Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES BLUE ICE TERHADAP SKALA NYERI

PADA BAYI YANG TELAH MENDAPATKAN IMUNISASI HEPATITIS B-0


1
Denni Fransiska, 2Helena Marpaung
1,2
Staf Dosen Akademi Keperawatan Kebonjati Bandung
E-mail : denni.fransiska75@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh kompres blue ice terhadap skala nyeri pada
bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 di ruang Cempaka RS. Kebonjati Bandung. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design dengan bentuk post test only
control group design. Sampel berjumlah 18 bayi pada masing-masing kelompok intervensi dan
kontrol. Observasi skala nyeri menggunakan Neonatal Infant Pain Scale (NIPS). Analisa data
menggunakan analisa univariat dan bivariat menggunakan uji Mann Whitney. Hasil uji diperoleh
score nyeri sesudah imunisasi pada kelompok intervensi 1, sedangkan score nyeri pada kelompok
kontrol 5. Hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai p-value 0,00 dengan α < 0,05, dengan
demikian Ho ditolak artinya kompres blue ice berpengaruh terhadap skala nyeri pada bayi yang
mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0. Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu kebijakan dan
protap sebagai prosedur dalam mengurangi nyeri pada bayi yang di imunisasi.

Kata Kunci : Imunisasi, nyeri, kompres blue ice

Abstract
The purpose of the study to analyze the effect of giving blue ice compress to pain scale on
infants who has get Hepatitis B-0 immunization in Cempaka Room at Kebonjati Hospital, Bandung.
The design this research is true experimental with post-test only control group design. Samples
were 18 infants in each group of intervention and control. Observation using Neonatal Infant Pain
Scale (NIPS). Analysis of data using univariate and bivariate analysis of the Mann Whitney test.
Test results obtained after immunization pain score in intervention group 1, where as the pain
score in the control group 5. Statistical test results obtained p-value 0.00, thus Ho is rejected it
means blue ice compress effect on the pain scale in infants who have received Hepatitis B-0
immunization. The results of this study can be use as a policy and standard operating procedure as
reducing pain in infants would be immunization.

Keywords: Blue ice compress, immunization, pain

PENDAHULUAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan langsung berupa nyeri/sakit, bengkak dan
tubuh terhadap suatu penyakit dengan kemerahan pada daerah suntikan, sedangkan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar reaksi suntikan tidak langsung berupa rasa
tubuh tahan terhadap penyakit. Imunisasi takut, mual, pusing, atau bahkan sampai
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau sinkop (Akib & Purwanti dalam Ranuh et al,
resisten. Imunisasi memang penting untuk 2011).
membangun pertahanan tubuh bayi, dengan Respon nyeri yang timbul pada setiap
imunisasi diharapkan anak terhindar dari orang berbeda beda, hal tersebut dipengaruhi
berbagai penyakit yang membahayakan oleh usia, jenis kelamin, kultur, makna nyeri,
jiwanya. Seiring dengan cakupan imunisasi perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman
yang tinggi maka penggunaan vaksin juga masa lalu, pola koping, serta dukungan
meningkat, dan akibatnya kejadian yang keluarga dan sosial (Potter & Perry, 2006).
berhubungan dengan imunisasi juga Nyeri yang berlangsung dalam waktu yang
meningkat. Reaksi suntikan terjadi akibat lama dapat menyebabkan penurunan saturasi
trauma tusuk jarum suntik baik langsung oksigen, peningkatan denyut jantung,
maupun tidak langsung. Reaksi suntikan peningkatan tekanan intra kranial sehingga
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan bentuk post test only control group design.
intraventrikuler pada bayi prematur (Kenner & Post test only control group design berarti
McGart, 2004). bahwa pengukuran hanya dilakukan setelah
Pengkajian nyeri pada neonatus selesai intervensi. Sampel dipilih berdasarkan
umumnya menggunakan data berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
perubahan fisiologis dan observasi perilaku yaitu bayi baru lahir sampai berusia 7 hari
(Hockenberry & Wilson, 2009). Skala yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0
pengukuran nyeri yang direkomendasikan (HB 0), di ruang Cempaka RS. Kebonjati
untuk anak dibawah usia satu tahun adalah Bandung dengan jumlah sampel 18 untuk
NIPS (Neonatal Infant Pain Scale). Skala ini setiap kelompok, sehingga jumlah sampel
terdiri dari 6 variabel penilaian meliputi: keseluruhan adalah 36 sampel.
ekspresi wajah (0-1), tidur (0-1), menangis (0- Instrumen yang digunakan dalam
2), kaki (0-1), pola pernafasan (0-1) dan penelitian ini berupa Blue ice, termometer air,
kepekaan terhadap rangsang (0-1). jam tangan, kuesioner karakteristik responden
Perhitungan skala nyeri NIPS dikategorikan dan lembar observasi skala NIPS. Lembar
menjadi tidak nyeri dan nyeri dengan total observasi skala NIPS terdiri dari 6 (enam)
skor 7. Hasil penilaian dikatakan tidak nyeri parameter yaitu: ekspresi wajah, tangisan,
jika total skor ≤ 3 dan dikategorikan nyeri bila pola nafas, gerakan lengan, gerakan tungkai
total skor > 3 (Malarvizhi et al., 2012). dan status terjaga. Instrumen NIPS ini telah
Beberapa intervensi untuk mengurangi banyak digunakan pada neonatus dan telah
dan mengatasi nyeri yang timbul terkait diiuji reliabilitasnya dengan nilai internal
imunisasi telah dipelajari dan dilaporkan consistency dan cronbach’s α 0,95, 0,87 dan
dalam beberapa literatur, seperti: intervensi 0,88 untuk skor sebelum, selama dan setelah
lingkungan, pembedongan, non nutrive prosedur (Hockenberry & Wilson, 2009;
sucking (NNS), skin to skin contact, Malarvizhi, 2012), sehingga peneliti tidak
breastfeeding, pemberian glukosa/sukrosa, melakukan uji validitas dan reabilitas.
multisensory stimulation (seperti pijitan, suara, Pengolahan data dilakukan dengan cara
kontak mata dan wangi parfum), anastesi editing, coding, processing dan cleaning.
topikal, dan stimulasi kutaneus (Neil etal, Analisis data dilakukan setelah proses
2007; Buonocore & Bellieni, 2008; Dilli, 2009; pengolahan data dilakukan dengan
Taddio, 2010; Esfahani, 2013; Abuelkheir, menggunakan analisis univariat dan analisis
2014). bivariat. Uji normalitas data dalam penelitian
Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan
data; tindakan yang dilakukan perawat derajat kemaknaan 95% atau α = 0,05
sebelum bayi di imunisasi adalah bayi (Dahlan, 2011). Hasil uji normalitas
diletakkan di meja pemeriksaan, tidak ada didapatkan data pada kelompok kontrol dan
satupun bayi yang digendong orang tua pada kelompok intervensi berdistribusi tidak normal
saat di imunisasi dan tidak ada suatu tindakan dimana p-value < 0,05, sehingga untuk
yang dilakukan perawat untuk mengurangi menguji perbedaan skor nilai nyeri pada
reaksi nyeri pada bayi. Reaksi yang muncul kelompok intervensi dan kelompok kontrol
pada bayi saat di imunisasi adalah menangis menggunakan uji non parametrik dengan uji
dan meronta saat bayi di imunisasi. Mann Withney.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik Penelitian ini dilakukan setelah mendapat
untuk melakukan penelitian terkait intervensi persetujuan dari insitusi pendidikan yaitu
pemberian kompres es untuk mengatasi nyeri Program Pasca Sarjana Stikes Achmad Yani
pada bayi yang di imunisasi. Cimahi dan izin pimpinan Rumah Sakit
Kebonjati Bandung. Uji kaji etik (Ethical
METODE PENELITIAN Clearence) peneliti didapat dari Stikes Ahmad
Desain yang digunakan dalam penelitian Yani
ini adalah true experimental design dengan
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia dan


jenis kelamin pada kelompok intervensi dan kontrol.

