Aspek Hukum Perbankan Syariah Dan Implementasinya Di Indonesia
Aspek Hukum Perbankan Syariah Dan Implementasinya Di Indonesia
DI INDONESIA
H. M. Ali Mansyur
Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Abstract
Legal Aspects of Sharia Banking Legislation, Law Number 21 of 2008, in terms of judicial philosophy
and Sociological basically a sense of Justice has addressed the needs of the Islamic Ummah as a
consequence of legal pluralism live and grow in the dynamics of Indonesian society. While from the
juridical formalistic approach through the legal umbrella Act No.3 of 2006 and Act No. 4 of 2004 its
implementation requires a judge in creating and upholding justice, should know and understand the
aspirations and values of living in society and orientation, which should put forward justice
together with the orientation of legal certainty and expediency.
Abstrak
Aspek Hukum Undang-undang Perbankan Syariah UU No. 21 Tahun 2008, dilihat dari sisi filosofi
yuridis dan Sosiologis pada dasarnya telah menjawab kebutuhan rasa Keadilan Ummat Islam sebagai
konsekuensi fluralisme hukum yang hidup dan tumbuh dalam dinamika masyarakat Indonesia.
Sedangkan dari pendekatan yuridis formalistik melalui payung hukum UU No.3 tahun 2006 dan UU
No.4 tahun 2004 implementasinya menuntut hakim dalam mewujudkan dan menegakkan keadilan,
hendaknya mengetahui dan memahami aspirasi serta nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan
orientasi, keadilanlah yang harus dikedepankan bersama-sama dengan orientasi kepastian hukum dan
kemanfaatan.
hidup manusia dalam 2 (dua) dimensi hidup Perbankan yang merupakan salah satu
secara seimbang (Islam is be dimensional) an- pilar ekonomi merupakan perwujudan dari nilai
tara aspek dunia dan akhirat, lahir dan batin. Islam terutama pada wilayah “muamalah-sya-
Pengaturan dari masing-masing dimensi ter- riah al Umumiyyah”, dimana persoalan ekono-
sebut untuk mengantarkan pada tujuan (finnal mi berada pada ranah publik, manusia diberi-
arrow) harus didukung ilmu (science), usaha kan kebebasan untuk menyusun konsep, meng-
(movement) dan Iman (faith). Dalam kaitan atur dan menjalankan sendiri sepanjang tidak
dengan persoalan ekonomi, tentu perangkat bertentangan dengan ketentuan syariat Islam.
alat dan metode yang harus dimiliki adalah Rasul bersabda “Antum a’lamu bi ummurid-
ilmu ekonomi, mekanisme berekonomi dan tu- dunyakum” (kamu lebih mengetahui urusan
juan usaha tersebut. duniamu). Firman Allah SWT: “Sesungguhnya
Lembaga perbankan merupakan inti dari usaha manusia itu macam-macam” (QS. Al-Lail:
sistem keuangan di setiap negara, karena bank 595).
merupakan rujukan setiap orang, badan usaha, Berdasarkan ketentuan tersebut di atas,
baik swasta maupun milik negara/pemerintah, apabila dalam kehidupan ini lahir berbagai kon-
untuk melakukan transaksi baik dalam bentuk
penyimpanan uang, hutang piutang, serta jasa- 1
Suwandi, “Pembangunan Hukum Perbankan Syariah di
Indonesia, Jurnal Hukum Islam El Qisth Vol. 3 No. 2,
Maret 2007, hlm. 211
6868 Jurnal Dinamika Hukum Aspek Hukum Perbankan Syariah dan Implementasinya di Indonesia
Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011 6868
sep/ideologi ekonomi tentu ini merupakan anti- Namun kenyataannya sebagian besar
tesanya, diantaranya ekonomi kapitalis, ekono- penduduk Indonesia yang beragama Islam lebih
mi sosialis, ekonomi koperasi dan ekonomi condong menginvestasikan hartanya ke bank
Islam (ekonomi syariah), walaupun diantara konvensional (belum ke bank syariah), dikare-
berbagai sistem-sistem tersebut tidak semua nakan adanya asumsi bank konvensional lebih
mendapatkan ridho Allah SWT, jika implikasi- aman dan mudah dalam melakukan transaksi
2
nya bertentangan dengan ketentuan Syariah . dibanding bank syariah (anggapan umum). Me-
Berangkat dari kenyataan tersebut, seja- nyikapi kenyataan yang ada tersebut perlu
rah telah membuktikan bahwa sistem ekonomi diadakan langkah-langkah preventif maupun
Islam tahan banting menghadapi goncangan kuratif untuk mengemba-likan kemuliaan misi
ganasnya zaman. Sementara sistem konvensio- bank syariah, meskipun disana-sini masih ada
nal/kapitalis/sosialis mudah jatuh bangun ter- kekurangannya.
himpit oleh badai krisis yang berkepanjangan Perkembangan bisnis syariah di Indonesia
dan silih berganti. Namun demikian, di Indo- tidak terlepas dari perkembangan bisnis syariah
nesia sistem ekonomi Islam (perbankan Islam) pada masyarakat negara-negara Islam di dunia.
secara jujur belum menjadi primadona di ka- Tentu kenyataan tersebut berpengaruh ter-
langan umat sendiri. hadap hiruk-pikuk perbankan syariah. Prinsip-
Indonesia sejak tahun 1992 telah mulai prinsip dasar ekonomi syariah yang selama ini
berdiri perbankan syariah yang dipelopori BMI kita kenal melalui bank syariah adalah nilai-
(Bank Muamalat Indonesia), selanjutnya ber- nilai etika dan norma ekonomi yang universal
kembang dengan pesat tahun 2009 telah berdiri 4
dan komprehensif. Keuniversalan itu sengaja
1440 kantor Bank Syariah, belum termasuk diberikan pada umat untuk memberikan kesem-
bank konvensional yang membuka unit usaha patan agar ber-inovasi (ijtihad) dan berkreasi
3
syariah. Karakteristik sistem perbankan Islam (jihad) dalam mengatur sistem ekonominya
yang beroperasai berdasarkan prinsip bagi hasil dengan syarat tidak keluar dari kerangka
(mudharabah) diharapkan mampu memberikan umumnya. Dengan demikian sistem ekonomi
alternatif sistem perbankan yang saling meng- Islam akan valid dan cocok untuk setiap pe-
untungkan bagi masyarakat dan bank, serta rubahan waktu dan perbedaan tempat dan
menonjolkan aspek keadilan dalam bertran- umat Islam mampu memerankan fungsinya
saksi, investasi yang beretika, mengedepankan sebagai kholifah di muka bumi ini.
nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan dalam Berdirinya Perbankan dengan sistem sya-
berproduksi dan menghindari kegiatan speku- riah Islam dengan landasan yuridis formal
latif dalam bertransaksi keuangan. Dengan me- Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Per-
nyediakan beragam produk serta layanan jasa bankan Syariah. Undang-undang tersebut seca-
perbankan yang beragam diharapkan perban- ra implisif membuka peluang kegiatan “bagi
kan syariah menjadi alternatif sistem perban- hasil” dan lahirnya Undang-Undang Perbankan
kan yang kredibel dan dapat diminati oleh se- Syariah ini diharapkan mampu merangsang
luruh golongan masyarakat Indonesia tanpa masuknya investor asing ke Indonesia.
kecuali. Secara garis besar hubungan antara bank
dengan nasabah dapat dilihat dari klausula yang
2
Muh. Shohibul Itmam, “Mengurai Pemikiran islam Dalam ada dalam akad yang terdiri dari 5 (lima) kon-
Perspektif Sunny dan Syi’ah, Antara Persamaan dan
Perbedaan”, Addin Vol. 2 No. 1, Januari-Juni 2008, sep akad, yaitu sistem simpanan murni, sistem
hlm. 52; lihat juga Erine Pane, “Reksadana Syariah
dalam Perspektif Hukum ekonomi”, Jurnal kajian
Hukum Al Adalah Vol. 7 No. 2, Desember 2008
3
Lihat Mawardi Muzamil, “Persamaan Perkreditan 4
Diana Wiyanti, “Pasar Modal Syariah dalam Kajian
Perbankan Konvensional dan Pembiayaan Perbankan Hukum Bisnis”, Jurnal Kajian Hukum al Adalah, Vol. 7
Syariah”, Jurnal Hukum Vol. 15 No. 3, April 2004, hlm. No. 2, Desember 2008, hlm. 111, lihat juga Abdul
515; lihat jugaErnawati, “Perbankan Syariah Dalam Mughits, “Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)
Tata Hukum Ekonomi Indonesia”, Bilancia Vol. 2 No. 1 dalam Tinjauan Hukum Islam”, Al-Mawarid Edisi XVIII
Januari-Juni 2008, hlm. 79 Tahun 2008, hlm. 146-149
bagi hasil, sistem jual beli dengan marjin apa kewenangan pengadilan agama yang telah
keuntungan, sistem sewa dan sistem fee (jasa) mempunyai status sama kedudukannya dengan
Upaya mewujudkan 5 (lima) konsep akad peradilan yang lain, namun kompetensi meng-
tersebut, lembaga keuangan syariah harus adili perkara bagi orang Islam belum semua
memperhatikan larangan-larangan dalam Islam. dapat dilaksanakan oleh Peradilan Agama,
Akad-akad tradisional Islam sebagai alternatif artinya masih terjadi tarik menarik dengan
dan implementasinya dalam tran-saksi-transaksi peradilan yang lain, padahal masing-masing
LKS (Lembaga Keuangan Syariah), Kelayaan telah mempunyai kompetensi sendiri-sendiri.
usaha bank, dan lain-lain. Di sisi lain juga harus Peradilan Agama dengan Undang-undang
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan ke- No. 3 Tahun 2006 mempunyai kewenangan un-
adaan dari debitur (nasabah) yang menyangkut tuk menyelesaikan perkara bagi umat Islam
5C (the five C for credit), diantaranya charac- (orang yang beragama Islam) meliputi hukum
ter, capital, capacity, collateral, and condition keluarga (Nikah, Waris, Zakat) dan ekonomi
of economy. syariah mencakup bank syariah, lembaga ke-
Berangkat dari uraian di atas, munculnya uangan mikro syariah, reksadana syariah, obli-
permasalahan dalam transaksi ekonomi syariah, gasi syariah, asuransi syariah, reasuransi syari-
lebih banyak terjadi karena ketidak disiplinan ah, surat berjangka menengah syariah, Secu-
dari para fihak. Dalam bahasa lain terdapat ke- ritas syariah, Pegadaian syariah, DPLK syariah,
tidakberesan dalam pelaksanaan isi perjanjian. dan bisnis syariah.
Selanjutnya tentu ada fihak-fihak yang dirugi- Kewenangan absolut dari Peradilan Aga-
kan dan kemudian muncul sengketa/konflik ma yang ada sekarang apabila dilihat aspek
diantara para fihak. Selanjutnya konflik ter- filosofis menunjukan bahwa perkembangan ke-
sebut harus diselesaikan sesuai dengan koridor butuhan hukum masyarakat (muslim khususnya)
hukum yang ada. Berdasarkan latar belakang terhadap kesadaran menjalankan syariat Islam
tersebut, penulis tertarik untuk membahas sebagai konsekuensi dari keyakinannya semakin
mengenai implementasi filosofis, yuridis dan tinggi. Ini berarti bahwa pluralisme hukum
sosiologis perbankan syariah sebagai pranata harus diterima sebagai realitas (Real of Entity)
hokum ekonomi di Indonesia. yang majemuk (legal fluraly) dalam kehidupan
bermasya-rakat, sebagaimana diungkapkan oleh
Pembahasan Cotterral: 1995 ”We should think of law as a
Aspek Filosofis Undang-undang Perbankan phenomenon pluralistically, as a regulation of
Syariah many krud existing in a veriety of relation-
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 ships, same of the quit tenuous, with the
tentang Perbankan Syariah (UUPS), keberada- primary legal institutions of the centralized
annya sesungguhnya merupakan tuntutan untuk state”.
memenuhi ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Pendapat di atas menjelaskan bahwa hu-
No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, kum yang berlaku dalam masyarakat selain
khususnya perubahan lembaga peradilan agama terwujud dalam bentuk peraturan perundang-
menyangkut (kompetensi) yang harus diemban undangan (order of law) dan hukum kebiasaan
oleh peradilan agama dalam memenuhi amanat (costumary law) secara antropologis memben-
Undang-undang. Apabila dirunut dari aspek tuk mekanisme-mekanisme pengaturan sendiri
historis eksistensi Peradilan Agama sudah ada (inner order machanism atau self regulation)
sejak zaman penjajah sampai kemerdekaan, dalam komunitas-komunitas masyarakat adalah
hingga sekarang reformasi tidak dipersoalkan merupakan hukum yang secara lokal berfungsi
5
lagi, hanya saja yang menjadi persoalan meng- sebagai sarana menjaga keteraturan dan ke-
tertiban sosisal. Hukum adalah institusi yang
5
Andi Akram, “Sejarah Peradilan Agama di Indonesia” , dinamis dan mengalir, hukum dibuat untuk
Al Manahij Vol. 2 No. 1, Januari-Juni 2008, hlm. 104-
105
manusia, bukan manusia untuk hukum, antara
7070 Jurnal Dinamika Hukum Aspek Hukum Perbankan Syariah dan Implementasinya di Indonesia
Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011 7070
hukum dan manusia direalisasikan dalam Undang-undang perbankan syariah, jika ditero-
masyarakat yang menjadi tempat berinteraksi. pong dari aspek yuridis merupakan hukum yang
Ketiga ordinat (hukum, manusia dan masyara- baik, karena hukum yang baik adalah hukum
kat) yang menyebabkan hukum menjadi institu- yang mempunyai kekuatan yuridis yang mem-
si yang dinamis. Perubahan/pergeseran hukum berikan kepastian hukum. Dalam rangka me-
secara pelan-pelan terjadi dari “ the law ways” wujudkan kepastian hukum unsur penegakan
menuju “the sociological ways” kemudian ke- hukum dari Friedman (substansi,struktur dan
pada “the sociological movement in law (hunt), kultur) penekanan unsur manusia merupakan
6
atau “the sociological era”. pelaku utama dalam segala kegiatan untuk
Eksistensi Undang-undang Peradilan A- mewujudkan keadilan.
gama UU Nomor 3 Tahun 2006, Undang-undang Pendekatan hukum yang bersifat empirik-
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, UU Nomor 38 possitivistik tidak cukup untuk mewujudkan ke-
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Inpres adilan, tetapi proses interaksi antara manusia
Nomor 1 Tahun 1991 Tentang KHI dan sekarang dengan lingkungan yang dilandasi dengan bu-
RUU Perbankan Syariah, tidak dapat dilepaskan daya akan lebih menjadi bermakna. Dalam hal
dari historis (sejarah), artinya lahirnya institusi ini maka pemahaman hukum melalui pengalam-
di atas bukan institusi yang “a historis” me- an internal para subyek pelaku dan hukum me-
lainkan “historisch bepaald”. Artinya muncul- rupakan makna mereka. Berdasarkan pemaha-
nya dinamika hukum itu tidak dapt melepaskan man (verstehen) dan interpretasi, kita dapat
/menyembunyikan dinamika sosial dibelakang- menangkap makna, nilai-nilai dibalik perilaku
nya. Hukum tumbuh, berkembang dan ambruk mereka. Karenanya kajian yang digunakan bu-
disebabkan oleh dinamika dalam masyarakat kan lagi semata-mata yuridis dogmatik melain-
Polarisasi kewenangan Peradilan Agama meng- kan pendekatan sosio legal-antro yang diorien-
adili perkara sengketa perbankan syariah/per- tasi pada fungsionalisasi hukum.
bankan Islam, yang dalam Undang-Undang Per- Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
bankan Syariah pada Pasal 52 jika dilihat dari dilihat dari pendekatan yuridis formalistik de-
aspek filosofis yuridis pada dasarnya menjawab ngan payung hukum (UU No. 3 Tahun 2006, UU
kebutuhan rasa keadilan Umat Islam sebagai No. 4 Tahun 2004) tentu pemahaman hukum
konsekuensi fluralisme hukum yang hidup dan dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia
tumbuh. Karenanya penyerahan Penyelesaian yang sedang berubah, lalu lintas kebutuhan
Perkara bisnis Syariah ke Peradilan Umum/ yang semakin beragam dan kompleks merupa-
Pengadilan Negeri dirasa kurang memenuhi rasa kan realitas tuntutan kebutuhan hukum dan
keadilan (kontradiktoris value) dan bertentang- hukum bukan sekedar untuk menjadi bahan
an dengan prinsip historycal bepaald yang telah pengkajian secara logis rasional melainkan hu-
terjadi selama ini, karena itu penyelesaian kum dibuat untuk dijalankan. Perwujudan tuju-
sengketa perkara perbankan Islam harus dise- an, nilai-nilai ataupun ide-ide yang terkandung
rahkan kepada Pengadilan Agama. dalam peraturan hukum merupakan suatu
kegiatan yang tidak berdiri sendiri, melainkan
Aspek Yuridis Perbankan Syariah mem-punyai hubungan timbal balik yang erat
Peradilan Agama, secara yuridis normatif dengan masyarakat.
7