Anda di halaman 1dari 108

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN MODAL

VENTURA SYARIAH PADA PEMBIAYAAN BMT


(Studi Kasus pada PT. Permodalan BMT Ventura)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
AGUNG NUGROHO
NIM: 1111046100134

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN MODAL
VENTURA SYARIAH PADA PEMBIAYAAN BMT
(Studi Kasus pada PT. Permodalan BMT Ventura)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
Agung Nugroho
NIM: 1111046100134

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agung Nugroho


NIM : 1111046100134
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan unutk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka saya
siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

iv
ABSTRACT

This study aims to determine to know about the mechanism and procedure of
financing to BMT conducted by PT. Permodalan BMT Ventura, see what risks
arising from financing to BMT conducted by PT. Permodalan BMT Ventura, as
well as the implementation of risk management by PT. Permodalan BMT Ventura
on financing to BMT.

In this study using primary data obtained from the observation and interview
activities submitted to the company concerned, and secondary data that support
this research. As for the method of analysis, this study used qualitative descriptive
method.

From the results of this study can be seen how the mechanisms and
procedures of financing on BMT, what risks arise in such financing, and how the
implementation of risk management by PT. Capital Vehicle BMT.

Keyword: Venture Capital Company Sharia, Financing, Management Risk

References: Year 1999 to 2016.

v
ABSTRAK

Agung Nugroho, NIM 1111046100134, Penerapan Manajemen Risiko


Perusahaan Modal Ventura Syariah pada Pembiayaan BMT (Studi Kasus pada
PT. Permodalan BMT Ventura), Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
1439H/2018M
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui tentang
mekanisme dan prosedur pembiayaan kepada BMT yang dilakukan oleh PBMT
Ventura, melihat apa saja risiko-risiko yang timbul dari pembiayaan kepada BMT
yang dilakukan oleh PBMT Ventura, serta penerapan manajemen risiko yang
dilakukan oleh PBMT Ventura pada pembiayaan kepada BMT.
Pada penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil
observasi dan kegiatan wawancara yang diajukan kepada pihak perusahaan yang
bersangkutan, serta data sekunder yang mendukung penelitian ini. Sedangkan
untuk metode analisis, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana mekanisme dan prosedur
pembiayaan pada BMT, risiko-risiko apa yang timbul pada pembiayaan tersebut,
serta bagaimana penerapan manajemen risiko yang dilakukan PT. Permodalan
BMT Ventura.

Kata Kunci : Perusahaan Modal Ventura Syariah, Pembiayaan, Manajemen


Risiko
Pembimbing : Dr. Sofyan Rizal, SE, M.Si
Daftar Pustaka : Tahun 1999 sampai dengan tahun 2016.

vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur atas limpahan karunia allah SWT yang telah
mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh
keluarga dan sahabatnya yang selalu istiqamah dalam menegakkan agama islam.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar S1 (Strata- Satu),
yang dipandang sebagai salah satu proses untuk mengetahui kemampuan
mahasiswa dan mahasiswinya. Pada penulisan skripsi ini membuat penulis
berfikir secara ilmiah untuk dapat menyampaikan apa yang penulis bahas dalam
penelitian ini.
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang penulis rasakan namun
dengan dukungan dan motivasi dari para pihak yang membuat penulis
merasatidak terbebani dalam menulis skripsi ini. Penulis juga ingin
menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para
pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak AM. Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Bapak Dr. Sofyan Rizal, SE, M.SI. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan waktu luangnya untuk memberikan banyak arahan kepada
penulis.

vii
6. Ibu Desiyana Rina Yulia selaku Manager Legal Compliance and Risk
Management PT. Permodalan BMT Ventura yang telah memberikan izin
untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.
7. Segenap dosen Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis,
semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat
8. Pimpinan dan staf Akademik Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah
membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan mengenai penulisan
skripsi.
9. Ibu dan almarhum bapak, ibu Ngatiyem dan bapak Maryoto yang selalu
mendoakan dan memberikan motivasi kepada anaknya, dan doa yang tiada
hentinya untuk anaknya agar menjadi orang sukses.
10. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi atas penyelesaian
skripsi ini baik moril maupun materil sehingga dapat terselesaikannya
skripsi ini.

Jakarta, 7 Juni 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

ABSTRACT .............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

F. Kajian Pustaka.............................................................................................. 8

G. Kerangka Teori dan Konsep....................................................................... 12

H. Metode Penelitian....................................................................................... 15

1. Jenis Penelitian.................................................................................................. 15
2. Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 16
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 17
4. Teknik Pengolahan Data ................................................................................... 18
5. Teknik Analisa Data ......................................................................................... 18
6. Teknik Penulisan ............................................................................................... 18
I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 19

BAB II ................................................................................................................... 20

ix
Tinjauan Teoritis ................................................................................................... 20

A. Pengertian Pembiayaan .............................................................................. 20

B. Perusahaan Modal Ventura Syariah ........................................................... 29

C. Manajemen Resiko ..................................................................................... 31

D. Jenis-Jenis Resiko ...................................................................................... 35

BAB III ................................................................................................................. 38

GAMBARAN UMUM PT. PERMODALAN BMT VENTURA ........................ 38

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya PT. Permodalan BMT


Ventura .............................................................................................................. 38

B. Visi, Misi, dan Tujuan PT. Permodalan BMT Ventura ............................. 40

C. Legalitas Hukum PT. Permodalan BMT Ventura ...................................... 42

D. Produk-Produk PT. Permodalan BMT Ventura ......................................... 43

E. Struktur Organisasi PT. Permodalan BMT Ventura .................................. 46

BAB IV ................................................................................................................. 47

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 47

A. Pembiayaan Kepada BMT di PT. Permodalan BMT Ventura ................... 47

B. Analisis Produk-Produk Pembiayaan di PT. Permodalan BMT Ventura .. 51

C. Risiko-Risiko yang Timbul pada Pembiayaan di PT. Permodalan BMT


Ventura .............................................................................................................. 56

D. Kerangka Kerja Manajemen Risiko PT. Permodalan BMT Ventura ......... 61

E. Mitigasi Risiko PT. Permodalan BMT Ventura ......................................... 64

F. Pengelolaan Risiko PT. Permodalan BMT Ventura .................................. 67

G. Proses, Kebijakan, dan Penerapan Manajemen Risiko PT. Permodalan


BMT Ventura .................................................................................................... 70

H. Analisis Penerapan Manajemen Risiko PT. Permodalan BMT Ventura ... 77

BAB V................................................................................................................... 80

x
PENUTUP ............................................................................................................. 80

A. Kesimpulan ................................................................................................ 80

B. Saran ........................................................................................................... 81

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 86

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Prosedur Pembiayaan PBMT Ventura .................................................. 51

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 15

Gambar 2.1 Siklus Proses Manajemen Risiko ...................................................... 33

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PBMT Ventura .................................................. 46

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Manajemen Risiko ............................................ 62

xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Indonesia memiliki


perkembangan yang cukup pesat dengan menawarkan berbagai produk-produk
pembiayaan yang dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat kecil. LKMS ini
mampu hadir sebagai jawaban bagi masyarakat kecil untuk memperoleh bantuan
modal usahanya, karena lembaga keuangan formal seperti bank tidak mampu
menyentuh mereka.

Sejumlah LKMS di Indonesia dikenal juga sebagai Baitul Maal wat Tamwil
(BMT). Dalam menjalankan usahanya, BMT memiliki nama-nama berbeda yang
terpampang dalam berbagai identitas operasional lembaga tersebut. Ada yang
mempublikasikan nama dengan mencantumkan status badan hukumnya yaitu
sebagai Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) serta ada pula
yang secara lengkap menyatakan diri sebagai KSPPS BMT dengan disertai nama
tertentu.1

BMT telah berkembang menjadi salah satu LKMS yang memiliki peranan
penting di Indonesia. Hal yang paling menonjol pada BMT adalah
keberhasilannya dalam penyaluran dana berupa pemberian pembiayaan yang
diberikan kepada anggota atau nasabah, dimana BMT berhasil menjangkau pihak-
pihak yang selama ini dapat dikatakan tak mempunyai akses kepada pembiayaan
oleh perbankan (unbankable).

Menurut Suharto (2011),2 CEO Permodalan BMT, Pertumbuhan BMT yang


tinggi setidaknya dipengaruhi oleh empat faktor: pertama, kesadaran syariah
masyarakat yang makin meningkat; kedua, kepercayaan masyarakat yang makin

1
Perhimpunan BMT Indonesia, Haluan BMT 2020, Cet. Kedua, h.1.
2
Ir. Saat Suharto Amjad, dalam
http://www.tamzis.com/index2.php?option=comcontent&dopdf=1&id=164 (diunduh pada 06
Maret 2011)

1
2

tinggi, serta pemberitaan media yang semakin luas; ketiga, lembaga-lembaga yang
membuat regulasi bagi BMT melakukan pengawasan, training yang semakin
tertata; keempat, kepercayaan lembaga perbankan dan pemerintah untuk
melakukan linkage program.

Sejumlah BMT di Indonesia sendiri, memulai usahanya dengan menghimpun


dana dari nasabah yang kemudian berperan sebagai anggota dari BMT tersebut.
Namun ada juga BMT yang memulai usaha dengan mendapatkan bantuan dari
lembaga keuangan yang lebih besar seperti bank syariah, BPRS, maupun
lembaga-lembaga pengembang (induk) LKMS, baik dalam bentuk pembiayaan
maupun linkage program.3 Bahkan sejumlah BMT yang sudah berdiri tanpa
mendapatkan pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan tersebut, pada
akhirnya mengajukan pembiayaan untuk mengembangkan usahanya kepada
lembaga-lembaga keuangan yang bersedia memberikan pembiayaan kepada BMT.

Di Indonesia hingga saat ini terdapat lebih dari 5000 BMT yang beroperasi
dan diperkirakan dari total keseluruhannya memiliki jumlah aset mencapai lebih
dari 5 triliun rupiah dengan jumlah pengusaha mikro dan kecil yang telah
mendapatkan pembiayaan sudah sekitar 4 juta unit usaha.4 Sementara menurut
data Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK), hingga awal tahun 2014
BMT yang didirikan PINBUK telah mencapai 3.868 BMT dengan jumlah anggota
dan calon anggota telah mencapai angka 10 juta orang dan asset BMT seluruhnya
mencapai 4 triliun rupiah.5

Pada kenyataannya pertumbuhan jumlah BMT yang tinggi, ternyata tidak


diikuti dengan peningkatan kualitas manajemen sehingga menyebabkan
banyaknya BMT yang gagal dalam menjalankan usahanya. Kegagalan BMT
dalam menjalankan usahanya, bisa terjadi karena penyaluran pembiayaan oleh
BMT kepada anggota atau nasabah yang tidak mempunyai akses ke perbankan
(unbankable) yang kemudian timbul terjadinya pembiayaan bermasalah. Hal ini

3
Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah (Bekasi: Gramata Publishing, 2016), h., 133
4
Anonimus, Islamic Microfinance di Indonesia (Sharing, November 2010)
5
Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah (Bekasi: Gramata Publishing, 2016), h., 141
3

disebabkan tidak sesuainya kriteria nasabah membuat tingginya risiko


pembiayaan di BMT. Banyak BMT yang akhirnya gulung tikar karena kurangnya
perhatian dalam menilai kriteria calon nasabah pembiayaan, sehingga terjadi
permasalahan pada pengembalian pembiayaan oleh nasabah dikemudian hari.

Adapun kasus lainnya kegagalan BMT adalah jika BMT tersebut terindikasi
melakukan fraud yang merugikan nasabah, seperti pada BMT Perdana Surya
Utama (PSU) Malang sekitar tahun 2015 yang mendapati pembiayaan macet
karena melakukan kecurangan dengan memberikan pembiayaan kepada pengurus
dan keluarga pengurusnya.6

Risiko pembiayaan bermasalah yang didapat oleh BMT sesungguhnya adalah


hal wajar, mengingat pada pembiayaan bank saja yang memiliki nasabah
pembiayaan dengan kriteria yang sesuai bank (bankable), masih berpotensi
terjadinya pembiayaan bermasalah. Risiko ini secara otomatis juga akan
didapatkan oleh perusahaan yang memberikan pembiayaan terhadap BMT. Hal ini
terjadi bila BMT mendapati banyak pembiayaan bermasalah, maka akan
mengakibatkan sulitnya pengembalian pembiayaan kepada perusahaan atau
lembaga keuangan yang telah memberikan akses pembiayaan kepada BMT
tersebut untuk kelangsungan usahanya.

Salah satu lembaga keuangan yang bersedia memberikan pembiayaan kepada


BMT adalah PT. Permodalan BMT Ventura (PBMT Ventura) yang dibentuk oleh
Perhimpunan BMT Indonesia atau sebelumnya dikenal sebagai BMT Center.
Lembaga ini berperan dalam bidang investasi, pembiayaan, dan program
kemitraan (linkage program) BMT.7 PBMT Ventura merupakan perusahaan
modal ventura berbasis syariah yang menyediakan jasa keuangan bagi pengusaha
kecil dan mikro yang disalurkan melalui jaringan BMT.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2012, disebutkan


bahwa Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan

6
http://surabaya.bisnis.com/read/20150728/11/82261/fraud-di-bmt-psu-malang-satgas-
investasi-siap-telusuri-kasus- (diakses pada 27 Maret 2018 pukul 23.03)
7
http://permodalanbmt.com/bmtCenter/?p=535 (diunduh pada 06 Maret 2011)
4

usaha yang melakukan usaha investasi dalam bentuk pembiayaan berupa


penyertaan modal kedalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan
(investee company) sebagai pasangan usaha untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui obligasi konversi, dan/atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.8 Sedangkan perusahaan
modal ventura syariah adalah peusahaan modal ventura yang menjalankan
usahanya berlandaskan prinsip-prinsip syariah.

Dalam prakteknya, pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan modal


ventura berbeda dengan bank. Pembiayaan yang diberikan oleh bank adalah
berupa pemberian fasilitas kredit, sementara perusahaan modal ventura
memberikan pembiayaan dalam bentuk penyertaan langsung ke dalam perusahaan
yang dibiayainya. Dan yang menjadi Karakteristik utama dalam perusahaan modal
ventura yang paling menonjol adalah dari sisi risiko. Tingginya risiko yang
mungkin dihadapi usaha modal ventura mengakibatkan pada tingginya expected
return yang diharapkan oleh venture capital. Akibatnya, perusahaan modal
ventura cenderung hanya akan membiayai usaha yang mampu menjanjikan
keuntungan yang besar.9 Hal inilah yang membuat keberanian PBMT Ventura
dalam memberikan akses permodalan kepada BMT menjadi hal yang cukup unik,
mengingat banyaknya kasus kegagalan BMT dalam menjalankan usahanya.

Hingga saat ini, PBMT Ventura merupakan satu-satunya perusahaan


permodalan ventura syariah yang memberikan akses permodalan ventura kepada
BMT-BMT di seluruh Indonesia. Dengan jumlah BMT yang lebih dari 5000 unit
yang beroperasi di seluruh Indonesia, PBMT Ventura menjadi salah satu wadah
potensial dalam upaya pengembangan serta pembinaan BMT.10 Hal ini diharapkan
mampu memperkuat modal dan likuiditas BMT-BMT yang telah ada maupun
yang baru berdiri.

8
Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2012
9
Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management: Convetional and
Syar’I System, (Jakatrta: Rajawali Pers, 2007), h. 1142.
10
Anonimus, Islamic Microfinance di Indonesia (Sharing, November 2010)
5

Dari sejumlah hal tersebut, maka perlu adanya sebuah mekanisme yang
mengintregasikan proses dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan, dan kegiatan tersebut kita kenal sebagai kegiatan manajemen.
Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga, dan jasa, tidak
terkecuali jasa keuangan didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit).
Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan
dengan efisien.11

Manajemen yang baik nantinya akan mengurangi potensi risiko yang


ditimbulkan. Risiko sendiri merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
diperkirakan, maupun yang tidak diperkirakan yang berdampak negatif terhadap
permodalan dan pendapatan, risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi
dapat dikelola dan dikendalikan, oleh karena itu suatu perusahaan memerlukan
serangkaian prosedur dan metodelogi yang dapat mengukur, mengidentifikasi,
memantau, dan mengendalikan risiko yang muncul dari kegiatan usaha.
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih dapat
menciptakan nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah
diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko kerugiannya, dengan demikian,
proses manajemen risiko menjadi suatu kebutuhan bagi setiap perusahaan bukan
hanya menjadi kewajiban yang dipersyaratkan oleh regulator.12

Selain itu pada kegiatan usahanya, PBMT Ventura yang melakukan


pembiayaan pada BMT, sudah pasti menimbulkan risiko yang lebih karena
berhubungan dengan usaha yang sangat rentan terhadap risiko. Dari kenyataan ini
maka dapat diketahui bahwa PBMT Ventura akan menghadapi berbagai macam
risiko dari kegiatan usaha yang dilakukan. PBMT Ventura diharapkan mempunyai
manajemen yang baik dan teratur untuk keberlangsungan usahanya, dengan
melihat kepada risiko-risiko yang akan terjadi dalam penyaluran pembiayaan,
terutama kepada permasalahan manajemen risiko pembiayaan, agar risiko yang

11
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah,( Jakarta: Pustaka alvabet, 2006),
h. 90.
12
Muhammad Muslich, Manajemen risiko operasional : Teori dan Praktik (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007), h. 3.
6

timbul dimasa yang akan datang dapat diminimalisir sedemikian rupa. Maka
sudah seharusnya PBMT Ventura menerapkan manajemen yang baik dalam
mengahadapi risiko-risiko yang terjadi pada pembiayaan.

Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan


penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana praktik manajemen risiko
pembiayaan pada PBMT Ventura. sehingga penulis tertarik mengambil judul
“PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN MODAL VENTURA
SYARIAH PADA PEMBIAYAAN BMT (Studi Kasus pada PT. Permodalan
BMT Ventura)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian


ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Terdapatnya potensi fraud dari BMT yang dibiayai oleh PBMT Ventura.
2. Terdapatnya potensi wanprestasi dari bangkrutnya BMT yang berdampak
pada kegagalan pengembalian pembiayaan kepada PBMT Ventura.
3. Terdapatnya beberapa kasus buruknya manajemen risiko oleh BMT,
dimana BMT merupakan Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) dari PBMT
Ventura.
4. Cakupan wilayah yang luas dalam memberikan pembiayaan berpotensi
menyulitkan PBMT Ventura dalam mengawasi PPU-nya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membatasi permasalah


yang akan dibahas dalam penelitian, hal ini dilakukan agar penelitian dapat
lebih fokus dan terarah. Pembatasan masalah dilakukan karena banyaknya
jenis risiko yang akan dihadapi oleh PBMT Ventura, sehingga penulis
membatasi masalah hanya pada penerapan manajemen risiko pembiayaan
kepada BMT yang dilakukan oleh PBMT Ventura. Data yang diperlukan
adalah data yang hanya berkaitan dengan manajemen risiko pembiayaan itu
sendiri.
7

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dibuat tersebut, penulis


membuatkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu,
Bagaimana penerapan manajemen risiko oleh PT. Permodalan BMT Ventura
dalam penyaluran pembiayaan kepada BMT?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jawaban terhadap masalah


yang muncul melalui batasan pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Sifatnya merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang
dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk menganalisis apa saja risiko-risiko dari pembiayaan yang
diberikan kepada BMT oleh PBMT Ventura.
2. Untuk menganalisis penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh
PBMT Ventura pada pembiayaan kepada BMT.
3. Untuk menganalisis tentang bagaimana proses pembiayaan kepada BMT
yang dilakukan oleh PBMT Ventura.
E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:
a. Untuk menambah wawasan tingkat pemahaman dan pengetahuan bagi
penulis sendiri khususnya, dan bagi para praktisi maupun akademisi
pada umumnya dalam memahami manajemen risiko penyaluran
pembiayaan
b. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait
dengan manajemen risiko penyaluran pembiayaan.
c. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam
penelitian selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi
penelitian yang lain.
2. Manfaat praktis:
8

a. Sebagai salah satu bahan rujukan perusahaan modal ventura syariah


dalam mengelola manajemen risiko pembiayaan terhadap BMT.
b. Bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian, hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen
risiko di PBMT Ventura, sehingga mampu mengambil keputusan
dengan baik agar dapat meminimalisir kemungkinan risiko.

F. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa


penelitian skripsi:

NO 1
Nama Peneliti, Wushi Adilla Arsyi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013)
Universitas
Jenis Skripsi
Penelitian
Judul Aplikasi Manajemen Risiko pada PT. PNM Ventura Syariah
Penelitian
Isi Penelitian Menjelaskan risiko apa saja yang dapat muncul pada
perusahaan ini, bagaimana dampak dari risiko-risiko tersebut,
dan bagaimana perusahaan meminimalisir dan mengelola
risiko-risiko tersebut
Perbedaan Perbedaannya hanya sebatas pada objek tempat penelitian
dengan Penulis dengan penulis
NO 2
Nama Peneliti, Nursyamsyiah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009)
Universitas
Jenis Skripsi
Penelitian
Judul Peran Manajemen Risiko Dalam Pembiayaan Murabahah
9

Penelitian (Studi kasus pada Bank BNI Syariah Sudirman)


Isi Penelitian Menjelaskan proses manajemen risiko, sistem pengelolaan
pada pembiayaan murabahah dan mengidentifikasi penyebab
pembiayaan bermasalah yang terjadi di Bank BNI Syariah
Sudirman
Perbedaan Perbedaannya ada pada objek tempat penelitian serta latar
dengan Penulis belakang penelitian karena penulis hanya membahas tentang
penerapan manajemen risiko
NO 3
Nama Peneliti, Helmi Adam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010)
Universitas
Jenis Skripsi
Penelitian
Judul Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM Di BMT
Penelitian Al Munawwarah & BMT Berkah Madani
Isi Penelitian Membandingkan strategi manajemen risiko yang dilakukan
BMT Al Munawwarah dengan manajemen risiko yang
dilakukan oleh BMT Berkah Madani dalam hal pembiayaan
UKM
Perbedaan Perbedaannya ada pada objek tempat penelitian serta metode
dengan Penulis penelitian, karena penulis tidak membandingkan penerapan
manajemen risiko antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya
NO 4
Nama Peneliti, Lisa Kartika Sari, Universitas Negeri Surabaya (2011)
Universitas
Jenis Jurnal
Penelitian
Judul Penerapan Manajemen Risiko pada Perbankan di Indonesia
Penelitian
10

Isi Penelitian Meneliti tentang penerapan manajemen risiko perbankan di


Indonesia dan mengetahui keuntungan dan hambatan
menerapkan manajemen risiko di perbankan pada umumnya.
Perbedaan Perbedaannya ada pada objek penelitian pada jenis lembaga
dengan Penulis keuangan yang diteliti serta cakupan wilayah penelitian
NO 5
Nama Peneliti, Rosdiana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2014)
Universitas
Jenis Skripsi
Penelitian
Judul Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Bagi Hasil
Penelitian (Mudharabah dan Musyarakah) pada Bank Syariah Mandiri
Isi Penelitian Meneliti tentang manajemen risiko yang diterapkan oleh bank
syariah mandiri dalam mengcover pembiayaan mudharabah
dan musyarakah serta melihat keberpihakan terhadap nasabah
serta perbandingan penghitungan pembiayaan
mudharabah/musyarakah dengan kredit bank konvensional.
Dan melakukan pengukuran risiko pembiayaan mudharabah
dan musyarakah yang disalurkan oleh bank syariah mandiri
dengan metode Value at Risk (Var)
Perbedaan Perbedaannya pada objek penelitian serta metode penelitian
dengan Penulis yang digunakan, penulis hanya menggunakan metode
deskriptif kualitatif
NO 6
Nama Peneliti, Mega Dhaniswara Arifa, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Universitas (2017)
Jenis Skripsi
Penelitian
Judul Analisis Prosedur Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
Penelitian Sistem Pengawasannya oleh PT. Bank Rakyat Indonesia
11

(BRI) Unit Ciputat pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM)
Isi Penelitian Meneliti tentang prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciputat yang
dimulai dari tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit,
tahap pemutusan kredit, tahap pencairan kredit, dan tahap
pengawasan kredit.
Perbedaan Perbedaannya ada pada objek penelitian dan hal yang diteliti,
dengan Penulis karena penulis meneliti tentang penerapan manajemen risiko
NO 7
Nama Peneliti, Gita Andini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
Universitas
Jenis Skripsi
Penelitian
Judul Faktor-Faktor yang Menentukan Keputusan Pemberian Kredit
Penelitian Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) pada Lembaga
Keuangan Mikro Peer to Peer Lending
Isi Penelitian Meneliti tentang menganalisa faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi keputusan alokasi kredit pada sebuah
model pembiayaan baru yaitu Peer to Peer Lending untuk
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
mengajukan pinjaman melalui koinworks.com.
Perbedaan Perbedaannya ada pada objek penelitian serta hal yang diteliti,
dengan Penulis karena penulis meneliti tentang penerapan manajemen risiko
yang dilakukan pada pembiayaan yang diberikan kepada
BMT
Berbeda dengan karya-karya ilmiah diatas, bahwa penelitian yang akan
penulis lakukan dengan judul “Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan
Modal Ventura Syariah Pada Pembiayaan BMT (Studi Kasus Pada PT.
Permodalan BMT Ventura)” adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana
potret penerapan manajemen risiko yang di jalankan oleh PT. Permodalan
12

BMT Ventura dalam penyaluran pembiayaan kepada BMT. Demikian


perbedaan pokok bahasan serta materi antara penulis dengan skripsi tersebut
diatas.

G. Kerangka Teori dan Konsep

1. Perusahaan Modal Ventura Syariah


Perusahaan modal ventura (Venture Capital Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam
suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee company)
untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan
melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan
pembagian atas hasil usaha.13 Sedangkan perusahaan modal ventura
syariah adalah peusahaan modal ventura yang menjalankan usahanya
berlandaskan prinsip-prinsip syariah.
Secara teoritis, perusahaan modal ventura berpotensi memberikan
kontribusi dalam pengembangan bisnis. Perusahaan kecil yang mempunyai
prospek bagus, namun tidak mempunyai cukup modal dan tidak memiliki
akses ke perbankan dapat berkembang dengan memperoleh dukungan
modal dari perusahaan modal ventura.
2. Pembiayaan
Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Undang-
undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 1 ayat (25)
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
1. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
2. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
3. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’;

13
Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Akademia Permata,
2013) hal. 131.
13

4. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan


5. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi
hasil.
Menurut Rifaat, pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit
unit.14 Menurut siaft penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:15
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Melihat pengertian-pengertian pembiayaan tersebut, maka dapat
disimpulkan kalau pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan modal
ventura syariah adalah pembiayaan yang bersifat produktif mengingat
karakteristik perusahan modal ventura secara umum adalah membiayai
suatu perusahaan yang menjalankan usaha dengan mengharapkan
keuntungan dari perusahaan yang dibiayainya atau membantu perusahaan
yang akan memulai usahanya dengan bantuan dari perusahaan modal
ventura.

14
Rifaat Ahmad Abdul Karim, “The Impact of Basle Capital Adequacy Ratio Regulation
on the Financial Strategy of Islamic Banks”, dalam Proceeding of the 9th Expert Level Conference
on Islamic Banking, disponsori oleh Bank Indonesia dan International Association of Islamic
Banks, 7-8 April 1995, Jakarta.
15
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 160-161
14

3. Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan serangkaian prosedur dan metodologi
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha.16

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi


mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank
dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai
filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap
kegiatan usaha bank.17 Sementara menurut Adiwarman Karim, manajemen
risiko merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha.

Dalam setiap perusahaan terutama perusahaan yang menjalankan


usahanya dengan memberikan pembiayaan kepada perusahaan atau
lembaga keuangan tertentu, maka manajemen risiko menjadi hal yang
harus dilakukan sebagai bagian dari upaya mengelola risiko agar peluang
mendapatkan keuntungan sesuai risiko dapat diwujudkan secara
18
berkelanjutan.

16
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 255
17
Ibid h. 255
18
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014), h. 342
15

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Perusahaan Modal Ventura Syariah


PT. Permodalan BMT Ventura

Risiko-risiko dari pembiayaan yang timbul

Pembiayaan kepada BMT

Penerapan Manajemen Risiko pada PT.


Permodalan BMT Ventura

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian


lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk
desain deskriptif dan metode pegumpulan data dengan cara observasi.

Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan:


gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam
pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif
semata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.
Pendapat lainnya mengatakan “bahwa metode deskriptif bertujuan untuk
16

menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset


dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”19.

2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa penelitian langsung pada PT. Permodalan BMT
Ventura dalam rangka Mengetahui secara langsung bagaimana
mekanisme manajemen risiko yang dijalankan.
a. Jenis data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data kualitatif.
Data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian yaitu PT. Permodalan BMT Ventura yang berupa dokumen-
dokumen yang terkait dengan manajemen risiko pada pembiayaan bagi
hasil perusahaan tersebut, dan berupa kata-kata atau gambar bukan
angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai
penunjang20.
b. Sumber Data
Dua sumber data yang digunakan yaitu :
1) Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara dengan pihak PT. Permodalan BMT Ventura yang
kompeten dan ahli mengenai mekanisme Manajemen risiko
pembiayaan yaitu Manager Legal Compliance and Risk
Management.
2) Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur

19
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : Rajawali
Press, 2004), h. 22
20
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002).
h.51.
17

kepustakaan seperti buku-buku, internet, Surat kabar, jurnal serta


sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Arsip Dokumen
Yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalakan atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari
berbagai daftar kesusastraan yang ada.21 Dengan cara membaca,
mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya
dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi
terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan
media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara


bertanya langsung dengan responden. Dalam wawancara terdapat
instrumen pedoman wawancara antara pewawancara dengan responden.
Dalam hal ini penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi yaitu
PT. Permodalan BMT Ventura. Dengan lembaga tersebut Penulis
menggunakan teknik wawancara atau interview ini dengan narasumber
yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan
keterangan dari masalah yang sedang dibahas.

c. Observasi (Penelitian Lapangan)

21
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002),
h.47
18

Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai metode


pengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan
data dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik.
Dalam hal ini penulis mengamati secara lansung analisis mekanisme
pembiayaan dam implementasi manajemen risiko pada PT. Permodalan
BMT Ventura.

4. Teknik Pengolahan Data


a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui
library research maupun field research, lalu data diperiksa kembali satu
persatu agar tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam
bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.

5. Teknik Analisa Data


Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang bersifat analitis-deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data
dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan
mengenai mekanisme dan manajemen risiko pada penyaluran pembiayaan
yang dilakukan oleh PT. Permodalan BMT Ventura.

6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.
19

I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian
Terdahulu, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis Manajemen Risiko Pembiayaan, bab ini
membahas tentang pengertian pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura
Syariah, manajemen risiko, jenis-jenis risiko, penerapan mekanisme
manajemen risiko.
BAB III Profil Lembaga, bab ini membahas sekilas tentang profil singkat
PT. Permodalan BMT Ventura, meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi,
legalitas hukum, produk-produk yang ada di PT. Permodalan BMT Ventura,
perkembangan wilayah dan jangkauan, dan struktur organisasi.
BAB IV Implementasi Manajemen Risiko Penyaluran Pembiayaan
Kepada BMT Oleh PT. Permodalan BMT Ventura. merupakan bagian
pembahasan mengenai bagaimana mekanisme penyaluran pembiayaan kepada
BMT di PT. Permodalan BMT Ventura serta macam-macam risiko yang
dihadapi koperasi dalam penyaluran pembiayaan dan bagaimana penerapa
manajemen risiko yang dijalankan oleh PT. Permodalan BMT Ventura dalam
penyaluran pembiayaan.
BAB V Penutup, merupakan bagian terakhir penulisan yang akan
menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. bagian
permasalahan di atas yang berisi kesimpulan, saran dan lampiran.
BAB II

Tinjauan Teoritis

A. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan disebut juga dengan kredit di lembaga keuangan
konvensional, pada dasarnya sebuah kesepakatan antara lembaga keuangan
dengan nasabahnya yang memerlukan dana untuk membiayai kegiatan atau
aktivitas tertentu.22
Pengertian pembiayaan menurut Ahmad Muliadi, pembiayaan adalah
perbuatan untuk membiayai baik perorangan maupun bentuk perusahaan.
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan
adalah penyediaan dana oleh pemerintah, pemerintah daerah, duni usaha, dan
masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk
mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha mikro, kecil, dan
menengah.23
Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Undang-
undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pasal 1 ayat (25)
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Landasan
hukum pembiayaan mudharabah dan musyarakah:
a. Mudharabah:
1) Al-Quran: QS. An-Nisa ayat 29
ٍ َ‫ٌَا أَ ٌُّهَا الَّذٌِنَ آ َم ُنوا ََل َتأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ٌْ َن ُك ْم ِبا ْلبَاطِ ِل إِ ََّل أَنْ َت ُكونَ تِجَ ارَ ًة َعنْ َتر‬
‫اض ِم ْن ُك ْم َو ََل َت ْْ ُتلُوا‬
َ َّ َّ‫أَ ْنفُ َس ُك ْم إِن‬
‫َّللا َكانَ ِب ُك ْم رَ حٌِمًا‬

22
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014), h. 202
23
Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h.
3.

20
21

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

2) Al-Hadits: Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:


َ ‫َّ َٔ ْان ًُقَا َس‬،‫َّاَ ْنثَ ٍْ َُّعَّإِنَىَّأَ َج ٍم‬:ُ‫َّشَالَزََّّفِ ٍْ ٍََِّّٓ ْانثَ َش َك َّح‬:‫ل‬
،ُ‫ظح‬ ََّ ‫للاَُّ َعهَ ٍْ ََِّّّ َٔآنِ ََِّّّ َٔ َسه ََّىَّقَا‬ َ ًََِّّ‫أٌَََّّانُث‬
َّ َّ‫صهى‬
(‫لََّنِ ْهثٍَ َِّْعَّ(سٔاَِّاتٍَّياجَّّعٍَّصٍٓة‬ َِّ ٍْ َ‫ػَُّ ْانثُشََّّتِانش ِعٍ َِّْشَّنِ ْهث‬
َّ َّ‫د‬ َّ ‫َٔ َخ ْه‬
Artinya "Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah:
jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga, bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh).
b. Musyarakah:
1) Al-Quran: QS. Shad Ayat 24
ُ ‫ٍَّ ْان ُخهَطَا َِّءَّنٍََ ْث ِغًَّتَ ْع‬
ََّّ‫عُٓ َّْىَّ َعهَى‬ ََّ ‫كَّإِنَىَََِّّ َعا ِج َََِّّّّۖ َٔإٌََِّّ َكصٍِشً اَّ ِي‬ َ ‫لَََّع‬
ََّ ِ‫ْجر‬ ََّ ًَ َ‫لَّنَقَ َّْذَّظَه‬
َِّ ‫كَّتِ ُس َؤا‬ ََّ ‫قَا‬
َّ‫خَّ َٔقَهٍِمََّّ َياَُّْ َّْىََّّۖ َٔظٍَََّّدَا ُٔٔ َُّدَّأََ ًَاَّفَرَُا ََُِّّفَا ْسرَ ْغفَ ََّش‬
َِّ ‫ٌٍَّآ َيُُٕاَّ َٔ َع ًِهُٕاَّانصانِ َحا‬
ََّ ‫ْطَّإِلََّّان ِز‬
ٍَّ ‫تَع‬
َ ََ‫ََّست ََُّّّ َٔ َخشََّّ َسا ِكعًاَّ َٔأ‬
َّ‫َاب‬
Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada
kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini".
Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia
meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat.
22

2) Al-Hadits: Hadits riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah,


Rasulullah SAW berkata:
َّ‫اٌَّأَ َح ُذُْ ًَا‬
ََّ ‫َّفَئ ِ َراَّ َخ‬،َُّ‫احث‬
ِ ‫ص‬َ َّ‫ٍَّأَ َح ُذُْ ًَا‬
َّْ ‫ٍَّ َياَّنَ َّْىٌََّ ُخ‬ َُّ ِ‫َّأَََاَّشَان‬:‫ل‬
َِّ ٍْ ‫سَّانش ِش ٌْ َك‬ َُّ ُْٕ‫للاََّذَ َعانَىٌََّق‬
َّ ٌََِّّ‫إ‬
‫ٍَّتَ ٍُِْ ِٓ ًَا‬ َُّ ْ‫صا ِحثَ ََُّّّ َخ َشج‬
َّْ ‫دَّ ِي‬ َ .
Artinya: "Allah swt. berfirman: 'Aku adalah pihak ketiga dari dua
orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak
mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka." (HR. Abu Daud, yang
dishahihkan oleh al-Hakim, dari Abu Hurairah).
3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Musyarakah.
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik. Landasan hukum pembiayaan al-
Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik.
a. Al-Quran: QS. Az-Zukhruf ayat 32:
َََّ َْٕ‫عُٓ ْىَّف‬
ََّ ‫َّٔ َسفَ ْعَُاَّ َت ْع‬،‫ا‬ ْ ِ‫َََّحْ ٍُ َّقَ َس ًَُْاَّ َت ٍَُُْٓ ْىَّ َي ِع ٍْ َشرَُٓ ْىَّف‬،‫ك‬
َ ٍََْ ‫ًَّان َحٍَا ِجَّان ُّذ‬ َ ٌَ ًُْٕ ‫أَُْ ْىٌََّ ْق ِس‬
َ ‫َّسحْ ًَدَ َّ َست‬
ٌََّ ُْٕ‫دَّ َستكَ َّ َخٍْشَّ ِيًاٌََّجْ ًَع‬ َ ًٌّ‫عُٓ ْىَّتَ ْععً اَّس ُْخ ِش‬
ُ ًَ ْ‫َّٔ َسح‬،‫ا‬ ُ ‫خَّنٍَِر ِخ َزَّتَ ْع‬
ٍ ‫ْطَّ َد َس َجا‬
ٍ ‫تَع‬.
Artinya: "Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan."
b. Al-Hadits: Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa'i dari
Sa`d Ibn Abi Waqqash, dengan teks Abu Daud, ia berkata:
َّ‫صهى‬ َ َ‫عَّ َٔ َياَّ َس ِعذََّتِ ْان ًَا ِءَّ ِي َُْٓاَّفَََُٓا‬
ََّ َِّ‫َاَّسسُٕلَُّللا‬ َ ْ‫يَّاألَس‬
ِ ْ‫ضَّتِ ًَاَّ َعهَىَّانس َٕاقًَِّ ِي ٍَّْانضس‬ ْ ‫ُكُاََُّ ْك ِش‬
َّ‫ةَّأَْٔ َّفِع ٍح‬
ٍ َْ‫ََّٔأَ َي َشََاَّأَ ٌََُّْ ْك ِش ٌََٓاَّتِ َز‬
َ ‫للاَُّ َعهَ ٍْ َِّّ َٔ َسه َىَّع ٍََّْ َرنِك‬.
Aritnya: "Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil
tanaman yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air; maka
23

Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan


agar kami menyewakan tanah itu dengan emas atau perak (uang)."
c. Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Pembiayaan al-Ijarah
al-Muntahiyah bi al-Tamlik.
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna‟.
Landasan hukum piutang murabahah, salam, dan istishna‟:
a. Murabahah:
1) Al-Quran: QS. An-Nisa ayat 29
ََّّ‫اضَّ ِي ُْ ُك ْى‬ َ ‫ٕاَّلَّذَأْ ُكهُٕاَّأَ ْي َٕانَ ُك ْىَّتَ ٍَُْ ُك ْىَّتِ ْانثَا ِغ ِمَّإِلَّأَ ٌَّْذَ ُكٌَٕ َّذِ َج‬
ٍَّ ‫اسجًَّع ٍََّْذَ َش‬ َ ُُ‫ٌَاَّأٌََُّٓاَّان ِزٌٍَ َّآ َي‬
‫َٔ َلَّذَ ْقرُهُٕاَّأَ َْفُ َس ُك ْىََّّإٌَِّللاََّ َكاٌَ َّتِك ْىَّ َس ِحٍ ًًا‬
ُ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
2) Al-Hadits: Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam
ُُ ٌْ ‫ إِ ِّنمَا ا ْل َب‬:َ‫صلَّى َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم َقال‬ ِ ‫َعنْ أَ ِبًْ َس ِع ٌْ ٍد ا ْل ُخ ْد ِريْ رضً َّللا عنه أَنَّ رَ س ُْو َل‬
َ ‫َّللا‬
(‫ (رواه البٌهًْ وابن ماجه وصححه ابن حبان‬،‫اض‬ ٍ َ‫َعنْ َتر‬
Artinya: Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban).
3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Murabahah.
b. Salam:
1) Al-Quran: QS. An-Nisa ayat 29
ََّّ‫اضَّ ِي ُْ ُك ْى‬ َ ‫ٕاَّلَّذَأْ ُكهُٕاَّأَ ْي َٕانَ ُك ْىَّتَ ٍَُْ ُك ْىَّتِ ْانثَا ِغ ِمَّإِلَّأَ ٌَّْذَ ُكٌَٕ َّذِ َج‬
ٍَّ ‫اسجًَّع ٍََّْذَ َش‬ َ ُُ‫ٌَاَّأٌََُّٓاَّان ِزٌٍَ َّآ َي‬
‫َٔ َلَّذَ ْقرُهُٕاَّأَ َْفُ َس ُك ْىََّّإٌَِّللاََّ َكاٌَ َّتِ ُك ْىَّ َس ِحٍ ًًا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
24

jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara


kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
2) Al-Hadits: Hadits riwayat Bukhari dari Ibn 'Abbas, Nabi
bersabda:
‫ٕوَّإِنَىَّأَ َج ٍمَّ َي ْعهُٕو‬
ٍ ُ‫َّٔ َٔ ْص ٌٍَّ َي ْعه‬
َ ‫ٕو‬ ْ ‫ َي ٍَّْأَ ْسهَفَ َّفًَِّش‬.
ٍ ُ‫ًَ ٍءَّفَفِ ًَّْ َك ٍْ ٍمَّ َي ْعه‬
Artinya: "Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas,
untuk jangka waktu yang diketahui" (HR. Bukhari, Shahih al-
Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955], jilid 2, h. 36).
3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam.
c. Istishna‟:
1) Al-Quran: QS. An-Nisa ayat 29
ََّّ‫اضَّ ِي ُْ ُك ْى‬ َ ‫ٌَاَّأٌََُّٓاَّان ِزٌٍَ َّآ َيُُٕاَّ َلَّذَأْ ُكهُٕاَّأَ ْي َٕانَ ُك ْىَّتَ ٍَُْ ُك ْىَّتِ ْانثَا ِغ ِمَّإِلَّأَ ٌَّْذَ ُكٌَٕ َّذِ َج‬
ٍ ‫اسجًَّع ٍََّْذ ََش‬
‫َٔ َلَّذَ ْقرُهُٕاَّأَ َْفُ َس ُك ْىََّّإٌَِّللاََّ َكاٌَ َّتِ ُك ْىَّ َس ِحٍ ًًا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
2) Al-Hadits: Hadis Nabi riwayat Tirmidzi:
‫أَّانْ ًُ ْسهِ ًٌَُٕ َّ َعهَى‬ َ ‫َّان ًُ ْسهِ ًٍٍَِ َّإِلَّص ُْه ًحاَّ َحش َوَّ َحالَلًَّأَْٔ َّأَ َحم‬
َ ‫َّح َشا ًي‬ ْ ٍٍَْ َ‫اَنصُّ هْحَُّ َجاَّئِضَّت‬
(‫اَّحش َوَّ َحالَلًَّأَْٔ َّأَ َحمَّ َح َشا ًياَّ(سٔاَِّانرشيزيَّعٍَّعًشَّٔتٍَّعٕف‬
َ ً‫ُششُٔ ِغ ِٓ ْىَّإِلَّشَشْ غ‬
Artinya: “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin
kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi dari „Amr
bin „Auf).
25

3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-


MUI) Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Istishna‟.
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. Landasan
hukum pembiayaan qardh:
a. Al-Quran: QS. Al-Baqarah ayat 280:
َ ‫َوإِنْ َكانَ ُذو عُسْ رَ ٍة َف َنظِ رَ ةٌ إِلَ ٰى َم ٌْسَرَ ٍة َوأَنْ َت‬
‫ص َّدقُوا َخ ٌْ ٌر لَ ُك ْم ۖ إِنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ لَمُون‬
Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
b. Al-Hadits: Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam:
ًَّْ ِ‫َّ َٔللاَُّف‬،‫بٌََّْٕ ِوَّ ْانقٍَِا َي ِح‬
ِ ‫َّفَش َضَّللاَُّ َع َُُّّْ ُكشْ تَحًَّ ِي ٍَّْ ُك َش‬،‫بَّان ُّذ ٍََْا‬
ِ ‫َي ٍَّْفَش َضَّع ٍََّْ ُي ْسهِ ٍىَّ ُكشْ تَحًَّ ِي ٍَّْ ُك َش‬
(‫َّان َع ْثذَُّفِ ًَّْعَْٕ ٌَِّأَ ِخ ٍْ َِّّ(سٔاَِّيسهى‬ ْ ‫َّان َع ْث ِذَّ َيادَا َو‬
ْ ٌِ ََّْٕ ‫ع‬
"Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong
saudaranya" (HR. Muslim).
c. Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Al-Qardh.
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa. Landasan hukum pembiayaan multijasa:
a. Al-Quran: QS. Al-Qasas ayat 26:
ُ ‫يَّ ْاألَ ِي‬
ٍٍَّ ََّ ْ‫ٍَّا ْسرَأْ َجش‬
َُّّ ِٕ َ‫خَّ ْانق‬ َِّ ‫دَّا ْسرَأْ ِجشْ َََُِّّّۖإٌََِّّ َخ ٍْ ََّشَّ َي‬
َِّ َ‫دَّإِحْ ذَاُْ ًَاٌََّاَّأَت‬
َّْ َ‫قَان‬
Artinya: "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Hai ayahku!
Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
b. Al-Hadits: Hadits riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi
bersabda:
ُ َّّ ُ‫ٕاَّاألَ ِجٍ َْشَّأَجْ َشَُِّقَث َْمَّأَ ٌٌََّْ ِجفَّ َع َشق‬
ْ ُ‫أَ ْعط‬.
Artinya: "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering."
26

c. Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)


Nomor 44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Sementara Pembiayaan menurut Muhammad adalah pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi-
investasi yang telah direncanakan.24
Kesepakatan penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat dibedakan
berdasarkan akad yang digunakan. Akad pembiayaan bisa berupa akad jual
beli, akad penanaman modal atau investasi, akad sewa atau sewa beli, dan
akad lain-lain. Ada pula akad pinjam-meminjam tanpa tambahan atas pokok
atau bunga.25
Pembiayaan dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis berdasarkan
tujuan, keperluan maupun jangka waktunya, dan jenis-jenis pembiayaan
tersebut di antaranya:26
1. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaan, pembiayaan dapat dibedakan menjadi:
a. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah yang dipergunakan untuk membiayai barang-barang
konsumtif. Pembiayaan ini umumnya untuk perorangan, speerti untuk
pembelian rumah tinggal, pembelian mobil untuk keperluan pribadi.
Pembayaran kembali pembiayaan berupa angsuran, berasal dari gaji
atau pendapatan lainnya, bukan dari objek yang dibiayainya. Jenis

24
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN,2005) h. 17.
25
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014), h. 202
26
Ibid, h. 207-210
27

pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif, antara


lain:
2) Pembiayaan perumahan, yaitu fasilitas pembiayaan untuk
pembelian/pembangunan/renovasi rumah tinggal, rumah susun,
ruko, rukan, apartemen, dan lain-lain, dengan jaminan berupa
objek yang dibiayai.
3) Pembiayaan mobil, yatu fasilitas pembiayaan untuk pembelian
kendaraan bermotor roda dua atau kendaraan roda, dengan
jaminan berupa kendaran bermotor yang dibiayai tersebut.
4) Pembiayaan multiguna, yaitu fasilitas pembiayaan untuk segala
keperluan yang bersifat konsumtif, dengan jaminan penghasilan
sebagai pegawai atau professional, dan/atau tanah berikut
bangunan tempat tinggal.
5) Kartu pembiayaan, yaitu fasilitas pembiayaan tanpa agunan untuk
keperluan kemudahan pembayaran dan transaksi tunai. Transaksi
dilakukan melalui sarana kartu yang diberikan kepada perorangan
pemegang kartu. Kartu pembiayaan diterbitkan oleh bank setelah
aplikasi permohonannya disetujui bank yang bersangkutan.
b. Pembiayaan komersil, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
perorangan atau badan usaha yang dipergunakan untuk membiayai
suatu kegiatan usaha tertentu. Pembayaran kembali pembiayaan
komersil berasal dari hasil usaha yang dibiayai. Pembiayaan yang
termasuk dalam jenis pembiayaan komersil antara lain:
1) Pembiayaan mikro, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan
untuk membiayaai kegiatan usaha mikro.
2) Pembiayaan usaha kecil, yaitu fasilitas pembiayaan yang
diberikan untuk membiayai kegiatan usaha kecil.
3) Pembiayaan usaha menengah, yaitu fasilitas pembiayaan yang
diberikan untuk membiayai kegiatan usaha menengah.
4) Pembiayaan korporasi, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan
untuk membiayai kegiatan usaha perusahaan.korporasi.
28

2. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Keperluan


Jenis pembiayaan berdasarkan keperluan dapat dikelompokan menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan
untuk menambah modal kerja suatu perusahaan. Pembiayaan modal
kerja dipakai untuk pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi,
pemasaran, dan modal kerja untuk operasional lainnya.
b. Pembiayaan investasi, yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan
untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan
untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun ekspansi. Pembiayaan
investasi biasanya bersifat jangka panjang atau menengah.
c. Pembiayaan proyek, yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk
pembiayaan investasi maupun modal kerja untuk proyek baru.
3. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu
Jenis Pembiayaan Berdasarkan Jangka Waktu dapat dikelompokan
menjadi:
a. Pembiayaan jangka pendek, yaitu fasilitas pembiayaan dengan
tenggang waktu pelunasan kepada bank tidak lebih dari satu tahun.
Pembiayaan jenis ini umumnya berupa pembiayaan modal kerja untuk
perdagangan, industri, dan sektor lainnya.
b. Pembiayaan jangka menengah, yaitu fasilitas pembiayaan dengan
tenggang waktu pelunasan kepada bank lebih dari satu tahun sampai
dengan tiga tahun. Contoh pembiayaan jenis ini adalah pembiayaan
untuk pembelian kendaraan, pembiayaan modal kerja untuk
konstruksi.
c. Pembiayaan jangka panjang, yaitu fasilitas pembiayaan dengan jangka
waktu pembiayaan yang diberikan lebih dari tiga tahun. Contoh
pembiayaan jangka panjang adalah pembiayaan untuk pembangunan
pabrik besar, jalan tol, bandara besar, dan lain-lain.
29

B. Perusahaan Modal Ventura Syariah

1. Pengertian Perusahaan Modal Ventura Syariah


Istilah ventura berasal dari bahasa Inggris venture yang secara harfiah
bisa berarti suatu yang mengandung risiko atau dapat juga diartikan
sebagai usaha. Dengan demikian pengertian modal ventura atau venture
capital secara sempit adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang
mengandung risiko, baik dalam penyertaan modal saham, obligasi
konversi (convertible bond), maupun pinjaman yang dapat dikonversi
menjadi saham (convertible loan stick).27 Menurut Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan,
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan
usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam
suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee
Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha.

Perusahaan Modal Ventura Syariah adalah bisnis pembiayaan dalam


bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dengan berlandaskan
prinsip-prinsip syariah.28 Sementara menurut OJK Perusahaan Modal
Ventura Syariah adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Usaha
Modal Ventura Syariah, pengelolaan dana ventura, dan kegiatan usaha lain
dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan yang seluruhnya dilaksanakan
berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia Belum ada aturan baku
mengenai Perusahaan Modal Ventura Syariah dari Departemen Keuangan
maupun OJK, sehingga membuat Perusahaan Modal Ventura Syariah
harus cermat dalam melaksanakan tata kelola keuangan yang compliance

27
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,
(Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2005), h. 125.
28
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet III, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2009), h. 309.
30

terhadap sistem ekonomi syariah di satu sisi, serta tidak melanggar aturan
yang mengatur mengenai Perusahaan Modal Ventura di sisi yang lain.

2. Landasan Hukum Perusahaan Modal Ventura Syariah


Landasan hukum dalam menjalankan kegiatan usaha yang dilakukan
perusahaan modal ventura syariah dalam bentuk peraturan-peraturan,
antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756).
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502).
c. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 Tentang
Perusahaan Modal Ventura.
e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2015 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-
Bank.
f. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 34/POJK.05/2015 Tentang
Perizinan Usaha Dan Kelembagaan Perusahaan Modal Ventura.
g. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.05/2015 Tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura.
h. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/POJK.05/2015 Tentang
Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Modal Ventura.
i. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.05/2016
Tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dan Laporan Hasil
Penilaian Sendiri Penerapan Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank.
31

j. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/SEOJK.05/2018


Tentang Laporan Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi
Perusahaan Modal Ventura.

C. Manajemen Resiko

1. Pengertian Manajemen Risiko


Manajemen Risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih
tinggi.29 Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada
pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan
menerima sebagian dari risiko tertentu.

Manajemen Risiko menurut OJK dalam Surat Edaran Otoritas Jasa


Keuangan Nomor 10/SEOJK.05/2016 adalah serangkaian prosedur dan
metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari kegiatan usaha
Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.

Sementara menurut Adiwarman Karim, manajemen risiko merupakan


serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha.30

Manajemen risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan


memperhatikan hal-hal diluar dugaan yang dapat mempengaruhi
pencapaian sasaran organisasi. Manajemen risiko juga memberikan

29
Herman Darmawi, , Manajemen Risiko, (Jakarta : PT Bumi Aksara,2006),h. 17
30
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 255
32

pertimbangan mengenai tindakan yang harus diambil guna menangani


berbagai risiko tersebut.31

2. Tujuan Manajemen Risiko


Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah sebagai berikut:32
a. Menjamin kecukupan sumberdaya.
b. Meminimalkan biaya untuk menghadapi pure risks.
c. Menjaga karyawan dari kecelakaan serius dan kematian.
d. Menyesuaikan antara perjanjian kontrak dengan ketentuan hukum.
e. Mengurangi kekhawatiran.
3. Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat dari manajemen risiko antara lain diperlukan untuk:33
a. Mendukung pencapaian tujuan.
b. Memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang
yang jauh lebih tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi,
risiko yang lebih tinggi diambil dengan dukungan sikap dan solusi
yang sesuai terhadap risiko.
c. Mengurangi kemungkinan kesalahan fatal.
d. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan
tingkatan dalam organisasi sehingga setiap individu harus mengambil
dan mengelola risiko masing-masing sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya.
4. Faktor-Faktor Manajemen Risiko
Faktor-faktor yang harus diperhatikan agar manajemen risiko
dikatakan berjalan efektif, antara lain:34
a. Strategi risiko dan control secara komprehensif berdasarkan
pertimbangan yang terkait pada:

31
Leo. J Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk
Industri Nonperbankan (Jakarta:PPM Manajemen, 2010), h.1
32
Emmett J. Vaughan Risk Management. Canada: Jhon Wiley & Sons, 1997.
33
Frianto Pandia, SE., MM., Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2012), h. 153
34
Ibid
33

1) Toleransi terhadap risiko, yaitu kejelasan tentang berapa besar


risiko yang bersedia ditanggung dan risiko apa yang harus
dihindari;
2) Filosofi terhadap risiko, yaitu menentukan cara pandang atau
sikap dan tindakan terhadap risiko;
3) Akuntabilitas risiko, yaitu kemampuan dalam penanganan risiko.
b. Disiplin manajemen risiko pada seluruh entitas organisasi yang
mencakup:
1) Kesatuan bahasa dalam mengartikan risiko, yaitu penyatuan
bahasa apakah risiko sebagai bahaya atau peluang;
2) Pengetahuan manajemen risiko yang melekat pada setiap individu
di dalam organisasi.
c. Integritas manajemen risiko di dalam kerangka kerja tata kelola
perusahaan (corporate governance).
d. Strategi penyesuaian risiko pada saat pengambilan keputusan.
e. Kemampuan manajemen senior untuk memahami dampak risiko
terhadap keuntungan dan nilai saham.
f. Peningkatan keamanan informasi.
g. Sistem pengendalian intern yang komprehensif.
5. Proses Manajemen Risiko
Gambar 2.1 Siklus Proses Manajemen Risiko

Pemantauan dan
Pengkinian/Kaji Ulang Identifikasi dan

Risiko dan Kontrol Pemetaan Risiko

Solusi
Kuantifikasi/Menilai
Risiko/Implementasi
/Melakukan
Tindakan Terhadap Menegaskan Profil Peringkat Risiko
Risiko Risiko dan Rencana
Manajemen Risiko
34

Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas di


dalam organisasi. Tindakan berkesinambungan yang dilakukan sejalan
dengan definisi manajemen risiko yang telah dikemukakan, antara lain:35
a. Identifikasi dan Pemetaan Risiko
1) Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi risiko
secara keseluruhan.
2) Menentukan definisi kerugian.
3) Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme
pengumpulan data.
4) Membuat pemetaan kerugian ke dalam kategori risiko yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima.
b. Kuantifikasi/Menilai/Melakukan Peringkat Risiko
1) Perluasan dengan memanfaatkan tolak ukur (branchmarking),
permodelan (modeling), dan peramalan (forecasting) yang berasal
dari luar organisasi. Sumber eksternal yang dimaksud berasal dari
praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan di dalam industri.
2) Aplikasi teknik permodelan dalam mengukur risiko.
c. Menegaskan Profil Risiko dan Rencana Manajemen Risiko
1) Identifikasi selera risiko organisasi (risk appetite), apakah
manajemen secara umum terdiri dari penghindar risiko (risk
averter), penerima risiko sewajarnya (risk neutral), dan pencari
risiko (risk seeker).
2) Identifikasi visi strategi dari organisasi.
d. Solusi Risiko/Implementasi Tindakan terhadap Risiko
1) Hindari (avoidance).
2) Alihkan (transfer).
3) Mitigasi risiko (mitigate risk).
4) Menahan risiko residual (retention of residual risk).
e. Pemantauan dan Pengkinian/Kaji Ulang Risiko

35
Ibid, h.154
35

1) Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen


risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.
2) Lakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindaklanjuti
hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko
yang terintegrasi ke dalam strategi risiko keseluruhan.

D. Jenis-Jenis Resiko

Banyak teori yang tersedia untuk mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam


menjalankan bisnis perbankan, Secara bahasa risiko adalah akibat yg kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau
tindakan: apa pun risikonya, saya akan menerimanya. dia berani menanggung
risiko dari tindakannya itu.36

Risiko menurut istilah adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan


atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan
yang ingin di capai.37

Pada dasarnya risiko yang dihadapi oleh lembaga keuangan dapat


dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu risiko finansial dan nonfinansial
(klasifikasi diambil dari Gleason 2000) yang meliputi:38

1. Risiko finansial adalah risiko dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan


yang berhubungan dan berdampak dengan keadaan keuangan perusahaan
tersebut secara langsung. Artinya, pendekatan ini digunakan dalam
mempelajari setiap risiko perusahaan yang berhubungan dan akan
berdampak secara langsung pada keuangan perusahaan. Risiko finansial
diantaranya meliputi:

36
http://kamusbahasaindonesia.org/risiko#ixzz1XnRwtGtz, diakses pada tanggal 1 Maret
2018, pukul 23.02 wib
37
Ferry N.Idroes Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan:Dalam Konteks Kesepakatan
Basel dan Peraturan Bank Indonesia (Yogyakarta:Graha Ilmu,2006),h. 4
38
Habib Ahmed & Tariqullah khan, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 11
36

a. Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan


variable pasar dari portofolio yang dimiliki oleh perusahaan, yang
dapat merugikan perusahaan (adverse moment).39
b. Risiko kredit atau risiko pembiayaan menurut OJK dalam Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.05/2016 adalah Risiko yang
muncul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada perusahaan pembiayaan.
2. Risiko non finansial adalah risiko dalam penyelenggaraan kegiatan
perusahaan yang tidak berhubungan dan berdampak dengan keadaan
keuangan perusahaan tersebut secara langsung. Artinya, pendekatan ini
digunakan dalam mempelajari setiap risiko perusahaan yang memunculkan
risiko awal sebelum damapak ahirnya yang akan berhubungan dan akan
berdampak pada keuangan perusahaan. Risiko non-finansial diantaranya
meliputi:
a. Risiko operasional menurut OJK dalam Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 10/SEOJK.05/2016 adalah risiko yang muncul
sebagai akibat ketidaklayakan atau kegagalan proses internal, manusia,
sistem teknologi informasi dan/atau adanya kejadian yang berasal dari
luar lingkungan Lembaga Jasa Keuangan Non Bank. Setiap
peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba
sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau
profitabilitas bank yang bersangkutan.40
b. Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas publik
melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu.41
c. Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis yang dapat bersumber antara lain dari
kelemahan aspek yuridis yang disebabkan oleh lemahnya perikatan

39
Veithzal Rivai,dkk., Commercial Bank Management (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.
569
40
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009),
h.120
41
Wiroso. Produk Perbankan Syariah. (Jakarta : LP FE Usakti, 2009), h.325
37

yang dilakukan oleh perusahaan, ketiadaan dan/atau perubahan


peraturan perundang-undangan yang menyebabkan suatu transaksi atau
konrak yang telah dilakukan menjadi tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di kemudian hari dan adanya tuntutan hukum dalam
proses litigasi baik yang timbul dari gugatan pihak ketiga terhadap
perusahaan maupun perusahaan terhadap pihak ketiga.42

42
Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Manajemen Resiko Perbankan, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), h. 67
BAB III

GAMBARAN UMUM PT. PERMODALAN BMT VENTURA

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya PT. Permodalan BMT


Ventura

Sekitar bulan Februari tahun 2006, dalam pembukaan Pelatihan Penguatan


Manajer BMT yang bertempat di Pesantren Wirausaha Abdurrahman Bin Auf
(PERWIRA-ABA), Saat Suharto menggulirkan sebuah gagasan tentang
perlunya lembaga pembiayaan bagi BMT. Tujuannya antara lain adalah guna
meningkatkan kapasitas sebagian BMT-BMT anggota yang kepemilikan
asetnya masih masih di bawah satu milyar rupiah terutama pada saat krisis
likuiditas di masa-masa tertentu, seperti masa tanam, tahun ajaran baru, hingga
hari-hari besar keagamaan, dan lain-lain.
Pada bulan Mei tahun 2006, dilakukan pertemuan untuk menjajaki
gagasan mendirikan Perusahaan Modal Ventura bagi BMT. Hingga pada
bulan September 2006 bertempat di Syahida UIN Syarif Hidayatullah
diselenggarakan Focus Group Discussion dimana hasil yang didapatkan dalam
diskusi tersebut, semakin memantapkan langkah untuk segera mewujudkan
Perusahaan Modal Ventura BMT.
Resmi berdiri pada tanggal 19 Desember 2006, PBMT Ventura didirikan
dengan maksud sebagai salah satu portofolio investasi di sektor riil terutama
menyediakan financial services bagi pengusaha mikro dan kecil yang
disalurkan melalui jaringan Baitul Maal wat Tamwil (BMT). PT. Permodalan
BMT Ventura (PBMT Ventura) adalah Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB) yang dikelola dengan prinsip syariah.
Ada tiga hal yang menjadi identitas PBMT Ventura, pertama adalah
komitmen terhadap tata kelola sesuai dengan prinsip syariah. Kedua, BMT
sebagai mitra strategis. Ketiga, Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sebagai fokus
sektor yang dituju PBMT Ventura. Selain itu, PBMT Ventura juga

38
39

menyediakan produk jasa seperti technical assistance, research and


innovation, dan networking. Produk-produk tersebut dikeluarkan bagi
kepentingan stakeholder PBMT Ventura.
Dengan technical assistance diharapkan akan membuat BMT memiliki
performa prima. Dalam Research and innovation, dimaksudkan untuk
menemukan produk-produk layanan jasa finansial syariah serta ajang edukasi
untuk peningkatan pemahaman mengenai keuangan syariah. Sedangkan
networking dapat menjadi sarana pemasaran yang efektif dan efisien bagi
pihak-pihak yang menghendaki perluasan usaha.
PBMT Ventura melihat peranan BMT di Indonesia sebagai institusi atau
saluran yang dapat membantu masyarakat kecil dalam mendapatkan akses
permodalan. Optimalisasi pembiayaan yang dilakukan oleh BMT terkadang
terkendala oleh kesulitan likuiditas dari BMT itu sendiri terutama yang terjadi
pada masa-masa tertentu seperti tahun ajaran baru, masa panen, atau hari raya.
Untuk itu PBMT Ventura berinisiatif untuk turut serta mengatasi persoalan
permodalan di sektor Usaha mikro dan kecil sekaligus secara simultan
mengatasi kesulitan likuiditas pada BMT. Keuntungan berinvestasi di
dalamnya adalah lebih menetramkan karena dijalankan dengan prinsip
syariah; risiko rendah karena spreading risk-nya luas dan dikelola secara
profesional; bagi hasil yang menguntungkan dan kompetitif; mendayagunakan
sektor riil dengan sasaran kelompok UKM; turut menciptakan lapangan kerja
baru; dan turut membangun kekuatan ekonomi bangsa.
Selain fokus di sektor mikro, meminimalisir risiko juga menjadi isu sentral
dalam pengelolaan bisnis ini dimulai pada tahun 2012. Hal tersebut
dikarenakan, pertama, PBMT Ventura perlu menjaga kepercayaan publik atas
dana yang dikelola. Kedua, PBMT Ventura memiliki kepentingan dalam
mengedukasi pengusaha mikro untuk menjalankan bisnisnya secara
profesional dan amanah. Untuk itu, PBMT Ventura melihat melalui Sumber
Daya Insani (SDI) yang kompeten dan memilik visi yang kuat terutama terkait
dengan usaha pemberdayaan yang melekat pada perseroan inilah risiko bisnis
bisa diminimalisir dan pengusaha mikro bisa diedukasi.
40

Dalam rangka memperkuat SDI ini, maka bersama dengan perhimpunan


BMT Indonesia PBMT membangun wadah diklat yang dinamakan dengan
PBMT Institute. Lembaga inilah yang nantinya akan menyediakan pelatihan-
pelatihan dari berbagai jenjang karyawan BMT. Karena ditangan para
karyawan itulah bisnis dan nilai-nilai syariah dan ke-BMT-an dikembangkan
dan disebarluaskan. Lembaga ini juga yang nantinya akan memberikan standar
kompetens, sehingga meskipun secara kelembagaan keberadaan BMT-BMT
tidak terkait satu sama lain namun ada satu standar yang menyatukan.
Komunikasi yang baik akan dijadikan kunci keberhasilan PBMT Ventura
dalam menggapai visi dan misinya, karena akan senantiasa merawat serta
mengoptimalisasi jaringan kerja (networking) baik dengan seluruh jaringan
BMT dan pengusaha mikro dan kecil adalah kuncinya. Di samping itu
seoptimal mungkin kami memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna
produk-produk dari PBMT Ventura atau investor serta menyediakan diri
sebagai entitas pembelajar yang tidak segan-segan bertanya dan melakukan
perbaikan-perbaikan demi memunculkan inovasi-inovasi baru.

B. Visi, Misi, dan Tujuan PT. Permodalan BMT Ventura


1. Visi
Menjadi pusat pelayanan jasa keuangan pada pengusaha mikro, kecil dan
menengah melewati jaringan BMT.
2. Misi
a. Turut serta mewujudkan masyarakat produktif;
b. Turut serta membangun dan mengembangkan sistem ekonomi syariah
dengan menciptakan iklim yang baik bagi berkembangnya Lembaga
Keuangan Syariah;
c. Menebar nilai Syariah kepada para stakeholder;
d. Mendayagunakan investasi untuk mengembangkan pengusaha mikro,
kecil dan menengah sehingga investasi lebih produktif;
e. Menyelenggarakan training-training untuk peningkatan kapasitas
karyawan BMT;
41

f. Mendorong terciptanya kinerja unggul BMT;


g. Menciptakan sistem kerja yang produktif, efisien dan inovatif.
3. Tujuan
a. Mendidik masyarakat untuk mengelola keuangannya dengan baik
sehingga pendapatannya lebih besar daripada tingkat konsumsinya,
lebih jauh diharapkan dapat berkembang menjadi masyarakat
produktif.
b. Bekerja bersama dengan semua eksponen umat melakukan upaya
sosialisasi dan pembangunan infrastruktur ekonomi syariah.
c. Melakukan kerjasama investasi dengan investor dan pengusaha mikro,
kecil dan menengah secara aman, profesional, serta saling
menguntungkan, sehingga dapat memberikan bagi hasil yang
kompetitif kepada investor.
d. Mendidik stakeholders untuk memahami dan tunduk kepada prinsip-
prinsip syariah.
e. Melakukan penempatan permodalan kepada BMT, sehingga BMT
memiliki rasio modal sendiri terhadap dana pihak ketiga yang
memenuhi persyaratan.
f. Menjaga likuiditas
g. Melakukan pelatihan, kursus, untuk mengembangkan kapasitas
Sumber Daya Insani (SDI) karyawan BMT.
h. Memberikan pelayanan finansial, dan mengembangkan kinerja yang
unggul pada BMT berupa hal-hal sebagai berikut:
1) Memiliki ukuran rasio keuangan yang baik;
2) Performa manajemen dan lembaga sesuai dengan SOP maupun
peraturan lain yang ditetapkan;
3) Masuk rating lembaga terbaik;
4) Pelayanan yang baik (service excellent).
i. Memberi manfaat bagi seluruh stakeholders perusahaan berupa:
1) Keuntungan dan atau bagi hasil yang kompetitif bagi investor;
2) Pajak bagi pemerintah;
42

3) Kesejahteraan yang layak bagi karyawan;


4) Usaha yang berkembang penuh barokah dan saling
menguntungkan bagi BMT dan Perusahaan Pasangan Usaha
(PPU);
5) Lapangan pekerjaan dan perbaikan kondisi sosial bagi masyarakat
sekitar.

C. Legalitas Hukum PT. Permodalan BMT Ventura

1. Akta Pendirian : No. 6 Notaris Edi Priyono, SH. Tertanggal 19


Desember 2006; No. 67 Notaris Edi Priyono, SH.
Tertanggal 29 Mei 2008.
2. Pengesahan : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No.
W7-0256 HT.01.01.TH 2007, tertanggal 14 Maret
2007. No. AHU-55964.AH.01.02.TH.2008,
tertanggal 27 Agustus 2008.
3. Berita Negara : Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.
10, tertanggal 01 Februari 2008, No. 89, tertanggal
04 November 2008.
4. SIUP : Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep-
185/KM.10/2007, tertanggal 25 September 2007.
5. NPWP. : 02.623.379.1-012.000
6. TDP : Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kodya Jakarta Selatan, No. 09.03.1.65.54431,
tertanggal 18 Desember 2007.
7. Domisili : Surat Keterangan Domisili Perusahaan No.
1432/1.824.5/2010, Kelurahan Senayan, Kecamatan
Kebayoan Baru, Jakarta Selatan 12190.
43

D. Produk-Produk PT. Permodalan BMT Ventura


1. Finansial Servis
Produk financial service (jasa keuangan) di PBMT Ventura saat ini terbagi
menjadi:
a. Investment
Produk investasi yang telah PT. Permodalan BMT Ventura keluarkan
yaitu: Temporary Placement, Equity Based Placement, dan Share.
Produk-produk tersebut memungkinkan bagi investor untuk memilih
pilihan investasi sesuai dengan preferensinya dengan peluang bagi
hasil yang kompetitif.
b. Financing
Produk pembiayaan adalah pemberian fasilitas pembiayaan kepada
pengusaha mikro, kecil, dan menengah melalui saluran BMT.
Pembiayaan ini dapat berupa penguatan likuiditas dan atau ekuitas.
c. Linkage Program
Produk ini merupakan produk pembiayaan dari pihak ketiga yang akan
disalurkan melalui kami. Pada produk ini ada dua model yang telah
kami lakukan, yaitu:
1) Executing: pihak ketiga yang memberikan pembiayaan kepada
kami untuk kami salurkan kembali didalam bentuk pembiayaan ke
pengusaha mikro, kecil, dan menengah dengan melalui BMT.
2) Channeling: pihak ketiga melakukan pembiayaan langsung ke
BMT, posisi kami merupakan mitra pihak ketiga dalam melakukan
supporting, monitoring/evaluating, serta dalam situasi tertentu
menjadi guarantor.

Produk-produk ini dimaksudkan sebagai usaha pembiayaan kepada


usaha mikro dan kecil yang penyalurannya dilakukan melalui jaringan
BMT. Sumber dana yang didapat guna memberikan jasa pembiayaan
berasal dana investasi dan dana pihak ketiga lainnya. Untuk non-
investment PBMT Ventura juga mengelola dana yang berasal dari pihak
perbankan dan lembaga keuangan lainnya melalui linkage programe atau
44

dengan melalui program penjaminan dimana PBMT Ventura bertindak


sebagai penjamin atas pembiayaan yang diberikan pihak perbankan atau
lembaga lainnya kepada BMT.

2. Technical Assistance

Produk technical assistance, PBMT Ventura menyebutnya sebagai


non-commercial product. Produk ini ditangani oleh Perhimpunan BMT
Indonesia yang menjadi mitra kerja profesional dari PBMT Ventura.
Selama ini Perhimpunan BMT Indonesia telah terlibat dalam membangun
sistem kerja yang kuat dan solid pada BMT. Beberapa hal yang dilakukan
antara lain:
a. Capacity Building; PBMT Ventura berusaha meningkatkan kinerja
BMT melalui bantuan pembuatan sistem kerja, manajemen, dan
peningkatan kualitas Sumber Daya Insani (SDI).
b. Rating Agency; PBMT Ventura melakukan penilaian dan peratingan
terhadap kinerja BMT-BMT yang menjadi mitra kerjanya berdasarkan
pada kinerja manajemen dan keuangan, sehingga bisa menjadi rujukan
dalam menentukan prioritas penerima jasa pembiayaan dari PBMT
Ventura. Pe-rating-an ini juga berguna bagi masyarakat yang akan
berurusan dengan BMT bersangkutan. Sehingga harapannya dari
produk ini mampu memunculkan sikap profesionalisme kerja dari
mitra BMT dari PBMT Ventura;
c. Networking Agency; jaringan BMT mitra kerja dari PBMT Ventura
yang tersebar hampir merata di wiliayah Indonesia bisa difungsikan
secara efektif dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti dalam bantuan
kemanusiaan pada masyarakat korban bencana alam maupun kegiatan-
kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan visi dan misi serta
maksud dan tujuan perusahaan.
3. Research and Innovation
PBMT Ventura terus berusaha untuk terus mengembangkan inovasi
baru yang berkaitan dengan teknologi informasi dari produk keuangan
45

mikro baru yang berguna bagi pengembangan sektor mikro dan kecil.
Dalam research and innovation, PBMT Ventura berusaha memenuhi
kepentingan edukasi dan menjaga kepuasan stakeholder. Beberapa contoh
produk yang telah ada saat ini adalah majalah Micro Channel. Segera
menyusul jurnal-jurnal ilmiah dan Economic Sharia Outlook. Semuanya
untuk kepentingan stakeholder. Dalam perkembangan selanjutnya peran
dan fungsi Research and Innovation, dan produk technical assistant
seperti Capacity Building dan Rating Agency diserahkan khusus kepada
PBMT Institute sebuah lembaga think tank yang didirikan oleh anggota
PBMT Indonesia sejak April 2009.
4. Networking
PBMT Ventura menjalani jaringan kerja dengan BMT-BMT di seluruh
wilayah Indonesia, melakukan pembinaan dan pengembangan. Sehingga
keberadaan produk ini untuk mempermudah kerjasama-kerjasama, baik
program, pembiayaan, maupun investasi, antara BMT, BMT dengan pihak
lain, atau menghubungkan bisnis antara anggota BMT, maupun
menjalinkan anggota BMT dengan pihak-pihak lain. Produk ini juga dapat
dimanfaatkan oleh lembaga atau institusi bisnis yang berniat untuk
bermitra dengan PBMT Ventura dalam memasarkan produk mereka.
Dengan menggunakan jaringan BMT yang dimiliki, maka produk yang
akan dipasarkan oleh lembaga atau institusi bisnis tersebut akan lebih
mudah diterima oleh konsumen dengan tepat sasaran dan lebih efisien.
46

E. Struktur Organisasi PT. Permodalan BMT Ventura

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PBMT Ventura

President Commissioner:
Erie Sudewo
Senior Advisor: Commissioner:
Adiwarman A. Karim Jularso
M. Syafii Antonio Nasyith Majidi
Sharia Supervisory:
Dr. Yulizar D. Sanrego, M.Ec
Chief Economist:
President Director: Dr. Yusup Hidayat, MH
Awalil Rizky
Saat Suharto Amjad

Director: Director:
Budi Santoso Harjono Sukarno

Komite-komite:
1. Pengendalian Internal
2. SDI
3. Pembiayaan
4. Remediasi

Portfolio Investor Legal, Risk Administration


Management Relation and Management and
Division Corporate Affair and Compliance Operational
Division Division Division
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembiayaan Kepada BMT di PT. Permodalan BMT Ventura

Sebagai lembaga pembiayaan berbentuk modal ventura, PT. Permodalan


BMT ventura (PBMT Ventura) didirikan dengan maksud dan tujuan untuk
memberikan pelayanan keuangan bagi pengusaha mikro dan dan kecil (UKM).
Maksud dan tujuan tersebut secara konsisten telah diajukan sejak tahun
didirikan pada 19 Desember 2006 hingga kini.
Sejak awal keberadaan perseroan ini boleh dibilang unik. Selain sebagai
perusahaan modal ventura pertama yang dikelola secara syariah perseroan ini
adalah lembaga keuangan yang dibangun dari bawah, dalam artian dibentuk
dibentuk dan dikembangkan bersama-sama oleh pelaku keuangan mikro
syariah atau yang dikenal dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Kini BMT-
BMT yang tergabung dalam perhimpunan BMT Indonesia menjadi katalisator
utama yang menghubungkan perseroan dengan masyarakat mikro.
Perusahaan yang telah mengantungi izin dari BAPEPAMLK dengan
Nomor Kep-185/KM.10/2007pada tanggal 25 September 2007 ini mampu
berjalan secara efektif dan efesien, terarah dan dengan risiko yang terukur.
Produk pembiayaan PBMT Ventura merupakan pemberian fasilitas
pembiayaan kepada pengusaha mikro, kecil, dan menengah melalui saluran
BMT, pembiayaan ini dapat berupa penguatan likuiditas dan atau ekuitas.
Untuk mendapatkan fasilitas produk pembiayaan tersebut, ada sejumlah
syarat-syarat yang harus dipatuhi serta harus mengikuti sejumlah prosedur dan
mekanisme tertentu. Berikut adalah penjelasan terkait produk-produk
pembiayaan, persyaratan pengajuan pembiayaan, serta mekanisme dan
prosedur pembiayaan di PBMT Ventura:
1. Produk-produk pembiayaan di PBMT Ventura
a. Modal Kerja BMT

47
48

Produk ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dana anggota BMT


dalam menjalankan usahanya. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Plafond antara Rp. 500.000.000,- s.d. Rp. 5.000.000.000,-.
2) Jangka waktu angsuran sampai dengan 36 bulan.
3) Jenis akad yang digunakan Mudharabah Muqayyadah.
4) Pembayaran angsuran pokok dan bagi hasil per bulan.
b. Pembelian Asset BMT
Produk ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembukaan cabang,
peralatan/perlengkapan, atau kendaraan dalam menjalankan
operasional kantor BMT. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Plafond antara Rp. 100.000.000,- sampai Rp. 1.000.000.000,-.
2) Jangka waktu angsuran sampai dengan 120 bulan.
3) Jenis akad yang digunakan Murabahah atau Ijarah Muntahiyyah bi
Tamlik.
4) Pembayaran angsuran pokok dan margin/ujrah per bulan.
c. Bangun/Renovasi Kantor BMT
Produk ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan atau
renovasi kantor BMT. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Plafond antara Rp. 100.000.000,- sampai Rp. 1.000.000.000,-.
2) Jangka waktu angsuran sampai dengan 60 bulan.
3) Jenis akad yang digunakan Ijarah.
4) Pembayaran angsuran pokok dan ujrah per bulan
d. Talangan Umroh
Produk ini bertujuan untuk memberikan talangan umroh kepada
anggota BMT yang memiliki niat umroh, dengan keterbatasan dana.
Dengan rincian sebagai berikut:
1) Plafond disesuaikan dengan kebutuhan BMT.
2) Jangka waktu angsuran sampai dengan 36 bulan.
3) Jenis akad yang digunakan Ijarah Multi Jasa.
4) Pembayaran angsuran pokok dan ujrah per bulan.
2. Persyaratan Pembiayaan
49

Sebelum mendapatkan pembiayaan ada beberapa hal yang harus


diperhatikan oleh BMT sebagai syarat awal pengajuan pembiayaan, salah
satunya adalah menjadi anggota Perhimpunan BMT Indonesia dalam
jangka waktu tertentu dan untuk menjadi anggota Perhimpunan BMT
Indonesia ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh BMT, yaitu:
a. Memiliki Visi dan misi yang jelas tentang ekonomi mikro syariah.
b. Sudah beroperasi minimal dua tahun.
c. Memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) BMT atau lembaga keuangan mikro syariah lain yang berbadan
hukum.
2) Didirikan oleh Warga Negara Indonesia.
3) Bersedia membayar biaya keanggotaan yang akan diatur oleh
keputusan Pengurus.
4) Berkedudukan dan berdomisili di wilayah teritorial Republik
Indonesia.
5) Menyetujui AD/ART dan peraturan keanggotaan Perhimpunan
BMT Indonesia
6) Mengajukan permohonan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota
Perhimpunan BMT Indonesia yang ditandatangani oleh Pengurus
dan atau yang diberi kuasa, dengan melampirkan:
a) Formulir keanggotaan.
b) Foto copy KTP Pengurus dan Manajer.
c) Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi Laba) selama dua tahun
terakhir.
d) Menyerahkan laporan RAT selama dua kali atau dua tahun
terakhir.
e) Melampirkan Surat Pernyataan dari Dewan Pengawas Syariah
BMT Pemohon yang menyatakan bahwa produk-produk BMT
Pemohon telah sesuai dengan syariah.
f) Melampirkan Surat Rekomendasi dari Korwil PBMT
Indonesia/Asosiasi BMT setempat.
50

g) Membayar biaya keanggotaan sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta


lima ratus ribu rupiah).

Setelah syarat-syarat menjadi anggota Perhimpunan BMT


Indonesia, maka secara keseluruhan syarat-syarat pengajuan pembiayaan
yang harus dipenuhi oleh BMT di PT. Permodalan BMT Ventura adalah
sebagai berikut:

a. Merupakan anggota Perhimpunan BMT Indonesia dengan jangka


waktu beroperasi minimal dua tahun berturut-turut dinyatakan sehat
oleh Perhimpunan BMT Indonesia, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh Perhimpunan BMT Indonesia.
b. Mengisi surat pengajuan pembiayaan kepada PBMT Ventura.
c. Telah berbadan hukum dengan memiliki akta pendirian dan
pengesahaannya, serta menyerahkan fotocopynya
d. Memiliki dan menyerahkan fotocopy TDP, NPWP, dan keterangan
domisili yang berkedudukan di wilayah teritorial Republik Indonesia.
e. Melampirkan data pengawas, pengurus, dan manajer.
f. Menyerahkan laporan RAT dua tahun terakhir.
g. Menyerahkan daftar nominatif.
h. Mencantumkan pembaharuan dokumen jika ada.
i. Mengisi formulir pengajuan pembiayaan.
j. Menyerahkan neraca dan laba rugi dalam enam bulan terakhir.
3. Prosedur Pembiayaan PT. Permodalan BMT Ventura
BMT yang telah memenuhi persyaratan harus melalui beberapa prosedur
untuk mengajukan pembiayaan, prosedur ini melalui beberapa tahapan
yang dapat dilihat dalam tabel ini:
51

Tabel 4.1 Prosedur Pembiayaan PBMT Ventura


Legal Compliance Risk Management Monitoring LRM

Pengajuan
Pembiayaan

Pengecekan
Analisis Data dan Pengawasan dan
Kelengkapan
Mitigasi Risiko Review Realisasi
Data dan
Dokumen Pembiayaan

Rekomendasi
Persiapan dan
Credit
Pelaksanaan
Committee
Pengikatan
(Ya atau Tidak) Audit Pendeteksian
Pembiayaan
Bermasalah
Preparing Informasi ke
Disburse or BMT
Payment (Ya atau Tidak)

File
Documentation

B. Analisis Produk-Produk Pembiayaan di PT. Permodalan BMT Ventura

Produk-produk pembiayaan yang dimiliki oleh PBMT Ventura


menggunakan prinsip syariah yang juga berpedoman pada akad-akad transaksi
52

berdasarkan Fatwa DSN-MUI. Berikut produk-produk dan akad-akad yang


digunakan oleh PBMT Ventura dalam pembiayaan yang dilakukan kepada
BMT:

1. Produk pembiayaan Modal Kerja BMT menggunakan akad mudharabah


muqayyadah, landasan hukum akad mudharabah muqayyadah yang
digunakan dalam produk ini adalah sebagai berikut:
a. Al-Quran: QS. An-Nisa ayat 29
َّ َ َٔ ََّّۖ‫اضَّ ِي ُْ ُك َّْى‬
َّ‫ل‬ َّْ ‫اس َّجًَّع‬
ٍَّ ‫ٍََّذَ َش‬ ََّ ‫ٌَّذَ ُك‬
َ ‫ٌَّٕذِ َج‬ َِّ ‫لَّذَأْ ُكهُٕاَّأَ ْي َٕانَ ُك َّْىَّتَ ٍَُْ ُك َّْىَّتِ ْانثَا ِغ‬
َّْ َ‫مَّإِلََّّأ‬ ََّ ‫ٌَاَّأٌََُّٓاَّان ِز‬
َّ َ َّ‫ٌٍَّآ َيُُٕا‬
‫اٌَّتِ ُك َّْىَّ َس ِحٍ ًًا‬ َّ ٌََِّّ‫ذَ ْقرُهُٕاَّأَ َْفُ َس ُك َّْىََّّۖإ‬
ََّ ‫للاََّ َك‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.
b. Al-Hadits: Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:
َّ،ُ‫ظح‬ َ َ‫َّ َٔ ْان ًُق‬،‫َّاَ ْنثَ ٍْ َُّعَّإِنَىَّأَ َج ٍم‬:ُ‫َّشَالَزََّّفِ ٍْ ٍََِّّٓ ْانثَ َش َك َّح‬:‫ل‬
َ ‫اس‬ ََّ ‫للاَُّ َعهَ ٍْ ََِّّّ َٔآنِ ََِّّّ َٔ َسه ََّىَّقَا‬ َ ًََِّّ‫أٌَََّّانُث‬
َّ َّ‫صهى‬
‫لََّنِ ْهثٍَ َِّْعَّ(سٔاَِّاتٍَّياجَّّعٍَّصٍٓة‬ َِّ ٍْ َ‫ػَُّ ْانثُشََّّتِانش ِعٍ َِّْشَّنِ ْهث‬
َّ َّ‫د‬ َّ ‫( َٔ َخ ْه‬
Artinya "Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual
beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual." (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
c. Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah
(Qiradh).
2. Produk Pembelian Asset BMT menggunakan akad murabahah atau ijarah
muntahiyyah bi tamlik, landasan hukum akad murabahah dan ijarah
muntahiyyah bi tamlik yang digunakan dalam produk ini adalah sebagai
berikut:
a. Murabahah
1) Al-Quran: QS. An-Nisa ayat 29
53

ََّّ‫اضَّ ِي ُْ ُك ْى‬ َ ‫ٕاَّلَّذَأْ ُكهُٕاَّأَ ْي َٕانَ ُك ْىَّتَ ٍَُْ ُك ْىَّتِ ْانثَا ِغ ِمَّإِلَّأَ ٌَّْذَ ُكٌَٕ َّذِ َج‬
ٍَّ ‫اسجًَّع ٍََّْذَ َش‬ َ ُُ‫ٌَاَّأٌََُّٓاَّان ِزٌٍَ َّآ َي‬
‫َٔ َلَّذَ ْقرُهُٕاَّأَ َْفُ َس ُك ْىََّّإٌَِّللاََّ َكاٌَ ََّّتِ ُك ْىَّ َس ِحٍ ًًا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
2) Al-Hadits: Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam
َ ِ‫َعنْ أَبًِْ َس ِع ٌْ ٍد ا ْل ُخ ْد ِريْ رضً َّللا عنه أَنَّ رَ س ُْو َل َّللا‬
ُُ ٌْ ‫ إِ ِّنمَا ا ْل َب‬:َ‫صلَّى َّللا ُ َعلَ ٌْ ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم َقال‬
(‫ (رواه البٌهًْ وابن ماجه وصححه ابن حبان‬،‫اض‬ ٍ َ‫َعنْ َتر‬
Artinya: Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban).
3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Murabahah.
b. Ijarah muntahiyyah bit tamlik
1) Al-Quran: QS. Az-Zukhruf ayat 32:
ْ ِ‫َََّحْ ٍُ َّقَ َس ًَُْاَّ َت ٍَُُْٓ ْىَّ َي ِع ٍْ َشرَُٓ ْىَّف‬، َ‫أَُْ ْىٌََّ ْق ِس ًُْٕ ٌَ َّ َسحْ ًَدَ َّ َستك‬
َ ‫َّ َٔ َسَّفَ ْعَُاَّ َت ْع‬،‫ًَّان َحٍَا ِجَّان ُّذ ٍََْا‬
َََّ َْٕ‫عُٓ ْىَّف‬
ٌََّ ُْٕ‫دَّ َستكَ َّ َخٍْشَّ ِيًاٌََّجْ ًَع‬ َ ًٌّ‫عُٓ ْىَّتَ ْععً اَّس ُْخ ِش‬
ُ ًَ ْ‫َّٔ َسح‬،‫ا‬ ُ ‫خَّنٍَِر ِخ َزَّتَ ْع‬
ٍ ‫ْطَّ َد َس َجا‬
ٍ ‫تَع‬.
Artinya: "Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
2) Al-Hadits: Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa'i dari
Sa`d Ibn Abi Waqqash, dengan teks Abu Daud, ia berkata:
َّ‫صهى‬ َ َ‫عَّ َٔ َياَّ َس ِعذََّتِ ْان ًَا ِءَّ ِي َُْٓاَّفَََُٓا‬
ََّ َِّ‫َاَّسسُٕلَُّللا‬ َ ْ‫يَّاألَس‬
ِ ْ‫ضَّتِ ًَاَّ َعهَىَّانس َٕاقًَِّ ِي ٍَّْانضس‬ ْ ‫ُكُاََُّ ْك ِش‬
َّ‫ةَّأَْٔ َّفِع ٍح‬
ٍ َْ‫ََّٔأَ َي َشََاَّأَ ٌََُّْ ْك ِش ٌََٓاَّتِ َز‬
َ ‫للاَُّ َعهَ ٍْ َِّّ َٔ َسه َىَّع ٍََّْ َرنِك‬.
54

Aritnya: "Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil


tanaman yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air; maka
Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakan tanah itu dengan emas atau
perak (uang)."
3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Pembiayaan al-Ijarah
al-Muntahiyah bi al-Tamlik.
3. Produk pembiayaan Bangun/Renovasi Kantor BMT menggunakan akad
ijarah, landasan hukum akad ijarah yang digunakan dalam produk ini
adalah sebagai berikut:
a. Al-Quran: QS. Al-Qasas ayat 26:
َُّ ‫يَّ ْاألَ ِي‬
ٍٍ ََّ ْ‫ٍَّا ْسرَأْ َجش‬
َُّّ ِٕ َ‫خَّ ْانق‬ َِّ ‫دَّا ْسرَأْ ِجشْ َََُِّّّۖإٌََِّّ َخ ٍْ ََّشَّ َي‬
َِّ َ‫دَّإِحْ ذَاُْ ًَاٌََّاَّأَت‬
َّْ َ‫قَان‬
Artinya: "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Hai ayahku!
Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
b. Al-Hadits: Hadits riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi
bersabda:
ُ َّّ ُ‫ٕاَّاألَ ِج ٍْ َشَّأَجْ َشَُِّقَ ْث َمَّأَ ٌٌَََّّْ ِجفَّ َع َشق‬
ْ ُ‫أَ ْعط‬.
Artinya: "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering."
c. Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) Nomor 09/DSN-MUI/VI/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah.
4. Produk Talangan Umroh menggunakan akad ijarah multijasa, landasan
hukum akad ijarah multijasa yang digunakan dalam produk ini adalah
sebagai berikut:
a. Al-Quran: QS. Al-Qasas ayat 26:
ُ ‫يَّ ْاألَ ِي‬
ٍٍَّ ََّ ْ‫ٍَّا ْسرَأْ َجش‬
َُّّ ِٕ َ‫خَّ ْانق‬ َِّ ‫دَّا ْسرَأْ ِجشْ َََُِّّّۖإٌََِّّ َخ ٍْ ََّشَّ َي‬
َِّ َ‫دَّإِحْ ذَاُْ ًَاٌََّاَّأَت‬
َّْ َ‫قَان‬
Artinya: "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Hai ayahku!
Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
55

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
b. Al-Hadits: Hadits riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi
bersabda:
ُ َّّ ُ‫ٕاَّاألَ ِجٍ َْشَّأَجْ َشَُِّقَث َْمَّأَ ٌٌََّْ ِجفَّ َع َشق‬
ْ ُ‫أَ ْعط‬.
Artinya: "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering."
c. Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Nomor 44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa.
Usaha yang dilakukan oleh Perusahaan Modal Ventura menurut Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/POJK.05/2015 Tentang Tata Kelola
Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Modal Ventura disebutkan bahwa
Usaha Modal Ventura adalah usaha pembiayaan melalui penyertaan modal
dan/atau pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
pengembangan usaha pasangan usaha atau debitur. Sementara pembiayaan
menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
pasal 1 ayat (25) mencakup sejumlah akad-akad transaksi sebagai berikut:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik;
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;
4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Sehingga produk-produk pembiayaan yang dimiliki oleh PBMT Ventura
sudah sesuai dengan Undang-Undang yang ada dan pelaksanaan usaha yang
dilakukan oleh PBMT Ventura sudah sesuai dengan peraturan dari OJK selaku
penyelenggara sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
56

C. Risiko-Risiko yang Timbul pada Pembiayaan di PT. Permodalan BMT


Ventura

PBMT Ventura memiliki perusahaan yang PPU-nya tidak umum seperti


Perusahaan Modal Ventura biasa. PBMT Ventura sendiri Khusus BMT dalam
bentuk Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS), meskipun ada
juga BMT yang berbentuk LKMS yang bernaung Di Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), namun PBMT Ventura hanya fokus memberikan fasilitas pembiayaan
kepada KSPPS yang bernaung di Kementrian Koperasi dan UMKM. Dalam
pembiayaan yang dilakukan oleh PBMT Ventura kepada BMT atau KSPPS,
ada sejumlah risiko yang timbul. Hal ini berdasarkan pada informasi yang
penulis dapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak
manajemen risiko di PBMT Ventura. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan risiko-risiko yang dapat
muncul pada pembiayaan di PBMT Ventura adalah sebagai berikut:
1. Risiko Pembiayaan
Pembiayaan yang dilakukan oleh PBMT Ventura kepada BMT
berpotensi mendapatkan risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan ini adalah
potensi kegagalan dari penerima pembiayaan dalam memenuhi
kewajibannya sesuai dengan kesepakatan. Adapun risiko pembiayaan yang
dialami PBMT Ventura berupa:
a. Potensi terjadinya pembiayaan bermasalah atau pembiayaan macet
pada BMT sebagai PPU dari PBMT Ventura sebagai bentuk dari
wanprestasi.
b. Potensi terjadinya side streaming yang dilakukan oleh BMT sebagai
PPU dari PBMT Ventura sebagai bentuk tindakan fraud.
c. Potensi terjadinya ketidakmampuan BMT sebagai PPU dari PBMT
Ventura dalam meningkatkan volume usahanya yang membuat BMT
tersebut kesulitan dalam membayar angsuran.
57

2. Risiko Keuangan
Risiko keuangan yang terjadi pada pembiayaan di PBMT Ventura
terjadi dikarenakan kesehatan keuangan seperti NPF, ROE, ROA,
likuiditas, BOPO, dan FDR yang terlihat laporan keuangan dari BMT
sebagai PPU dalam keadaan yang tidak baik. Misalnya risiko dari
minusnya pendapatan operasinal dikarenakan pengeluarannya yang
ternyata lebih besar. Lalu dalam hal penerimaan pinjaman yang dilakukan
oleh BMT sebagai PPU dimana terdapat potensi risiko dari over-nya dana
pinjaman dari pihak ketiga yang melakukan kerjasama, sehingga Dana
Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dari simpanan anggota dan ini membuat
BMT berpotensi akan kesulitan dalam mengembalikan pembiayaan yang
telah didapatkan. Serta risiko dari tidak produktifnya komposisi
penyaluran pembiayaan dari aset dimiliki oleh BMT sebagai PPU,
misalnya apabila BMT hanya menyalurkan pembiayaan hanya 50% dari
asetnya dari yang seharusnya bisa mencapai 70% atau lebih yang
dikarenakan sebagian aset yang dimiliki dipakai untuk menjaga aktiva saja
dan itu tidak terlalu bermanfaat, sehingga pendapatan BMT dari
pembiayaan yang dilakukannya tidak maksimal.
3. Risiko Operasional
Risiko operasional yang terjadi pada pembiayaan di PBMT Ventura
dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya kelalaian yang dilakukan
oleh pihak-pihak yang menangani pembiayaan di PBMT Ventura. Dalam
hal ini pihak yang menangani pembiayaan di PBMT Ventura
kemungkinan tidak akurat dalam melakukan analisis BMT yang menjadi
PPU sehingga menyebabkan risiko operasional yang harus ditanggung
PBMT Ventura. Meskipun PBMT Ventura sendiri telah melakukan
penyariangan yang ketat terhadap BMT yang akan dijadikan PPU, namun
ada kalanya BMT yang kurang bagus bisa lolos dalam penyaringan yang
dilakukan oleh PBMT Ventura. Selain itu juga pernah terjadi fraud karena
kurang ahlinya pihak yang terkait dengan pembiayaan dalam melakukan
perhitungan dan analisis sehingga mengganggu operasional PBMT
58

Ventura. Sementara hal lain munculnya risiko operasional adalah Standar


Operasional Prosedur (SOP) dari BMT yang menjadi PPU, kalau SOP-nya
baik maka kedepannya operasional BMT-nya akan baik, hal ini
dikarenakan pada koperasi itu segala macam prosedurnya harus jelas.
Contoh pada saat akses ke brankas BMT, siapa yang berhak membuka
kunci brankas dan siapa yang berhak memegang kunci dalam hal ini harus
jelas dimana tidak boleh akses terhadap brankas dipegang oleh satu orang
karena akan berpotensi terjadinya fraud. Hal ini dikarenakan saat akses
brankas dipegang satu orang bisa saja orang tersebut mengambil uang
tanpa ada yang sepengetahuan pengurus yang lain. Contoh yang kedua
misal tentang bagaimana BMT mengelola slip penarikan dan penyimpanan
uang pada saat di teller maupun dengan bagian pencatatan harus berbeda,
untuk mengetahui apa yang dicatat maupun fisiknya adalah sama.
4. Risiko Pasar
Risiko pasar di PBMT Ventura dapat terjadi karena target pasar yang
dituju oleh BMT sebagai PPU dalam ruang lingkup yang kecil. Dimana
kalau pasar bagi BMT sebagai PPU itu bagus, maka akan memberikan
efek bagus bagi PBMT Ventura, sebaliknya apabila pasar bagi BMT
sebagai PPU itu buruk, maka akan memberikan efek buruk bagi PBMT
Ventura dalam hal revenue. Hal ini dapat menyebabkan kurang mampunya
BMT dalam mengembangkan usahanya serta kemampuan dalam
mengembalikan pembiayaan, sehingga dapat berisiko pada kemampuan
BMT sebagai PPU untuk mengembalikan modal yang telah diberikan oleh
PBMT Ventura.
5. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas ini terjadi apabila BMT sebagai PPU ternyata tidak
memiliki likuiditas yang baik, namun tetap memaksakan mengajukan
pembiayaan yang tenyata hanya digunakan untuk menjaga likuiditas BMT
tersebut dikarenakan kas maupun simpanan di bank-nya tidak mencukupi.
Hal ini berisiko bagi PBMT Ventura karena berpotensi terjadinya
wanprestasi dikarenakan BMT sebagai PPU kesulitan melakukan
59

pengembalian pembiayaan yang dapat menimbulkan pembiayaan


bermasalah atau bahkan hal yang terburuk yaitu bangkrut atau colaps di
tengah jalan.
6. Risiko Regulasi
Pada pembiayaan yang dilakukan oleh PBMT Ventura, potensi
terjadinya risiko regulasi ini timbul dikarenakan pihak otoritas publik
dalam hal ini OJK melarang penggunaan suatu produk keuangan untuk
tujuan tertentu atau mengharuskan sebuah lembaga keuangan mengikuti
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh OJK tak terkecuali PBMT
Ventura. Misalkan OJK mewajibkan Direksi dan DPS mengikuti Fit &
Proper test, dimana apabila PBMT Ventura menolak, maka akan
mendapatkan peringatan keras dari OJK. Bahkan meskipun sudah
mengikuti apa yang diminta oleh OJK namun apabila hal tersebut belum
mencukupi penilaian (scoring) dan standar yang telah ditetapkan, maka
harus ada perubahan maupun perbaikan dalam sejumlah aspek terkait agar
dapat memenuhi regulasi yang telah ditetapkan.
7. Risiko Hukum
Pada pembiayaan yang dilakukan oleh PBMT Ventura risiko hukum
yang terjadi dapat berupa kelemahan aspek yuridis terkait pembiayaan,
tidak sempurnanya pengikatan perjanjian pembiayaan yang telah
dilakukan, dan dokumen-dokumen terkait pembiayaan yang mungkin saja
palsu ataupun asli namun sudah kadaluarsa dan tidak diperpanjang,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya risiko hukum yang dilakukan oleh
pihak PBMT Ventura ataupun BMT sebagai PPU dari PBMT Ventura.
Apalagi jika harus berhubungan dengan BMT-BMT yang tidak kooperatif,
maka hal ini dapat menghambat kegiatan usaha atau hubungan perikatan
dan perjanjian antara PBMT Ventura dengan BMT sebagai PPU.
8. Risiko Strategis
Risiko strategis ini biasanya dikarenakan kesalahan, kelemahan
maupun ketidak-akuratan formulasi strategi, ketidaktepatan dalam
perumusan strategi, maupun kegagalan mengantisipasi perubahan
60

lingkungan bisnis. Misalnya kesalahan strategi dalam memberikan


pembiayaan pada BMT-BMT dengan mengabaikan sejumlah persyaratan
dalam mengajukan pembiayaan di PBMT Ventura dikarenakan hanya
ingin mengejar target jumlah pembiayaan yang diberikan kepada BMT,
sehingga kesalahan itu dapat berpotensi terjadinya pembiayaan bermasalah
karena kurang cakapnya kondisi BMT yang dibiayai oleh PBMT Ventura.
9. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan dapat terjadi dari aktivitas perusahaan yang tidak
memenuhi ketentuan atau peraturan perundang-undangan dan standar yang
berlaku secara umum. Sementara pada pihak BMT sebagai PPU, risiko
kepatuhan dapat terjadi bila BMT melakukan pelanggaran dan tidak patuh
terhadap aturan-aturan yang telah ditentukan oleh PBMT Ventura. Risiko
ini dapat timbul dari aktivitas BMT yang tidak memenuhi ketentuan
maupun peraturan dan standar yang diberlakukan oleh PBMT Ventura
sebelumnya. Seperti pada aturan bahwa BMT yang dibiayai oleh PBMT
Ventura harus merupakan anggota Perhimpunan BMT Indonesia, namun
ditengah perjalanan pembiayaan, BMT yang sedang dibiayai oleh PBMT
Ventura tersebut justru keluar dari keanggotaan Perhimpunan BMT
Indonesia. Dalam hal lain, dikarenakan BMT yang menerima pembiayaan
dari PBMT Ventura adalah BMT dalam bentuk KSPPS, risiko kepatuhan
juga akan timbul jika BMT tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat
oleh Kementerian Koperasi dan UMKM. Selain itu juga risiko kepatuhan
ini dapat terjadi ketika BMT sebagai PPU dalam menjalankan usahanya
ternyata tidak menggunakan akad syariah dan tidak berpedoman pada
aturan yang telah mengikat seperti pada fatwa-fatwa yang mengatur
mengenai pembiayaan akad-akad yang digunakan dalam pembiayaan yang
dibuat oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN
MUI).
10. Risiko Investasi
Risiko investasi yang terjadi pada pembiayaan yang dilakukan oleh
PBMT Ventura dapat muncul akibat harus menanggung kerugian usaha
61

BMT sebagai PPU yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis
profit and loss sharing maupun pembiayaan lainnya seperti pembiayaan
dengan ujroh maupun margin keuntungan. Hal ini biasanya dipengaruhi
oleh ketidakmampuan BMT sebagai PPU untuk mengembangkan
usahanya, sehingga usaha BMT tidak berjalan dengan lancar dan
menyebabkan ketidakmampuan BMT dalam mengembalikan pembiayaan
yang telah diberikan oleh PBMT Ventura yang berpotensi terjadinya
pembiayaan macet atau bermasalah.
11. Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil pada pembiayaan BMT yang dilakukan oleh PBMT
Ventura dapat disebabkan oleh revenue yang diterima dari BMT Sebagai
PPU tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pembiayaan dengan
sistem bagi hasil, jika nisbah bagi hasil tidak sesuai dengan yang
diharapkan seperti ini maka hal ini bisa berpotensi mempengaruhi perilaku
Dana Pihak Ketiga (DPK) selaku investor yang menanamkan modalnya di
PBMT Ventura dalam bentuk penurunan jumlah dana yang diinvestasikan
pihak ketiga di PBMT Ventura.
D. Kerangka Kerja Manajemen Risiko PT. Permodalan BMT Ventura
Sebelum marancang dan menerapkan kerangka kerja manajemen risiko
dan kontrol, PBMT Ventura menerapkan pendekatan Three Lines of Defense
yang diantaranya:43

1. Pertahanan Lapis Pertama


Management & Bussiness Development Division berperan sebagai
pertahanan tingkat pertama dan bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, mengontrol, dan memitigasi risiko dalam
bisnis. Bussiness Development Division memiliki tanggung jawab yang
utama atas pengelolaan eksposur risiko bisnis dari hari ke hari. Business
Development Division bertanggung jawab atas risiko yang timbul dalam
setiap kesempatan bisnis dan target market yang telah disetujui.

43
Pedoman Manajemen Risiko PBMT Ventura h. 3
62

2. Pertahanan Lapis Kedua


Risk management division berperan sebagai unit kunci dalam memberikan
pertahanan tingkat kedua melalui fungsi pemantauan, melakukan review
dan menyetujui limit-limit risiko untuk berbagai unit bisnis dan kemudian
bekerja sama dengan unit bisnis untuk memastikan bahwa risiko yang
diambil oleh unit bisnis telah teridentifikasi secara tepat, terukur, dan
dikelola sesuai dengan parameter yang telah disetujui dan dilaporkan
kepada para pihak terkait.
3. Pertahanan Lapis Ketiga
Audit internal berperan sebagai pertahanan tingkat ketiga dalam kerangka
kerja manajemen risiko dan kontrol melalui pengujian dan audit secara
independen atas ketepatan proses unit bisnis dan unit pendukungnya untuk
memastikan bahwa mereka telah melakukan fungsi dan tanggung
jawabnya dan mematuhi kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang
disetujui oleh direksi. Berikut adalah struktur organisasi manajemen risiko
PBMT Ventura:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Manajemen Risiko

RUPS

Dewan Komisaris Direksi Dewan Pengawas syariah

Management & Business Legal Compliance & Risk


Development Division Management Division

Administration & Partnership & Corporate


Operasional Division Affair Division

Kelompok Kerja Risiko Terintegrasi

Audit Internal
63

Dari bagan struktur organisasi manajemen risiko PBMT Ventura


tampak bahwa dewan komisaris, dewan pengawwas syariah, dan direksi
menjadi penentu keberhasilan pengelolaan risiko melalui pengawasan aktif
yang dilakukannya.

Menyadari peran strategik ketiganya, PBMT Ventura telah


menetapkan pembagian tugas pengawasan pada masing-masing pihak,
dengan pejelasan singkat berikut:

1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris


Beberapa peran pengawasan aktif yang menjadi tugas Dewan
Komisaris dalam pengelolaan risiko, mencakup:
a. Bertanggung jawab untuk menyetujui kerangka umum kebijakan
manajemen risiko yang direkomendasikan oleh direksi.
b. Melakukan pemantauan atas risiko dan mengevaluasi
pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen
risiko, strategi dan eksposur melalui kajian berkala dengan direksi.
c. Melaksanakan fungsi manajemen risiko sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan mendelegasikan wewenang kepada direksi untuk
memungkinkan mereka menyetujui/ merekomendasikan aktivitas
bisnis dan tugas-tugas lainnya.
2. Pengawasan Aktif Dewan Pengawas Syariah (DPS)
PBMT Ventura menempatkan dewan pengawas sesuai rekomendasi
dewan syariah nasional majelis ulama Indonesia (DSN-MUI) dan sesuai
perundangan yang berlaku mengenai hal tersebut. Adapun fungsi dan
peran aktif yang dijalankan dewan pengawas syariah dalam pengelolaan
risiko, mencakup:
a. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas prouk,
kebijakan/prosedur dan aktivitas bisnis PBMT Ventura serta
melakukan pengawasan agar sesuai dengan fatwa DSN-MUI.
64

b. Melakukan evaluasi atas kebijakan menajemen risiko yang terkait


dengan pemenuhan prinsip syariah.
c. Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan
manajemen risiko yang terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
3. Pengawasan Aktif Direksi
Sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan operasional, direksi
berperan dalammenentukan arah kebijakan dan strategi manajemen rsiko
secara komprehensif beserta implementasinya. Adapun fungsi dan peran
aktif yang dijalankan direksi dalam pengelolaan risiko, mencakup:

a. Bertanggung jawab atas penyusunan kebijakan manajemen risiko.


b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko,
strategi, kerangka, dan eksposur risiko yang diambil oleh perusahaan.
c. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang
organisasi.
d. Memantau kualitas risiko perusahaan dibandingkan tingkat kewajaran
yang berlaku.
e. Menetapkan risk appetite perusahaan.
f. Mereview secara berkala kerangka kerja manajemen risiko, proses dan
kebijakan.
g. Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya insani yang terkait
dengan penerapan manajemen risiko.

E. Mitigasi Risiko PT. Permodalan BMT Ventura


Selain manajemen risiko yang baik, diperlukan juga mitigasi risiko yang
harus dilakukan oleh PBMT Ventura. Berikut merupakan hal-hal terkait
mitigasi risiko yang terdapat pada PBMT Ventura:44

1. PBMT Ventura menggunakan pendekatan berbasis komunitas BMT dalam


melakukan kerjasama bisnis antara PBMT Ventura dan BMT-BMT. Hal
ini tidak terlepas dari fakta historis PBMT Ventura yang diinisiasi oleh
Asosiasi Perhimpunan BMT Indonesia (PBMTI).
44
Ibid h. 13-15
65

2. PBMTI merupakan perhimpunan komunitas BMT-BMT didirikan dengan


tujuan sebagai berikut;
a. SRO (Self Regulatory Organization);
b. Advokasi dan konsultasi;
c. Monitoring agency;
d. Information center dan information and communication technology;
e. Lingkage program;
f. Capacity building;
g. Research and innovation;
h. Rating agency,
PBMT Indonesia merupakan rumah besar komunitas BMT yang berbasis
networking di pusat, provinsi, dan berbasis kabupaten/kota. Secara aktif
komunitas BMT di bawah komunitas besar PBMT Indonesia melakukan
kegiatan-kegiatan sebagaimana dilakukan oleh Perhimpunan BMT di
wilayah kerja masing-masing. Dalam perkembangan selanjutnya peran dan
fungsi capacity Building, research and innovation,dan Rating Agency
diserahkan secara khusus kepada PBMT Institute sebuah lembaga think
tank yang didirikan oleh anggota-anggota PBMT Indonesia sejak April
2009. Dan PT PBMT Rowasia yang berperan melakukan standarisasi IT
dan melakukan upgrade system IT di seluruh jaringan PBMT Indonesia.
Dengan demikian untuk melakukan mitigasi risiko pembiayaan kepada
BMT-BMT secara kelembagaan didukung oleh 3 pilar utama, yaitu PBMT
Indonesia, PBMT Institute dan PBMT Rowasia dengan fungsi dan
perannya masing-masing.
3. PBMT Ventura, PBMT Indonesia, PBMT Institute dan PBMT Rowasia
secara bersama-sama juga mendorong dan mengembangkan pola
hubungan antara BMT dan anggotanya dengan pola berbasis komunitas
pula.
4. Dalam mengajukan permohonan pembiayayaan kepada PBMT Ventura
selain mengisi formulir juga harus melampirkan data keuangan up to date
66

laporan, data perubahan pengurus, dan data lain yang relevan dengan
kegiatan BMT.
5. BMT yang dibiayai diprioritaskan anggota PBMT Indonesia (secara tidak
langsung sudah menjadi anggota asosiasi BMT Kabupaten/Kota, Wil. Eks.
Karesidenan, Provinsi) dan untuk menjadi anggota PBMT Indonesia
persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki visi dan misi yang jelas tentang ekonomi mikro syariah.
b. Sudah beroperasi minimal dua tahun.
c. Memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) BMT atau lembaga keuangan mikro syariah lain yang berbadan
hukum.
2) Didirikan oleh warga Negara Indonesia.
3) Bersedia membayar biaya keanggotaan yang akan diatur oleh
keputusan pengurus.
4) Berkedudukan dan berdomisili di wilayah territorial Republik
Indonesia.
5) Menyetujui AD/ART dan peraturan keanggotaan PBMT Indonesia.
6) Mengajukan permohonan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota
PBMT Indonesia yang ditandatangani oleh pengurus dan atau yang
diberi kuasa, dengan melampirkan:
a) Formulir keanggotaan.
b) Fotocopy KTP Pengurus dan manajer.
c) Laporan Keuangan (neraca dan rugi laba) selama dua tahun
terakhir.
d) Menyerahkan laporan RAT selama dua kali/ dua tahun terakhir.
e) Melampirkan surat pernyataan dari dewan pengawas syariah
pemohon yang menyatakan bahwa produk-produk BMT
pemohon telah sesuai dengan syarat.
f) Melampirkan surat rekomendasi dari Korwil PBMT
Indonesia/Asosiasi BMT setempat.
67

g) Membayar biaya keanggotaan sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta


lima ratus ribu rupiah).
Untuk mengintensifkan monitoring dan evaluating kepada BMT, PT
Permodalan BMT Ventura bekerja sama dengan Perhimpunan BMT
Indonesia di daerah-daerah (tingkat provinsi dan kabupaten/kota):
1. Pembiayaan kepada end user (BMT-BMT) rata-rata dibatasi dengan
plafond tertentu (BMT-BMT) rata-rata dibatasi dengan plafond
tertentu case by case.
2. Metode monitoring dan evaluating PT PBMT Ventura sebelum
pembiayaan ke anggota BMT Mengirimkan formulir daftar nominative
calon penerima pembiayaan BMT dan sesudah pembiayaan daftar
realisasi pembiayaan BMT.
3. Secara financial PT Permodalan BMT Ventura menggunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Merupakan anggota Perhimpunan BMT Indonesia dengan jangka
waktu beroperasi minimal dua tahun berturut-turut dinyatakan
sehat oleh Perhimpunan BMT Indonesia.
b. Dua tahun terakhir berturut-turut menguntungkan.
c. Aset tahun terakhir minimal satu milyar rupiah.
d. Non Performing Financing (NPF) maksimal 5%.
e. Kondisi kesehatan “sehat” berdasarkan penilaian Price to Book
Value (PBV).
F. Pengelolaan Risiko PT. Permodalan BMT Ventura
Risiko dalam lembaga keuangan merupakan potensi terjadinya suatu
peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi lembaga keuangan, tidak
terkecuali pada PBMT Ventura. Oleh karena itu, PBMT Ventura menerapkan
enterprise risk management yaitu serangkaian prosedur untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengontrol berbagai jenis risiko
yang timbul dari bisnis PBMT Ventura.
68

Sebagai wujud komitmen PBMT Ventura dalam penerapan Good


Corporate Governance (GCG) yang efektif, PBMT Ventura telah membentuk
satuan kerja Risk Management yang bertanggung jawab langsung kepada
direksi. Dalam melakukan pengawasan dan pengelolaan risiko bisnis yang
material, PBMT Ventura memiliki kebijakan manajemen risiko. Kebijakan
tersebut bertujuan untuk memberi pedoman kepada sumber daya insani PBMT
Ventura untuk secara efektif melakukan proses dan kegiatan manajemen risiko
sehingga sesuai dengan peraturan yang berlaku serta memastikan bahwa
manajemen dan seluruh sumber daya Insani memiliki persepsi serta
pemahaman yang sama mengenai konsep manajemen risiko dan adanya
kesadaran mengenai pentingnya manajemen risiko yang kontinu sehingga
proses manajemen risiko dapat terkoordinasi dan terintegrasi.

Selain terdapat proses manajemen risiko, di PBMT Ventura juga terdapat


pengelolaan risiko. Dalam pengelolaan risiko, PBMT Ventura menerapkan
tujuh poin utama pengelolaan risiko, antara lain sebagai berikut:
1. Good Corporate Governance
Untuk memperkuat Good Corporate Governance, organisasi manejemen
risiko PBMT Ventura yang melibatkan pengawasan dan supervisi aktif
dari Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah.
2. Kerangka Kerja Risiko
Setiap sumber daya insani di PBMT Ventura diharapkan untuk memahami
dan berperan dalam pengelolaan risiko sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya masing-masing:
a. Risk Management Division bertanggung jawab untuk mendefinisikan
risiko dan mempersiapkan landasan dasar bagi pengelolaan risiko dan
pengawasan risiko, memastikan bahwa seluruh peraturan yang
diterbitkan oleh pihak Otoritas telah disosialisasikan dan diikuti.
b. Internal Audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa lini bisnis
dan fungsi pendukungnya melakukan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dan mematuhi seluruh kebijakan dan prosedur yang telah
disetujui mengenai manajemen risiko dan kontrol.
69

3. Standar Pengelolaan Risiko


PBMT Ventura menerapkan pendekatan yang konsisten dan disiplin
terhadap identifikasi, pengukuran, monitoring, dan kontrol atas risiko
pembiayaan, pasar, likuiditas, operasional, dan risiko lainnya secara
transparan.
4. Standar Akuntansi
Seluruh akuntansi keuangan, laporan dan catatan yang diberikan kepada
regulator dan stakeholder eksternal harus sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
5. Teknologi
PBMT Ventura menerapkan teknologi yang berskala dan dapat dipercaya
yang disesuaikan dengan ukuran dan kondisi aktivitas bisnis PBMT
Ventura. Selain itu PBMT Ventura juga memiliki sistem informasi yang
berkaitan dengan manajemen risiko yang menghubungkan antara PPU
dengan PBMT bernama Islamic Micro Finance Application (IMF@).
Lembaga yang menangani hal tersebut adalah PBMT Rowasia, PBMT
Rowasia ini berperan dalam melakukan standarisasi IT dan melakukan
upgrade sistem IT diseluruh jaringan PBMT Indonesia.
6. Sumber Daya Insani (SDI)
PBMT Ventura senantiasa memastikan bahwa SDI semua level divisi
adalah SDI yang berkualitas dan memenuhi persyaratan minimum dan
memastikan memiliki kompetensi serta keahlian standar. Dalam
memenuhi kebutuhan SDI ini, PBMT Ventura membentuk PBMT Institute
untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya yang ahli dan berkompeten,
sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung
jawab.
7. Budaya I-Stream
PBMT Ventura memiliki nilai-nilai yang menjadi kebanggaan dan selalu
dijaga serta dijadikan suatu budaya untuk mengawali setiap keputusan
(terkait dengan risiko) yag telah, sedang, dan akan diambil. Budaya
70

perusahaan tersebut dirumuskan sebagai I-Stream, suatu budaya dinasmis


yang terdiri dari:
a. Integrity: PBMT Ventura berkomitmen untuk melayani dengan
mengutamakan ketekunan, kejujuran, tanggung jawab dan mencintai
profesi.
b. Steady Flow: PBMT Ventura berkomitmen untuk bersikap profesional
dengan mendahulukan pelayanan, selalu berpikir terbuka, dinamis, dan
adaptif.
c. Relation & Teamwork: PBMT Ventura berkomitmen menjaga
komunikasi, membangun sinergi, meningkatkan kerjasama dan
kepercayaan.

G. Proses, Kebijakan, dan Penerapan Manajemen Risiko PT. Permodalan


BMT Ventura
1. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko dilakukan melalui proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian seluruh risiko yang dihadapi.
a. Identifikasi risiko
proses identifikasi risiko akan menentukan cakupan dan skala tahan
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Identifikasi risiko
bersifat proaktif, mencakup seluruh aktivitas bisnis PBMT Ventura
dan dilakukan dalam rangka menganalisis sumber dan kemungkinan
timbulnya risiko serta dampaknya, identifikasi dilakukan dengan
menganalisis seluruh jenis dan karakteristik risiko yang terdapat pada
setiap kegiatan usaha PBMT Ventura.
b. Pengukuran risiko
Sistem pengukuran digunakan untuk mengatur eksposur risiko PBMT
Ventura sebagai acuan untuk melakukan pengendalian, pendekatan dan
metodologi pengukuran dapat bersifat kuantitatif, kualitatif, atau
merupakan kombinasi keduanya. Pengukuran risiko dilakukan secara
berkala baik untuk produk dan portofolio maupun seluruh aktivitas
bisnis PBMT Ventura.
71

c. Pemantauan risiko
Aktivitas pemantauan isiko dilakukan dengan cara mengevaluasi
eksposur risiko yang terdapat dalam seluruh portofolio produk dan
kegiatan usaha PBMT Ventura serta efektivitas proses manajemen
risiko.
d. Pengendalian risiko
Pengendalian risiko dilakukan antara lain dengan memberikan tindak
lanjut atas risiko yang bersifat moderate dan high yang melebihi limit,
peningkatan kontrol (Pengawasan melekat), penambahan modal untuk
menyerap potensi kerugian dan audit internal secara periodik.
2. Kebijakan Manajemen Risiko PT. Permodalan BMT Ventura
Dalam melaksanakan kerangka kerja manajemen risiko, PBMT
Ventura memiliki kebijakan pengelolaan risiko yang ditetapkan untuk
mengidentifikasi dan menganalisa risiko-risiko yang dihadapi perusahaan,
menetapkan batasan risiko dan penngendalian yang sesuai serta memantau
risiko dan kepatuhan terhadap batasan yang telah ditetapkan dan
membentuk Kelompok Kerja Risiko Terintegrasi.
Kebijakan dan sistem pengelolaan risiko ditelaah secara berkala untuk
mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar, produk dan jasa yang
ditawarkan. Melalui pelatihan serta standar dan prosedur pengelolaan,
perusahaan berusaha untuk mengembangkan lingkungan pengendalian
yang taat dan konstruktif, dimana semua karyawan memahami tugas dan
kewajiban mereka.
Kelompok Kerja Risiko Terintegrasi merupakan fungsi yang
independen dan terpisah dari setiap lini bisnis (risk taking unit). Namun
pada kesehariannya, setiap lini bisnis juga beranggung jawab dalam
menjalankan fungsi manajemen risiko di lini bisnisnya masing-masing.
Sedangkan dalam kemitraan dengan setiap lini bisnis, fungsi kontrol
independen dari Kelompok Kerja Risiko Terintegrasi bertanggung jawab
menyusun kebijakan manajemen risiko dan batasan-batasan untuk seluruh
lini bisnis sesuai dengan prinsip kebijakan risiko yang menjadi pedoman
72

bagi bisnis pembiayaan PBMT Ventura. Kelompok kerja risiko


terintegrasi ini juga bertugas menetapkan dan memperbarui payung
kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, menganalisa,
dan mengendalikan risiko di setiap lini bisnis (risk taking unit). Kelompok
Kerja Risiko Terintegrasi akan mensosialisasikan strategi risiko dan
kebijaknnya ke seluruh unit bisnis terkait dalam mengupayakan
terciptanya budaya risiko dan risk awareness yang kokoh.
3. Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko pada sejumlah risiko yang mungkin
timbul pada pembiayaan kepada BMT di PBMT Ventura:
a. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah potensi kegagalan dari penerimaan
pembiayaan dalam memenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan.
Risiko pembiayaan adalah risiko signifikan yang terutama muncul dari
kegiatan pembiayaan perusahaan.
1) Manajemen Risiko Pembiayaan
Penerapan manajemen risiko pembiayaan, dilakukan perusahaan
secara individual. Penerapan manajemen risiko pembiayaan
meliputi proses end to end dari kriteria penerimaan pembiayaan,
originasi dan persetujuan, penetapan imbal hasil, pemantauan,
proses manajemen pembiayaan bermasalah, dan manajemen
portofolio. PBMT Ventura memiliki kebijakan risiko pembiayaan
yang dibuat untuk mengatur peroses pemberian pembiayaan.
Kebijakan ini meliputi kriteria credit acceptance, origination,
persetujuan pembiayaan, pemantauan, pengelolaaan pembiayaan
bermasalah, dan menajmen portofolio. PBMT Ventura telah
menerapkan kebijakan yang mengatur pendelegasian wewenang
persetujuan pembiayaan sehingga setiap keputusan pembiayaan
telah disetujui oleh anggota komite pembiayaan harus mematuhi
prinsip empat mata (four eyes principle) keputusan pembiayaan
73

harus berdasarkan analisa yang seksama, didokumentasikan dengan


baik, dan dievaluasi secara berkala.
2) Risiko Konsentrasi Pembiayaan
Risiko konsentrasi pembiayaan timbul ketika sejumlah pelanggan
bergerak dalam aktivitas usaha yang sejenis atau memiliki kegiatan
usaha dalam wilayah geografis yang sama, atau memiliki
karakteristik yang sejenis yang dapat menyebabkan kemampuan
BMT untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya sama-sama
dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi maupun kondisi
lainnya. PBMT Ventura mendorong adanya diversifikasi dari
portofolio pembiayaannya pada berbagai wilayah geografis,
industri produk pembiayaan, mencerminkan profil risiko yang
sembang dan sehat dan untuk fokus pada upaya pemasaran
terhadap industry dan BMT yang potensial untuk meminimalisir
risiko pembiayaan.
3) Mekanisme Pengukuran dan Pengendalian Risiko Pembiayaan
PBMT Ventura memantau secara intens setiap perkembangan yang
dapat mempengaruhi portofolio pembiayaan perusahaan. PBMT
Ventura telah melakukan proses stress test atas risiko
pembiayaannya yang dilaksanakan secara rutin guna
mengantisipasi kemungkinan terjadinya pemburukan kualitas
portofolio pembiayaan akibat terjadinya perubahan kondisi
ekonomi.
4) Tagihan yang telah jatuh tempo dan tagihan yang mengalami
penurunan nilai
a) Tagihan yang telah jatuh tempo
Tagihan yang telah jatuh tempo untuk pengakuan pembiayaan
yang telah jatuh tempo yaitu pembiayaan baik sebagian
maupun seluruhnya, termasuk dan/atau pembayaran imbal
hasil, telah jatuh tempo lebih dari 90 hari. Imbal hasil yang
telah jatuh tempo juga digolongkan di dalamnya.
74

b) Tagihan yang mengalami penurunan nilai


Pemicu penurunan nilai harus mencakup empat area utama
sebagai berikut:
1) Status pembayaran kriteria minimum yang dapat dipakai
sebagai bukti objektif terjadinya pennurunan nilai adalah
pembiayaan dengan klasifikasi non performing financing
(NPF) setelah penyamaan kolektabilitas.
2) Kinerja keuangan debitur
Kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami debitur
yang dapat dilihat dari posisi keuangan terakhir, rasio
keuangan, arus kas prakiraan.
3) Penilaian atas kemampuan dari status debitur penilaian
dilakukan seperti terjadinya pelanggaran akad/perjanjian
pembiayaan, kejadian fraud yang signifikan, kehilangan
aset atau pelanggan utama adanya tindakan hukum dari
debitur yang menyebabkan pailit.
4) Tagihan yang mengalami restrukturisasi.

Faktor-faktor di atas bukanlah faktor lengkap. Kemungkinan akan


adanya faktor-faktor lain atau peristiwa yang dapat mengganggu
kapasitas pembayaran debitur juga harus tetap dimonitor. Oleh
karena itu, risk management pada lini bisnis juga wajib melakukan
monitoring dengan hati-hati dan mendokumentasikan dengan jelas
alasan pengklasifikasian pinjaman ke dalam kategori yang
mengalami penurunan nilai.
b. Risiko Pasar
Penerapan manajemen risiko pasar dilakukan melalui proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko pasar,
dengan didukung penerapan sistem informasi manajemen. Risk
management division mengembangkan, menerapkan, dan menjaga
kerangka risiko pasar yang menyeluruh dan terintegrasi mencakup
aspek kualitatif dan kuantitatif metodologi/tool untuk melakukan
75

idenrtifikasi, pengukuran, aggregate, pengelolaan, pemantauan,


control, dan pelaporan risiko pasar.
c. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang timbul dari tidak
memadainya atau kegagalan proses internal, manusia, dan sistem atau
dari kejadian eksternal yang berdampak pada kegiatan operasional
perusahaan. Tujuan PBMT Ventura dalam mengelola risiko opersional
adalah meminimalisasi dampak kegagalan/ketidakcukupan proses
internal, faktor manusia, sistem atau kejadian-kejadian eksternal yang
dapat mempunyai dampak kerugian keuangan dan non-keuangan serta
dapat merusak reputasi perusahan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
perusahaan membentuk struktur organisasi pengelolaan risiko
operasional. PBMT Ventura mengembangkan kesadaran dan budaya
risiko operasional ke semua tingkatan serta melakukan penunjukan
fungsi manajemen risiko operasional kepada seluruh pihak terkait.
Unit kerja bertanggungjawab dalam mengidentifikasi, mengelola,
memitigasi, dan melaporkan risiko operasional. Guna memastikan
aktivitas pengelolaan risiko operasional di unit kerja sehari-hari, unit
kerja dibantu oleh risk management division dan fungsi pendukung.
d. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas dapat timbul dari aset serta dari kewajiban yang
dimiliki perusahaan. Pengelolaan risiko likuiditas merupakan salah
satu aktivitas terpenting yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko
likuiditas adalah risiko dimana perusahaan tidak memiliki kemampuan
untuk mendanai kenaikan pada sisi aktiva dan memenuhi kewajiban
saat jatuh tempo tanpa mengalami kerugian yang tidak dapat diterima.
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang diakibatkan oleh tuntutan hukum
(yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal) dan/atau
kelemahan aspek yuridis (ketiadaan dokumen hukum dan peraturan
ataupun adanya kelemahan dalam dokumen pengikatan hukum). Di
76

dalam kerangka kerja manajemen risiko dan merujuk pada regulasi


yang berlaku, risiko hukum merupakan salah satu aspek penting yang
pada hakikatnya bertujuan mengantisipasi risiko yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
f. Risiko Strategis
Pengelolaan risiko strategis ditujukan untuk mengatasi beragam risiko
yang diakibatkan oleh penetapan serta implementasi strategi yang
kurang memadai. Risiko strategis dapat bersumber antara lain dari
kelemahan maupun ketidak-akuratan formulasi strategi, ketidaktepatan
dalam perumusan strategi, maupun kegagalan mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
g. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan dapat timbul dari aktivitas perusahaan yang tidak
memenuhi ketentuan atau peraturan perundang-undangan dan standar
yang berlaku secara umum. Pengelolaan risiko kepatuhan yang efektif
adalah hal yang penting guna meminimalkan dampak risiko sedini
mungkin. Untuk itu kajian menyeluruh atas aspek kepatuhan
diterapkan terhadap kebijakan/produk/sistem yang ada di perusahaan.
Manajemen risiko kepatuhan dilakukan terhadap risiko kepatuhan
perusahaan.
h. Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat
perusahaan ikut menanggung kerugian usaha BMT yang dibiayai
dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. Untuk
menegah agar BMT tidak melakukan penyimpangan dan sebagai
jaminan bagi perusahaan jika BMT melakukan kesalan yang disengaja,
lalai atau menyalahi perjanjian,perusahaan meminta agunan dari BMT
atas pembiayaan yang diberikan. Kebijakan jenis agunan dan penilaian
agunan mengikuti kebijakan agunan yang berlaku seperti pembiayaan
pada umumnya.
77

i. Risiko Imbal Hasil


Risiko imbal hasil (rate of return risk) adalah risiko akibat perubahan
tingkat imbal hasil yang dibayarkan perusahaan kepada nasabah,
karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima perusahaan
dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah
dana pihak ketiga perusahaan.

H. Analisis Penerapan Manajemen Risiko PT. Permodalan BMT Ventura


Pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.05/2015 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank
(LJKNB), terdapat sejumlah indikator mengenai Keefektifan penerapan
manajemen risiko yang harus dilakukan oleh LJKNB, yang terdapat pada
pasal 2. Dari pasal-pasal tersebut kita dapat mengetahui seberapa efektif
penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh PBMT Ventura. Berikut
hasil analisis penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh PBMT
Ventura berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.05/2015
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-
Bank (LJKNB):
1. Indikator pengawasan aktif direksi, dewan komisaris, atau yang setara dari
LJKNB. Pada indikator ini PBMT Ventura bisa dikatakan efektif dalam
pelaksanaannya karena Dewan Direksi, Dewan Komisaris, maupun Dewan
Pengawas Syariah mampu menjalankan fungsinya dalam kerangka kerja
manajemen risiko yang terintegrasi sesuai dengan peraturan OJK.
2. Indikator kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Risiko.
Pada indikator ini PBMT Ventura bisa dikatakan efektif dalam
pelaksanaannya karena memiliki kebijakan dan prosedur manajemen
risiko, serta penetapan limit risiko yang disetujui oleh direksi. Risk
management division pada PBMT Ventura yang menjalankan fungsi
pemantauan pun, melakukan review dan menyetujui limit-limit risiko
untuk berbagai unit bisnis dan kemudian bekerja sama dengan unit bisnis
untuk memastikan bahwa risiko yang diambil oleh unit bisnis telah
78

teridentifikasi secara tepat, terukur, dan dikelola sesuai dengan parameter


yang telah disetujui dan dilaporkan kepada para pihak terkait.
3. Indikator kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko. Pada indikator ini PBMT Ventura bisa dikatakan
efektif dalam pelaksanaannya karena dalam standar pengelolaan risiko,
PBMT Ventura menerapkan pendekatan yang konsisten dan disiplin
terhadap identifikasi, pengukuran, monitoring, dan kontrol atas risiko
pembiayaan, pasar, likuiditas, operasional, dan risiko lainnya secara
transparan sebagai penerapan enterprise risk management.
4. Indikator sistem informasi manajemen risiko. Pada indikator ini PBMT
Ventura bisa dikatakan efektif dalam pelaksanaannya karena PBMT
Ventura memiliki sistem informasi yang berkaitan dengan manajemen
risiko yang menghubungkan antara PPU dengan PBMT bernama Islamic
Micro Finance Application (IMF@). Lembaga yang menangani hal
tersebut adalah PBMT Rowasia, PBMT Rowasia ini berperan dalam
melakukan standarisasi IT dan melakukan upgrade sistem IT diseluruh
jaringan PBMT Indonesia.
5. Indikator sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Pada indikator ini
PBMT Ventura bisa dikatakan efektif karena dari keseluruhan indikator
yang ada sebelumnya sudah berjalan efektif seperti:
a. Indikator pengawasan aktif direksi, dewan komisaris, atau yang setara
dari LJKNB,
b. Indikator kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Risiko
c. Indikator kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko, serta
d. Indikator sistem informasi manajemen risiko

sehingga tujuan organisasi yang ingin diraih oleh PBMT Ventura dapat
tercapai.

Pada pasal berikutnya yaitu pasal 3, Penerapan Manajemen Risiko harus


disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas
79

LJKNB. Dalam hal ini, PBMT Ventura bisa dikatakan telah melakukan
penerapan manajemen risiko yang sesuai pasal 3 dilihat dari visi dan misi,
serta tujuan perusahaan dan pedoman dalam pelaksanaan manajemen risiko
yang dimiliki PBMT Ventura. Sementara pada pasal 5 Dalam rangka
menerapkan manajemen risiko, LJKNB wajib memiliki pedoman penerapan
manajemen risiko. Dalam hal ini PBMT Ventura memiliki pedoman
manajemen risiko secara internal yang dibuat berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan No. 1/POJK.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank (LJKNB).
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:

1. Mekanisme dan prosedur pembiayaan yang dilakukan oleh PBMT Ventura


memiliki tahapan dan syarat yang ketat untuk meminimalisir risiko yang
akan terjadi.
2. Risiko-risiko yang timbul pada pembiayaan BMT oleh PBMT Ventura
antara lain: risiko pembiayaan, risiko keuangan, risiko operasional, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko regulasi, risiko hukum, risiko strategis, risiko
kepatuhan, risiko investasi, dan risiko imbal hasil.
3. Dalam penerapan manajemen risiko pada pembiayaan BMT oleh PBMT
Ventura berfokus pada tiga jenis risiko yaitu, risiko pembiayaan, Risiko
operasional, dan risiko keuangan karena PBMT Ventura melihat
kecenderungan terjadinya permasalahan ada pada ketiga risiko itu.
4. Penerapan manajemen risiko pada pembiayaan BMT oleh PBMT Ventura
sudah efektif dengan NPF kurang dari 2% dari batas wajar 5% yang
ditetapkan OJK.
5. Jika terjadi pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh fraud atau
penyimpangan, maka PBMT Ventura akan menempuh langkah litigasi.
Tetapi sebelum melakukan litigasi seperti lembaga keuangan atau
perusahaan modal ventura konvensional, PBMT Ventura akan selalu
mengutamakan upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah secara
musyawarah atau kekeluargaan sebelum menempuh proses litigasi, ini
adalah salah satu ciri dari prinsip syariah yang dijalankan PBMT Ventura
yang membedakannya dengan perusahaan modal ventura konvensional.

80
81

B. Saran

1. Belum adanya aturan baku mengenai Perusahaan Modal Ventura Syariah


dari Departemen Keuangan membuat PBMT Ventura harus cermat dalam
melaksanakan tata kelola keuangan yang compliance terhadap sistem
ekonomi syariah di satu sisi, serta tidak melanggar aturan yang mengatur
mengenai Perusahaan Modal Ventura di sisi yang lain.
2. Perlu adanya peningkatan intensitas tindakan pada pendampingan maupun
pengawasan secara berkala terhadap BMT sebagai PPU, agar proses
penanganan maupun pendeteksian risiko dapat diminimalisir sedini
mungkin.
3. Perlu adanya peningkatan kualitas sistem IT di seluruh jaringan PBMT
Ventura untuk mempermudah proses pengelolaan risiko.
4. PBMT Ventura perlu meningkatkan koordinasi dengan PBMTI yang
bertugas sebagai pemantau BMT yang menjadi PPU PBMT Ventura agar
risiko-risiko pembiayaan bisa diminimalisir sedini mungkin.
5. Bagi peneliti selanjutnya, mengingat penelitian ini hanya terbatas pada
penggunaan data dan analisis kualitatif, maka perlu adanya pengembangan
penelitian kuantitatif untuk menilai dan menganalisis tingkat efektifitas
manajemen risiko pada PBMT Ventura.
82

Daftar Pustaka

Al-Quran
Al-Hadits
Adam, Helmi, Strategi Manajemen Risiko Pada Pembiayaan UKM Di BMT Al
Munawwarah & BMT Berkah Madani, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Amalia Euis, Keuangan Mikro Syariah, Bekasi: Gramata Publishing, 2016.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani ,2001.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka alvabet,
2006.
Attar, Dini, dkk., Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. ISSN:
2302-0164, Jurnal Akuntansi. Volume, No.1 Frederic, S.Mishkin 2011.
Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Jakarta: Salemba Empat,
2014
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia,
2002.
Darmawi, Herman, Manajemen Risiko, Jakarta : PT Bumi Aksara,2006.

Djohanputro, Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi: Panduan


Penerapan dan Pengembangan, Jakarta: PPM, 2012.

Djojosoedarso, Soeisno, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta :


Salemba Empat. 2003.

Fuady Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005.

Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan: Dalam Konteks


Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.
83

Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Manajemen Resiko Perbankan, Yogyakarta: Graha


Ilmu, 2006.

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama, 2014.

Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama, 2014.

Karim, Rifaat Ahmad Abdul. “The Impact of the Basle Capital Adequacy Ratio
Regulation on the Financial Strategy of Islamic Banks” dalam Proceeding
of the 9th Expert Level Conference on Islamic Banking, disponsori oleh
Bank Indonesia dan International Association of Islamic Banks, 7-8 April
1995, Jakarta. Dalam Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syarah: dari Teori
ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Kurniati, Een, Manajemen Risiko Pada Produk Hasanah Card ,Study Kasus Pada
PT. BNI Syariah, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.

Leo. J Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:
Untuk Industri Nonperbankan Jakarta:PPM Manajemen, 2010.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP


YKPN, 2005.

Muliadi, Ahmad, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Akademia Permata,


2013.

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi,


Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2002.

Muslich, Muhammad, Manajemen Risiko Operasional : Teori dan Praktik,


Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.

Pandia, Frianto, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2012.
84

Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2012

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.05/2015 Tentang Penerapan


Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.05/2015 Tentang


Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 36/POJK.05/2015 Tentang Tata Kelola


Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Modal Ventura.

Perhimpunan BMT Indonesia, Haluan BMT 2020, Cet. Kedua

Rivai, Veithzal, dkk, Bank and Financial Institution Management: Convetional


and Syar’I System, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

Rivai, Veithzal, dkk, Commercial Bank Management, Jakatrta: Rajawali Pers,


2013.

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga penerbit


FEUI,1999.

Sigiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2008.

Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011 tentang


Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.05/2016 Tentang


Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dan Laporan Hasil Penilaian
Sendiri Penerapan Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-
Bank.

Syafri Ayat, Manajemen Risiko, Jakarta : Gema Akastri, 2003.

Tampubolon, Robert, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan


Kualitatif Untuk Bank Komersial, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
2004.
85

Tariqullah khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan


Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012.

Umar Husein, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta :
Rajawali Press, 2004.

Vaughan, Emmett J. Risk Management. Canada: Jhon Wiley & Sons, 1997.

website: http://kamusbahasaindonesia.org

http://surabaya.bisnis.com

http://www.tamzis.com

http://permodalanbmt.com
86

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkrip Wawancara
Narasumber : Ibu Desiyana Rina Yulia
Jabatan : Manager Legal Compliance and Risk Management

1. Apa produk-produk pembiayaan yang terdapat di PBMT Ventura yang


diberikan kepada BMT?
Di PBMT Ventura ini memang kita, perusahaan yang PPU nya tidak umum
seperti modal ventura biasa, kalau PBMT Khusus untuk Koperasi Syariah
(BMT) atau KSPPS. Semua koperasi yang berlandaskan syariah harus berubah
ke KSPPS, ada juga BMT yang LKMS yang bernaung Di OJK kalo KSPPS di
Kemenkop, kita fokus KSPPS.

Produknya modal kerja Kepada BMT kita sebutnya BMT/KSPPS, plafonnya


200 juta-10 milyar (6 bulan- 36 bulan) akadnya mudhorobah muqoyaddah.
Sistem pembayaran pola pokok dan basil perbulan (jenisnya pembiayaan
bukan penempatan)

Produknya pembelian aset kepada BMT contoh BMT mau membeli ruko
untuk kantor cabang atau membeli kendaraaan operasional (plafonnya 100
juta- 1 milyar) namun bisa lebih bila harga rukonya lebih dari 1 milyar (10
tahun) akadnya murabahah/IMBT. Pola pokok dan margin/ujroh perbulan

Produk pembangunan atau renovasi kantor, bila kantor BMT nya tidak
memungkinkan karena bertambahnya jumlah karyawan, atau tempat
administrasi yang tidak memungkinkan sedangkan untuk membeli tempatnya
tidak ada akhirnya salah satunya adalah renovasi atau membangun plafonnya
(100 juta- 1 milyar) selama maksimal 60 bulan jenis akadnya ijaroh dengan
bekerjasama dengan pihak ketiga yang membangun, kita menggunakan jasa
kepada pihak ketiga.
87

Produk talangan umroh, kita bekerja sama dengan PBMT Travel, bila BMT
memiliki anggota yang berenana umroh, mereka punya jaminan simpanan tapi
mereka juga ingin mengangsur namun tidak cukup, jadi mempermudah untuk
talangan umroh dan yang dibiayai adalah BMT nya, nominalnya disesuaikan
dengan jumlah anggota BMT, namun minimal 10 orang yang akan
diberangkatkan yang diperkirakan perorang adalah 20 juta, jadi per BMT bisa
dapat pembiayaan 200 juta. (36 bulan) akadnya ijaroh multijasa dengan pola
angsuran ujroh dan pokok perbulan.

2. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi BMT untuk mengajukan pembiayaan di


PBMT Ventura?
Untuk persyaratan, BMT ini harus sudah menjadi anggota Perhimpunan BMT
Indonesia dan harus sudah aktif di Perhimpunan BMT Indonesia selama 2
tahun baik dalam kegiatan umum atau pelatihan-pelatihan atau undangan-
undangan terkait Perhimpunan BMT, selain itu umum ada di brosur lalu
laporan RAT 2 tahun terakhir dan formulir neraca laba rugi 6 bulan terakhir

3. Bagaimana mekanisme dan prosedur yang dilalui oleh BMT dalam pengajuan
pembiayaan di PBMT Ventura?
Mekanismenya karena bagian legal complain dan risk managemen dijadikan
satu, nanti meskipun ada bagian financingnya yang melakukan analisis tapi
tetap masuk ke bagian risk manajemen, BMT mengajukan pembiayaan, lalu
ada komunikasi dari PBMT tentang disetujui atau tidaknya pembiayaan,
menganalisis risiko nah nanti dari manajemen itu mengeluarkan namanya
memorandum pengajuan pembiayaan, yang dijadikan dasar untuk menyetujui
atau menolak, di situ disebutkan risiko-risiko yang muncul seperti risiko
pembiayaan, risiko operasional, risiko keuangan. Karena cenderung terjadinya
permasalahan pada ketiga risiko itu.

4. Apa risiko-risiko yang mungkin timbul pada pembiayaan kepada BMT di


PBMT Ventura?
88

Kalau risiko pembiayan kita lihat dari jenis pembiayaan mereka apa saja, terus
mereka pembiayaannya untuk mikro menengah atau besar dari situ juga
dinilai, selain itu juga mereka menggunakan apa sebagai jaminan di BMT
mereka, dan mereka mengikatnya menggunakan apa? Apakah Cuma pakai
SKMHT atau di baawh tangan atau sudah langsung APHT, karena di BMT itu
pembiayaan kalau yang terkecil dari 200rb sifatnya harian, sampai dengan
yang terbesar di BMT itu ada yang sampai 500 Juta, makanya kita mau lihat
risiko pembiayaan mereka itu portofolionya besarnya di mana, kalau misalkan
mereka di range 1 juta-25 juta paling minimal yah, itu masih risikonya lebih
rendah yah kalau terjadi gagal bayar, yang risiko tinggi itu yang 25 juta ke
atas, karena jumlahnya 100 juta jika pembiayaannya 1 juta perorang maka bisa
100 orang yang dibiayai, namun bila yang dibiayai itu 25 juta perorang makan
hanya ada 4 orang yang dibiayai dan itu risikonya lebih besar, jadi kita
membatasi untuk pembiayaan ke BMT (kepada nasabah) nya itu maksimum
25 juta, untuk meminimalisir risiko, jadi mereka ga boleh memberikan
pembiayaan lebih dari 25 juta apabila dana berasal dari PBMT Ventura,
kecuali kalau mereka menggunakan dana sendiri.

Risiko keuangan kita lihat dari kas dan simpanan di bank mereka, mencukupi
atau tidak, lalu mereka sendiri secara likuiditas punya atau tidak,
dikhawatirkan pengajuan pembiayaan hanya untuk menjaga likuiditas mereka,
Dan itu bagian dr risiko juga. Terus di keuangan kita harus tahu selain kita
siapa saja dana pihak ketiga (DPK) yang melakukan kerjasama,
dikhawwatirkan mereka sudah over dana pinjaman dari pihak ketiga, jadi
apakah mereka mampu membayar kewajiban? Kalau misalkan dana pihak
ketiga lebih besar dari simpanan masyarakat, itu patut dipertanyakan, ini
koperasi apa perusahaan pembiayaan, karena pada dasarnya koperasikan
simpan pinjam untuk anggotanya, loh kok ini lebih banyak pinjamnya dari
simpannya, karena kan yang diutamakan adalah simpan untuk
mensejahterakan anggotanya. Dan itulah fungsi dari risiko keuangan selain itu
juga dari risiko keuangan kita menilai nih dari sisi kesehatan keuangan
89

mereka dari umumnya seperti ROE ROA, likuiditasnya, BOPO, FDR nya,
laporan keuangannya, Produktif atau tidak ? misalkan dari aset 10 milyar
baiknya minimal itu 70% produktif dengan melakukan pembiayaan tapi kan
bisa jadi 50:50 dan itu tidak dianggap terlalu produktif dimana hanya 50% saja
yang digunakan untuk pembiayaan sementara 50% lagi dipakai untuk aktiva
dan itu tidak terlalu bermanfaat, dan ini berguna sebagai penilaian, lalu kita
nilai juga dari operasionalnya yang BOPO tadi, nah BOPO nya minus atau
ngga nih? Antara pendapatan dengan pengeluaran lebih besar yang mana? Nah
pendapatan di sini adalah operasionalnya, bisa jadi lebih besar pendapatan dari
diluar operasional contoh: pendapatan operasionalnya pembiayaan ke anggota,
namun nilainya lebih rendah dibandingkan misalnya pendapatan dari jasa apa
saja, misal jasa transfer uang di daerah yang di kota ternyata malah lebih besar
di sana, ini berarti pembiayaannya ga produktif malah lebih besar dari non
operasional nah itu dari risiko keuangan.

Risiko operasional, dari koperasi itu yang utama adalah SOP (operasional)
jadi kalau SOP nya baik, kedepannya akan baik karena di koperasi itu
prosedurnya harus jelas mulai dari siapa yang berhak membuka kunci brankas
siapa yang memegang kunci, itu harus jelas ga boleh satu orang, contoh
manajernya yang megang kunci manajernya yang tahu nomor,nah itu
berpotensi terjadinya fraud, karena bisa saja dia mengambil uang tanpa ada
yang tahu. Yang kedua contohnya: bagaimana mereka menggunakan slip
penarikan dan penyimpanan uang pada saat teller dengan bagian pencatatan
harus beda, teller yang memberikan, harus ada yang melihat jadi
menggunakan four eyes principle,untuk mengetahui apa yang dicatat dan fisik
yang keluar sama, berikutnya adalah kalau di BMT kan itu lapangan jadi
antara pencatatan di lapangan dan penerimaan di teller harus sama, dan itu
fungsi penilaian risiko operasional dari sisi sisi itu. Itu sebagian yang bisa kita
cek risikonya, nanti di sini (menunjukan pedoman manajemen risiko) lengkap
semua pengkuran dan pengendaliannya bagaimana dan sistem informasinya
kita juga memakai IMF@ (Islamic Micro Finance Application) kerjasama
90

dengan PBMT Rowasia. Jadi antara yang menginput dengan yang melakukan
pengecakan itu berbeda, contoh yang input orang A nanti yang pengecekan
orang B benar atau tidak yang diinput sama fisiknya sama, pengendalian
internal (menunjukan pedoman manajemen risiko), ini manajemen risikonya
(menunjukan pedoman manajemen risiko) jadi kita bertanggung jawab ke
pemegang saham, RUPS ada dewan komisaris yang bertanggung jawab
kepada RUPS, dan dewan-dewan pengawas syariah, direksi ini bertanggung
jawab kepada DPS dan komisaris, dan di bawah direksi ada divisi-divisi nah
nanti ada audit internal, ini gambaran umumnya (menunjukan pedoman
manajemen risiko) kalau OJK ada pengeluaran yang terbaru yang lebih
spesifik. Ini selain POJK nomor 34 dan 35, tahun 2018 yang baru tentang
penerapan tata kelola bisa dibilang seperti GCG di perbankan, kalau
diperbankan sudah ada, semenjak krismon, kalo yang baru tentang kesehatan
keuangan (menunjukan pedoman manajemen risiko). Jadi kita sebagai PBMT
tidak bisa main-main, dan harus benar-benar menjaga dan harus melakukan
manajemen risiko.

5. Apa saja faktor penyebab terjadinya risiko-risiko tersebut?


Faktor penyebabnya lebih pada dari PPU seperti fraud dari internalnya dan
kedua pembiayaan macet dari mulai analisis yang tidak maksimal, dampaknya
terhadap PBMT adalah tidak mendapatkan revenue maksimal, sedangkan
penetapan limit risiko mungkin dari limit plafon yah, kita ada standar dengan
memaksimumkan 30% dari aset PPU nya, jadi kalau dia punya aset 10
milyar, kita maksimum (pembiayaan) 3 milyar masuk kesana lebih dari itu ga
kita kasih, untuk meminimalisir risiko.

6. Bagaimana proses identifikasi risiko dalam penerapan manajemen risiko di


PBMT Ventura?
Proses identifikasi , yang jelas kita itu melakukan kunjungan langsung,
melakukan pengecekan dari laporan keuangan, dengan meminta laporan
keuangan saat itu juga agar tidak memberikan waktu bagi mereka untuk
berkreasi (thdp laporan keuangan), yang kedua akan ketemu pengurus jadi kita
91

tahu gesture maupun penampilan para pengurus tersebut, kadang-kadang


ngaruh juga dari mulai bawaan kendaraannnya apa, pakaiannya seperti orang
yang senang berbelanja atau tidak, lalu dilihat dari lingkungan kantornya juga,
apakah rapi atau berantakan, kan jadi tahu kalo rapi kan mereka sudah
mengetahui tata letak dan lainnya, walaupun mungkin efek ke angsuran juga
patut dipertanyakan apakah ada pengaruh antara kerapihan dan kebersihan
terhadap angsuran dan itu perlu kita perdalam , karena bisa jadi belum tentu
(bagus angsurannya), tapi bisa jadi penilaian juga. Kunjungan juga ke end
user, dari nominatif itu apakah fiktif atau tidak, mereka kan ngasih
nominative, nama-nama (end user) misalnya nama Bapak A alamatnya di sini,
(lalu dari nama-nama tersebut) kita lakukan acak, (misal) dari 10 (nama end
user) kita acak, kita mau ke tempat ini dan ini, (lalu) betul tidak, kita
kunjungan pasti kan mereka (end user) kalau memang mengajukan
(pembiayaan) (mereka bilang) “iya betul, saya melakukannya (pengajuan
pembiayaan)” tapi kalau tidak kan (mereka bilang) “ngga, saya ga ngajuin”,
nah (kunjungan) di situ untuk meminimalisir risiko terjadinya kebohongan
dari nominative, setelah kunjungan kan kita langsung call report, itu laporan
sebagai acuan pada saat di komite pembiayaan, di situlah tugas manajemen
risiko menilai dari hasil kunjungan itu, apakah cocok dengan pengajuannya
bahwa di situ dibilang (misal) karyawan ada 10 tapi nyatanya Cuma ada
berapa orang (kurang dr 10), lalu pengurusnya benar tidak ada orangnya,
sesuai tidak dengan yang di KTP bisa jadi kan fiktif, terus apakah betul
nominatifnya, lalu nominalnya bener ga ngajuin (pembiayaan) segini , lalu
betul tidak untuk usaha ini misalnya usaha telor asin, jangan-jangan (bukannya
telor asin) namun malah jualan ikan, kan ga nyambung, seperti itu. Lalu kita
lihat kemampuaannya, (misal) si anggota (BMT) ngajuin 50 juta, tapi rumah
kecil lalu usahanya ternyata juga kecil, jadi ini pertimbangan juga manajemen
risikonya, hasilnya ya memorandum itu tadi, nah setelah pengukuran risiko
dan identiikasi

7. Bagaimana cara penyelesaian ketika terjadi risiko-risiko tersebut?


92

Cara penyelesaiannya, kalau terjadi risiko, kita fokus ke pembiayaan yah, kita
melakukan beberapa tahap yah, yang pasti (tahap pertama) terjadinya risiko
pembiayaan itu mulai adanya tertundanya pembayaran misalnya satu bulan,
biasanya kita komunikasi biasa dulu, apa penyebabnya? Mungkin bisa jadi
mereka memang butuh dana besar akhirnya tidak membayar kewajiban tapi di
bulan berikutnya normal kembali dan seterusnya berarti tidak ada masalah,
(namun) masuk bulan kedua (tidak bayar), nah ini ada apa? Tentu kita
melakukan kunjungan, (menanyakan) “ada apa ini?” biasanya mereka ada
alasan ini dan lainnya, lalu bagaimana (pemnbayarannya)? Daripada nanti
naik call lagi nanti kalau masuk call tiga kan bermasalah, apakah BMTnya
kemungkinan bisa (bayar) bulan depan? Kalau bulan depan oke (bisa bayar)
dan kemudian normal lagi, tapi kalau misalnya terjadi lagi, kita masuk ke
tahap berikutnya, biasanya kita langsung keluar SP1 tuh pas setelah satu bulan
tidak melakukan pembayaran kita lakukan SP1, kalau tidak ada masalah
yasudah lanjut saja, berikutnya masih ada masalah SP2, tapi misalnya mereka
respon karena ada masalah terus kita kunjungan masuk ke BMTnya memang
ada masalah misalkan, kita kan bikin opsi mau direscheduling sebenarnya
mereka mampu tapi nominalnya tidak sebesar itu, maka kita akan
rescheduling, misalkan mereka harusnya (angsuran) masih 24 bulan lagi tapi
kita rescheduling jadi 36 bulan, memperpanjang dan memperkecil angsuran.
Tapi ternyata tidak bisa direscheduling tahap berikutnya adalah restructuring,
lebih kepada pola angsuran dan apakah mereka mau ditambah lagi
(keringanan) untuk memulihkan kembali (keadaan BMT) yang nantinya akan
disesuaikan dengan kemampuan mereka, tapi bila sudah dilakukan itu semua
namun ternyata BMT-nya sudah bermasalah maka kita lanjutkan pada
penjualan jaminan (collateral), jaminan di sini dilihat dari risikonya, bisa jadi
50% dari plafon, bisa jadi 100% plafon dilihat dari risiko BMT-nya, karena
ada beberapa daerah memang diperlukan jaminan 100%, bisa jadi hanya 50%
pun cukup, kita jaminan menerima SHM dan BPKB Mobil untuk jaminan.
93

8. Apa saja yang dilakukan dalam proses pemantauan risiko?


Dalam proses pemantauan ini kita sering melakukan kunjungan satu tahun
sekali bagi yang tidak bermasalah, kita silaturahim bersama technical assistan,
kita melakukan pemeriksaan namun bukan audit, kira-kira dasar operasional
yang baik sudah dilakukan atau tidak namun kalau belum kita kasih saran,
contoh di slipnya blm ada nomornya, itu kan berpotensi terjadinya fraud oleh
karyawan jadi harus dikasih nomer nih slipnya, jadi tahu slipnya kemana saja,
misal 1-10 dipegang oleh siapa, lalu 11-20 oleh siapa jadi kalau hilang dan itu
ada penarikan,, nah penanggung jawablah yang megang slip tersebut. Itu
biasanya kita kasih saran technical assistan, tapi kalau yang sedang
bermasalah kita kunjungan hampir beberapa kali yang diperlukan, kita
misalnya technical assitannya itu kasih saran melakukan perubahan (struktur
kerja)misalnya dirolling (diputar posisinya) bagian keuangan biar kita tahu ada
pengaruh atau tidak (terhhadap kinerja pengurus), terus atau melakukan
pengecekan fisik misalnya BMT memiliki pembiayaan di sini-sini kita cek
akadnya betul tidak ada tidak, jadi kita untuk mengetahui faktanya benar atau
tidak, kalau tidak benar penanggung jawabnya siapa, jadi kita tahu titik
permasalahan dimana?, lalu itu yang dilakukan dalam pemantauan risiko

9. Pengendalian Risiko yang dilakukan seperti apa?


Pengendaliannya bagaimana? Seperti tadi ketika kita lakukan kunjungan,
bahwa ini ada catatan-catatan, misal BMT A ini bagus tapi secara Four eyes
principlenya tidak berjalan, jadi kita akan kasih catatan sebagai pengendalian
risiko, itu mempengaruhi plafon yang mereka ajukan, terus juga jaminan kita
nilai presentasenya dengan plafon untuk meminimalisir risiko.

10. Apakah PBMT Ventura memiliki pedoman khusus dalam penerapan


manajemen risiko? Apakah terdapat evaluasi terhadap pedoman tersebut?
Pedoman khusus untuk manajemen secara internal itu ada. Yang dibuat
berdasarkan POJK yang tahun 2015.
94

11. Apa risiko-risiko yang mungkin timbul pada pembiayaan kepada BMT di
PBMT Ventura lainnya selain tiga risiko yang tadi sudah disebutkan?
Risiko pasar yang mungkin timbul, karena kita pasarnya adalah BMT, jadi
kalau BMTnya jelek maka efeknya ya jelek untuk PBMT, kalo bagus ya
efeknya bagus. Jadi risiko pasarnya ada di BMT itu jadi kita harus pintar-
pintar memilih BMT yang baik. Jadi syukurnya kita sudah saring di
Perhimpunan BMT Indonesia, tapi tetap saja meskipun sudah disaring masih
berpotensi nyangkut beberapa BMT yang kurang bagus.

Risiko regulasi, yang OJK, kalau kita mau tak mau wajib mengikuti (OJK)
seperti yang terbaru misalkan Direksi harus Fit & Proper test, DPS juga harus
Fit & Proper test, wajib ikut tanpa ada penolakan karena tidak bisa
(menunjukan lampiran tata kelola) ada scoringnya , jadi kalau PBMT-nya
macam-macam maka akan diperingati oleh OJK, jadi harus mengikuti.

Risiko hukum, harus berhubungan dengan hukum dengan BMT-BMT yang


mungkin tidak kooperatif, tetap harus dijalankan sesuai hukum ke meja hijau,
dan kita kan melalui tahapan-tahapan seperti tadi, jadi kita musyawarah
mufakat dengan BMT, namun bila ga cocok juga orangnya hilang karena kita
udah HT (hak tanggungan) masuk ke balai lelang, tapi kita tetap melakukan
musyawarah mufakat dahulu, karena berlandaskan syariah kan. Jadi harus
tetep musyawarah mufakat dahulu, kalaupun ada masalah kita bicarakan
dahulu baiknya bagaimana, apakah dari pihak BMTnya itu dengan sukarela
(menyerahkan jaminan) tanpa harus melalui pengadilan, kalaupun ada mau
tidak mau (seperti itu) karena kita sudah kooperatif memberikan waktu tapi
ternyata mereka yang kurang kooperatif, kita PBMT pasti tahu kalau mereka
sedang ada masalah kita tidak akan menekan secara spontan, namun ketika
mereka ada masalah namun mereka masih bisa happy, bahkan masih bisa
ikutan berpolitik, jadi kita minta tolong agar mereka menyelesaikan
permasalahan pembayaran dahulu, dan yang seperti ini yang kita
permasalahkan ke jalur hukum, efeknya jadi ga enak yang sebelumnya baik-
baik saja akhirnya harus berhadapan lawyer lawan lawyer.
95

Memenuhi kewajiban ke pihak ketiga, likuiditas itu kan terkait kesiapan dana
perusahaan dampaknya mungkin yang timbul adalah tidak adanya dana yang
tercukupi untuk membayar kewajiban pihak ketiga, bagaimana penerapannya
yang pasti jauh hari sebelum jatoh tempo kita sudah menyiapkan, cara
penyelesaiannya juga apabila terjadi, itu yang pertama td untuk meminimalisir
bagaimanapun caranya mulai dari investasi kita cari investor tambahan, atau
misalnya dari kurangnya angsuran dari PPU kita genjot di situ apapun caranya
untuk menjaga risiko likuiditas itu.

Risiko strategi, misalnya strategi disini adalah kegagalan antisipasi perubahan


lingkungan bisnis misalnya contoh: seperti kita mengeluarkan suatu produk
ternyata produk tersebut juga ada di perusahaan lain, nah bagaimana dampak
yang akan timbul, itu timbulnya adalah produk tersebut tidak terserap oleh
PPU misalnya contoh kita kan ada produk talangan umroh, ditempat lain pun
banyak, efeknya kan ga banyak tuh yang ngajuin, lalu bagaimana
penerapannya? Kita selama masih ada kebutuhan dari PPU itu masih akan kita
jalankan, bagaimana penyelesaiannya? Ya kita menyesuaikan kebutuhan PPU
kalau memang lebih tinggi modal kerja ya sudah kita optimalkan di modal
kerja, walaupun di dana talangan umrohnya akan rendah, tapi masih ada masih
kita pertahankan.

Risiko kepatuhan terkait OJK itu, kita mau lama wajib, dampaknya kalau kita
tidak mengikuti jelas kita akan mendapatkan teguran, bahkan panggilan dari
OJK, bagaimana penerapannya yang pasti wajib harus mengikuti OJK.
96

Lampiran 2
Ikhtisar Keuangan PT. Permodalan BMT Ventura
Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Total Aset 59.103,65 91.755,90 139.097,05 194.686,90 218.150,78 298.092,97
Outstandig 47.344,07 80.292,95 112.770,63 158.172,31 186.560,78 248.624,00
Pembiayaaan
Operating 7.605,10 10.948,97 17.485,14 25.064,38 31.341,10 40.546,56
Income
Profit after 500,34 555,18 955,6 2.272,78 14.973,30 6.182,70
zakat & tax
Modal 10.576,68 11.793,80 12.948,99 21.150,29 49.706,46 56.205,92
Bank 33.722,90 58.172,00 76.006,20 125.670,76 125.026,27 195.875,70
Investor 14.258,50 21.364,50 49.126,42 43.589,12 38.567,26 46.011,35
Program - - - - - -

Dalam 2010 2011 2012 2013 2014 2015


presentase
((%)
NPF 0,6 0,3 0,3 0,3 1 1
BOPO 89 90 84 80 80 80
ROA 0,80 0,60 0,70 1,20 2 2
ROE 4,70 4,70 7,40 10,70 31 11
DER 5 7 10 8 4 5

Anda mungkin juga menyukai