Anda di halaman 1dari 20

308

PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Suharyono
STIESNU Bengkulu
Email : haryonokpm05@gmail.com
Abstract : Human Resources in everyday life will never be separated by the fulfillment of needs or consumption. Islamic
economics provides a picture and guidance in terms of consumption is justified and required in Islamic
teachings that are guided by the rules of Shari'a. An item or commodity which is actually allowed to be used
or consumed can be something that can be contrary to sharia depending on the behavior in using the goods
or commodities. It can be concluded that consumption in Islam is loaded with spiritual values that indirectly
lead consumers to avoid consumptive and keep the benefit is not just pleasure and satisfaction.
Keyword: Consumer Behavior, Motivation, Islamic Economics

Abstrak : Sumber Daya Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah terlepas dengan pemenuhan
kebutuhan atau konsumsi. Ekonomi islam memberikan gambaran dan pedoman dalam hal konsumsi yang
dibenarkan dan di syaratkan dalam ajaran Islam yang berpedoman kepada aturan syariat. Suatu barang
atau komoditas yang sebenarnya diperbolehkan untuk digunakan ataupun dikonsumsi bisa menjadi sesuatu
yang dapat bertentangan dengan syariat tergantung dengan perilaku dalam menggunakan barang atau
komoditas tersebut. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi dalam Islam sarat dengan nilai-nilai kerohanian
yang secara tidak langsung mengarahkan konsumen agar tidak konsumtif dan tetap menjaga kemaslahatan
bukan kesenangan dan kepuasan semata.
Kata Kunci: Perilaku Konsumen, Motivasi, Ekonomi Islam

A. PENDAHULUAN memang barang tersebut sudah sewajarnya


Dalam kehidupan sehari-hari setiap untuk dipenuhi. Kaitannya dalam hal
insan tidak bisa terlepas dari tindakan atas perilaku, setiap insan mempunyai cara atau
pemenuhan kebutuhan atau yang lebih perilaku yang berbeda dalam hal
dikenal dengan kegiatan konsumsi. melakukan tindakan konsumsi. Banyak
Konsumsi adalah menghabiskan atau faktor yang bisa melatarbelakangi perilaku
menggunakan suatu nilai barang atau jasa. konsumsi diantaranya yang bersumber dari
Menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah motivasi internal dan eksternal. motivasi
setiap kegiatan memanfatkan, internal bersumber dari kepribadian secara
menghabiskan kegunaan barang dan jasa individu seperti karakter baik yang ada
untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya dalam individu tersebut. sedangkan
menjaga kelangsungan hidup.1 Jadi dalam motivasi eksternal dapat bersumber dari
hal ini bukan hanya sekedar mementingkan budaya lingkungan sosial, dunia pendidikan
kesenangan, kepuasan semata melainkan dan faktor eksternal lainnya yang dapat
mengkonsumsi suatu barang/jasa karna mempengaruhi individu dalam melakuakan
suatu tindakan.
1
Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 225.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 309
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Islam sebagai landasan utama setiap semakin terbentuk dengan adanya


muslim juga mengatur akan tindakan pembentukan karakter/sifat yang
mengkonsumsi suatu barang/jasa. Contoh ditanamkan oleh lingkungan terdekat
dari aturan syariat seperti manusia dilarang seperti keluarga. Perilaku yang
untuk mengkonsumsi barang yang sudah dipengaruhi oleh faktor eksternal adalah
jelas diharamkan untuk dikonsumsi, perilaku yang terbentuk karna adanya
berlebih-lebihan, gaya hidup hedonisme pengaruh dari luar seperti lingkungan
yang mementingkan kesenangan dan sosial dan masyarakat. Perilaku
kemewahan semata, berpoya-poya/ boros seseorang yang baik salah satunya
dan perilaku lainnya yang dilarang oleh terbentuk karena memang mendapatkan
Islam. Tulisan ini membahas tentang apa arahan dan pelajaran dari faktor luar.
itu perilaku konsumen, faktor-faktor yang Dalam contoh kasus, seseorang yang
mempengaruhi perilaku konsumen, serta memiliki perilaku yang baik biasanya
mengkaji perilaku konsumen dalam sudut sering berkumpul dan berada dalam
pandang ekonomi yang berlandaskan atas lingkungan yang baik pula. Istilah “jika
syariat Islam. ingin menjadi wangi maka sering-
B. Perilaku Konsumsi seringlah berkumpul dengan orang
1. Pengertian Perilaku Konsumsi penjual parfum”.
Perilaku konsumsi adalah bagian Konsumsi adalah menghabiskan
dari tindakan konsumsi. Perilaku yaitu atau menggunakan suatu nilai barang
tanggapan atau reaksi individu yang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi,
terwujud dalam gerakan (sikap), tidak konsumsi adalah setiap kegiatan
saja badan atau ucapan.2 Perilaku memanfatkan, menghabiskan kegunaan
didasari oleh berbagai faktor baik dalam barang dan jasa untuk memenuhi
diri pribadi secara internal maupun dari kebutuhan dalam upaya menjaga
faktor luar. Perilaku yang bersumber kelangsungan hidup.3 Jadi dalam hal ini
dari dalam diri sendiri adalah perilaku bukan hanya sekedar mementingkan
yang memang sudah ada sejak lahir dan kesenangan, kepuasan semata melainkan
menkonsumsi suatu barang/jasa karna
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam
Pustaka, 1990) hal. 671 (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 225.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 310
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

memang barang tersebut sudah mereka.5 Perilaku konsumen juga berarti


sewajarnya untuk dipenuhi. cara konsumen mengeluarkan
Perilaku konsumsi adalah tindakan sumberdayanya yang terbatas, seperti
yang langsung terlibat dalam uang, waktu, dan tenaga untuk
mendapatkan, mengkonsumsi, dan mendapatkan barang atau jasa yang
menghabiskan produk atau jasa, diinginkan demi kepuasannya.
termasuk proses keputusan yang Perilaku yang dilakukan antar
mendahului dan menyusuli tindakan ini.4 konsumen tentu akan beragam sesuai
Dengan kata lain adalah bisa dikatakan dengan kondisi konsumen, situasi dan
dengan cara melakukan suatu tindakan kondisi eksternal yang
konsumsi. mempengaruhinya.6 Perilaku seseorang
Cara dalam hal ini ada dua dalam melakukan tindakan konsumsi
kemungkinan yaitu cara yang baik dan tersebut diharapkan dapat tetap sesuai
cara yang tidak baik atau tidak dengan batasan-batasan yang telah di
dibenarkan. Cara yang baik akan tetapkan, baik dari segi kesehatan,
berlandaskan kebenaran dan sesuai aturan hukum dan terutama aturan
dengan aturan baik secara hukum positif syariat yang menjadi landasan utama
dan aturan syariat Islam. cara yang yang setiap muslim dalam melakukan suatu
tidak baik(buruk) hanya akan tindakan.
berlandaskan keinginan semata tanpa Penelitian yang dilakukan oleh
7
batasan aturan yang ada. Rama Doni tahun 2014 pada
Perilaku konsumen dalam penelitiannya yang berjudul “Tinjauan
pengertian lain adalah perilaku yang ekonomi Islam terhadap perilaku
ditunjukkan konsumen dalam mencari, konsumen dalam membeli barang di
menukar, menggunakan, menilai, pasar panorama Zahara Busana Kota
mengatur barang atau jasa yang
5
dianggap mampu memuaskan kebutuhan Sukarno Wibowo, Dedi supriadi, Ekonomi
Mikro...,hal. 235.
6
Tatik suryani,Perilaku konsumen di era
internet, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 5
4 7
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen Rama Doni, “ Tinjauan Ekonomi Islam
perspektif Kontemporer pada motif, tujuan, dan Terhadap Perilaku Konsumen dalam Membeli Barang
Keinginan Konsumen (rev.ed; Jakarta: Kencana Prenada Di Pasar Panorama Zahara Busana Kota Bengkulu”,
Media Group 2010), hal. 2. skripsi pada Jurusan Ekonomi Islam tahun 2014.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 311
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Bengkulu” menggunakan metode 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


deskriptif kualitatif menyimpulkan Perilaku Konsumen
bahwa tinjauan ekonomi Islam terhadap Merujuk pada pendapat Hawkins
perilaku konsumen dalam membeli dan Mothersbaugh, perilaku konsumen
barang di pasar panorama adalah bahwa merupakan studi tentang bagaimana
itu sesuai dengan aturan yang harus individu, kelompok dan organisasi serta
diteliti oleh seseorang dalam membeli proses yang dilakukan untuk memilih,
barang dan sesuai dengan prinsip syariat mengamankan, menggunakan dan
islam. Seperti dengan cara konsumen menghentikan produk, jasa, pengalaman
dalam membeli barang tidak boleh boros atau ide untuk memuaskan
dalam membeli barang. kebutuhannya dan dampaknya terhadap
Perilaku konsumen dapat dipahami konsumen dan masyarakat. 9
dalam tiga tahapan. Pertama: Preferensi Seperti yang telah sedikit
konsumen. Ini adalah langkah pertama dipaparkan di awal faktor-faktor yang
untuk menjelaskan alasan seseorang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu
yang lebih suka suatu jenis produk “faktor eksternal dan faktor internal.
daripada jenis produk yang lain. Kedua: Faktor eksternal merupakan faktor yang
Garis anggaran. Konsumen juga akan meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,
mempertimbangkan faktor harga dan kebudayaan, strategi merketing, dan
akan memutuskannya sesuai dengan kelompok referensi. Kelompok referensi
pendapatan yang dimiliknya. Ketiga: merupakan kelompok yang memiliki
Pilihan konsumen. Dengan mengtetahui pengaruh langsung ataupun tidak
preferensi dan keterbasan pendapatan langsung pada sikap dan perilaku
yang dimiliki, konsumen memilih untuk konsumen. Kelompok ini mempengaruhi
membeli kombisi barang-barang yang perilaku seseorang dalam pembelian dan
memaksimalkan kepuasan mereka. sering dijadikan pedoman oleh
Kombinasi ini akan bergantung pada konsumen dalam bertingkah laku.
harga berbagai barang tersebut.8

Ekonomi Konvensional (Jakarta: Kencana Prenada


Group, 2010), hal. 91
8 9
M.Nur Rianto, Euis Amalia, Teori Mikro Tatik suryani,Perilaku konsumen di era..., hal.
Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan 6

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 312
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam kasus seperti sekarang ini dengan diri menjadi ciri utama dari perilaku
kemajuan tekhnologi dan media masa yang bersumber dari internal diri
terutama media online sangat mudah seseorang dengan wujud perilaku baik.
sekali bisa mempengaruhi perilaku Begitu juga sebaliknya ketidaksadaran
konsumen. Gaya hidup orang asing yang dalam diri seseorang yang cenderung
kurang baik mudah sekali untuk terakses negatif akan memunculkan perilaku
dan secara tidak langsung akan yang jelek pula.
mempengaruhi pola perilaku orang yang 3. Perilaku Konsumsi Dalam Ekonomi
mengaksesnya. Kehidupan yang glamor, Islam
hedonis seorang artis misalnya, dapat Dalam Islam, konsumsi tidak dapat
diakses dengan mudah dan bagi dipisahkan dari peranan keimanan.
penggemar yang tidak terfilter akan Peranan keimanan menjadi tolak ukur
meniru gaya-gaya yang tidak baik penting karena keimanan memberikan
tersebut. Tindakan yang memaksakan cara pandang dunia yang cenderung
diri sangat mungkin untuk dilakukan mempengaruhi kepribadian manusia.
agar keinginannya tersebut dapat Keimanan sangat mempengaruhi
terpenuhi, misalnya melakukan tindakan kuantitas dan kualitas dan konsumsi,
pencurian, penipuan dan melakukan baik dalam bentuk kepuasan materil
bisnis yang di larang baik secara maupun spiritual. Dalam Islam juga
undang-undang maupun aturan agama. sudah sangat jelas dijelaskan tentang
Faktor internal yang mempengaruhi aturan dalam melakukan segala
perilaku konsumen, yaitu motivasi, perbuatan, baik buruk, halal haram yang
persepsi, gaya hidup, kepribadian, dan termaktub dalam Alqu’an, Hadis dan
belajar.”10 Perilaku dari setiap individu ijma ulama.
akan berbeda sesuai dengan karakteristik Nilai dasar yang menjadi fondasi
dan sifat yang ada dalam diri masing- bagi perilaku konsumsi masyarakat
masing. Faktor ini terbentuk secara muslim adalah keyakinan terhadap
alamiah yang mendorong dirinya untuk adanya hari kiamat dan kehidupan
melakukan suatu tindakan. Kesadaran akhirat, kebajikan,kebenaran dan
10 ketakwaan kepada Allah SWT
Sukarno Wibowo, Dedi supriadi, Ekonomi
Mikro...,hal. 235.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 313
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

merupakan kunci moralitas Islam. kata lain tidak mengoptimalkan


kebajikan dan kebenaran dapat dicapai kebutuhan dan keinginan pribadi.
dengan perilaku yang baik dan Berbagai kegiatan ekonomi berjalan
bermanfaat bagi kehidupan dan dalam rangka mencapai satu tujuan,
menjauhkan diri dari kejahatan, harta yakni menciptakan kesejahteraan
merupakan alat untuk mencapai tuuan menyeluruh, penuh ketegangan dan
hidup jika diusahakan dan dimanfaatkan kesederhanaan, namun tetap produktif
dengan benar. 11 dan inofatif bagi setiap individu muslim
Perilaku konsumsi orang yang maupun non muslim. Allah telah
beriman akan berbeda dalam menetapkan batasan-batasan terhadap
mengkonsumsi barang/jasa jika di perilaku manusia sehingga
bandingkan dengan orang yang lebih menguntungkan individu tanpa
rendah tingkat keimanan dan mengorbankan hak-hak individu lainnya,
kepatutannya kepada Allah SWT. Orang sebagaimana yang ditetapkan dalam
yang mempunyai keimanan dan patuh hukum Allah (syari’ah).
terhadap aturan-aturan yang telah di Islam mengajarkan tentang
gariskan didalam Al-Qur’an dan hadits batasan-batasan manusia dalam
mengetahui batasan-batasan mana hal mengkonsumsi suatu produk barang atau
yang diperbolehkan dan mana yang jasa, baik yang dijelaskan dalam Al-
tidak boleh untuk di laksanakan. Qur’an maupun hadis. Kesejahteraan
Jika kebutuhannya sudah dirasa konsumen akan meningkat jika ia
cukup maka konsep berbagi kepada banyak mengkonsumsi barang yang
sesama akan ikut serta dilaksanakan. bermanfaat, halal, dan mengurangi
Melhat lingkungan sekitar yang masih barang yang buruk atau haram. Islam
banyak masyarakat yang mengalami melarang untuk menghalalkan apa yang
kekurangan atas kebutuhan dan sudah ditetapkan haram dan
memberikan bantuan dan bimbingan memgharamkan apa-apa yang sudah
agar kedepannya bisa memenuhi menjadi halal.
kebutuhannnya secara mandiri. Dengan Dalam Al-Qur’an disebutkan :
‫ﷲُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ‬
‫ت ﻣَﺎ أَ َﺣ ﱠﻞ ﱠ‬
ِ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗُ َﺤﺮﱢ ﻣُﻮا طَﯿﱢﺒَﺎ‬
‫( َو ُﻛﻠُﻮا ِﻣﻤﱠﺎ‬87) َ‫ﷲَ َﻻ ﯾُﺤِﺐﱡ ا ْﻟ ُﻤ ْﻌﺘَﺪِﯾﻦ‬ ‫و ََﻻ ﺗَ ْﻌﺘَﺪُوا إِنﱠ ﱠ‬
11
Vinna Sri, Ekonomi Mikro syariah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2016), hal. 86.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 314
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

َ‫ﷲَ اﻟﱠﺬِي أَ ْﻧﺘُ ْﻢ ﺑِ ِﮫ ُﻣﺆْ ِﻣﻨُﻮن‬


‫ﷲُ ﺣ ََﻼ ًﻻ طَﯿﱢﺒًﺎ َواﺗﱠﻘُﻮا ﱠ‬
‫َر َزﻗَ ُﻜ ُﻢ ﱠ‬ ditabung sedangkan memiliki
88)) kemampuan yang lebih.
“Hai orang-orang yang beriman, Allah SWT berfirman dalam Al-
janganlah kamu mengharamkan apa-
Qur’an.
apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagi kamu, dan janganlah kamu ْ‫ت ذَا ا ْﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َﺣﻘﱠﮫُ َوا ْﻟ ِﻤ ْﺴﻜِﯿﻦَ َواﺑْﻦَ اﻟ ﱠﺴﺒِﯿ ِﻞ َوﻻَ ﺗُﺒَﺬﱢر‬ِ ‫َوآ‬
melampaui batas. Dan makanlah ً‫ﺗَ ْﺒﺬِﯾﺮا‬
makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rezkikan kepadamu, ُ‫إِنﱠ ا ْﻟ ُﻤﺒَ ﱢﺬرِﯾﻦَ ﻛَﺎﻧُﻮ ْا إِﺧْ َﻮانَ اﻟ ﱠﺸﯿَﺎطِﯿ ِﻦ َوﻛَﺎنَ اﻟ ﱠﺸ ْﯿﻄَﺎن‬
dan bertakwalah kepada Allah yang ً‫ﻟِ َﺮﺑﱢ ِﮫ َﻛﻔُﻮرا‬
kamu beriman kepada-Nya.”12(Qs. Al- Dan berikanlah kepada keluarga-
Ma’idah :87-88) keluarga yang dekat akan haknya,
Ayat tersebut Al Qur’an mendorong kepada orang miskin dan orang yang
manusia sebagai pengguna untuk dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu)
menggunakan barang-barang yang baik secara boros.
dan bermanfaat serta melarang adanya Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan
tindakan yang mengacu dalam hal syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
perilaku boros dan pengeluaran terhadap Tuhannya.(QS Al- Isra’: 26-27)
pengeluaran yang tidak penting dan Ayat tersebut secara tegas
tidak bermanfaat. Sesungguhnya menjelaskan, daripada harta kita
kuantitas konsumsi yang terpuji dalam dipergunakan untuk hal-hal yang tidak
kondisi yang wajar adalah sederhana. berguna, tidak perlu atau tidak penting
Maksudnya, berada diantara boros dan (yang Allah sebut sebagai perbuatan
13
pelit. Artinya dalam hal pengeluaran mubazir) akan lebih baik jika
kebutuhan juga yang mendatangkan dipergunakan untuk membantu kerabat
manfaat kita tidak boleh pelit. dekat, sanak famili, dan orang fakir
Misalnya memiliki kemampuan miskin. Inilah manfaat prinsip efisiensi
yang cuup untuk mengkonsumsi yang hanya bisa kita dapatkan dari
makanan yang bergizi seperti daging, menghindari sifat boros, prinsip
susu namun tidak mengkonsumsinya mengejar kesenangan dan pola hidup
dikarenakan karena alasan untuk

12
Assobar, Al-Kitabul Akbar Al-Qur’an dan
Terjemahannya (Jakarta Timur: Akbar Media), hal.122.
13
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi
Islam (Erlangga, 2012), hal. 95.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 315
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

hedonisme.14 Yang menjadi mengkonsumsi barang yang di larang


permasalahan adalah menganggap agama.
semua harta yang dimiliki adalah mutlak Konsumsi, pemenuhan (kebutuhan),
milik diri secara individu, disamping dan perolehan kenikmatan tidak dilarang
tidak memperhatikan lingkungan sekitar dalam Islam selama tidak melibatkan
yang seharusnya mempunyai hak untuk hal-hal yang tidak baik atau justru dapat
mendapatkan bantuan juga akan sangat menimbulkan kemudharatan.15 Setiap
dimungkinkan melakukan tindakan orang mukmin berusaha mencari
konsumsi secara bebas tanpa adanya kenikmatan dengan cara mematuhi
filter. perintahNya dan memuaskan dirinya
Pada saat melakukan tindakan sendiri dengan barang-barang dan
konsumsi tersebut kemungkinan anugrah yang diciptakan (Allah) untuk
memang akan mendapatkan kesenangan manusia demi kemaslahatan ummat.
dan kepuasan namun efek dari Selain kenikmatan yang didapat atas
tindakannya tidak disadari akan pemenuhan kebutuhannya ketenangan
mendatangkan keburukan bagi dirinya jiwa juga akan secara langsung
baik secara langsung maupun dimasa didapatkan. Orang yang jiwanya tenang
yang akan datang. Hal buruk yang bisa tidak akan menggebu-gebu dalam
di dapat misalnya saat mengkonsumsi mencari harta dengan menghalalkan
narkoba ditangkap oleh pihak segala cara untuk mendapatkannya,
kepolisian/BNN maka akan melainkan tetap berusaha mencari rezeki
mendapatkan sanksi hukum, efek buruk dan keridhan Allah. Harta yang didapat
di masa yang akan datang misalnya dari jalan yang tidak di benarkan oleh
mengalami gangguan kesehatan, bahkan ajaran Islam secara alamiah secara tidak
kematian secara duniawi dan tetap akan langsung bisa mengakibatkan perilaku
mendapatkan balasan di akhirat karna konsumsi yang salah pula. Berpoya-
poya, membeli barang haram, dan lain
sebagainya dikarenakan harta selain dari
nikmat yang diberikan harta juga adalah
14
Misbahul Munir, Ajaran-ajaran Ekonomi
15
Rasulullah kajian Hadits Nabi dalam Perspektif M. Nur Rianto A. Euis Amalia, Teori Mikro
Ekonomi.(Uin Malang Press, Malang 2007), hal.75. Ekonomi Suatu Perbandingan..., hal.110.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 316
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

sebagai godaan yang cenderung kepada panduan dan landasan atas aturan agam
hal-hal negatif. yang tidak memperbolehkan terhadap
Konsumsi berlebih-lebihan, yang tindakan konsumsi barang-barang haram
merupakan ciri khas masyarakat yang tersebut.
tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam menganjurkan pola konsumsi
islam dan disebut dengan israf dan penggunaan harta secara wajar dan
(pemborosan) atau tabzir (menghambur- berimbang yaitu pola konsumsi yang
hamburkan harta tanpa guna).16 Tabzir terletak diantara kekikiran dan
berarti menggunakan harta dengan cara pemborosan atau dengan kata lain tidak
yang salah seperti untuk hal yang tidak mementingkan kesenagan semata. Jika
dibenarkan atau melanggar hukum mempunyai kemampuan untuk
terutama hukum Islam. Boros hampir mengkonsumsi suatu barang/jasa maka
sama dengan mubazir. itu diperbolehkan dengan standar aturan
Mubazir adalah mengahambur- syariat yang ada. tidak kikir dalam artian
hamburkan uang tanpa ada kemaslahatan meskipun memiliki kemampuan untuk
atau tanpa mendapatkan ganjaran memenuhi kebutuhan tapi tidak mau
17
pahala. Masyarakat secara global dan memenuhinya dan terkesan menyiksa
khususnya di Indonesia baik dari diri.
kalangan remaja, dewasa dan orang tua Dalam Al-Qur’an surat Thaahaa
sekarang ini sangat rentan sekali ayat 81 disebutkan
melakukan tindakan konsumsi terhadap ‫ﻄﻐَﻮْ ا ﻓِﯿ ِﮫ ﻓَﯿَ ِﺤ ﱠﻞ‬
ْ َ‫ت ﻣَﺎ َر َز ْﻗﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ َو َﻻ ﺗ‬
ِ ‫ُﻛﻠُﻮا ﻣِﻦْ طَﯿﱢﺒَﺎ‬
‫ﻀﺒِﻲ ﻓَﻘَ ْﺪ ھَ َﻮ ٰى‬ َ ‫ﻀﺒِﻲ ۖ َوﻣَﻦْ ﯾَﺤْ ﻠِﻞْ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َﻏ‬ َ ‫َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َﻏ‬
barang-barang haram seperti Narkoba.
Narkoba tercatat sebagai salah satu “makanlah di antara rezki yang baik
yang telah Kami berikan kepadamu, dan
unsur yang merusak jiwa pribadi janganlah melampaui batas padanya,
seseorang dan orang lain. Hal ini tidak yang menyebabkan kemurkaan-Ku
menimpamu. dan Barangsiapa ditimpa
akan terjadi jika masyarakat terutama oleh kemurkaan-Ku, Maka
masyarakat muslim yang memiliki Sesungguhnya binasalah ia”. (Qs.
18

Thahaa: 81)

16
M. Nur Rianto A. Euis Amalia, Teori Mikro
Ekonomi Suatu..., hal. 86-87.
17
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi 18
Assobar, Al-Kitabul Akbar Al-Qur’an dan ...,
Islam, (Jakarta: Gema insani 2001), hal. 155. hal. 317.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 317
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Islam mengajarkan dalam diperlukan. Dalam pengertian umum


mengkonsumsi suatu barang/jasa harus maslahah adalah setiap segala sesuatu
memperhatikan etika konsumsi yang yang bermanfaat bagi manusia, baik
mana yang dibenarkan dan mana yang dalam arti menarik seperti menghasilkan
tidak dibenarkan. Dalam ekonomi keuntungan (kesenangan), atau dalam
konvensional, manusia disebut rasional arti menolak atau menghindarkan seperi
secara ekonomi jika mereka selalu menolak kerusakan.20 maslahah menurut
memaksimumkan kepentingan sendiri, Shatibi, adalah pemilikan atau kekuatan
yaitu utility untuk konsumen dan dari barang atau jasa yang memelihara
keuntungan untuk produsen. Sementara prinsip dasar dan tujuan hidup manusia.
21
itu dalam ekonomi Islam pelaku
ekonomi, produsen atau konsumen, akan Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan
berusaha untuk memaksimalkan (maslahah) dari suatu masyarakat
maslahat. 19 tergantung kepada pencarian dan
Konsep utility oleh konsumen pemeliharaan lima tujuan dasar : (1)
diukur dari kepuasan yang diperoleh dan agama (al-dien), (2) hidup atau jiwa
keuntungan maksimal bagi produsen dan (nafs), (3) keluarga atau keturunan
distributor sehingga berbeda tujuan (nashl), (4) harta atau kekayaan (maal)
yang akan dicapai dengan konsep dan (5) intelek atau akal (aql). Ia
maslahah. menitikberatkan bahwa sesuai tuntunan
Dalam Al-Quran kata maslahah wahyu, kebaikan dunia ini dan akhirat
banyak disebut dengan istilah manfaat (maslahat al-din wa al-dunya)
atau manafi’, yang berarti kebaikan yang merupakan tujuan utamanya.22
berkaitan dengan material fisik, dan Seorang muslim melakukan
psikologis. Dengan kata lain maslahah tindakan konsumsi untuk memenuhi
mengandung pengertian kemanfaatan
20
duniai dan akhirat. Konsep maslahah Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin,
Kamus Ilmu Ushul Fikih, Amzah (Sinar Grafika Offset,
pada konsumen muslim sangatlah 2005), hal. 200.
21
M.Nur Rianto, Teori Mikro Ekonomi Suatu
Perbandingan ..., hal. 91.
19 22
Pusat pengkajian dan Pengembangan Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam
Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja edisi ketiga (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal.
Grafindo Persada, 2011), hal. 46. 62.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 318
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

kebutuhan dengan harapan memperoleh Kebutuhan adalah fitrah setiap


kemanfaatan yang stinggi-tingginya bagi manusia yang bersifat obyektif dan
kehidupannya dengan tanpa melanggar mendatangkan manfaat dan
aturan syariat Islam. Kebutuhan antara kemaslahatan di samping kepuasan.
seseorang dengan seseorang lainnya ada Pemenuhan kebutuhan ini akan
kalanya berbeda yang dapat disebebkan memberikan manfaat baik secara fisik,
oleh usia, kedudukan dan aspek spiritual, intelektual maupun materil.
eksternal lainnya. Keinginan berasal dari hasrat manusia
Kebutuhan (need) merupakan yang bersifat subyektif. Jika terpenuhi
konsep yang lebih bernilai dari sekedar akan menimbulkan kepuasan atau
keinginan (want). Want ditetapkan manfaat psikis di samping manfaat
berdasarkan konsep utility yang lainnya.24
cenderung lebih condong terhadap nafsu Ekonomi konvensional
yang dapat menyesatkan kepada hal-hal mengasumsikan konsumen selalu
yang dilarang syariat. , need didasarkan bertujuan untuk memperoleh kepuasan
atas konsep maslahah selagi itu baik dan (utility),semua barang atau jasa yang
mendatangkan mafaat maka itu akan memberikan rasa kepuasaan bebas
diperbolehkan. Tujuan syariah adalah untuk dikonsumsi dengan cara apapun
mensejahterahkan manusia (maslahah al tanpa adanya batasan kecuali batasan
‘ibad). 23
Oleh karena itu setiap barang dari hukum positif yang mengatur
dan jasa yang memberikan maslahah pelanggaran terhadap aktivitas konsumsi
bagi penggunanya di sebut dengan suatu barang, misalnya konsumsi
kebutuhan manusia yang secara tidak narkoba. sedangkan dalam ekonomi
langsung memang harus di penuhi. Jika Islam dalam mengkonsumsi bertujuan
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka untuk mencapai suatu maslahah.
seseorang tersebut akan mengalami Konsep maslahah digunakan dalam
kesusahan. ekonomi Islam dikarenakan penggunaan
asumsi manusia yang bertujuan untuk
mencari kepuasan (utility) maksimum
23
M.Nur Rianto, Teori Mikro Ekonomi Suatu
Perbandingan..., hal. 91.
24
Vinna Sri, Ekonomi Mikro…, hal. 60.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 319
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

tidak dapat menjelaskan apakah barang Persamaan diatas dapat ditulis


yang dikonsumsinya memberikan menjadi:
manfaat dan kegunaan yang memberikan M = F (1 + F βiρ) ...................
keberkahan bagi penggunanya. Dalam (4.13)“25
hal ini seseorang hanya dibatasi oleh Dari formulasi diatas dapat
dana/anggaran yang dimilikinya bukan ditunjukkan bahwa ketika pahala suatu
karena aturan dan prinsip syariat Islam. kegiatan tidak ada misalnya, ketika
Formulasi dalam maslahah adalah mengkonsumsi barang yang haram,
unsur manfaat dan berkah, atau bisa maka maslahah yang diperoleh
ditulis sebagai berikut: konsumen adalah hanya sebatas manfaat
M = F+B .......... (4.8) yang dirasakan di dunia (F). Demikian
Dimana: M = maslahah pula sebaliknya, jika suatu kegiatan yang
F = Manfaat sudah tidak memberikan manfaat (di
B = Berkah dunia), maka nilai keberkahannya juga
Sementara berkah merupakan tidak ada sehingga maslahah dari
interaksi antara manfaat dan pahala, kegiatan tersebut juga tidak ada.
sehingga : Besarnya keberkahan akan
B = (F) (P) .............. (4.9) mengkonsumsi suatu barang dan jasa
Dimana: P = Pahala total tergantung dengan frekuensi kegiatan
Adapun pahala total, P adalah: konsumsi yang yang dilakukan. Semakin
P = βiρ .............. (4.10) tinggi frekuensi kegiatan yang
Dimana βi adalah frekuensi kegiatan memberikan unsur maslahah maka akan
dan ρ adalah pahala per unit kegiatan. besar pula keberkahan yang akan di
Dengan mensubtitusikan persamaan dapat.
diatas, maka Preferensi konsumsi dan
B = F βiρ............. (4.11) pemenuhan kebutuhan manusia
Selanjutnya dengan melakukan memiliki pola berikut26 pertama,
subtitusi maka diperoleh: Mengutamakan Akhirat daripada Dunia.
M = F + F βiρ ................ (4.12)
25
M.Nur Rianto, Teori Mikro Ekonomi Suatu
Perbandingan...,hal. 101.
26
Vinna Sri, Ekonomi Mikro…, hal. 68

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 320
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Pada tataran paling dasar konsumen Ketiga, Memerhatikan etika dan


muslim akan dihadapkan pada pilihan norma. Dalam syariat Islam beberapa
antara mengkonsumsi barang ekonomi etika dan norma yang diatur
yang bersifat duniawi dan benda yang berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah
bersifat ibadah. Konsumsi untuk antara lain tentang keadilan, kebersihan,
beribadah bernilai lebih tinggi kesederhanaan, halalan tayyiban, dan
dibandingkan dengan konsumsi untuk keseimbangan. Seseorang
duniawi sehingga keduanya bukan mengkonsumsi suatu barang atau jasa
merupakan subtitusi sempurna. Misalnya yang diniatkan untuk beribadah maka
mendengarkan kajian-kajian tentang disamping hal itu nantinya akan
keislaman dalam majelis. Konsumsi mendatangkan manfaat akan diperoleh
untuk ibadah diorientasikan untuk keberkahan bagi dirinya, sebagai contoh
mencapai falah (kebahagiaan) sehingga membeli dan berlangganan koran/surat
lebih berorientasi pada kehidupan kabar yang digunakan untuk
akhirat, sedangkan konsumsi duniawi kepentingan disini selain keberkahan
adalah konsumsi untuk masa sekarang. yang bisa dirasakan oleh pelaku karena
Kedua, Konsisten dalam Prioritas adanya suatu niat yang baik juga akan
Pemenuhan Kebutuhan. Prioritas ada manfaat yang dirasakan oleh pelaku
kemaslahatan dibagi kedalam tiga maupun orang lain yang membacanya
tingkatan, yaitu maslahah dharuriyah, seperti penambahan wawasan atau
maslahah hajiyyah, dan maslahah tentang info terbaru. Islam tidak
tahsiniyyah. Maslahah dharuriyyah melarang manusia untuk memenuhi
adalah kebutuhan yang harus segera kebutuhan ataupun keinginannya,
dipenuhi agar kehidupan manusia tidak selama dengan pemenuhan tersebut
terganggu. Maslahah hajiyyah adalah maka martabat manusia bisa meningkat,
kebutuhan yang jika dipenuhi akan namun manusia diperintahkan untuk
meningkatkan nilai tambah. Adapun mengkonsumsi barang/jasa yang halal
maslahah tahsiniyyah adalah kebutuhan dan baik saja secara wajar serta tidak
yang jika terpenuhi akan menimbulkan
kepuasan.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 321
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

berlebihan.27 Dengan kata lain kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-


melakukan kegiatan konsumsi yaitu pernyataan, ketegangan, atau
dengan mengkonsumsi barang dengan mekanisme-mekanisme lainnya yang
kriteria baik barangnya, baik cara memulai dan menjaga kegiatan-
mengkonsumsinya dan mendatangkan kegiatan yang diinginkan kearah
manfaat bagi pengkonsumsinya. pencapaian tujuan-tujuan personal
4. Motivasi atau pribadi.
a. Pengertian Motivasi Kata motivasi berarti dorongan
Motivasi berasal dari bahasa latin yang timbul pada diri seseorang sadar
movore yang berarti dorongan atau maupun tidak sadar untuk melakukan
menggerakkan atau dengan kata lain suatu tindakan dengan tujuan
dapat diartikan sebagai sebab-sebab tertentu.29 Jika tujuan yang
yang menjadi dorongan. Pentingnya dikehendaki adalah suatu hal yang
motivasi adalah hal yang positif maka sumber motivasi itu juga
menyebabkan, menyalurkan, dan adalah sebuah hal yang baik.
mendukung perilaku manusia.”28 Motivasi juga sering disebut sebagai
Orang yang tidak memiliki motivasi usaha-usaha yang dapat
dalam hidupnya adalah orang yang menyebabkan seseorang maupun
bisa dikatan hidup secara jasmani kelompok tertentu melakukan sesuatu
namun mati secara rohani. Motivasi kerena ingin mencapai tujuan yang
akan berimplikasi terhadap tindakan dikehendakinya.
dan proses yang akan dijalani. Seseorang konsumen tergerak
Motivasi dapat berimplikasi kepada membeli suatu produk karena ada
tindakan yang baik dan yang buruk. sesuatu yang menggerakkan. Proses
Menurut Hoy dan Miskel timbulnya dorongan sehingga
motivasi adalah kekuatan-kekuatan konsumen tergerak membeli suatu
yang kompleks, dorongan-dorongan, produk itulah yang disebut motivasi.

27
M.Nur Rianto, Teori Mikro Ekonomi Suatu
Perbandingan..., hal.104.
28 29
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen Tatik Suryani,Perilaku konsumen di era...,
perspektif..., hal.25. hal.22.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 322
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Sedangkan yang memotivasi untuk maka itu adalah suatu tindakan yang
membeli namanya motif.30 positif dan memberikan maslahah.
Motivasi dapat diartikan sebagai Berbeda halnya dengan jika
kekuatan (energi) seseorang yang membeli “lem” dengan motivasi
dapat menimbulkan tingkat untuk mendapatkan kesenangan yang
presistensi dan entusiasmenya dalam berkonotasi pada hal kejelekan, lem
melaksanakan suatu kegiatan, baik tersebut di konsumsi dengan cara di
yang bersumber dari dalam diri hirup dan berharap akan
individu itu sendiri (motivasi mendapatkan ketenangan. Tindakan
intrinsik) maupun dari luar individu tersebut dapat merusak diri pribadi,
(motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat memberikan kemudharatan dan
motivasi yang dimiliki individu akan bahkan akan juga sangat
banyak menentukan terhadap kualitas dimungkinkan akan menyebabkan
perilaku yang ditampilkannya, baik dampak negative bagi orang
dalam konteks belajar, bekerja disekitarnya.
maupun dalam kehidupan lainnya. 31 Motivasi dalam pengertian
Motivasi yang positif akan sehari-hari dapat diartikan sebagai
memunculkan tindakan-tindakan sesuatu yang mendorong manusia
yang positif. Begitu juga sebaliknya untuk berperilaku tertentu. Motivasi
motivasi yang negatif akan adalah sesuatu yang ada di dalam diri
memunculkan tindakan-tindakan manusia yang tidak dapat dilihat dari
yang burk pula. Dalam sebuah kasus luar. Motivasi akan tampak melalui
dicontohkan seseorang membeli perilaku sesorang yang dapat dilihat
“lem” dengan motivasi lem tersebut dan diamati. Dari perilaku seseorang
digunakan untuk mmperbaiki sepatu, dapat dilihat dan diamati apa
sebenarya yang menjadi motif atas
tindakannya meskipun kebenarannya
30
Tatik Suryani,Perilaku konsumen di era..., tidak bisa dipastikan secara penuh
hal.22.
31
Abdul Rahman Saleh, Psikologi suatu karna memang letaknya di dalam diri
pengantar dalam perspektif Islam(Jakarta:Prenada
seseorang.
media kencana, 2004), hal. 128

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 323
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

b. Sifat dan Fungsi Motivasi energi (kekuatan) kepada seseorang


Pada umumnya motivasi atau untuk melakukan suatu tugas,
kebutuhan manusia memiliki sifat- menentukan arah perbuatan. Yakni
sifat yaitu terdiri atas : kebutuhan kearah perwujudan suatu tujuan atau
tidak terpuaskan; Kebanyakan cita-cita. Motivasi mencegah
kebutuhan manusia tidak pernah penyelewengan dari jalan yang harus
terpuaskan sepenuhnya. Contoh ditempuh untuk mencapai tujuan itu
seorang konsumen yang memiliki dan menyeleksi perbuatan kita.
kebutuhan mobilitas, setelah mampu Artinya menentukan perbuatan-
membeli barang yang biasa, timbul perbuatan mana yang harus
keinginannya untuk membeli barang dilakukan, yang serasi, guna
yang lebih dari yang dibeli mencapai tujuan itu dengan
sebelumnya dan begitu seterusnya. menyampingkan perbuatan yang
Secara karakteristik memang bermanfaat bagi tujuan itu. 32
kepuasan seseorang akan selalu c. Klasifikasi Motivasi
mengalami peningkatan terutama jika Motivasi secara garis besar dapat
di dukung dengan kemampuan yang dibagi menjadi dua kelompok besar,
ada. antara lain motivasi yang berdasarkan
Kebutuhan baru muncul setelah rasional dan motifasi yang
kebutuhan lama terpenuhi. Misalnya berlandaskan emosional.
dahulu mempunyai sepeda motor dan Motivasi yang berdasarkan
sekarang dengan kemampuan yang rasional yaitu motivasi yang
ada dimungkinkan untuk membeli menentukan suatu pilihan terhadap
mobil yang didasarkan juga atas suatu produk barang atau jasa dengan
kebutuhan. memikirkan secara matang serta
Selain itu Fungsi motivasi dapat dipertimbangkan terlebih dahulu
dijelaskan antara lain adalah untuk membeli produk atau jasa
mendorong manusia untuk berbuat tersebut. Rasional motif akan
dan bertindak. Motivasi berfungsi
32
Ngalim Purwanto, Psikologi
sebagai penggerak yang memberikan
Pendidikan(Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.
70.

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 324
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

mendorong seseorang untuk dari kalangan anak-anak kecil sampai


bertindak menurut pikiran yang sehat, orang tua. Jika tidak dilandasi dan
patut, layak.33 Melaku8kan suatu diawasi dan merasa ada yang
tindakan dengan memikiran akibat mengawasi setiap tindakan yang
yang ditimbulkan adalah pengertian dilakukan setiap individu sangat
secara singkat terkait motivasi secara dimungkinkan akan melakukan
rasional. tindakan konsumsi yang mengarah
Motivasi yang berlandaskan kepada hal keburukan. Misalnya
emosional yaitu motivasi yang mengakses video dewasa, melakukan
cenderung terkesan terburu-buru, penipuan, kejahatan dan lain
tidak mempertimbangkan sebagainya.
kemungkinan yang akan terjadi untuk d. Macam-macam motivasi
jangka panjang dalam menggunakan Menurut ahli psikologi individual
produk atau jasa tersebut. Di era maupun sosial/kelompok telah
zaman yang semakin berkembang melakukan studi tentang seberapa
seperti sekarang ini banyak sekali banyak dorongan-dorongan kejiwaan
barang-barang yang dapat di yang mempengaruhi tingkah laku
kategorikan hanya untuk memenuhi manusia. Dengan nama yang
kesenangan semata tanpa berbeda-beda bagi adanya dorongan-
memperhatikan mudharat yang dorongan tersebut antara lain:34
ditimbulkan. Motivasi yang mendorong aktivitas
Produksi barang dan tekhnologi pribadi yang disebut Goldstein self-
yang di ciptakan memberikan actualization yang bersifat organis
dampak yang negatif bagi konsumen (jasmania) dan psikologis (rohaniah).
jika tidak didasari dan dilandasi atas Motivasi ini menuntut kepada
aturan syariat. Misalnya dengan pemuas hidup jasmaniah serta
diciptakannya tekhnologi smartphone pemuas rohaniah. Motivasi kepada
yang saat sekarang bisa dikatakan keamanan atau security movie.
mayoritas dimiliki oleh orang, baik
34
Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar
33
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal.
perspektif..., hal. 35. 59-63

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 325
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Motivasi ini dipandang oleh ahli hal konsumsi. Motivasi konsumen


psikologi sebagai yang paling asasi. adalah keadaan didalam pribadi
Motivasi ini mengandung keinginan- seseorang yang mendorong keinginan
keinginan yang didasarkan atas individu untuk melakukan kegiatan
kebutuhan seseorang untuk guna mencapai suatu tujuan. Dengan
melindungi keinginan-keinginan yang adanya motivasi pada diri seseorang
didasarkan atas kebutuhan seseorang akan menunjukkan suatu perilaku
untuk melindungi dirinya dari segala yang diarahkan pada suatu tujuan
bentuk ancaman terhadap integritas untuk mencapai sasaran kepuasan.
dan stabilitas hidupnya. Jadi motivasi adalah proses untuk
Manifestasinya adalah dalam bentuk mempengaruhi seseorang agar
pengindraan dari bahaya dan resiko, melakukan sesuatu yang kita
juga dalam sikap hati-hati atau inginkan.35
waspada. Motivasi untuk Motivasi adalah hal yang
mengadakan response. Motivasi ini menyebabkan, menyalurkan, dan
berbeda dengan motivasi untuk hidup mendukung perilaku manusia dalam
aman dan tentram, karena motivasi kehidupannya. Kebutuhan dan tujuan
ini timbul bilamana ada dorongan dalam konteks perilaku konsumen
ingin mendapatkan pengalaman baru mempunyai peranan yang sangat
dalam hidup sekitar, baik dalam penting karena motivasi timbul
bentuk hubungan personal maupun karena adanya kebutuhan yang belum
impersonal. Dan motivasi yang terpenuhi dan tujuan yang ingin
mendorong mencari pengalaman baru dicapai. Kebutuhan dipandang
adalah merupakan daya kekuatan sebagai salah satu penggerak dari
psikologis yang membawa manusia perilaku konsumsi. Dalam hal ini
kepada usaha pembaharuan dan berarti dapat disimpulkan bahwa
perubahan. motivasi akan mempengaruhi
e. Motivasi dan Perilaku konsumsi perilaku konsumsi dalam diri
Motivasi akan mempengaruhi seseorang.
perilaku seseorang begitu juga dalam 35
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen
perspektif..., hal. 27

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 326
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

Pemanfaatan (konsumsi) unsur manfaat dari konsumsi yang


merupakan bagian akhir dan sangat kita lakukan. Jika melakukan
penting dalam pengolaan kekayaan, konsumsi dengan baik maka manfaat
dengan kata lain, pemanfaatan adalah yang besar akan diperoleh namun jika
akhir dari keseluruhan proses tidak dimanfaatkan/digunakan
36
produksi. Setiap rangkaian dengan baik maka akan
produksi maka barang yang mendatangkan keburukan
diproduksi akan bernilai jika barang (kemudharatan)
tersebut dikonsumsi. Konsumsi yaitu C. KESIMPULAN
menghabiskan dan menggunakan Perilaku Konsumen dalam melakukan
nilai guna suatu barang yang aktifitas konsumsi yang berlandaskan atas
digunakan dalam kehidupan sehari- prinsip ekonomi secara islami sarat dengan
hari, konsumsi dapat berupa nilai-nilai kerohanian yang secara tidak
konsumsi suatu barang maupun langsung mengarahkan konsumen agar
konsumsi akan jasa. Bagi seorang tidak konsumtif dan tetap menjaga
muslim Al-Qur’an memberikan kemaslahatan bukan mengedepankan
petunjuk dalam hal konsumsi Al- kesenangan dan kepuasan semata. lebih
Qur’an mendorong agar manusia berorientasi kepada konsep kebutuhan
menggunakan barang-barang yang (need) daripada keinginan (want).
baik dan bermanfaat serta melarang
adanya pemborosan dan pengeluaran DAFTAR PUSTAKA
untuk hal-hal yang tidak penting dan Ahmad, Mustaq. 2001. Etika Bisnis dalam
Islam. Jakarta: PustakaAl-kautsar
kurang bermanfaat.
Jadi dalam hal konsumsi Arifin. 2009. Psikologi Dakwah Suatu
Pengantar Islam. Jakarta: PT. Raja
masyarakat muslim diberi batasan- Grafindo Persada
batasan dalam mengkonsumsi suatu
Assobar. Al-Kitabul Akbar Al-Qur’an dan
barang atau jasa tidak mementingkan Terjemahannya. Jakarta Timur: Akbar
Media
kepuasan, kesenangan semata namun
terlebih juga harus memperhatikan Doni, Rama. 2014. “ Tinjauan Ekonomi Islam
Terhadap Perilaku Konsumen dalam
36
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Membeli Barang Di Pasar Panorama
Jilid II (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), hal. 17. Zahara Busana Kota Bengkulu”. skripsi

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X
Suharyono 327
Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ekonomi Islam

sarjana, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Skripsi sarjana, jurusan Syariah fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam. Syariah dan Ekonomi Islam.
Fauzia, Ika Yunia., Abdul Kadir Riyadi. 2014. Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi
Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Pendidikan, Jakarta: PT Remaja
Maqashid al-syari’ah. Jakarta: Kencana Rosdakarya.
Prenada Media.
Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Hakim, lukman. 2012. Prinsip-prinsip Islam. 2011. Ekonomi Islam. Jakarta :
Ekonomi Islam. Erlangga. PT. Raja Grafindo Persada.
Isgiyanto,Awal.2009. tekhnik pengambilan Qardawi, Yusuf. 1997. Peran Nilai dan Moral
sampel pada penelitian non dalam Perekonomian Islam. Jakarta:
eksperimental. Jogjakarta:Mitra cendikia Rabbani Press.
press.
Qardhawi, Yusuf. 2001. Norma dan Etika
Jumantoro, Totok. Samsul Munir Amin. Ekonomi Islam. Jakarta:Gema insani.
2005.Kamus Ilmu Ushul Fikih. Amzah.
Rahman, Afzalur.1995. Doktrin Ekonomi
Karim, Adiwarman .2010. Ekonomi Mikro Islam Jilid II. Yogyakarta: Dana Bakti
Islam edisi ketiga. Jakarta: Raja Wakaf.
Grafindo Persada.
Rianto, M.Nur., Euis Amalia. 2010. Teori
Masyuri, M.zainuddin. 2008. Metodologi Mikro Ekonomi Suatu
penelitian pendekatan praktis dan PerbandinganEkonomi Islam dan
aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama. Ekonomi Konvensional. Jakarta:
Kencana Prenada Group.
Misbahul, Munir. 2007. Ajaran-ajaran
Ekonomi Rasulullah kajian Hadits Nabi Saleh, Abdul Rahma. 2004. Psikologi suatu
dalam Perspektif Ekonomi. Malang: Uin pengantar dalam perspektif Islam.
Malang Press. Jakarta: Prenada Media Kencana.
Nurdin, Amiur. 2010. Islam Mazhab Sarwono, Henry., Danang Sunyoto. 2014.
Swalayan. Bandung: Ciptapustaka Pengantar ilmu Ekonomi Mikro teori
Media Perintis. dan soal. Yogyakarta: CAPS.
Oktaviani,Felisia “ Pengaruh Konsumerisme Setadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen
Gadget dikalangan Mahasiswa di perspektif kontemporer pada motif,
Daerah Sekitar tujuan, dan keinginan konsumen.
Solo”.Felisiaoktaviani.blogspot.com/201 Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
1/12/Pengaruh Konsumerisme gadget-
dikalangan.html 22 desember 2014 Suryani, Tatik. 2013. Perilaku konsumen di
era internet. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Oktaviani, lia. 2011. ”pengaruh label halal
MUI terhadap pola konsumsi mahasiswa Sri Vinna,2016. Ekonomi Mikro syariah,
IAIN Bengkulu jurusan Syari’ah”. Bandung: Pustaka Seti

AL-INTAJ, Vol.4, No.2, September 2018


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu
P-ISSN: 2476-8774/E-ISSN: 2621-668X

Anda mungkin juga menyukai