Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROFESI NERS
OLEH
NI KADEK WIRATI
2002621046
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
D. PATOFISIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering suatu proses
evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri. Perubahan pra kanker
dalam mulut menjelma sebagai dua bantuk klinik. Bercak putih, datar yang tidak
diketahui penyebabnya selain yang ada hubungan dengan pemakaian tembakau
dan tidak hilang bila dikerok, disebut leokoplakisa. Bercak-bercak merah yang
tidak ada hubugan dengan rangsangan radang eritroplakia.
Karsinoma skuamosa invasive kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah dan
dasar mulut; sangat jarang pada palatum dan dorum lidah. Pulau-pulau tumor yang
invasive bermetastasis melalui pembuluh darah limfa dan mengenai kelenjar getah
bening supraomohiod dan servikal. Penyebaranya melalui pembuluh darah
merupakan skuele terakhir dan biasanya sebagai akibat, metastasis kelenjar getah
bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk vena sistemik
E. GEJALA KLINIS
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif dan
induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan mukosa
yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak leukoplakia dan
atau eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena metastasis sudah mencapai
dimensi cukup besar, dapat diraba, membengkak dan melekat (berbeda dengan
limadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila sebagai akibat
penyakit radang). Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang-
sarang dan pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi
(misalnya keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel
radang mononuklear. Derajat radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun
terhadap antigen-antigen tumor.
F. PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Perasaan gelisah dan ansietas
3) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit
b. Sirkulasi
1) Tanda: Bradikardia (Hiperbilurubinemia berat) ikterik pada sclera, kulit,
membran mukosa.
c. Eliminasi
1) Gejala: Urin gelap. Diare/konstipasi: Feses warna tanah liat.
Adanya/berulangnya Hemodialisa.
d. Makanan/Cairan
1) Gejala: Hilang nafsu makan (Anoreksia), penurunan BB atau meningkat
(Edema), mual/muntah.
2) Tanda: Asites
e. Neurosesori
1) Tanda: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis
f. Integritas ego
1) Gejala: Ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
2) Tanda: menolak, depresi
g. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia, artalgia,
sakit kepala, gatal (Pruritus).
2) Tanda: Otot tegang, gelisah.
h. Pernafasan
1) Gejala: Tidak minat/enggan merokok (bagi perokok)
i. Keamanan
1) Gejala: Adanya transfusi darah/produk darah
2) Tanda: Demam, urtikaria, lesimakulopapular, eritema tak beraturan, eksaserbasi
jerawat, splenomegals, pembesaran modus servikal posterion.
j. Seksualitas
1) Gejala: Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh homoseksual
k. Interaksi sosial
1) Gejala: masalah hubungan/peran berkaitan dengan kondisi
2) Ketidakmampuan aktif secara sosial
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan mikroskopis
melalui biopsi. Seringkali, biopsi ditunda karena keputusan dari dokter maupun
pasien, terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan tersebut tidak boleh
lebih dari 3-4 minggu. Kadang, luasnya lesi menyulitkan untuk melakukan biopsi
yang tepat untuk membedakan displasia atau kanker. Oleh sebab itu tambahan
penilaian klinis lainnya dapat membantu mempercepat biopsi dan memilih daerah
yang tepat untuk melakukan biopsi. Penggunaan cairan toluidine blue sangat
berguna sekali, karena keakuratannya (lebih dari 90%), murah, cepat, sederhana
dan tidak invasif. Mekanisme kerjanya dengan afinitas atau menempelnya
toluidine blue dengan DNA dan sulfat mukopolisakarida, sehingga dapat
dibedakan apakah terjadi displasia atau keganasan dengan epitel yang normal dan
lesi jinak. Toluidine blue berikatan dengan membran mitokondria , dimana terikat
lebih kuat pada epitel sel displasia dan sel kanker daripada dengan jaringan
normal. Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa. Namun,
kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal telah
membatasi penggunaannya. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada
sitologi dengan pengumpulan sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis
skuamosa. Prosedurnya tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak perlu
penggunaan anestetikum.
H. KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan gambaran histopatologis, terdapat beberapa diagnosis banding KSB,
yaitu KSS dan trikoepitelioma.
1. Diagnosis KSB ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, yaitu
status dermatologis, dan pemeriksaan histopatologis. Sediaan untuk
pemeriksaan histopatologis harus mewakili lesi tumor dan disertai interpretasi
yang akurat. Metode biopsi yang disarankan adalah shave biopsy dan biopsi
plong. Bila dapat diambil jaringan yang lebih luas serta efek samping berupa
pembentukan sikatriks bisa minimal, maka dapat dilakukan eksisi elips (biopsi
eksisional) dengan batas 3 mm - 4 mm. Jika ditemukan lesi yang luas, dapat
dilakukan biopsi insisional, yaitu biopsi plong kecil (2 mm - 3 mm), atau
shave biopsy.
2. Perbedaan utama antara KSB dan KSS adalah pada warna sel. Sel pada KSB
terwarnai sangat basofilik, sedangkan sel KSS (terutama pada lesi dengan
tingkat rendah) terwarnai eosinofilik akibat keratinisasi parsial. Pada KSS
derajat tinggi, sel terlihat basofilik akibat tidak terjadi keratinisasi. Keratinisasi
pada KSB hanya terjadi secara parsial yang kemudian akan menghasilkan
kelompokan parakeratosis dan whorls (seperti ulir), atau proses keratinisasi ini
dapat juga terjadi secara sempurna yang akan memberikan gambaran kista
tanduk (horn cyst). Selain itu, pada KSS terlihat gambaran inti yang lebih
atipikal serta mitosis yang lebih jelas. Pada KSB terdapat gambaran retraksi
masa sel tumor dari jaringan ikat di sekitarnya yang tidak ditemukan pada
KSS.
3. Gambaran histopatologis trikoepitelioma yang menyerupai KSB (terutama tipe
morfeaformis) adalah trikoepitelioma desmoplastik. Kedua tumor ini
menunjukkan gambaran deretan tipis sel basaloid yang berada di stroma
fibrosa dan padat, tetapi trikoepitelioma desmoplastik menunjukkan gambaran
kista tanduk yang banyak dan tidak didapatkan retraksi tumor.
I. THERAPHY / TINDAKAN
Evaluasi yang cermat terhadap gejala dan simptom sangat penting, termasuk
didalamnya biopsi dan follow- up yang rutin. Pembedahan dilakukan dengan
biopsi insisi menggunakan skapel bila lesi berukuran 5 mm. Teknik ini cepat,
tidak banyak merobek jaringan dan hanya diangkat sedikit sampling. Apabila
ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi insisi ataupun eksisi, apabila sulit
membedakan antara displasia dengan karsinoma, dianjurkan menggunakan biopsi
insisi. Jika hasil biopsi tersebut menunjukkan sel karsinoma skuamosa (terdapat
invasi sel displasia ke jaringan ikat), klinisi dapat merencanakan terapi kanker.
Terapi yang potensial diantaranya pembedahan atupun terapi radiasi. Kadang
kemoterapi digunakan sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang responsif
terhadap kemoterapi. Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker, stadium
dini (kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar dan menyebar). Evaluasi
menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik kualitasnya seperti MR
(magnetic resonance) dan CT (computed tomography) sangat dibutuhkan. Teknik
terbaru yaitu menggunakan PET (positron emission tomography), bisa
menentukan metastase ke kelenjar limfe. Teknik ini berguna bagi klinisi untuk
membedakan batas dan rencana terapi, juga menentukan prognosisnya. Follow-up
berkala perlu dilakukan pada lesi prekanker, bahkan bila lesi tersebut menghilang,
dan bila terus berlanjut perlu dilakukan pembedahan. Pada tepi lesi yang secara
klinis dan mikroskopis terlihat normal, bisa menjadi permasalahan dan bisa terjadi
rekurensi. Penggunaan teknik laser sangat berguna pada terapi kanker dan dapat
mengontrol leukoplakia. Pencegahan menggunakan analog vitamin A (retinoid)
dan antioksidan lain (beta karoten, vitamin C, E) kurang efektif, berdasarkan teori,
antioksidan tersebut dapat membantu menjaga sel-sel tubuh dari radikal bebas,
yang merupakan promotor terjadinya mutagenesis kromosom dan karsinogenesis.
Yang menjadi permasalahan pada penggunaan antioksidan ini adalah toksisitasnya
dan rekurensinya ketika antioksidan ini tidak dilanjutkan. Efektifitas antioksidan
tergantung pada dosis, regimen dan individu pasien. Dapat pula dengan
pendekatan nutrisional dengan diet kaya buah-buahan dan sayur-sayuran, karena
banyak mengandung antioksidan dan protein supresor-sel yang membantu
mengurangi aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis.
Pengenalan dan pengontrolan lesi pre-kanker efektif mengurangi angka morbiditas
dan mortalitas kanker mulut
J. KOMPLIKASI
Karsinoma sel skuamosa tidak diobati dapat merusak jaringan sehat di dekatnya,
menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, dan dapat berakibat fatal,
meskipun hal ini jarang terjadi. Risiko karsinoma sel skuamosa agresif dapat
ditingkatkan dalam kasus di mana kanker: Sangat besar atau mendalam;
Melibatkan selaput lendir, seperti bibir; Terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan yang lemah, seperti seseorang yang mengambil obat anti-rejection
setelah transplantasi organ
Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
2) Perasaan gelisah dan ansietas
3) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan proses penyakit
b. Sirkulasi
1) Tanda: Bradikardia (Hiperbilurubinemia berat) ikterik pada sclera, kulit,
membran mukosa.
c. Eliminasi
1) Gejala: Urin gelap. Diare/konstipasi: Feses warna tanah liat.
Adanya/berulangnya Hemodialisa.
d. Makanan/Cairan
1) Gejala: Hilang nafsu makan (Anoreksia), penurunan BB atau meningkat
(Edema), mual/muntah.
2) Tanda: Asites
e. Neurosesori
1) Tanda: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis
f. Integritas ego
1) Gejala: Ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
2) Tanda: menolak, depresi
g. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas. Mialgia, artalgia,
sakit kepala, gatal (Pruritus).
2) Tanda: Otot tegang, gelisah.
h. Pernafasan
1) Gejala: Tidak minat/enggan merokok (bagi perokok)
i. Keamanan
1) Gejala: Adanya transfusi darah/produk darah
2) Tanda: Demam, urtikaria, lesimakulopapular, eritema tak beraturan, eksaserbasi
jerawat, splenomegals, pembesaran modus servikal posterion.
j. Seksualitas
1) Gejala: Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh homoseksual
k. Interaksi sosial
1) Gejala: masalah hubungan/peran berkaitan dengan kondisi
2) Ketidakmampuan aktif secara sosial
l
Data subjektif Data objektif
Pasien mengatakan nyeri dengan skala Pasien menunjukan ekspresi wajah
5 nyeri
Pasien mengatakan kulit terasa gatal Kulit tampak terdapat bercak
Pasien mengatakan adanya luka terbuka Tampak adanya luka terbuka
Keluarga mengatakan tidak mengetahui Keluarga tampak tidak bisa merawat
carav perawatan pasien pasien dengan baik