Anda di halaman 1dari 24

Refleksi Kasus

Appendicitis Acute Gangrenosa


dengan Mikroperforasi
Oleh :
Gusti Agung Sinta Shakuntala
42200416
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Nomor RM : 02090XX
Tanggal lahir : 31-12-1957
Usia : 63 Tahun
Alamat : Gunung Kidul- Yogyakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
HMRS : 20-12-2020
Ruang Rawat : Bangsal C,3A
Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri perut bawah kanan sejak 3 hari yang lalu
Autoanamnesis :
Pasien mengeluh lemah dan nyeri bagian perut bawah sejak
hari kamis sore.
Sempat di rawat inap tidak sampai sehari di RS Nur Rohmah
sebelum akhirnya di rujuk ke RS Bethesda
Pasien merasa badannya menggigil, di sertai demam dan
pusing ,Nyeri di rasakan menjalar ke seluruh tubuh mulai
dari bagian perut bawah,punggung hingga kedua kaki.
Sebelumnya pernah mengalami hal serupa kurang lebih 2
bulan yang lalu,namun hilang dengan pengobatan
seadanya.
Tidak ada keluhan pada saat BAK/BAB,sudah
menopause,tidak memiliki keluhan pada organ reproduksi
Alloanamnesis
Nyeri di rasakan menjalar hingga pasien tidak dapat menggerakan badannya,
Nyeri yang di rasakan pasien sudah pernah terjadi berulang kali namun hanya di kira
masuk angin,dan di obati dengan obat seadanya akan membaik.
Pasien pernah memiliki riwayat rawat inap di RS akibat terkena racun serangga
selama seminggu.
Tidak memiliki riwayat alergi maupun riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat alergi makanan dan penyakit asma pada keluarga.Riwayat penyakit
hipertensi,diabetes,kanker pada keluarga maupun pasien di sangkal oleh anak pasien.
Untuk pekerjaan sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh tani dan rutin melakukan
aktifitas fisik dengan berjalan kaki ke sawah.Pasien banyak mengkonsumsi air putih
sehari-harinya,Pola makannya rutin 3 kali sehari dengan mengkonsumsi dominan sayur
ketimbang buah,pasien suka mengkonsumsi makanan pedas dan sering di konsumsi
sehari-hari,sebelum sakit saat musim buah jambu biji pasien biasa mengkonsumsi jambu
biji dengan jumlah berlebih bisa di katakan hampir setiap hari.
Riwayat merokok,konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang di sangkal oleh anak
korban.
Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat Operasi : (-)
b. Keluhan Serupa : (-)
c. Riwayat Rawat Inap : (+)
Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Hipertensi : (-)
b. Diabetes Melitus : (-)
c. Penyakit Jantung : (-)
d. Asma : (+)
e. Keluhan Serupa : (-)
Riwayat Alergi :
Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat :
Tidak ada
Gaya Hidup :
a. Merokok : (-)
b. Alkohol : (-)
c. Napza : (-)
d. Olahraga : Jarang
e. Pola Makan : Teratur 3 kali sehari, konsumsi buah dan sayur cukup,dominan sayur.
Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik Assesmen Nyeri


b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : E4V5M6
d. Tanda Vital:
• TD : 130/90 mmHg
• Nadi : 84 kali per menit
• Respirasi : 20 kali menit
• Suhu : 36,6OC
• Skala Nyeri : 4
Kepala : Tidak di temukan adanya
jejas/kelainan
Ukuran : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
nyeri retroorbital (-/-), oedema palpebra (-/-), pupil isokor
Telinga : Bentuk normal, simetris, otorrhea (-)
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), rhinorhea (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-),lidah kotor (-),stomatitis aptosa(-)
Leher : Tidak di temukan adanya jejas/kelainan
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, benjolan/masa (-)
Palpasi : Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan limfonodi (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax : Tidak di temukan adanya jejas/kelainan


