Oleh:
150910301024
Kegunaan penelitian
Berdasarkan kegunaannya, penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, meliputi:
A. Penelitian dasar (basic research)
Beberapa jenis penelitian terapan, antara lain: action research, social impact
assesment, danevaluation research.
1) Action Research
3) Evaluation Research
Tujuan penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dibedakan kedalam tiga jenis, meliputi:
A. Penelitian Eksploratif
Yaitu penelitian yang dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik
atau isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan.
Tujuan penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang lebih akurat
yang akan dijawab dalam penelitian lanjutan atau penelitian kemudian. Peneliti biasanya
menggunakan penelitian eksplorasi ini untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup
dalam penyusunan desain dan pelaksanaan kajian lanjutan yang lebih sistematis.
B. Penelitian deskriptif
C. Penelitian Eksplanatif
B. Longitudinal research
Dalam penelitian ini, tipe data dan informasi yang sama dikumpulkan dari
kelompok orang atau unit dalam beberapa periode waktu.
2) Panel study,
Penelitian ini lebih susah dilaksanakan dari pada penelitian time series. Dalam
panel study, peneliti benar-benar melakukan observasi terhadap orang, group, atau
organisasi yang sama dalam beberapa periode waktu.
3) Cohort analysis.
Penelitian ini mirip dengan Panle study tetapi lebih menitikberatkan pada
pengamatan terhadap katagori orang-orang yang berbagi pengalaman hidup yang
sama dalam suatu peride waktu tertentu. Dengan demikian, focus cohort adalah
katagori, bukan indifidual. Pada umumnya penggunaan cohort meliputi seluruh orang
yang terlahir dalam tahun yang sama (disebut birth cohorts), seluruh orang yang
pension dalam renatng waktu satu atau dua tahun, dan seluruh orang yang lulus pada
tahun yang sama.
Data penelitian dapat dibedakan atas data kuantitatif yang berupa angka-angka dan
data kualitatif yang berujud kata-kata ataupun gambar-gambar. Data-data kuantitatif
pada umumnya dikumpulkan melalui beberapa teknik berikut:
A. Experiment
Penelitian ini mengikuti prosedur dan kaidah sebagaimana penelitian dalam ilmu
alam. Pada ilmusocial, experiment dilaksanakan di laboratorium maupun di kehidupan
nyata. Biasanya, penelitian ini hanya melibatkan sedikit orang yang diamati dan dikaji
untuk menjawab pertanyaan yang terumuskan secara baik.
Dalam sebagian besar experiment, peneliti membagi orang-orang yang diteliti dalam
dua kelompok atau lebih. Kemudian, kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang
sama, kecuali bahwa salah satu kelompok tersebut mendapatkan perlakuan khusus
sebagai sesuatu yang akan diamati. Selanjutnya peneliti mengukur perubahan atau reaksi
yang terjadi pada kedua kelompok tersebut. Dengan mengontrol lingkungan kedua
kelompok dan perlakuan tertentu pada satu kelompok, peneliti dapat menyimpulkan
hubungan antara perubahan perilaku dan perlakuan tersebut.
B. Surveys
Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
atau melakukan wawancara dengan sejumlah sample penelitian. Data yang dikumpulkan,
selanjutnya oleh peneliti diringkas dalam bentuk persentase, tabel atau grafik. Hasil
survey, meskipun diperoleh dari sejumlah sample, namun demikian dapat
digeneralisasikan untuk populasi penelitian. Survey ini biasanya dilakukan untuk
penelitian deskriptif dan explanatory.
C. Content analysis
Adalah teknik untuk menjelaskan informasi, atau isi dalam materi yang tertulis
ataupun berwujud symbol (gambar, film, lirik lagu). Dalam teknik ini, pertama kali,
peneliti mengidentifikasi tubuh dari materi (body of material) untuk dianalisis (buku,
majalah, film). Dan kemudian menciptakan system untuk merekam aspek-aspek khusus
dari materi tersebut. Sistem dapat juga mencakup perhitungan berapa sering kata-kata
tertentu disebutkan dalam material tersebut. Akhirnya, peneliti merekam apa yang sudah
ditemukan dalam material. Peneliti sering kali mengukur informasi dalam teknik ini
dalam bentuk bilangan dan menampilakanya dalam tabel atau grafik.
D. Existing statistic
Dalam teknik ini, peneliti pertama-tama memilih sumber-sumber data yang sudah
terkumpul, dan seringkali dalam bentuk laporan pemerintah atau hasil-hasil penelitian.
Peneliti kemudian mengorganisir kembali atau mengkombinasikan berbagai informasi
dengan cara yang baru untuk mengarah kepada pertanyaan penelitian.
A. Field research
Field research dimulai dengan perumusan gagasan atau topic yang dapat berubah.
Selanjutnya peneliti memilih kelompok social atau lokasi untuk diteliti. Setelah peneliti
mendapatkan akses terhadap kelompok atau lokasi tersebut segera ia mengadopsi setting
peran sosail dan melakukan penelitian.peneliti melakukan observasi dan berinteraksi
dalam lingkungan social tersebut dalam waktu yang dapat saja hanya beberapa bulan
tetapi dapat juga dalam waktu yang cukup lama. Individu yang diwawncarai biasanya
sudah dikenal betul oleh peneliti.
Data-data yang dicatat dalam penelitian ini sangat detil, karena informasi-informasi
penting dicatat dari hari demi hari. Selama proses pengamatan ini, peneliti selalu
mempertimbangkan apa yang sedang ia teliti dan selalu mempertajam signifikansi focus
dari topic atau gagasan yang dibawa dalam penelitian. Tahap akhir dari penelitian ini
adalah ketika peneliti telah meninggalkan lokasi penelitian, ia kemudian membaca ulang
semua tulisan dan menyusun laporan. Field research biasanya digunakan untuk penelitian
eksploratif dan deskriptif, sangat jarang untuk penelitian eksplanatif.
B. Historical-comparative research
Penelitian ini menjelaskan aspek-aspek kehidupan di masa yang telah lalu atau
melampaui berbagai budaya yang berbeda.
THE MEANING OF METHODOLOGY SOCIAL
Ada tiga pendekatan yang selama ini digunakan dalam ilmu sosial, yaitu positivist social
science (PSS), interpretive social science (ISS), dan critical social science (CSS). Selai itu ia juga ada
dua pendekatan yang relatif baru dan masih berkembang, yaitu pendekatan feminist dan posmodern.
Positivist social science atau ilmu pengetahuan sosial positivis digunakan secara luas.
Positivisme secara singkat didefinisikan sebagai pendekatan dari ilmu-ilmu alam (natural sciences).
Penganut pendekatan positivisme menyatakan metode ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan
alam memiliki prinsip dan logika umum yang sama serta pengkajiannya dilakukan dengan metode
yang sama. Positivisme diasosiasikan dengan berbagai teori sosial diantaranya dengan teori struktural-
fungsional, pilihan rasional, dan dasar teori pertukaran. Peneliti penganut positivisme lebih memilih
data kuantitatif dan sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik dalam melakukan
penelitian. Mereka lebih memilih penelitian “objektif”, ukurannya tepat, serta teliti.
Dalam positivisme, peneliti diharuskan bebas nilai, menganalisa penelitian hanya berdasarkan
pada respon dari responden tanpa dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti. Sebagian besar penelitan yang
dilakukan oleh kriminolog, pengamat pasar, penganalisis kebijakan, pengevaluasi program,
perencana, dan pengelola administrasi menggunakan pendekatan positivisme. Tujuan penelitian sosial
positivis adalah untuk mendapatkan penjelasan secara ilmiah mengenai realitas sosial. Alasan lain
yang penting adalah untuk mempelajari mengenai bagaimana dunia bekerja sehingga orang-orang
dapa mengontrol dan memprediksi suatu kejadian. Menurut positivis, peneliti perlu melakukan
penelitian ilmiah sosial untuk mengembangkan prinsip dan model abstrak mengenai dunia sosial yang
dapat diuji melalui pengumpulan data secara teliti.
Positivis melihat dengan jelas perbedaan antara ilmiah dan bukan ilmiah. Positivis melihat
kebenaran dengan cara yang ilmiah dan hal itu merupakan cara yang terbaik. Penjelasan ilmiah
positivis bersifat nomothetic. Bentuk penjelasan yang diberikan oleh positivis berupa sebab-akibat.
Positivis percaya pada akhirnya hukum dan teori dari ilmu sosial dapat dinyatakan dalam sistem
simbol formal, seperti matematika dan ilmu pasti lainnya.
Tujuan dilakukannya penelitian dengan pendekatan ISS adalah untuk memahami kehidupan
sosial yang ada dan menemukan bagaimana orang – orang menanggapinya secara natural dengan
mencoba melihat melalui pandangan orang-orang yang diteliti tentang kehidupan sosialnya. Selain itu
juga untuk mengetahui kaitan dari kehidupan sosial yang ada dengan budaya yang hidup di dalamnya.
Pendekatan ISS melihat bahwa kehidupan sosial itu didasarkan pada interaksi sosial dan sistem makna
yang telah terkonstruksi dalam masyarkat sesuai dengan interpretasi masing-masing masyarakat atas
kejadian dan realitas sosialnya.
Menurut pendekatan interpretive, common sense merupakan sumber informasi yang vital
untuk memahami pandangan orang-orang karena dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan
common sense untuk memahami dunia dan berinteraksi rutin. Menurut ISS, manusia akan sulit hidup
jika hanya berpikir secara ilmiah. Common sense juga disebut sebagai natural attitude. Dalam
menentukan benar atau salah suatu informasi, dalam ISS dilakukan penelitian yang mendalam dengan
mempertimbangkan dan menghubungkan sudut pandang berbagai orang. Informasi dalam penelitain
interpretive lebih bersifat tersirat dalam latar sosial objek yang diteliti sehingga dapat terjadi ambigu.
Unuk menghindarinya, peneliti menggunakan metode bracketing untuk mengesampingkan asumsi
taken-for-granted dalam adegan sosial dan mencoba mengkaji ulang kegiatan normal yang memiliki
arti “jelas”. Penelitian dengan pendekatan interpretive menggunakan pendekatan ideographic dan
induktif. Penelitian dengan ISS, menghasilkan laporan penelitian yang berebeda dengan pendekatan
positivis. Bentuknya seperti cerita, dimana saat pembaca membacanya dapat merasakan realitas sosial
dari sasaran penelitian dalam laporan.
Critical social science (CSS) merupakan penengah dari pendekatan interpretive dan
positivisme, menggunakan pendekatan nomothetic dan ideographic. Tetapi CSS setuju dengan kritik
yang ditujukan pada ISS dan positivisme. Sehingga, CSS mencoba mengambil kelebihan-kelebihan
pendekatan ISS dan positivisme untuk metode penelitiannya. Pendekatan CSS sering disebut juga
dialectical materialism, class analysis, dan structuralism. Penelitan dengan pendekatan CSS ditujukan
untuk mengubah dunia dengan mengkritisi dan mengubah hubungan sosial dengan cara mengungkap
sumber utama dari hubungan sosial dan memberdayakan masyarakat. Peneliti CSS berorientasi pada
kegiatan (action oriented).
CSS mencoba memecahkan mitos, kebenaran tersembunyi, dan membantu orang untuk
mengubah dunia untuk mereka sendiri. CSS melihat realita sosial dari sudut pandang pihak ketiga dan
melihat realita sosial sebagai hal yang dinamis. Peneliti kritis menelaah sejarah masyarakat sasaran
untuk dibandingkan dengan masyarakat lain dalam mencari solusi alternatif dalam menata kehidupan
masyarakat sasaran. Peneliti kritis berusaha memberi pertanyaan menggunakan teori dan orientasi
sejarah yang jelas untuk menjelaskan realitas sosial yang tersembunyi. Pendakatan CSS berpendapat
bahwa peneliti sosial perlu belajar pikiran yang subjektif dan common sense karena kedua hal tersebut
membentuk perilaku yang menjadi kseharian manusia. Common sense dilihat sebagai pengungkap
kemunculan struktur yang sulit dijelaskan dalam masyarakat. Peneliti CSS juga perlu menggunakan
teori yang sesuai untuk mengamati konflik, interkoneksi, dan melihat dan memprediksi perubahan di
masa depan.
CSS tidak terlalu fokus pada hukum yang tetap, karena menganggap pada masa depan hukum
akan berubah sesuai perilaku manusia. Pendekatan kritis mencoba mengurangi kesenjagan di antara
objek dan subjek. Hal itu memperlihatkan bahwa fakta kondisi material ada, tetapi fakta itu bukan
teori netral. Karena fakta yang ada disuatu kelompok belum tentu sama. Sehingga, dalam memahami
fakta informasi membutuhkan pemahaman terhadap kerangka nilai, teori dan makna. Pendekatan CSS
berorientasi aktivis. Penelitian sosial merupakan aktivitas moral politik yang membutuhkan komitmen
penelitian pada posisi nilai. Pendekatan kritis menyatakan bahwa hanya ada sedikit pandangan yang
benar. Bagi CSS, menjadi objektif bukan menganut bebas nilai. Objektif bagi CSS berarti penelitian
tidak disimpangkan dan menggambarkan realitas yang ada. CSS menganggap pengetahuan
(knowledge) merupakan kekuatan dan pandangan yang digunakan peneliti CSS dalam penelitian
merupakan pandangan yang sudah menjadi teknis, bukan diciptakan oleh peneliti sendiri.
Terdapat pendekatan tambahan dalam penelitian yang masih berkembang dan belum banyak
diketahui dibanding ketiga pendekatan sebelumnya. Diantaranya yaitu pendekatan feminsme dan
postmodern. Keduanya mengkritik ketiga pendekatan positivisme, ISS, dan CSS. Penelitian dengan
pendekatan feminisme dilakukan oleh mayoritas para perempuan yang memegang identitas diri
feminis dan sadar akan sudut pandang feminis. Metodologi feminis mencoba memberi suara kepada
perempuan dan mengkoreksi sudut pandang yang terorientasi pada laki-laki yang mendominasi
perkembangan ilmu sosial. Penganut feminisme melihat perempuan lebih menekankan pada akmodasi
dan ikatan manusia yang secara bertahap berkembang dan melihat dunia sosial sebagai jaring
hubungan manusia yang dihubungkan dengan perasaan saling percaya dan saling memiliki kewajiban
masing-masing. Perempuan cenderung subjektif, empati, berorientasi pada proses, dan menekankan
sisi inklusif kehidupan sosial.
Penelitian dengan pendekatan postmodern melihat tidak adanya perbedaan antara seni atau
humanities dengan ilmu sosial. Penelitian postmodern mencoba membngkar ilmu sosial. Pendekatan
postmodern tidak mempercayai observasi yang dilakukan sistematis empiris, dan meragukan
pengetahuan dapat digeneralisasikan atau diakumulasikan dari waktu ke waktu. Pendekatan ini
melihat ilmu pengetahuan memiliki bentuk yang beragam dan unik sesuai dengan masyarakat atau
kelompok lokal tertentu.
Tidak sebagaimana pada imu alam, ilmu sosial menghadapi pertanyaan dasar apakah yang
dimaksud dengan realitas sosial. Timbul dua dikotomi pendapat menganai ini, bahwa relaitas dapat
berupa keadaan yang obyektif atau sebagai keadaan yang subyektif. Pendekatan positivis (PSS)
menganggap realitas berada di luar diri peneliti, dalam kondisi yang relatif stabil dan tertata.
Sebaliknya pendekatan interpretatif (ISS) melihat bahwa realitas tersebut hanya merupakan situasi
yang diciptakan dari interaksi antar manusia, dan pendekatan kritis (CSS) melihat bahwa realitas
sosial selalu dalam kondisi berkonflik yang diakibatkan oleh struktur yang tak mudah dilihat.
