Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penelitian Dalam Bidang Pendidikan
1. Pengertian Penelitian Pendidikan
“Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara
yang tepat untuk melakukan sesuatu dan Logos yang artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadimetodologi artinya cara melakukan Sesuatu dengan
menggunakan pikiran secaraseksama untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan “penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari,


mencatat, merumuskan dengan menganalisis sampai menyusun laporanya.
Tentang istilah “Penelitian” banyak para sarjana yang mengumukakan
pendapatnya, seperti :
a. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui
penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul
sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali
sehingga diproses pemecahannya.
Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa : Metodologi Penelitian adalah
ilmu yang mempelajari yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan
yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan
menyimpulkan data-data, sehinga dapat di pergunakan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan
bimbingan Tuhan.
Kadang-kadang orang menyamakan pengertian penelitian dengan
metode ilmiah. Untuk mendapatkan sedikit gambaran tentang kegiatan kedua
istilah tersebut kiranya perlu dijelaskan bagaimana kegiatan penelitian
berlangsung dan bagaimana metode ilmiah ini dilaksanakan.
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran, suatu
pengetahuan, dimana usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode
ilmiah. Sehubungan dengan pengertian tersebut, kegiatan penelitian adalah
suatu kegiatan obyektif dalam usaha menemukan dan mengembangkan serta
menguji ilmu pengetahuan, berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang
disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan
generalisasi.
Jadi Metodologi Penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang di lewati
untuk mencapai pemahaman.
2. Rasionalisasi Perlunya Penelitian Pendidikan
Ada empat sebab yang melatarbelakangi rasionalnya suatu penelitian
itu perlu dilakukan yaitu :
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan
masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut
banyak hal yang tidak kita ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga
menimbulkan kebingungan karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan
manusia yang sangat terbatas dibandingkan dengan lingkungannya yang
begitu luas.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan
kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin
mengetahui tentang sesuatu diluar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman
tentang sesuatu menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih luas, lebih tinggi, dan
lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu
bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan sebagainya. Bagi
kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah
memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang tertentu, para ilmuwan.
peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang lebih
mendalam, lebih rinci, dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Banyak cara
yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
antara lain :

a. Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti


kebiasaan.
b. Pemecahan masalah secara dogmatis.
c. Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati.
d. Pemecahan masalah secara emosional.
e. Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error.
f. Pemecahan masalah melalui penelitian.
Pemecahan masalah dalam penelitian dilakukan secara obyektif,
sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang
pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan, pengolahan data, dan
pembuktian secara ilmiah

3. Tujuan Penelitian Pendidikan


Tujuan penelitian pendidikan adalah untuk menemukan prinsip-prinsip
umum, atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan,
meramalkan, dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan
pendidikan (Rachman, 1993:13) Ada beberapa jenis penelitian pendidikan,
diantaranya adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas menurut Lembaga Pengembangan
Pendidikan Profesi (LP3) Universitas Negeri Semarang (2007:9-11) adalah
suatu bentuk inkuiri atau penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri.
Tujuan melakukan penelitian tindakan kelas adalah meningkatkan dan atau
memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru.
Tujuan tersebut dapat tercapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif
dalam memecahkan persoalan pembelajaran di kelas.
Menurut Suyanto dan Hasan dalam Kasbolah (2001:21) tujuan penelitian
tindakan kelas adalah untuk meningkatkan (1) Kualitas praktik pembelajaran
di sekolah, (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4)
efisiensi pengelolaan pendidikan.
Secara ringkas tujuan penelitian pendidikan dapat dikategorikan
sebagai berikut :

a. Untuk menemukan pengetahuan, teori, konsep, dalil/ generalisasi baru tentang


pendidikan
b. Untuk memperbaiki atau memodifikasi teori pendidikan lama
c. Untuk memperkokoh suatu teori/ generalisasi yang sudah ada
4. Proses Penelitian Pendidikan

Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh


tahapan lain secara terus menerus.

Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:

a. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab
oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang
berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan
sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan
masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria,
antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan,
apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan,
waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain.
Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-
masalah. Substansi permasalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan
konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya
dirumuskan secara operasional.
b. Perumusan masalah
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi,
peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau
dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan.
Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang
mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran
penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian.
Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai
dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi
gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat
memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas,
sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian.
Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model.
Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan
masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan
untuk membenarkan atau menolak hipotesis.
c. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang
berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka
merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang
relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan
duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat
diketahui penelitian yang pernah dilakukandandimanahalitudilakukan.
d. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan
dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus
memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik
penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran
penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
e. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan
penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan
pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti.Data yang
dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang
diteliti.
f. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan
diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut
rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan
untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang
diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh.
Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan
atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat
dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian
dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
g. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata
didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian
tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis
data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian
sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali
validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang
digunakan.
B. Menganalisis Masalah Penelitian

Masalah yang telah dipilih sebaiknya dianalisis terlebih dahulu, agar hasil
penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun tujuannya.
Analisis itu dapat dilihat dalam perspektif substansi, teori dan metode juga proses
penelitian dan manfaat penelitian. Disamping itu, agar hasil penelitian benar-
benar berarti dan bermakna (fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian
itu sendiri.

Ada beberapa bentuk analisis yang perlu diperhatikan:

1. Analisis Substansi Masalah

Analisis substansi masalah itu sendiri. Masalah yang dipilih memiliki


relevansi akademik dalam arti termasuk bidang keilmuan apa; misalnya
sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, teologi dan sebagainya. Dengan
mengetahui kedudukan masalah dalam konteks keilmuan yang ada, peneliti
dapat menelusuri dan mendalami permasalahan itu dan menempatkannya
dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut. Dengan
cara ini peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandang
keilmuan yang ada.

Kerlinger mengatakan dalam Imam Suprayogo bahwa ”jika hendak


memecahkan masalah, kita harus secara umum mengetahui apa masalahnya.
Analisis substansi masalah penelitian, dengan demikian, dapat memantapkan
kedudukan kepakaran peneliti sesuai dengan bidang keilmuan yang menjadi
konsentrasi dan keahliannya. Dengan melakukan penelitian untuk tesis,
misalnya, seorang peneliti akan memiliki keahlian dalam masalah yang
diteliti.

2. Analisis Teori Dan Metode

Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah


dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar
sebagai acuan utama. Oleh karena itu, setiap penelitian memerlukan kejelasan
titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti
masalahnya. Maka, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok
pikiran untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori
yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan digunakan.
Uraian dalam menganalisis teori merupakan hasil berpikir rasional
yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam
masalah atau sub masalah yang akan diteliti. Masalah yang diteliti hendaknya
dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif teoritik dan metodenya. Dengan
pertimbangan ini dapat ditelusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal
maupun hasil penelitian terdahulu, penelitian semakin tajam dan terarah
dalam memfokuskan penelitiannya. Perspektif teoritik bermanfaat bagi
peneliti agar penelitian yang dilakukan memiliki starting point dan point of
view yang jelas sehingga peneliti akan semakin peka dan kritis dalam
mencermati setiap fenomena.

3. Analis Institusional

Jenis, bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan


institusi mana peneliti memperpersembahkan penelitiannya. Penelitian untuk
persyaratan memperoleh gelar akademik tentu berbeda dengan penelitian
pesanan atau penelitian tindakan (action research). Penelitian untuk skripsi
tentu memiliki kulalifikasi yang berbeda dengan tesis atau disertasi.
Perbedaan bisa terletak pada substansinya, seperti kedalaman, keluasan,
keaslian, kejelasan, keutuhan masalah yang diangkat; atau pada
metodologinya seperti perspektif teoritik dan analisisnya; maupun pada teknik
penulisan atau pelaporannya.

4. Analisis Metodologis

Masalah yang diangkat hendaknya terjangkau, baik dari aspek metode


pengumpulan data maupun datanya itu sendiri. Penelitian yang melibatkan
para elite biasanya lebih sulit dilakukan daripada masyarakat awam, maupun
agama, lebih sedikit jumlahnya. Penelitian tentang keuangan biasanya juga
lebih sedikit karena datanya sulit dicari.

Meneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang membutuhkan


tenaga, waktu dan biaya. Untuk itu, Peneliti hendaknya menghindari masalah-
masalah yang sudah banyak diteliti. Masalah-masalah yang sepertinya
menarik tetapi tidak fungsional, baik bagi peneliti, institusi, masyarakat
maupun pengembangan ilmu, sebaiknya ditinggalkan. Penelitian tentang
peranan kiai dalam pembinaan masyarakat atau penelitian tentang pengaruh
wanita karier terhadap keharmonisan keluarga., misalnya, sudah terasa jenuh.
Agar penelitian dapat berarti dan bermakna, maka seorang peneliti
harus memperhatikan beberapa kegunaan penelitian, yaitu:

a. Untuk kepentingan ilmu yang relevan dengan penelitian ini, mungkin untuk
verifikasi teori, mungkin untuk aplikasi teori atau untuk menemukan teori
yang sama sekali baru.
b. Bagi masyarakat, sebagai sumbangan bila diperlukan di dalam memecahkan
masalah-masalah yang relevan, dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara.

C. Merumuskan Masalah Penelitian Dalam Bidang Pendidikan

Penelitian selalu didasarkan pada masalah. Dengan kata lain jika tidak
ada masalah, maka tidak perlu dilakukan penelitian. Sebenarnya hampir
semua masalah pendidikan dapat diangkat sebagai suatu penelitian, namun
akan lebih baik lagi jika masalah yang diangkat nantinya setelah dilakukan
pnelitian hasilnya dapat membrikan sumbangan positif bagi dunia pendidikan.

Apa yang disebut sebagai masalah penelitian ialah segala sesuatu yang
bertentangan/berbeda antara  keinginan dengan kenyataan yang dihadapi
(problem  is any discrepancy between an  actual  state  of affairs and some
ideal state). Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang berbeda
bahkan bertolakbelakang antara apa yang seharusnya  terjadi (das sollen)
dengan kenyataan yang  dihadapi (das sein). Adanya perbedaan kenyataan
tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian bagi banyak
orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati,
sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar
pemecahannya.

Untuk menemukan masalah penelitian, bisa dilakukan dengan


berbagai cara. Di antara cara-cara itu ialah  dengan   melakukan  pengamatan
terhadap kegiatan manusia secara cermat. Dari pengamatan tersebut, lantas
kita tanyakan kembali yakni apakah  ada perbedaan antara apa yang 
seharusnya  dengan kenyataan yang ditemui?  Lihatlah bagaimana seorang
teknisi mobil di bengkel bekerja. Dengan menghidupkan mesin mobil, mereka
cepat tahu apa yang tidak beres pada mesin mobil tersebut.  Begitu pulalah
dengan dokter. Dengan mengamati pasien ditambah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan singkat, dokter akan tahu kemungkinan penyakit yang
diderita pasien. Jika kurang yakin atau untuk lebih meyakinkan diri, seorang
teknisi mobil atau seorang dokter akan mengete s (mendiagnosis) dengan
memakai alat-alat yang dimiliki.  Untuk mempertajam pemahaman atas
jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca sumber-
sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin kita
kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah.
Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan
penelitian. Bisa jadi, akan kita temukan adanya  ketidakajegan  hasil-hasil 
penelitian   tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah pendekatan
teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga dilanjutkan dengan
mendiskusikan kepada peer-group atau kepada pihak-pihak yang terkait,
sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah penelitian yang menarik
dikaji. Namun  demikian, tidak semua masalah menjadi penting untuk
diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan penelitian.

1. Sumber dan latar belakang Masalah

Sebagaimana telah disebutkan di depan, sumber masalah pendidikan


tersedia sangat banyak, antara lain: (1) bacaan, terutama bacaan yang memuat
laporan penelitian, (2) seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lainnya, (3)
pernyataan pemegang otoritas, (4) pengamatan sepintas, (5) pengamatan
pribadi, dan (6) perasaan intuitif (Sumadi Suryabrata dalam Budiyono, 2003:
16). Dalam penelitian yang baik, sebaiknya masalah yang dimunculkan selalu
didukung dengan data empirik dan berupa fakta. Data empirik adalah data
yang berupa angka statistik. Sedangkan fakta berarti masalah tersebut benar-
benar ada dan tidak mengada-ada.

Peneliti melihat bahwa prestasi belajar matematika siswa tidak


menggembirakan, hal ini dikatakan karena didukung beberapa data sebagai
berikut:

a. Human Developent Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas pendidikan


Indonesia berada pada peringkat 110 dari 170 negara pada tahun 2002.
b. Laporan Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
dalam http://nces.ed.gov/timss/table07 pada tahun 2007 menempatkan
Indonesia pada posisi ke-36 dalam bidang matematika dari 48 negara. Dari
survei TIMSS tersebut juga diketahui bahwa pelajar Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Indonesia dikategorikan berada di bawah standar
internasional dalam penguasaan matematika.
c. Laporan Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun
2003, Indonesia berada pada urutan ke-33 dari 40 negara peserta dalam
matematika, IPA, maupun membaca.
d.  Hasil rata-rata nilai Ujian Nasional

2. Identifikasi Masalah

Dari hasil pengamatan masalah yang muncul, selanjutnya peneliti


mengidentifikasi permasalahannya sehingga diperoleh beberapa masalah yang
lebih detail lagi. Misalnya, seorang peneliti melihat bahwa ada kecenderungan
nilai rata-rata matematika selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-
rata nilai mata pelajaran yang lain. Permasalahan tersebut selanjutnya
diangkat sebagai masalah penelitiannya. Selanjutnya peneliti melakukan
identifikasi penyebab masalah yang mungkin menjadi penyebab permasalahan
tersebut.

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi


beberapa penyebab masalah sebagai berikut.

a.  Ada kemungkinan masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa


disebabkan oleh metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru di
kelas. Kebanyakan pembelajaran masih didominasi oleh guru dan kurang
melibatkan siswa secara aktif. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan
apakah jika metode pembelajarannya diubah, maka prestasi siswa akan
meningkat atau tidak. Sehingga dipandang perlu untuk dilakukan penelitian
yang membandingkan antara metode yang selama ini dipakai di kelas dengan
metode baru yang mengedepankan keaktifan siswa.
b. Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin disebabkan oleh kurangnya
sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini
kurangnya media pembelajaran. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan
apakah jika media pembelajaran tersedia secara memadai akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijadikan penelitian untuk
melihat apakah penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
c. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan siswa tidak
berani mengemukakan pendapatnya dalam menghadapi suatu permasalahan
dan membangun pengetahuannya sendiri. Mengenai hal ini dapat dilakukan
penelitian apakah jika dilakukan pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, membangun
pengetahuannya sendiri melalui proses belajar kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajarnya atau tidak.
d.  Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
motivasi belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan
apakah jika motivasi siswa tinggi dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai motivasi belajar siswa.
e.  Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
gaya belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan apakah
jika siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya dapat meningkatkan prestasi
belajarnya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai gaya belajar
siswa.
3. Rumusan dan Tujuan Penelitian

Rumusan masalah tentunya berbeda dengan masalah. Rumusan


masalah pada dasarnya bersifat operasional sehingga dapat dijalankan.
Rumusan masalah akan memberikan arah yang jelas terhadap pelaksanaan
penelitian. Meskipun demikian, rumusan masalah tetap harus didasarkan pada
masalah yang diangkat pada bagian latar belakang. Rumusan masalah
nantinya akan menelurkan tujuan penelitian.

Rumusan masalah dalam laporan penelitian disajikan dalam bentuk


poin-poin dan dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Rumusan masalah
nantinya akan terkait dengan tujuan penelitian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang
terkait dengan bidang pendidikan antara lain dari: 1) kepustakaan: laporan
penelitian pendidikan sebelumnya, 2) forum pertemuan ilmiah: seminar
kependidikan baik bersifat nasional maupun internasional, 3) sumber pengalaman
praktek: pengalaman mengajar di kelas, pengamatan terhadap lingkungansekitar.
Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat
dikelompokkan menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar
(output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam identifikasi masalah adalah minat/motivasi/dorongan peneliti,
kemampuan peneliti, lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu,
pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan
birokrasi. Suatu masalah yang dipilih dalam perumusannya harus memiliki ciri-
ciri khusus (karakteristik) sebagai berikut: 1) masalah menanyakan hubungan
antara dua atau lebih variabel; 2) masalah dinyatakan atau dirumuskan secara
jelas dan tidak ambigius; 3) masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan; 4) masalah itu dapat diuji melalui metode empiris, artinya adanya
kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan; dan 5) masalah tidak menyangkut moral dan etika.

Anda mungkin juga menyukai