Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RETENSIO PLASENTA
DI SUSUN OLEH
KELIMPOK 3
WILDAWATI 201901079
2021
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersususun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan menberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu
dan bayi baru lahir. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%).
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat
terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. (Prawirohardjo, 2005).
Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30 menit
tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk
mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual. Adapun kemungkinan komplikasi
yang ditimbulkan setelah melakukan tindakan manual palsenta yaitu perforasi uterus,
terjadi infeksi akibat terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke
dalam rongga rahim dan terjadi perdarahan karena atonia uteri. (Manuaba, 2007).
B. Tujuan
1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan pasien secara menyeluruh pada pasien dengan Retensio Plasenta.
2. Mampu menganalisa masalah- masalah yang muncul pada pasien dengan Retensio
Plasenta serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada pasien Retensio Plasenta.
BAB II
KONSEP TEORITIS
A. Pengertian
Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta.
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban. Setelah kala dua persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5
sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan
Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
1) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di bawah pusat.
2) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berubah
bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri menjadi di
atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan plasenta secara
Duncan/dari pinggir).
Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah retensio plasenta,
plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada kasus retensio plasenta,
tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan terdapat
perdarahan.
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2009) Retensio plasenta
adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat
diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. (Manuaba, 2006 )
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahirsetengah jam sesudah
anak lahir. (Sastrawinata, 2008). Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi.
B. ETIOLOGI
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun
serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan
pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim
terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta
belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi
proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang (Prawirohardjo,
2009).
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi
yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. (Prawirohardjo, 2009)
a. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm
dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan
dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk
lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian
besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang berasal dari korion, dan sebagian kecil
dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang
interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller
sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Plasenta
berfungsi sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa
metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta
penyalur berbagai antibodi ke janin. (Prawirohardjo, 2009)
b. Fisiologi Pelepasan Plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium sehinga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi
lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk.
Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan
melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorong keluar vagina disertai
dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2001)
c. Predisposisi Retensio Plasenta
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu:
a. Grandemultipara.
b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak
luas.
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit,
sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2007)
E. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:
a. Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat
membuat luka tidak menutup.
b. Infeksi Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri.
c. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan
kontraksi pada ostium baik.
d. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali
menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
e. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :
i. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil.
ii. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
iii. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg/rektal.
iv. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari terjadinya perforasi
dan perdarahan.
v. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan. f. Berikan antibiotika
profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral + metronidazoll gr supositoria/oral).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio
placenta adalah sebagai berikut:
Identitas klien:
Data biologis/ fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas), dan
polas kegiatan sehari- hari sebagai berikut:
1. Sirkulasi
a. Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak terjadi sampai kehilangan
darah bermakna)
b. Pelambatan pengisian kapiler
c. Pucat kulit dingin/lembab
d. Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placenta tertahan)
e. Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
f. Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2. Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
3. Nyeri/Ketidaknyamanan
Sensasi nyeri terbakar / robekan (laserasi0, nyeri tekan abdominal (fragmen placenta
tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4. Keamanan
Laserasi jalan lahir; darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/
labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi
episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
5. Seksualitas
a. Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen
placenta yang tertahan).
b. Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel,
polihidramnion, makrosomia), abrupsio plasenta, placenta previa.
c. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik
(inspeksi, palpasi perkusi dan aukultasi).
d. Pemeriksaan laboratorium (Hb 10 gr%).
B. Diagnosa dan Rencana Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vaskuler
yang berlebihan
Intervensi :
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/ kelahiran, perhatikan faktor- faktor
penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laerasi, fragmen plasenta
tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati
selama lebih dari 5 minggu)
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalit,
simpan dan bekuan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-
bekuanmembantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian.
c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas
simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagosa banding.
Penempatan satu tangan diatas diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan
inversi uterus selama masase.
d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis
dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan
pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun
sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
e. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri
pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian.
f. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-3- derajat dengan tubuh horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas.
Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan
darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
g. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/ signifikansi kehilangan cairan.
Volume perfusi/ sirklasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30-50 ml/jam atau
lebih besar.
h. Hindari pengulangan/ gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina
dan rektal
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal
atau hematoma terjadi.
i. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologiss
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.
j. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik
pada laserasi labial atau perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi
jalan lahir.
k. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan
jaringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta terhadap tanda- tanda KID
(koagulasi intravascular diseminata).
Rasional : tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara
manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
l. Mulai infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau
melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma,
kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Rasional : Perlu utuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk
meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
m. Berikan obat- obatan sesuai indikasi : Oksitosin, metilergononovin maleat,
Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium,
menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya
antonia.
n. Magnesium sulfat
Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4 memudahkan
relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
o. Terapi antibiotik
Rasional : Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau
mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada
subinvolusi atau uterus atau hemoragi.
p. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah
membawa 0,5 mgHb.
2. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Intervensi :
a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang
cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi
misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang/ penyebaran organisme infeksious.
b. Perhatikan berubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 °F (38°C) pada dua hari berturut- turut
(tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atay leukositosis
dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
c. Perhatikan gejala malaise, menggigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.
Rasional : Gejala- gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan
menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.
d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada
bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri),
atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.
e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak
sistem imun.
3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri
perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri
tekanabdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan.
Ketidaknyamanan berkenan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik
tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin
sebagaiakibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian- bagian placenta. Nyeri
berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.
b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang
memperberat persepsi ketidaknyamanan.
c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau
lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.
Rasional : Kompres dingi dengan meminimalkan edema, dan menurunkan
hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan
resorbsi hematoma.
d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemi
Intervensi:
a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi
dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah.
Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya
cedera dari kekurangan oksigen.
b. Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan
durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk
mengatasi asidosis metabolik.
c. Kaji dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada
pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit
dingin.
d. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor