Anda di halaman 1dari 20

“Perubahan Kebudayaan Akibat Pandemi Covid 19 di Kota Medan”

Dosen Pengampu : Dr. Sugiharto M.Si


M. Taufik Rahmadi, S. Pd,. M. Sc

Disusun Oleh :

Almira Cintia Dewi Simbolon 3183131058


Afrilia Lumban Gaol 3182131002
Doni Permana Sitepu 3183331028
Vera Yulina Saragih 3192431004

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada makhluk ciptaa-Nya berupa kesehatan, kedamaian serta
kesempurnaan hidup lainnya yang tak ada bandingannya. Dalam kehidupan ini
tentunya kita sudah banyak ilmu yang kita pelajari baik ilmu pengetahuan duniawi
maupun akhirat.
Kita sebagai makhluk ciptaan-NYA di wajibkan untuk selalu menuntut
hingga akhir hayat kita,karena dengan ilmu kita dapat meraih semuanya maka dari itu
sangat berhargalah ilmu tersebut. Dan tentunya sudah tidak asing lagi dengan ilmu
“Geografi Budaya dan Politik”
Demikian semoga dengan penulisan ini,dapat menambah lagi wawasan dan
ilmu kita semua dan apabila banyak kekurangan dan kesalahan mohon dimaklumi
karena kondisi kita masih dalam tahap belajar.

Medan, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….. I
Daftar Isi …………………………………………….......…………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………...……………………………..…..... 1
C. Tujuan Penelitian ………………….…………………………..…... 1
D. Manfaat Penelitian ……………………………….………..………. 1
BAB II LANDASAN TEORI
1. Deskripsi Teori ……………….……....…………….…….……......... 3
2. Penelitian Yang Relevan …………………..…………………......... 9
3. Kerangka Berfikir ……………………………..................................... 11
BAB III METODOLOGI PENDIDIKAN
A. Tempat dan Waktu ………………………………………...……….. 12
B. Variabel Penelitian …………………………………………..……… 12
C. Metode Penelitian …………………………………………………... 12
D. Populasi Dan Sampel ……………………………………………….. 12
E. Jenis Data …………………………………………………………... 12
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………..…………………... 13
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………...… 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kebudayaan di Kota Medan Sebelum Terjadinya Pandemi Covid
19....................................................................................................... 14
2. Perubahan Kebudayaan di Kota Medan Setelah Terjadinya
Pandemi Covid 19.......................................................................... 14
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………….....……………………………. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi cara dan
pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan
baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan factor eksternal seperti bencana alam dan
perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain yaitu perkembangan IPTEK yang
lambat sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang
tertanam dengan kuat dalam masyarakat prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa
takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan hambatan ideologis dan
pengaruh adat atau kebiasaan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kebudayaan di Kota Medan Sebelum Terjadinya Pandemi Covid 19?
2. Bagaimana Perubahan Kebudayaan di Kota Medan Setelah Terjadinya Pandemi Covid 19?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Kebudayaan di Kota Medan Sebelum Terjadinya Pandemi Covid 19.
2. Mengetahui Perubahan Kebudayaan di Kota Medan Setelah Terjadinya Pandemi Covid 19.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yakni sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada individu maupun kelompok masyarakat tentang keadaan
Perubahan Kebudayaan di Kota Medan Setelah dan Sebelum Terjadinya Pandemi Covid 19

1
2. Sebagai penambah pengetahuan peneliti dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
Geografi Budaya dan Politik.
3. Sebagai referensi peneliti lain yang ingin melakukan studi tentang analisis persebaran
wisata alam di tempat yang berbeda.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

 Hakekat Perubahan Sosial Budaya


Perubahan dirasakan oleh hamper semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat
tersebut wajar. Mengingatkan manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Dalam kehidupan,
seperti:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup, yaitu mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat produksi dan transportasi. Contoh, pada zaman nenek moyang kita
memasak makanan dengan cara membakarnya, pada zaman sekarang (zaman modern)
memasak makanan menggunakan alat modern seperti oven atau membeli makanan yang
diawetkan.
2. Mata pencarian, seperti dalam sistem ekonomi meliputi pertanian, peternakan dan sistem
produksi, sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja dengan cara berburu atau pekerjaan
lainnya. Sedangkan kaum perempuan tinggal dirumah mengurus rumah tangga dan
mengasuh anak. Tetapi sekarang kaum perempuan dapat juga bekerja seperti pencaharian
untuk kaum laki-laki.
3. Sistem kemasyarakatan, mencangkup sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum
dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada masa kehidupan belum begitu kompleks
orang-orang yang ada ikatan darah atau keluarga selalu hidup bersama dalam satu rumah.
Saat ini ikatan masyarakat tidak hanya berdasarkan hubungan kekerabatan, tetapi juga
karena profesi, dan hobi yang sama, seperti ikatan motor gede (MOGE), dll.
4. Bahasa, dahulu disampaikan secara lisan, sekarang bahasa dapat disampaikan melalui
beragam media, seperti tulisan, sandi dan sebagainya.
5. Kesenian, mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai contoh, orang jawa
menganggap bahwa rumahnyalah yang indah jika bernuansa gelap, sekarang masyarakat
jawa banyak menyukai rumah yang bernuansa terang /pastel.

3
6. Sistem pengetahuan, berkaitan dengan teknologi. Contohnya, dahulu orangorang
berpedoman pada alam atau peristiwa alam. Tetapi sekarang orangorang lebih cenderung
menggunakan alat-alat modern,seiringnya berkembeng pengetahuan dan teknologi.
7. Serta religi/keyakinan, contohnya meyakini tentang adanya roh halus (roh leluhur) yang
dapat dipercaya, namun sekarang manusia lebih berpikir logis dengan akal.
Perubahan-perubahan di atas sering disebut sebagai perubahan social dan perubahan budaya,
karena proses berlangsungnnya dapat terjadi secara bersamaan, meskipun demikian perubahan
sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan

 Penyebab dan Faktor Terjadinya Perubahan Sosial Budaya

1. Perubahan dari dalam Masyarakat


Perubahan dari dalam masyarakat terbagi sebagai berikut:

a) Perubahan Penduduk: Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang dikarenakan


bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan
perubahan pada tempat tinggal. Dimana tempat tinggal yang semulanya terpusat pada
lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya
penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contohnya pada perubahan
penduduk dalam program transmigrasi dan urbanisasi.
b) Pemberontakan atau Revolusi: Pemberontakan akan menyebabkan perubahan sosial budaya,
contohnya pemberontakan G 30 S/PKI. Pemberontakan G 30 S/PKI pada tahun 1965
membawa perubahan terutama dalam sistem politik Indonesia sehingga dilarangnya ajaran
komunis di Indonesia. Pelarangan ajaran komunis di Indonesia ini disebabkan karena tidak
sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang menjadikan dasar hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
c) Peranan Nilai yang Diubah: Perubahan juga dapat disebabkan berubahnya peranan nilai di
masyarakat. Misalnya, sosialisasi program keluarga berencana mampu untuk menghambat
pertambahan penduduk. Contohnya sebelum ada program keluarga berencana dari
pemerintah, masyarakat yang sudah berkeluarga akan terlihat cenderung meningkatkan
mempunyai anak banyak, namun setelah ada sosialisasi program keluarga berencana

4
masyarakat tumbuh kesadaran untuk membatasi kelahiran anak demi masa depan dan
kesejateraan anak itu sendiri.
d) Peranan Tokoh Kharismatik: Tokoh kharismatik adalah tokoh yang disegani, dihormati dan
diteladani oleh masyarakat. Peranan tokoh kharismatik membawa pengaruh dalam
perubahan kehidupan masyarakat. Misalnya, Soekarno sebagai presiden RI memiliki
kharismatik dihadapan rakyat karena keahliannya dapat berpidato dengan baik.
e) Penemuan Baru: Adanya penemuan baru dalam kehidupan masyarakat baik itu berupa ilmu
pengetahuan maupun teknologi mempengaruhi dan membawa perubahan dalam masyarakat.
Penemuan mobil misalnya, penemuan tersebut akan membawa perubahan kebudayaan dan
sosial masyarakat. Dalam masyarakat akan terbentuk status social / berdasarkan harta
(mobil) yang dimiliki, orang yang tidak memiliki mobil bisa dianggap status sosialnya lebih
rendah dibandingkan dengan orang yang memiliki mobil. Selanjutnya, orang yang memiliki
sebuah mobil bisa dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan orang yang memiliki lebih
dari satu mobil.

2. Perubahan dari Luar Masyarakat


Perubahan sosial budaya juga dapat terjadi karena unsur dari luar masyarakat seperti faktor
geografis, kebudayaan, dan politik. Pengaruh luar masyarakat merupakan hal yang wajar dalam
perubahan sosial budaya masyarakat. Pengaruh dari luar masyarakat tersebut adalah sebagai
berikut:

a) Pengaruh Lingkungan Alam: Pengaruh lingkungan alam sangat berpengaruh dalam


terjadinya perubahan sosial budaya. Misalnya, tanah yang subur dapat berguna untuk lahan
pertanian sehingga masyarakat di daerah tersebut memiliki usaha sebagai petani.
Kebudayaan di tanah suburpun tidak lepas dari kehidupan sosial sebagai petani sehingga
kebudayaan tetap akan berhubungan dengan bidang pertanian.
b) Kebudayaan Masyarakatan lain: Kontak kebudayaan antar masyarakat mempunyai dampak
yang positif dan negatif. Contohnya, kontak kebudayaan bangsa Indonesia dengan bangsa
Barat (Eropa). Pengaruh positif berupa transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan
pengaruh negatif berupa pola hidup kebarat-baratan (westernis) sekelompok anak muda.
c) Peperangan: Peperangan akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah aspek
kehidupan masyarakat. Misalnya, perang Irak yang membawa derita dan trauma

5
berkepanjangan bagi rakyat Irak. Selaian disebabkan oleh beberapa hal di atas, suatu
perubahan sosial budaya terjadi karena adanya faktor yang menyebabkannya. Faktor yang
menyebabkan perubahan sosial budaya terdiri atas faktor pendorong dan penghambat.

3. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya


a) Timbunan kebudayaan dan penemuan baru. Kebudayaan dalam masyarakat selalu
mengalami penimbunan dan penumpukan, yaitu budaya masyarakat semakin beragam dan
bertambah. Bertambah dan beragamnya budaya ini umumnya disebabkan oleh adanya
penemuan baru dalam masyarakat.
b) Perubahan jumlah penduduk. Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk suatu daerah
mengakibatkan perubahan struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatannya.
c) Pertentangan atau Konflik. Pertentangan yang terjadi dalam masyarakat karena
kemajemukan menyebabkan perubahan sosial. Dalam masyarakat yang heterogen, sifat
individualistis masih lekat sehingga satu sama lainnya tidak memiliki hubungan yang dekat.
Padahal sumber kebutuhan semakin terbatas. Persaingan yang terjadi untuk memperebutkan
segala sumber kebutuhan mendorong masyarakt untuk berkreasi menciptakan alternatif
pemenuhan sumber kebutuhan.
d) Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi. Perubahan sosial budaya dapat bersumber dari
luar masyarakat itu sendiri diantaranya sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik di
sekitar manusia, seperti bencana alam dan peperangan.
e) Sistem terbuka lapisan masyarakat: Masyarakat dengan sistem lapisan yang terbuka
cenderung lebih mudah mengalami perubahan dari pada dengan sistem lapisan tertutup.
Masyarakat akan selalu cenderung memberikan kesempatan berkarya bagi manusia -
manusia yang potensial.
f) Sifat menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sikap masyarakat yang
mau menghargai hasil karya orang lain akan membuat orang terdorong untuk melakukan
penelitian. Dengan demikian itu semua akan menghasilkan sebuah karya yang berguna bagi
masyarakat.
g) Sistem pendidikan formal yang maju: Kualitas pendidikan yang tinggi maupun mengubah
pola pikir. Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih rasional dalam berpikir
dan bertindak.

6
h) Orientasi ke masa depan: Keinginan untuk memperoleh masa depan yang lebih baik akan
mendorong perubahan sosial budaya masyarakat.
i) Akulturasi: Akulturasi merupakan pertemuan dua kebudayaan dari bangsa yang berbeda dan
saling mempengaruhi. Peroses akulturasi berlangsung lama dan terus-menerus. Proses ini
berkaitan pada perpaduan kebudayaan sehingga pola budaya semua akan berubah.
j) Asimilasi: Definisi Asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang berbeda secara
berangsur - angsur berkembang sehingga memunculkan budaya baru.

4. Faktor Penghambat perubahan sosial budaya


a) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat
b) Sikap masyarakat yang sangat tradisional
c) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
d) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat
e) Rasa takut dengan adanya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f) Hubungan yang bersifat idiologis
g) Adat atau kebiasaan
h) Prasangka terhadap hal-hal baru dan menilai bahwa hidup ini buruk, susah, dan tidak
mungkin diperbaiki.

KEHADIRAN pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah mengubah tatanan dunia
dalam waktu singkat. Barangkali juga tidak ada yang pernah membayangkan bahwa pandemi ini
akan menyebabkan derita kemanusiaan yang begitu mendalam. Bahkan dalam waktu yang tidak
lama, pandemi ini telah menyebar secara cepat dalam skala luas dan menimbulkan banyak korban
jiwa. Secara sosiologis, pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan sosial yang tidak
direncanakan. Artinya, perubahan sosial yang terjadi secara sporadis dan tidak dikehendaki
kehadirannya oleh masyarakat. Akibatnya, ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi pandemi
ini pada gilirannya telah menyebabkan disorganisasi sosial di segala aspek kehidupan masyarakat.

7
Perubahan Sosial Akibat Pandemi

Harus diakui bahwa dampak pandemi Covid-19 telah memaksa komunitas masyarakat harus adaptif
terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang diakibatkannya. Ragam persoalan yang ada telah
menghadirkan desakan transformasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan tidak mungkin peradaban
dan tatanan kemanusiaan akan mengalami pergeseran ke arah dan bentuk yang jauh berbeda dari
kondisi sebelumnya. Lebih lanjut, wajah dunia pasca pandemi bisa saja tidak akan pernah kembali
pada situasi seperti awalnya. Seorang pemikir dan ahli sejarah, Yuval Noah Harari dalam tulisan
artikelnya berjudul “The World After Coronavirus” yang dimuat Financial Times (20/03/2020),
menyatakan bahwa “Badai pasti berlalu, manusia mampu bertahan, namun dunia yang kita tempati
akan sangat berbeda dengan dunia sebelumnya”.

Dengan demikian, segala bentuk aktivitas masyarakat yang dilakukan di masa pra-pandemi, kini
harus dipaksa untuk disesuaikan dengan standar protokol kesehatan. Tentu ini bukan persoalan
yang sederhana. Sebab pandemi Covid-19 telah menginfeksi seluruh aspek tatanan kehidupan
masyarakat yang selama ini telah diinternalisasi secara terlembaga melalui rutinitas yang terpola
dan berulang. Kedepan, masyarakat justru akan dihadapkan pada situasi perubahan yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya. Sejumlah tata nilai dan norma lama harus ditata ulang dan
direproduksi kembali untuk menghasilkan sistem sosial yang baru. Munculnya tata aturan yang
baru tersebut kemudian salah satunya ditandai dengan adanya himbauan dari pemerintah untuk
belajar, bekerja, dan beribadah di rumah sejak awal kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula
dengan pola kebiasaan masyarakat yang guyub, senang berkumpul dan bersalaman, kini dituntut
untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial.

Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah merebaknya pandemi
Covid-19 juga telah mempengaruhi kebijakan-kebijakan negara dalam mengatur perilaku dan
kebiasaan masyarakat. Kebijakan psysical distancing telah mengubah ragam bentuk perilaku
masyarakat yang kemudian mengharuskan adanya jarak fisik dalam proses interaksi sosialnya.
Dalam konteks ini, perilaku dan kebiasaan masyarakat secara konvensional di masa pra-pandemi
kemudian diatur dan ditransformasikan melalui pola interaksi secara virtual. Kondisi ini sekaligus
mempertegas bahwa fungsi teknologi menjadi sangat penting sebagai perantara interaksi sosial

8
masyarakat di era pandemi saat ini. Selanjutnya, perubahan sosial di tengah pandemi Covid-19 juga
telah melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru berupa terjadinya perubahan perilaku sosial masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan hasil survei sosial demografi dampak Covid-19 yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 diketahui bahwa sekitar 72% responden
yang selalu atau teratur menjaga jarak fisik dalam seminggu terakhir, sebanyak 80,20% responden
menyatakan mereka sering/selalu mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker, 82,52%
responden selalu menghindari transportasi umum (termasuk transportasi online), dan sebanyak 42%
responden mengaku mengalami peningkatan aktivitas belanja online selama Covid-19.

Dalam perkembangannya, merespons situasi krisis akibat Covid-19, pemerintah kemudian


menerapkan kebijakan yang disebut sebagai kenormalan baru (new normal). Tentu, berbagai
kebijakan yang dihasilkan akan berimplikasi secara langsung terhadap segala bentuk perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat.

B. Penelitian Yang Relevan

 Dampak COVID-19 Pada Perubahan Sosial Masyarakat (Jurnal KOCENIN Serial


Konferensi No. 1 (2020) Webinar Nasional Cendekiawan Ke 6 Tahun 2020, Indonesia

Perubahan yang sangat jelas terlihat pada saat pandemi Covid-19 ini adalah bagaimana
masyarakat bersikap dan berperilaku di lingkungannya. Kecenderungan perubahan sikap
dan perilaku tersebut pencerminan dari sensitifitas dalam berinteraksi antara individu yang
satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan adanya kecurigaan diantara mereka
dikarenakan setiap orang ada kemungkinan dapat menjadi carrier dari pademi Covid-19 ini,
sehingga supaya dapat berinteraksi dengan baik maka setiap individu dituntut untuk dapat
melakukan inovasi didalam berkomunikasi demi kelangsungan kehidupan mereka.
Penggunaan Media merupakan salah satu alat dalam melakukan revolusi perilaku setiap
orang di masa pademi Covid-19. Secara tidak sadar masyarakat saat ini di paksa untuk
melakukan lompatan kearah digitalisasi dengan menggunakan media yang sebelumnya
dilakukan secara konvensional dan tumbuhnya budaya hidup sehat pada masyarakat.
Perilaku dalam pemenuhan gaya hiduppun juga mengalami perubahan yang drastis, yang

9
sebelumnya pemenuhan belanja yang bersifat konsumtif telah bergeser ke arah basic needs.
Dengan belum diketahuinya sampai kapan pandemi ini berakhir, maka kebiasaan-kebiasaan
perilaku yang ditetapkan dengan merujuk kepada protokol penganggulangan Covid-19 akan
menjadi pemicu dalam merubah perilaku masyarakat. Perasaan protektif dalam perubahan
berperilaku ini tidak hanya ditunjukkan oleh setiap individu saja, namun lingkungan dan
kehidupan sosial dari individu tersebut juga menunjukkan perubahan perilaku.

 Perubahan Budaya Musik di Tengah Pandemi COVID-19 (Jurnal Musikalostika Vol.


2 Nomor 1 Th. 2020)

Perubahan budaya memerlukan waktu lama dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang
saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena
usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-
keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Kebijakan pemerintah untuk melakukan segala kegiatan di rumah saja, dalam memotong
rantai penyebaran pandemi covid-19 yang menjadi ujian berat untuk para musisi. Kondisi
para musisi tidak jauh dari dua keniscayaan antara dibatalkan atau ditunda pertunjukan
musiknya. Namun para musisi tetap survive dengan menyelenggarakan pertunjukan musik
secara daring. Beberapa artist mengajak penonton berdonasi untuk masyarakat yang
terdampak pandemi covid-19 melalui penyelenggaraan pertunjukan musik daring tersebut.
Dampak yang kurang baik dalam perubahan kebudayaan musik yang serba daring ini adalah
merubah hal-hal yang bersifat abstrak menjadi kongkret, begitu juga sebaliknya yaitu dari
kongkret menjadi abstrak. Membuat para pelaku industri musik, dalam hal ini para pemilik
modal dapat dengan mudah menghemat berbagai biaya-biaya proses produksi. Dampak
lainnya yaitu membuat apresiator, dalam hal ini manusia, tidak lagi dapat berinteraksi
dengan sesama manusia karena lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk mengapresiasi
pertunjukan musik secara daring.

10
C. Kerangka Berpikir

Perubahan Kebudayaan Masyarakat Kota Medan

Sebelum Terjadinya Setelah Terjadinya Pandemi


Pandemi COVID 19 Covid 19

Gambar 2: Kerangka Berfikir

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera
Utara. Dilihat dari letak geografisnya kawasan ini berdekatan dengan Deli Serdang. Alasan peneliti
memilih lokasi tersebut karena untuk mengetahui dampak dari sebelum dan sesudah pandemi
COVID 19. Penelitian ini dilakukan pada tanggal Kamis, 10 Desember 2020 pada jam 14.00 WIB
Sampai dengan Selesai.

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang digunakan
pada penelitian ini yaitu Dampak sesudah pandemi Covid 19 di Kota Medan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan ialah metode kualitatif

D. Populasi Dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yakni Dampak dari pandemi Covid 19 di Kota Medan, peneliti juga
mengambil sampel dari masyarakat.

E. Jenis Data

Jenis data untuk penelitian ini diambil dari data sekunder. Data sekunder dari instansi-instansi
terkait seperti website BPS (Badan Pusat Statistik). Dan dilakukan dengan menggunakan literature
yang sudah ada dalam kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian yang dikaji.

12
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan dengan cara pengumpulan data sekunder dari sumber – sumber seperti jurnal,
website beserta referensi internet.

G. Teknik Analisis Data


Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu
menggunakan data aksesibilitas , dan data sekunder yang diperoleh dari sumber - sumber
dan instansi-instansi terkait. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui kondisi Pandemi yang sedang terjadi.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

 Kebudayaan di Kota Medan Sebelum Terjadinya Pandemi Covid 19.


Sebelum terjadinya pandemi Covid 19. Masyarakat di Kota Medan Indentik dengan adat
kebiasaan bertamu, berjabat tangan dan berkumpul. Dan tidak dibatasi untuk melakukan
perjalanan baik jarak dekat ataupun jauh, tanpa peraturan memaikai masker, begitu juga dalam
hal belajar mengajar dan bekerja. Sebelumnya masi dapat dilakukan dengan tatap muka. Dalam
hal belajar dan mengajar masyarakat selalu mempergunakan sarana prasarana dan fasilitas yang
terdapat di Sekolah. Dibukanya berbagai teman bermain, hiburan dan rekreasi. Masyarakat
Kota Medan juga Identik dengan membuat acara misalnya Pesta Ulang Tahun, Pesta
Pernikahan, Kelahiran anak-anak yang terdapat ditengah keluarga dll. Ini sudah menjadi
kebudayaan ditengah masyarakat dan selalu di adakan di sebuah Gedung, Wisma atau Rumah,
dengan jumlah undangan yang lumayan besar.

 Perubahan Kebudayaan di Kota Medan Setelah Terjadinya Pandemi Covid 19.


Akan tetapi setelah terjadinya, Pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi oleh masyarakat dunia,
memaksa manusia melakukan perubahan sosial untuk bisa berdamai dengan virus yang
berbahaya ini. Perubahan sosial yang dimaksud adalah kebiasaan masyarakat yang kini selalu
mengenakan masker saat berpergian, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak sosial dan
melakukan pembelajaran atau pekerjaan dengan sistem Daring (Dalam Jaringan). Dan tidak di
perbolehkan berkerumun dan untuk melakukan acara baik di gedung mapun dirumah masing-
masing. Dalam Hal Ibadah dapat dilihat bahwasanya di berikan jarak-jarak tempat duduk di
rumah ibadah. Baik di Gereja maupun di Masjid. Perubahan sosial ini belakangan disebut
dengan perilaku new normal atau kenormalan baru. Pada dasarnya, perubahan sosial
merupakan respons dari masyarakat baik disadari maupun tidak, sebagai upaya menyesuaikan
diri (adaptasi) dengan kondisi yang terjadi disekelilingnya. Seperti yang dikemukakan
Antropolog J.P Gillin dan J.L Gillin, mereka berpendapat bahwa perubahan sosial adalah
perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya
perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun

14
adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Perubahan menuju perilaku
new normal pun tidak mudah diterapkan. Di beberapa kelompok masyarakat, tidak jarang
ditemukan pelanggaran terhadap protokol kesehatan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
baik disadari atau tidak. Oleh sebab itu, salah satu strategi efektif yang dilakukan agar
perubahan tersebut terinternalisasi dengan cepat di setiap individu masyarakat adalah dengan
mekanisme revolusi.

15
BAB V
PENUTUP

Dari riset yang kami lakukan dapat kami simpulkan dampak pandemi Covid-19 telah memaksa komunitas
masyarakat harus adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang diakibatkannya. Ragam persoalan
yang ada telah menghadirkan desakan transformasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan tidak mungkin
peradaban dan tatanan kemanusiaan akan mengalami pergeseran ke arah dan bentuk yang jauh berbeda dari
kondisi sebelumnya. Lebih lanjut, wajah dunia pasca pandemi bisa saja tidak akan pernah kembali pada
situasi seperti awalnya. Seorang pemikir dan ahli sejarah, Yuval Noah Harari dalam tulisan artikelnya
berjudul “The World After Coronavirus” yang dimuat Financial Times (20/03/2020), menyatakan bahwa
“Badai pasti berlalu, manusia mampu bertahan, namun dunia yang kita tempati akan sangat berbeda dengan
dunia sebelumnya”. Dengan demikian, segala bentuk aktivitas masyarakat yang dilakukan di masa pra-
pandemi, kini harus dipaksa untuk disesuaikan dengan standar protokol kesehatan. Tentu ini bukan persoalan
yang sederhana. Sebab pandemi Covid-19 telah menginfeksi seluruh aspek tatanan kehidupan masyarakat
yang selama ini telah diinternalisasi secara terlembaga melalui rutinitas yang terpola dan berulang. Kedepan,
masyarakat justru akan dihadapkan pada situasi perubahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Sejumlah tata nilai dan norma lama harus ditata ulang dan direproduksi kembali untuk menghasilkan sistem
sosial yang baru. Munculnya tata aturan yang baru tersebut kemudian salah satunya ditandai dengan adanya
himbauan dari pemerintah untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah sejak awal kemunculan virus ini di
Indonesia. Begitu pula dengan pola kebiasaan masyarakat yang guyub, senang berkumpul dan bersalaman,
kini dituntut untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://musikolastika.ppj.unp.ac.id/index.php/musikolastika/article/view/37
http://digilib.uinsgd.ac.id/30703
 http://jurnal.utu.ac.id/jcommunity/article/view/1509
 https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/wk/article/view/305
 http://e-journal.stisbima.ac.id/index.php/ittihad/article/view/27
 http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/aw/article/view/1328
 https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/ijsse/article/view/2718

17

Anda mungkin juga menyukai