Anda di halaman 1dari 11

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS

Eriskha Ayu Hermanto Putri. Wibowo. Felisitas A Sri S


Prodi D-III keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti waluya Malang
E-mail: eriskhaayu.kpr@gmail.com

ABSTRAK
Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu dalam memompa darah
secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan oksigen sehingga penderita akan mengalami
sesak napas karena tubuh tidak dapat menerima oksigen, akibat dari hal tersebut maka penderita akan
mengalami kelemahan dan terjadilah intoleransi aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart Failure dengan Masalah Intoleransi Aktivitas di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Desain yang digunakan studi kasus dengan 2 responden di
ruang rawat inap Santa Anna Bawah dan Placida Paviliun pada bulan Juni dan Juli 2019. Kedua pasien
dilakukan rencana keperawatan mandiri maupun kolaboratif. Pada pasien 1 masalah teratasi sebagian
dengan tercapainya 3 dari 6 kriteria hasil yang telah ditentukan dan pada pasien 2 masalah teratasi
sebagian dengan tercapainya 2 dari 6 kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang
tepat pada masalah intoleransi aktivitas adalah memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan aktivitas
sehari – hari, dan kolaborasi pemberian terapi oksigen.

Kata kunci: Congestive Heart Failure, Intoleransi Aktivitas

ABSTRACT

Congestive Heart Failure (CHF) is a heart condition while unable to pump blood adequately to meet the
needs of nutrition and oxygen, experienced shortness of breath to patient because the body not receive
oxygen, resulting weakness and be an intolerance of activities . This study aims to implements Nursing
Care for Congestive Heart Failure Patients with Intolerance of Activity Problem in Panti Waluya
Hospital, Malang. The design of this study used a case study methods with 2 respondent in Santa Anna
Bawah and Placida Pavilliun in June and July 2019, implements the independent or collaborative
nursing care. In patient 1 the problem was partially resolved by achieving 3 from the 6 predetermined
outcome criteria, meanwhile in patient 2 the problem was partially resolved by achieving 2 from the 6
predetermined outcome criteria. The right nursing care for intolerance of activity is to provide
assistance, meet the needs of daily activities, and oxygen therapy collaboration.

Keyword : Congestive Heart Failure , activity intolerance

2
Pendahuluan nafas, lemas. Keadaan umum pasien lemah karena
kekuranngan oksigen, pasien tampak hanya tirah
Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa
baring di tempat tidur, pasien mengatakan jika
disebut gagal jantung kongesti adalah kondisi
selama di rumah sakit aktivitas pasien seperti
dimana jantung tidak mampu dalam memompa
makan, minum, mandi dan toileting dibantu oleh
darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan perawat. Pada saat pemeriksaan fisik
akan nutrisi dan oksigen sehingga penderita akan
tidak ditemukan distensi vena jugularis, kekuatan
mengalami sesak napas karena tubuh tidak dapat
otot 4. Tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
menerima oksigen, akibat dari hal tersebut maka
130/90 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan
penderita akan mengalami kelemahan dan
24x/menit, suhu 36.6°C, SpO2 98% sebelum
terjadilah intoleransi aktivitas (Udjianti 2013 &
aktivitas dan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
Kasron, 2014)
108x/menit, pernapasan 26x/menit, suhu 36.8°C,
SpO2 96% setelah beraktivitas pada pasien CHF.
Menurut data American Heart Assosiation (AHA)
tahun 2015 dalam Agustina (2016) ada sekitar
Pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)
670.000 penderita gagal jantung di Amerika
didapatkan banyak masalah keperawatan salah
Serikat. Di Indonesia menurut Kementrian
satunya adalah intoleransi aktivitas. Intoleransi
Kesehatan Republik Indonesia tahun (2015) ada
aktivitas adalah suatu keadaan dimana seseorang
229.696, 14.449 orang diantaranya menjalani rawat
mengalami penurunan kemampuan untuk
inap. Di Provinsi Jawa Timur penderita gagal
melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain
jantung yaitu sebanyak 54.826 orang (Riset
karena ketidakseimbangan anatara suplai dan
kesehatan dasar, 2013). Penderita gagal jantung di
kebutuhan oksigen dan produksi energi yang
kota Malang sebanyak 43.885 orang (Data Dinas
dihasilkan menurun (Asmadi, 2008)
Kesehatan Kota Malang, 2015). Data dari rekam
medis rumah sakit Panti Waluya Sawahan Malang
Mekanisme yang mendasari CHF meliputi
penderita CHF dalam tahun 2017 terdapat 38
menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung,
orang, pada 2018 terdapat 42 orang yang
sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi
mengalami CHF.
menurun dan menyebabkan penurunan darah
keseluruh tubuh. Apabila suplai darah tidak lancar
Fenomena yang penulis temukan pada bulan
di paru – paru maka menyebabkan penimbunan
Februari 2018 saat praktik klinik KMB II di ruang
cairan di paru – paru yang dapat menurunkan O2
MP Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang,
dan CO2, antara udara dan darah diparu – paru,
terdapat pasien perempuan berusia 63 tahun
sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi
dengan diagnosa CHF mengeluh nyeri dada, sesak
3
peningkatan CO2, yang membentuk asam di dalam mengajarkan tentang manajemen energi (Ackley,
tubuh. Situasi ini memberikan gejala sesak napas 2011 & PPNI, 2017).
(dyspnea), dyspnea pada saat berbaring
(ortopnea). Saat suplai darah dan O2 yang tidak Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
dapat mengalir ke seluruh tubuh maka akan tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dalam
menyebabkan bagian tubuh yang tidak dialiri darah bentuk asuhan keperawatan pada pasien yang
yang mengandung oksigen akan mengalami lemas, mengalami CHF dengan masalah intoleransi
lesu, dan masalah dalam beraktivitas (Kasron, aktivitas di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
2012 & Mutaqqin, 2014). Malang.

Dampak dari intoleransi aktivitas ini jika tidak Metode


ditangani akan mengakibatkan tidak terpenuhinya Penelitian ini menggunakan metode studi kasus
kebutuhan – kebutuhan pasien dan terjadi pada klien CHF dengan masalah keperawatan
kekakuan otot, terjadi atropi karena otot tidak Intoleransi Aktivitas. Pengambilan data pada kedua
digunakan dalam waktu yang lama sehingga klien dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2019 di
mengakibatkan kandungan aktin dan myosin ruang rawat inap Santa Anna Bawah dan Placida
berkurang, resiko atelektasis yang disebabkan oleh Paviliun Panti Waluya Sawahan Malang. Penulis
edama, konstipasi, penurunan evakuasi kandung mengumpulkan data dengan cara melakukan
kemih, akan terjadi kerusakan kulit (pressure wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
ulcer) seperti dekubitus akibat tekanan yang terlalu dokumentasi meliputi pengkajian, analisa data,
lama dan terus menerus. (Halimuddin, 2013; rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi
Agustina, 2016; LeMone dkk, 2016). keperawatan.

Bagi seorang perawat, pertolongan yang dapat kita


Hasil
lakukan pada penderita CHF adalah dengan
melakukan intervensi kita dapat memberikan Pada studi kasus ini didapatkan data sebagai
pertolongan berupa pendekatan peran perawat berikut:
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
1. Pengkajian
CHF adalah menentukan penyebab terjadinya
Pasien datang dengan kondisi lemas pada
intoleransi aktivitas, membantu aktivitas pasien
tanggal 14 Juni 2019. Pasien mengatakan mulai
secara bertahap, memonitor tanda – tanda vital
senin dada terasa sakit, sesak napas, badan
pasien sebelum, sesudah dan selama beraktivitas,
terasa lemas saat sedang melakukan aktivitas
dan berjalan, kaki bengkak hingga pada hari
4
rabu pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Panti sama terdapat terdapat 14 intervensi yang telah
Waluya Sawahan Malang. Pasien didiagnosa dilakukan secara mandiri maupun kolaboratif
mengalami Congestive Heart Failure. Saat sesuai dengan kondisi dan keadaan kedua
pengkajian pasien mengeluh sesak napas saat pasien.
banyak bergerak, dada terasa nyeri dan
berdebar – debar, badan terasa lemas, kaki 4. Implementasi Keperawatan
bengkak, dilakukan TTV dengan hasil tekanan Pada Pasien 1 dari 14 intervensi dan pada
darah 147/83 mmHg, nadi 88x/menit, suhu Pasien 2 dari 13 intervensi yang telah
36,2C, pernapasan 24x/menit, dan SpO2 : direncanakan, seluruhnya dilakukan dalam
98%. hasil pemeriksaan foto thoraks: COR bentuk tindakan keperawatan baik secara
ukuran tampak membesar, hasil pemeriksaan mandiri maupun kolaboratif.
EKG : Omi anteroseptal.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada pasien 2 didapatkan data bahwa pasien di Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3
diagnosa mengalami Congestive Heart failure. hari, pada kedua klien masalah intoleransi
pasien datang dengan keluhan sesak napas saat aktivitas teratasi sebagian dan didapatkan hasil
membersihkan rumah, dada berdebar – debar, masalah intoleransi aktivitas dengan dicapainya
lemas, kaki kanan dan kiri bengkak, mual, dan 3 dari 6 kriteria hasil pada pasien 1 dan 2 dari 6
tidak nafsu makan lalu semakin memberat kriteria hasil yang dapat dicapai oleh pasien 2.
hingga dibawa ke IGD Rumah sakit Panti
Waluya Malang. hasil foto thoraks Pembahasan
Cardiomegali with left ventricle, aorta dilatasi,
1. Pengkajian
efusi pleura sinistra dan hasil EKG aritmia
Menurut penulis, berdasarkan fakta diatas
anterior
pasien 1 dan 2 pasien didiagnosa Congestive
Heart Failure. Pasien 1 mengalami CHF karena
2. Diagnosa keperawatan
memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
Pasien 1 dan 2 yaitu Intoleransi aktivtitas
diabetes dimana hipertensi dapat menyebabkan
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
meningkatnya kerja jantung. Pada pasien 2
oksigen dan kebutuhan oksigen.
mengalami CHF karena memiliki riwayat
penyakit hipertensi. Menurut Ardiyansyah
3. Intervensi Keperawatan (2012) hipertensi dapat meningkatkan beban
kerja jantung yang akan mempengaruhi darah
Pada pasien 1 dan 2 telah disusun intervensi
yang masuk kedalam paru - paru melalui arteri
sesuai dengan teori, pada pasien 1 dan 2 sama –
5
pulmonalis dan menyebabkan pertukaran memerlukan nutrisi dan oksigen. Saat oksigen
oksigen dan karbondioksida akan terganggu tidak sampai ke sel energi pun tidak dapat
sehingga kandungan oksigen dalam darah diproduksi dalam jumlah yang banyak, sehingga
menjadi kurang dan kebutuhan oksigen tidak pada pasien CHF akan mengalami sesak napas
terpenuhi, oleh karena itutidak seimbangnya saat beraktivitas, cepat merasa lelah, badan
suplay dengan kebutuhan oksigen terasa lemas.
mengakibatkan pasien merasa sesak nafas saat 3. Intervensi Keperawatan
beraktivitas, merasa lemas dan mudah Lelah. Pada pasien 1 dan 2 telah ditetapkan rencana
Sedangkan diabetes Menurut Mutaqqin (2014) asuhan keperawatan (intervensi) yang bersifat
kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat mandiri dan kolaboratif sesuai dengan tinjauan
menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga pustaka. Intervensi utama yang dilakukan
mengakibatkan otot jantung mengalami adalah membatasi aktivitas pasien, membantu
kekurangan asupan nutrisi dan oksigen, aktivitas pasien dalam pemenuhan ADL, dan
sehingga pada pasien CHF dengan masalah memonitor tanda -tanda vital saat pasien
intoleransi aktivitas pasien akan mengalami istirahat dan setelah melakukan aktivitas.
sesak napas saat beraktivitas, lemas, dan dada Menurut Muttaqin (2014) pembatasan aktivitas
berdebar - debar. bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dan meningkatkan suplai ke jaringan.
2. Diagnosa Keperawatan Sedangkan pada monitor aktivitas klien dapat
Berdasarkan data yang ditemukan dari kedua dilakukan dengan mempertimbangkan status
pasien ditegakkan diagnosa keperawatan yang medis, stabilitas muskuloskeletal, profil faktor
sama yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan risiko, motivasi latihan dan hasil
dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dan elektrokardiogram. Dengan membantu aktivitas
kebutuhan oksigen. Menurut Herdman (2013) klien pada fase pemulihan bertujuan untuk
CHF adalah suatu keadaan dimana jantung tidak memulihkan kondisi fisik secara bertahap
mampu lagi memompa darah yang cukup untuk dengan optimal, sehingga klien diharapkan
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, mampu melakukan aktivitas secara mandiri
akibat dari gangguan tersebut kapasitas oksigen
yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan 4. Implementasi Keperawatan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan
Menurut penulis pada kedua pasien
oksigen pada berbagai organ. Menurut Lemone
implementasi yang paling membantu untuk
dkk (2016) tubuh memerlukan energi untuk
masalah intoleransi pasien adalah dengan
bergerak, untuk membentuk energi tubuh
membantu ADLs pasien seperti mandi,
6
memakai baju, berhias, makan/minum, dan mengalami intoleransi aktivitas dalam peroses
toileting. Karena dengan membantu ADLs oksigenasi dan proses pembentukan energi,
pasien akan merasa kebutuhannya akan sehingga pada kedua pasien setelah dilakukan
terpenuhi tanpa harus menguras energi yang implementasi keperawatan terjadi peningkatan
besar. Pada implementasi hari pertama pasien 1 kemampuan untuk melakukan aktivitas.
mendapat terapi oksigen 4 lpm, sedangkan Menurut PPNI (2018) Hasil asuhan
pasien 2 mendapat terapi oksigen 5 lpm. keperawatan pada klien CHF dengan intoleransi
Menurut PPNI (2018), membantu aktivitas aktivitas masih belum sesuai dengan tujuan
pasien CHF dengan masalah intoleransi yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan
aktivitas akan berfungsi untuk terpenuhinya pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang
setiap kebutuhan pasien, mengelola penggunaan terjadi pada pasien. Adapun kriteria hasil: dapat
energi untuk mencegah terjadinya kelelahan, melakukan aktivitas tanpa disertai peningkatan
dan menghindari terjadinya kerja jantung yang tekanan darah, nadi dan pernapasan, mampu
meningkat. Menurut Muttaqin (2014) pada melakukan aktvitas sehari – hari (ADLs) sesuai
terapi pemberian oksigen akan langsung kebutuhan, Tidak ada tanda – tanda kelemahan,
meningkatan saturasi oksigen dalam darah, yang lien tidak mengalami sesak, hasil EKG tidak
hal ini dapat di ukur menggunakan saturasi. mencerminkan aritmia dan iskemia, respon
Terapi oksigen diberikan hingga pasien mampu frekuensi jantung normal saat aktivitas (60-
bernapas dengan mudah. 100x/menit )

5. Evaluasi Keperawatan Kesimpulan

Pada pasien 1 masalah teratasi sebagian karena Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive
didapatkan pada pada evaluasi hari ke 3 pasien Heart Failure (CHF) dengan Masalah
mengeluh sudah tidak sesak napas karena Keperawatan Intoleransi aktivitas yang dilakukan
mendapatkan terapi oksigen nasal kanul 4 lpm di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
status ventilasi RR : 20x.menit SpO2 : 98 %. Pada pasien 1 masalah teratasi sebagian karena
Pada pasien kedua masalah juga teratasi hanya memenuhi 3 dari 6 kriteria hasil yang telah
sebagian karena pasien masih mengeluh sesak ditetapkan dan pasien 2 masalah teratasi sebagian
tapi sudah berkurang, status ventilasi RR: karena hanya memenuhi 2 dari 6 kriteria hasil yang
24x/menit saat selesai melakukan aktivitas dan telah ditentukan
SpO2: 98% dengan menggunakan oksigen
5lpm. Pemberian terapi oksigen pada kedua
Daftar pustaka
pasien sangat berpengaruh terhadap pasien yang
7
Udjianti, Wayan Juni. 2013. Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Ackley, Betti J. & Ladwig, Gail B. 2011. Nursing
Diagnosis Handbook: An Evidence-Based
Guide To Planning Care – 9th ed. United
States of America: Mosby Elsevier.

Agustina, Anita. 2016. Upaya Peningkatan


Intoleransi Aktivitas Pada Pasien
Congestive Heart Failure. Healthy-Mu
Journal. Vol. 1 No. 1.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal bedah. Yogykarta :


DIVA Press.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep &


Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta:
Salemba Medika.

Halimuddin, 2013. Analisis Fraksi Ejeksi Klien


Gagal Jantung Pre dan Post Penerapan
Model Ktivitas Dan Latihan Intensitas
Ringan. Idea Nursing Jurnal. Vol III No. 3.

Herman, T. Heather. 2013. Diagnosa Keperawatan


: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Kasron, 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung


Pencegahan serta Pengobatan: Yogyakarta :
Nuha Medika.

LeMone Priscilla dkk. 2016. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 1.
Jakarta: EGC.

Muttaqin. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi I. Jakarta.: DPP PPNI.

. 2018. Standart Intervesi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi I. Jakarta.: DPP PPNI.

Setiadi. 2010. Anatomi fisiologi Manusia.


Yogyakerta: Graha Ilmu.
8
9
10
11

Anda mungkin juga menyukai