Anda di halaman 1dari 14

EKONOMI PEMBANGUNAN

PENGARUH COVID-19 TERHADAP EKONOMI INDOSNESIA

DOSEN PENGAJAR :

DISUSUN OLEH :
RIZALDY SURYA PERDANA
(03190150)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberi nikmat,
karunnia, serta rahmat-Nya yang kepada kami, sehingga kami dapat menyusuk dan
menyelesaikan makalah “Pengaruh Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia” .

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan.
Selain itu semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan khususnya
dalam mengetahui kesatuan hidup setempat bagi para pembaca.

Meskipun makalah ini telah diselesaikan dengan baik, kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan
serta kritikan dari pembaca sekalian agar kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi
di kemudian hari.

Jakarta, 23 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

EKONOMI PEMBANGUNAN..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


VirusCorona merupakan salah satu pandemic yanghadirditengah-
tengahmasyarakatpadatahun2020. Dampak yang terlihat tidak hanya mempengaruhi
kesehatan masyarakat, akan tetapi turut mempengaruhi perekonomian Negara yang
yang ada di dunia. Bahkan saat ini perekonomian dunia mengalami tekanan berat
yang diakibatkan oleh pandemic virus tersebut. Topik kali ini akan membahas
pengaruh Covid-19 terhadap perekonomian. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan fenomena dan literatur yang
ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melihat perkembangan dan
pengaruh ekonomi tidak hanya sebatas lingkup ekonomi itu sendiri. Akan tetapi
ekonomi juga bisa terdampak dari budaya dan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan
menyebarnya virus Corona turut membawa dampak negatif pada perekonomian
dunia khususnya pada perekonomian Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Covid-19 memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap ekonomi di
Indonesia. Maka dari itu munculah permasalah yang terjadi akibat dari covid-19.

apa saja yang menjadi isu-isu penyebab terjadinya inflasi ditengah pandemi
ini.

1.3 Tujuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INFALASI

Akhir dari masa pandemi yang belum terlihat akan selesai dalam waktu dekat telah
menempatkan pemerintah di situasi yang sulit karena kegiatan bisnis yang berhenti selama
beberapa bulan dan skema pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang memaksa beberapa
kelompok masyarakat mendapatkan penghasilan lebih sedikit. Kondisi tersebut sangat mahal
bagi pemerintah karena harus menyediakan kebutuhan sosial dan beberapa stimulus lainnya
untuk melindungi masyarakat dengan mempertahankan kebutuhan dasar dan untuk menjaga
perusahaan-perusaan dari kebangkrutan. Sementara tingkatan covid-19 makin memburuk
dalam hal penyebarannya, pemerintah telah berusaha mencapai jalan tengah dengan
menerapkan protokol “new normal” untuk merangsang aktivitas ekonomi tanpa secara
signifikan membahayakan aspek kesehatan dan keamanan dari masyarakat. Terlepas dari hal
tersebut, dampak dari meningkatnya kegiatan ekonomi masih belum tercermin dalam data
inflasi.
Pembukaan ekonomi baru di tengah masih mewabahnya pandemi Covid-19 akan
menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah Indonesia. Dampak pandemi Covid-19
seakan menggoyahkan perekonomian Indonesia karena negara mengalami pelemahan
konsumsi. Mengutip Tempo.co, Perry Warjiyo – Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan,
pelemahan konsumsi yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat inflasi menjadi
perhatian bank sentral. Tingkat inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah yaitu hanya sebesar
0,07% (month to month) atau 2,19% (year on year).
Meski demikian, inflasi harga pangan ke depan tetap perlu diwaspadai akibat adanya
potensi rantai pasokan global yang terganggu. Namun harga barang di dalam negeri
dipastikan tetap terkendali, begitu juga pasokannya tetap terjaga. Bank sentral
memperkirakan inflasi tahun ini pun masih akan berada dalam sasaran yang ditetapkan, yaitu
berkisar antara 2% – 4%.
Mengacu paparan Sri Mulyani – Menteri Keuangan dan Perry Warjiyo – Gubernur
Bank Indonesia, artinya pandemi Covid-19 mendorong tren inflasi menjadi turun karena
konsumsi masyarakat yang melemah sehingga akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi
2020.
Bank Dunia dalam laporan terbarunya menyampaikan pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun ini diproyeksikan merosot hingga 0% atau tidak tumbuh sama sekali. Ralph
Van Doorn – Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia, mengatakan kebijakan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak April, Mei, dan awal Juni memukul
perekonomian cukup dalam.
Sementara Airlangga Hartarto – Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian
mengatakan, hampir seluruh sektor perekonomian menurun antara 20% hingga 50% selama
masa pandemi Covid-19. Namun, dia menyebut ada pula sektor yang masih positif, seperti
sektor pangan dan kesehatan. Untuk memulihkan kondisi perekonomian nasional, Airlangga
menyatakan perlu dilakukan restart engine ekonomi.
Salah satu faktor yang mendorong rendahnya inflasi pada Mei 2020 adalah
mewabahnya Covid-19. Ia mengatakan musim pagebluk menurunkan permintaan dari
masyarakat akan barang dan jasa. Pada tahun sebelumnya, inflasi cenderung tinggi lantaran

iii
masyarakat bisa makan di restoran dan bisa banyak berbelanja. Sementara, pada musim
wabah ini masyarakat terbatas pergerakannya untuk keluar rumah.
Faktor lainnya yang menyebabkan inflasi rendah, tutur Perry, adalah rendahnya
harga komoditas global yang mempengaruhi harga barang impor. Dengan demikian inflasi
dari impor pun tercatat rendah. Di samping itu, inflasi juga terjaga seiring dengan nilai
tukar yang tetap terpelihara, setelah sebelumnya sempat mengalami tekanan.
Faktor keempat yang menyebabkan rendahnya inflasi, menurut Perry, juga
menunjukkan bahwa koordinasi antara pemerintah dan BI sangat baik. Sehingga, harga
barang bisa terkendali dan pasokan terjaga. Rendahnya inflasi Mei 2020 membuat Perry
yakin bahwa inflasi selama setahun akan terjaga rendah di angka 3 persen plus minus 1
persen.

2.2 PENGANGGURAN

Pandemi COVID-19 yang berdampak buruk pada perekonomian Indonesia secara


tidak langsung turut memengaruhi naiknya angka pengangguran. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
pada 2020 mencapai 8,1% hingga 9,2% dan angka pengangguran diperkirakan naik 4 hingga
5,5 juta orang. Lebih lanjut, pada 2021, TPT diperkirakan mencapai kisaran 7,7% hingga
9,1%. Jumlah pengangguran juga diprediksi meningkat antara 10,7 juta sampai 12,7 juta
orang. Angka tersebut naik dibandingkan jumlah pengangguran pada Februari tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada
Februari 2020 sebesar 4,99 persen dengan jumlah pengangguran sebanyak 6,88 juta orang.
Peningkatan perkiraan jumlah pengangguran tersebut merupakan dampak ekonomi dari
pandemi COVID-19. Bappenas mengatakan sektor yang bakal banyak kehilangan pekerja
adalah perdagangan, manufaktur, konstruksi, jasa, dan akomodasi. Sebelumnya, Bappenas
memprediksi jumlah pengangguran akan bertambah sebanyak 4,2 juta orang akibat pandemi.
BPS mencatat TPT dan jumlah pengangguran setiap bulan Februari dan Agustus
setiap tahunnya. Tingkat pengangguran Terbuka atau TPT merupakan persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah Angkatan kerja. Pada Februari 2010, TPT tercatat sebesar
7,41 persen. Angka tersebut memperlihatkan kecenderungan menurun hingga mencapai 4,99
pada Februari 2020 lalu. TPT tertinggi terdapat pada Agustus 2011 dengan 7,48 persen.

iii
Jika diperhatikan, angka TPT mempunyai kecenderungan untuk meningkat pada
Agustus dan kembali turun pada Februari. Hal tersebut dipengaruhi periode tahun ajaran
sekolah yang berakhir pada semester ganjil sehingga banyak lulusan sekolah yang tengah
mencari kerja juga turut tercatat. Angka pengangguran juga senada dengan tren TPT setiap
periodenya. Jumlah pengangguran pada Februari 2010 tercatat sebanyak 8,59 juta orang.
Angka tersebut cenderung menurun hingga mencapai 6,88 juta orang pada Februari 2020.
Melihat perubahan angka pengangguran pada periode Agustus setiap tahunnya (Y-o-Y),
angka pengangguran mengalami perubahan yang fluktuatif.
Kenaikan tertinggi terjadi pada Agustus 2011, sebanyak 361.613 orang. Sedangkan
penurunan terbesar terjadi pada Agustus 2012, turun 1,34 juta orang jika dibandingkan
periode sebelumnya. Jika prediksi Bappenas mengenai angka pengangguran pada 2021
terjadi, maka angka tersebut menjadi angka pengangguran terbesar dalam 10 tahun terakhir.
Selain itu, hal tersebut juga mencatatkan angka perubahan tertinggi dalam 10 tahun terakhir
dengan adanya kenaikan antara 3,82 juta hingga 5,82 juta orang dibandingkan angka pada
Februari2020.
PHK di Berbagai Sektor Prediksi meningkatnya pengangguran tersebut turut
dipengaruhi oleh kebijakan banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) terhadap karyawannya ditengah kondisi pandemi. Selain kebijakan PHK, beberapa
perusahaan juga mengambil kebijakan seperti pemotongan gaji karyawan hingga
pemberlakuan unpaid leave. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, hingga 27 Mei 2020
sebanyak 1,79 juta buruh terdampak pandemi COVID-19. Menteri Ketenagakerjaan Ida
Fauziyah menyebut angka tersebut merupakan hasil pendataan Kemnaker bersama BPJS
Ketenagakerjaan.

iii
Dalam rinciannya, Kemnaker menyebut angka tersebut terdiri dari 1.058.284 pekerja
sektor formal yang dirumahkan dan sebanyak 380.221 pekerja sektor formal yang terkena
PHK. Pekerja sektor informal yang turut terdampak sebanyak 318.959 orang.

2.3 PENDAPATAN NASIONAL

Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi turunnya pendapatan negara sebesar 10


persen di tahun ini. Penurunan pendapatan akibat wabah COVID-19 itu terutama akan terjadi
di sisi penerimaan perpajakan. Sebab, sepanjang tahun ini, pemerintah menggelontorkan
insentif pajak besar-besaran untuk mendukung dunia usaha serta orang pribadi yang
terdampak pelambatan ekonomi. Dari sisi perpajakan, sejumlah insentif yang degelontorkan
pemerintah untuk badan usaha antara lain penurunan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dari 25
persen menjadi 22 persen untuk tahun pajak 2020 dan 2021.
Sementara di tahun 2022, tarif PPh Badan kembali turun mennjadi 20 persen.
Penurunan tarif PPh Badan Go Public juga dilakukan, yakni 3 persen lebih rendah dari tarif
umum PPh. Rinciannya: 19 persen di tahun pajak 2020 dan 2021, serta 17 persen mulai tahun
pajak 2022 dengan persyaratan tertentu (40 persen saham go public dan syarat tertentu
lainnya).
Di sisi lain, pemerintah mengalokasikan tambahan belanja dan pembiayaan APBN
2020 untuk penanganan dampak Covid-19 hingga Rp 405,1 triliun. Rinciannya, Intervensi
penganggulangan Covid-19 berupa Dana Kesehatan sebesar Rp75 triliun; perluasan Social
Safety nett sebesar Rp110 triliun, dukungan industri Rp 70,1 triliun berupa Pajak dan Bea
Masuk Ditanggung Pemerintah (DTP) serta stimulus KUR, dan dukungan pembiayaan
anggaran dalam rangka mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp150
triliun.] Kondisi ini menggambarkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengancam sistem
keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik. Untuk

iii
itu, dibutuhkan upaya pemerintah untuk melakukan penyelamatan dan mengambil langkah-
langkah luar biasa (extraordinary).
Kemudian, seiring adanya aturan terkait Work From Home (WFH) baik untuk sektor
pemerintah maupun sektor swasta, maka mulai terjadi perlambatan kegiatan usaha di akhir
bulan Maret 2020 yang berpotensi menurunkan penyerahan dalam negeri yang kemudian
akan menekan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri (PPN DN) di bulan April
2020.  Kondisi tersebut kemungkinan akan berlanjut dan semakin terkontraksi di bulan Mei,
mengingat di bulan April sebagian daerah sudah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) di beberapa wilayah terdampak. Sejalan dengan penerapan WFH dan PSBB
tersebut, Pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa relaksasi pembayaran PPh Pasal
29 OP dan pelaporan SPT PPh OP, yang mana berimbas pada belum optimalnya realisasi
penerimaan PPh Pasal 29 OP.

2.4 RESESI

Resesi ekonomi di masa pandemi Covid-19 merupakan sebuah kenormalan baru. Hal
tersebut wajar terjadi karena seluruh dunia memang mengalami pelemahan ekonomi.
Indonesia saat ini sedang diambang resesi. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi
kuartal II-2020 akan kontraksi di kisaran minus 3,5 persen hingga minus 5,1 persen, dengan
titik tengah di minus 4,3 persen. Pada kuartal III-2020 diharapkan ekonomi Indonesia kian
membaik, meski tetap berpotensi tumbuh negatif, yakni di kisaran minus 1 persen hingga
positif 1,2 persen. Sementara di kuartal IV-2020 diperkirakan bergerak ke kisaran 1,6 persen-
3,2 persen.
Perekonomian Indonesia CORE sendiri memperkirakan, pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan minus 5 persen di kuartal II-2020, minus 3-4 persen di kuartal III-2020, serta
minus 1,2 persen di kuartal IV-2020. Jika hingga kuartal III-2020 Indonesia mengalami
kontraksi pertumbuhan ekonomi maka resmi masuk ke dalam resesi. Kendati demikian, Piter
menilai ini kondisi wajar dan turut dialami oleh seluruh negara yang terdampak pandemi. Hal
terpenting dalam menghadapi resesi adalah bagaimana menjaga dunia usaha dan sektor
keuangan bisa tetap bertahan. Sehingga pemulihan bisa berlangsung cepat, tanpa perlu masuk
ke jurang krisis ekonomi. Kebijakan fiskal dan moneter menjadi penting pada saat ini untuk
menjaga ekonomi Indonesia. Kedua kebijakan harus saling menopang sehingga memberi
stimulus pada perekonomian.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami tekanan seiring
dengan belanja pemerintah yang tinggi di tengah pendapatan yang menurun. Hal ini turut
memperlebar defisit APBN 2020 menjadi 6,38% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Alhasil,
pelebaran defisit diperkirakan berlangsung selama tiga tahun. Sebab, pemulihan ekonomi
tidak bisa berlangsung secara mendadak dalam waktu singkat. Hal itu dinilai dapat
menimbulkan kejutan bagi perekonomian. Kendati menghadapi tantangan perekonomian
selama pandemi, dia memastikan pemerintah sanggup dalam mengatasi kontraksi ekonomi.
Tak hanya itu, masyarakat dan sektor usaha pun menurutnya mulai siap untuk memulihkan
usahanya dan memperbaiki perekonomian.

iii
Penyebaran virus korona (Covid-19) menghantam pertumbuhan ekonomi global yang
diprediksi oleh banyak lembaga internasional akan mengalami kontraksi dalam. Efek buruk
Covid-19 terhadap perekonomian juga diproyeksikan menghantam Indonesia, yang
kemungkinan besar akan mencatat pertumbuhan negatif di kuartal kedua tahun ini, serta
terancam akan mengalami resesi dengan kemungkinan pertumbuhan yang kembali negatif di
kuartal ketiga mendatang. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan kontraksi
4,8 hingga minus 7 persen sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) memperkirakan kontraksi mendekati 6 persen.

1. KINERJA BUMN DAN LEMBAGA-LEMBAGA LAINYA

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serius melakukan berbagai upaya
antisipasi dampak meluasnya wabah Coronavirus Disease (Covid-19). Sejumlah langkah
strategis disiapkan Menteri BUMN. Kementerian BUMN mengambil langkah cepat dalam
merespon dampak meluasnya pandemik Covid-19 diantaranya menjamin ketahanan pangan
guna mewaspadai lonjakan beras yang dibutuhkan masyarakat.
Selain itu, dalam melakukan pencegahan meluasnya penyebaran virus korona di
Indonesia, Kementerian BUMN memberlakukan sejumlah kebijakan yang harus ditaati
semua Perusahaan BUMN yang dibina.  Kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan publik
tersebut, diantaranya memberlakukan physical distancing dalam mengantisipasi penyebaran
virus korona atau  Covid-19. Physical distancing merupakan sikap menjaga jarak dengan
orang lain.  Pencegahan meluasnya wabah covid-19 juga diberlakukan di sektor transportasi,
khususnya di bandar udara (bandara), pelabuhan, dan stasiun kereta api yang dikelola
BUMN.

iii
Di Bandara Internasional Soekarno Hatta, pemeriksaan ketat dilakukan bagi
pendatang dari dalam maupun luar negeri telah diberlakukan.  Bandara yang berada di
kawasan Cengkareng, Tangerang ini memiliki pemindai suhu tubuh atau thermal scanner
untuk mengukur suhu tubuh penumpang serta memasang sejumlah garis kuning di lantai
dengan jarak satu meter sebagai penanda antrean bagi calon penumpang pesawat.  Di setiap
lift terminal penumpang juga diberi batas dan posisi berdiri bagi masing-masing individu
guna menghindari tatap muka langsung.
Tidak lupa, PT Angkasa Pura II melakukan penataan kembali kursi di ruang tunggu
(boarding lounge) dengan mengutamakan jarak yang cukup di antara penumpang.  Hal yang
sama diberlakukan di pelabuhan-pelabuhan yang dikelola BUMN, seperti di Pelabuhan
Tanjung Priok yang dikelola PT Pelindo II (Persero) serta Pelabuhan Bakauheni, Merak yang
dikelola PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). PT PELNI (Persero) dan PT Kereta Api
Indonesia (Persero) sebagai penyedia jasa transportasi tak luput dari penerapan kebijakan
tersebut sembari terus aktif mengimbau pengguna jasa agar menjaga kesehatan dan
kebersihan melalui budaya cuci tangan. 
Layanan Telekomunikasi Di sektor telekomunikasi, BUMN turut mendukung
kebijakan proses belajar, bekerja dan beribadah dari rumah dengan menyediakan fasilitas
memadai yang berkualitas layanan prima. Kegiatan belajar mengajar di kelas dan kegiatan
bekerja di kantor yang bersifat fisik, kini dilakukan secara virtual. Karena itu, dibutuhkan
kualitas jaringan telekomunikasi khususnya akses internet di perumahan ataupun mobile yang
handal.
Sumber Daya Kesehatan Di sisi kesehatan, Kementerian BUMN memiliki sejumlah
sumber daya untuk membantu masyarakat yang terdampak langsung. PT Kimia Farma
(Persero) Tbk melalui 1.300 Apotek, 600 Klinik dan Laboratorium Klinik yang tersebar di
seluruh Indonesia siap mendukung pencegahan dan penanganan virus korona.  Erick
menyampaikan, dana CSR BUMN tahun ini akan difokuskan untuk membantu pengadaan
alat-alat kesehatan. Kementerian BUMN bersama dengan BUMN telah membeli alat tes
korona dari sejumlah negara dan diserahkan kepada Kementerian Kesehatan untuk segera
disalurkan pada publik.
Kementerian BUMN dan BUMN juga menaruh perhatiannya pada ketersediaan Alat
Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis. Pada 27 Maret kemarin, BUMN menerima
bantuan pencegahan Covid-19 dari mitra PT Bukit Asam (Persero) Tbk berupa Alat
Pelindung Diri (APD), masker, thermometer shot gun, dan hand sanitizer. Selain itu,
Kementerian BUMN senantiasa bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Virus Corona, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Kesehatan, serta pihak
terkait untuk memaksimalkan Wisma Atlet sebagai lokasi penanganan pasien korona.

2. PENGARUH TERHADAP UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha produktif yang
dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro,
misalnya usaha kuliner. Pada sepuluh tahun terakhir perkembangan UMKM di Indonesia
mencapai 99,9 persen dari total unit usaha di Indonesia.
Jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia sebanyak 62,9 juta unit meliputi
perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pengolahan,
bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-jasa. Berkembangnya UMKM di Indonesia
tidak lepas dari faktor yang mendorong majunya pertumbuhan UMKM di Indonesia

