Anda di halaman 1dari 16

RESUME SOCIAL RESEARCH METHODS

(guna melengkapi tugas metodologi penelitian sosial)

Oleh:

Iksandi Eka Purwadi

150910301024

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2016
WHY DO RESEARCH

Metodologi berarti pemahaman yg terdiri dari seluruh proses penelitian, konteks


organisasi sosial, asumsi-asumsi filosofis, prinsip-prinsip etika, dan dampak politik
pengetahuan baru dari usaha penelitian. Metode mengacu pada kumpulan teknik tertentu kita
gunakan dalam penelitian untuk memilih kasus, mengukur dan mengamati kehidupan sosial,
mengumpulkan dan menyaring data, menganalisis data, dan membuat laporan hasil penelitian
sosial. Keduanya terkait erat dan saling ketergantungan.
Membaca dan melakukan penelitian sosial dapat menjadi proses penemuan di mana
kita belajar banyak hal-hal baru. Melakukan penelitian ilmu sosial membutuhkan ketekunan,
integritas pribadi, toleransi untuk ambiguitas, interaksi dengan orang lain, dan semangat
mengapresiasi pekerjaan. Dalam proses penelitian, kita menyatukan teori atau gagasan
dengan fakta-fakta dengan cara yang sistematis. Untuk melakukan penelitian, harus diatur
dan direncanakan. Kita perlu memilih metode penelitian yang tepat untuk pertanyaan
tertentu, memperlakukan objek penelitian dengan etika. Selain itu, kita perlu berkomunikasi
dengan orang lain bagaimana kita melakukan penelitian tentang apa yang kita pelajari.

1. ALTERNATIF ILMU PENELITIAN SOSIAL


Empat alternatif umum yang digunakan untuk penelitian ilmu sosial yang sering dipakai
untuk memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan:
a. Pengetahuan dari pengalaman pribadi dan akal sehat.
b. Para ahli dan otoritas.
c. Pesan populer dan media.
d. Keyakinan ideologis dan nilai-nilai.

2. HAL-HAL YANG DILIBATKAN DALAM PENELITIAN


a. Pendekatan Ilmiah
b. Literasi Ilmiah dan Innumeracy
Literasi ilmiah adalah kemampuan untuk memahami pengetahuan ilmiah; menerapkan
konsep ilmiah, prinsip, dan teori; menggunakan proses ilmiah untuk memecahkan masalah
dan membuat keputusan; dan berinteraksi dengan cara yang mencerminkan nilai-nilai ilmiah
inti (Laugksch, 2000: 76).
c. Komunitas Ilmiah
Komunitas ilmiah adalah lembaga sosial dari manusia, organisasi, dan peran sebagai
seperangkat norma, perilaku, dan sikap bahwa semua beroperasi bersama-sama. Ini bukan
komunitas geografis yang ada di satu lokasi fisik juga tidak semua orang tahu orang lain di
dalamnya, meskipun anggotanya sering berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.
Sebaliknya, itu adalah kumpulan para profesional terbuka yang berbagi pelatihan, prinsip-
prinsip etika, nilai-nilai, teknik, dan langkah-langkah dalam berkarir.

Nilai dan Norma Komunitas Ilmiah


1. Universalisme.
2. Dilakukan dengan skeptisisme.
3. Kenetralan.
4. Komunalisme.
5. Kejujuran.

3. MACAM-MACAM PENELITIAN SOSIAL


Beberapa penelitian ilmiah sosial melibatkan data kuantitatif, (Yaitu, data dalam bentuk
angka), tetapi penelitian lain menggunakan data kualitatif (yaitu, non-numerik) tanpa
statistik. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau mungkin kombinasi antara data
kuantitatif dan data kualitatif serta pendekatan terkait untuk melakukan penelitian ilmu sosial.
Kedua pendekatan menggunakan beberapa teknik penelitian (misalnya, survei, wawancara,
etnografi) untuk mengumpulkan dan menganalisis data empiris. Meskipun beberapa
perbedaan nyata antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, mereka tumpang tindih banyak.
Sayangnya, para pendukung satu pendekatan tidak selalu mengerti atau menghargai
pendekatan lainnya.
Pendekatan Kuantitatif melawan Kualitatif
KUANTITATIF KUALITATIF
Mengukur Fakta Objektif Membangun Realitas sosial dan Makna
Kultural
Fokus pada variabel Fokus pada proses interaktif
Keandalan Keaslian
Bebas Nilai (Objektif) Nilai terbuka (Subjektif)
Teori terpisah dengan data Teori dan data menyatu
Konteks Tetap dan Independen Situasional terbatas
Banyak Kasus, Subjek Sedikit Kasus, Subjek
Analisis Statistik Analisis Tematik
Peneliti terpisah Peneliti Terlibat
Sumber: Crewsell (1994), Denzin dan Lincoln (2003a), Guba dan Lincoln (1994),
Marvasti (2004), Mostyn (1985), dan Tashakkori dan Teddlie (1998).

4. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES PENELITIAN


a. Pendekatan kuantitatif untuk Penelitian Sosial:
a) Pilih Topik.
b) Fokus pertanyaan.
c) Desain penelitian.
d) Kumpulkan data.
e) Menganalisis data.
f) Menafsirkan data.
g) Menginformasikan orang lain.
b. Pendekatan kualitatif untuk Penelitian Sosial
a) Mengidentifikasi topik.
b) Menentukan langkah teoritis.
c) Desain penelitian.
d) Kumpulkan data.
e) Menganalisis data
f) Menafsirkan data.
g) Menginformasikan orang lain.

WHAT ARE THE MAJOR TYPES


Penelitian sosial datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. Kita dapat mengatur
penelitian dalam beberapa cara: eksperimental versus nonexperimental, studi kasus atau
kualitatif dan kuantitatif

 Kegunaan penelitian
Berdasarkan kegunaannya, penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, meliputi:
A.  Penelitian dasar (basic research)

Suatu penelitian disebut sebagai penelitian dasar (penelitian akademik atau


penelitian murni) jika penelitian tersebut berguna untuk memahami “fundamental nature”
dari suatu fenomena social atau menyediakan dasar pengetahuan dan pemahaman yang
dapat digeneralisir pada berbagai wilayah kebijakan, masalah, atau wilayah kajian. Focus
penelitian dasar adalah untuk menolak atau menerima teori-teori yang telah memberikan
penjelasan mengapa (why) suatu fenomena social terjadi, apa (what) yang menyebabkan
hal tersebut terjadi, mengapa hubungan social mengikuti cara tertentu, dan mengapa
masyarakat mengalami perubahan.

B. Penelitian terarapan (applied research)

Kegunaan penelitian terapan adalah pemanfaatan atau penerapan ilmu


pengetahuan pada isu-isu praktis tertentu, seperti untuk menjawab persoalan kebijakan
atau social problem solving. Pada penelitian terapan penggunaan teori kurang
dipentingkan dibandingkan dengan pencarian solusi untuk masalah yang akan ditangani.
Pada umumnya, penelitian terapan adalah jenis penelitian deskriptif.

Beberapa jenis penelitian terapan, antara lain:  action research, social impact
assesment, danevaluation research.

1) Action Research

Adalah penelitian terapan yang memperlakukan pengetahuan sebagai


kekuatan dan menghapus garis pemisah antara penelitian dan tindakan sosial.
Banyak jenis dari penelitian tindakan, namun demikian ada beberapa
karakteristik yang berlaku umum, meliputi: 1) mereka yang dipelajari
berpartisipasi dalam proses penelitian; 2) penelitian berkaitan dengan
pengetahuan yang umum atau sudah populer; 3) fokus penelitian adalah pada
kekuatan (power) dengan tujuan penguatan (empowerment); 4) arah penelitian
adalah untuk menumbuhkan kesadaran atau meningkatkan keperdulian; dan 5)
penelitian terkait secara langsung dengan tindakan politik.

2) Social Impact Assessment

Merupakan bagian dari Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang


seringkali diperlukan untuk menaksir dampak social yang akan timbul atau
menganalisis dampak social yang terjadi karena adanya suatu proyek atau
penerapan suatu kebijakan tertentu.

3)  Evaluation Research

Penelitian jenis ini biasanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan


“apakah kebijakan/program ini bekerja sebagaimana seharusnya?”. Smith and
Glass (1987: 31) mendefinisikan penelitian evaluasi sebagai “the process of
establishing value judgments based on evidence”.

Evaluation research mengukur efektivitas dari suatu kebijakan,


program atau cara melakukan sesuatu. Penelitian ini dapat berbentuk
deskriptif, eksploratif, maupun eksplanatif. Namun demikian, pada umumnya
adalah deskriptif. Jenis penelitian ini
meliputi formative dan summative.Formative evaluation dilaksanakan
berbarengan dengan monitoring (built-in monitoring). Sedangkan Summative
evaluation dilaksanakan setelah kegaitan selesai dan ditujukan untuk
mengetahui hasil dari penerapan kebijakan tersebut.

 Tujuan penelitian
Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dibedakan kedalam tiga jenis, meliputi:
A. Penelitian Eksploratif

Yaitu penelitian yang dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik
atau isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan.
Tujuan penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang lebih akurat
yang akan dijawab dalam penelitian lanjutan atau penelitian kemudian. Peneliti biasanya
menggunakan penelitian eksplorasi ini untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup
dalam penyusunan desain dan pelaksanaan kajian lanjutan yang lebih sistematis.

Penelitian eksploratory pada umumnya dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan


”Apa (what)” (Apa sesungguhnya fenomena sosial tersebut?). Pada penelitian ini
seringkali menggunakan data-data kualitatif.

B. Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif menghadirkan gambaran tentang situasi atau fenomena sosial


secara detil. Dalam penelitian ini, peneliti memulai penelitian dengan desain penelitian
yang terumuskan secara baik yang ditujukan untuk mendeskripsikan sesuatu secara jelas.
Penelitian deskriptif biasanya berfokus pada pertanyaan ”bagaimana (how)” dan ”siapa
(who)” (Bagaimana fenomena tersebut terjadi? Siapa yang terlibat didalamnya?)

C. Penelitian Eksplanatif

Tujuan penelitian eksplanatif adalah untuk memberikan penjelasan mengapa sesuatu


terjadi atau menjawab pertanyaan ”mengapa (why)”.

 Waktu dalam penelitian


A.  Cross-Sectional

Penelitian jenis ini menggunakan pendekatan snapshot atau observasi dilakukan pada


satu waktu tertentu.

B. Longitudinal research

Longitudinal research dilaksanakan dalam waktu yang relative lama atau observasi


dilaksanakan lebih dari sekali. Penelitian ini meliputi time series research, panel
study, dan Cohort analysis.
1) Time series research,

Dalam penelitian ini, tipe data dan informasi yang sama dikumpulkan dari
kelompok orang atau unit dalam beberapa periode waktu.

2)  Panel study,

Penelitian ini lebih susah dilaksanakan dari pada penelitian time series. Dalam
panel study, peneliti benar-benar melakukan observasi terhadap orang, group, atau
organisasi yang sama dalam beberapa periode waktu.

3) Cohort analysis.

Penelitian ini mirip dengan Panle study tetapi lebih menitikberatkan pada
pengamatan terhadap katagori orang-orang yang berbagi pengalaman hidup yang
sama dalam suatu peride waktu tertentu. Dengan demikian, focus cohort adalah
katagori, bukan indifidual. Pada umumnya penggunaan cohort meliputi seluruh orang
yang terlahir dalam tahun yang sama (disebut birth cohorts), seluruh orang yang
pension dalam renatng waktu satu atau dua tahun, dan seluruh orang yang lulus pada
tahun yang sama.

 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat dibedakan atas data kuantitatif yang berupa angka-angka dan
data kualitatif yang berujud kata-kata ataupun gambar-gambar. Data-data kuantitatif
pada umumnya dikumpulkan melalui beberapa teknik berikut:

A. Experiment

Penelitian ini mengikuti prosedur dan kaidah sebagaimana penelitian dalam ilmu
alam. Pada ilmusocial, experiment dilaksanakan di laboratorium maupun di kehidupan
nyata. Biasanya, penelitian ini hanya melibatkan sedikit orang yang diamati dan dikaji
untuk menjawab pertanyaan yang terumuskan secara baik.

Dalam sebagian besar experiment, peneliti membagi orang-orang yang diteliti dalam
dua kelompok atau lebih. Kemudian, kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan yang
sama, kecuali bahwa salah satu kelompok tersebut mendapatkan perlakuan khusus
sebagai sesuatu yang akan diamati. Selanjutnya peneliti mengukur perubahan atau reaksi
yang terjadi pada kedua kelompok tersebut. Dengan mengontrol lingkungan kedua
kelompok dan perlakuan tertentu pada satu kelompok, peneliti dapat menyimpulkan
hubungan antara perubahan perilaku dan perlakuan tersebut.

B. Surveys

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
atau melakukan wawancara dengan sejumlah sample penelitian. Data yang dikumpulkan,
selanjutnya oleh peneliti diringkas dalam bentuk persentase, tabel atau grafik. Hasil
survey, meskipun diperoleh dari sejumlah sample, namun demikian dapat
digeneralisasikan untuk populasi penelitian. Survey ini biasanya dilakukan untuk
penelitian deskriptif dan explanatory.

C. Content analysis

Adalah teknik untuk menjelaskan informasi, atau isi dalam materi yang tertulis
ataupun berwujud symbol (gambar, film, lirik lagu). Dalam teknik ini, pertama kali,
peneliti mengidentifikasi tubuh dari materi (body of material) untuk dianalisis (buku,
majalah, film). Dan kemudian menciptakan system untuk merekam aspek-aspek khusus
dari materi tersebut. Sistem dapat juga mencakup perhitungan berapa sering kata-kata
tertentu disebutkan dalam material tersebut. Akhirnya, peneliti merekam apa yang sudah
ditemukan dalam material. Peneliti sering kali mengukur informasi dalam teknik ini
dalam bentuk bilangan dan menampilakanya dalam tabel atau grafik.

D. Existing statistic

Dalam teknik ini, peneliti pertama-tama memilih sumber-sumber data yang sudah
terkumpul, dan seringkali dalam bentuk laporan pemerintah atau hasil-hasil penelitian.
Peneliti kemudian mengorganisir kembali atau mengkombinasikan berbagai informasi
dengan cara yang baru untuk mengarah kepada pertanyaan penelitian.

Pada data kualitatif:

A. Field research

Field research dimulai dengan perumusan gagasan atau topic yang dapat berubah.
Selanjutnya peneliti memilih kelompok social atau lokasi untuk diteliti. Setelah peneliti
mendapatkan akses terhadap kelompok atau lokasi tersebut segera ia mengadopsi setting
peran sosail dan melakukan penelitian.peneliti melakukan observasi dan berinteraksi
dalam lingkungan social tersebut dalam waktu yang dapat saja hanya beberapa bulan
tetapi dapat juga dalam waktu yang cukup lama. Individu yang diwawncarai biasanya
sudah dikenal betul oleh peneliti.

Data-data yang dicatat dalam penelitian ini sangat detil, karena informasi-informasi
penting dicatat dari hari demi hari. Selama proses pengamatan ini, peneliti selalu
mempertimbangkan apa yang sedang ia teliti dan selalu mempertajam signifikansi focus
dari topic atau gagasan yang dibawa dalam penelitian. Tahap akhir dari penelitian ini
adalah ketika peneliti telah meninggalkan lokasi penelitian, ia kemudian membaca ulang
semua tulisan dan menyusun laporan. Field research biasanya digunakan untuk penelitian
eksploratif dan deskriptif, sangat jarang untuk penelitian eksplanatif.

B. Historical-comparative research

Penelitian ini menjelaskan aspek-aspek kehidupan di masa yang telah lalu atau
melampaui berbagai budaya yang berbeda.
THE MEANING OF METHODOLOGY SOCIAL

Ada tiga pendekatan yang selama ini digunakan dalam ilmu sosial, yaitu positivist social
science (PSS), interpretive social science (ISS), dan critical social science (CSS). Selai itu ia juga ada
dua pendekatan yang relatif baru dan masih berkembang, yaitu pendekatan feminist dan posmodern.

Tiga Pendekatan dalam Ilmu Sosial


(1) Pendekatan positivis

Positivist social science atau ilmu pengetahuan sosial positivis digunakan secara luas.
Positivisme secara singkat didefinisikan sebagai pendekatan dari ilmu-ilmu alam (natural sciences).
Penganut pendekatan positivisme menyatakan metode ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan
alam memiliki prinsip dan logika umum yang sama serta pengkajiannya dilakukan dengan metode
yang sama. Positivisme diasosiasikan dengan berbagai teori sosial diantaranya dengan teori struktural-
fungsional, pilihan rasional, dan dasar teori pertukaran. Peneliti penganut positivisme lebih memilih
data kuantitatif dan sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik dalam melakukan
penelitian. Mereka lebih memilih penelitian “objektif”, ukurannya tepat, serta teliti.

Dalam positivisme, peneliti diharuskan bebas nilai, menganalisa penelitian hanya berdasarkan
pada respon dari responden tanpa dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti. Sebagian besar penelitan yang
dilakukan oleh kriminolog, pengamat pasar, penganalisis kebijakan, pengevaluasi program,
perencana, dan pengelola administrasi menggunakan pendekatan positivisme. Tujuan penelitian sosial
positivis adalah untuk mendapatkan penjelasan secara ilmiah mengenai realitas sosial. Alasan lain
yang penting adalah untuk mempelajari mengenai bagaimana dunia bekerja sehingga orang-orang
dapa mengontrol dan memprediksi suatu kejadian. Menurut positivis, peneliti perlu melakukan
penelitian ilmiah sosial untuk mengembangkan prinsip dan model abstrak mengenai dunia sosial yang
dapat diuji melalui pengumpulan data secara teliti.

Positivis melihat dengan jelas perbedaan antara ilmiah dan bukan ilmiah. Positivis melihat
kebenaran dengan cara yang ilmiah dan hal itu merupakan cara yang terbaik. Penjelasan ilmiah
positivis bersifat nomothetic. Bentuk penjelasan yang diberikan oleh positivis berupa sebab-akibat.
Positivis percaya pada akhirnya hukum dan teori dari ilmu sosial dapat dinyatakan dalam sistem
simbol formal, seperti matematika dan ilmu pasti lainnya.

(2) Pendekatan Interpretatif

Pendekatan interpretive dalam ilmu pengetahuan sosial sering diasosiasikan dengan


interaksionisme simbolik. Pendekatan ini seringkali disebut metode penelitian kualitatif. Jenis-jenis
dari ISS diantaranya adalah, hermeneutics, constructionism, ethnomethodology, cognitive, idealist,
phenomenological, subjectivist, dan sosiologi kualitatif. Metode yang dapat digunakan pada penelitian
dengan pendekatan interpretive adalah observasi dan penelitian di lapangan (field research), analisa
transkrip dari hasil perbincangan atau interview, mempelajari rekaman tingkah laku secara mendetail,
melihat komunikasi non verbal. Metode tersebut digunakan untuk memahami detail interaksi sasaran
penelitian.

Tujuan dilakukannya penelitian dengan pendekatan ISS adalah untuk memahami kehidupan
sosial yang ada dan menemukan bagaimana orang – orang menanggapinya secara natural dengan
mencoba melihat melalui pandangan orang-orang yang diteliti tentang kehidupan sosialnya. Selain itu
juga untuk mengetahui kaitan dari kehidupan sosial yang ada dengan budaya yang hidup di dalamnya.
Pendekatan ISS melihat bahwa kehidupan sosial itu didasarkan pada interaksi sosial dan sistem makna
yang telah terkonstruksi dalam masyarkat sesuai dengan interpretasi masing-masing masyarakat atas
kejadian dan realitas sosialnya.

Menurut pendekatan interpretive, common sense merupakan sumber informasi yang vital
untuk memahami pandangan orang-orang karena dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan
common sense untuk memahami dunia dan berinteraksi rutin. Menurut ISS, manusia akan sulit hidup
jika hanya berpikir secara ilmiah. Common sense juga disebut sebagai natural attitude. Dalam
menentukan benar atau salah suatu informasi, dalam ISS dilakukan penelitian yang mendalam dengan
mempertimbangkan dan menghubungkan sudut pandang berbagai orang. Informasi dalam penelitain
interpretive lebih bersifat tersirat dalam latar sosial objek yang diteliti sehingga dapat terjadi ambigu.
Unuk menghindarinya, peneliti menggunakan metode bracketing untuk mengesampingkan asumsi
taken-for-granted dalam adegan sosial dan mencoba mengkaji ulang kegiatan normal yang memiliki
arti “jelas”. Penelitian dengan pendekatan interpretive menggunakan pendekatan ideographic dan
induktif. Penelitian dengan ISS, menghasilkan laporan penelitian yang berebeda dengan pendekatan
positivis. Bentuknya seperti cerita, dimana saat pembaca membacanya dapat merasakan realitas sosial
dari sasaran penelitian dalam laporan.

(3) Pendekatan Kritis

Critical social science (CSS) merupakan penengah dari pendekatan interpretive dan
positivisme, menggunakan pendekatan nomothetic dan ideographic. Tetapi CSS setuju dengan kritik
yang ditujukan pada ISS dan positivisme. Sehingga, CSS mencoba mengambil kelebihan-kelebihan
pendekatan ISS dan positivisme untuk metode penelitiannya. Pendekatan CSS sering disebut juga
dialectical materialism, class analysis, dan structuralism. Penelitan dengan pendekatan CSS ditujukan
untuk mengubah dunia dengan mengkritisi dan mengubah hubungan sosial dengan cara mengungkap
sumber utama dari hubungan sosial dan memberdayakan masyarakat. Peneliti CSS berorientasi pada
kegiatan (action oriented).

CSS mencoba memecahkan mitos, kebenaran tersembunyi, dan membantu orang untuk
mengubah dunia untuk mereka sendiri. CSS melihat realita sosial dari sudut pandang pihak ketiga dan
melihat realita sosial sebagai hal yang dinamis. Peneliti kritis menelaah sejarah masyarakat sasaran
untuk dibandingkan dengan masyarakat lain dalam mencari solusi alternatif dalam menata kehidupan
masyarakat sasaran. Peneliti kritis berusaha memberi pertanyaan menggunakan teori dan orientasi
sejarah yang jelas untuk menjelaskan realitas sosial yang tersembunyi. Pendakatan CSS berpendapat
bahwa peneliti sosial perlu belajar pikiran yang subjektif dan common sense karena kedua hal tersebut
membentuk perilaku yang menjadi kseharian manusia. Common sense dilihat sebagai pengungkap
kemunculan struktur yang sulit dijelaskan dalam masyarakat. Peneliti CSS juga perlu menggunakan
teori yang sesuai untuk mengamati konflik, interkoneksi, dan melihat dan memprediksi perubahan di
masa depan.

CSS tidak terlalu fokus pada hukum yang tetap, karena menganggap pada masa depan hukum
akan berubah sesuai perilaku manusia. Pendekatan kritis mencoba mengurangi kesenjagan di antara
objek dan subjek. Hal itu memperlihatkan bahwa fakta kondisi material ada, tetapi fakta itu bukan
teori netral. Karena fakta yang ada disuatu kelompok belum tentu sama. Sehingga, dalam memahami
fakta informasi membutuhkan pemahaman terhadap kerangka nilai, teori dan makna. Pendekatan CSS
berorientasi aktivis. Penelitian sosial merupakan aktivitas moral politik yang membutuhkan komitmen
penelitian pada posisi nilai. Pendekatan kritis menyatakan bahwa hanya ada sedikit pandangan yang
benar. Bagi CSS, menjadi objektif bukan menganut bebas nilai. Objektif bagi CSS berarti penelitian
tidak disimpangkan dan menggambarkan realitas yang ada. CSS menganggap pengetahuan
(knowledge) merupakan kekuatan dan pandangan yang digunakan peneliti CSS dalam penelitian
merupakan pandangan yang sudah menjadi teknis, bukan diciptakan oleh peneliti sendiri.

FEMINIST AND POSTMODERN RESEARCH

Terdapat pendekatan tambahan dalam penelitian yang masih berkembang dan belum banyak
diketahui dibanding ketiga pendekatan sebelumnya. Diantaranya yaitu pendekatan feminsme dan
postmodern. Keduanya mengkritik ketiga pendekatan positivisme, ISS, dan CSS. Penelitian dengan
pendekatan feminisme dilakukan oleh mayoritas para perempuan yang memegang identitas diri
feminis dan sadar akan sudut pandang feminis. Metodologi feminis mencoba memberi suara kepada
perempuan dan mengkoreksi sudut pandang yang terorientasi pada laki-laki yang mendominasi
perkembangan ilmu sosial. Penganut feminisme melihat perempuan lebih menekankan pada akmodasi
dan ikatan manusia yang secara bertahap berkembang dan melihat dunia sosial sebagai jaring
hubungan manusia yang dihubungkan dengan perasaan saling percaya dan saling memiliki kewajiban
masing-masing. Perempuan cenderung subjektif, empati, berorientasi pada proses, dan menekankan
sisi inklusif kehidupan sosial.

Peneliti feminisme berorientasi pada tindakan, mencoba mengembangkan nilai-nilai feminis,


cenderung tidak objektif, dan lebih terlepas. Metode yang digunakan peneliti dengan pendekatan
feminisme biasanya kualitatif dan studi kasus. Penelitian dengan pendekatan postmodern merupakan
bagian dari pemahaman yang berevolusi mengenai dunia kontemporer yang meliputi seni, musik,
literatur, dan kritik kebudayaan.

Penelitian dengan pendekatan postmodern melihat tidak adanya perbedaan antara seni atau
humanities dengan ilmu sosial. Penelitian postmodern mencoba membngkar ilmu sosial. Pendekatan
postmodern tidak mempercayai observasi yang dilakukan sistematis empiris, dan meragukan
pengetahuan dapat digeneralisasikan atau diakumulasikan dari waktu ke waktu. Pendekatan ini
melihat ilmu pengetahuan memiliki bentuk yang beragam dan unik sesuai dengan masyarakat atau
kelompok lokal tertentu.

Postmodernist menoloak menggunakan ilmu pengetahuan untuk memprediksi dan


memutuskan kebijakan. Hasil laporan penelitian dari penelitian dengan pendekatan postmodern lebih
bergaya teateritikal, ekspresif, atau dramtis, dapat dalam bentuk film, fiksi, karya musikal, atau
drama. Tujuannya adalah untuk menstimulasi penyimak, membangkitkan respon, meningkatkan rasa
penasaran, sekaligus memberikan hiburan. Para postmodernist menganggap bahwa pengetahuan
mengenai kehidupan sosial yang dihasilkan dari penelitian peneliti lebih efektif dikomunikasikan
melalui cara-cara tersebut dibandingkan melalui jurnal atau artikel.

Asumsi tentang Realitas Sosial

Tidak sebagaimana pada imu alam, ilmu sosial menghadapi pertanyaan dasar apakah yang
dimaksud dengan realitas sosial. Timbul dua dikotomi pendapat menganai ini, bahwa relaitas dapat
berupa keadaan yang obyektif atau sebagai keadaan yang subyektif. Pendekatan positivis (PSS)
menganggap realitas berada di luar diri peneliti, dalam kondisi yang relatif stabil dan tertata.
Sebaliknya pendekatan interpretatif (ISS) melihat bahwa realitas tersebut hanya merupakan situasi
yang diciptakan dari interaksi antar manusia, dan pendekatan kritis (CSS) melihat bahwa realitas
sosial selalu dalam kondisi berkonflik yang diakibatkan oleh struktur yang tak mudah dilihat.
Sifat dasar manusia menurut PSS adalah rasional yang dibentuk dari kekuatan dari luar diri
manusia. Kalangan ISS menolak pendakatan ini dan meyakini bahwa manusia adalah pelaku aktif
yang memahami, menciptakan, dan mengkonstruksi selalu tentang apa dan bagaimana masyarakat
harus berjalan. Pendapat ini semakin diperkuat dalam CSS, yang melihat bahwa manusia pada
hakekatnya adalah makhluk kreatif namun seringkali terperangkap oleh berbagai kesadaran palsu
(ilusi).

Asumsi tentang Keilmuan yang Dikembangkan untuk Memahami Realitas Sosial

Bagian ini berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar mengenai landasan ilmu pengetahuan
yang harus dikembangkan untuk memahami manusia, yaitu bagaimana seorang peneliti harus
memahami dunia sosial dan mengkomunikasikannya sebagai pengetahuan kepada orang lain.
Implikasinya adalah apa saja bentuk-bentuk pengetahuan yang bisa didapat dan bagaimana memilah
apa yang dikatakan benar dan salah.

Menurut pemahaman PSS, sebagaimana dalam ilmu alam, digunakan pandangan


deterministik mengenai sifat manusia. Karena itu, penelitian yang dilakukan adalah untuk
mengungkap apa hukum-hukum kausalitas yang berperan dalam satu masyarakat. Hal ini berbeda
dengan ISS yang berupaya memahami dan menjelaskan makna dari aksi sosial, sedangkan pendekatan
CSS berupaya menghilangkan berbagai mitos dan berupaya menggerakkan masyarakat untuk berubah
secara radikal. Kalangan ISS dan CSS meyakini bahwa realitas sosial yang sesungguhnya bukanlah
kenyataan visual yang dapat dilihat oleh indera, tetapi pada “ruh” yang hidup di belakangnya.

Khusus berkenaan dengan common sense, kalangan PSS dapat membedakan secara tegas
dengan ilmu sosial, dan menolak keberadaan common sense dalam ilmu sosial. Sebaliknya, ISS
menghargai common sense sebagai sesuatu yang riel berperan dalam dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini erat kaitannya dengan sikap terhadap nilai (value). Kalangan PSS secara tegas menyatakan
bahwa ilmu sosial haruslah bebas nilai, sedangkan ISS dan CSS melihat bahwa nilai yang dimiliki
seorang peneliti (posisi peneliti) merupakan hal yang penting untuk memahami realitas sosial. Secara
lebih tegas, dalam CSS dikatakan bahwa ilmu mestilah berawal dari ketegasan posisi nilai. Posisi nilai
yang dipegang seorang peneliti hanya dapat dikategorikan atas dua kemungkinan, yaitu ”benar” atau
”salah”.

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti yang menggunakan pendekatan positivis


berupaya menemukan ketepatan variabel-variabel yang ditelitinya, serta metode yang jelas
sedemikian rupa sehingga peneliti lain dapat mengulanginya jika perlu. Sebaliknya, pada penelitian
dengan pendekatan interpretatif, bukti-bukti penelitian melekat dalam konteks masyarakat yang
diteliti. Peneliti haruslah berupaya memahami (verstehen) apa yang terjadi dan menilainya menurut
cara pandang masyarakat yang diteliti.

Seorang peneliti dengan pendekatan positivis berupaya melakukan deduksi dengan


berpedoman pada hipotesis-hipotesis. Peneliti positivis telah siap dengan rencana penelitiannya jauh
sebelum ia mendatangi objeknya. Hal ini tidak berlaku bagi kalangan interpretatif, karena peneliti
harus memulai dengan melakukan observasi awal secara langsung di lapangan sehingga paham apa
masalah utama masyarakat yang akan ditelitinya. Fokus penelitiannya sangat tergantung dari
observasi awal ini. Beda lagi dengan peneliti dengan pendekatan kritis, karena ia harus memulai
dengan mempelajari sejarah dan kondisi masyarakat dalam rentang yang lebih luas (makro). Peneliti
kritis berupaya mengungkap berbagai ketimpangan dan ketidakadilan menurut ukuran-ukuran
moralitas.
How to Review the Literature and Conduct Ethical Studies

Kita mulai dari cara melihat apa itu literatur, dimana dapat menemukan literatur, dan apa
saja isi dari literatur tersebut. Selanjutnya adalah mempelajari lebih jauh teknis dan
sistematika dari literatur itu sendiri, dan akhirnya kita dapat mereview sebuah literatur.

Ada enam tipe dalam melakukan review terhadap sebuah literature yaitu ada context
review, historical review, integrative review, methodological review, self study review, dan
theoretical review.

1. Context review adalah tipe yang biasa digunakan untuk me-review bagaimana
penulis mengaitkan literature tersebut kedalam sebuah studi ilmu yang spesifik
kepada sebuah pengetahuan yang lebih besar.

2. Historical review adalah cara review yang di gunakan untuk melihat penulis
mencari masalah pada jangka waktu tertentu. Itu dapat digabungkan dengan teori,
metodologi, dan model penelitian yang berdasarkan waktu.

3. Integrative review adalah cara yang umum dilakukan saat review untuk
memberikan penulis `untuk memberikan batasan pengetahuan kepada suatu topik.
Dan juga penulis juga dapat memberikan persetujuan dan tidak setuju terhadap itu.

4. Methodological review tipe dimana penulis harus membandingkan dan


mengevaluasi relativitas kekuatan metodologi yang digunakan dan menunjukkan
perbedaan hasilnya jika dilakukan dengan metodologi yang berbeda.

5. Self-study review adalah tipe dimana penulis mendemonstrasikan kesamaannya


dengan objek yang ia tuliskan di dalam literature.

6. Theoretical review adalah tipe dimana penulis menunjukkan beberapa teori atau
konsep yang terfokus kepada masalah-masalah yang ditulis di dalam literature
tersebut dan membandingkan dengan asumsi, konsistensi logika, dan juga
seberapa dalam penjelasan terkait hal tersebut.

Tujuan dlakukannya review adalah untuk:

1.  Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik/bidang penelitian


2.  Menjelaskan definisi, kata kunci dan terminology

3.  Menentukan studi, model, studi kasus yang mendukung topik

4.  Menentukan lingkup penelitian

–     Menunjukkan bahwa penulis memahami area penelitian dan mengetahui isu-isu utama
penelitian, serta bahwa peneliti memiliki kompetensi, kemampuan, dan latar belakang yang
pas dengan penelitiannya.

–     Menunjukkan kesinambungan dengan penelitian terdahulu dan bagaimana kaitannya


dengan penelitian saat ini.

–     Mengintegrasikan dan menyimpulkan hal-hal yang diketahui dalam area penelitian
tersebut.

–     Belajar dari orang lain dan menstimulasi ide-ide baru.

Strategies of Research Design


Pada bab ini berfokus tentang masalah-masalah yang terlibat dalam mendesain sebuah
penelitian dan mengembangkan strategi untuk menuntun kita selama proses penelitian.
Strategi kita dalam merancang dan melakukan penelitian akan bervariasi bergantung pada
apakah itu penelitian secara kuantitatif atau kualitatif. Kita perlu merencanakan sebuah studi
kuantitatif secara rinci sebelum Anda kumpulkan atau menganalisis data. Kita mungkin
bertanya bagaimana terbaik Anda dapat membuat desain yang logis ketat yang menentukan
dan mengukur semua variabel tepatnya, pilih sampel perwakilan, mengumpulkan data, dan
melakukan analisis statistic untuk penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif, Anda mencoba
untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam berbagai data sementara menjadi sangat waspada
terhadap wawasan-wawasan baru sepanjang proses pengumpulan data. kita mungkin bertanya
bagaimana cara terbaik dapat mengambil kekayaan, tekstur, dan perasaan kehidupan sosial
yang dinamis. Tentu saja, Anda dapat mencampur fitur studi kuantitatif dan kualitatif untuk
membangun berdasar kekuatan mereka saling melengkapi. Pencampuran pendekatan
memiliki keuntungan tetapi menambah kompleksitas dan lebih memakan waktu.

Untuk mengkaji teori kita dapat menggunakan triangulasi teori memerlukan


menggunakan perspektif teoritik untuk rencana belajar atau menafsirkan data. Perspektif
teoritis masing-masing memiliki asumsi dan konsep. Mereka berfungsi sebagai lensa di mana
lensa itu untuk melihat fenomena di dunia sosial. Sebagai contoh, studi tentang hubungan
kerja di bank dapat menggunakan teori konflik dengan penekanan pada kekuatan perbedaan
dan ketidaksetaraan. Triangulasi teori adalah campuran kualitatif dan pendekatan Penelitian
kuantitatif dan data. Kebanyakan peneliti mengembangkan keahlian dalam satu pendekatan,
tetapi pendekatan campuran ini yang memiliki kekuatan yang lebih bagus dan saling
melengkapi.

Tetapi baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif memiliki cirinya masing-masing.


Mungkin yang kita tahu hanyalah kuantitatif itu penelitian menggunakan angka, sedangkan
kualitatif menggunakan kata-kata. Sebenarnya ada banyak perbedaan diantara dua model
penelitian ini antara lain:

Penelitian Kualitatif

 Untuk penelitian kualitatif menangkap dan menemukan arti setelah mereka


menjadi satu dengan data.

 Konsep dalam metode kualitatif ini adalah dalam bentuk tema, motif,
generalisasi, dan taksonomi. 

 Dalam melakukan penelitian kualitaitf langkah-langkah yang dibuat secara ad


hoc dan sering dibuat khusus untuk pengaturan individu atau peneliti. 

 Data yang dalam bentuk kata-kata dan gambar dari dokumen, pengamatan dan
transkrip. 

 Teori dapat kausal atau non-kausal dan sering induktif.


 Prosedur penelitian tertentu, dan replikasi sangat jarang.

 Analisis hasil mengekstrak tema atau generalisasi dari bukti dan pengorganisasian
data untuk menyajikan gambaran yang konsisten dan koheren.
Penelitian Kuantitatif

 Peneliti menguji hipotesis yang dinyatakan pada permulaan.

 Konsep ini adalah dalam bentuk variabel yang berbeda.

 Langkah-langkah sistematis dibuat sebelum pengumpulan data dan standar.

 Data yang berupa nomor dari pengukuran secara tepat.

 Teori sebagian besar kausal dan deduktif.

 Prosedur standar, dan replikasi sering.


 Analisis hasil penelitian dengan menggunakan statistik, tabel, atau grafik dan
membahas bagaimana dan apa yang menunjukkan hubungan dengan hipotesis yang
sudah kita buat sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai