Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, JENIS

PERUSAHAAN, TINGKAT PROFITABILITAS DAN


UKURAN KAP TERHADAP AUDIT DELAY (STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FINANSIAL DAN
PERDAGANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PADA TAHUN 2012-2013)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi

Disusun oleh :
Nama : Aan Siti Aminah
NIM : 01111169
Program Studi : Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


MEMBANGUN
(STIE INABA)
BANDUNG
2015
Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Tingkat
Profitabilitas dan Ukuran KAP terhadap Audit Delay
(Studi Empiris pada Perusahaan Finansial dan
Perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2012-2013)

Nama : Aan Siti Aminah


NIM : 01111169
Jurusan : Akuntansi

Bandung, Maret 2015

Menyetujui dan mengesahkan

Pembimbing

(Drs. H. Peddy HF Dasuki , M.Si, CPA)

KETUA STIE INABA Ketua Program Studi Akuntansi

(Dr. H. Gurawan Dayona , SE, M.M) (Hj. Devyanthi Sjarif, SE, M.Ak)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, zat

yang telah menciptakan manusia, menyempurnakannya dengan memberikan

akal, dan membimbingnya dengan KalamNya yang suci, Al-Quranul Karim.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasuulah Muhammad

SAW, uswah hasanah kita.

Dengan ucapan syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan

penulisan proposal usulan penelitian dengan judul : Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Jenis Perusahaan, Tingkat Profitabilitas dan Ukuran KAP terhadap


Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Finansial dan Perdagangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2012-2013).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dalam hal materi maupun cara-cara penyajiannya, hal ini dikarenakan

keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki.

Namun, penulis telah berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik bagi

semua pihak yang memerlukannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam atas bantuan

berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi

ini terutama kepada bapak Drs. H. Peddy HF Dasuki , M.Si, CPA selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan dorongan dan perhatian serta

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih dan rasa penghargaan yang tinggi kepada :

1. Bapak Dr. H.Gurawan Dayonas, SE., MM, selaku Ketua STIE INABA

Bandung.

2. Bapak Riyandi Nur Sumawidjaya, Drs., MM, selaku Pembantu Ketua I.

3. Bapak H. Ismi Iswandi, Drs., M.Si, selaku Pembantu Ketua II.

4. Ibu Hj. Devyanthi Sjarif, S.E., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi

Akuntansi.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pengajar STIE Inaba yang telah banyak

memberikan bekal pendidikan dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga

dan berguna selama penulis melakukan perkuliahan di STIE Inaba.


6. Seluruh staf dan karyawan STIE Inaba yang telah memberikan bantuan

kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

7. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, dukungan dan

semangat kepada penulis, terutama Suami, Anak, Bapak dan Mamah

terima kasih untuk kasih sayang, doa, dan dukungan yang diberikan.

8. Tak lupa untuk teman-temanku yang telah memberikan bantuan, doa dan

dukungannya.

9. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, semoga Allah

Subhanahu wata’ala memberikan balasan pahala yang setimpal. Amin.

Akhir kata, skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidaklah luput dari

cacat celah. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Dengan hati

yang tulus dan ikhlas penulis ke Hadirat Allah SWT agar membalas semua budi

baik semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, dengan

melimpahkan segala rahmat dan Hidayah–Nya. Amien.

Bandung, Maret 2015

Penulis
I . Judul Usulan Penelitian

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Tingkat Profitabilitas


dan Ukuran KAP terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan
Finansial dan Perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun
2012-2013)

II. Latar Belakang Penelitian

Laporan Keuangan bagi perusahaan merupakan hal penting, melalui

laporan tersebut tercermin kondisi keuangan perusahaan sebagai dasar

pengambilan keputusan bisnis. Perusahaan di Indonesia khususnya yang sudah

go public diharuskan menyusun laporan keuangan setiap periodenya. Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam dalam melaksanakan fungsinya melakukan

pengawasan terhadap emiten atau perusahaan publik, memberlakukan Peraturan


Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan

Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban

Penyampain Laporan Keuangan Tahunan bagi Emiten dan Perusahaan Publik.

Setiap Emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah

menjadi efektif wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Badan

pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Selambat-lambatnya 4 (empat)

bulan setelah tahun buku berakhir. Apabila perusahaan–perusahaan tersebut

terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh Bapepam, maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

Laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go

public, semakin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang

menjadi sumber informasi bagi investor. Dan pada umumnya investor

menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi

kondisi kesehatan perusahaan. Dalam keadaan seperti ini, auditor memiliki

tanggung jawab yang besar dan hal ini membuat auditor untuk bekerja secara

lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme auditor tampak dalam

ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya (Subekti dan Widiyanti,

2004).
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan

yang memadai apakah laporan keuangan telah menyajikan informasi yang andal

dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan

arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Menurut

Boynton, Johson, dan Kell (2006), tujuan utama audit laporan keuangan adalah

untuk menambah keandalan atas laporan keuangan yang telah dibuat oleh

manajemen.

Suatu informasi dapat dikatakan bermanfaat jika penyajiannya dilakukan

secara akurat dan tepat waktu. Dyer dan Mc Hugh (1975) menyebutkan bahwa

ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu karakteristik penting dalam

laporan keuangan disamping laporan pokok dan catatan atas laporan keuangan.

Kebutuhan akan ketepatan waktu pelaporan keuangan secara jelas telah

disebutkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan

(KDPPLK) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) bahwa ketepatan waktu

merupakan salah satu karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi, agar laporan

keuangan yang disajikan relevan untuk pembuatan keputusan. Ketepatan waktu

penyajian informasi akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan, ini

berarti bahwa suatu informasi mungkin akan menjadi tidak relevan jika tidak

tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatan waktu perusahaan dalam

mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada

Bapepam juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan

pekerjaan auditnya. Di sisi lain, auditing merupakan kegiatan yang


membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan

keuangan tertunda sehingga terjadi keterlambatan penyampaian informasi.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini

audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu

penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini disebut

audit delay (Subekti dan Widiyanti, 2004). Semakin lama auditor menyelesaikan

pekerjaan auditnya, semakin lama pula audit delay yang terjadi. Namun bisa jadi

auditor memperpanjang masa auditnya dengan menunda penyelesaian audit

laporan keuangan dengan alasan tertentu, contohnya dalam rangka pemenuhan

standar untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang akhirnya menuntut

waktu lebih lama.

Kasus keterlambatan penyampaian laporan keuangan terjadi pada tahun

2013 yang sebagaimana yang dimuat dalam sebuah website market.bisnis.com

yang bertajuk “LAPORAN KEUANGAN Terlambat,12 Emiten Kena Denda Rp

1,8 Miliar “

BISNIS.COM, JAKARTA—Otoritas bursa menjatuhkan


peringatan tertulis III dan denda masing-masing Rp150 juta atau total
Rp1,8 miliar kepada 12 emiten yang terlambat menyampaikan laporan
keuangan auditan yang berakhir per 31 Desember 2012.
Hal itu terungkap dalam pengumuman tentang penyampaian
laporan keuangan auditan yang berakhir per 31 Desember 2012 seperti
dikutip Bisnis, Minggu (9/6/2013).

Pengumuman itu ditulis oleh pelaksana harian Kepala Divisi


Penilaian Perusahaan Sektor Riil BEI Arif M. Prawirawinata dan
pelaksana harian Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa BEI
Goklas Tambunan.
Berdasarkan catatan bursa hingga 30 Mei 2013, status
penyampaian laporan keuangan auditan yang berakhir per 31 Desember
2012 adalah, dari total 470 perusahaan tercatat (termasuk reksadana
Kontrak Investasi Kolektif (KIK), sebanyak 444 perusahaan tercatat dan
3 reksadana KIK telah menyampaikan laporan keuangannya.

Selanjutnya, 11 entitas tidak wajib menyampaikan laporan


keuangan auditan per 31 Desember 2012. Adapun 12 emiten diketahui
belum menyampaikan laporan keuangannya, dimana hanya ada satu
emiten yang menyampaikan informasi penyebab keterlambatan
penyampaian laporan keuangan.

Ke-12 emiten itu adalah PT Atlas Resources Tbk (ARII), PT


Polychem Indonesia Tbk (ADMG), PT Borneo Lumbung Energi &
Metal Tbk (BORN), PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), PT Davomas
Abadi Tbk (DAVO), PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA).

Selanjutnya, PT Buana Listya Tama Tbk (BULL), PT Bakrieland


Development Tbk (ELTY), PT Dayaindo Resources International Tbk
(KARK), PT Steady Safe Tbk (SAFE), PT Truba Alam Manunggal
Engineering Tbk (TRUB), dan PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA).

Pengumuman itu juga menyebutkan ada satu perusahaan tercatat,


yaitu PT Trada Maritime Tbk (TRAM) yang sudah menyampaikan
laporan keuangan, tetapi tidak melakukan pembayaran denda sampai
dengan batas waktu yang ditentukan yaitu 30 Mei 2013.

Data 12 emiten yang hingga 30 Mei 2013 belum menyampaikan


laporan keuangan auditan yang berakhir per 31 Desember 2012 :

 ARII               BULL

 ADMG*          ELTY

 BORN**         KARK

 BRAU*           SAFE

 DAVO              TRUB

 BLTA              ZBRA

 Keterangan: 

*sudah menyampaikan laporan keuangan tapi melebihi batas waktu yang


telah ditentukan
**menyampaikan keterbukaan informasi terlambat menyampaikan
laporan keuangan (www.market.bisnis.com)

Dari uraian kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu

penyampaian informasi laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting

dan berpengaruh terhadap pencitraan perusahaan di mata publik. Selain itu,

keandalan suatu informasi merupakan hal penting lainnya yang mempengaruhi

kualitas suatu informasi. Informasi yang andal adalah informasi yang bebas dari

pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan

pemakainya sebagai penyajian yang bisa merefleksikan keadaan yang sesuai

dengan keadaan sebenarnya (faithful representation). Terdapat banyak faktor

yang mempengaruhi audit delay, seperti ukuran perusahaan, jenis perusahaan,

tingkat profitabilitas dan ukuran KAP.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengambil judul penelitian mengenai “PENGARUH UKURAN

PERUSAHAAN, JENIS PERUSAHAAN, TINGKAT PROFITABILITAS DAN

UKURAN KAP TERHADAP AUDIT DELAY (STUDI EMPIRIS PADA

PERUSAHAAN FINANSIAL DAN PERDAGANGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2012-2013)

III. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan

yang dapat diidentifikasikan dan dirumuskan dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay?

2. Bagaimana pengaruh Jenis Perusahaan terhadap Audit Delay

3. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay?

4. Bagaimana pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Audit

Delay?

5. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan,

Profitabilitas, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay?

IV. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ukuran

Perusahaan, Jenis Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik

terhadap Audit Delay pada perusahaan finansial dan perdagangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay.

2. Mengetahui pengaruh Jenis Perusahaan terhadap Audit Delay.

3. Mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay.

4. Mengetahui pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay.

5. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Opini

Auditor, Profitabilitas,dan Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap

Audit Delay.

V. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak di

bawah ini :

1. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu khususnya variabel-variabel yang mempengaruhi

audit delay pada perusahaan finansial dan perdagangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, khususnya yang berkaitan

dengan proses audit sebelum laporan keuangan auditan diterbitkan.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Dengan adanya penulisan ini dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak-

pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

permasalahan ini.

VI. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Ketepatan Waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal

yang sangat penting khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang

nenggunakan pasar modal sebagai salah satu pendanaan. Namun auditor

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan bukti-bukti

kompeten yang mendukung opininya. Audit delay adalah lamanya waktu

penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga

tanggal diterbitkannya laporan audit (Halim, 2000). Disebutkan pula oleh Bean

dan Bernardi (2003) bahwa audit delay adalah jumlah hari yang dibutuhkan
antara penutupan tahun buku keuangan perusahaan hingga tanggal dikeluarkan

laporan audit. Utami (2006) juga mengemukakan pengertian audit delay yaitu

lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun

buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit tersebut.

Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Opini Auditor, Tingkat

Profitabilitas, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik diduga dapat berpengaruh

terhadap Audit Delay.

1. Ukuran Perusahaan

Menurut Arens dan Loebbeck (2005:227), ukuran perusahaan

dapat dinilai dari besar aktiva yang dimiliki perusahaan. Aktiva

merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan baik yang

didanai dengan modal sendiri ataupun dengan utang, yang merupakan

hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan memberikan manfaat di

masa depan.

Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Petronila (2007),

dan Kartika (2009), ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

audit delay. Sementara itu menurut pendapat Boynton dan Kell (dalam

Utami, 2006), ukuran perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap

audit delay, yang artinya audit delay akan semakin lama apabila ukuran

perusahaan yang akan di audit semakin besar. Hasil penelitian tersebut

berbeda dengan hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Utami

(2006), serta Iskandar dan Trisnawati (2010), yang menunjukkan hasil

bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay


Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang disusun adalah

sebagai berikut:

H1:Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Delay pada

perusahaan finansial dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. Jenis Perusahaan

Ashton dan Elliot (1987) menyimpulkan bahwa perusahaan

finansial mengalami audit delay yang lebih pendek dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan dengan jenis industri lain. Hal ini disebabkan

karena kebanyakan asset yang dimiliki adalah berbentuk nilai moneter

sehingga lebih mudah diukur bila dibandingkan dengan asset yang

berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud

(Anthony dan Govindarajan, 2005:401). Hasil yang sama juga

ditunjukkan oleh Subekti dan Widiyanti (2004) bahwa jenis perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun hasil ini tidak

konsisten dengan penelitian Ahmad dkk. (2005) dan Hilmi dan Ali

(2008).

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang disusun adalah

sebagai berikut:

H2: Jenis Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Delay pada

perusahaan finansial dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3. Tingkat Profitabilitas
Menurut Greuning (2005 : 29 ) “Profitabilitas adalah suatu

indikasi atas bagaimanan margin laga suatu perusahaan berhubungan

dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”.

Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005 : 118) “Prrofitabilitas adalah

kemapuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan

penjualan total aktiva maupun modal sendiri”.

Tingkat profitabilitas yang tingggi mengindikasikan bahwa

perusahaan tersebut mengalami keuntungan, dengan hal tersebut berarti

kemungkinan akan meminta auditornya agar menjadwalkan waktu audit

lebih cepat. Sebaliknya perusahaan yang mendapatkan profitabilitas

rendah atau mendapatkan kerugian memacu kemunduran publikasi

laporan keuangan.

Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Utami (2006),

dan Iskandar dan Trisnawati (2010), menunjukkan hasil bahwa laba/rugi

berpengaruh positif terhadap audit delay, yang artinya bahwa perusahaan

yang mengumumkan rugi cenderung mengalami audit delay yang lama

dibandingkan dengan perusahaan yang mengumumkan laba. Sementara

itu, menurut hasil Kartika (2009), bahwa laba/rugi berpengaruh negatif

terhadap audit delay. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil

penelitian Hossain dan Taylor (1998), tingkat profitabilitas yang diukur

dari laba/rugi perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang disusun adalah

sebagai berikut:
H3: Tingkat Profitabilitas berpengaruh terhadap Audit Delay pada

perusahaan finansial dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

4. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Kualitas audit diukur dengan Ukuranan Kantor Akuntan Publik

yang dibedakan menjadi kantor akuntan publik masuk empat besar,

dalam hal ini the big four dan kantor akuntan non the big four. Dimana

akuntan publik empat besar cenderung untuk lebih cepat menyelesaikan

tugas. Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Rachmawati

(2008), serta Iskandar dan Trisnawati (2010), faktor reputasi KAP

berpengaruh negatif terhadap audit delay. Artinya, perusahaan yang

menggunakan jasa KAP Big Four akan mengalami audit delay yang lebih

pendek. Sedangkan hasil dari penelitian Hossain dan Taylor (1998),

Utami (2006), dan Kartika (2009), bahwa reputasi KAP tidak

berpengaruh terhadap audit delay.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang disusun adalah

sebagai berikut:

H4: Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan

finasial dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ukuran Perusahaan (X1)

Jenis Perusahaan (X2)

Tingkat Profitabilitas (X3)

Ukuran KAP (X4)


Audit Delay

VII. Metode yang digunakan

7.1 Metode yang digunakan

Furchan (2007) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan strategi

umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk

menjawab persoalan yang dihadapi. Dengan kata lain, metode penelitian

merupakan suatu cara yang harus dilakukan oleh peneliti melalui serangkaian

prosedur dan tahapan dalam melaksanakan kegiatan penelitian dengan tujuan

memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap suatu masalah. Penelitian

pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu

masalah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 234) metode deskriptif adalah

“penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai situasi

suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan”.

Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode penelitan yang

banyak digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu


kejadian. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 13) penelitian

deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.. Sedangkan,

Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah

sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu,

misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses

yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang

kecenderungan yang sedang berlangsung.

7.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari

hubungannya antara satu variable dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa

operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan

pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat konseptual. Menurut

Sugiyono (2012:58), “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Untuk menentukan jenis dan indikator-indikator variabel yang terkait dalam

penelitian ini, maka diperlukan operasionalisasi variabel. Hal ini juga

dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain,

variabel dapat dibedakan menjadi (Sugiyono, 2012:59):


1 Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor,

antecedent (variabel yang mendahului), atau yang lebih sering disebut

sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen. Dengan kata lain

variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi.

2 Variabel Dependen

Sering disebut sebagain variabel respon, output, kriteria, konsekuen, atau

yang banyak dikenal sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas.

Di dalam penelitian ini penulis menentukan variabel-variabel yang

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel Independen (Variabel X) :

Variabel-variabel independen tersebut terdiri dari lima faktor yaitu

sebagai berikut:

a. Ukuran Perusahaan (ASSET) yang diproksikan oleh total assets.

b. Jenis Perusahaan (INDUS) sebagai variabel dummy yang dibagi

atas perusahaan finansial dan perusahaan perdagangan.


c. Tingkat Profitabilitas (ROA) diproksikan dengan pembagian

antara net income dengan total assets (ROA).

d. Ukuran KAP (KAP) sebagai variabel dummy yang

diklasifikasikan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dengan

KAP The Big Four dan KAP yang berafiliasi dengan KAP selain

The Big Four.

2. Variabel Dependen (Variabel Y) :

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audit

Delay (AUDELAY). Variabel ini bersifat kuantitatif dan diukur dengan

menghitung berapa jarak antara tanggal penutupan tahun buku sampai

dengan tanggal ditandatanganinya laporan keuangan auditan.

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel

Sumber
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Data
Ukuran perusahaan
Ukuran adalah ukuran yang
Perusahaan menggambarkan
(X1) besar kecilnya Total Assets Rasio Laporan
(ASSET) suatu perusahaan Keuangan
yang dinilai dari
total assets
perusahaan
Bidang yang
Variabel dummy : Daftar
menjadi fokus
Jenis Perusahaan Perusahaa
dalam menjalankan
Perusahaan Finansial (kode 1) n Emiten
usaha terdiri dari Nominal
(X2) dan Perusahaan di
perusahaan
(INDUS Perdagangan Bapepam-
manufaktur dan
(kode 0) LK
perusahaan finansial
Tingkat
profitabilitas
Tingkat
perusahaan NET INCOME
Profitabilitas ROA= × 100 % Laporan
diproksikan Rasio
(X3) TOTAL ASSETS Keuangan
berdasarkan ROA
(ROA)
(net income/total
assets)
Variabel dummy :
Kantor Akuntan
Ukuran KAP The Big Four
Publik yang Laporan
(X5) (kode 1) dan Non Nominal
mengaudit Auditor
(KAP) The Big Four
perusahaan di BEI
(kode 0)
Jarak antara tahun
Jumlah hari
Audit Delay buku dengan
lamanya audit Laporan
(Y1) tanggal Rasio
delay (Durasi Auditor
(AUDELAY ditandatanganinya
Waktu/Hari)
laporan audit

Dengan metode ini penulis bermaksud untuk memecahkan masalah

penelitian yang akan diteliti serta akan mengumpulkan dan mengamati data

secara seksama tentang aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah

yang diteliti sehingga diperoleh data yang menunjang penyusunan laporan

penelitian. Data tersebut diproses dan dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar

teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek

tersebut dan dapat menarik kesimpulan.

7.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

2012:193). Data sekunder merupakan data yang diperoleh/ dikumpulkan dan

disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai


instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan

arsip-arsip resmi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau

bukan dalam bentuk angka. Data ini biasanya menjelaskan karakteristik

atau sifat .

2. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.

Merupakan hasil dari perhitungan dan pengukuran.

7.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakan

dan metode dokumentasi. M. Nazir mengemukakan bahwa yang dimaksud

“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-

laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”.

Metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara

mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen perusahaan sesuai dengan

data yang diperlukan. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan tahunan perusahaan dan data penyampaian laporan keuangan

ke Bapepam. Data-data tersebut diperoleh di www.idx.co.id yang merupakan

situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).

7.5 Teknik Penarikan Sampel


Menurut Sugiyono (2012:115) pengertian populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh

subjek atau objek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

financial dan perdagangan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode tahun 2012 sampai akhir tahun 2013.

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:116) adalah “bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Pengukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan besarnya

sampel yang akan diambil dalam melaksanakan penelitian dalam suatu obyek.

Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan perhitungan statistik

atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi

atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah

lain, sampel harus representatif.

Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan nonprobability

sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:66),

teknik Non Probability Sampling adalah “teknik yang tidak memberikan

peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

menjadi sampel”. Menurut Sugiyono (2012:68) metode sampling purposive


yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pengambilan

sampel disesuaikan berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu (disengaja).

Pemilihan sampel secara purposive sampling dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh sampel yang representatif berdasarkan kriteria yang

ditentukan. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya

kesalahan dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan

berpengaruh terhadap hasil analisis. Adapun sampel penelitian yang diambil

adalah berdasarkan kriteria-kriteria dibawah ini:

1. Perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar di BEI untuk tahun 2012 dan

2013 atau tahun sebelumnya dan termasuk dalam kategori perusahaan

finansial dan perdagangan.

2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan laporan keuangan tahunan dan

auditan untuk periode yang berakhir 31 Desember pada tahun 2012, dan

2013.

3. Perusahaan tersebut memiliki total asset lebih dari 500 milyar rupiah

selama periode penelitian.

4. Perusahaan tersebut memiliki kelengkapan data untuk menunjang

penelitian.

7.6 Analisis dan Pengujian Hipotesis

7.6.1 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya

digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian

(Indriantoro dan Supomo, 2002). Menurut Sugiyono (2012) analisis data

merupakan kegiatan setelah data dari seluruh sumber terkumpul menggunakan

statistik.
Penelitian ini terdiri atas satu variabel dependen dan lima variabel

independen, sehingga penulis menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda

(Multiple Linear Regression Analysis. Analisis regresi linier berganda adalah

teknik statistik yang digunakan untuk meramal bagaimana keadaan atau

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

AUDELAY = β0 + β1 (ASSET) + β2 (INDUS) + β3 (ROA) + β4 (KAP) + ε

Keterangan :

β0 = Konstanta
AUDELAY = Rentang waktu penyelesaian audit (audit delay)
ASSET = Ukuran perusahaan
INDUS = Jenis perusahaan
OPINI = Opini auditor
ROA = Tingkat profitabilitas (net income/total assets)
KAP = Ukuran KAP
ε = Variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian/kesalahan

7.6.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H01 : β1 = 0 Ukuran perusahaan (ASSET) tidak berpengaruh


terhadap audit delay (AUDELAY).
Ha1 : β1 ≠ 0, Ukuran perusahaan (ASSET) berpengaruh terhadap
audit delay (AUDELAY).
b. H02 : β2 = 0, Jenis perusahaan (INDUS) tidak berpengaruh terhadap
audit delay (AUDELAY).
Ha2 : β2 ≠ 0, Jenis perusahaan (INDUS) berpengaruh terhadap audit
delay (AUDELAY).
c. H03 : β3 = 0, Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap audit
delay (AUDELAY).
Ha3 : β3 ≠ 0, Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap audit delay
(AUDELAY).
d. H04 : β4 = 0, Ukuran KAP (KAP) tidak berpengaruh terhadap audit
delay (AUDELAY).
Ha4 : β4 ≠ 0, Ukuran KAP (KAP) berpengaruh terhadap audit delay
(AUDELAY).
e. H05 : β5 = 0 Secara serentak ASSET, INDUS, ROA, dan KAP tidak
berpengaruh terhadap audit delay (AUDELAY).
Ha5 : β5 ≠ 0, Secara serentak ASSET, INDUS, OPINI, ROA, dan
KAP berpengaruh terhadap audit delay (AUDELAY)
7.6.3 Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian

ini layak atau tidak untuk digunakan maka perlu dilakukan uji asumsi klasik.

Asumsi klasik yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dalam model regresi bertujuan untuk mengetahui

bahwa distribusi penyampelan data yang digunakan telah terdistribusi secara

normal. Untuk menguji normalitas data, penulis menggunakan pengujian

statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan

dengan membuat hipotesis: H0=data residual berdistribusi normal, HA=data

residual tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2011:160).

Dalam menetapkan kenormalan, Sulaiman (2004:91) menetapakan

kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut pada halaman selanjutnya

(dengan taraf signifikansi (α) adalah 0,05):

a. Jika signifikansi yang diperoleh > 0,05 maka data berdistribusi


normal
b. Jika signifikansi yang diperoleh < 0,05 maka data tidak berdistribusi

normal

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006) uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance value dan variance

inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cutoff yang umum adalah :

1. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen

dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 10 persen, dan nilai VIF > 10, maka dapat

disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen

dalam model regresi.

Nilai VIF dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

1
VIF=
Tolerance

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada peride t dengan kesalahan pada periode t


sebelumnya pada model regresi linier yang dipergunakan. Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul

akibat observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin-Watson.

Uji DW hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model

regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Ketentuan

pengambilan keputusan seperti di bawah ini (Ghozali, 2011:111):

Tabel 3.3
Ketentuan dari Pengujian Autokorelasi

Hipotesis Nol (H0) Keterangan Kriteria

Tidak ada autokorelasi positif H0 Ditolak 0 < d < dL


(terjadi masalah autokorelasi positif yang
perlu perhatian)
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada dL ≤ d ≤ dU
keputusan
(ada masalah autokorelasi positif lemah,
dimana perbaikan akan lebih baik)

Tidak ada autokorelasi negatif H0 Ditolak 4-dL ≤ d ≤ 4


(tidak ada masalah autokorelasi)

Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada 4-dU ≤ d ≤ 4-


keputusan dL
(masalah autokorelasi negarif yang
lemah dimana dengan adanya
perbaikan akan lebih baik)
Tidak ada autokorelasi positif maupun H0 Ditolak 4-dL ≤ d ≤
negatif
(masalah autokorelasi serius)

Rumus uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut :

d=∑ ¿ ¿ ¿ ¿
Keterangan :

d = Niali Durbin-Watson

e = Residual

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Koefisien

Korelasi Spearman’s rho antara variabel independen dengan besarnya angka

residual dari regresi. Pengujian ini mengkorelasikan variabel independen dengan

residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi.

Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan

signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi problem

heteroskedastisitas (Priyatno, 2009:160).3

7.6.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), model ini diuji

melalui uji statistik uji parsial (t-test) dan uji simultan (F-test).

a. Uji Parsial (t-test)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05. Jika nilai probabilitas t lebih

kecil dari 0.05, maka H1 diterima dan menolak H0. Sedangkan jika nilai

probabilitas t lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan menolak H1.

Rumus untuk menghitung uji t adalah sebagai berikut:

t r √n−k −1
hitung=¿
bi
¿ atau t hitung =
sbi
√ 1−r 2
Keterangan :

bi = Koefesin Regresi

Sbi = Standar deviasi koefisien regresi

r = Korelasi parsial
k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

b. Uji Simultan (F-test)

Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui apakah seluruh variabel

independen (X) bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen (Y).

Rumus untuk menghitung uji F adalah sebagai berikut:

R 2 /(k −1)
F=
( 1−R2 ) /(n−k )
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi gabungan
K = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel

Anda mungkin juga menyukai