Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap pemegang profesi dituntut mempunyai hard skills yang khusus , tetapi soft skills Setiap
pemegang profesi dituntut mempunyai hard skills yang khusus, tetapi soft skills bisa merupakan
kemampuan yang harus dimiliki di setiap profesi. Artinya, bahwa setiap individu yang akan menekuni suatu
profesi tertentu tidak hanya memerlukan kecakapan teknis yang terkait dengan profesi tersebut, namun
juga harus memiliki kecakapan non teknis yang terkait dengan kecakapan yang akan menjadi faktor penguat
keberhasilan individu tersebut dalam menjalaninya. Kecakapan non teknis yang harus dimiliki setiap pekerja
akan membantu mereka dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan di dunia kerja baik yang
berasal dari dalam diri maupun dari luar diri. Tantangan seorang pekerja dapat mengakibatkan sikap yang
menghambat pencapaian kinerja. Sikap tersebut antara lain berupa kurangnya motivasi dan antusiasme
dalam bekerja, kurang kemauan belajar, tidak mandiri, tidak cakap dalam menyelesaikan persoalan, tidak
kooperatif, dan lain-lain.

MENGAPA SOFT SKILLS DI SMK ?

Sebagaimana telah disebutkan bahwa hard skills dan soft skills dibutuhkan pada semua profesi. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan menekuni suatu profesi atau akan memasuki dunia kerja perlu menguasai
soft skills secara baik agar mereka dapat lebih mengembangkan diri dan profesionalitasnya.
Untuk mengeliminir berbagai keluhan di dunia kerja, Kementerian Pendidikan menerapkan
Pendidikan Sistem Berdasarkan tulisan Indra Djati Sidi tergambar bahwa siswa SMK diprogramkan untuk
mengikuti proses pendidikan yang mengembangkan soft skills mereka dengan mengadopsi etos kerja di
dunia kerja melalui program PSG. Sehingga, lulusan SMK diharapkan dapat menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan oleh dunia kerja dan menjadi semakin siap untuk mengisi peluang kerja.
Sejalan dengan Indra Djati Sidi, perlu dipahami bahwa pemerintah menempatkan SMK sebagai sub
sistem pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, antara lain mempersiapkan lulusannya untuk
memasuki dunia kerja. Hal ini tampak jelas dalam Visi Direktorat Pembinaan SMK yang dituangkan dalam
Renstranya tahun 2010-2014, sebagai berikut: Terwujudnya SMK yang dapat menghasilkan tamatan berjiwa
wirausaha yang siap kerja, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa, serta mampu mengembangkan
keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global nasional. Visi tersebut juga sejalan Ganda (PSG) bagi
SMK, dimana pendidikan dilakukan sebagian di Sekolah dan sebagian di Industri. Indra Djati Sidi (2009:46),
yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, dalam bukunya Dari Guru
Konvensional Menuju Guru professional, menuliskan bahwa PSG merupakan terobosan besar untuk
membuat sistem pendidikan kejuruan menjadi lebih relevan dengan dunia kerja, sekaligus mengaitkan SMK
dengan industri di wilayahnya. Lebih lanjut dituliskan bahwa satu dari empat tujuan pemberlakuan PSG
yaitu, mampu menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang
memiliki tingkat kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
dengan prioritas Presiden yaitu peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan,
dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan
karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya partumbuhan
ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1)
menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan 2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
Dengan semangat dan jiwa yang diemban oleh SMK, maka perhatian jajaran SMK dalam penyiapan
SDM tidak hanya terfokus pada bagaimana menyiapkan lulusan dengan kecakapan dan keterampilan teknis,
tetapi juga yang bersifat non teknis. Oleh karena itu, soft skills harus menjadi muatan yang diberikan dalam
pembelajaran di SMK, meskipun pada jenjang pendidikan lainnya juga memerlukan.

KELUHAN PENGGUNA TENAGA KERJA


Di dunia kerja, sering terdengar berbagai keluhan yang menyangkut sikap/perilaku para pekerja di dunia
kerja, antara lain:
‘dia teknisi yang cerdas tapi tidak disiplin’:
‘dia operator yang terampil tapi tidak jujur’,
‘dia sekretaris cekatan tapi judes’
‘dia pekerja yang pintar tapi tidak dapat bekerjasama’
keluhan ini dari kalangan industri/dunia usaha pengguna tenaga kerja. SMK sebagai lembaga pendidikan
yang menyiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja, seharusnya peduli terhadap keluhan tersebut.
Keluhan ini adalah gambaran tentang tidak dikuasainya soft skills pada diri lulusan. Meskipun soft skills
merupakan kewajiban keluarga dalam pembentukannya, namun sekolah dapat menjadi wahana untuk
mengasah soft skills. Dengan memperhatikan kebutuhan akan pengembangan soft skills SMK dapat
memperkuat kecakapan yang telah dibentuk melalui keluarga. atau memberikan perkuatan terhadap
kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Dengan
PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DI SMK, diharapkan lulusan lebih diterima di dunia kerja serta menjadi pribadi
yang mencintai pekerjaannya sehingga menjadi betah' di dunia kerja. Ke-'betah'-an mereka dikarenakan
para lulusan SMK telah siap berada di dunia kerja dengan atribut soft skills yang kuat dalam dirinya. Mereka
betah', karena mampu bekerja sama, cakap berkomunikasi, sanggup berkooperasi, piawai dalam mengelola
diri, mampu berpikir kritis, tangguh, dapat diandalkan, penuh motivasi dan antusiasme, berkomitmen tinggi,
kemauan belajar yang kuat, dan berbagai atribut yang melekat pada diri mereka. Sehingga tidak ditemui lagi
pekerja lulusan SMK di industri/perusahaan yang "muntaber" alias mundur tanpa berita. Mundur tanpa
berita dari tempat bekerja menunjukkan rendahnya kualitas soft skills yang dimilikinya. Kebanyakan hal
tersebut terjadi akibat kurang dimilikinya kegigihan, rasa tanggung jawab dan atribut soft skills lainnya.

Anda mungkin juga menyukai