Kelompok Kelompok Jumlah


Variabel
Intervensi (n = 18) Kontrol (n = 18) (n = 36)
Usia (hari) F % f % f %
0 12 66,7 13 72,2 25 69,4
1 6 33,3 2 11,1 8 22,2
2 0 0 1 5,6 1 2,8
3 0 0 1 5,6 1 2,8
6 0 0 1 5,6 1 2,8
Total 18 100 18 100 36 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 11 61,1 8 44,4 19 52,8
Perempuan 7 38,9 10 55,6 17 47,2
Total 18 100 18 100 36 100

Pada tabel 1 di atas menunjukan bahwa Tabel 2. menunjukkan bahwa intensitas nyeri
presentasi karakteristik bayi pada kelompok pada kelompok intervensi dengan score
intervensi terbesar pada usia 0 hari (66,7%). median 1 (satu), score terendah 0 (nol) dan
Pada kelompok kontrol diperoleh presentasi score tertinggi 5 (lima). Intensitas nyeri pada
karakteristik bayi berdasarkan usia terbesar kelompok kontrol dengan score median 5
juga pada usia 0 hari (72,2%). Hasil estimasi (lima), score terendah 1 (satu) dan score
disimpulkan secara keseluruhan pada tertinggi 7 (tujuh).
kelompok intervensi dan kontrol bahwa 69,4%
responden yang menerima imunisasi Hepatitis Pengaruh Kompres Blue Ice Terhadap
B 0 berusia 0 hari. Berdasarkan jenis kelamin, Skala Nyeri Pada Bayi YangTelah
tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B 0
intervensi sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki yaitu 11 bayi (61,1%). Pada kelompok Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
kontrol sebagian besar berjenis kelamin pada kelompok intervensi lebih banyak
perempuan yaitu sebanyak 10 bayi (55,6%). mengalami tidak nyeri sebanyak 14 (77,8%)
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
Score Nyeri Sesudah Imunisasi mengalami tidak nyeri sebanyak 2 bayi
(11,1%). Berdasarkan hasil uji statistik
Tabel 2. Score nyeri sesudah imunisasi menggunakan uji Mann Whitney didapatkan
Hepatitis B 0 pada kelompok intervensi p-value 0,00 (α < 0,05), dengan demikian Ho
dan kelompok kontrol
ditolak artinya kompres blue ice berpengaruh
Kelompok Median Min-Mak SD terhadap skala nyeri pada bayi yang telah
Intervensi 1 0–5 1,59 mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0.
Kontrol 5 1-7 1,25
Tabel 3. Pengaruh kompres blue ice terhadap skala nyeri pada bayi yang
telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0
Skala Nyeri
Kelompok Jumlah
Tidak Nyeri Nyeri p-value
Responden
f % f % F %
Intervensi 14 77,8 4 22,2 18 100
Kontrol 2 11,1 16 88,9 18 100 0,00
Total 16 44,4 20 55,6 36 100

Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa bersamaan dengan vaksin DPT yang disebut
pada kelompok intervensi lebih banyak dengan “DPT Combo”, diberikan pada bayi
mengalami tidak nyeri sebanyak 14 (77,8%) saat berusia 6 minggu. Imunisasi DPT Combo
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang (DPT/HB) diberikan sebanyak 3 kali dengan
mengalami tidak nyeri sebanyak 2 bayi interval 4 minggu dari pemberian sebelumnya.
(11,1%). Berdasarkan hasil uji statistik Menurut American Academy of Pediatrics
menggunakan uji Mann Whitney didapatkan (2013), imunisasi hepatitis B harus diberikan
p-value 0,00 (α < 0,05), dengan demikian Ho ke semua bayi baru lahir segera setelah lahir
ditolak artinya kompres blue ice berpengaruh sampai 12 jam setelah lahir dan paling telat
terhadap skala nyeri pada bayi yang telah sampai usia 1 minggu.
mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
RS. Kebonjati sudah melaksanakan program
PEMBAHASAN pemerintah tentang tata laksana pemberian
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia imunisasi Hepatitis B. Bayi yang lahir dalam
dan Jenis Kelamin kondisi sehat langsung diberikan imunisasi
Sebagian besar responden (69,4%) Hepatitis B 0 segera setelah lahir, tetapi pada
mendapatkan imunisasi hepatitis B 0 pada bayi yang lahir dalam kondisi tidak sehat,
usia 0 hari. Berdasarkan jenis kelamin dari pemberian imunisasi HB 0 ditunda sampai
total seluruh responden sebagian besar bayi keadaan bayi sehat dan diusahakan sebelum
baru lahir yang mendapatkan imunisasi bayi berusia 1 minggu. Hal tersebut didukung
Hepatitis B 0 sebagian besar berjenis kelamin oleh pendapat American Academy of
laki-laki (52,8%). Data tersebut menunjukkan Pediatrics bahwa imunisasi HB 0 harus
bahwa sebagian besar bayi yang lahir di RS. diberikan segera pada seluruh bayi baru lahir
Kebonjati dan mendapatkan imunisasi dan diberikan pada bayi sehat sebelum
hepatitis B 0 kurang dari 1 minggu dan berusia 1 minggu.
berjenis kelamin laki-laki . Score Nyeri Sesudah Imunisasi
Program imunisasi di Indonesia terdiri Hasil penelitian menunjukkan ada
dari dua jenis, yaitu imunisasi wajib dan perbedaan yang signifikan dari score nyeri
imunisasi tambahan (Achmadi, 2006). pada bayi sesudah imunisasi Hepatitis B 0
Imunisasi wajib diberikan kepada bayi baru pada kelompok intervensi dibanding kelompok
lahir sampai usia satu tahun. Imunisasi wajib kontrol. Hal ini disebabkan karena pada
yang pertama kali diberikan pada bayi baru kelompok intervensi diberikan kompres blue
lahir adalah Hepatitis B 0. Berdasarkan ice sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B
rekomendasi WHO pada tahun 2006, program 0, sedangkan kelompok kontrol tidak
imunisasi khususnya imunisasi hepatitis B diberikan kompres blue ice sebelum
mengalami perubahan sebagai berikut: 1). pemberian imunisasi Hepatitis B 0. Hasil
imunisasi hepatitis B diberikan pertama kali penelitian ini didukung oleh Dewi (2012)
pada bayi saat berusia 0-7 hari; 2). pemberian menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
imunisasi hepatitis B yang pertama kali bukan signifikan dari respon nyeri pada neonatus
dinyatakan sebagai imunisasi hepatitis B-1, yang diukur berdasarkan skor NIPS pada
tetapi pemberian imunisasi hepatitis B-0; 3). prosedur pemasangan infus (p-value 0,000).
pemberian imunisasi selanjutnya diberikan Esfahani et al (2013) merekomendasikan
penggunaan skala nyeri NIPS pada bayi usia serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar
kurang dari 6 bulan yang mendapatkan dan lebih cepat. Proses ini menurunkan
vaksinasi Hepatitis B dan DPT. transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta
Nyeri merupakan suatu peringatan berdiameter kecil, sehingga gerbang sinap
system saraf perifer terhadap system saraf menutup transmisi impuls nyeri. Menurut teori
pusat terhadap adanya cidera atau resiko Gate Control dari Melzack & Wall (1965),
terjadinya cidera pada tubuh (Movehadi, mengatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur
2006). Respon nyeri yang dapat muncul pada atau dihambat oleh mekamisme pertahanan
bayi dapat berupa respon perilaku, respon disepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme
fisiologi dan respon metabolik. Respon pertahanan dapat ditemukan di sel-sel
perilaku diperlihatkan bayi dengan gelisah, gelatinosa subtansia dalam kornu dorsalis
merintih, dan menangis terus menerus (Wong, pada medula spinalis menghasilkan
Perry, & Hockenberry, 2004). Respon fisiologi endorphin yang akan menghambat transmisi
ditandai dengan adanya perubahan signifikan nyeri yang efektifitasnya bisa dipengaruhi oleh
dari denyut jantung, tekanan darah stimulasi kutaneus (Smeltzer & Bare, 2002).
(meningkat atau menurun), peningkatan Levine dalam teorinya yang disebut
tekanan intra kranial, tonus vagal, frekuensi sebagai Levine’s conservation (Tomey &
pernafasan dan saturasi oksigen (Franck & Aligood, 2006) mengatakan prosedur invasif
Gregory, 1993 dalam Wong, Perry, & seperti pemberian imunisasi merupakan
Hockenberry, 2004). Stimulus nyeri akan bagian dari integritas struktural yang akan
merangsang pengeluaran nosiseptor menyebabkan nyeri sehingga meningkatkan
(epineprin, norepineprin, glucagon, kebutuhan oksigenasi yang dapat
kortikosteron, kortisol, laktat, piruvat dan mengancam konservasi energi. Selain itu
glukosa) (Potter & Perry, 2006). nyeri akan menyebabkan stress yang dapat
Menurut Taddio (2010), nyeri yang tidak mengancam integritas personal bayi. Oleh
ditangani pada masa lalu membuat stress, karena diperlukan untuk mencegah terjadinya
takut dan kecemasan bahkan berdampak kerusakan fisik dan meningkatkan proses
menjadi phobia yang mempengaruhi persepsi penyembuhan dan mencegah nyeri.
nyeri. Oleh karena itu pengolahan nyeri Manajemen nyeri merupakan salah satu
suntikan imunisasi dimasa bayi haruslah tindakan yang dapat digunakan untuk
menjadi prioritas. Hal ini disebabkan pada menghemat energi pada bayi.
usia bayi serabut saraf mielin belum Menurut pendapat peneliti berdasarkan
sempurna. Menurut Dambska dan Laure- hasil penelitian yang sudah dilakukan
Kamionowska (2002 dalam Sarimin, 2012) pemberian kompres dingin sangat bermanfaat
menjelaskan bahwa setelah lahir usia 7 bulan menurunkan respon nyeri yang dirasakan bayi
hingga 15 bulan adalah periode pematangan dan merupakan metoda aman dan mudah
mielin. Sementara menurut Parazzini et al mengaplikasikannya.
(2002) dalam Sarimin (2012) mengatakan
bahwa pada usia 36-40 bulan mielinisasi KESIMPULAN
sudah lebih matang seperti dewasa. Sebagian besar (69,4%) responden
Perkembangan serabut mielin yang belum berusia 0 hari dan sebagian besar responden
sempurna inilah yang membuat bayi belum (52,8%) berjenis kelamin laki-laki. Score nyeri
dapat mempersepsikan nyeri yang dirasakan. sesudah imunisasi Hepatitis B 0 pada
Pengaruh Kompres Blue Ice Terhadap kelompok kontrol memiliki nilai 5. Intensitas
Skala Nyeri Pada Bayi Yang Telah nyeri sesudah imunisasi Hepatitis B 0 pada
Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B 0 kelompok intervensi memiliki nilai 1. Adanya
Pemberian kompres dingin Blue Ice pada pengaruh pemberian kompres blue ice
bayi yang akan diimunisasi dapat membantu terhadap skala nyeri pada bayi yang telah
menghilangkan nyeri dengan pelepasan mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0 dengan
endorphin, sehingga memblok transmisi p-value 0,00.
SARAN Dilli, D., Kucuk, I.G., Dallar, Y. (2009).
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagian Intervention to reduce pain during
dasar dalam penyusunan kebijakan atau vaccination in infancy. J. Pediatric:
Standar Operasional Prosedur (SOP) PubMed
penatalaksanaan Imunisasi, yaitu Esfahani, M.S., Sheykhi, S., Abdeyazdan, Z.,
penggunaan kompres blue ice sebagai salah Jodakee, M., Boroumandfar, K., (2013).
satu prosedur dalam mengurangi nyeri pada A comparative studi on vaccinatio pain in
bayi sebelum pemberian imunisasi. Dengan the methodes of massage and mother
adanya kebijakan tersebut, diharapkan breastfeeding during injection of infant
perawat dapat menerapkan teknik refering to Navabsafavi health care
mengurangi nyeri pada bayi saat di imunisasi. senter in Isfanah. Irianan Journal anf
Hasil penelitian ini semoga dapat Midwifiry Research. February 28, 2014.
memperkaya perkembangan ilmu http://www.ncbi.nlm.nih.gov
keperawatan di Indonesia sehingga wawasan Fauzi, I., dan Hendayani, N. (2013). Pengaruh
dan pengetahuan perawat khususnya perawat kompres dingin terhadap tingkat nyeri
pediatrik akan makin berkembang tentang pada prosedur invasif pemasangan infus
manajemen nyeri non farmakologi. anak usia sekolah di RSUD Bendan Kota
Manajemen nyeri non farmakologi dapat Pekalongan. Pekalongan: Stikes
diterapkan oleh institusi pendidikan dengan Muhammadiyah Pekajangan
cara memasukkan materi manajemen nyeri Fikri, R., dan Khusnal, E. (2011). Pengaruh
non farmakologi ke dalam silabus atau pokok kompres dingin terhadap intensitas nyeri
bahasan kurikulum untuk dipraktekkan di pada bayi saat diimunisasi di Puskesmas
laboratorium dan metode belajar. Dengan Piyungan Bantul. Tesis. Yogjakarta:
demikian diharapkan mahasiswa keperawatan Stikes Aisyiyah
bukan hanya memahami tentang konsep nyeri Gallo. A. M. (2003). The fifth vital sign:
tetapi dapat menerapkannya dalam implementation of the neonatal infant
kehidupan sehari-hari Hasil penelitian ini juga pain scale. Priciples & practice (199-121).
dapat dijadikan data dasar untuk penelitian February 14, 2014. Jognn Principles &
selanjutnya Practice
Grunau, R. E., Whitfield, M. F., Petrie-Thomas,
REFERENSI J., Synnes, A. R., Cepeda, I. L., Keidar, A.
Abuelkheir, M., Alsourani, D., Eyadhy, A.A., & Johannesen, D. (2009). Neonatal pain,
Temsah, M.H., Meo, S.A., Alzamil, F., parenting stress and interaction, in
(2014). EMLA cream: A pain relieving relation to cognitive and motor
strategy for childhood vaccination. development at 8 and 18 months in
Journal of International Medical preterm infants. Pain, 143(1-2), 138-146
Research. February 27, 2014. Hockenberry, M. J., & Wong, D. (2009). Buku
http://mdlinx.pdr.net ajar keperawatan pediatrik Wong. (ed.6,
Aminabadi, N. A., & Farahani, R.M.Z., (2009). vol. 2). Jakarta: EGC
The effect of pre-cooling the injection site Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009).
on pediatric pain perception during the Essensials of pediatrics nursing. (8th ed.).
administration of local anesthesia. March St Louis: Mosby Elsevier
9, 2014. http://scholar.google.co.id James, S.R. & Ashwill, J.W., (2007). Nursing
Andarmoyo, S., (2013). Konsep dan proses care of children, principles & practice.
keperawatan nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz (3th edition). St, Louis: Saonders Elsvier
Media Kenner & Mcgart, (2004). Developmental care
Dahlan, S., (2013). Besar sampel dan cara of newborns & infants: A guide for health
pengambilan sampel dalam penelitian professionals. USA: Elsevier
kedokteran dan kesehatan. (Cetakan
Kedua). Jakarta: Salemba Medika
Kolcaba, K & Dimarco, (2005). Comfort theory Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : Satgas
and is applicationto pediatric nursing, Imunisasi IDAI
Pediatric Nursing, 31(3), 187-94 Ronald, (2009). Management of pediatric pain
Malarvizhi, G., Vasta, M., Roseline, M., Nithin, and distress due to medical procedures.
S., & Paul, S., (2012). Interrater reliability Chapter 11. in Handbook of Pediatric
of neonatal infant pain scale as Psychology. (4th edition). New York: The
multidimentional behavioral pain tool. Guilford Pres
Nitte university of journal of health Sulistyani, (2009). Pengaruh pemberian
science 2012, 26-30. May 18, 2013 kompres es batu terhadap tingkat nyeri
Movahedi, A.F., Rostami, S., Salsali, M., pada anak usia pra sekolah yang
Keikhaee, B., & Moradi, A. (2006). Effect dilakukan prosedur pemasangan infus di
of local refrigeration prior to venipuncture RSCM. Tesis. Jakarta : Magister
on pain related responses in school age Keperawatan UI
children. Australian Journal of advanced Taddio, A., Chambers, et al. (2010.). Clinical
nursing. 24(2), 51-55 practice guideline: Reducing the pain of
Neil, (2007). Pain reduction during pediatric childhood vaccination: an evidence-
immunization: Evidence Based Review based clinical practice guideline.
and recomemmendation. American Canadian Medical Association. January
Academy of Pediatrics. February 14, 25, 2014
2014. Tamsuri, A., (2007). Konsep dan
http://pediatrics.aappublications.org penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2008). Nursing Twycross, A.,. (2006). Managing pain
research: Generating and assesing reducing the fist year of life. Infant (vol.2
evidence for nursing practice. issue 1) February 14, 2014.
Philadelphia: Lippincott http://www.infantgrapevine.co.uk
Proverawati & Andini, (2010). Imunisasi dan Yurdanur, D., (2012). Non pharmacological
vaksinasi. Yogyakarta : Nuha Medika therapies in pain management. Abant
Ranuh, I. G. N., Suyitno, H., Hadinegoro, s. R., İzzet Baysal University, Bolu Health
Kartasasmita, C. B. (2011). Pedoman Sciences High School, Turkey. May 13,
2014. CINHL (Ebsco Host) database.

Anda mungkin juga menyukai