iii
diantaranya, pemanfaatan sarana teknologi, informasi dan komunikasi, kemudahan
peminjaman modal usaha, menurunnya tarif PPH final.
Meskipun begitu, pertumbuhan tersebut dinilai masih lambat karena beberapa faktor
tersebut dinilai belum terlalu efektif, salah satunya dibagian perpajakan usaha. Ditengah
perkembangan UMKM yang belum terlalu baik di awal tahun 2020, UMKM di Indonesia
kembali diuji dengan munculnya wabah Covid-19 ditengah masyarakat Indonesia.
Wabah Covid-19 bermula muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada
bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia
WHO. Lebih dari 620.000 kasus Covid-19 telah dilaporkan di lebih dari 190 negara,
mengakibatkan lebih dari 28.800 kematian dan 137.000 diantaranya sembuh.
Seperti di negara Italia penyebaran virus corona sangat masif akibat masyarakatnya
masih beraktivitas diluar rumah seperti biasa. Mengambil pelajaran dari kasus Italia maka
seharusnya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 harus dilakukan Social Distancing
(jarak sosial) atau dikenal juga dengan upaya Lockdown (karantina wilayah).
Dengan demikian, di Indonesia pun pemerintah telah mencoba upaya tersebut yang
berimbas langsung terhadap penurunan secara drastis ekonomi UMKM, karena setiap warga
bahkan murid sekolah pun diliburkan agar tetap berada didalam rumah, akibatnya perusahaan
UMKM terhambat dalam penjualan dan juga produksi. Penyebaran virus Covid-19
memberikan dampak bagi pelaku UMKM di Indonesia.
Tak hanya itu sektor pariwisata dan perdagangan juga mengalami penurunan yang
drastis, terutama bagi para pedagang kaki lima yang sudah tidak bisa berdagang akibat
diberlakukannya pembatasan sosial, dan juga transportasi online. Meskipun begitu, ada
beberapa faktor yang membuat UMKM masih bisa bertahan ditengah wabah Covid-19. Yang
pertama, umumnya UMKM yang menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan
kebutuhan masyarakat.

3. PABRIK TIDAK DAPAT PRODUKSI

Kebijakan social distancing yang dipilih pemerintah Indonesia, telah membuat


aktivitas produksi terganggu. Beberapa perusahaan mengambil kebijakan Work From Home,
beberapa lagi memutuskan untuk merumahkan karyawannya, hingga PHK massal.  Menurut
data terbaru Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi DKI Jakarta, sebanyak 30.137
pekerja dilaporkan harus kehilangan pekerjaan karena PHK massal, sedangkan 132.2799
pekerja lainnya kehilangan penghasilan karena dirumahkan tanpa upah.
Efek domino dari badai PHK dan pekerja yang dirumahkan telah membuat penurunan
kapasitas produksi mengalami penurunan ekstrem. Mau tidak mau kondisi ini telah
menyebabkan bahan baku produksi industri rumah tangga mengalami kelangkaan, atau
mengalami kenaikan harga yang ekstrem. Misalnya sektor UKM pembuat kue dan roti yang
dipusingkan dengan melambungnya harga telur dan gula pasir. Akibatnya, harga jual produk
pun ikut dinaikkan. Pilihan ini tergolong beresiko, mengingat saat ini daya beli masyarakat
sedang lesu.
Tidak hanya UKM yang bergerak di sektor produksi rumahan, mereka yang bergerak
di bidang jasa pun dilaporkan mengalami penurunan omset yang signifikan. Misalnya tukang
cukur yang terpaksa harus kehilangan penghasilan akibat kebijakan social distancing.
Mereka yang bekerja sebagai buruh harian lepas, seperti pegawai bangunan, makeup artis,
pekerja wedding organizer, fotografer pernikahan, dan lainnya dilaporkan kesulitan
mendapatkan penghasilan  karena sejumlah proyek terpaksa ditunda akibat pandemi virus
Corona.

iii
Beruntung, pemerintah saat ini cukup berani mengambil kebijakan dengan tidak
memberlakukan lockdown, sehingga beberapa UKM di daerah masih punya kesempatan
untuk mencari cara agar tetap bisa ‘bertahan hidup’. Selain itu, ada beberapa kebijakan
lainnya yang dinilai cukup membantu para pelaku UKM, misalnya memberikan relaksasi
kredit, menggratiskan dan diskon listrik hingga 50 persen, serta program kemudahan suntikan
modal.  Hal ini terlihat dari langkah Otoritas Jasa Keuangan yang menerbitkan
kebijakan countercyclical  yang tertuang pada siaran pers No.
HM.4.6/32/SET.M.EKON.2.3/03/2020 oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui, tertekannya indeks
manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Indonesia pada akhir
kuartal I tahun 2020. Hal itu dipengaruhi oleh banyaknya daerah yang terjangkit Covid-19,
sehingga penurunan utilitas industri manufaktur di berbagai sektor tidak dapat dihindari.
Tidak hanya di Indonesia, aktivitas manufaktur di Asia juga mengalami kontraksi pada bulan
Maret 2020. Hal ini karena dampak penyebaran virus Covid-19 terhadap rantai pasokan.
Guna menggairahkan sektor industri di dalam negeri, Agus menambahkan, pihaknya
akan mengusulkan pemberian berbagai stimulus fiskal dan nonfiskal. Upaya tersebut
merupakan antisipasi dari banyaknya negara yang melakukan protokol penguncian
(lockdown). Adapun, stimulus yang akan dikeluarkan, misalnya dapat mempermudah arus
bahan baku. Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian akan melakukan koordinasi dengan
kementerian terkait. Sedangkan, dari sisi fiskal, akan ada pengurangan pajak perusahaan dan
peniadaan pajak penghasilan karyawan.
Kementerian Perindustrian terus memantau perkembangan aktivitas industri berbagai
sektor di dalam negeri, terutama terkait dengan dampak pandemi yang disebabkan
oleh virus corona baru. Sejumlah kebijakan strategis telah dikeluarkan pemerintah untuk
percepatan penanganan wabah Covid-19 dan menjaga jalannya dunia usaha di tanah air.
Banyak perusahaan dan pabrik-pabrik di Indonesia untuk sementara menghentikan
produksi. Namun mereka tetap mempertahankan pelayanan after sales untuk pelanggan. Hal
itu dilakukan untuk merespons kondisi terkini terkait virus corona baru (Covid-19) di
Indonesia. Perusahaan mendukung kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus,
salah satunya melalui social distancing. Selain memprioritaskan kesehatan karyawan, lain
Suzuki juga tetap fokus pada kualitas layanan pelanggan.

KESIMPULAN

Akibat dari pamdemi corona ini banyak tempat usaha BUMN maupaun usaha swasta yang
berhenti beroperasi, efeknya adalah masyarakat atau karyawan kehilangan pekerjaan dan
tidak mendapatkan penghasilan akibatnya daya beli masyarakat mengalami penurunanan. Hal
ini la yang menyebabkan terjadinya inflasi, tetapi untuk kasus ini berkemungkinan ankan
berkahir pada 2021 atau 2022 dan untuk jangka waktu tersebut bukan merupan inflasi
kareana inflasi adalah apabila terjadi kecenderuangan kenaikan harga di pasar secara umum
dengan jangka panjang maka bisa disebut dengan inflasi.

Akibat dari pandemi di indonesia pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 hanya setengah
dari tahun lalu atau pada tahun 2019 yaitu 2,5 persen di tahun 2020 dan 5,0 persen di tahun
2019. hal ini sangat mengubah arah perekonomian negara ini meskipun negara ini terbilang

iii
mempunyai landasan makro ekonomi yang sangat kuat apalagi negara uyang menjadi mitra
dagang kita juga mengalami nasib yang serupa dengan indonesia.

Perencanaan reformasi investasi berkemungkinan kecil akan menaikan perkekonomian


indosesia pada tahun 2020 sebelum sebelum mengalami penurunan lagi di tahun 2021, akibat
ketatnya pasokan pangan dan depresiasi mata uang rupiah diperkirakan dapat diimbangi
sebagian oleh penurunan harga bahan bakar non-subsidi, serta subsidi tambahan untuk listrik
dan pangan. Dan juga pendapatan negara dari ekspor, pariwisata, dan komoditas diprediksi
menurun, sehingga menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 2,9 persen
di tahun 2020.

Harapannya adalah adanya tindakan yang tegas dan pro masyarakat untuk perbaikan ekonomi
dari pemerintah, dan juga ditemukanya paksin untuk virus covid 19. diberikanya subsidi
bahan dan barang pokok untuk masyarkat yang terkena phk dan yang tertular virus covid 19
dan untuk memperbaiki perekonomian diharapkan ada kenaikan gaji PNS agar produsen bisa
menaikan harga barang dan buruh mendapat gaji yang berkecukupan sehingga masyarakat
mempunyai daya beli yang kuat. Dan yang bisa kita lakukan adalah untuk pengendalian
ekonomi kita adalah dengan membeli dan menggunakan produk dalam negri agar
perindustrian di negara kita tidak mengalami kebangkrutan dan juga meminimalisir terjadinya
pemberhentian kerja oleh perusahaan - perusahaan yang ada. Dengan begitu inflasi dapat
terkendalikan dan perekonomian akan kembali pulih sebagaimana mestinya.

iii

Anda mungkin juga menyukai