TEORI ARSITEKTUR
DISUSUN OLEH:
ALBI KURNIAWAN S
F221 19 010
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019/2020
BAB I
PENGANTAR METODE PERANCANGAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep-konsep dasar dari metode, perencanaan dan
perancangan, termasuk didalamnya memahami tentang pengertian-pengertian, klasifikasi
perencanaan, perkembangan evolusinya hingga hubungan antara perencanaan dengan
perancangan.
A. Pengertian.
a. METODE
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur
lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.
b. PERENCANAAN
Davidoff (1962) menyatakan bahwa perencanaan adalah sebuah proses untuk
menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui berbagai pilihan yang
sistematik dan terstruktur.
c. PERANCANGAN.
Terdapat begitu banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, tiga dari nya
adalah sebagai berikut:
“Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada
menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah
masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan
pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah perencanaan, penyusunan
rancangan, dan pelaksanaan rancangan” (John Wade, 1977)
B. Kelasifikasi perencanaan.
Untuk dapat mengklasifikasikan perencanaan, kita harus tahu lebih dulu seperti apa
teori perencanaan. Teori perencanaan dapat ditinjau dari 3(tiga) sisi pemahaman yaitu
Theory In Planning( teori dalam proses perencanaan), Theory For Planning (teori untuk
perencanaan) dan Theory Of Planning (teori perencanaan).
C. Evolusi perencanaan.
Menurut Jones J. C (1970), terdapat 3 fase evolusi dalam desain, yaitu
Craftmanship (Craft Evolution), Dimana suatu perencanaan dilakukan dengan
mengandalkan kreativitas atau kerajinan (seni) semata oleh sang perancang.
Draughtmanship, Atau fase perencanaan berdasarkan gambar, merupakan
perencanaan yang dilakukan dengan menghitung ukuran atau dimensi dengan
suatu ukuran tertentu, mempunyai bentuk yang jelas, dan dapat dibuat dengan
jumlah yang banyak atau dibuat kembali.
Design Method. Pada fase ini terbagi kembali menjadi dua tipe metode
perancangan, yakni tipe Tradisional dan Rasional.
Tradisional dilakukan secara spontanitas oleh si perancang suatu karya
tersebut. Ide datang bisa dari mana saja dan kapan saja untuk membuat suatu
karya.
Rasional dilakukan secara rasional dan logis oleh sang perancang terhadap
karya yang dibuatnya.Konsep perancangan yang dibuat tidak datang secara
spontan namun melalui beberapa tahap-tahap yang dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal tertentu.
BAB II
BENTUK, RUANG, SKALA, DAN FUNGSI
Bab ini akan membahas tentang konsep dasar bentuk, ruang, skala dan fungsi serta
kaitannya dan aplikasi dari keempat elemen dalam proses perencanaan dan perancangan
arsitektur.
A. Pengertian.
1. Bentuk
Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif. Bentuk dapat dihubungkan pada
penampilan luar yang dapat kita kenali. Menurut Eppi, dkk (1986), mendefinisikan
bentuk sebagai unsur yang memiliki garis, lapisan, volume, tekstur dan warna,
dimana kombinasi kesemuanya akan menghasilkan pengekspresian bangunan.
2. Ruang
Ruang adalah daerah tiga dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang
memiliki posisi serta arah yang relative, terutama bila suatu bagian dari daerah
tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu seperti untuk mewadahi
aktifitas-aktifitas manusia baik secara fisik maupun emosional. Ruang terkait dengan
volume, dan volume memiliki 3 (tiga) aspek dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi.
3. Skala
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau
ruang dengan suatu elemen tertentu dengan ukuran manusia. Skala terdiri dari 2(dua)
macam, yaitu:
Skala Manusia
Skala Generik
Pada lingkungan perkotaan, terdapat beberapa macam skala yaitu:
Skala Intim
Skala Perkotaan
Skala Monumental
Skala Menakutkan
4. Fungsi
Fungsi diartikan sebagai berjalannya suatu tema kegiatan yang mencerminkan
atau selaras dengan tema ruang. Dalam perencanaan rancangan fasilitas terdapat
informasi yang diperlukan, yaitu:
Fungsi Jamak ( ruangnya disebut sebagai ruang multifungsi)
Fungsi Tunggal (ruangnya disebut sebagai ruang fungsional)
Ruang merupakan unsur pembentuk rancangan arsitektur disamping 2 unsur yang
lain ialah bentuk dan susunan karena peran ruang dalam rancangan fasilitas itu
sangat dominan.
Yang mempengaruhi perencanaannya, meliputi:
Tipe-Tipe Ruang
Dimensi Ruang
Hubungan Antara Ruang
BAB III
HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT DALAM PEMBANGUNAN
Bab ini akan membahas mengenai unsur-unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu proses pembangunan, dari segi tahap perencanaan, perancangan hingga
pelaksanaannya dan ranah tugasnya masing-masing. Bab ini juga akan memaparkan
bagaimana hubungan antara unsur-unsur tersebut, ruang lingkup, peranan seorang arsitek
dalam perencanaan arsitektur serta pemrosesan data dan informasi yang diperlukan dalam
kegiatan perencanaan.
BAB IV
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERENCANAAN DAN
KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN
Bab ini akan dibahas secara rinci mengenai berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap proses perencanaan, diantaranya faktor pengguna, faktor fisik dan faktor eksternal
serta kaitannya dengan perancangan.
A. Faktor Pengguna/Manusia
Berikut ada beberapa aspek kedalam faktor pengguna, yaitu sebagai berikut:
1. Aktifitas
2. Perilaku
3. Tujuan Yang Hendak Dicapai
4. Organisasi
5. Karakteristik Kependudukan
6. Sikap
7. Tata Nilai atau Kepercayaan
8. Persepsi
9. Kecenderungan
B. Faktor Fisik
Berikut merupakan beberapa kajian yang termasuk kedalam faktor fisik, yaitu sebgai
berikut:
1. Kualitas Lokasi/ Lingkungan
2. Kondisi Site
3. Bangunan/Fasilitas Yang Ada
4. Pelingkup/Cangkang Bangunan
5. Struktur
6. Sistem Bangunan
7. Perlengkapan/Perabotan
8. Material Bangunan dan Finishing
9. Pendukung/Service
10. Penggunaan
11. Setting Aktifitas
12. Operasionalisasi Fasilitas/ Sirkulasi
13. Aspek Lingkungan
14. Pemanfaatn dan Konservasi Energi
15. Daya Tahan dan Fleksibilitas
C. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan setiap faktor yang berada diluar ranah lingkup arsitek namun
memiliki pengaruh terhadap proses perencanaan dan perancangan, antara lain sebagai
berikut:
1. Ketentuan Legal
2. Topografi
3. Iklim
4. Ekologi
5. Ketersediaan Sumber Daya
6. Pasokan Energi dan Biaya yang Dikeluarkan
7. Ekonomi, Keuangan, dan Anggaran Biaya
8. Waktu.
BAB V
PENGUMPULAN DATA & TEKNIK PENGUMPULAN DATA
ARSITEKTUR
Pada bab ini akan membahas seperti apa teknik pada pengumpulan data arsitektur.
Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan. Pada bidang arsitektur data yang diperoleh cenderung
menonjolkan faktor subjektif dari pengguna, arsitek ataupun pihak-pihak yang terkait dengan
bangunan yang akan di design.
A. Penelitian Awal
Digunakan sebagai langkah awal dalam pengumpulan data yang akan digunakan sebagai
landasan proses perencanaan dan perancangan kedepannya. Berikut langkah-langkahnya:
1. Tujuan
2. Kegunaan
3. Macam Informasi yang Dibutuhkan
B. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Teknik Survey
2. Teknik Observasi (Pengamatan)
Observasi Langsung
Observasi Partisipatori
Tracking (Penjejakan)
Pemetaan Perilaku
Pencatatan Spesimen Perilaku
3. Teknik Wawancara.
BAB VI
IDENTIFIKASI DALAM PERENCANAAN
Dalam tahap identifikasi dalam perencanaan, terdapat dua tahap identifikasi yang
dilakukan dalam upaya penyusunan perencanaan arsitektur yakni identifikasi fungsi dan
identifikasi lokasi. Proses identifikasi yang tepat dan meyeluruh akan turut mempertajam
proses analisis.
A. Identifikasi Fungsi
1. Fungsi
Berikut 3(tiga) hal yang terkait dengan filosofi fungsi, yaitu sebagai berikut:
Citra
Nuansa
Suasana
2. Ruang Lingkup Fungsi
Yang dimaksud dari ruang lingkup disini adalah penggolongan tingkat dan status
perekonomian atau status finansial dari pemakai dan pengguna fungsi.
3. Radius Pelayanan
Radius pelayanan adalah jarak pelayanan fungsi dan pelayanan yang dapat dijangkau
oleh pemakai fungsi tersebut. Tingkat radius pelayanan ini merupakan cerminan
kemampuan dari potensi fungsi yang akan bersinggungan dengan potensi lain baik
yang sejenis atau tidak, maupun bersinergi atau berlawanan.
B. Identifikasi Lokasi
Lokasi adalah kawasan atau area yang luas, baik yang terletak dibagian wilayah
perkotaan, pinggir kota, maupun luar kota. Sementara Tapak adalah kavling tanah yang
dibatasi oleh pagar pembatas dan terletak disuatu lokasi maupun kawasan. Identifikasi
lokasi merupakan proses pencarian lokasi dan tapak untuk dipilih dan ditentukan.
Beberapa proses yang dilakukan untuk mengidentifikasikan lokasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Kriteria Penentuan Lokasi dan Tapak
Beberapa kriteria dalam menentukan pemilihan tapak, yaitu:
Lokasi
Penguasaan/Pembebasan Lahan
Peruntukkan
Ukuran
Bentuk
Karakteristik Tapak
Akses Jalan dan Pencapaian ke Tapak
Ketampakkan (Visibility)
Guna Lahan
2. Potensi Terkait
Untuk memastikan fungsi dan potensi yang akan dibangun dapat mempengaruhi
pemilihan tapak, diperlukan data-data actual yang terletak pada suatu kawasan.
3. Alternative Lokasi dan Tapak
Dengan beberapa kriteria persyaratan penentuan yang sudah dibuat dan diperkiran
dapat menentukan beberapa alternative lokasi dan tapak dengan kesetaraan kualitas
fungsi.
4. Pemilihan Tapak
Untuk menentukan tapak yang tepat dari alternative-alternatif lokasi yang dipilih
perlu dilakukan langkah-langkah dengan menggunakan matriks pemilihan berupa
table korelasi.
BAB VII
ANALISIS PERENCANAAN
Analisis menjadi tahap penting dalam proses perencanaan. Setiap aspek fisik dan non
fisik menjadi sasaran analisis perencanaan, mulai dari aspek fungsi dan kegiatan, aspek
pengguna, besaran ruang, potensi tapak dan kawasan, kondisi eksisting hingga aspek sosial,
budaya dan teknologi.
A. Analisis Non-Fisik
1. Analisis Fungsi dan Kegiatan
Jenis kegiatan
Pelaku kegiatan
Sifat kegiatan
Syarat kegiatan
Standar kegiatan
2. Analisis Sosial Ekonomi
Tingkat penghasilan pengguna
Anggaran biaya
Efektif dan efisien
Ekspresi
3. Analisis Sosial Budaya
Pola perilaku
Adat istiadat
Tradisi
Kepercayaan
B. Analisis Fisik
1. Analisis Tapak
Beberapa poin yang perlu dianalisis dalam analisis tapai, sebagai berikut:
Analisis dimensi
Analisis peraturan daerah
Analisis potensi
Analisis klimatologi (iklim, garis edar matahari, dan angin)
Analisis topologi (jenis tanah, bentuk permukaan tanah, potong dan urug, dan
aliran air permukaan)
Analisis pencapaian
Analisis sirkulasi
Analisis arah pandang
Analisis ruang kota
Analisis vegetative
Analisis utilitas kota
Analisis kebisingan
BAB VIII
SINTESIS PERENCANAAN
Sintesis merupakan tahap lanjutan dari analisis. Pada tahap ini merupakan titik pijak dari
tahap perencanaan menuju perancangan. Hasil sintesis merujuk kepada hasil analisis yang
sebelumnya telah dibahas.
Sintesis merupakan tahap lanjutan dari analisis. Pada tahap ini merupakan titik pijak
dari tahap perencanaan menuju perancangan. Hasil sintesis merujuk kepada hasil analisis
yang sebelumnya telah dibahas.
2. Sintesis Bangunan
Filosofi bentuk
Alternative bentuk dasar
Titik berat tapak
As bangunan
Tinggi bangunan
3. Sintesis teknologi
Struktur dan kontruksi
Utilitas bangunan dan kawasan
Bahan bangunan
BAB IX
PERENCANAAN BERDASAR ANALISIS PERILAKU
Pendekatan perilaku menekankan pada hubungan dialektik antara ruang dengan
manusia dan masyarakat yang memanfaatkan atau yang menghuni ruang tersebut. pendekatan
tersebut menekankan pada perlunya memahami perilaku manusia serta masyarakat yang
menghuni di daerah-daerah tertentu dalam memanfaatkan ruang.
A. Batasan Lingkup Pengertian
Karya rancangan arsitektur pada prinsipnya selalu berorientasi pada penciptaan
ruang , bentuk dan tatanan (Ching,DK, 1989). Satu faktor penting yang perlu diketahui
adalah ruang sebagai wadah kegiatan dalam proses perancangannya harus selalu
mempertimbangkan faktor pengguna , dalam hal ini yang dominan adalah faktor manusia.
Menurut Edward T.Hall (seorang sosiolog) ruang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang yang berada didalamnya, atau sebaliknya dari sisi arsitektur, ruang diciptakan
untuk mengakomodasikan kebutuhan–kebutuhan penggunanya yang tercermin pada pola
perilakunya. Maka dilihat dari itu, bahwa seorang arsitekur harus mempertimbangkan
pokok penting dalam perencanaan dan perancangan sebuah bangunan yakni perilaku dan
lingkungan.
B. Pola Aktifitas
Sistem aktifitasnya merupakan suatu aliran aktifitas selama suatu periode waktu yang
spesifik (Chapin dan Brail, 1969). Klasifikasi Chapin-Brail (1969) adalah suatu konsep
yang memiliki nilai karena mereka membedakan 3 dasar dari pengaruh perilaku manusia,
yakni:
1. Tingkatan dari interaksi
2. Lokasi
3. Kewajiban dan kebebasan untuk menentukan.
BAB X
KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
Konsep perancangan merupakan titik tolak perancangan, yang merupakan uraian-
uraian dari ide dan kreativitas yang ditentukan oleh arsitek (Laksito, 2014). Keberhasilan dari
rancangan sangat diwarnai oleh pola pikir dan kearifan kreativitas perilaku arsitek, apalagi
ditambah oleh keahlian arsitek dalam merespon pola perilaku masyarakat, budaya, kemajuan
rekayasa ilmu teknologi serta lingkungan alam disekitar tapak dan lokasi. Pada bab ini akan
dibahas seputar pokok-pokok dalam konsep perancangan arsitektur
A. Topic dan Tema
Topik dimaknai sebagai salah satu pendekatan dalam perancangan bangunan dan
kawasan, sedangkan Tema merupakan uraian-uraian dari topik bangunan dengan tujuan
untuk memperjelas maksud dan tujuan dari topic.
menguraikan empat jenis pendekatan dalam strategi perancangan, yakni :
1. Pendekatan Kejiwaan /Psikologi
2. Pendekatan Teknologi
3. Pendekatan Ekonomi
4. Pendekatan Budaya.
B. Konsep Peruntukkan (Zoneplan)
Zoneplan adalah peruntukan daerah perletakan dari program ruang dan fungsi yang
ditempatkan arsitek pada suatu tapak, bangunan, maupun kawasan. Peruntukan ini
merupakan kombinasi antara penzoningan sintesis nonfisik (diagram matriks) dengan
sintesis fisik tapak. Secara garis besar zoneplan dibagi menjadi dua bagian, yakni :
1. Zoneplan Horizontal
Merupakan penentuan peruntukan ruang dan kegiatan dari fungsi pada permukaan
tapak secara mendatar.
2. Zoneplan Vertikal
Merupakan peruntukan dan penempatan program ruang disetiap lantai dalam
bangunan.
C. Konsep Tata Ruang Luar
Ruang luar merupakan sisa dari luas tapak dikurangi luas dasar bangunan. Dengan
demikian luasan ruang luar tersebut tergantung dari besaran prosentase koefisien dasar
bangunan (KDB). Secara garis besar tata ruang luar dibagi menjadi dua jenis, yakni :
1. Ruang Luar Aktif
Merupakan sisa tapak yang diolah menjadi taman yang masyarakat penggunanya
dapat ikut aktif memanfaatkannya.
2. Ruang Luar Pasif
Merupakan sisa tapak yang diolah menjadi taman akan tapi masyarakat pemakai tidak
ikut aktif didalamnya.
D. Konsep Sirkulasi
1. Sirkulasi Dalam Tapak Sirkulasi dalam tapak adalah sebuah rancangan jalan
penghubung antar peruntukkan setelah ditetapkannya zonplan dalam tapak.
2. Sirkulasi Dalam Bangunan
Untuk memperlancar pergerakan manusia didalam bangunan maka diperlukan
penentuan dan letak sirkulasi yang tepat dengan fasilitas dan sarana penunjangnya.
Arah, dimensi dan bentuk sirkulasi tergantung pada topik dan tema perancangan yang
telah ditentukan oleh arsitek sejak awal proses.
E. Konsep Orientasi Bangunan
Konsep ini merupakan sikap arah menghadap bangunan yang ditunjukkan oleh kegiatan-
kegiatan didalamnya.
1. Orientasi Ke Luar
Merupakan sikap arah menghadap bangunan yang menunjukkan kesan terbuka dan
menerima (welcome) terhadap masyarakat luas dan lingkungan sekitar tapak.
2. Orientasi Ke Dalam
Orientasi ini merupakan sikap arah pandang yang ditunjukkan bangunan bahwa
kegiatan-kegiatan yang terjadi didalamnya tidak membutuhkan view atau pandangan
ke luar.
F. Konsep Titik Tangkap Bangunan
Titik tangkap merupakan daerah pada bangunan yang menajdi pusat perhatian
pengunjung dari luar lokasi. Ada beberapa hal yang menjadi kunci saat menentukan arah
dan letak titik tangkap yang tepat, yakni :
1. Analisis view dan pencapaian
2. Analisis potensi tapak dan kondisi topografi
3. Daerah yang telah ditentukan sebagai daerah titik tangkap sangat tepat untuk
meletakkan logo, tower, indentitas ataupun ciri-ciri khas dari bangunan.
G. Konsep As Bangunan dan Kawasan
As bangunan disini diartikan sebagai poros arah, baik membujur, melintang atau
menyudut dari rencana bangunan.
H. Konsep Dimensi Bangunan
Pengertian dimensi bangunan dalam arti fisik adalah besaran ketebalan dan tinggi
bangunan.
I. Konsep Bentuk Massa Bangunan
Semua hasil sentesis dan konsep diramu dan dirangkai menjadi satu perpaduan yang
menghasilkan bentuk massa bangunan dalam bentuk sketsa-sketsa imajiner. Bentuk
bangunan pada tahap ini sudah mulai spesifik karena sudah memunculkan image, ciri atau
gaya khas dari arsitek itu sendiri.