Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Operator :
Haifa Azzura Denanta
191611101054
Instruktur :
drg. Budi Yuwono, M.Kes
Klasifikasi
IV. Diagnosa
3. larutan PZ
4. aquadest steril
6. cotton pellet
7. tampon
8. adrenalin
9. vaselin.
L. Kontrol perdarahan
Saat operasi
Perdarahan normal, druk dengan tampon.
Perdarahan abnormal, druk dengan tampon adrenalin.
Post operasi
Perdarahan normal, langsung dilakukan penjahitan.
Perdarahan tidak normal, druk dengan tampon dan adrenalin,
pemberian vitamin K, bila terjadi perdarahan cukup besar, dilakukan
cauterisasi pembuluh darah ikat.
Menjaga kebersihan luka operasi dari sisa makanann dengan kumur ringan
pada daerah lukaJika ada pembengkakan setelah 24 jam disarankan kumur-
kumur air garam hangat.
Disarankan untuk banyak istirahat.
Disarankan untuk meningkatkan kebersihan mulut.
Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan.
X1 Pemberian Resep
R/ Amoxicillin tab. 500 mg No. XII
3 dd 1
X . Kontrol
a. 24 jam post odontektomi.
Tujuannya adalah untuk kontrol perdarahan, keradangan, kebersihan
daerah operasi dan kontrol jahitan.
b. 4 hari post odontektomi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui proses radang reda atau belum,
kontrol kebersihan daerah operasi.
c. 7 hari post odontektomi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui penyembuhan tulang dan membuka
jahitan.
A. Komplikasi Ante-operatif
Pingsan / Sinkop (takut berlebihan)
Serangan sinkop ini mempunyai gejala-gejala pusing, lemah, mual
diiringi kulit menjadi pucat, dingin dan berkeringat kemudian dilanjutkan
dengan kehilangan kesadaran. Pertolongan pertama harus dilakukan
dengan secepatnya dan sedetikpun pasien tidak boleh lepas dari
pengawasan/kehilangan komunikasi verbal. Kepala pasien direndahkan
dengan merubah posisi sandaran kursi. Pakaian pasien dilonggarkan,
kepala dimiringkan perhatikan jalan nafas. Jika pasien sudah sadar baru
diberikan cairan yang mengandung glukosa. Biasanya kesembuhan pasien
spontan dan terkadang pencabutan gigi dapat dilanjutkan. Jika kesadaran
tidak kembali maka pertolongan pertama harus segera diberikan karena
penyebab pingsan mungkin bukan berasal dari sinkop. Dan harus segera
diberikan oksigen serta pertolongan medis lain harus segera dipanggil.
Bila pernafasan terhenti dengan tanda-tanda otot skelet menjadi lemah dan
pupil dilatasi (melebar) maka pasien harus segera dibaringkan dilantai dan
jalan nafas harus dilapangkan dengan mengeluarkan semua peralatan atau
benda asing dan kemudian dilakukan resusitasi.
B. Komplikasi Durante-operatif
1. Perdarahan
Komplikasi pada saat pembedahan odontektomi dapat terjadi
perdarahan yang berlebihan, faktor yang mempengaruhi diantaranya
- Faktor umum
Karena adanya kelainan sistemik yaitu beberapa kelainan darah karena
kongenital seperti hemofili, leukimia, dsb. Adanya kelainan yang didapat
seperti karena obat-obatan, sinar X misalnya pasien dengan terapi anti
koagulan. Adanya Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Penyakit-penyakit tersebut pada umunya dapat diketahui dengan
anamnesis yang teliti, pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan laboratoris.
Bila dokter gigi menemukan kelainan darah tersebut segera
dikonsultasikan ke hematolog sehingga tindakan bedah yang diperlukan
dapat dikerjakan di rumah sakit dengan fasilitas lengkap dan bekerja sama
dengan para ahli seperti internis/pediatri, hematolog, ahli bedah mulut.
- Faktor lokal
Dapat berasal dari jaringan lunak (gingiva) maupun dari jaringan tulang
(pembuluh darah dari tulang alveolus dan yang tersering pada odontektomi
yaitu dari kanalis mandibularis). Perawatan perdarahan dapat bermacam-
macam yaitu dengan tekanan, tekanan hemostatik, ligasi arteri, elektro
cauter, bone wax (khusus pada perdarahan tulang).
Bila perdarahan terjadi pada saat dilakukan pembedahan maka
harus dilakukan pemeriksaan dengan teliti mengenai sumber perdarahan.
Suction dan penerangan yang yang baik merupakan syarat utama. Bila
lokasi perdarahan sudah ditemukan, lakukan anestesi lokal supaya
perawatan tidak menyakitkan. Bagian darah dibersihkan dan daerah
tersebut dikeringkan. Bila berasal dari soket gigi atau dinding tulang,
dilakukan penekanan dengan tampon adrenalin dan apabila tidak berhenti
dapat dijahit. Bila gagal juga masukkan oxidized celullose gause ke dalam
soket di bawah jahitan dan pasien menggigit tampon selama 10 menit.Bila
berasal dari tepi gusi yang sobek dilakukan penjahitan.
Perdarahan yang terjadi pada tindakan odontektomi molar ketiga
bawah umumnya berasal dari arteri lingualis dan arteri alveolaris inferior.
Pada perdarahan akibat rupturnya arteri alveolaris inferior dapat diatasi
dengan penekanan bone wax, pemakaian hemostatik lokal seperti
absorbable gelatin sponge gauze, oxidized cellulose yang berfungsi
menghentikan perdarahan dengan cara pembentukan bekuan dan matriks
mekanik untuk mempercepat pembbentukan bekuan darah pada soket
tersebut. Dapat juga dilakukan penjepitan arteri dengan hemostat atau
dengan pengikatan bila perlu, yaitu dengan penjahitan mukosa di sekitar
pembuluh darah tersebut. Pengikatan dilakukan dengan hati-hati dan tidak
terlalu kencang, karena akan menyebabkan hilangnya suplai darah di
daerah tersebut dan menimbulkan nekrosis.
Langkah terakhir dari pengontrolan perdarahan adalah dengan
melakukan tampon kasa. Mulut pasien harus dibersihkan dengan hati-hati
dan sisa-sisa darah dan ludah di daerah tersebut. Kasa diletakkan dengan
hati-hati di daerah operasi. Setelah perdarahan diatasi, pasien
diinstruksikan untuk berkumur dengan keras dan makan makanan yang
lembut.
Perdarahan juga dapat terjadi post bedah. Perdarahan terjadi
kadang- kadang 24 jam setelah tindakan bedah. Hal ini disebabkan dari
jaringan granulasi atau dari adanya pecahan tulang alveolar atau lepasnya
bekuan darah akibat berkumur-kumur dan mengunyah. Adanya oedema
pada jaringan juga dapat memutuskan pembuluh darah kecil di daerah
operasi.
Bila pasien mengabarkan lewat telepon, pasien disarankan
menggigit tampon sebelum ke dokter gigi. Setelah itu daerah perdarahan
harus dicari, bila telah ditemukan dapat digunakan pemberian anastetikum
untuk mengontrol perdarahan sebelum titik perdarahan ditemukan.
Setelah lokasi ditemukan, segera dilakukan tindakan. Bila
perdarahan berasal dari tulang, dilakukan penghalusan tulang dan
dibersihkan dari sia- sisa fragmen – fragmen tulang dan dapat ditambah
dengan penjahitan. Jika berasal dari isa jaringan granulasi, maka harus
dibersihkan. Jika idak efektif, bahan hemostatik seperti spongostan dapat
diletakkan ke dalam soket dan di atasnya diberi tampon kasa. Setelah
bebrapa menit tampon diambil dan dilakukan penjahitan kembali.
2. Fraktur Mandibula
Managemen dari teknik yang sering digunakan adalah mengikat
gigi-gigi dengan arch bars dan elastic band untuk fixasi intermaxilla
untuk fraktur yang stabil. Dapat juga digunakan dengan kombinasi
dengan reduksi terbuka dan interosseus wire atau plate yang rigid pada
fraktur yang tidak stabil/unfavorable.
Contoh penatalaksanaan fraktur pada angulus mandibula post
odontektomi gigi 48 dengan melakukan operasi reposisi fixasi fragment
fraktur dalam anestesi umum dengan plate dan screw dan arch bars.
Tahapan pekerjaan :
a) Pasien terlentang di atas meja operasi dalam nasal intubasi dan
general anastesi, A dan Antisepsis daerah operasi sekitarnya,
dilakukan infiltrasi anestesi pada regio mukosa bukal dan distal M3
s/d P1, dilakukan insisi dari distal M3 terus sampai 3 mm dibawah
cervical gigi47 s/d distal 45, 1 mm kearah mukobukal fold.
e) Jika arteri carotis tidak terba maka segera lakukan resusitasi jantung paru
f) Segera cari bantuan/telepon ambulans dan dokter spesialis THT (jika
diperlukan suatu intubasi/tracheostomy)
g) Berikan obat-obat sesuai urutan:
- Adrenalin 1:1000 sebanyak 0,5 ml secara subkutan (ulangi setiap 10
menit) sampai gejala menghilang dengan adrenalin sebanyak 0,5 mg.
Tujuannya untuk menghilangkan bronkospasme dan menstabilkan
tekanan darah
- Chlor-Trimeton (vial 10 mg), histamin, benadryl (50 mg IV/IM) yang
tujuannya untuk mengeblok respetor histamin.
- Solu-cortef (hydrocortisone) 1 vial 100 mg x 2 atau lebih secara intra
vena atau 50 mg methylprenidson dan suntikkan secara perlahan.
- Aminophylline 1 atau 2 vial 10 ml secara intra vena (jika bronkial
spasme masih ada).
- Bawa pasien sesegera mungkin ke rumah sakit.
8. Sinkop
Sinkop adalah suatu keadaan menurunnya kesadaran akibat
ketidakseimbangan dalam sirkulasi/distribusi darah ke perifer. Adanya
kekurangan darah di dalam otak dalam waktu tertentu disebabkan oleh
peningkatan aliran darah ke dalam pembuluh darah yang lebih besar
sehingga otak akan berefek lebih dahulu akibat kekurangan volume darah
dalam sirkulasi. Gejala-gejala sinkop adalah weakness, dizziness, pucat,
rasa dingin, nadi lemah (mula-mula cepat kemudian lambat) dan akhirnya
pasien mulai kehilangan kesdaran secara penuh. Sedangkan faktor
kontributor terjadinya sinkop adalah rasa nyeri, rasa takut, mual, dehidrasi,
dental office smell, melihat instrumen/darah, keadaan pasien tegang,
keadaan hamil atau menjelang menstruasi.
Penatalaksanaan Pasien Sinkop:
1. Posisikan pasien dengan posisi trendelenberg atau baringkan pasien di
lantai. Hal ini pentinmg untuk hiperekstensi kepala dan untuk
hiperkstensi kepala dan untuk menaikkan ekstremitas bawah
No Tindakan Waktu
Mulai Selesai
1 Anastesi lokal
2 Membuat flap
3 Menghilangkan jaringan penghambat
4 Mengeluarkan/ mengungkit gigi
5 Menghaluskan tulang yang tajam,
debridement dan irigasi
6 Suturing/ penjahitan