Anda di halaman 1dari 23

RESUME

TEORI ARSITEKTUR

DISUSUN OLEH:
ALBI KURNIAWAN S
F221 19 010
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019/2020

BAB I
PENGANTAR METODE PERANCANGAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep-konsep dasar dari metode, perencanaan dan
perancangan, termasuk didalamnya memahami tentang pengertian-pengertian, klasifikasi
perencanaan, perkembangan evolusinya hingga hubungan antara perencanaan dengan
perancangan.
A. Pengertian.
a. METODE
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur
lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.

b. PERENCANAAN
Davidoff (1962) menyatakan bahwa perencanaan adalah sebuah proses untuk
menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui berbagai pilihan yang
sistematik dan terstruktur.

Perencanaan sendiri merupakan suatu proses menyusun konsepsi dasar suatu


rencana yang meliputi kegiatan-kegiatan:
a) Mengidentifikasi. Menentukan komponen yang menunjang terhadap objek, yang
merupakan kompleksitas, fakta yang memiliki kontribusi terhadap kesatuan
pembangunan.
b) Mengadakan studi. Mencari hubungan dari berbagai faktor terkait, yang memiliki
pengaruh spesifik.
c) Mendeterminasi. Menentukan setepat mungkin faktor yang dominan dengan
memperhatikan kekhususan dari unit perubahan yang spesifik yang memberikan
perubahan terhadap faktor lain.
d) Memprediksi. Mengadakan ramalan bagaimana suatu faktor akan berubah
sehingga mencapai keadaan lebih baik di masa depan.
e) Melakukan tindakan. Berdasarkan prediksi di atas, melakukan tindakan terstruktur
untuk mencapai ujuan pembangunan.

c. PERANCANGAN.
Terdapat begitu banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, tiga dari nya
adalah sebagai berikut:
 “Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada
menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah
masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan pelaksanaan
pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah perencanaan, penyusunan
rancangan, dan pelaksanaan rancangan” (John Wade, 1977)

 “Perancangan merupakan proses penarikan keputusan dari ketidakpastian yang


tampak, dengan tindakantindakan yang tegas bagi kekeliruan yang terjadi”
(M.Asimow, 1982).

 “Perancangan merupakan aktifitas kreatif, melibatkan proses untuk membawa


kepada sesuatu yang baru dan bermanfaat yang sebelumnya tidak ada”
(JB.Reswick, 1965).

B. Kelasifikasi perencanaan.
Untuk dapat mengklasifikasikan perencanaan, kita harus tahu lebih dulu seperti apa
teori perencanaan. Teori perencanaan dapat ditinjau dari 3(tiga) sisi pemahaman yaitu
Theory In Planning( teori dalam proses perencanaan), Theory For Planning (teori untuk
perencanaan) dan Theory Of Planning (teori perencanaan).

Dalam mengkaji perencanaan, dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:


1. Berdasarkan Titik Perencanaan (Faludi, 1982)
 Objek
 Pemegang Kekuasaan
 Pengambil Keputusan
2. Berdasarkan Orientasi Perencanaan
 Planner Oriented (perencanaan tradisional)
 User Oriented (perencanaan rasional)
3. Berdasarkan Dimensi Waktu
 Perencanaan jangka pendek
 Perencanaan jangka menengah
 Perencanaan jangka panjang
4. Berdasarkan Arah Alur
 Top Down Planning
 Bottom Up Planning