Sifat dasar manusia menurut PSS adalah rasional yang dibentuk dari kekuatan dari luar diri
manusia. Kalangan ISS menolak pendakatan ini dan meyakini bahwa manusia adalah pelaku aktif
yang memahami, menciptakan, dan mengkonstruksi selalu tentang apa dan bagaimana masyarakat
harus berjalan. Pendapat ini semakin diperkuat dalam CSS, yang melihat bahwa manusia pada
hakekatnya adalah makhluk kreatif namun seringkali terperangkap oleh berbagai kesadaran palsu
(ilusi).
Bagian ini berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar mengenai landasan ilmu pengetahuan
yang harus dikembangkan untuk memahami manusia, yaitu bagaimana seorang peneliti harus
memahami dunia sosial dan mengkomunikasikannya sebagai pengetahuan kepada orang lain.
Implikasinya adalah apa saja bentuk-bentuk pengetahuan yang bisa didapat dan bagaimana memilah
apa yang dikatakan benar dan salah.
Khusus berkenaan dengan common sense, kalangan PSS dapat membedakan secara tegas
dengan ilmu sosial, dan menolak keberadaan common sense dalam ilmu sosial. Sebaliknya, ISS
menghargai common sense sebagai sesuatu yang riel berperan dalam dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini erat kaitannya dengan sikap terhadap nilai (value). Kalangan PSS secara tegas menyatakan
bahwa ilmu sosial haruslah bebas nilai, sedangkan ISS dan CSS melihat bahwa nilai yang dimiliki
seorang peneliti (posisi peneliti) merupakan hal yang penting untuk memahami realitas sosial. Secara
lebih tegas, dalam CSS dikatakan bahwa ilmu mestilah berawal dari ketegasan posisi nilai. Posisi nilai
yang dipegang seorang peneliti hanya dapat dikategorikan atas dua kemungkinan, yaitu ”benar” atau
”salah”.
Kita mulai dari cara melihat apa itu literatur, dimana dapat menemukan literatur, dan apa
saja isi dari literatur tersebut. Selanjutnya adalah mempelajari lebih jauh teknis dan
sistematika dari literatur itu sendiri, dan akhirnya kita dapat mereview sebuah literatur.
Ada enam tipe dalam melakukan review terhadap sebuah literature yaitu ada context
review, historical review, integrative review, methodological review, self study review, dan
theoretical review.
1. Context review adalah tipe yang biasa digunakan untuk me-review bagaimana
penulis mengaitkan literature tersebut kedalam sebuah studi ilmu yang spesifik
kepada sebuah pengetahuan yang lebih besar.
2. Historical review adalah cara review yang di gunakan untuk melihat penulis
mencari masalah pada jangka waktu tertentu. Itu dapat digabungkan dengan teori,
metodologi, dan model penelitian yang berdasarkan waktu.
3. Integrative review adalah cara yang umum dilakukan saat review untuk
memberikan penulis `untuk memberikan batasan pengetahuan kepada suatu topik.
Dan juga penulis juga dapat memberikan persetujuan dan tidak setuju terhadap itu.
6. Theoretical review adalah tipe dimana penulis menunjukkan beberapa teori atau
konsep yang terfokus kepada masalah-masalah yang ditulis di dalam literature
tersebut dan membandingkan dengan asumsi, konsistensi logika, dan juga
seberapa dalam penjelasan terkait hal tersebut.
– Menunjukkan bahwa penulis memahami area penelitian dan mengetahui isu-isu utama
penelitian, serta bahwa peneliti memiliki kompetensi, kemampuan, dan latar belakang yang
pas dengan penelitiannya.
– Mengintegrasikan dan menyimpulkan hal-hal yang diketahui dalam area penelitian
tersebut.
Penelitian Kualitatif
Konsep dalam metode kualitatif ini adalah dalam bentuk tema, motif,
generalisasi, dan taksonomi.
Data yang dalam bentuk kata-kata dan gambar dari dokumen, pengamatan dan
transkrip.
Analisis hasil mengekstrak tema atau generalisasi dari bukti dan pengorganisasian
data untuk menyajikan gambaran yang konsisten dan koheren.
Penelitian Kuantitatif