DISUSUN OLEH
YUNI MUTIARA
202002030137
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun
di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana
yang cepat dan tepat.
B. TUJUAN
Tujuan Pembelajaran
1) Mampu Mengetahui Pengertian Diare pada Anak
2) Mampu Mengetahui Etiologi Diare pada Anak
3) Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis Diare pada Anak
4) Bagaimana Patofisiologi Diare pada Anak
5) Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Pada Diare pada Anak
6) Mampu Rencana Terapi Pada Diare pada Anak
7) Mampu Mengetahui Asuhan Keperawatan Diare pada Anak
BAB II
KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa
lender darah.
2. KLASIFIKASI DIARE
1) Diare akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti
lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,
gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
a) Diare tanpa dehidrasi,
b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat
badan,
c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari
berat badan,
d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10
2) Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3) Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari
3. ETIOLOGI
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi:
(a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
(b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
(c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar
e. Faktor Pendidikan
f. Faktor pekerjaan
g. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang
berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak
umur 25-59 bulan.
h. Faktor lingkungan
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan
diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal
karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi
dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk =
<70 dengan BB per TB.
j. Faktor sosial ekonomi masyarakat
k. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum
yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur.
Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain
apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk
memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang
terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella,
sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing
(Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
l. Faktor terhadap Laktosa (susu kalemg)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada
bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar daripada
bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga
lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh kuman
sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan
V. Cholerae.
4. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus
enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia).
Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa
melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui
penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan
hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-
basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai
akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c)
Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.
5. Manifestasi Klinis
a) Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
b) Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi makin tampak.
e) Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
6. Penatalaksaan
Prinsip penatalaksanaan diare antara lain dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa.
a) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah
hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini
tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan
umur.
b) Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak dengan
diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang
mempengaruhi gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni
pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama,
makanan cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang, makanan
diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam
porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan pada bayi,
pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral
dalam jumlah yang cukup.
c) Medikamentosa. Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin,
obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein,
opium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, anti muntah
termasuk prometazin dan kloropomazin.
Penanganan Diare yaitu hal pertama yang harus diperhatikan dalam
penanggulangan diare adalah masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi).
Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita
dan anak-anak. Bagi penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat
maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting
dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan kembali
(refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena akan
kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau
muntah dan peningkatan metabolisme selama sakit. (sitorus, 2008)
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dari diare adalah:
a) Pemeriksaan tinja
b) Makroskopis dan mikroskopis
c) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
d) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
e) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
f) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
g) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
h) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
8. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti:
a) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
b) Renjatan hipovolemik
c) Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan pada elektrokardiogram).
d) Hipoglikemia.
e) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
f) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g) Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
9. Pathway
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status
ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan
dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview.
Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
b) Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB
yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya.
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-
kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau
darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu
badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
2) Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain.
Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama,
penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid
yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi
fungsi dan maturitas organ vital.
Post natal
Apgar skor <6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia.
berat badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan
anak pada usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan
daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh
infeksi pada tubuh.
3) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diare pasien
teratasi
NOC NIC
1. Tidak ada diare Diare Management
2. Feses tidak ada darah dan mukus Kelola pemeriksaan kultur
3. Nyeri perut tidak ada sensitivitas feses
4. Pola BAB normal Evaluasi pengobatan yang berefek
5. Elektrolit normal samping gastrointestinal
6. Asam basa normal
Evaluasi jenis intake makanan
7. Hidrasi baik (membran mukosa
lembab, tidak panas, vital sign normal, Monitor kulit sekitar perianal
hematokrit dan urin output dalam batas terhadap adanya iritasi dan ulserasi
normaL Ajarkan pada keluarga
penggunaan obat anti diare
NOC NIC
NOC NIC
Referensi
Aziz, Aimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily Lynn. (2009). Pediatri. Jakarta: EGC
Depkes RI, 2008, Diare Penyebab Kematian Utama pada Balita di Indonesia,
Depkes RI, Jakarta
Suharyono, 2002. Diare Akut Klinik dan Laboraktorik, Jakarta, Rhineka Cipta.de.