C. Evolusi perencanaan.
Menurut Jones J. C (1970), terdapat 3 fase evolusi dalam desain, yaitu
 Craftmanship (Craft Evolution), Dimana suatu perencanaan dilakukan dengan
mengandalkan kreativitas atau kerajinan (seni) semata oleh sang perancang.
 Draughtmanship, Atau fase perencanaan berdasarkan gambar, merupakan
perencanaan yang dilakukan dengan menghitung ukuran atau dimensi dengan
suatu ukuran tertentu, mempunyai bentuk yang jelas, dan dapat dibuat dengan
jumlah yang banyak atau dibuat kembali.
 Design Method. Pada fase ini terbagi kembali menjadi dua tipe metode
perancangan, yakni tipe Tradisional dan Rasional.
Tradisional dilakukan secara spontanitas oleh si perancang suatu karya
tersebut. Ide datang bisa dari mana saja dan kapan saja untuk membuat suatu
karya.
Rasional dilakukan secara rasional dan logis oleh sang perancang terhadap
karya yang dibuatnya.Konsep perancangan yang dibuat tidak datang secara
spontan namun melalui beberapa tahap-tahap yang dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal tertentu.

D. Hubungan antara perencanaan dan perancanga.


Dalam kaitan perencanaan dilihat sebagai bagian dari proses perancangan, maka
terdapat 3(tiga) alternative hubungan yang meliputi sebagai berikut:
1. Hubungan Terpadu ( Integrated)
2. Hubungan Terpisah (Segregated)
3. Hubungan Interaktif ( Interactive)

BAB II
BENTUK, RUANG, SKALA, DAN FUNGSI
Bab ini akan membahas tentang konsep dasar bentuk, ruang, skala dan fungsi serta
kaitannya dan aplikasi dari keempat elemen dalam proses perencanaan dan perancangan
arsitektur.
A. Pengertian.
1. Bentuk
Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif. Bentuk dapat dihubungkan pada
penampilan luar yang dapat kita kenali. Menurut Eppi, dkk (1986), mendefinisikan
bentuk sebagai unsur yang memiliki garis, lapisan, volume, tekstur dan warna,
dimana kombinasi kesemuanya akan menghasilkan pengekspresian bangunan.
2. Ruang
Ruang adalah daerah tiga dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang
memiliki posisi serta arah yang relative, terutama bila suatu bagian dari daerah
tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu seperti untuk mewadahi
aktifitas-aktifitas manusia baik secara fisik maupun emosional. Ruang terkait dengan
volume, dan volume memiliki 3 (tiga) aspek dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi.

3. Skala
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau
ruang dengan suatu elemen tertentu dengan ukuran manusia. Skala terdiri dari 2(dua)
macam, yaitu:
 Skala Manusia
 Skala Generik
Pada lingkungan perkotaan, terdapat beberapa macam skala yaitu:
 Skala Intim
 Skala Perkotaan
 Skala Monumental
 Skala Menakutkan
4. Fungsi
Fungsi diartikan sebagai berjalannya suatu tema kegiatan yang mencerminkan
atau selaras dengan tema ruang. Dalam perencanaan rancangan fasilitas terdapat
informasi yang diperlukan, yaitu:
 Fungsi Jamak ( ruangnya disebut sebagai ruang multifungsi)
 Fungsi Tunggal (ruangnya disebut sebagai ruang fungsional)
Ruang merupakan unsur pembentuk rancangan arsitektur disamping 2 unsur yang
lain ialah bentuk dan susunan karena peran ruang dalam rancangan fasilitas itu
sangat dominan.
Yang mempengaruhi perencanaannya, meliputi:
 Tipe-Tipe Ruang
 Dimensi Ruang
 Hubungan Antara Ruang

B. Bentuk, Ruang, Skala, dan Fungsi Dalam Perencanaan dan Perancangan


Konsep bentuk, penataan ruang, konsep skala dan fungsi dari lingkungan binaan yang
akan dibuat akan menjadi elemen penting dalam proses perencanaan dan perancangan. Le
Corbusier pernah menyatakan bahwa sebuah bentuk dari bangunan arsitektur itu
mengikuti fungsinya (form follow function), walaupun sesuai perkembangan waktu
muncul pendapat lain bahwa fungsi dapat menyesuaikan dengan bentuk rancangan
(function follow form).
Berikut adalah beberapa tipe hubungan dan bentuk sirkulasi akibat pengaruh bentuk,
ruang, skala dan fungsi, yaitu:
1. Hubungan Jalan dan Ruang
 Melalui Ruang-Ruang
 Menembus Ruang
 Berakhir Dalam Ruang
2. Bentuk Ruang Sirkulasi
 Tertutup
 Terbuka Pada Salah Satu Sisinya
 Terbuka Pada Kedua Sisinya
3. Konfigurasi Jalan
 Linier
 Radial
 Spiral (Berputar)
 Grid
 Jaringan

BAB III
HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT DALAM PEMBANGUNAN
Bab ini akan membahas mengenai unsur-unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu proses pembangunan, dari segi tahap perencanaan, perancangan hingga
pelaksanaannya dan ranah tugasnya masing-masing. Bab ini juga akan memaparkan
bagaimana hubungan antara unsur-unsur tersebut, ruang lingkup, peranan seorang arsitek
dalam perencanaan arsitektur serta pemrosesan data dan informasi yang diperlukan dalam
kegiatan perencanaan.

A. Unsur Pelaksana Pembangunan dan Tugasnya


Secara garis besar Terdapat 3 (tiga) unsur yang terlibat dalam proses perencanaan sampai
dengan pembangunan fasilitas, yakni:
1. Klien
Klien dapat diartikan sebagai pihak yang berkepentingan dengan berdirinya
suatu bangunan arsitektural. Klien merupakan pemberi tugas serta pemberi modal.
Klien juga bisa berupa perorangan maupun kelompok/ organisasi.
2. Arsitek
Arsitek mempunyai tugas untuk menterjemahkan keinginan / gagasan klien
yaitu melalui pengetahuan perancangannya (design know how) dan pengalaman dalam
menangani proyek perancangan.
3. Pengembang/Kontraktor/Pelaksana Pembangunan
Pengembang atau kontraktor / pelaksana pembangunan merupakan unsur yang
mengimplementasikan karya desain sebagai fasilitas yang siap untuk dioperasionalkan
/ dimanfaatkan oleh pengguna. Kontraktor sebagai institusi pembangun yang
mempunyai 3 (tiga) sumber daya berupa : perangkat teknologi, tenaga ahli dan tenaga
kerja.
B. Lingkup Tugas Arsitek Muslim Dalam Perencanaan dan Perancangan
Secara garis besar, ruang lingkup arsitek muslim ialah mencakup melaksanakan
pendekatan untuk perencanaan dan perancangan dengan melihat metode apa yang paling
tepat digunakan dalam kaitan :
 Kebutuhan untuk desain
 Kebutuhan untuk evaluasi desain
Selain kemampuan yang bersifat teknis, ruang lingkup seorang arsitek muslim juga
melingkupi kemampuannya untuk menerapkam etika yang baik atau akhlaqul karimah
dalam setiap langkah dan interaksinya dengan pihak-pihak lain maupun dengan
lingkungan. Setiap langkah dalam proses perencanaan dan perancangan haruslah
dilandaskan dengan semangat nilai ibadah, mencari ridho Alloh SWT dan keinginan besar
untuk berlaku amanah dalam memakmurkan alam dan lingkungan.

C. Pemrosesan Data Dan Informasi Yang Diperlukan Dalam Perencanaan


Pemprosesan informasi merupakan tugas arsitek yang dalam proses pelaksanaannya
harus selalu mendapat masukkan dari klien atau dapat juga sebagai hasil interaksi antara
arsitek dengan klien. Pemprosesan informasi tersebut meliputi : Koleksi data, organisasi
data, mengkomunikasikan data, analisis data dan mengevaluasi data.

BAB IV
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERENCANAAN DAN
KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN
Bab ini akan dibahas secara rinci mengenai berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap proses perencanaan, diantaranya faktor pengguna, faktor fisik dan faktor eksternal
serta kaitannya dengan perancangan.
A. Faktor Pengguna/Manusia
Berikut ada beberapa aspek kedalam faktor pengguna, yaitu sebagai berikut:
1. Aktifitas
2. Perilaku
3. Tujuan Yang Hendak Dicapai
4. Organisasi
5. Karakteristik Kependudukan
6. Sikap
7. Tata Nilai atau Kepercayaan
8. Persepsi
9. Kecenderungan
B. Faktor Fisik
Berikut merupakan beberapa kajian yang termasuk kedalam faktor fisik, yaitu sebgai
berikut:
1. Kualitas Lokasi/ Lingkungan
2. Kondisi Site
3. Bangunan/Fasilitas Yang Ada
4. Pelingkup/Cangkang Bangunan
5. Struktur
6. Sistem Bangunan
7. Perlengkapan/Perabotan
8. Material Bangunan dan Finishing
9. Pendukung/Service
10. Penggunaan
11. Setting Aktifitas
12. Operasionalisasi Fasilitas/ Sirkulasi
13. Aspek Lingkungan
14. Pemanfaatn dan Konservasi Energi
15. Daya Tahan dan Fleksibilitas
C. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan setiap faktor yang berada diluar ranah lingkup arsitek namun
memiliki pengaruh terhadap proses perencanaan dan perancangan, antara lain sebagai
berikut:
1. Ketentuan Legal
2. Topografi
3. Iklim
4. Ekologi
5. Ketersediaan Sumber Daya
6. Pasokan Energi dan Biaya yang Dikeluarkan
7. Ekonomi, Keuangan, dan Anggaran Biaya
8. Waktu.
BAB V
PENGUMPULAN DATA & TEKNIK PENGUMPULAN DATA
ARSITEKTUR

Pada bab ini akan membahas seperti apa teknik pada pengumpulan data arsitektur.
Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan. Pada bidang arsitektur data yang diperoleh cenderung
menonjolkan faktor subjektif dari pengguna, arsitek ataupun pihak-pihak yang terkait dengan
bangunan yang akan di design.
A. Penelitian Awal
Digunakan sebagai langkah awal dalam pengumpulan data yang akan digunakan sebagai
landasan proses perencanaan dan perancangan kedepannya. Berikut langkah-langkahnya:
1. Tujuan
2. Kegunaan
3. Macam Informasi yang Dibutuhkan
B. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Teknik Survey
2. Teknik Observasi (Pengamatan)
 Observasi Langsung
 Observasi Partisipatori
 Tracking (Penjejakan)
 Pemetaan Perilaku
 Pencatatan Spesimen Perilaku
3. Teknik Wawancara.
BAB VI
IDENTIFIKASI DALAM PERENCANAAN
Dalam tahap identifikasi dalam perencanaan, terdapat dua tahap identifikasi yang
dilakukan dalam upaya penyusunan perencanaan arsitektur yakni identifikasi fungsi dan
identifikasi lokasi. Proses identifikasi yang tepat dan meyeluruh akan turut mempertajam
proses analisis.
A. Identifikasi Fungsi
1. Fungsi
Berikut 3(tiga) hal yang terkait dengan filosofi fungsi, yaitu sebagai berikut:
 Citra
 Nuansa
 Suasana
2. Ruang Lingkup Fungsi
Yang dimaksud dari ruang lingkup disini adalah penggolongan tingkat dan status
perekonomian atau status finansial dari pemakai dan pengguna fungsi.
3. Radius Pelayanan
Radius pelayanan adalah jarak pelayanan fungsi dan pelayanan yang dapat dijangkau
oleh pemakai fungsi tersebut. Tingkat radius pelayanan ini merupakan cerminan
kemampuan dari potensi fungsi yang akan bersinggungan dengan potensi lain baik
yang sejenis atau tidak, maupun bersinergi atau berlawanan.
B. Identifikasi Lokasi
Lokasi adalah kawasan atau area yang luas, baik yang terletak dibagian wilayah
perkotaan, pinggir kota, maupun luar kota. Sementara Tapak adalah kavling tanah yang
dibatasi oleh pagar pembatas dan terletak disuatu lokasi maupun kawasan. Identifikasi
lokasi merupakan proses pencarian lokasi dan tapak untuk dipilih dan ditentukan.
Beberapa proses yang dilakukan untuk mengidentifikasikan lokasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Kriteria Penentuan Lokasi dan Tapak
Beberapa kriteria dalam menentukan pemilihan tapak, yaitu:
 Lokasi
 Penguasaan/Pembebasan Lahan
 Peruntukkan
 Ukuran
 Bentuk
 Karakteristik Tapak
 Akses Jalan dan Pencapaian ke Tapak
 Ketampakkan (Visibility)
 Guna Lahan
2. Potensi Terkait
Untuk memastikan fungsi dan potensi yang akan dibangun dapat mempengaruhi
pemilihan tapak, diperlukan data-data actual yang terletak pada suatu kawasan.
3. Alternative Lokasi dan Tapak
Dengan beberapa kriteria persyaratan penentuan yang sudah dibuat dan diperkiran
dapat menentukan beberapa alternative lokasi dan tapak dengan kesetaraan kualitas
fungsi.
4. Pemilihan Tapak
Untuk menentukan tapak yang tepat dari alternative-alternatif lokasi yang dipilih
perlu dilakukan langkah-langkah dengan menggunakan matriks pemilihan berupa
table korelasi.

BAB VII
ANALISIS PERENCANAAN
Analisis menjadi tahap penting dalam proses perencanaan. Setiap aspek fisik dan non
fisik menjadi sasaran analisis perencanaan, mulai dari aspek fungsi dan kegiatan, aspek
pengguna, besaran ruang, potensi tapak dan kawasan, kondisi eksisting hingga aspek sosial,
budaya dan teknologi.
A. Analisis Non-Fisik
1. Analisis Fungsi dan Kegiatan
 Jenis kegiatan
 Pelaku kegiatan
 Sifat kegiatan
 Syarat kegiatan
 Standar kegiatan
2. Analisis Sosial Ekonomi
 Tingkat penghasilan pengguna
 Anggaran biaya
 Efektif dan efisien
 Ekspresi
3. Analisis Sosial Budaya
 Pola perilaku
 Adat istiadat
 Tradisi
 Kepercayaan
B. Analisis Fisik
1. Analisis Tapak
Beberapa poin yang perlu dianalisis dalam analisis tapai, sebagai berikut:
 Analisis dimensi
 Analisis peraturan daerah
 Analisis potensi
 Analisis klimatologi (iklim, garis edar matahari, dan angin)
 Analisis topologi (jenis tanah, bentuk permukaan tanah, potong dan urug, dan
aliran air permukaan)
 Analisis pencapaian
 Analisis sirkulasi
 Analisis arah pandang
 Analisis ruang kota
 Analisis vegetative
 Analisis utilitas kota
 Analisis kebisingan

2. Analisis Teknologi Bangunan


 Rekayasan teknik dan kontruksi (sistem struktur bentuk aktif, vector aktif, blok
aktif, permukaan aktif, dan vertical)
 Analisis sistem utilitas bangunan (jaringan air bersih dan kotor, listrik dan
penerangan, penyegar udara, komunikasi dan tata surya, sampah, pemadam
kebakaran, penangkal petir, dan keamanan)
C. Analisis Kawasan dan Wilayah
1. Komponen Analisis Kawasan
Dalam menganalisis kawasan, berikut beberapa aspek penting dalam perencanaan,
yakni:
 Perkembangan sosial penduduk
 Prospek pertumbuhan ekonomi
 Daya dukung fisik dan lingkungan
 Legalitas konsolidasi perencanaan
 Daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan
 Kajian signifikan dari historis kawasan.
2. Analisis Sistem Utilitas Kawasan
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan fasilitas penunjang yang
mampu memberikan kelancaran dan kenyamanan kegiatan didalam kawasan.

BAB VIII
SINTESIS PERENCANAAN
Sintesis merupakan tahap lanjutan dari analisis. Pada tahap ini merupakan titik pijak dari
tahap perencanaan menuju perancangan. Hasil sintesis merujuk kepada hasil analisis yang
sebelumnya telah dibahas.
Sintesis merupakan tahap lanjutan dari analisis. Pada tahap ini merupakan titik pijak
dari tahap perencanaan menuju perancangan. Hasil sintesis merujuk kepada hasil analisis
yang sebelumnya telah dibahas.

A. Sintesis Non Fisik


1. Sintesis Fungsi
 Program ruang dan besaran ruang
 Urutan kegiatan
 Diagram hubungan ruang
 Diagram matrix
2. Sintesis Sosial Ekonomi
 Efektif dan efisien
 Anggaran biaya
3. Sintesis Sosial Budaya
 Adat istiadat
 Pola perilaku
 Pakem dan standar
4. Sintesis Kejiwaan
 Bentuk bangunan dan kawasan
 warna
B. Sintesis Fisik
1. Sintesis Tapak
 Penentuan gerbang utama dan samping
 Pendaerahan tapak (zoning)
 Titik tangkap
 Orientasi
 Garis imajiner (skyline)

2. Sintesis Bangunan
 Filosofi bentuk
 Alternative bentuk dasar
 Titik berat tapak
 As bangunan
 Tinggi bangunan
3. Sintesis teknologi
 Struktur dan kontruksi
 Utilitas bangunan dan kawasan
 Bahan bangunan

BAB IX
PERENCANAAN BERDASAR ANALISIS PERILAKU
Pendekatan perilaku menekankan pada hubungan dialektik antara ruang dengan
manusia dan masyarakat yang memanfaatkan atau yang menghuni ruang tersebut. pendekatan
tersebut menekankan pada perlunya memahami perilaku manusia serta masyarakat yang
menghuni di daerah-daerah tertentu dalam memanfaatkan ruang.
A. Batasan Lingkup Pengertian
Karya rancangan arsitektur pada prinsipnya selalu berorientasi pada penciptaan
ruang , bentuk dan tatanan (Ching,DK, 1989). Satu faktor penting yang perlu diketahui
adalah ruang sebagai wadah kegiatan dalam proses perancangannya harus selalu
mempertimbangkan faktor pengguna , dalam hal ini yang dominan adalah faktor manusia.
Menurut Edward T.Hall (seorang sosiolog) ruang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang yang berada didalamnya, atau sebaliknya dari sisi arsitektur, ruang diciptakan
untuk mengakomodasikan kebutuhan–kebutuhan penggunanya yang tercermin pada pola
perilakunya. Maka dilihat dari itu, bahwa seorang arsitekur harus mempertimbangkan
pokok penting dalam perencanaan dan perancangan sebuah bangunan yakni perilaku dan
lingkungan.
B. Pola Aktifitas
Sistem aktifitasnya merupakan suatu aliran aktifitas selama suatu periode waktu yang
spesifik (Chapin dan Brail, 1969). Klasifikasi Chapin-Brail (1969) adalah suatu konsep
yang memiliki nilai karena mereka membedakan 3 dasar dari pengaruh perilaku manusia,
yakni:
1. Tingkatan dari interaksi
2. Lokasi
3. Kewajiban dan kebebasan untuk menentukan.

C. Hubungan Arsitektur dengan Perilaku


Menurut Barker (1968): “Seting perilaku sebagai konsep kunci bagi analisis manusia
dalam Arsitektur”, sedangkan Stokols (1976) berpendapat bahwa terdapat empat
pandangan mengenai pengaruh desain arsitektur dengan perilaku manusia sebagai
pengguna, yakni:
1. Pendekatan kehendak bebas (free-will approach)
2. Determinisme arsitektur (architectural determinism)
3. Kemungkinan lingkungan (environmental possibilism)
4. Probabilisme lingkungan (environmental possibilism)
Untuk menentukan suatu seting perilaku yang akan diamati dapat diambil data-data
informasi yang dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yakni:
1. Manusia/pengguna
2. Besarnya karakteristik
3. Objek perilaku
4. Pola aktifitas

BAB X
KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
Konsep perancangan merupakan titik tolak perancangan, yang merupakan uraian-
uraian dari ide dan kreativitas yang ditentukan oleh arsitek (Laksito, 2014). Keberhasilan dari
rancangan sangat diwarnai oleh pola pikir dan kearifan kreativitas perilaku arsitek, apalagi
ditambah oleh keahlian arsitek dalam merespon pola perilaku masyarakat, budaya, kemajuan
rekayasa ilmu teknologi serta lingkungan alam disekitar tapak dan lokasi. Pada bab ini akan
dibahas seputar pokok-pokok dalam konsep perancangan arsitektur
A. Topic dan Tema
Topik dimaknai sebagai salah satu pendekatan dalam perancangan bangunan dan
kawasan, sedangkan Tema merupakan uraian-uraian dari topik bangunan dengan tujuan
untuk memperjelas maksud dan tujuan dari topic.
menguraikan empat jenis pendekatan dalam strategi perancangan, yakni :
1. Pendekatan Kejiwaan /Psikologi
2. Pendekatan Teknologi
3. Pendekatan Ekonomi
4. Pendekatan Budaya.
B. Konsep Peruntukkan (Zoneplan)
Zoneplan adalah peruntukan daerah perletakan dari program ruang dan fungsi yang
ditempatkan arsitek pada suatu tapak, bangunan, maupun kawasan. Peruntukan ini
merupakan kombinasi antara penzoningan sintesis nonfisik (diagram matriks) dengan
sintesis fisik tapak. Secara garis besar zoneplan dibagi menjadi dua bagian, yakni :
1. Zoneplan Horizontal
Merupakan penentuan peruntukan ruang dan kegiatan dari fungsi pada permukaan
tapak secara mendatar.
2. Zoneplan Vertikal
Merupakan peruntukan dan penempatan program ruang disetiap lantai dalam
bangunan.
C. Konsep Tata Ruang Luar
Ruang luar merupakan sisa dari luas tapak dikurangi luas dasar bangunan. Dengan
demikian luasan ruang luar tersebut tergantung dari besaran prosentase koefisien dasar
bangunan (KDB). Secara garis besar tata ruang luar dibagi menjadi dua jenis, yakni :
1. Ruang Luar Aktif
Merupakan sisa tapak yang diolah menjadi taman yang masyarakat penggunanya
dapat ikut aktif memanfaatkannya.
2. Ruang Luar Pasif
Merupakan sisa tapak yang diolah menjadi taman akan tapi masyarakat pemakai tidak
ikut aktif didalamnya.
D. Konsep Sirkulasi
1. Sirkulasi Dalam Tapak Sirkulasi dalam tapak adalah sebuah rancangan jalan
penghubung antar peruntukkan setelah ditetapkannya zonplan dalam tapak.
2. Sirkulasi Dalam Bangunan
Untuk memperlancar pergerakan manusia didalam bangunan maka diperlukan
penentuan dan letak sirkulasi yang tepat dengan fasilitas dan sarana penunjangnya.
Arah, dimensi dan bentuk sirkulasi tergantung pada topik dan tema perancangan yang
telah ditentukan oleh arsitek sejak awal proses.
E. Konsep Orientasi Bangunan
Konsep ini merupakan sikap arah menghadap bangunan yang ditunjukkan oleh kegiatan-
kegiatan didalamnya.
1. Orientasi Ke Luar
Merupakan sikap arah menghadap bangunan yang menunjukkan kesan terbuka dan
menerima (welcome) terhadap masyarakat luas dan lingkungan sekitar tapak.
2. Orientasi Ke Dalam
Orientasi ini merupakan sikap arah pandang yang ditunjukkan bangunan bahwa
kegiatan-kegiatan yang terjadi didalamnya tidak membutuhkan view atau pandangan
ke luar.
F. Konsep Titik Tangkap Bangunan
Titik tangkap merupakan daerah pada bangunan yang menajdi pusat perhatian
pengunjung dari luar lokasi. Ada beberapa hal yang menjadi kunci saat menentukan arah
dan letak titik tangkap yang tepat, yakni :
1. Analisis view dan pencapaian
2. Analisis potensi tapak dan kondisi topografi
3. Daerah yang telah ditentukan sebagai daerah titik tangkap sangat tepat untuk
meletakkan logo, tower, indentitas ataupun ciri-ciri khas dari bangunan.
G. Konsep As Bangunan dan Kawasan
As bangunan disini diartikan sebagai poros arah, baik membujur, melintang atau
menyudut dari rencana bangunan.
H. Konsep Dimensi Bangunan
Pengertian dimensi bangunan dalam arti fisik adalah besaran ketebalan dan tinggi
bangunan.
I. Konsep Bentuk Massa Bangunan
Semua hasil sentesis dan konsep diramu dan dirangkai menjadi satu perpaduan yang
menghasilkan bentuk massa bangunan dalam bentuk sketsa-sketsa imajiner. Bentuk
bangunan pada tahap ini sudah mulai spesifik karena sudah memunculkan image, ciri atau
gaya khas dari arsitek itu sendiri.

J. Konsep Struktur dan Kontruksi Bangunan


Ide dan konsep struktur yang diambil bersumber dari prinsip fungsi dan dimensi bentuk
bangunan yang dipadukan dengan estetika bangunan. Dalam proyek nyata, penetapan
system struktur yang tepat dan akurat sebaiknya dikonsultasikan dengan pihak kontraktor.
Umumnya jenis struktur bangunan dibedakan berdasarkan:
1. Ketinggian Bangunan
- Bangunan bertingkat rendah (1-3 lantai)
- Bangunan Walk Up (4-8 lantai)
- Bangunan bertingkat tinggi (9-40 lantai)
- Bangunan pencakar langit (>40 lantai)
2. Bangunan Bentang Luar
Dengan melihat bentuk dan jenis lebar bentangan yang ditentukan arsitek, maka akan
diketahui pula material yang digunakan pada jenis struktur bentang lebar tersebut,
dimana secara garis besar pilihan struktur terdiri dari :
- Struktur beton
- Struktur besi baja
- Struktur kayu
K. Konsep Utilitas Bangunan
Berikut merupakan beberapa penggunaan utilitas bangunan, yakni:
a. Jaringan Instalasi Air
Merupakan sistem jaringan pemipaan yang mengalirkan
dan memindahkan air dari suatu tempat ke tempat lain.
b. Jaringan Listrik
Sumber listrik umumnya berasal dari PLN maupun generator pada bangunan itu
sendiri. Jaringan listrik sendiri tidak hanya meliputi unsur pencahayaan pada
bangunan, tapi juga meliputi operasional utilitas bangunan, dari lift dan eskalator,
mesin pengolah limbah, sistem keamanan dan hal-hal lain yang memerlukan
pasokan energi listrik.

c. Jaringan Pengudaraan Ruangan


Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal
atau bangunan – bangunan bertingkat, khususnya di daerah beriklim tropis dengan
udara yang panas dan tingkat kelembaban tinggi, diperlukan usaha untuk
mendapatkan udara segar baik udara segar dari alam dan aliran udaran buatan.
d. Jaringan Pemadam Kebakaran
Instalasi pemadam kebakaran merupakan salah satu sarana utilitas yang cukup
penting dalam suatu bangunan, sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan
teliti dalam pengadaannya. Yang termasuk dalam peralatan jaringan pemadam
kebakaran ini adalah :
- Jaringan air semprot (sprinkler)
- Jaringan Hydrant
- Jaringan Halon Gas
e. Jaringan Pembuangan Limbah
Pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi, kegiatan para pemakainya akan
menghasilkan limbah dalam jumlah yang cukup besar volumenya. Permasalah ini
dapat diantisipasi dengan menyediakan lubang-lubang pembuangan limbah yang
terletak pada core bangunan, termasuk didalamnya pemipaan air kotor. Sedangkan
limbah yang berasal dari hasil kegiatan kawasan juga harus mendapat perhatian
arsitek.

Anda mungkin juga menyukai