Anda di halaman 1dari 10

A.

Dimensi Sains dan Teknologi dalam al-Qur’an

Kata Al-Quran itu sendiri bermakna bacaan, kuliah, atau, wacana.


Sejak awal kehadirannya, kitab ini dimaksudkan untuk dibaca
dandiperdengarkan dalam bahasa aslinya, dengan khidmat dan hormat,
baikdari pembaca maupun pendengarnya. Kekuatan dan daya tarik Al-
Quran di antaranya dimunculkan oleh irama dan retorikanya, juga oleh
sajak dan maknanya, yang tidak bisa dialihkan ke dalam terjemahan semua
bahasapun. Panjang Al-Quran adalah empat per lima panjang Perjanjian
Baru yang berbahasa Arab. Dalam kedudukannya sebagai kitab suci umat
Islam, Al-Quran memainkan peran penting lainnya, di antaranya sebagai
pilar Islam dan otoritas tertinggi dalam persoalan-persoalan spiritual dan
etika. Di bidang teologi, hukum, dan ilmu pengetahuan, menurut umat
Islam, Al-Quran merupakan sumber ajaran yang mempunyai aspek-
aspekyang berbeda-beda. Dalam hal ini Al-Quran menjadi buku ilmiah,
buku bacaan untuk memperoleh pendidikan yang Liberal. Di sekolah
seperti Al- Azhar, universitas terbesar di dunia, kitab ini masih menjadi
landasan bagi seluruh kurikulum. Dari sisi bahasa dan sastra, pengaruh Al-
Quran terbukti pada kenyataan bahwa orang-orang yang berbahasa Arab
tidak terpecah ke dalam bahasa-bahasa yang berbeda, seperti yang terjadi
pada bahasa-bahasa pecahan dari bahasa Romawi. Meskipun kini orang
Irak mungkin mendapati sedikit kesulitan untuk memahami
secarasempurna percakapan orang Maroko, namun ia bisa dengan mudah
memahami tulisan mereka, karena baik di Irak maupun di Maroko, juga
diSuriah, Arab, dan Mesir, semuanya mengikuti model dan gaya bahasa
Al-Quran. Pada masa Nabi Muhammad, tidak ada karya prosa Arab yang
kualitasnya sangat baik. Karenanya, Al-Quran menjadi karya terbaik yang
pertama, dan sejak saat itu Al-Quran terus menjadi model
penciptaanberbagai karya prosa. Bahasa Al-Quran bersajak dan retoris,
tetapi tidak puitis. Prosa sajaknya menjadi standar yang berusaha ditiru
oleh hamper setiap penulis Arab konservatif hingga dewasa ini.

1
Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit
dipisahkan satu sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan
pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para
pakar, melalui penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis
yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari observasi pada
gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan pengetahuan
manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari
penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis.1
Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-
tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an
bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak
menyatakan hal itu secara gamblang. Akan tetapi, dalam kapasitasnya
sebagai huda li al-nas, al-Qur’an memberikan informasi stimulan
mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh
ratus lima puluh ayat.2 Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima
Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi
(penyelidikan). Informasi Al-Qur’an tentang fenomena alam ini, menurut
Ghulsyani, dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada
Pencipta alam Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan
mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud alam serta mendorong
manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya3 Dalam visi al-Qur’an,
fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh sebab itu,
pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih dekat kepada
Tuhannya.

Ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilm yang mengandung berbagai arti,
antara lain knowledge (pengajaran), Learning (pengajaran), cognition
(kesadaran). Jamakdari ‘ilm adalah ulum yang berarti science, dan al-ulum
yang berarti natural science (ilmu alam). Ilmu diartikan sebagai
pengetahuan dan kepandaian, baik dalam tentang kebatinan maupu yang
berkenaan dengan alam. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
11
Baiquni, 1995: 58-60.
22
Ghulsyani, 1993: 78
33
Ghulsyani, 1993

2
oleh masyarakat yang bersifat pendapat umum yang berupa tulisan belum
dibuktikan kebenannya secara sistematik dan melalui informasi dari mulut
kemulut. Adapun ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sudah
didukung oleh fakta , data, dalil, pengujian beserta bukti kebenaran, dan
tersusun secara sistematik.terdapat perbedaan antara teori yang terdapat
dalam ilmu social. Dalam ilmu pengetahuan alam (Natural science), teori
tersebut bersifat objektif, pasti, dan memiliki response time (Reaksi
wakttu) yang pasti.

Contoh nya adalah teori tentang masuknya islam ke indonesia yang


di dalamnya terdapat teori yang menyatakan bahwa islam masuk ke
indonesia langsung dari arab, cina, hindia, persia. Teori ini bersifat
subjektif dan memiliki alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, para ahli membagi ilmu


pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan alam yang disebut science, dan
ilmu pengetahuan sicial (social sciences). Berbagai teori yang dalam ilmu
alam ini dapat dipadukan dengan teknik, maka lahirlah teknologi.
Pengetahuan manusia itu memiliki sumber yang bermacam-macam,
diantaranya pengamatan melalui indera, dan pengamatan langsung. Dalam
praktiknya pengetahuan yang diperoleh melalui limpahan tuhan itu sering
kali dipandang tidak ilmiah. Adanya pengetahuan yang diberikan secara
langsung oleh Tuhan kepada Manusia-manusia tertentu yakni mereka yang
telah menyucikan dirinya melalui latihan spiritual yang berat dan intens
(riyadhah), dan berusaha keras mengendalikan nafsunya (mujahaddah) ,
sebagaimana terdapat pada tasawuf sejalan dengan firman Allah SWT
sebagai berikut :

3
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-
Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-
Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun
tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah
Mahamengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)4

Pada ayat tersebut,cahaya Allah merupakan perumpamaan bagi


ilmu dilihat dari segi peran dan fungsinya, yakni memberikan penerangan
dan penjelasan terhadap sesuatu fenomena atau kejadian peristiwa.

Selain itu, al-qur’an menggunakan kata ‘ilm sebanyak 854 kali.


Ahli keislaman berpendapat bahwa ilmu menurut Al-Qur’an mencakup
segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam
kehidupannya, baik masa kini hingga masa depan ; fisika atau metafisika.

B. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Paradigma Qurani untuk


Menghadapi Kehidupan Modern
Apa yang dimaksud dengan paradigma? Apa pula yang dimasksud
dengan paradigma Qurani? Mengapa Al-Quran dijadikan paradigma untuk
menghadapi berbagai macam persoalan? Secara etimologis kata paradigma
berasal dari Bahasa Yunani yaitu para dan digma. Para mengandung arti
di samping, di sebelah, dan keadaan lingkungan. Digma berarti sudut
pandang, teladan, arketif, dan ideal. Jadi paradigma adalah cara pandang,
cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara
terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang
44
http://pustakaimamsyafii.com/tafsir-ibnu-katsir-qs-an-nur-35.html

4
menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu
permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku,
eksperimen, dan metode keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan
demikian, paradigma Qurani adalah cara pandang dan cara berpikir
tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran.
Mengapa Al-Quran dijadikan paradigma? Semua orang
menyatakan bahwa ada suatu keyakinan dalam hati orang-orang beriman,
Al-Quran mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan;
Al-Quran mengandung suatu gagasan murni yang bersifat metahistoris.
Menurut Kuntowijoyo (2008), Al-Quran sesungguhnya menyediakan
kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan cara berpikir.
Pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan berdasarkan
paradigma Al-Quran jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
umat manusia. Kegiatan itu mungkin bahkan tentu saja akan menjadi
rambahan baru bagi munculnya ilmu-ilmu pengetahuan alternatif.
Premis-premis normatif Al-Quran dapat dirumuskan menjadi teori-
teori yang empiris dan rasional.

Ilmu pengetahuan (sains) dalam islam memiliki berbagai pertimbangan


dan alasan yang mendorong umat islam untuk melakukan pengembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan, yang terbagi menjadi tiga diantaranya :
1. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat mendorong umat manusia agar
mengembangkan ilmu pengetahuan. Demikian pula di dalam hadits
Rasulullah SAW, Al-Qur’an telah menambahkan dimensi baru
terhadap studi mengenai fenomena jagatraya dan membantu pikiran
manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam
materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi yang merupakan objek
atau bahan kajian ilmu pengetahuan bukanlah suatu hal yang kotor,
melainkan terdapat tanda- tanda yang membimbing manusia kepada
Allah serta keagungan-Nya alam semesta sangat luas adalah ciptaan
Allah, dan Al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidiknya, dan
mengungkap keajaiban-Nya. Demikian pula di dalam Hadist

5
Rasulullah SAW, terdapat ucapan Rasulullah SAW yang menegaskan
bahwa menuntut ilmu itu wajib mulai dari sejak lahir hingga
meninggal dunia, mulai dari kampung sendiri hingga ke Negeri Cina,
dan orang yang menuntut ilmu di nilai sebagai jihad di jalan Allah
SWT.
Perintah Allah dan Rasul Nya untuk menuntut ilmu, Nampak nya
kurang di perhatikan secara optimal sehingga umat islam dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini dalam keadaan tertinggal.
2. Umat islam di abad klasik tidak hanya menguasai berbagai cabang
ilmu agama islam, seperti tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, akhlak, bahasa arab, melainkan juga menguasai ilmu sosial
seperti ekonomi, sosiologi, sejarah, geografi, psikologi, dan
kebudayaan; dan ilmu alam seperti kosmologi, astrologi, matematika,
mineralogi, fisiologi, geologi, pertanian, perkebunan dan kedokteran.
3. Islam adalah ajaran yang menekankan pentingnya ilmu pengetahuan
guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup manusia. Dalam
islam, setiap amal yang dilakukan harus disertai ilmu pengetahuan
yang terkait dengannya. Amal yang tidak disertai ilmu adalah amal
yang ditolak.

Beberapa pergeseran mendasar dan drastis paradigma dunia pendidikan


karena perkembangan pesat di teknologi informasi, khususnya internet
yang pada akhirnya mempercepat aliran ilmu pengetahuan menembus
batas-batas dimensi ruang, birokrasi, kempanan, dan waktu. Kemudian
menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat sangat penting artinya,
sebagaimana firman Allah Swt. Dalam surat Al-Mujaadilah (58) : 12:

6
Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan
khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada
orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik
bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan
disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.5

Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai


derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman, berilmu
dan ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya.

Prasyarat lain yang akan mempercepat pergeseran paradigma dunia


pendidikan adalah kompetisi bebas, free tradedan hilangnya monopoli.
Kemungkinan prasyarat ini yang akan menghambat di Indonesia karena
lambatnya adopsi kompetisi bebas di Indonesia. Akan tetapi, sumber ilmu
pengetahuan akan tersebar di mana-mana dan setiap orang dengan mudah
memperoleh pengetahuan tanpa kesulitan. Paradigma ini dikenal sebagai
distributed intelligence (distributed knowledge).

C. FAKTOR FAKTOR YANG MENDORONG PEGEMBANGAN


ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM
Terdapat beberapa faktor yang mendorong manusia, khususnya
dalam hal mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
sebagai berikut :
a. Faktor ajaran islam. Didalam surah al-alaq (97) ayat 1-5 berisi perintah
membaca dalam arti seluas luasnya, mencakup aspek tertulis dsn tidak
tertulis.
b. Faktor lingkungan dan budaya yang ada di berbagai daerah dimana
islam tersebut dapat berkembang.
c. Semangat berlomba lomba untuk mencapai kemajuan dari masing-
masing negara islam.

55
https://tafsirq.com/58-al-mujadilah/ayat-12

7
d. Adanya tradisi ilmiah yang sangat kuat, yaitu tradisi mencintai ilmu
pengetahuan, membaca dan menulis, melakukan perjalanan ilmiah
(rihlah ilmiah) ke berbagai daerah yang jauh, dan menyebarkan ilmu
ke penjuru dunia.
e. Ajaran islam mewajibkan pada seluruh penganutnya agar melakukan
kegiatan apa saja yang berbasis pada ilmu pengetahuan.

D. BERBAGAI MACAM ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


DALAM ISLAM
Pertama, Al-Qur’an dan Al Sunnah sebagai sumber ilmu
(ontologi), fenomena alam, perilaku sosial, dan kekuatan daya pikir.
Menurut islam, sumber pengetahuan antara lain :
1. Al-Qur’an termasuk hadis
2. Alam jagat raya
3. Perilaku manusia
4. Akal pikiran
5. Instuisi atau ilham
Kedua, menurut Al-Qur,an Al-Sunah bahwa cara mendapatkan
ilmu sangat beragam. Untuk mendapatkan ilmu agama yang berdasar pada
wahyu harus menggunakan metode penelitian bay-yani. Selanjutnya untuk
mendapatkan ilmu alam jagat raya harus menggunakan metode penelitian
ijbari, yakni berupa observasi. Untuk mendapatkan ilmu sosial
menggunakan metode burhani, yaitu mengumpulkan data di lapangan.
Untuk mendapat ilmu filsafat menggunakan metode penelitian jaddali,
dan untuk mendapat ilmu makrifat harus menggunakan metode penelitian
irfani.

8
E. PRINSIP PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI DALAM ISLAM
1. Prinsip tauhid
Menurut islam, sumber ilmu pengetahuan dapat berupa wahyu, alam
jagat raya, fenomena sosial, dan semuanya yang berasal dari Allah.
2. Prinsip integrated
Bahwa seluruh sumber ilmu pengetahuan yang dihasilakn saling
membutuhkan satu sama lain.
3. Prinsip pengalaman
Ilmu pengetahuan dalam islam bukan hanya untuk kepuasan ilmu itu
sendiri, melainkan harus diamalkan untuk kepentingan sendiri,
maupun masyarakat, bangsa dan negara
4. Prinsip pengajaran
Islam mewajibkan bagi orang yang berilmu wajib mengajarkannya
kepada orang lain
5. Prinsip berpegang pada kebenaran
Islam mengajarkan bahwa yang dituju oleh ilmu bukan mencari
pembenaran, melainkan mencari kebenaran.
6. Prinsip kesesuaian dengan agama
Semua sumber islam hakikatnya berasal dari Tuhan, ilmu pengetahuan
jagat raya pasti sejalan dengan pengetahuan yang berasal dari wahyu,
dengan demikian antara ilmu pengetahuan dan agama tidak boleh
bertentangan.
7. Prinsip terbuka
Dalam islam, ilmu yang dihasilkan bersifat terbuka dan menjadi milik
bersama
8. Prinsip manfaat
Ilmu yang dihasilkan harus bermanfaat dan berguna bagi peningkatan
kesejahteraan umat manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.academia.edu/37463028/BAB_5_BAGAIMANA_MEMBAN
GUN_PARADIGMA_QURANI
- http://pustakaimamsyafii.com/tafsir-ibnu-katsir-qs-an-nur-35.html
- https://tafsirq.com/58-al-mujadilah/ayat-12

- Prof. Dr. H. Veithzal Rival Zainal, S.E., M.M., .BA. 2013. ISLAMIC
EDUCATION MANAGEMENT Dari Teori ke Praktik: Mengelola
Pendidikan Secara Profesional dalam Prespektif Islam, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
- TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010
- Baiquni, Achmad (a). 1995. Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
- Sumber Buku Studi Islam Komprehensif Prof. DR. H. Abuddin nata,
M.A.
- Subandi, H.M., dan Hany Hanita Humanisa

10

Anda mungkin juga menyukai