Pulmo
Status Lokalis Inspeksi : Bentuk dada simetris,
ketertinggalan gerak (-), massa kulit (-), deformitas (-), retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus kanan kiri normal, pengembangan
dada simetris.
Perkusi : Perkusi paru sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Thorax
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midclavikularis sinistra SIC V
Perkusi : jantung redup dengan kontur jantung normal
- Batas atas jantung : SIC III linea parasternalis sinistra
- Batas jantung kanan : SIC II – SIC IV line parasternalis dextra
- Batas jantung kiri : SIC V linea axilaris anterior
Auskultasi: Suara S1/S2 murni-reguler,murmur (-), gallop (-), S3/S4 (-)
Ekstremitas : Tidak di temukan adanya
Abdomen : Nyeri tekan kuadran kanan bawah jejas/kelainan
dan terdapat distensi abdomen
Superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Inspeksi : Distensi abdomen (+), ekimosis (-),massa (-), jejas (-) Inferior :Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
Perkusi : Nyeri Ketok ginjal (-),timpani pada seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba
Colok Dubur : massa (-),nyeri (-),darah(-),lendir(-),feces(-),
Rovsing Sign (+),Psoas Sign (+),Obturator Sign (+),Blumberg Sign (+)
DIAGNOSIS BANDING DIAGNOSIS KERJA
1) Appendicitis Acute Abdomen Pain Susp Appendicitis Akut
2) Salpingitis akut kanan
3) Gastroenteritis
4) Urolitiasis pielum/ureter kanan
PLANNING
Cek Lab : Darah (Hb,Leukosit,Neutrofil,Limfosit), Fungsi
ginjal (Ureum & Kreatinin),Urin,Gula darah
Radiologi : USG Abdomen
Pemberian cairan untuk rumatan dengan RL
Pemberian obat antinyeri dan antibiotik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (20/12/2020)
Pemeriksaan Urinalisa (21/12/2020)
Pemeriksaan Radiologi

KESAN :
- Sonoanatomis : Tanda akut appendistis
- Tak tampak kelainan di hepar, lien, pancreas, VF, antrum gaster, Ren bilateral, VU dan
Uterus
c. Pemeriksaan Rekam Jantung (EKG)

Kesan : Normal sinus rhythm dan tidak nampak adanya kelainan.


Rencana
Tindaklanjut
Tatalaksana Edukasi Prognosis
55 RL (Ringer Laktat)
Infus 1. Quo ad Vitam : Bonam
Ketorolac 2x1amp (IV) a. Konsumsi obat secara rutin,apabila 2. Quo ad Fungtionam : Dubia ad
Ceftriaxone 2x1 mg (IV) terjadi komplikasi segera periksakan Bonam
Appendectomy ke fasilitas kesehatan terdekat 3. Quo ad Sanationam : Dubia ad
b. Rutinmelakukan pemeriksaan Bonam
kesehatan
c. Ganti perban secara rutin, hindari
perban kotor atau basah
d. Mengurangi konsumsi makanan
pencetus seperti makanan pedas
ataupun berbiji
c. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makroskopis :
Appendik : jaringan panjang 5 cm diameter maksimal 0.6 cm dinding utuh
berlemak penampang dinding relatif tebak
2 kupe vertikal dan horisontal
Mikroskopis :
Sediaan menunjukkan jaringan appendik
dinding nekrosis pendarahan disebuk lekosit pmn dominan dari lapisan
mukosa sampai
lapisan serosa dan jaringan lemak di luar appendik
Tidak didapatkan tanda ganas
Kesimpulan :
Appendik : Appendisitis Akut Gangrenosa,mikroperforasi.
Penegakan Diagnosis
APPENDICITIS ACUTE GANGRENOSA
DENGAN MIKROPERFORASI
IN JA UA N
T
US TA KA
P
Anatomi dan Fisiologi
Apendiks berkembang dari penonjolan anti mesenterika terhadap
sekum, dan pertama terbentuk pada minggu kelima gestasi. Posisi
apendiks di dalam tubuh sangat bervariasi, pada 65% kasus, apendiks
terletak intraperitoneal.Kasus lain mengatakan apendiks terletak
retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens,
atau ditepi lateral kolon asendens.
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira
10 cm (kisaran 3-15cm), dan berpangkal di caecum. Lumennya sempit di
bagian proksimal dan melebar di bagian distal
Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis, yang merupakan arteri
tanpa kolateral,cabang dari a.ileokolika.Jika arteri ini tersumbat, misalnya
trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.Persarafan
parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterica superior
dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.
Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendisitis bermula di sekitar umbilicus.
Sistem limfatik apendiks adalah nodus ileokolika, dan sering terjadi kasus
hiperplasia pada apendisitis akut.Pada penyayatan melintang, apendiks
mempunyai lapisan yang sama dengan kolon di dekatnya, termasuk mukosa,
submukosa dengan jaringan limfoid yang menonjol, lapisan otot sirkular dan
longitudinal,dan lapisan serosa di atasnya. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml
per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum.
Definisi
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi
pada Appendix vermicularis.dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering
pada anak-anak maupun dewasa

Epidemiologi Etiologi
Infeksi Bakteri
Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-laki Penyumbatan pada lumen akibat adanya fekalith ataupun
dibandingkan perempuan dengan perbandingan benda asing seperti biji-bijian
3:2,Insidensi Appendicitis acute di negara maju Pembesaran kelenjar limfonodi
Infeksi Cacing dan Bakteri
lebih tinggi daripada di negara berkembang
Tumor dan Striktur

Tanda dan Gejala


Klasifikasi
Nyeri Perut Kuadran Kanan Bawah
Nafsu Makan Menurun Apendisitis Akut
Mual dan Muntah Apendisitis Rekurens
Demam Apendisitis Kronis
Konstipasi atau Diare
Perut Kembung
Pemeriksaan Fisik
Rovsing Sign
Psoas Sign
Obturator Sign
Blumberg Sign
Defence Musculare

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
USG
CT-Scan

Diagnosis Banding
Gastroenteritis
Pelvic Inflamatory Disease
Keganasan pada Traktus
Gastrointestinal
Komplikasi
Perforasi hingga Peritonitis apabila
tidak di tangani dengan segera

Tatalaksana
Appendectomy dengan Open
Appendectomy,Laparotomy apabila ada kecurigaan
perforasi
Antibiotik preoperatif dengan antibiotik
broadspectrum

Prognosis
Appendectomy yang di lakukan sebelum
perforasi,memiliki prognosis yang baik
Apabila appendiks tidak di angkat,ada
kemungkinan serangan berulang
DAFTAR PUSTAKA
Berger DH, Jaffe BM. (2006). The Appendix. In: F. Charles Brunicardi, editor.
Schwartz’s Manual of Surgery. 8th ed. New York: McGraw-Hill; p. 784-96.
Dr.dr. Warsinggih, Sp.B-KBD.(2010). Bahan Ajar Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta
Ellis H.(2006) The Appendix. In: Martin Sugden, editor. Clinical Anatomy. 11th
ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd;. p. 79-80.
Ferguson CM . (2002) Acute appendicitis. In: Irene Butcher, editor. Oxford
Textbook of Surgery. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press; p. 626-30.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.
Reksoprodjo, S, (2010), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, 115, Tangerang,
Binarupa Aksara.
Sjamsuhidajat R, de Jong Wim. (2010). Usus halus, apendiks, kolon, dan
anorektum. In: Sjamsuhidajat R, de Jong Wim, editors. Buku-ajar ilmu bedah.
2st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997. p. 865-76.
Williams, & Wilkins. (2011). Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala
Penyakit. Jakarta: PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai