping

Klien mengatakan akan mencoba menerima kondisinya karena klien berfikir

semua perempuan pasti akan mengalami menopause.

k. Pola nilaidankepercayaan/agama

Klien mengatakan rajin sholat dan berjamaah di mushola, sering mengikuti

pengajian di masjid dan pengajian keliling tiap minggu.

8. Pemeriksaan fisik

Kesadaran : composmentis (E4 M5 V6)


Tekanan Darah : 140/ 90 mmHg

Nadi : 92 x / menit

Pernafasan : 20 x/ menit

Suhu tubuh : 36,2 C

BB : 65 kg

TB : 153 cm

LILA : 33 cm

a. Kepala

Bentuk oval, warna rambut hitam ,rambut bersih tidak rontok tidak berketombe

dan tidak ada luka / lesi, tampak ada uban.

b. Mata

Respon pupil terhadap rangsang cahaya baik, tidak menggunakan kacamata,

konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikhterik.

c. Hidung

Simetris, tidak ada ingus, tidak ada polip tidak terpasang o2 nasal kanul.

d. Telinga

simetris tidak ada serumen dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

e. Mulut

tidak ada sianosis, bibir tidak pecah-pecah tidak ada perdarahan gigi dan gusi,

gigi rapi.

f. Leher

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

g. Dada

 Paru-Paru

I : simetris tidak ada benjolan, tidak ada otot bantu pernafasan


P: tidak ada nyeri tekan pada paru – paru

P : sonor

A :vesikuler

 Jantung

I : ictus cordis tak nampak, tidak ada lesi

P : ictus cordis di ics 5 sebelah kiri

P : pekak

A : normal terdengar lup dup

h. Perut

I : tidak acites, tidak ada luka

A : terdengar bising usus 27x / menit

P : tidak ada nyeri tekan

P : timpani

i. Genitalia

bersih tidak ada luka tidak terpasang kateter tidak ada tanda infeksi, vagina

kering, labia klitoris mengecil, tidak ada tanda – tanda perdarahan, iritasi, tidak

elastis.

j. Ekstrimitas

 Atas

tidak ada luka, kuku tidak panjang, tidak ada kelemahan gerak pada ektremitas

atas

 Bawah

tidak ada luka, kuku tidak panjang

k. Kulit

warna kulit sawo matang kulit agak kering


9. Data Penungjang : -

10. Pemeriksaan Diagnostik : -

11. Program Therapi : -

12. Diit : -

B. ANALISADATA
Hari dan Jam Analisa Data Problem Etiologi TTD
tanggal pengkajian
3-03-21 10.00 DS: Klien mengatakan cemas Ansietas Kurang Nina
akan keadaannya yang sudah (D 0080) terpapar
hampir satu tahun tidak haid, informasi
klien tidak tahu apa yang tentang
terjadinya pada dirinya. menopause
DO: klien tampak gelisah,
takut dan tidak tenang
Tekanan Darah : 140/ 90
mmHg
Nadi : 92 x / menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu tubuh : 36,2 C

3-03-21 10.00 DS : Klien mengatakan sulit Gangguan Hambatan Nina


tidur, sering terbangun di pola tidur lingkungan
malam hari. (D.0055) (hot flash)
DO : klien tampak ada
lingkar hitam dibawah mata,
klien terbangun jam 03.00,
kemampuan beraktivitas
menurun.

C. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang menopause
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan lingkungan (hot flash)
D. INTERVENSIKEPERAWATAN
Tgl / Jam Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Rencana
Hasil
3-03-21 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan kurang selama 3 x 24 jam a. Monitor tanda-tanda
informasi tentang diharapkan ansietas ansietas
menopause berkurang dengan Terapeutik :
kriteria hasil : b. Pahami situasi yang
1. Perilaku gelisah membuat ansietas
menurun c. Dengarkan dengan
2. Perilaku tegang penuh perhatian
menurun d. Ciptakan suasana
3. Tekanan darah terapeutik untuk
menurun menumbuhkan
4. Pola tidur kepercayaan
membaik e. Gunakan pendekatan
5. Konsentrasi yang tenang dan
membaik menyakinkan
f. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecmasan
g. Diskusikan
perencanaan realitas
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi :
h. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
i. Jelaskan informasi
tentang apa yang
dialami klien
j. Berikan pendidikan
kesehatan
k. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
l. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
m. Latih teknik relaksasi
3-03-21 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur
tidur berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan Hambatan selama 3 x 24 jam a. Identifikasi pola
lingkungan (hot diharapkan aktivitas dan tidur
flash) keadekuatan kualitas b. Identifikasi faktor
dan kuantitas tidur pengganggu tidur
dengan kriteria hasil: Terapeutik :
1. Keluhan sulit tidur c. Modifikasi lingkungan
meningkat d. Fasilitasi
2. Keluhan sering menghilangkan stres
terjaga meningkat sebelum tidur
3. Keluhan tidak e. Lakukan prosedur
puas tidur untuk meningkatkan
meningkat kenyamanan
4. Keluhan pola tidur Edukasi :
berubah f. Anjurkan menepati
meningkat kebiasaan waktu tidur
5. Keluhan istirahat g. Anjurkan menghindari
tidak cukup makanan/minuman
meningkat yang mengganggu
tidur.
h. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya.

E. IMPLEMENTASI
Tgl / Jam No Dx Implementasi Respon TTD
3-03-21 1 - Memonitor TTV DS : klien mengatakan Nina
bersedia
09.00
DO : klien tampak
tenang.
TD : 140/ 90 mmHg
Nadi : 92x / menit
Pernafasan : 20 x/
menit
Suhu : 36,2
09.20
- Memonitor tanda-tanda
DS : klien mengatakan
ansietas Nina
cemas akan kondisinya
pada massa menopose
DO: klien tampak
gelisah
- Menciptakan suasana
09.35 DS : klien mengatakan
terapeutik untuk Nina
percaya kepada
menumbuhkan
mahasiswa
DO : klien tampak
kepercayaan percaya

09.45 DS : klien mengatakan Nina


- Memahami situasi yang cemas dengan
membuat ansietas kondisinya yang sudah
hampir satu tahun tidak
haid
DO : klien tampak
cemas

3-03-21 2 DS : klien mengatakan Nina


- Mengidentifikasi pola tidur jam 23.00 dan
10.20
aktivitas dan tidur sering terbangun di
malam hari dan bangun
pagi jam 04.30.
DO : klien tampak
gelisah.

DS : klien mengatakan Nina


10.30 - Mengidentifikasi faktor merasakan gelisah
pengganggu tidur sehingga sering
terbangun dimalam
hari.
DO : klien tampak
tenang.

DS : klien mengatakan Nina


10.40 - Menganjurkan menepati bersedia
kebiasaan waktu tidur DO : klien tampak
tenang

DS : klien mengatakan Nina


10.55 - Menganjurkan bersedia
menghindari DO : klien tampak
makanan/minuman yang paham apa yang
mengganggu tidur. dianjurkan

1 DS : klien mengatakan Nina


4-03-21 - Memonitor tanda-tanda cemas akan kondisinya
10.00 ansietas pada massa menopose
DO: klien tampak
gelisah

10.10 DS : klien mengatakan Nina


- Memberikan pendidikan paham apa yang
kesehatan tentang dijelaskan
masalah kesehatan yang DO : klien tampak
dialami klien mendengarkan
penjelasan
10.40 DS : klien mengatakan Nina
- Melatih teknik relaksasi bersedia dilatih teknik
relaksasi nafas dalam
DO : klien tampak
tenang
4-03-21 2
DS : klien mengatakan Nina
11.00
- Mengidentifikasi pola tidur dari jam 22.00 dan
aktivitas dan tidur masih terbangun di
malam hari.
DO : klien tampak
gelisah

DS : klien mengatakan Nina


11.10
- Mengajarkan relaksasi bersedia diajarkan
otot autogenik atau cara relaksasi otot progresif
nonfarmakologi lainnya DO : klien tampak
(relaksasi otot progresif) kooperatif
1.
DS : klien mengatakan Nina
5-03-21
- Memonitor TTV bersedia
10.00 DO : klien tampak
tenang.
TD : 130/ 100 mmHg
Nadi : 90x / menit
Pernafasan : 20 x/
menit
Suhu : 36,0

DS : klien mengatakan Nina


10.10
- Memonitor tanda-tanda cemas sudah mulai
ansietas berkurang karena
kemarin sudah
diajarkan teknik
relaksasi
DO: klien tampak
tenang

DS : klien mengatakan Nina


10.20 - Melatih teknik relaksasi bersedia dilatih teknik
relaksasi nafas dalam
DO : klien tampak
kooperatif
2.
DS : klien mengatakan Nina
5-03-21 - Mengidentifikasi pola tidur dari jam 22.00 dan
10.45 aktivitas dan tidur semalam tidur nyenyak
DO : klien tampak
tenang
11.00 DS : klien mengatakan Nina
- Mengajarkan relaksasi bersedia diajarkan
otot autogenik atau cara relaksasi otot progresif
nonfarmakologi lainnya DO : klien tampak
(relaksasi otot progresif) kooperatif

F. EVALUASI
Tgl / Jam No Evaluasi TTD
Dx
3-03-21 1 S :Klien mengatakan cemas akan Nina
10.00 keadaannya yang sudah hampir satu
tahun tidak haid.
O : klien tampak gelisah
TD : 140/ 90 mmHg
Nadi : 92x / menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,2
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor TTV
- Memonitor tanda-tanda ansietas
- Menciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan
- Memahami situasi yang membuat
ansietas

11.00 2 S : Klien mengatakan sulit tidur, sering Nina


terbangun di malam hari.
O : klien tampak ada lingkar hitam
dibawah mata, klien terbangun jam
03.00, kemampuan beraktivitas
menurun.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi pola aktivitas
dan tidur
- Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
- Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
4-03-21 1 S : klien mengatakan rasa cemas sudah Nina
10.50 mulai berkurang setelah diberikan
pendidikan kesehatan dan
diajarkan relaksasi nafas dalam
O : klien tampak kooperatif
TD : 130/ 80 mmHg
Nadi : 87x / menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,0
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda-tanda ansietas
- Melatih teknik relaksasi

2 S : klien mengatakan semalam tidurjam Nina


11.30
22.00 namun masih terbangun
dimalam hari.
O : klien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan
tidur
- Mengajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi lainnya
(relaksasi otot progresif)

5-03-21 S : klien mengatakan sudah tidak


1 Nina
10.30 marasakan cemas
O : klien tampak kooperatif
TD : 130/ 100 mmHg
Nadi : 90x / menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu : 36,0
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

S : klien mengatakan sudah mulai bisa


11.30 2 Nina
tidur teratur di jam yang sudah
dijadwalkan dan sudah tidak
terbangun dimalam hari.
O : klien tampak tenang
A : masalah teratasi
P: hentikan intervensi

G. PEMBAHASAN
Pada jurnal Steffy Putri Amanda (2019) yang berjudul Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kualitas Tidur Pada Perempuan Menopause. Perkiraan umur rata-rata
usia menopause di Indonesia adalah 50 tahun. Perubahan hormon dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon sehingga menyebabkan kualitas tidur menurun.Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh relaksasi progresif terhadap kualitas tidur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa relaksasi otot progresif dapat meningkatkan kualitas tidur pada
perempuan menopause dengan nilai p 0,000. Peneliti merekomendasikan untuk dilakukan secara
rutin dan dapat dijadikan alternatif pilihan dalam meningkatkan kualitas tidur secara
nonfarmakologis.
Pada jurnal Duman, M., & Taşhan, S. T (2018) yang berjudul of sleep hygiene
education and relaxation exercises on insomnia among postmenopausal women: A
randomized clinical trial atau relaksasi dan edukasi tentang kebersihan tidur juga
dilakukan pada sampel wanita yang mengalami menopause. Latihan dilakukan dengan
memberikan terapi relaksasi otot progresif yang diberikan berulang-ulang satu kali
dalam seminggu selama delapan minggu. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
hasil yang signifikan pada kelompok perlakuan. Temuan ini merekomendasikan terapi
relaksasi otot progresif memiliki manfaat yang baik pada lansia wanita yang mengalami
menopause.
Hal ini sejalan dengan implementasi yang dilakukan yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang menopause kemudian mengajarkan langsung pada klien
relaksasi otot progresif selama 15 menit sesuai dengan SOP relaksasi otot progresif
dengan tahapan step yang sesuai. Relaksasi merupakan teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis, tehnik ini terbukti
efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan serta memperbaiki kualitas tidur

Dokumentasi :
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN (SAP)

Topik : Terapi relaksasi otot progresif untuk meningkatkan kualitas


tidur pada wanita menopouse

Waktu : 15 Menit

Peserta : Ny. S

Tempat : Rumah keluarga Ny. S

Nama mahasiswa : Nina Anggraeni


1. Tujuan
Tujuan Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, klien mampu memahami dan


mempraktekkan teknik relaksasi otot progresif.

Tujuan Khusus :

Klien mampu :

a. Menjelaskan pengertian terapi relaksasi otot progresif.


b. Menjelaskan tujuan dilakukan terapi relasasi otot progresif.
c. Menjelaskan manfaat dari teknik relaksasi otor progresif.
d. Menjelaskan langkah-langkah dari teknik relaksasi otot progresif.
2. Materi
a. Pengertian terapi relaksasi otot progresif.
b. Tujuan terapi relaksasi otot progresif.
c. Manfaat terapi relaksasi otot progresif.
d. Langkah-langkah teknik relaksasi otot progresif.

3 Strategi pendidikan kesehatan

No Kegiatan Pendidikan Kesehatan Waktu

Fasilitaror Peserta (klien)

1 Pembukaan:  Menjawab salam 2 menit


 Mengajukan pertanyaan
 Memberi salam
 Menjawab pertanyaan
 Memberikan pertanyaan
 Menyimak
persepsi klien tentang terapi
relaksasi otot progresif
 Mengkomunikasikan pokok
bahasan
 Mengkomunikasikan tujuan
2 Kegiatan Inti :  Menyimak 10 menit
 Mengajukan pertanyaan
 Menjelaskan materi
 Memperhatikan dan mengikuti
 Memberi kesempatan
saran yang diberikan
bertanya
 Menyimak dan menjawab
 Menjawab pertanyaan
pertanyaan
 Memberikan reinforcement
3 Penutup :  Menyimak 3 menit
 Menjawab pertanyaan
 Menyimpulkan materi
 Menjawab salam
 Melaksanakan evaluasi
 Mengucapkan salam
penutup

4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media, alat bantu dan fasilitas
a. Media : Leaflet dan lembar Balik
6. Evaluasi

a. Prosedur : Diberikan diakhir penyuluhan kesehatan


b. Waktu : 5 menit
c. Bentuk soal : lisan
d. Jumlah soal :4
e. Butir soal /pertanyaan :
1) apakah yang dimaksud dengan terapi relaksasi otot progresif ?
2) Apa saja tujuan dari terapi relaksasi otot progresif ?
3) Apa saja manfaat dari terapi relaksasi otot progresif ?
4) Bagaimana langkah-langkah teknik relaksaso otot progresif ?
7. Referensi
Dadang Hawari D. 2002. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : Gaya
Baru
Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa
Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta.
Kementrian Sosial. 2006. Depresi Pada Lansia.
http://www.kemsos.go.id//modules.php?name=News&file=article&sid=208

Materi Penyuluhan

A. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan
dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh klien tanpa bantuan terapis dan mereka
dapat menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami
sehari-hari. Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan
mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2010). Relaksasi merupakan kegiatan untuk
mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan
berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja, 2016).

B. Tujuan
Relaksasi Progresif bertujuan untuk mengenali apa yang terjadi pada tubuh,
sehingga dapat mengurangi ketegangan dan dapat melanjutkan kegiatan.
C. Manfaat
Manfaat dari relaksasi otot progresif ini adalah untuk mengatasi berbagai macam yaitu:
- Stres
- Kecemasan
- Insomnia
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Membangun emosi positif dari emosi negatif.
D. CARA MELAKUKAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
1. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan dan dilepaskan
2. Meluruskan lengan kemudian tumpukan pergelangan tangan kemudian tarik telapak
tangan hingga menghadap ke depan.
3. Diawali dengan menggenggam kedua tangan kemudian membawa kedua kepalan ke
pundak sehingga otot-otot beiceps akan menjadi tegang

4. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga


menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan
yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
5. Otot-otot wajah dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.

6. Gerakan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang dengan
cara mengatup rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang
7. Gerakan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimonyongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
8. Gerakan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Letakkan
kedua tangan di belakang kepala, kemudian dorong kepala ke belakang sambil tangan
menahan dorongan kepala.
9. Gerakan untuk melatih otot leher. Dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian
klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
10. Gerakan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara
kedua tangan diletakkan di belakang sambil menyentuh lantai dan menahan badan.
Kemudian busungkan dada.
11. Gerakan untuk melemaskan otot-otot dada. Klien diminta untuk menarik nafas
panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada kemudian diturunkan ke perut. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapan
bernafas normal.
12. Gerakan melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-
kuat perut ke dalam, kemudia menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras.
Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal
untuk peru ini.
13. Gerakan untuk otot-otot kaki dan bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Gerakan ini dilanjkan dengan mngunci lutut sedemikian sehingga ketegangan pindah
ke otot-otot betis
14. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10
detik baru setelah itu melepaskannya. Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua
kali.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN TERAPI
RELAKSASI OTOT PROGRESIF
a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
b. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik
c. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan berdiri.
b. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
c. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudia bagian kiri dua kali
d. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks
e. Terus-menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat
CENDEKIA UTAMA P-ISSN 2252-8865
Jurnal Keperawatan dan E-ISSN 2598 – 4217
Vol. 8, No. 2 Oktober, 2019
Kesehatan Masyarakat Tersedia Online:
STIKES Cendekia Utama Kudus htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.i

PENGARUH
RELAKSASI
OTOT
PROGRESIF
TERHADAP
KUALITAS
TIDUR PADA
PEREMPUAN
MENOPAUSE
S
t
e
f
f
y

P
u
t
r
i

A
m
a
n
d
a
1

S
r
i

R
e
j
e
k
i
2

,
D t
w e
i f
f
S y
u .
s a
i m
l a
a n
w d
a a
t 9
i 4
3 @
1
Mahasis g
wa m
Magister a
Keperaw
atan i
Universit l
as .
Diponeg c
oro o
Semaran
g m
2
Dosen
Keperawat ABS
an TR
Maternitas
AK
Universita
s
Indonesia pada tahun 2025
Muhamma
diyah diperkirakan akan ada 60 juta
Semarang perempuan menopause.
3
Dose Perempuan menopause tahun
n 2016 di Indonesia mencapai 14
Keper
awata juta atau 7,4 % dari total
n populasi yang ada. Perkiraan
Mater umur rata-rata usia menopause
nitas di Indonesia adalah 50 tahun.
Unive Perubahan hormon dapat
rsitas
Dipon menyebabkan
egoro ketidakseimbangan hormon
Semar sehingga menyebabkan kualitas
ang tidur menurun.Penelitian ini
E bertujuan untuk melihat
- pengaruh relaksasi progresif
m terhadap kualitas tidur. Desain
a penelitian ini adalah Quasi
i Eksperimen dengan pre and
l post testwith control group.
: Populasi dalam penelitian adalah
perempuan menopause di
s Puskesmas Gondokusuman II
Yogyakarta sebanyak 100 The population in the study were
perempuan, tehnik menopausal women in
pengambilan sampel Gondokusuman II Yogyakarta
menggunakan probability Public Health Center as many
sampling. Kuesioner yang as 100 women, sampling
digunakan dalam penelitian techniques using probability
ini adalah Pittsburgh sampling. The questionnaire
Sleep Quality Index used in this study was the
(PSQI) yang sudah baku Pittsburgh Sleep Quality Index
dengan nilai r alpha 0,83 (PSQI) which was standardized
pada penelitian sebelumnya. with an alpha value of 0.83 in
Analisis menggunakan uji the previous study. Analysis
Mann- Whitney. Hasil using Mann-Whitney. The
penelitian menunjukkan results showed that progressive
bahwa relaksasi otot muscle relaxation can improve
progresif dapat sleep quality in menopausal
meningkatkan kualitas tidur women with a value of p 0,000.
pada perempuan menopause Researchers recommend to be
dengan nilai p 0,000. routinely done and can be used
Peneliti merekomendasikan as an alternative choice in
untuk dilakukan secara rutin improving the quality of sleep in
dan dapat dijadikan a nonpharmacological manner.
alternatif pilihan dalam
meningkatkan kualitas tidur Keywords: Menopause, Sleep
secara nonfarmakologis. Quality, Progressive Muscle
Kata Kunci : Menopause, Relaxation, Maternity Nursing
Kualitas Tidur, Relaksasi
Otot Progresif,
Keperawatan
Maternitas
ABSTR
ACT

Indonesia in 2025 is
estimated to have 60
million menopausal
women. Menopausal
women in 2016 in Indonesia
reached 14 million or 7.4%
of the total population. The
estimated age of menopause
in Indonesia is 50 years.
Hormonal changes can
cause hormonal imbalances
that cause sleep quality to
decrease. This study aims
to see the effect of
progressive relaxation on
sleep quality. The design of
this study was Quasi
Experiment with pre and
post test with control group.
PENDAHULUAN

Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta perempuan


menopause. Perempuan menopause tahun 2016 di Indonesia mencapai 14 juta
atau 7,4 % dari total populasi yang ada. Perkiraan umur rata-rata usia menopause
di Indonesia adalah 50 tahun (BPS DIY, 2017). Menurut Badan Pusat Statistik
(2017) peningkatan usia harapan hidup menyebabkan jumlah perempuan yang
mengalami menopause semakin banyak, usia harapan hidup di Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 2018 rata-rata usia 74,71 tahun.
Menopause menurut WHO (2016) didefinisikan sebagai berhentinya siklus
menstruasi untuk selamanya bagi perempuan yang sebelumnya mengalami
menstruasi sebagai akibat dari hilangnya aktivitas folikel ovarium.Menopause
diartikan sebagai tidak dijumpainya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut
dimana ovarium secara progresif telah gagal dalam memproduksi estrogen
(Mufdillah, 2012).
Menopause terjadi karena penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron, sehingga menyebabkan gangguan secara psikologis dan fisiologis
(Woods, 2014). Selama proses transisi menopause kualitas tidur sebagai salah satu
yang paling umum dan mengganggu.Perubahan hormon dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon sehingga menyebabkan kualitas tidur menurun
(Kravitz, 2014). Berdasarkan hasil peneilitian Sahin (2015) menjelaskan pengaruh
Relaksasi Otot Progresif dalam meningkatkan kualitas didapatkan hasil rata-rata
skor kualitas tidur menjadi 10,81 ± 4,01 sebelum dilakukan intervensi dan 6,25
±3,34 setelah diberikan intervensi (p <0,001), ketika pasien melakukan
relaksasi otot progresif secara rutin kualitas tidur semakin meningkat.
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, terdapat beberapa
cakupan dalam kualitas tidur yaitu: kuantitatif tidur dan kualitas tidur (Khasanah,
2012). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh University of California pengaruh
menopause dan gangguan pola tidur pada proses penuaan, perempuan yang
mengalami gejala gelisah saat tidur, terbangun di malam hari, sulit tidur memiliki
usia bilogis yang lebih tua. Kualitas tidur yang tidak ditangani dapat membawa
perubahan yang dapat mempengaruhi fisik maupun psikologis sehingga dapat
menurunkan kualitas tidur pada perempuan menopause, salah satu
penatalaksanaan nonfarmakologis dalam meningkatkan kualitas tidur adalah
relaksasi otot progresif dengan cara mengurangi ketegangan otot, menghilangkan
kelelahan sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur pada perempuan menopause
(Purwanto, 2013).
Berdasarkan penelitian Astutik (2017) dengan judul Pengaruh Latihan
Relaksasi Otot Progresif dengan Iringan Musik Gending Jawa terhadap Perbaikan
Kualitas Tidur Lansia menunjukkan bahwa kualitas tidur lansia mengalami
peningkatan dari kualitas sangat buruk menjadi cukup buruk dan cukup buruk
menjadi cukup baik. Menurut Herodes (2010) teknik relaksasi otot progresif
adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan,
atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada
kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dalam
melakukan wawancara pada 10 perempuan menopause yang berada di Kelurahan
Terban didapatkan hasil bahwa 8 dari 10 perempuan menopause mengalami
masalah dalam durasi tidur, latensi tidur, keinginan berkemih pada malam hari,
serta belum adanya pelatihan terkait relaksasi otot progresif. Peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kualitas Tidur Pada Perempuan Menopause”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan pendekatan pre and
post tesr with control group. Penelitian dilakukan di Puskesmas Gondokusuman II
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 6-16 Juni 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan menopause di Kelurahan
Terban. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh perempuan menopause dengan
kriteria inklusi sebagai berikut: uisa 45-60 tahun, kooperatif, dan mampu
berkomunikasi dengan lancar. Jumlah sampel ada 50 perempuan menopause
untuk kelompok intervensi dan 50 perempuan menopause pada kelompok kontrol.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
sampling. Peneliti menggunakan alat pengumpul data untuk pengukuran kualitas
tidur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Uji yang digunakan Chi Square untuk data kategorik (usia, pendidikan, dan
usia pertama kali menstruasi). Uji independensi dilakukan untuk mengidentifikasi
hubungan variabel bebas dan terikat. Untuk membedakan kualitas tidur antara
kelompok kontrol dan intervensi uji statistik menggunakan uji Man-Whitney
dengan tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Tabel 1. Karakteristikk dan Uji Homogenitas Responden Kelompok Intervensi dan

Kontrol

Karakteristik Kelompok Kelompok Total P


Value
Responden Intervensi Kontrol

F % F % F %

Usia

45-50 15 30 15 30 30 30 0.141

51-55 20 40 25 50 45 45
56-60 15 30 10 20 25 25

Pendidikan

Tidak Sekolah 3 6.7 0 0 3 3.3 0.230

SD 6 13.3 5 11.1 11 12.2


SMP 6 13.3 5 11.1 11 12.2
SMA 25 50 35 70 60 60.0
Perguruan 7 14 5 11.1 12 12

Tinggi

Usia Pertama

Menstruasi
11-12 Tahun 27 54 33 66 60 60
13-14 Tahun 12 26.7 7 15.6 19 21.1
15-16 Tahun 2 4.4 0 0 2 2.2

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas seluruh data


homogen, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil p value>0,05 karakteristik

resppnden berdasarkan usia dengan p value 0.141, berdasarkan tingkat


pendidikan p value 0.230 dan berdasarkan usia menarche dengan nilai p value
0.143. Berdasarkan usia kelompok intervensi rata-rata berusia 51-55 tahun (40%)
sedangkan kelompok kontrol rata-rata berusia 51-55 tahun (50%). Berdasarkan
tingkat pendidikan tertinggi berpendidikan dengan lulusan SMA (Sekolah
Menengah Atas) sejumlah 25 perempuan (50%), sedangkan kelompok kontrol
berpendidikan SMA dengan jumlah 35 perempuan menopause (70%).
Berdasarkan usia pertama kali menarche rata-rata pada kelompok intervensi dan
kontrol yaitu pada usia 11-12 tahun dengan jumlah masing-masing 54% unuk
kelompok intervensi dan 66% pada kelompok kontrol.
Tabel 2. Kualitas tidur pada perempuan menopause sebelum dan sesudah
diberikan

relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Intervensi Kontrol

Variabel Pre Post ∆ Pre Post ∆


Mean ± 1 Mean ± 1 mea Mean ± 1 Mean ± 1 mea
SD SD n SD SD n
Kualitas 2.0 0.70 0.6 0.65 -1,32 2.0 0.70 2.3 0.60 0.38
Tidur 0 0 8 3 0 0 8 2
Latensi Tidur 2,2 1.14 0.6 0.70 -1.62 2.2 1.11 2.9 0.75 0.72
2 8 0 0 4 7 6 5
Lama Tidur 0.8 0.80 0.4 0.57 -0.38 0.8 0.80 1.1 0.94 0.38
0 8 2 5 0 8 8 1
Efisiensi 1.6 0.87 0.6 0.67 -1.02 1.6 0.87 1.8 0.82 0.24
4 5 2 4 5 8 4
Gangguan 1.1 0.83 0.4 0.55 -0.64 1.1 0.38 1.2 0.51 0.12
Tidur 2 5 8 4 2 5 4 7
Pengunaan 0.0 0.39 0,0 0.34 0.00 0.0 0.39 0.0 0.34 0.00
Obat 8 5 8 0 8 6 8 0
Tergangguny 2.4 0.60 1.4 0.88 -1.02 2.2 0.60 2.4 0.60 0.18
a Aktifitas 2 9 0 1 4 9 2 9
Keterangan: (SD) standar
deviasi

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa terdapat penurunan rata-rata kualitas


tidur pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan relaksasi otot
progresif, yakni pada latensi tidur nilai rentang terendah sebelum perlakuan
adalah 1.148 sedangkan nilai sesudah perlakuan yakni 0.700 dan rentang nilai
tertinggi sebelum perlakuan 2.22 sedangkan nilai sesudah perlakuan 0.60.
kualitas tidur nilai rentang terendah sebelum perlakuan adalah 0.700 sedangkan
nilai sesudah perlakuan 0.653 dan rentang nilai tertinggi sebelum perlakuan 2.00
sedangkan rentang nilai sesudah perlakuan 0.68. Kelompok kontrol tidak
mengalami penuruan kualitas tidur pada penggunaan obat nilai rentang
terendah sebelum perlakuan adalah 0.396 sedangkan nilai sesudah perlakuan
yakni 0.340 dan rentang nilai tertinggi sebelum dan sesudah perlakuan yaitu
0.08. Gangguan tidur nilai rentang terendah sebelum perlakuan yaitu 0.385
dan sesudah perlakuan adalah 0.517, sedangkan nilai tertinggi sebelum
perlakuan yaitu 1.12 dan nilai setelah perlakuan yaitu 1.24.

Adanya penurunan nilai rata-rata 6 dimensi kualitas tidur pada kelompok


intervensi dan peningkatan 4 dimensi pada kelompok kontrol sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur dengan relaksasi otot
progresif maupun dengan edukasi.
Tabel 3. Perbedaan kualitas tidur pada perempuan menopause sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan pada kelompok intervensi

Kualitas Tidur Negative Ranks Positive Ranks

Mean Sum of Mean Sum of Z Nilai

rank ranks rank ranks ρ

Kualitas Tidur 25.20 1134.00 14.00 42.00 -5.763a 0.000

Latensi Tidur 22.86 983.00 7.00 7.00 -5.862a 0.000

Lama Tidur 10.86 195.50 11.83 35.50 -2.938a 0.003

Efisiensi 20.00 780.00 0.00 0.00 -5.715a 0.000

Gangguan Tidur 16.05 481.50 14.50 14.50 -5.040a 0.000

Penggunaan Obat 3.00 3.00 1.50 3.00 0.000a 0.000

Terganggunya 19.86 715.00 13.00 26.00 -5.186a 0.000

Aktifitas

Keterangan: nilai ρ: uji Wilcoxon, signifikan (0.05)

Tabel 3 menunjukkan perbedaan nilai rerata kualitas tidur (kualitas tidur,


latensi tidur, efisiensi, gangguan tidur, dan terganggunya aktifitas) pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah diberikan relaksasi otot progresif dengan nilai p
<0.05. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap kualitas tidur pada kelompok intervensi.

Tabel 4. Perbedaan kualitas tidur pada perempuan menopause sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan pada kelompok kontrol

Kualitas Tidur Negative Ranks Positive Ranks

Mean Sum of Mean Sum of Z Nilai


rank ranks rank ranks ρ

Kualitas Tidur 0.00 0.00 10.00 190.00 -4.359b 0.200

Latensi Tidur 13.50 13.50 16.60 514.50 -5.020b 0.210

Lama Tidur 0.00 0.00 8.00 120.00 -3.578b 0.003

Efisiensi 0.00 0.00 6.50 78.00 -3.464b 0.001

Gangguan Tidur 4.50 4.50 4.50 31.50 -2.121b 0.34

Penggunaan Obat 3.00 3.00 1.50 3.00 0.000a 1.000


Terganggunya Aktifitas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000a 1.000

Keterangan: nilai ρ: uji Wilcoxon, signifikan (0.05)

Tabel 4 menunjukkan tidak ada perbedaan nilai rerata kualitas tidur pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif di
buktikan dengan nilai p >0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh kualitas
tidur pada perempuan menopause menggunakan edukasi.

Tabel 5. Perbedaan kualitas tidur pada perempuan menopause sesudah diberikan

perlakuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Kualitas Tidur Kelompok

Intervensi Kontrol Z Nilai

Mean Sum of Mean Sum of ρ


rank ranks rank ranks

Kualitas Tidur 27.77 1388.50 73.23 3661.50 -8.109 0.000

Latensi Tidur 27.15 1357.50 73.85 3692.50 -8.389 0.000

Lama Tidur 39.15 1957.50 61.85 3092.50 -4.207 0.000

Efisensi 32.40 1620.00 68.60 3430.00 -6.537 0.000

Gangguan Tidur 35.26 1763.00 65.74 3287.00 -5.885 0.000

Penggunaan Obat 50.50 2525.00 50.50 2525.00 0.000 1.000


Terganggunya Aktifitas 35.17 1758.50 65.83 3291.50 -5.790 0.000

Keterangan: nilai ρ: uji Mann-Whitney, signifikan


(0.05)

Tabel 5 menunjukkan perbedaan nilai rata-rata antara kelompok intervensi dan


kelompok kontrol, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot
progresif terhadap kualitas tidur pada perempuan menopause. Hasil uji beda antar
kelompok menunjukkan nilai p < 0.05 terdapat pada dimensi kualitas tidur,
latensi tidur, lama tidur, efisiensi, gangguan tidur dan terganggunya aktifitas dengan
nilai p 0.000, sedangkan pada dimensi penggunaan obat tidak terdapat perbedaan baik
pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol dengan nilai p 1.000.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif usia responden, kelompok intervensi


didominasi oleh usia 56-60 tahun (40.4%) sedangkan pada kelompok kontrol
didominasi oleh usia 51-55 tahun (44.4%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia
menopause yaitu rentang usia 51-60 tahun. Hal ini sejalan dengan hasil survey
Badan Pusat Statistik (2017) DIY bahwa diperkirakan akan terjadi peningkatan usia
harapan hidup menyebabkan jumlah perempuan yang mengalami menopause
semakin banyak.
Hasil analisis deskriptif karakteristik tingkat pendidikan responden
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan perempuan menopause yaitu
SMA sebesar 24 (53.3%) pada kelompok intervensi dan 30 (66.7%) pada
kelompok kontrol, sedangkan sisanya sebanyak 3.3% tidak sekolah dan 12.2%
memiliki tingkat pendidikan SD, SMP, dan Perguruan Tinggi. Pendidikan identik
dengan tingginya pengetahuan, walaupun pendidikan bukan variabel yang
langsung berpengaruh pada penatalaksanaan dalam mengatasi kualitas tidur.
Pendidikan merupakan komponen yang penting dalam proses penerimaan informasi
terkait intervensi relaksasi otot progresif, karena ini berdampak pada pembentukan
sikap dalam penerimaan sebuah informasi baru (Ubra, 2012). Notoatmojo
(2012) menyatakan bahwa pendidikan yang semakin tinggi akan mempermudah
seseorang dalam menerima informasi, cara pandang, dan cara pikir.
Hasil analisis deskriptif usia pertama kali menstruasi rata-rata terjadi pada usia
11-12 tahun baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Jumlah
pada kelompok intervensi yaitu 22 perempuan (48.9%), sedangkan pada kelompok
kontrol yaiu 28 perempuan (62.2%). Usia menarche yaitu 10-16 tahun akan tetapi
saat ini rata-rata usia menarche yaitu 12,5 tahun (Derina, 2012). Penelitian
Putra (2016) terkait faktor yang mempengaruhi faktor-faktor menarche yaitu status
gizi, berat badan lahir, umur menarche ibu, umur ibu saat melahirkan, dan pendidikan
orang tua. Faktor-faktor tersebut yang paling bermakna yaitu status gizi dengan
nilai p<0.001.Diperkirakan dalam kurun waktu 100 tahun terakhir usia menarche
bergeser ke usia yang lebih muda, hal ini dikarena status gizi yang meningkat
(Widyastuti, 2011).
Kualitas tidur perempuan menopause sebelum diberikan relaksasi otot progresif
didapatkan nilai p>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur
perempuan menopause sebelum dilakukan intervensi relaksasi otot progresif tidak
berbeda secara signifikan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek kualitas tidur
yang diukur yaitu tinggi rendahnya kualitas tidur, lama tidur, latensi tidur, efisiensi
tidur, gangguan tidur, penggunaan obat dan gangguan aktivitas pada perempuan
menopause. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kualitas tidur perempuan
sebelum dilakukan intervensi relaksasi otot progresif tidak berbeda secara signifikan,
sedangkan setelah dilakukan intervensi relaksasi otot progresif hasil uji beda nilai p
value <0.05 yang dapat diartikan bahwa setelah dilakukan intervensi kualitas tidur
berbeda secara signifikan.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot progresif
terbukti mampu memperbaiki kualitas tidur pada perempuan menopause, dimana hal
tersebut dimulai dari perbaikan kualitas tidur, pengurangan kejadian latensi, tidur
malam lebih banyak, efisiensi tidur meningkat, gangguan tidur malam berkurang,
tidak menggunakan obat tidur, dan berkurangnya gangguan aktivitas pada perempuan
menopause (Pelekasis, 2017).
Relaksasi otot progresif merupakan tehnik relaksasi otot dalam melalui dua
langkah yaitu dengan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan
perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi fisik dan
tegangannya menghilang (Wayan, 2017)Relaksasi merupakan teknik pengelolaan diri
yang didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis, tehnik ini
terbukti efektif mengurangi ketegangan dan kecemasan serta memperbaiki kualitas
tidur (Siregar, 2016).
Astutik (2017) melaporkan dalam hasil penelitiannya terkait dengan
pengaruh relaksasi otot progresif dengan iringan musik gending jawa terhadap
perbaikan kualitas tidur lansia, menunjukkan bahwa kualitas tidur lansia mengalami
peningkatan dari kualitas tidur sangat buruk menjadi cukup buruk dan cukup buruk
menjadi cukup baik. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Amini (2016)
yang menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif lebih efisien daripada aerobik untuk
mengurangi cemas, kelelahan, dan kualitas tidur.
Mekanisme kerja relaksasi otot progresif dalam mempengaruhi kebutuhan tidur
karena terdapat gerakan kontraksi dan relaksasi otot yang dapat menstimulasi
respon fisik maupun psikologis (Javaheri, 2009).Respon relaksasi trophotropic akan
menstimulasi saraf, sehingga dalam keadaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus,
sehingga hipotalamus akan menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF).
Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang akan menstimulasi kelenjar pituitary
sehingga produksi beberapa hormon akan meningkat seperti β-endorphin, enkefalin
dan serotonin.
Secara fisiologis kebutuhan tidur akan terpenuhi akibat dari penuruan aktivitas
Reticular Activating System (RAS) dan noreepineprine sebagai akibat
penurunan aktifitas sistem di batang otak. Respon relaksasi akan terjadi jika
adanya aktifitas sistem saraf otonom parasimpatis. Hormon yang mengatur ritme
sirkardian yang mempengaruhi tidur adalah hormon melatonin dan kortisol, melatonin
biasanya mulai diproduksi tubuh sekitar pukul 20.00-21.00 dan berhenti sekitar
pukul 07.00-08.00 (Mardjono, 2009).

Relaksasi otot progresif dapat mempengaruhi tidur karena saat melakukan


intervensi ini akan memunculkan respon relaksasi (Trophotropic) yang menstimulasi
semua fungsi dimana kerjanya berlawanan dengan sistem syaraf simpatis sehingga
keadaan rileks tenang. Perasaan yang rileks inilah yang akan menghasilkan CRF
sehingga mampu meningkatkan produksi hormon β- Endorphin, enkefalin, dan
serotonin (Siregar, 2016).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Gondokusuman


II Yogyakarta terkait pengaruh relaksasi otot proresif terhadap kualitas tidur pada
perempuan menopause didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh relaksasi otot
progresif dengan nilai p 0,000.

Saran

1. Disarankan hasil penelitian ini untuk diperkenalkan sejak awal pada


perempuan menopause agar dapat dilakukan sebelum mengalami menopause
sebagai upaya pencegahan dalam mengatasi kualitas tidur.

2. Disarankan hasil penelitian ini untuk diperkenalkan sejak awal pada


perempuan menopause agar dapat dilakukan sebelum mengalami menopause
sebagai upaya pencegahan dalam mengatasi kualitas tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik DIY. (2017). Populasi Penduduk DIY. Yogyakarta


World Health Organization. (2016). Kesehatan reproduksi wanita.
www.who.int/features/factfiles/physical_activity/facts/en/index2.html. Diakses
tanggal 25 Januari 2019
Mufdillah, dkk. Konsep Kebidanan.(2012). Yogyakarta : Nuha Medika
Woods, N. & ,Mitchell, E. (2014). Sleep symptoms during the menopausal transition
and early postmenopause: Observations from the seattle midlife Women’s
Health Study.sleep.33 (4 ).539-549
Kravitz, H. , Zhao, X. , Bromberger, J. ,Gold, E. , Hall, .M , Matthews, K. & Sowers,
M. (2014). Sleep disturbance during the menopausal transition in a Multi-Ethnic
Community sample of women. Sleep. 21 (7 ) 979-990
Sahin, Akgun & Dayapoglu, Nuray. (2015). Effect of progressive relaxation exercises
on fatigue and sleep quality in patients with chronic obstructive lung disease
(COPD). Complementary Therapies in Clinical Practice.
doi.org/10.1016/j.ctcp.2015.10.002
Khasanah, K. (2012). Kualitas Tidur lansia: Jurnal Nursing Studies Volume 1, Nomor
1. Hal 189-196
Purwanto, Budhi. (2013). Herbal dan Keperawatan Koplementer . Yogyakarta: Nuha
Media.
Astutik, Dwi Nunik. (2017). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif dengan
Iringan Musik Gending Jawa terhadap Perbaikan Kualitas Tidur Lansia. Tesis:
Universitas Sumatera Utara
Wayan. (2017). Penatalaksanaan Keluahan Pada Wanita Menopause Secara Non
Farmakologis. Prosiding Seminar Nasional Kebidanan dan Call Paper. Diakses
tanggal 5 Oktober 2018
Herodes. (2010). R. Anxiety and Depression in Patient
Ubra, R. (2012). Faktor-Faktor yang behubungan dengan kepatuhan pengobatan
minum ARV pada pasien HIV. 2012. J kes mas;8(4): 189-199
Notoatmojo. (2012). Theory and Aplication of Health Promotion. Jakarta: Rineka
copyright
Derina, KA. (2012). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan usia menars pada
remaja putri di SMPN 155 Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah
Putra, Edi. (2016). Laporan Penelitian: Faktor-faktor yang mempengaruhi umur
menarche pada siswi SD di Kota Denpasar;
Widyastuti. (2011). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra-Maya
Pelekasis, P., Matsouka, I., & Koumarianou A. (2017). Progressive muscle Relaxation
as a supportive intervention for cancer undergoing chemotherapy; A
systematic riview. Palliat Support;15(4)(465-473)
Siregar, S.D. (2016). Efektifitas progressive muscle relaxation terhadap kualitas tidur
kanker payudara. Universitas Sumatra Utara. J Keperawatan;8(4):87-
97
Javaheri S, Storfer-isser A, Rosen CL, Redline S. (2009). Sleep quality and elevated
blood pressure in adoloscents sogol. Circulation:118(10):1034-
1040. Doi: 10.1161/CIRCULATIONNAHA.108.766410.Sleeop
Mardjono,M,. Sidharta, P. (2009). Neurologi Klinis Dasar. Jakarta, Dian
Rakyat.pp: 185
Diterima: 7 Juni
2017 DOI: Direvisi: 21
10.1111 Februari 2018 Diterima: 22 Februari 2018

/ ijn.12650

ATAU IGI NA LRESE AR CH PAP ER

Pengaruh pendidikan higiene tidur dan latihan relaksasi pada insomnia pada wanita pascamenopause:
Uji klinis acak
Mesude Duman PhD, Instruktur
Dr. 1 | Sermin Timur Taşhan PhD, Assoc. Prof. 2
1 Sekolah Kesehatan
Diyarbakir Ataturk,
Universitas Dicle,
Diyarbakir, Turki Abstrak
2 Fakultas Keperawatan,
Universitas Inonu, Malatya, Tujuan: Penelitian ini menggunakan model uji coba terkontrol secara
acak untuk mengetahui pengaruh latihan relaksasi progresif dan
Turki pelatihan higiene tidur yang diberikan pada wanita pascamenopause
dengan insomnia.
Korespondensi
Mesude Duman, Sekolah
Kesehatan Ataturk, Dicle Metode: Sebanyak 161 wanita pascamenopause dengan insomnia
Universitesi, direkrut dan secara acak dimasukkan ke dalam kelompok
Posta Kodu: 21280, Medya
Mahallesi, Hatipoğlu 2 sitesi eksperimen (n = 81) dan kontrol (n = 80). Kelompok eksperimen
şelale menerima pelatihan higiene tidur dan latihan relaksasi progresif, tetapi
evleri, A / blok Kat: 10 No:
32, Kayapınar / Diyarbakir,
Turki. kelompok kontrol hanya mendapat perawatan kesehatan rutin. Latihan
relaksasi diulang seminggu sekali selama 8 minggu. Studi
tersebut menentukan efek intervensi pada gejala insomnia. Data
dikumpulkan antara 15 Juni dan 15 September 2015 dan dievaluasi
Email: menggunakan statistik deskriptif, sampel independen t ‐Test, chi-
mesudeduman@hotmail.com squared test, dan analisis alpha Cronbach.

Hasil: Rerata skor (SD) kelompok eksperimen pada Women's Health


Initiative Insomnia Rating Scale adalah 14,03 (3,4) pretest dan
7,09 (3,4) posttest. Perbedaan antara skor pretest dan posttest
signifikan secara statistik ( P <. 001), seperti perbedaan antara tingkat
gejala insomnia antara kelompok posttest ( P <. 001).
Kesimpulan: Temuan studi menunjukkan bahwa perawat yang
mengajarkan latihan relaksasi progresif dan higiene tidur akan
bermanfaat bagi wanita pascamenopause yang menderita insomnia.

KATA KUNCI
insomnia, menyusui, wanita pascamenopause, latihan relaksasi
progresif, kebersihan tidur
PERNYATAAN RINGKASAN
Apa yang ditambahkan tulisan ini?
• Penelitian pertama di Turki dalam mengatasi
gejala insomnia pada wanita pascamenopause
Apa yang sudah diketahui menunjukkan bahwa pendidikan higiene tidur
tentang topik ini? dan latihan relaksasi progresif efektif sebagai
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
• Insomnia adalah masalah yang luas dan umum di gejala insomnia wanita pascamenopause.
antara wanita pascamenopause.
• Penelitian sebelumnya menyarankan
penggunaan metode nonfarmakologis untuk • Pendidikan higiene tidur dan latihan relaksasi
mengurangi gejala insomnia. progresif adalah intervensi sederhana, aman,
dan hemat biaya yang cocok untuk wanita
pascamenopause untuk berlatih di rumah
dengan
• Studi tentang insomnia menunjukkan bahwa
beberapa metode nonfarmakologis, daripada mengikuti instruksi pada CD.
tunggal, harus digunakan
untuk mengobati insomnia.
• Para profesional perawatan kesehatan dapat
• Tidak ada penelitian yang menguji pendidikan dengan mudah memberikan intervensi ini kepada
higiene tidur dan latihan relaksasi progresif wanita
untuk insomnia pada wanita
pascamenopause. pascamenopause.
Implikasi dari makalah ini:

Artikel ini didasarkan pada bagian dari tesis • Temuan studi mendukung pendidikan wanita
doktoral penulis pertama dari Universitas pascamenopause tentang higiene tidur dan
Inonu Turki. telah dibuat panduan yang sesuai untuk hal ini.

1
Int J Nurs Pract. 2018; wileyonlinelibrary.com/j © 2018 John Wiley & Sons dari
24: e12650. ournal/ijn Australia, Ltd 8
https://doi.org/10.1111/ij
n.12650
perubahan terkait insomnia serta teknik
• Temuan mempromosikan dimasukkannya manajemen yang tersedia.
latihan relaksasi progresif, metode Masalah tidur dapat diatasi melalui tindakan
nonfarmakologis, dalam asuhan keperawatan. pencegahan sederhana, seperti kebersihan tidur,
teknik relaksasi, dan terapi perilaku, sebelum
• Jenis intervensi ini mungkin berguna di merekomendasikan pengobatan (Demiralp, Oflaz,
negara berkembang dan negara & Kömürcü, 2009; Phillips et al., 2005; Timur &
berpenghasilan menengah dengan sumber Şahin, 2010). Latihan relaksasi otot progresif
daya tenaga kerja dan moneter yang (PMR) adalah metode pengobatan alternatif yang
terbatas. biasa digunakan untuk mengurangi gejala
insomnia, dan tersedia sebagai praktik
1 | PENGANTAR keperawatan independen. PMR didefinisikan
sebagai penghapusan relatif kecemasan dan
Selama periode pascamenopause, wanita ketegangan muskuloskeletal, atau tidak adanya
mengalami beberapa perubahan fisik dan ketegangan fisik atau mental (Feldman, Greeson,
psikologis yang berkaitan dengan defisiensi & Senville, 2010; Jacobson, 1987; McCallie,
estrogen yang disertai dengan berbagai gejala Blum, & Hood, 2006). Ini dimaksudkan untuk
(Çelik & Pasinlioğlu, 2013; Çelik & Pasinlioğlu, membantu individu tenang, dan mudah tertidur.
2014). 3 masalah paling umum yang PMR merupakan teknik relaksasi dasar yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada wanita mudah dipelajari (Dayapoğlu, 2012; Yung, Fung,
selama periode pascamenopause adalah Chan, & Lau, 2004). Ini terdiri dari kontraksi dan
perubahan vasomotor, insomnia, dan kelelahan relaksasi yang disengaja dari sekelompok otot
(Ameratunga, Goldin, & Hickey, 2012; Lai, besar di tubuh manusia. Latihan relaksasi
Chen, Chen, Chen, & Wang, 2006; Timur & dilakukan dari kepala ke kaki atau dari kaki ke
Şahin, 2010 ; Timur & Şahin, 2012). Insiden kepala. Dengan menggunakan metode ini,
insomnia selama masa menopause berkisar antara individu dapat menyadari ketegangan di tubuh
12% dan 70% dalam literatur (Perez, Garcia, mereka, mengontrol otot mereka, dan belajar
Palacios, & Perez, 2009; Simon & Reape, 2009; bagaimana mengendurkan bagian tubuh mereka
Singh & Pradhan, 2014; Taavoni, Ekbatani, yang kaku. Setelah metode ini diajarkan kepada
Kashaniyan, & Haghani , 2011; Terauchi et al., individu, mereka dapat melakukannya sendiri di
2010). Perez dkk. (2009) menemukan bahwa rumah.
periode pascamenopause memiliki angka PMR adalah teknik yang mudah dan berguna
insomnia tertinggi dari semua periode dalam yang juga efektif dalam mengurangi ketegangan
kehidupan manusia (49,4%) (Perez et al., 2009). otot (Asosiasi Psikologi Turki, 2010; Yıldırım,
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di 1991). Kerugian terbesar dari PMR adalah perlu
Turki, prevalensi insomnia ternyata 78,9% dilaksanakan secara teratur agar efektif dan
selama periode pascamenopause (Ayranci, Orsal, bermanfaat. Selain itu, penggunaannya dapat
Orsal, Arslan, & Emeksiz, 2010). dibatasi karena persyaratan bahwa orang tersebut
Tidur merupakan kebutuhan fisiologis penting tidak boleh mengantuk, bahwa mereka hanya
untuk hidup sehat. Ini mempengaruhi kualitas makan makanan ringan, dan bahwa mereka
hidup individu dan memiliki aspek fisiologis, mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman
psikologis, dan sosial. Insomnia merupakan selama pelaksanaan (Jacobson, 1987; Asosiasi
masalah kesehatan penting yang berdampak Psikologi Turki, 2010). Penelitian telah
negatif pada kualitas hidup dan kesejahteraan menunjukkan bahwa individu dapat mengurangi
perempuan (Terauchi et al., 2010). Tidur yang kekakuan, stres, ketegangan otot, dan kontraksi
tidak cukup atau tidak teratur menyebabkan melalui latihan relaksasi progresif (Essa, Ismail,
kelelahan dan dapat menyebabkan wanita & Hassan, 2017; Hassanpour ‐ Dehkordi & Jalali,
mengalami perasaan yang lebih negatif selama 2016; Nazik, Öztunç, & Şahin, 2014).
periode pascamenopause (Timur & Şahin, 2009; Tanggung jawab penting perawat lainnya
Timur & Şahin, 2010). Penting agar penyedia dalam mengurangi insomnia adalah untuk
layanan kesehatan menentukan, merencanakan, mengidentifikasi praktik higiene tidur pasien
dan menerapkan konseling dan tindakan yang tidak lengkap atau salah dan memastikan
pencegahan yang diperlukan untuk mengatasi bahwa praktik tersebut diperbaiki. Perawat dapat
insomnia (Terauchi et al., 2010; Timur & Şahin, membantu mengurangi gejala insomnia pasien
2009; Timur & Şahin, 2010). Untuk mendukung dengan mengajarkan dan menerapkan prinsip-
wanita dalam periode pascamenopause, perawat prinsip umum higiene tidur (Hwang, Cho, & Yoo,
harus mendapat informasi yang baik tentang 2016; Timur & Şahin, 2009; Timur & Şahin,
2010). Psikoedukasi tentang higiene tidur adalah terdaftar di Puskesmas. Status menopause
langkah pertama dalam intervensi yang berfokus wanita yang berpartisipasi ditentukan
pada tidur untuk wanita pascamenopause dengan berdasarkan definisi Masyarakat Menopause
insomnia. Pendekatan ini mungkin sangat cocok Amerika Utara di mana kriteria untuk status
untuk pengobatan sendiri untuk gangguan tidur pascamenopause alami dilaporkan sebagai
pada wanita pascamenopause. Wanita bisa amenore selama 12 bulan berturut-turut tanpa
mendapatkan keuntungan dari belajar tentang terapi hormon atau ooforektomi bilateral yang
proses tidur, dan efek buruk menopause pada dilakukan lebih awal dari 6 bulan sebelumnya.
sistem tidur. Namun, Studi telah meninjau Skala Peringkat Insomnia Inisiatif Kesehatan
pedoman dan bukti empiris untuk higiene tidur Wanita (WHIIRS) digunakan untuk
(Irish, Kline, Gunn, Buysse, & Hall, 2015) dan mengidentifikasi masalah insomnia pada wanita
telah menemukan hubungan antara pendidikan pascamenopause (Timur & Şahin, 2009). Wanita
higiene tidur dan PMR dalam mengurangi yang mendapat skor 10 atau lebih pada WHIIRS
insomnia (Morimoto et al., 2016; Smeit, Deck, & diklasifikasikan sebagai penderita insomnia.
Conta ‐ Marks, 2004; Sun, Kang, Wang, & Zeng, Kriteria inklusi adalah (a) mampu
2013). Untuk itu, perawat dapat memberikan berkomunikasi, (b) sehat jasmani dan rohani,
pendidikan higiene tidur dan pelatihan latihan dan (c) bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
relaksasi progresif bagi wanita pascamenopause Kriteria eksklusi adalah (a) tidak dapat
untuk mengurangi gejala insomnianya. Namun, membaca / memahami bahasa Turki; (b)
hingga saat ini, tidak ada penelitian yang berfokus pengguna alkohol atau pengguna zat; (c)
pada pengobatan insomnia pascamenopause perokok aktif; (d) pengguna terapi hormonal;
dengan gabungan pendidikan higiene tidur dan (e) pemilik gangguan tidur lainnya yang secara
intervensi PMR. klinis didiagnosis dengan polisomnografi; (f)
penderita penyakit kejiwaan seperti gangguan
2 | METODE kepribadian ambang, psikosis, demensia,
Alzheimer, atau psikopatologi penting lainnya;
2.1 | Tujuan dan (g) penderita penyakit serius seperti
gangguan metabolisme parah, kanker, penyakit
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jantung, atau diabetes.
pengaruh pendidikan higiene tidur dan latihan Untuk mengidentifikasi wanita yang
relaksasi progresif terhadap insomnia pada wanita mengalami insomnia, para peneliti menghubungi
pascamenopause. 1181 dari 1616 wanita yang terdaftar di pusat
kesehatan keluarga yang disebutkan di atas.
Wanita yang akan dimasukkan dalam populasi
penelitian ditentukan dengan menggunakan
2.2 | Pelajari desain dan pengaturan WHIIRS. Selama wawancara, 697 wanita
pascamenopause diidentifikasi mengalami
Ini adalah uji coba terkontrol secara acak dengan insomnia. Dari jumlah tersebut, 495 wanita
2 kelompok. Penelitian dilakukan pada wanita memenuhi kriteria eksklusi. Dengan demikian,
pascamenopause yang tinggal di Diyarbakir, 202 wanita dimasukkan dalam sampel penelitian
Turki antara 30 Mei 2015 dan 1 Maret 2016. kami.
Program perangkat lunak GPower 3.05
Penelitian dilakukan di 1 dari 136 pusat digunakan untuk memperkirakan ukuran sampel
kesehatan keluarga yang aktif dalam (Faul, Erdfelder, Lang, & Buchner, 2007). Untuk
pemeliharaan Diyarbakir. Tengah dipilih secara menentukan ukuran sampel, penelitian ini
acak mempertimbangkan tingkat sosial ekonomi, menggunakan skor skala mean dan standar deviasi
kedekatan dengan pusat kota, dan jumlah wanita (9,78, 5,48) yang ditemukan Timur dan Şahin
menopause yang terdaftar di pusat tersebut. (2009) menggunakan WHIIRS dalam penelitian
Puskesmas memberikan pelayanan kepada kurang mereka dengan wanita dalam periode menopause
lebih 21.000 orang, sekitar 1.600 di antaranya (Timur & Şahin, 2009). Sebuah analisis ukuran
adalah perempuan pascamenopause. sampel dilakukan, menyimpulkan bahwa
kelompok eksperimen dan kontrol membutuhkan
74 peserta masing-masing untuk mendapatkan
2.3 | Peserta ukuran efek 0,6 dengan interval kepercayaan
95%, margin kesalahan pada 5%, dan kekuatan
Populasi penelitian adalah wanita pada 95%, yang menunjukkan ukuran sampel
pascamenopause yang mengalami menopause minimum 148. Namun, total 178 wanita
secara alami, mengalami masalah insomnia, dan pascamenopause dimasukkan dalam sampel
penelitian (89 di kelompok eksperimen dan 89 di rumah pertama dan memberikan pelatihan 45
kelompok kontrol) yang memungkinkan menit tentang latihan relaksasi progresif. Peneliti
fleksibilitas untuk penarikan atau pengecualian meminta para wanita untuk mendengarkan CD
peserta yang tidak bisa melakukan olahraga yang disiapkan oleh Asosiasi Psikologi Turki
teratur atau mungkin ingin meninggalkan untuk mengajarkan latihan relaksasi (Asosiasi
penelitian. Wanita yang akan diikutsertakan dalam Psikologi Turki, 2010), setelah itu peneliti
penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok dengan menjelaskan soal latihan. Para wanita masing-
menggunakan metode pengambilan sampel acak masing diberi CD latihan relaksasi setelah
sederhana berbantuan komputer, untuk pelatihan; 8 perempuan yang tidak memiliki CD
memastikan bahwa kelompok tersebut player masing-masing disediakan satu. CD terdiri
memasukkan jumlah peserta yang sama. Wanita dari 3 bagian: Bagian 10 menit pertama
yang bertetangga dihilangkan dalam proses ini menjelaskan dan menjelaskan tujuan relaksasi
untuk mencegah keberadaan mereka mendalam dan praktik yang harus
dipengaruhi satu sama lain. Daftar wanita dibagi dipertimbangkan selama latihan. Pada bagian 30
menjadi 2 kelompok, dengan setiap daftar menit kedua, latihan relaksasi dan instruksi verbal
ditempatkan ke dalam 2 amplop terpisah oleh dijelaskan bersama dengan suara sungai. Bagian
perawat yang tidak terlibat dalam penelitian, dan ketiga 30 menit hanya berisi musik relaksasi
amplop ditutup rapat. Tanpa mengetahui daftar di tanpa instruksi apa pun. Para wanita tersebut
salah satu amplop, para peneliti menerima amplop diminta untuk melakukan latihan relaksasi
yang dipilih secara acak pertama sebagai progresif sekali sehari selama 8 minggu sesuai
kelompok eksperimen dan yang kedua sebagai dengan instruksi dan dengan musik di CD. Selain
kelompok kontrol. itu, mengingat mereka mungkin mengalami
kesulitan dalam melakukan latihan ini di rumah,
Delapan wanita dikeluarkan dari kelompok Para wanita dibagi menjadi 4 kelompok, dan
eksperimen karena 2 ingin meninggalkan studi setiap minggu, peneliti meminta semua kelompok
dan 6 tidak melakukan latihan relaksasi progresif melakukan latihan relaksasi progresif pada hari
secara teratur. Sembilan wanita dikeluarkan dari kerja yang berbeda di puskesmas. Peneliti
kelompok kontrol: 4 ingin meninggalkan membantu 38 wanita yang tidak dapat
penelitian, 3 telah pindah dari alamat mereka pada berpartisipasi dalam sesi pelatihan untuk
tanggal posttest, dan 2 memulai pengobatan mengulangi latihan relaksasi progresif dengan
karena hipertensi sebelum posttest diberikan. Oleh mengunjungi mereka di rumah pada hari-hari
karena itu, penelitian diselesaikan dengan 161 yang sesuai.
wanita pascamenopause (81 pada kelompok Kelompok kontrol hanya menerima
eksperimen dan 80 pada kelompok kontrol; perawatan rutin oleh perawat dari puskesmas
Gambar 1). selama penelitian. Mereka menerima ujian,

2.4 | Intervensi keperawatan

Materi intervensi dalam penelitian ini adalah


booklet tentang sleep hygiene dan CD latihan
relaksasi. Peneliti membuat presentasi higiene
tidur selama 30 menit kepada anggota kelompok
eksperimen pada kunjungan rumah pertama. Sesi
ini membahas penyebab insomnia pada wanita
pascamenopause, dan tindakan yang harus
diambil agar tidur lebih nyenyak. Usai sesi
edukasi, peneliti memberikan booklet edukasi
kepada seluruh peserta. Buklet ini disusun setelah
tinjauan pustaka dan memuat informasi tentang
penyebab gangguan tidur pada wanita
pascamenopause serta pendidikan higiene tidur
(Akdemir, 2003; Birol, 2004; Bloom et al., 2009;
Demir, 2012; Erdemir, 2012; Freedman, 2014;
Holcomb, 2006; Northrup, 2005; Şahin, 2015;
Taşkın, 2014; Taylor, Lillis, & Prisecilla, 2013;
Velioğlu, 1999).
Peneliti mengunjungi anggota kelompok
eksperimen sekali lagi sehari setelah kunjungan
GAMBAR 1 Diagram Alir Selir

pagi hari, sedangkan pertanyaan terakhir adalah


pengobatan medis, rujukan, dan perawatan tentang kualitas tidur. Setiap pertanyaan dijawab
lainnya yang diberikan secara rutin untuk sesuai dengan pengalaman individu selama 4
mengatasi masalah kesehatan mereka ketika minggu terakhir, dengan mempertimbangkan
datang ke puskesmas karena keluhan tentang frekuensi dalam setiap minggu dengan setiap item
kesehatan mereka, tetapi tidak ada intervensi diberi skor antara 0 dan 4. Skor yang lebih tinggi
terkait tidur atau relaksasi. menunjukkan tingkat gejala insomnia yang lebih
tinggi, dengan skor total minimum dan
maksimum untuk skala 0 dan 20, masing-masing.
2.5 | Instrumen pengukuran Skor 10 atau lebih pada WHIIRS menunjukkan
insomnia pada wanita (Timur & Şahin, 2009).
2.5.1 | Alat pengumpulan data Koefisien alpha Cronbach dari skala adalah 0,86
(Timur & Şahin, 2009) dan
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan formulir informasi 0,77 dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan
demografis dan WHIIRS. bahwa WHIIRS dapat diandalkan sebagai sampel
dalam penelitian ini.

tingkat pendapatan, lama menopause, usia


2.5.2 | Formulir informasi demografis menopause, dan indeks massa tubuh.

Formulir informasi demografis disiapkan 2.6 | Pengumpulan data


berdasarkan literatur yang relevan untuk
memungkinkan pengumpulan karakteristik Pengumpulan data dilakukan antara tanggal 15
sosiodemografi dari wanita pascamenopause Juni hingga 15 September 2015. Data dari pretest
partisipan (Cheng et al., 2008; Cuadros et al., dikumpulkan oleh peneliti yang sama selama
2012; Moreno ‐ Frias, Figueroa ‐ Vega, & wawancara individu yang dilakukan dalam
Malacara, 2014 ; Taavoni et al., 2011; Terauchi kunjungan rumah setiap hari kerja di bulan Juni.
et al., 2010; Timur & Şahin, 2009). Kuesioner Para wanita menyelesaikan alat pengumpulan data
demografi berisi 8 pertanyaan tentang usia, status dalam 2 hingga 3 menit. Kelompok eksperimen
pekerjaan, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan kontrol diberikan formulir informasi
demografis dan WHIIRS pada kunjungan rumah
pertama. WHIIRS diberikan kembali kepada status kerja, status perkawinan, tingkat
kedua kelompok dalam kunjungan rumah 3 bulan pendidikan, tingkat pendapatan, durasi
setelah intervensi dimulai. Data untuk posttest menopause, usia menopause, BMI, dan skor
dikumpulkan pada bulan September. pretes WHIIRS (Tabel 1; P>. 05). Tabel 2
2.5.3 | Skala Penilaian Insomnia Inisiatif menunjukkan perbandingan skor WHIIRS untuk
Kesehatan Wanita kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
posttest. Skor posttest WHIIRS
Skala Peringkat Insomnia Inisiatif Kesehatan
Wanita dikembangkan oleh Levine et al. (2003) 4 | DISKUSI
untuk menilai gejala insomnia. Pada tahun 2009,
Timur dan Şahin melakukan studi validitas dan Pendidikan higiene tidur dan PMR dapat
reliabilitas skala versi Turki dengan wanita dalam mengurangi gejala insomnia pada wanita
periode menopause (Timur & Şahin, 2009). pascamenopause yang sehat. Hasil penelitian
WHIIRS memeriksa keparahan insomnia menunjukkan bahwa gejala insomnia menurun
menggunakan skala tipe Likert 5 poin. 4 secara signifikan pada wanita yang mendapatkan
pertanyaan pertama fokus pada awal insomnia, pendidikan higiene tidur dan PMR dibandingkan
ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur, dengan wanita yang tidak diobati. Semua
dan bangun lebih awal perbaikan dalam kelompok eksperimen terjadi 3
bulan setelah program selesai.
2.7 | Analisis data
Variabel utama penelitian adalah skor
Penelitian menggunakan paket perangkat lunak WHIIRS. Dalam penelitian ini, nilai rata-rata
SPSS 16.0 untuk pengkodean dan analisis pretes dari wanita dalam kelompok kontrol dan
statistik data penelitian. Statistik deskriptif kelompok eksperimen adalah serupa. Timur dan
seperti rata-rata aritmatika, frekuensi, dan Şahin menemukan mean (SD) skor WHIIRS
standar deviasi (SD) digunakan untuk mengukur wanita pascamenopause adalah 9,78 (5,48) (Timur
profil demografis wanita, sedangkan sampel chi- & Şahin, 2009), sedangkan Kal menemukan skor
kuadrat dan independen t ‐Tests digunakan untuk 11,16 (6,95) dalam penelitiannya yang dilakukan
perbandingan eksperimental dan kelompok dengan 5.180 wanita (Kal, 2011). Rata-rata skor
kontrol dan untuk perbandingan skor WHIIRS pretes yang diperoleh dalam penelitian ini lebih
kelompok eksperimen dan kontrol mengenai tinggi dari temuan pada penelitian sebelumnya.
skor posttest. Uji reliabilitas WHIIRS dilakukan Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh fakta
dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach. bahwa populasi penelitian lain hanya terdiri dari
secara signifikan lebih rendah pada kelompok wanita dalam masa menopause sedangkan
eksperimen dibandingkan pada kelompok kontrol populasi penelitian saat ini hanya terdiri dari
( P <. 001). wanita pada masa menopause yang mengalami
insomnia.
3 | HASIL
Studi yang menggunakan latihan relaksasi
Tabel 1 menunjukkan perbandingan karakteristik progresif untuk mengurangi gejala insomnia
sosiodemografi kelompok eksperimen dan menemukan bahwa individu yang melakukan
kontrol. Tidak ada perbedaan yang signifikan latihan relaksasi progresif memiliki kualitas
secara statistik antara kelompok mengenai usia, tidur yang lebih baik daripada mereka yang
tidak melakukan latihan relaksasi progresif.

2.8 | Pertimbangan etis


Para peneliti memperoleh persetujuan dari
Komite Etik Penelitian Klinis Noninvasif
sebelum penelitian (no .: 2015/71) serta izin
resmi untuk melakukan penelitian di pusat
kesehatan keluarga. Selain itu, persetujuan dari
Asosiasi Psikologi Turki diperoleh untuk
menggunakan CD latihan relaksasi. Pasca studi,
kelompok kontrol diberikan salinan booklet
edukasi tentang sleep hygiene dan CD relaksasi,
untuk mengikuti prinsip memberi manfaat bagi
masyarakat
TABEL 1 Karakteristik peserta

Kelompok
Kelompok Eksperimen (n = Kontrol (n =
81) n (%) 80) n (%)
Variabel Total P.
Usia, rata-rata (SD) .
Sebuah 52,98 (4,33) 53,68 31
Status Pekerjaan b (4,43) t = 1.012 3
Penganggur 72 (88,9) .
Bekerja 9 (11.1) χ2= 43
74 (92,5) 0,621 1
6 (7.5)
Status pernikahan b
Menikah 72 (88,9) 73(91,2) χ 2 = 0.251 . 617
Tunggal 9 (11.1) 7 (8.8)

Tingkat Pendidikan b
Tidak tamat SD SD 42 (51,9) 39(48,8) χ 2 = 0,360 . 835
21 (25.9) 20(25)
Sekolah Menengah dan
tingkat Pendapatan 18 (22.2) 21(26.2)
yang lebih tinggi b
Rendah 15 (18,5) 10(12,5) χ 2 = 1.494 . 474
Moderat 52 (64.2) 52(65.0)
Tinggi 14 (17,3) 18(22,5)

Durasi menopause (tahun)


Sebuah 4,30 (3,92) 4,05 (3,00) t = 0.458 . 648
Usia menopause (tahun) t=
Sebuah 48,67 (3,69) 49.63 (3.27) −1,729 . 086

t=
BMI Sebuah 27,88 (4,20) 28.1 (5.02) −0,291 . 771
t=
WHIIRS / pretest Sebuah 14.03 ± 3.40 14.35 ± 3.20 −0,597 . 552

Singkatan: BMI, indeks massa tubuh; WHIIRS, Skala Peringkat Insomnia Inisiatif Kesehatan Wanita.

Sebuah t -uji.

b Uji chi-kuadrat.
MEJA 2 Perbandingan status insomnia kelompok Ini adalah laporan pertama di Turki tentang
kontrol dan kelompok eksperimen setelah PMR pengobatan insomnia di antara wanita
dan pelatihan higiene tidur pascamenopause. Menemukan insomnia
tingkat tinggi di antara wanita pascamenopause
Eksperimen e Grup adalah masalah yang memprihatinkan. Faktor-
Grup ntal Kontrol faktor yang mempengaruhi prevalensi
insomnia ini harus diidentifikasi, dan tindakan
(n = yang diambil untuk menguranginya, untuk
(n = 81) x 80) x t meningkatkan kualitas hidup wanita
( SD) ( SD) Nilai P. pascamenopause. wanita pascamenopause, dan
WHII 7.09 13.66 −10,7 <0,0 masuknya jumlah partisipan ini menjadi
RS (3.40 (4.30) 18 01 kekuatan penelitian ini.
)

5 | KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


Singkatan: PMR, latihan relaksasi progresif;
WHIIRS, Skala Peringkat Insomnia Inisiatif Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk
Kesehatan Wanita. pendidikan wanita dalam periode
pascamenopause, memimpin jalan untuk
(Dayapoğlu, 2012; Demiralp et al., 2009; Hou, membuat panduan yang sesuai dan
Hu, Liang, & Mo, 2014; Sun et al., 2013; Yang, memungkinkan PMR, metode nonfarmakologis,
Li, Hong, & Kao, 2009; Yung et al., 2004). Studi untuk dimasukkan dalam asuhan keperawatan.
yang dilakukan dengan kelompok berbeda Mereka juga menyediakan data untuk studi
melaporkan bahwa menerapkan pendidikan selanjutnya di bidang ini.
higiene tidur dan latihan relaksasi progresif dapat
meningkatkan insomnia (Hsu, Tsao, & Lin, 2015; Intervensi dalam penelitian ini sangat
Johnson & Roberson, 2013; Kaku et al., 2012). sederhana, sehingga sangat bermanfaat. Staf pusat
Dalam studi acak, Hsu et al. (2015) menilai kesehatan keluarga dapat dilatih untuk
pengaruh pendidikan higiene tidur dan latihan memberikan intervensi ini kepada pasien lokal
relaksasi progresif pada wanita selama masa mereka (dalam batasan seperti kondisi medis
menopause dan menemukan bahwa pendidikan wanita pascamenopause). Untuk alasan ini, di
higiene tidur dan latihan relaksasi progresif secara negara berkembang dan berpenghasilan
signifikan meningkatkan kualitas tidur subjektif menengah dengan moneter terbatas dan sumber
dan durasi tidur pada kelompok eksperimen daya manusia terlatih, termasuk Turki, intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hong semacam itu bisa sangat berguna.
dan Kim (2009) menemukan dalam penelitian
mereka dengan orang tua yang didiagnosis Akhirnya, penelitian ini menunjukkan bahwa
insomnia bahwa pendidikan higiene tidur dan latihan relaksasi progresif yang diberikan bersama
latihan relaksasi progresif meningkatkan kepuasan dengan pendidikan higiene tidur dapat
dan kualitas tidur. Dalam penelitian ini, penurunan mengurangi gejala insomnia pada wanita
yang signifikan secara statistik dalam tingkat pascamenopause. Direkomendasikan agar
gejala insomnia diamati pada kelompok profesional perawatan kesehatan dapat
eksperimen menurut skor posttest ( P <. 001). menggunakan bukti ini untuk mendukung
Temuan ini serupa dengan hasil penelitian penyediaan intervensi relaksasi yang sederhana,
sebelumnya. layak, aman, dan hemat biaya untuk mengurangi
Hampir semua wanita pascamenopause gejala insomnia pada wanita pascamenopause
mengikuti program mingguan tersebut. Saat dengan gangguan tidur. Berdasarkan hasil ini,
wanita sudah terbiasa melakukan PMR, mereka penelitian menyarankan perawat untuk melatih
sudah bisa bersantai tanpa aktif melakukannya. latihan relaksasi progresif untuk meningkatkan
Tidak ada efek fisik atau psikologis yang kualitas tidur. Wanita pascamenopause dapat
dilaporkan selama masa studi, yang berarti bahwa diberikan buklet pendidikan, brosur, atau CD
jenis pengobatan ini mungkin tidak berbahaya dan tentang pendidikan higiene tidur dan latihan
mungkin menjadi salah satu alasan penting untuk relaksasi progresif, dan institusi kesehatan dapat
kepatuhan yang tinggi pada kelompok diatur untuk menawarkan latihan relaksasi
eksperimen. Ini konsisten dengan penelitian lain progresif.
yang menggunakan terapi pikiran-tubuh.
UCAPAN TERIMA KASIH KONFLIK KEPENTINGAN

Insiden teroris meningkat di Turki dan di Penulis menyatakan tidak ada potensi konflik
wilayah studi ini selama pengumpulan data. kepentingan sehubungan dengan penelitian,
Saya ingin berterima kasih kepada para peserta kepenulisan, dan / atau publikasi artikel ini.
yang telah berusaha sekuat tenaga untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini meskipun
dalam keadaan seperti itu.

4.1 | Batasan Sermin Timur Taşhan http://orcid.org/0000-


0003-3421-0084
Keterbatasan penelitian ini termasuk fakta bahwa
status menopause wanita tidak ditentukan
melalui diagnosis klinis dan bahwa status
insomnia dideteksi menggunakan WHIIRS, skala
yang sama yang digunakan untuk menentukan
efisiensi intervensi. Studi tersebut hanya menilai
insomnia pascamenopause. Tidak ada laporan
komorbiditas berupa depresi, kecemasan,
gangguan tidur, kronotipe, atau kelelahan dalam
penelitian ini. Selain itu, hanya wanita
pascamenopause yang sehat yang dimasukkan
dalam sampel berdasarkan kriteria inklusi /
eksklusi. Penelitian selanjutnya dengan wanita
pascamenopause dengan penyakit kronis harus
dilakukan dengan intervensi khusus untuk
penyakit kronis mereka.

Analisis ukuran sampel apriori menunjukkan


ukuran sampel ideal 148 untuk ukuran efek 0,6,
interval kepercayaan 95%, margin of error 5%,
dan kekuatan 95%. Penelitian diselesaikan dengan
161

PENDANAAN

Penulis tidak menerima dukungan finansial


untuk penelitian, kepenulisan, dan / atau
publikasi artikel ini.

PERNYATAAN KEWENANGAN

MD dan STT bertanggung jawab atas konsepsi


dan desain, analisis, penulisan naskah,
penyusunan artikel atau merevisi secara kritis
untuk konten intelektual penting, dan persetujuan
akhir dari versi yang akan diterbitkan. MD
bertanggung jawab untuk pengumpulan data.
Semua penulis telah menyetujui versi final yang
menyusun artikel.

ORCID

Mesude Duman http://orcid.org/0000-0002-


5021-2699
Çelik, AS, & Pasinlioğlu, T. (2013). Gejala dialami
REFERENSI pada klimakterik

Akdemir, N. (2003). Dinlenme ‐ uyku ve periode dan peran perawat. Erciyes Üniversitesi
düzensizlikleri. Di: İç Hastalıkları ve Sağlık Bilimleri Fakültesi Dergisi, 1, 48–56.

Hemşirelik Bakımı [Pengobatan internal Çelik, AS, & Pasinlioğlu, T. (2014). Gejala
dan Perawatan] (edisi ke-1st). Ankara: menopause wanita dan
Sanerc Yayıncılık.
faktor yang mempengaruhinya selama periode
Alparslan, GB, Orsal, Ö., & Unsal, A. (2016). klimakterik. Jurnal Fakultas Keperawatan
Penilaian kualitas tidur Universitas Hacettepe, 16–29.

dan pengaruh senam relaksasi terhadap Cheng, MH, Hsu, CY, Wang, SJ, Lee, SJ, Wang, PH,
kualitas tidur pada pasien rawat inap di & Fuh, JL
pelayanan penyakit dalam di rumah sakit
universitas: Pengaruh senam relaksasi pada (2008). Hubungan gangguan tidur yang
pasien rawat inap. Praktek Keperawatan dilaporkan sendiri, suasana hati, dan menopause
Holistik, 30 ( 3), 155–165. dalam studi komunitas. Menopause, 15, 958–962.
https://doi.org/10.1097/HNP.00000000000001 https: // doi.org/10.1097/gme.0b013e318160dafa
47
Cuadros, JL, Fernández ‐ Alonsob, AM, Cuadros ‐
Ameratunga, D., Goldin, J., & Celorrio, AM,
Hickey, M. (2012). Gangguan
tidur di mati haid. Climacteric, Fernández ‐ Luzón, N., Guadix ‐ Peinado, MJ, Cid
42, 742–747. ‐ Martín, N., & Kelompok Penelitian
https://doi.org/10.1111/ j.1445‐ MenopAuseRIsk Assessment (MARIA) (2012).
5994.2012.02723.x Stres yang dirasakan, insomnia dan faktor terkait
pada wanita di sekitar menopause. Maturitas, 72,
Ayranci, U., Orsal, O., Orsal, O., Arslan, G., & 367–372. https://doi.org/10.1016/j.
Emeksiz, DF (2010).
maturitas.2012.05.012
Status menopause dan sikap dalam populasi
wanita paruh baya Turki: Sebuah studi Dayapoğlu, N. (2012). Evaluasi efek relaksasi
progresif
epidemiologi. Kesehatan Wanita BMC, 10 ( 1),
1. https: // doi. org / 10.1186 / 1472‐6874‐10‐1 latihan kelelahan dan kualitas tidur pada
pasien dengan multiple sclerosis. The
Birol, L. (2004). Harga Hemşirelik: Hemşirelik Journal of Alternative and
bakımında sistematik yaklaşım Complementary Medicine, 18, 983–987.
https://doi.org/10.1089/acm.2011.0390
[ Proses keperawatan: Pendekatan sistematis
dalam asuhan keperawatan] (edisi ke-1st). Demir, Y. (2012). Uyku ve uyku ile ilgili
İzmir: Etki Yayınları. uygulamalar. Di FA Ay (Ed.), Sağlık

Bloom, HG, Ahmed, I., Alessi, CA, Ancoli ‐ Uygulamalarında Temel Kavramlar ve
Israel, S., Buysse, DJ, Kryger, Beceriler [Konsep dan Keterampilan Dasar
dalam Praktik Kesehatan] ( Edisi ke-4). Nobel
MH,… Zee, PC (2009). Rekomendasi Tıp Kitabevleri: İstanbul.
berbasis bukti untuk penilaian dan Freedman, RR (2014). Menopause dan tidur.
pengelolaan gangguan tidur pada orang tua. Menopause, 21, 534–535.

Jurnal American Geriatrics Society, 57 ( https://doi.org/10.1097/GME.0000000000000243


5), 761–789. https: // doi. org / 10.1111 /
j.1532‐5415.2009.02220.x Hassanpour ‐ Dehkordi, A., & Jalali, A. (2016).
Pengaruh otot progresif
relaksasi atas kelelahan dan kualitas hidup di Tinjauan bukti empiris. Ulasan Sleep Medicine,
antara para lansia Iran. Acta Medica Iranica, 54 22, 23–36. https://doi.org/ 10.1016 /
j.smrv.2014.10.001
( 7), 430–436.
Jacobson, E. (1987). Relaksasi progresif. The
Holcomb, SS (2006). Rekomendasi untuk menilai American Journal of
insomnia. Perawat
Psikologi, 100 ( 3/4), 522–537.
Praktisi, 31, 55–60.
Jayarathne, W., & de Zoysa, P. (2016). Dampak otot
Hong, SH, & Kim, SY (2009). Efek program yang progresif
promosi tidur aktif
program latihan relaksasi untuk mengurangi
tidur dan respon imun pada lansia. Jurnal insomnia pada populasi lansia: Hasil dari studi
Akademi Keperawatan Dewasa Korea, 21, pendahuluan di dua panti jompo di Distrik
167–178. Colombo Sri Lanka. Jurnal Ilmu Sosial Sri
Lanka, 39 ( 1).
Hou, Y., Hu, P., Liang, Y., & Mo, Z. (2014). https://doi.org/10.4038/sljss.v39i1.7402
Pengaruh perilaku kognitif
Johnson, D., & Roberson, A. (2013). Evaluasi
terapi insomnia pada pasien hemodialisis efektivitas
pemeliharaan. Biokimia Sel dan Biofisika,
69, 531–537. https://doi.org/10.1007/ pelatihan relaksasi dan pendidikan higiene tidur
s12013‐014‐9828‐4 untuk insomnia pasien depresi. Ulasan

Hsu, HC, Tsao, LI, & Lin, MH (2015). Sarjana Klinis, 6, 39–46. https://doi.org/
Meningkatkan kualitas tidur intervensi-
10.1891 / 1939‐2095.6.1.39
tions di antara wanita menopause dengan
gangguan tidur di Taiwan: Sebuah studi Kaku, A., Nishinnoue, N., Takano, T., Eto, R., Kato,
pendahuluan. Penelitian N., Ono, Y., & Tanaka, K.

Keperawatan Terapan, 28, 374–380. https: // (2012). Uji coba terkontrol secara acak tentang
doi. org / 10.1016 / j.apnr. 2015.01.004 efek dari pendidikan higiene tidur gabungan dan
program pendekatan perilaku pada kualitas tidur
Hwang, KH, Cho, OH, & Yoo, YS (2016). Efek pada pekerja dengan insomnia. Kesehatan
komprehensif Industri, 50, 52–59. https://doi.org/

program perawatan penderita kanker 10.2486 / indhealth.MS1318


ovarium. Penelitian Keperawatan
Klinis, 25 ( 2), 192–208. Kal, HE (2011). Masalah tidur di antara wanita
https://doi.org/10.1177/105477381455 menopause dan terkait
9046
faktor. Konya, Turki: Yüksek LisansTezi
Irish, LA, Kline, CE, Gunn, HE, Buysse, DJ, & (Tesis dalam Magister Sains), Institut
Hall, MH (2015). Itu Pascasarjana Ilmu Kesehatan Universitas
Selçuk, Departemen Keperawatan.
peran kebersihan tidur dalam
mempromosikan kesehatan masyarakat:
https://doi.org/10.1111/j.1365‐
Demiralp, M., Oflaz, F., & Kömürcü, Ş. (2009). 2702.2009.03037.x
Pengaruh pelatihan relaksasi
Erdemir, F. (2012). Hemşirelik tanıları [Diagnosis
tentang kualitas tidur dan kelelahan pada keperawatan] ( Edisi ke-13). Nobel
pasien dengan kanker payudara yang
menjalani kemoterapi adjuvan. Jurnal Tıp Kitapevi
Keperawatan Klinis, 19, 1073–1083.
Essa, RM, Ismail, NIAA, & Hassan, NI (2017). Efek perubahan tidur dengan gejala perimenopause dan
progresif postmenopause. Menopause, 21, 1017–1022.

teknik relaksasi otot pada stres, kecemasan, https://doi.org/10.1097/


dan depresi setelah histerektomi. Jurnal
Pendidikan dan Praktek Keperawatan, 7 ( GME.0000000000000206
7), 77.
https://doi.org/10.5430/jnep.v7n7p77 Morimoto, H., Tanaka, H., Ohkubo, R., Mimura, M.,
Ooe, N., Ichikawa, A., &
Faul, F., Erdfelder, E., Lang, AG, & Buchner, A.
(2007). G * daya 3: A Yukitoshi, H. (2016). Terapi swadaya untuk
masalah tidur pada perawat rumah sakit di
program analisis kekuatan statistik yang fleksibel Jepang: Sebuah studi percontohan terkontrol.
untuk ilmu sosial, perilaku, dan biomedis. Metode Tidur dan Irama Biologis, 14 ( 2), 177–185.
Penelitian Perilaku, 36 ( 2), 175–191. https://doi.org/10.1007/s41105‐015‐0037‐3
https://doi.org/10.3758/BF03193146

Feldman, G., Greeson, J., & Senville, J. (2010). Efek


diferensial dari mindful

pernapasan, relaksasi otot progresif, dan


meditasi cinta-kasih tentang decentering dan
reaksi negatif terhadap pikiran yang berulang.
Penelitian dan Terapi Perilaku, 48 ( 10), 1002–
1011.
https://doi.org/10.1016/j.brat.2010.06.006

Lai, JN, Chen, HJ, Chen, CM, Chen, PC, & Wang,
JD (2006).

Kualitas hidup dan keluhan klimakterik di antara


wanita yang mencari nasihat medis di

Taiwan: Penilaian menggunakan kuesioner


WHOQOL ‐ BREF. Climacteric, 9, 119–128.

https://doi.org/10.1080/

13697130600635292

Levine, DW, Lewis, MA, Bowen, DJ, Kripke, DF,


Kaplan, RM,

Naughton, MJ, & Shumaker, SA (2003).


Reliabilitas dan validitas Skala Peringkat
Insomnia Inisiatif Kesehatan Wanita.
Penilaian Psikologis, 15 ( 2), 137.
https://doi.org/10.1037/1040‐3590.15.2.137

McCallie, MS, Blum, CM, & Hood, CJ (2006). Otot


progresif rileks-

asi. Jurnal Perilaku Manusia dalam Lingkungan


Sosial, 13 ( 3), 51–66.

Moreno ‐ Frias, C., Figueroa ‐ Vega, N., & Malacara,


JM (2014). Hubungan
terkontrol secara acak. Jurnal
Internasional Studi Keperawatan, 47,
550–559. https://doi.org/10.1016/j.
ijnurstu.2009.10.014

Yıldırım, İ. (1991). Teknik relaksasi mengatasi


stres dan stres.

Jurnal Pendidikan Universitas Hacettepe, 6,


175–189.

Yung, P., Fung, MY, Chan, TMF, & Lau, BWK


(2004). Relaksasi

metode pelatihan untuk manajer perawat di


Hong Kong: Sebuah studi terkontrol.

Jurnal Internasional Perawatan


Kesehatan Mental, 13, 255–261.
https: // doi. org / 10.1111 / j.1445‐
8330.2004.00342.x

Bagaimana mengutip artikel ini: Duman M,


Timur Taşhan S. Pengaruh pendidikan

higiene tidur dan latihan relaksasi pada


insomnia pada wanita pascamenopause: Uji

klinis acak. Int J Nurs Pract. 2018; 24: e12650.


https://doi.org/

10.1111 / ijn.12650

Anda mungkin juga menyukai